• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh Desy P Herdyen

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran TSTS ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 siswa sebanyak 192 siswa dan terdistribusi dalam 8 kelas. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII G yang diambil secara acak. Desain penelitian ini adalah one group posttest only design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes pemahaman konsep matematis sebanyak lima soal. Berdasarkan hasil analisis data, persentase siswa yang memahami konsep matematis yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih dari 70% yaitu 95,6%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 Desember 1992 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Hermansyah,S.E. dan Ibu Yenni Fitri,S.Pd.

Penulis telah menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak(TK) Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 1998, pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 2004, pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2010.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati, skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ayahanda Hermansyah dan Ibunda Yenni Fitri tercinta yang selalu berjuang untuk membesarkan dan mendidikku dengan kasih sayang yang luar biasa, yang

selalu mengajarkan keikhlasan, serta selalu menempaku untuk kuat dalam menghadapi terjalnya kehidupan.

Salsabila Novi Yanti, Rizkya Nur Annisa, Sabrina Rahmadini dan Andika Andri Yohan. Terimakasih atas doa, dukungun, kasih sayang, dan semangatnya sehingga

dapat diselesaikan skripsi ini.

Sahabat-sahabat dan orang yang kucintai.

(8)

Moto

“Saya Berjalan Lambat, Tetapi Saya Tidak Akan Mundur”

“Tataplah Ke Depan, Karena Kesuksesan Mu Hanya Ada Di Depan.

Teruslah Melangkah Dan Berusaha Karena Kesuksesan Akan Dapat

Teraih Dengan Kemauan Yang Kuat Dan Semangat Yang Tinggi”

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu perlu koreksi dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, petunjuk, kritik, saran, dan partisipasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karea itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(10)

iii

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Dra.Arnelis Jalil, M.Pd, selaku pembahas yang telah memberikan masuk-an dmasuk-an sarmasuk-an kepada penulis.

4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

5. Bapak Haninda Barata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lampung.

6. Kedua orang tua tercinta Ayah Hermansyah S.E. dan Ibu Yenni Fitri S.Pd. yang selalu mendidik, mendukung, mendoakan, memberikan motivasi, nasihat, semangat, serta kasih sayangnya kepada penulis. Jasa kalian tak dapat terbalas dengan apapun dan sampai kapanpun.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Ibu Hj. Yuliati, S.Pd, selaku kepala sekolah SMP Negeri 21 Bandar Lampung. 9. Ibu Kusnul Khotimah, S.Pd, M.Pd, selaku guru mitra yang telah banyak

(11)

iv

10.Siswa siswa SMP Negeri 21 khusus nya kelas VIII G yang telah membantu penulis dalam penelitian.

11.Adik – adik tercinta Novi, Ica dan Sabrina yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat tercinta, Anggi Oktaviarini Komara, Anniya Mutiara Tsani, Ardiyanti, Elfira Puspita Wardani, Engla Ocatavia Aidi, Khairuntika dan Rika Ridayanti, yang selalu memberikan semangat, kritik, saran, dan ide-ide kreatifnya, serta mewarnai kehidupan kampusku. Semoga persahabatan ini menyatukan kita sampai dikemudian hari. Sukses untuk kita.

13.Andika Andri Yohan yang selalu mendoakan, mendukung, memotivasi, dan mendengarkan keluh kesah penulis. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mengisi hari-hari bersamaku.

14.Keluarga Besar ku, terimakasih atas segala bantuan, dan dukungannya.

15.Masyarakat Way Empulau Ulu khususnya pihak-pihak yang telah membantu penulis saat KKN dan PPL Guru di SMA N 1 Liwa, serta Karang Taruna, maupun pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

16.Sahabat tercinta Diasti Rastosari.

17.Teman – Teman mateamtika 2010 kelas A dan B yang telah bersama –sama berjuang dalam masa perkuliahan.

(12)

v

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, Oktober 2014 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran ... 7

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ... 9

3. Pemahaman Konsep Matematis ... 11

B. Kerangka Pikir ... 13

(14)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 16

B. Desain Penelitian ... 17

C. Prosedur Penelitian ... 17

D. Data Penelitian ... 18

E. Teknik Pengumpul Data ... 19

1. Teknik Pengumpul Data ... 19

a. Validitas ... 19

b. Reliabilitas Tes ... 20

F. Teknik Analisis Data ... 21

1. Uji Normalitas ... 22

2. Uji Hipotesis ... 23

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 24

2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep... 25

B. Pembahasan ... 26

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 29

B. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Silabus ... 34

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 37

A.3 Lembar Kerja Kelompok ... 61

B.Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Post test ... 90

B.2 Rubrik Skoring Test Pemahaman Konsep ... 91

B.3 Soal Post test ... 92

B.4 Kunci Jawaban Post test ... 94

C.Analisis Data C.1 From Validitas Soal Post Test ... 96

C.2 Uji Reabilitas Instrumen ... 98

C.3 Pengujian Hipotesis ... 99

C.4 Analisis Uji Normalitas ... 100

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan nasional tersebut dapat dicapai melalui pendidikan. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui suatu proses pembelajaran.

(17)

2 Pada kenyataannya di Indonesia pemahaman konsep matematis siswa masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil survey TIMSS tahun 2011 bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika di Indonesia masih rendah. Hal ini diketahui bahwa Indonesia berada diurutan ke 38 dari 42 negara peserta dengan rata-rata skor siswa Indonesia untuk kelas VIII adalah 386. Skor ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007, saat itu Indonesia menempati peringkat 33 dari 49 negara dengan skor 397. Sedangkan dalam studi ini rata-rata skor internasional yang harus dicapai adalah 500. Dari hasil studi TIMSS tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di Indonesia masih rendah.

(18)

3 Negeri 21 Bandar Lampung masih berupa pembelajaran konvensional, sehingga siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran.

Pemahaman konsep bagi siswa penting, maka untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa diperlukan proses pengajaran yang baik. Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk membantu siswa memahami konsep dengan baik. Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang diatur sehingga pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompok dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran.

(19)

4 secara tidak langsung suswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifvitas model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau dari pemahaman konsep matematis terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Pelajaran 2013/2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung ?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

(20)

5 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan masukan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :

a. Bagi sekolah, diharapkan menyumbangkan pemikiran ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika.

b. Bagi guru, diharapkan menjadi alternatif dalam menggunakan model pembelajaran yang efektif dilihat dari penguasaan konsep matematis siswa. c. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat diharapkan sebagai bahan

referensi bagi penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Efektivitas pembelajaran ditinjau dari: Aspek hasil pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

(21)

6 pemeberi informasi dari tamunya, dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok lain secara terpisah.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hamalik (2002:171) menyatakan bahwa “pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar”. Dengan kata lain, suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru.

(23)

8 pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa. Sedangkan menurut Simanjutak dalam Arifin (2010) juga menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran sehingga erat kaitannya dengan ketuntasan belajar siswa.

Ketuntasan belajar merupakan kriteria dan mekanisme penetapan krtuntasan minimal yang ditetapkan di sekolah. Menurut Trianto (2010:241) berdasarkan ketentuan KTSP, penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing – masing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu kemampuan setiap peserta didik yang berbeda–beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda–beda. Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika di sekolah mencakup semua kemampuan matematika siswa, termasuk pemahaman konsep siswa. Dalam penelitian ini, kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah tempat penelitian adalah lebih dari 70.

(24)

9

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivitas. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah – masalah yang kompleks. Tujuan dibentuknya kelompok adalah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat secara aktif dalam proses berpikir di pembelajaran. Selama bekerja dalam kelompok, tugas siswa dalam kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya.

Sesuai dengan pendapat Suherman, dkk. (2003:260) bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk bekerjasama memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan menuntut siswa secara aktif selama pembelajaran berlangsung.

Rifaldi (2010:20) mengungkapkan bahwa:

(25)

10 Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan, pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang diatur sehingga pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompok dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran two stay two stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal, dua berkunjung) model ini dikembangkan oleh Kagan (1992), menurutnya bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Menurut Suprijono (2013:93-94), pembelajaran dengan model TSTS terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen.

2. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan permasalahan kepada setiap kelompok kemudian mereka mendiskusikannya. 3. Setelah diskusi kelompok selesai, dua orang masing-masing kelompok

berkunjung ke kelompok lain untuk mengetahui hasil kerja kelompok lain. Sedangkan, dua orang yang tinggal memiliki tanggung jawab untuk menerima tamu dan membagikan hasil kerja kelompoknya kepada yang berkunjung. Setelah selesai, dua tamu tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing. 4. Setiap kelompok membahas dan mencocokkan hasil kerja yang mereka

(26)

11 Pangaribuan (2013:7) meyatakan:

“Kelebihan tipe two stay two stray yaitu (1) Terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas, (2) Siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dan (3) Dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan susah diatur saat proses belajar mengajar. Dijelaskan pula oleh Pangaribuan (2013:7) bahwa Kelemahan tipe two stay two stray yaitu memerlukan waktu yang lama jika tidak dapat mengontrol waktu dengan baik dan guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa masing-masing dalam proses memberi dan mencari informasi materi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, masing-masing unsur yang terlibat harus dapat mengontrol waktu agar pembelajaran yang dilakukan berjalan secara efektif”.

Jadi, pembelajaran kooperatif tipe TSTS dalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang member kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai pemeberi informasi dari tamunya, dan dua siswa lagi bertamu kekelompok yang lain secara terpisah. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi, dan pada saat kegiatan dilaksakan maka akan terjadi proses tatap muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab peseorangan. Implikasi selanjutnya adalah TSTS dapat membuat siswa terbiasa untuk mengasah keterampilan berfikir dan menalar sehingga tercapailah hasil belajar yang optimal.

3. Pemahaman Konsep Matematis

(27)

12 uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Soedjadi (2000:13) mengungkapkan bahwa konsep adalah ide abstrak yang di-gunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubung-an dengberhubung-an definisi dberhubung-an definisi merupakberhubung-an ungkapberhubung-an yberhubung-ang membatasi suatu kon-sep. Dengan definisi, seseorang dapat membuat ilustrasi atau lambang dari suatu konsep yang didefinisikan.

Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. menurut Winkel (2000:44) “konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama”. Konsep matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan digunakan untuk mempelajari konsep selanjutnya. Ditinjau dari segi fungsi, Sulton dan Hayso dalam Wanhar (2008:30) menyatakan bahwa konsep matematis terbagi menjadi tiga golongan, yaitu konsep yang memungkinkan siswa dapat mengklasifikasikan obyek-obyek, konsep yang memungkinkan siswa untuk dapat menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, dan konsep yang memungkinkan siswa untuk menjelaskan fakta.

(28)

13

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah:

“(1) Menyatakan ulang sebuah konsep: siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya; (2) Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep: siswa mampu mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi; (3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep: kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi; (4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis: siswa mampu untuk memaparkan sebuah konsep secara berurutan yang bersifat matematis; (5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep: siswa mampu untuk menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur; (6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu: siswa mampu untuk menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur; (7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah siswa mampu menggunakan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu indikator untuk menentukan terkuasai atau tidaknya konsep yangv telah diajarkan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep.

B. Kerangka Pikir

(29)

14 kooperatif tipe TSTS sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep matematis siswa SMP.

Pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan hal utama yang perlu dikembangkan. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa guru harus mengembangkan minat dan aktivitas belajar siswa. Salah satunya dengan memilih strategi atau model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk dapat menguasai pemahaman konsep secara maksimal lebih mudah dilakukan dengan cara bekerjasama (berdiskusi) dibandingkan bekerja sendiri. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

(30)

15 hasil diskusi kelompoknya kepada tamu yang berkunjung. Apabila telah selesai, dua orang yang bertugas sebagai tamu kembali ke kelompok masing-masing kemudian mereka membahas serta mencocokkan hasil kerja dan informasi yang mereka dapatkan. Dengan demikian diharapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman kosep matematis siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 siswa sebanyak 192 siswa dengan nilai rata-rata 47,76 yang terdistribusi dalam 8 kelas seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Distribusi Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

NO. Kelas Banyak Siswa Rata –rata nilai

1 VIII.A 24 50,2

2 VIII.B 23 47,9

3 VIII.C 24 48,8

4 VIII.D 25 47,5

5 VIII.E 22 47,1

6 VIII F 24 47,2

7 VIII G 24 47,2

8 VIII H 26 46,3

Populasi 192 47,76

(32)

17

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Budiyono (2003:82) menjelaskan bahwa tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan sampel yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Sesuai dengan penjelasan tersebut maka variabel yang diukur di dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Desain yang digunakan adalah one group posttest only design yaitu peneliti hanya meneliti pada satu kelas sampel saja dengan menerapkan model pembelajaran TSTS, dan di akhir pertemuan diberikan posttest berupa tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa untuk mengetahui efektivitas pembelajaran TSTS ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa.

C. Prosedur Penelitian

Langkah – langkah dalam penelitian yang dilakukan memiliki beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu sebagai berikut.

1) Tahap Persiapan Penelitian

Tahap-tahap persiapan penelitian ini adalah :

(33)

18

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penelitian. RPP ini dibuat sesuai dengan model yang akan digunakan selama peneli-tian ini, yaitu RPP dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. c. Memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan penelitian, menilai

keadaan lapangan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian. d. Melakukan validasi instrumen dan uji coba soal tes (7 Maret 2014) 2) Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap-tahap pelaksanaan penelitian ini adalah :

a. Memberikan perlakuan pada kelas sampel. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. (21 Maret – 2 Mei 2014) b. Mengadakan posttest pada kelas sampel. (9 Mei 2014)

3) Tahap Analisis Data

Tahap-tahap analisis data penelitian ini adalah : a. Menganilisis data hasil penelitian.

b. Menyusun hasil penelitian c. Menyimpulkan hasil penelitian.

D. Data Penelitian

(34)

19

E. Teknik Pengumpul Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa tes tertulis, yang dilakukan setelah pembelajaran. Tes digunakan untuk mengukur kemam-puan siswa dalam memahami konsep yang dibahas dalam pembelajaran.

1) Instrumen Tes

Soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam bentuk tes uraian. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep. Untuk mendapatkan data yang akurat, tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Tes yang telah disusun, diantaranya harus memenuhi kriteria valid dan reliabel.

a) Validitas

(35)

kisi-20

kisi tes yang akan diukur serta bahasa yang digunakan telah sesuai dengan kemampuan bahasa siswa.

b.) Reliabilitas Tes

Setelah dinyatakan valid, maka instrumen diuji cobakan. Penguji cobaan instrumen dilakukan pada kelas setelah menempuh atau mempelajari materi. Setelah dilakukan uji coba, langkah selanjutnya adalah menganalisis data hasil uji coba untuk mengetahui reliabilitas. Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila instrumen yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diinginkan.

Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha dalam Arikunto (2005:109), yaitu:

(36)

21

Lebih lanjut arikunto menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu apabila r11 ≥ 0,70 berarti instrumen tes memiliki kriteria reliabilitas yang baik. Berdasarkan ( Lampiran C.2 ) hasil perhitungan, diperoleh nilai (r11) adalah 0,72. Nilai (r11) tersebut telah memenuhi kriteria reabilitas yang baik karena koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,70. Oleh karena itu, instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data.

F. Teknik Analisis Data

Data yang akan dianalisis adalah nilai tes pemahaman konsep matematika siswa. Dari nilai tersebut pembelajaran dikatakan efektif apabila persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar dengan model pembelajaran kooferatif tipe Two Stay Two Stray lebih dari persentase siswa sebelum diberi perlakuan pembelajaran kooferatif tipe Two Stay Two Stray. Pengujian pencapaian kriteria efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.

1) Uji Normalitas

Menurut Sudjana (2005:273), uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

(37)

22

Uji normalitas pada data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa juga dilakukan dengan menggunakan rumus chi-Kuadrat:

Dengan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapan k = banyak kelas interval

Kriteria pengujian, jika x2hitung x2tabel dengan taraf nyata 5%, maka data berasal dari kelompok data yang berdistribusi normal. Dengan criteria uji yaitu data berdistribusi normal jika x2hitung x2tabel.

Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal kemampuan pemahaman konsep matematis didapat hasil yang disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Kelas Keputusan Uji

Sampel 6,71 7,81 H0 diterima

(38)

23

2) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas, diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis siswa berditribusi normal. Oleh karna itu dilakukan uji proposi. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.

H0 : = 70 % ( = persentase siswa tuntas belajar ) H1 : > 70 % ( = persentase siswa tuntas belajar ) Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

Keterangan:

x = banyak siswa tuntas belajar n = banyak sampel

0,70 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Menurut (Sudjana, 2005: 235) kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan

(39)

29

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukan oleh pencapaian persentase ketuntasan belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS mencapai persentase ketuntasan yang ditargetkan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu: 1. Diharapkan agar guru mempertimbangkan model pembelajaran yang akan

digunakan dalam pembelajaran dan mendengarkan pendapat siswa dalam menentukan anggota kelompok untuk berdiskusi agar terjadi kerjasama yang baik, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa guna mencapai persentase ketuntasan yang ditargetkan.

(40)
(41)

31

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2010. Meningkatkan Pemahaman Konsep Menghitung Volume Kubus Dan Balok Melalui Representasi Enaktif, Ikonik, dan Simbolit Pada Siswa Kelas V A SD Negeri 8 Manggoda Kota Kendari. (Online) Tersedia: http://arifin – penelitian.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-pemahaman-konsep.html (27 Agustus 2014)

Arikunto, suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Budiyono. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya.

Depdiknas. 2004. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Fauzi, K. M. S. 2002. Pemebelajaran Matematika Realistik pada Pokok Bahasan pembagian di SD. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Lie, A. (2007). ”Cooperative Learning”. Jakarta: Grasindo

Novalia, Herlin. 2013. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stray Two Stay Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Bandar Lampung; Universitas Lampung.

Pangaribuan, Rismawaty. 2013. Model kooperatif tipe two stay two stray meningkatkan aktivitas belajar PKN kelas IV SDN 11 Sungai Raya. Pontianak: Skripsi Universitas Tanjung Pura.

Rifaldi, Muamar Agung. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa Kelas X.5 SMAN 2 Junrejo, Kota Batu. [online]. Tersedia:

(42)

32 Model_Two_Stay_Two_Stray_Tsts_Untuk_Meningkatkan_Aspek_Kognitif_ Dan_Aspek_Afektif_. [14 Juni 2014].

Sardiman, AM. 2004. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Maematika Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. PT Tasito. Bandung. Edisi Keenam.

Suherman, E, Dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Leraning Teori dan Pembelajaran PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

TIMSS and PIRLS. 2011. Relationships Among Reading, Mathematics, and Science Achievement at the Fourth Grade-Implications for Early Learning Michael and Mullis: TIMSS & PIRLS International Study Center. [online]. Tersedia:

http://timss.bc.edu/timsspirls2011/downloads/TP11_Relationship_Report.pdf. [29 Agustus 2014].

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya : Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Tabel 1.1 Distribusi Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 21
Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Since the thesis is trying to identify the inaccuracy in translating English singular and plural forms, to find the effects of the inaccuracy toward its original story, and to

Analisa data digunakan untuk menganalisa efektivitas latihan HIIT dan circuit training terhadap peningkatan VO 2 max pada pemain sepak bola SSB Porma FC Malang

Metode pendekatan yang digunakan adalah pedekatan estetika yang berhubungan dengan karya seni modern karena karya yang dihasilkan merupakan karya seni modern dan

B) Waran yang dikeluarkan oleh seorang Pegawai Pengawal dari sebuah Jabatan kepada seorang Pegawai Pengawal dari Jabatan lain untuk membelanjakan sejumlah wang

Kegiatan KKN-PPM ini akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada unsur masyarakat desa yang terdiri dari sosialisasi tentang tehnik pengolahan sampah plastik yang

Selanjutnya minimnya pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran hukum di lingkungan masyarakat terutama mengenai perlindungan anak, hal ini didasarkan pada hasil wawancara

11 Dalam penelitian ini pelaksanaan yang dimaksud dan ingin diteliti adalah pelaksanaan atau usaha dari pihak hakim atau mediator di Pengadilan Agama Kota

Sebanyak 250 mahasiswa arsitektur se-Malang Raya memadati jantung Hutan Kota dalam even yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HMA) ITN Malang.. Berbagai