• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus. >< C. macrocephalus.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN DASAR KOLAM BUATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus. >< C. macrocephalus.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN DASAR KOLAM BUATAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

NON SPECIFIC IMMUNITY AND SURVIVAL RATE OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) APPLIED PROBIOTICS AND ARTIFICAL SUBSTRATES DURING

CULTURE

Mauli Selvia SB.1, Supono1and Yudha Trinoegraha Adiputra1*

ABSTRACT

Hybrid catfish (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) is a new variant of catfish that has much superiority over the catfishes. One of them is the rapid growth of this catfish so that many farmers are interested. The use of artificial substrates on hybrid catfish farming is conducted as an alternative to increase the production. However, giving the artifical substrates in cultivation indicates that the fish become stress.One of the solutions to solve that problem is by giving immunostimulant likes probiotic. Immunosimulant is capable to increase non specific immunity of hybridn catfish. This research was aimed to study the effect of giving probiotics toward the non specific immunity of hybrid catfish which is cultivated using the artificial substrates. The research design consists of 2 treatments, with and without giving probiotics with three replicates. The research in 45 days and observed on day of 0, day of 15, day of 30, and day of 45. The results showed that the administration of probiotics significantly affect the percentage of total leukocytes, percentage of lymphocytes and survival rate of hybrid catfish (P<0,05), but not significantly different to the percentage of monocytes, neutrophils and hematocrit levels (P>0,05). Addition of probiotics in feed and water were able to increase the total leukocyte from 66.856 sel/mm3 to 103.739 sel/mm3, respectively. Addition of probiotics in feed and water were able to increase the lymphocyte percentage from 68,7% to 75%, respectively.

Key words: hybrid catfish, survival rate, probiotics, stress

1

Department of Aquaculture, University of Lampung

Address: Jalan Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Gedung Meneng Rajabasa, Bandar Lampung 34145

*

(2)

IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN DASAR KOLAM BUATAN

Mauli Selvia SB.1, Supono2 dan Yudha Trinoegraha Adiputra2*

ABSTRAK

Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan lele varian lain. Salah satu keunggulannya yaitu pertumbuhan yang cepat sehingga lele masamo banyak diminati oleh pembudidaya. Penggunaan dasar kolam buatan pada budidaya lele masamo dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi. Namun, pemberian dasar kolam buatan dalam budidaya mengindikasi ikan mengalami stres. Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan tersebut yaitu dengan pemberian imunostimulan seperti yang terkandung dalam probiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian probiotik terhadap imunitas non spesifik lele masamo yang dibudidayakan dengan menggunakan dasar kolam buatan. Rancangan penelitian menggunakan 2 perlakuan yaitu perlakuan pemberian probiotik dan tanpa pemberian probiotik dengan tiga kali ulangan. Penelitian berlangsung selama 45 hari dan diamati pada hari ke-0, hari ke-15, hari ke-30, dan hari ke-45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik berpengaruh nyata terhadap total leukosit, persentase limfosit dan sintasan lele masamo (P<0,05), namun tidak berbeda nyata terhadap persentase monosit, persentase neutofil dan kadar hematokrit (P>0,05). Pemberian probiotik dalam pakan dan air budidaya mampu meningkatkan total leukosit dari 66.856 sel/mm3 menjadi 103.739 sel/mm3, persentase limfosit dari 68,7% menjadi 75%.

Kata kunci: lele hibrida, sintasan, probiotik, hematologis, stres

1

Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung

2

Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung

Alamat: Jalan Prof. SoemantriBrodjonegoro No. 1 Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung 34145

*

(3)

IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN

LELE MASAMO (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN DASAR KOLAM BUATAN

Oleh

MAULI SELVIA SB.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

IMUNITAS NON SPESIFIK DAN SINTASAN

LELE MASAMO (Clarias gariepinus. >< C. macrocephalus.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN DASAR KOLAM BUATAN

(Skripsi)

Oleh

MAULI SELVIA SB.

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 6

2. Morfologi Lele Masamo ... 8

3. Desain Kolam ... 18

4. Total Leukosit ... 25

5. PersentaseMonosit ... 27

6. PersentaseNeutrofil ... 28

7. PersentaseLimfosit ... 29

8. Kadar Hematokrit ... 30

(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 3

1.3.Kerangka Pemikiran ... 3

1.4.Hipotesis ... 6

1.5.Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo ... 8

2.1.1. Taksonomi dan Morfologi ... 8

2.1.2. Habitat dan Kebiasaan Hidup ... 9

2.2.Dasar Kolam Buatan ... 10

2.3.Probiotik ... 10

2.4.Sistem Imun Tubuh Ikan ... 12

2.5.Imunitas Non Spesifik Ikan ... 13

2.5.1. Eritrosit ... 14

(7)

ii

2.5.2.1.Limfosit ... 14

2.5.2.2.Monosit ... 15

2.5.2.3.Neutrofil ... 16

2.5.3. Nilai Hematokrit ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1.Waktu dan Tempat ... 17

3.4.1.3.Pemasangan Dasar Kolam Buatan ... 19

3.4.1.4.Pemberian Probiotik pada Air Kolam ... 19

3.4.2. Tahap Pelaksanaan ... 20

3.4.2.1.Penebaran Benih ... 20

3.4.2.2.Pemberian Pakan dengan Penambahan Probiotik ... 20

3.4.2.3.Pengambilan Darah ... 21

3.4.3. Tahap Pengamatan ... 21

3.4.3.1.Perhitungan Total Leukosit ... 21

3.4.3.2.Persentase Diferensial Leukosit ... 22

a. Pembuatan Sediaan Apus Darah ... 22

b. Cara Pewarnaan Giemsa ... 22

c. Cara Pemeriksaan ... 22

3.4.3.3.Pengukuran Kadar Hematokrit ... 23

3.4.4. Perhitungan Sintasan ... 23

3.4.5. Manajemen Kualitas Air ... 24

3.4.6. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1.Hasil Penelitian ... 25

4.1.1. Total Leukosit ... 25

(8)

iii

4.1.2.1.Monosit ... 26

4.1.2.2.Neutrofil ... 28

4.1.2.3.Limfosit ... 29

4.1.3. Pengukuran Kadar Hematokrit ... 30

4.1.4. Sintasan ... 31

4.2.Pembahasan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1.Kesimpulan ... 40

5.2.Saran ... 40

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Road-Map Penelitian ... 42

2. Data Pengamatan Darah ... 43

3. Uji t Pengamatan Total Leukosit ... 45

4. Uji t Pengamatan Persentase Monosit ... 49

5. Uji t Pengamatan Persentase Neutrofil ... 53

6. Uji t Pengamatan Persentase Limfosit ... 57

7. Uji t Pengamatan Persentase Hematokrit ... 61

(10)
(11)
(12)
(13)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah

SWT. Kupersembahkan karya sederhana ini

kepada Papa dan Mama yang selalu

mendoakan, berkorban dan memberi semangat

di setiap hariku

Almarhum yayikku atas kasih sayang dan

dukungannya selama ini

Adik-adikku, Afrian Adi Suryanto dan Fikri

Nanda Angkasa yang senantiasa memberikan

tawa dalam hidupku

Seseorang yang terkasih yang selalu menemani

dan mengisi hari-hariku

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bumi Dipasena Agung pada tanggal 28 September 1992 sebagai putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Syamsul Bahri dan Ibu Maryani.

Penulis memulai pendidikan formal dari Taman Kanak- kanak (TK) Xaverius Bumi Dipasena Agung Kabupaten Tulang Bawang yang diselesaikan pada tahun 1998, dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Bumi Dipasena Utama Kabupaten Tulang Bawang diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al- Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Tri Sukses Natar Kabupaten Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2010. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan kejenjang S1 di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010 dan telah menyelesaikan studinya pada tahun 2014.

(15)

“Budidaya Kepiting Soka (Soft shell mud crab) di Balai Layanan Usaha

Produksi Perikanan Budidaya Karawang, Jawa Barat” pada tahun 2013. Penulis juga telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajadi, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari yaitu dari bulan Januari – Maret 2014.

(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Imunitas Non Spesifik dan Sintasan Lele Masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) dengan Aplikasi Probiotik dan Dasar Kolam Buatan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Perikanan (S.Pi) pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung.

(17)

4. Bapak Dr. Supono, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing utama atas bimbingan, kritik dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Yudha T. Adiputra, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing kedua atas bimbingan, masukan, kritik, saran dan dukungan selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak Dr. Ir. Abdullah Aman Damai, M.Si. selaku penguji atas masukan dan saran untuk perbaikanskripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. 8. Kedua orang tua tercinta‚ Papa Syamsul Bahri dan Mama Maryani atas semua

do’a, kasih sayang, perhatian, dukungan dan motivasi yang tiada henti kepada

penulis demi kesehatan, kelancaran, keselamatan dan kesuksesan hingga penulis bisa menyelesaikan kuliah.

9. Kedua adikku tersayang, Afrian Adi Suryanto dan Fikri Nanda Angkasa atas

do’a‚ kasih sayang serta dukungan yang diberikan kepada penulis.

10.Keluarga besarku‚ Yayik- Nyaik, Mbah Putri- Mbah Kakung, Pak De- Bu De, Ayah- Ibu, Holi- Beta, Uak- Tante, Kakak- kakak sepupu, Adik-adik sepupu

atas iringan do’a dan nasehat yang menjadi penyemangat penulis.

11.Jauari Yusranda Kambira yang selalu sabar menemani, memberikan perhatian, nasehat, dukungan dan memberikan semangat yang tak terkira di setiap hariku.

(18)

13.Sahabat- sahabatku Frisca Pakpahan (dek pris), Safrina (sapi), Dian Yuni Marita (kakak emal), Vina Olivia (dek oyip), Aditya Kurniawan (adit), dan Meidian Fauzi (memet) yang saling memberi semangat, selalu ada dikala suka-duka dan bersama-sama melewati pahit-manisnya perjuangan selama kuliah.

14.Teman-teman satu tim penelitian Frisca Pakpahan, Fadli Dzil Ikrom, dan Andi Bimantara atas kesolidan dan kekompakannya hingga akhir penelitian.

15.Teman-teman seperjuanganku angkatan 2010 atas kebersamaan, bantuan, dukungan dan persaudaraan kita selama ini. Seluruh Kakak dan Adik tingkat angkatan 2006‚ 2007‚ 2008‚ 2009‚ 2011‚ 2012 , 2013, 2014 juga semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Amiiiin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digemari masyarakat. Pengembangan usaha budidaya lele semakin meningkat setelah masuknya lele dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibandingkan lele lokal antara lain pertumbuhan lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih resisten terhadap penyakit (Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2009).

Produksi benih lele dapat meningkat karena didukung oleh pakan yang baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan lele (Madinawati, 2011 dalam

Nisrinah, 2013). Perkembangan budidaya yang sangat pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal tersebut dikarenakan adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) dan adanya seleksi induk yang salah seperti penggunaan induk yang berkualitas rendah (Az- zarnuji, 2011).

(20)

2 beberapa negara, antara lain: lele asli Afrika, lele Afrika yang diadaptasi di Asia,

Clarias macrocephalus yang merupakan lele Afrika yang di kohabitasi di Thailand, dan lele dumbo (Matahari Sakti, 2011).

Keunggulan lele masamo dengan lele lain yaitu: pertumbuhan ikan lebih cepat, nafsu makan sangat tinggi, FCR rendah, resisten terhadap stress dan penyakit, keseragaman tinggi, dan memiliki harga jual 2-4 kali lipat dibanding lele biasa (Matahari Sakti, 2011).

Pertumbuhan ikan dapat terjadi apabila didukung dengan pemberian pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi ikan dan memiliki nilai kecernaan yang tinggi. Ikan memerlukan pakan dengan nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ikan untuk pemeliharaan tubuh serta pertumbuhan (Subandiyono dan Hastuti, 2010 dalam Amalia, 2013).

Penggunaan dasar kolam buatan pada budidaya lele masamo dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi (Bimantara, 2014). Namun, ada nya pemberian dasar kolam buatan dan padat tebar yang tinggi dalam budidaya mengindikasi ikan mengalami stres.

Pemberian probiotik merupakan salah satu upaya dalam pencegahan penyakit dan stres karena probiotik mengandung imunostimulasi. Probiotik adalah makanan tambahan berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan. Probiotik berperan untuk memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi, meningkatkan kesehatan ikan, mempercepat pertumbuhan, dan menghalangi penyakit untuk masuk ke tubuh ikan (Irianto, 2007).

(21)

3 stres . Para pembudidaya ikan tetap mempertahankan cara budidaya yang selama ini dilakukan. Dengan demikian, diperlukan metode lain untuk mengetahui kondisi kesehatan lele yaitu dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan imunitas non spesifik terhadap lele yang dibudidayakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian probiotik terhadap imunitas non spesifik lele masamo yang dibudidayakan menggunakan dasar kolam buatan. Pemeriksaan parameter tersebut meliputi pemeriksaan kadar hematokrit, total leukosit, diferensial leukosit (Bastiawanet.al., 1995 dalam Alamanda, et.al.,

2006).

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian probiotik terhadap imunitas non spesifik lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus.) yang dibudidayakan menggunakan dasar kolam buatan.

1.3. Kerangka Pemikiran

Lele masamo merupakan ikan lele varian baru yang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Baik dalam segi fisiologis atau hematologis. Lele masamo memiliki keunggulan seperti pertumbuhan cepat, harga jual lebih mahal, keseragaman tinggi, nafsu makan tinggi, dan resisten terhadap stres dan penyakit.

(22)

4 makan kuat, sehingga jika manajemen pakan tidak bagus bisa berakibat kanibalisme (Matahari Sakti, 2011).

Suyanto (1995) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lele antara lain adalah kondisi perairan dan kontaminan yang terkandung di dalamnya. Banyak kontaminan yang telah ditemukan, baik yang berasal dari faktor abiotik maupun biotik. Kontaminan abiotik berasal dari limbah (rumah tangga ataupun industri) dan juga logam berat. Sedangkan kontaminan biotik diantaranya terdiri dari jamur, virus, dan bakteri. Kondisi ini dapat mengancam kelangsungan hidup suatu makhluk hidup apabila tidak memiliki sistem imun yang tinggi. Apabila sistem imun menurun, maka makhluk hidup dapat dengan mudah terserang oleh berbagai penyakit.

Pemberian probiotik pada pakan merupakan upaya yang dilakukan agar ikan dapat mempertahankan kekebalan tubuhnya. Probiotik merupakan makanan tambahan berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan. Probiotik berperan untuk memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi, meningkatkan kesehatan ikan, mempercepat pertumbuhan, dan menghalangi penyakit untuk masuk ke tubuh ikan (Irianto, 2007). Menurut Irianto (2007), pemberian probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui pakan. Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam saluran pencernaan, sehingga dapat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan.

(23)

5 juga dapat menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan seperti dengan pemberian dasar kolam buatan.

Pemberian dasar kolam buatan merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan produksi. Hal tersebut diasumsikan dengan adanya dasar kolam buatan dalam kolam budidaya, lele masamo memiliki batas ruang untuk bergerak sehingga energi yang dihasilkan dari pakan tidak habis terpakai oleh pergerakan ikan. Pakan yang diberikan tersebut akan tersimpan dan bobot ikan tersebut semakin bertambah. Oleh karena itu, apabila dalam sistem budidaya lele diberi dasar kolam buatan dan penambahan probiotik diharapkan lele masamo memiliki sintasan yang tinggi, pertumbuhan cepat, dan bobot meningkat.

(24)

6 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

H0: τi = 0 Pemberian probiotik pada pembesaran lele masamo dengan

menggunakan dasar kolam buatan tidak berpengaruh pada imunitas non spesifikdan sintasan lele masamo.

H1: τi ≠ 0 Pemberian probiotik pada pembesaran lele masamo dengan

menggunakan dasar kolam buatan berpengaruh pada imunitas non spesifikdan sintasan lele masamo.

 Pertumbuhannya cepat

 harga jual lebih mahal

 resisten terhadap stress dan penyakit

Peningkatan produktivitas

Sistem kekebalan tubuh dan pencernaan Sistem budidaya

Dasar kolam buatan Probiotik

Pengaruh fisiologis lele masamo

(25)

7

1.5. Manfaat Penelitian

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo 2.1.1. Taksonomi Dan Morfologi

Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata Class : Pisces Ordo : Ostariophysi Family : Clariidae Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus. >< C. macrocephalus.

(27)

9 Lele masamo (Gambar 2) memiliki morfologi tubuh memanjang, warna tubuh bagian atas gelap, daerah perut dan sisi bawah kepala berwarna terang, terdapat garis bintik-bintik putih pada sisi badan (Murniarti et al., 2004). Selain itu, lele memiliki kulit licin tidak bersisik dan mengeluarkan lendir (mucus), kepala pipih berbentuk segitiga atau setengah lingkaran,dilindungi lempengan tulang kepala yang keras. Bagian badan silindris sedangkan bagian ekor pipih. Lele mempunyai alat peraba berupa empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar dan dua pasang sungut mandibula (Najiyati, 1992).

Lele mempunyai dua buah alat olfaktori yang terletak dekat sungut hidung berfungsi untuk mengenali mangsa melalui perabaan dan penciuman (Handojo et al., 1986 dalam Utomo, 2006).Pada bagian depan sirip dada terdapat jari-jari sirip yang mengeras disebut patil. Patil ini tidak begitu kuat dan tidak mengandung racun, selain sebagai alat pergerakan di dalam air, juga dipakai untuk merayap di tempat yang tidak berair dan sebagai senjata untuk melindungi diri bila ada gangguan (Najiyati, 1992).

2.1.2. Habitat dan Kebiasaan Hidup

(28)

10 (Angka et al., 1990). Lele termasuk ikan omnivora, juga cenderung bersifat karnivora. Di alam bebas, makanan alami lele terdiri fitoplankton darijenis alga dan zooplankton yang berupa jasad-jasad renik seperti kutu air, cacing rambut, rotifera, jentik-jentik nyamuk, ikan kecil serta sisa bahan organik yang masihsegar (Najiyati, 1992). Lele juga senang makanan yang membusuk sehingga termasuk golongan pemakan bangkai dan bersifat kanibal saat jumlah makanan kurang tersedia (Simanjuntak, 1989).

2.2.Dasar kolam buatan

Dasar kolam buatan merupakan teknik yang digunakan agar bobot lele masamo yang dibudidayakan meningkat dan produksi meningkat (Bimantara, 2014). Aplikasi dasar kolam buatan akan memudahkan lele masamo dalam mencari makan dan membatasi ruang gerak lele masamo. Sehingga, energi yang didapat dari pakan akan tersimpan dan hasil panen dapat optimal (Ikrom, 2014).

2.3.Probiotik

(29)

11 Raa (2000) dalam Lengka (2013) menyatakan imunostimulan merupakan suatu bahan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan non spesifik ikan, dan merupakan alternatif bagi penggunaan bahan kimia atau obat-obatan (Shalaby

et.al., 2006 dalam Lengka, 2013). Salah satu imunostimulan yang dapat digunakan yaitu dengan penambahan probiotik pada pakan atau pemberian probiotik pada air kolam.

Probiotik merupakan makanan tambahan berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan. Probiotik berperan untuk memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi, meningkatkan kesehatan ikan, mempercepat pertumbuhan, dan menghalangi penyakit untuk masuk ke tubuh ikan (Irianto, 2007).

Pemberian probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti Artemia sp.(Irianto, 2007). Pemberian probiotik dalam pakan, berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme mampu mensintesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva hewan akuatik (Supriyanto, 2010).

(30)

12

2.4.Sistem Imun Tubuh Ikan

Sistem imun merupakan sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel yang bekerja sama untuk melawan benda asing seperti kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh suatu organisme (Darmono,2007 dalam Septiarini, 2012). Secara umum sistem imun dalam tubuh ikan terbagi menjadi dua yaitu sistem imun non spesifik dan sistem imun spesifik (Kamiso, 2001).

Sistem imun non spesifik merupakan sistem imun terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme yang masuk karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Sistem imun ini tidak ditunjukan kepada mikroorganisme tertentu dan telah ada sejak lahir. Sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan respon (Ellis, 1978 dalam Erika, 2008).

(31)

13 Sistem pertahanan spesifik disebut juga sebagai respon humoral yang merupakan sistem pertahanan ketiga, dan yang berperan adalah antibodi (Kamiso, 2001). Keadaan stres akan mempengaruhi faktor perlindungan alami pada ikan, seperti mucus, sisik, kulit, lisozim, dan antibodi. Stres pada ikan bisa disebabkan oleh penanganan yang kurang baik pada saat pemindahan ikan, perawatan atau pemanenan yang menyebabkan hilangnya mucus. Faktor lain penyebab stres pada ikan, yaitu penurunan suhu air yang ekstrim, yang akan mengganggu kemampuan ikan dalam melepaskan antibodi secara cepat untuk melawan benda asing (Selye, 1973 dalam Erika, 2008).

2.5. Imunitas Non Spesifik Ikan

Pemeriksaan darah dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu penyakit (Bastiawanet al., 2001). Studi hematologis merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Lestari, 2001). Menurut Bastiawan et al., (2001), apabila ikan terkena penyakit atau nafsu makannya menurun, maka nilai hematokrit darahnya menjadi tidak normal. Jika nilai hematokrit rendah maka jumlah eritrosit pun rendah.

Darah merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat kondisi kesehatan atau kelainan yang terjadi pada ikan, baik yang terjadi karena penyakit ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga dengan mengetahui gambaran darah ikan kita dapat mengetahui kondisi kesehatan ikan tersebut (Delman and Brown, 1989 dalam Abdullah, 2008).

(32)

14 Tang, 2002).Darah tersusun atas cairan darah (plasma darah) dan elemen-elemen seluler (sel-sel darah) (Clauss et al., 2008; Dikic et al., 2013). Adapun sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping darah (trombosit).

2.5.1. Eritrosit

Eritrosit pada ikan merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua ikan hampir sama. Ukuran eritrosit lele adalah 10×11 µm hingga 12×11 µm, dengan diameter inti 4-5 µm. Jumlah eritrosit normal dalam darah lele adalah 3,18×106 sel/ml (Chinabut et al., 1991). Rendahnya jumlah eritrosit menandakan ikan menderita anemia dan kerusakan organ ginjal. Sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Abdullah, 2008).

2.5.2. Leukosit

Sel darah putih (leukosit) ikan merupakan bagian dari system pertahanan tubuh yang bersifat non spesifik. Leukosit pada ikan diproduksi di dalam organ ginjal dan limfa. Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Sel leukosit berjumlah antara 20.000 – 150.000 dalam tiap mm3darah (Lestari et al., 2012; Noercholis et al., 2013).

Jumlah leukosit yang menyimpang dari keadaan normal mempunyai arti klinis penting untuk evaluasi proses penyakit. Leukosit ikan terdiri agranulosit dan granulosit. Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit, sedangkan granulosit terdiri dari basofil, neutrofil dan eosinofil (Chinabut, et.al., 1991).

2.5.2.1.Limfosit

(33)

15 berbentuk bola terletak tidak di tengah-tengah, kadang-kadang mempunyai sedikit lekuk, mempunyai kromatin yang kompak dan berwarna ungu kemerah-merahan (Affandi dan Tang, 2002). Limfosit berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi limfosit besar dan kecil. Keduanya mempunyai fungsi yang sama. Sebagian besar limfosit yang berada dalam peredaran darah adalah limfosit kecil dan tidak aktif. Setelah ada antigen spesifik, limfosit menjadi aktif bereaksi dengan antigen dan dinamakan limfosit dewasa (Angka et al., 1990). Menurut Bastiawan et al., (2001), limfosit berfungsi sebagai penghasil antibodi untuk kekebalan tubuh dari gangguan penyakit.

Menurut Fujaya (2004), limfosit tidak bersifat fagositik, tetapi memegang peranan penting dalam pembentukan antibodi. Kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi dan menyebabkan meningkatnya serangan penyakit. Menurut Erika (2008), dengan pewarnaan Giemsa, limfosit ditandai dengan bentuk sel yang bundar dengan sejumlah kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat.

2.5.2.2.Monosit

(34)

16

2.5.2.3.Neutrofil

Neutrofil merupakan sel fagosit sistem polymorphonuklear. Sel neutrofil bekerja cepat dalam melakukan fagosit tetapi tidak mampu bertahan lama±10 jam (Suhermanto et al., 2011). Neutrofil merupakan sel yang pertama kali merespon terjadinya infeksi oleh benda asing yang masuk kedalam tubuh ikan (Summers et al., 2010). Penurunan kadar neutrofil di dalam tubuh ikan disebut neutropenia. Satu sel neutrofil dapat memfagosit 5 – 20 bakteri sebelum kemudian tidak aktif (Suhermantoet al., 2011).

2.5.3. Nilai Hematokrit

Hematokrit adalah perbandingan antara volume sel darah dengan plasma darah (Sasradipraja et al., 1989 dalam Abdullah, 2008). Abdullah (2008) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit lele pada kondisi normal sebesar 30,8 - 45,5. Nilai hematokrit yang kurang dari 22% menunjukan ikan mengalami anemia (Gallaugher et al., 1995 dalamAbdullah, 2008).

Hasil uji hematokrit ikan dapat menggambarkan kesehatan ikan. Menurut Anderson and Siwicki (1993), imunostimulan sangat jarang memberikan pengaruh terhadap kadar hematokrit pada ikan kecuali jika ikan yang kita amati mengalami stres yang tinggi.

(35)

III. METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung pada Mei-Juli 2014.

3.2.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 6 buah kolam beton berukuran 1x 1x 1,5m³, dasar kolam buatan terbuat dari kayu sebagai kerangkanya dan strimin, DO meter, kertas lakmus, skopnet, ember, timbangan digital, millimeter blok, blower, lampu 75 watt sebanyak 6 buah,selang aerasi, batu aerasi, wadah 18 liter,blower, cool box, ice pack, ember, pipet tetes, sarung tangan, spuit ukuran 1 ml , tabung eppendorf, haemocytometer,baki, tisu atau lap, mikroskop, needle, kaca penutup, mikroskop, baki, spidol, gelas objek,tabung hematokrit dengan heparin,sentrifuge, mikropipet‚ mikrotube (1‚5 ml)‚

termometer, pH meter, dan DO meter.

Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu lele masamo (Clarias gariepinus

><C. macrocephalus) dengan ukuran 7-10 cm, pakan buatan, probiotik komersial (Saccharomyces sp.), probiotik komersial (Lactobacillus casei), ragi tape, molasse, larutan EDTA 10%, etanol, aquades, larutan turk, larutan giemsa,

(36)

18

3.3.RancanganPenelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan tersebut adalah:

Perlakuan A: Pemeliharaanbenih lele di kolam dengan penambahan probiotik dan aplikasi 2 dasar kolam buatan

Perlakuan B: Pemeliharaanbenih lele di kolam tanpa penambahan probiotik dengan aplikasi 2 dasar kolam buatan

A B Gambar 3. Desain Kolam

3.4.Prosedur Penelitian 3.4.1. Tahap Persiapan 3.4.1.1.Persiapan Wadah

Wadah yang akan digunakan berupa kolam beton sebanyak 6 buah. Sebelum digunakan kolam dibersihkan kemudian diisi air yang telah diendapkan dan diaerasi selama 2-3 hari. Tahap selanjutnya yaitu pengapuran. Kapur yang digunakan adalah kapur dolomit CaMg (CO3)2 sebanyak 150-225 gr/m³.Pemberian

(37)

19

3.4.1.2.Kultur Probiotik

Proses pembuatan probiotik untuk kolam dan pakan: a. Air bersih sebanyak 18 liter dimasukkan kedalam wadah.

b. Ditambahkan 5 botol yakult (Lactobacillus casei), 1 liter molase, 1 botol EM4, 2 butir ragi tape yang sudah di tumbuk halus kedalam wadah yang berisi air bersih.

c. Semua bahan diaduk selama 1-2menit agar larut merata dan diaerasi. d. Larutan difermentasi selama 6-7 hari. Proses fermentasi berlangsung

sempurna ditandai perubahan larutan menjadi coklat dan berbau alkohol.

3.4.1.3.Pemasangan Dasar Kolam Buatan

Dasar kolam buatan yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari kawat sebagai alas seluas 50cm yang diberi sanggahan kayu agar dapat berdiri tegak. Dalam satu kolam diberi dua dasar kolam buatan. Pemasangan dasar kolam buatan dapat dilakukan apabila kolam sudah bersih dan siap untuk digunakan. Dasar kolam buatan sebelumnya disesuaikan dengan ukuran kolam. Hal tersebut bertujuan agar pada saat kolam telah diisi air dasar kolam buatan tidak bergerak.

3.4.1.4.Pemberian Probiotik pada Air Kolam

Probiotik yang digunakan dalan penelitian ini berasal dari campuran yakult(Lactobacillus casei), mollasse, EM4, dan ragi tape. Bakteri Lactobacillus

sp. yang berperan untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan seperti laktase. Enzim laktase dapat memanfaatkan karbohidrat menjadi asam laktat. Bakteri

(38)

20 Sehingga bakteri patogen tidak dapat tumbuh dan tidak dapat menghambat proses pencernaan ikan dan dapat meningkatkan daya cerna ikan (Ramadhan, 2008).

Kolam yang telah diisi air bersih ditambah probiotik sebanyak 100 ml/m³ secara merata ke seluruh permukaan kolam. Penambahan probiotik sebanyak 100 ml, ragi tape 1 butir per m³ dan 150-225 gr kapur dolomit setiap 10 hari sekali setelah itu ikan dipuasakan selama 24 jam.

3.4.2. Tahap Pelaksanaan 3.4.2.1.PenebaranBenih

Benih lele masamo yang digunakan berukuran dengan panjang 7-10 cm sebanyak 400ekor/kolam. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Pada kedua kondisi ini umumnya tidak terdapat perbedaan nilai suhu air pada permukaan dan dasar kolam. Jika perbedaan suhu air wadah benih dan air kolam tebar cukup signifikan, maka perlu dilakukan upaya penyamaan suhu air wadah benih secara bertahap. Penyamaan suhu ini dilakukan agar benih tidak stress saat ditebarkan. Selama masa pemeliharaan atau adaptasi dilakukan manajemen kualitas air dan kesehatan ikan.

3.4.2.2.Pemberian Pakan dengan Penambahan Probiotik

Pakan yang diberikan adalahpellet jenis terapung dengan kandungan protein ± 30% sebanyak 5 % bobot total ikan. Ukuran pakan buatan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut lele Pencampuran probiotik pada pakan sebanyak 1 liter/kg pakan akan meningkatkan pertumbuhan karena nafsu makan meningkat dan tingkat penyerapan pakan menjadi daging mencapai 90%.

(39)

21 pagi pukul 08.00 WIB, siang hari pukul 13.00 WIB , sore hari pukul 17.00 WIB dan malam hari 21.00 WIB.

3.4.2.3.Pengambilan Darah

Pengambilan darah melalui vena kaudal yang berada di pangkal ekor ikan menggunakan spuit ukuran 1 ml. Sebelumnya, jarum suntik dan tabung ependorf dibilas dengan larutan EDTA 10% untuk mencegah pembekuan darah. Darah disimpan dalam mikrotube ukuran 1‚5 ml. Pengambilan sampel darah ikan dilakukan pada hari ke-0, hari ke-15, hari ke-30, hari ke-45.

3.4.3. Tahap Pengamatan

3.4.3.1.Perhitungan Total Leukosit

Perhitungan total leukosit dalam penelitian ini dilakukan menurut Blaxhall dan Daisley (1973) dengan sedikit modifikasi. Pertama kali bilik hitung

haemocytometer dan kaca penutupnya dibersihkan dengan etanol, kemudian dipasang kaca penutup pada haemocytometer.Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5 dilanjutkan dengan menghisap larutan turk sampai skala 11 (pengenceran 1:20), kemudian digoyangkan selama 3 menit agar bercampur homogen.Empat tetesan pertama dibuang, tetesan berikutnya dimasukan kedalam

haemocytometer dengan meletakan ujung pipet pada bilik hitung tepat batas kaca penutup dan dibiarkan selama 3 menit agar leukosit mengendap dalam bilik hitung.Bilik hitung diletakkan di bawah mikroskop menggunakan pembesaran lemah. Penghitungan dilakukan pada 4 kotak besar haemocytometer. Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut:

Total leukosit/mm3= jumlah sel leukosit terhitung x pengenceran x

(40)

22

3.4.3.2.Persentase Diferensial Leukosit (Neutrofil, Monosit dan Limfosit)

Perhitungan diferensial leukosit (neutrofil, monosit dan limfosit) dilakukan menurut Amlacher (1970) dengan sedikit modifikasi adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan Sediaan Apus Darah

Kaca objek dibersihkan dengan etanol. Kemudian diteteskan darah ikan uji sekitar 1 cm dari ujung sebelah kiri kaca objek. Kemudian sisi kiri kaca objek dipegang dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Kaca pemulas dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan di depan tetesan darah membentuk sudut sekitar 30o dari kaca objek membuka ke kanan. Kaca pemulas disentuhkan pada tetesan darah kemudian digeser kearah kanan sehingga darah tersebut akan menyebar sepanjang sisi kaca pemulas. Sudut antara kedua kaca objek harus dijaga agar tetap 30o kemudian kaca pemulas didorong dengan mantap dan cepat sepanjang kaca objek, selanjutnya dikeringanginkan dan siap untuk diwarnai.

b. Cara Pewarnaan Giemsa

Sediaan apus darah diletakkan di baki dengan sediaan apus di sebelah atas. Sediaan tersebut digenangi dengan methanol secukupnya selama 5-10 menit kemudian kelebihan methanol yang terdapat pada sediaan dibuang, selanjutnya digenangi dengan Giemsa selama 25 menit. Dibilas dengan akuades dan dikeringanginkan.

c. Cara Pemeriksaan

(41)

23 dihentikan bila jumlahnya telah mencapai 100 sel leukosit dan hasilnya dihitung dalam persen (%).

3.4.3.3.Pengukuran Kadar Hematokrit

Dalam Penelitian ini pengukuran kadar hematokrit pada darah dilakukan menurut Anderson and Siwicki (1993) dengan sedikit modifikasi. Sampel darah dimasukan kedalam tabung hematokrit sampai kira-kira 4/5 bagian tabung, ujungnya (bertanda merah) disumbat dengan kretoseal. Hematokrit tersebut disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3.500 rpm. Pengukuran kadar hematokrit dilakukan dengan membandingkan volume padatan sel darah dengan volume seluruh darah pada skala hematokrit.

3.4.4. Perhitungan Sintasan

Sintasan merupakan nilai persentase jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu dan menentukan produksi yang akan diperoleh (Najiyati, 1992).

Sintasan lele masamo dihitung dengan rumus (Effendie, 1997) Nt

SR = x 100% No

Keterangan:

SR = Tingkat Kelangsungan hidup ikan uji (%) Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian(ekor). No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian(ekor)

(42)

24

3.4.5. ManajemenKualitas Air

Pengukuran parameter kualitas air meliputi oksigen terlarut,pH, suhu dan ammonia dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Selama penelitian berlangsung dilakukan pergantian air 10 hari dengan cara mengurangi volume air bagian dasar sebanyak 30% setelah itu dilakukan penambahan volume air sebanyak 30%. Selain air, dilakukan pula penambahan probiotik sebanyak 100 ml/m³ dan ragi tape 1butir/m³.

3.4.6. Analisis Data

Pengaruh perlakuan terhadap variabel imunitas non spesifik yaitu total

(43)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Pemberian probiotik memberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan, total leukosit pada hari ke-15, hari ke-30, maupun hari ke-45 dan persentase limfosit lele masamo pada hari ke-45 yang dibudidayakan dengan menggunakan dasar kolam buatan.

5.2.Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Y. 2008. Efektivitas Ekstrak Daun Paci-Paci (Leucas Lavandulaefolia) Untuk Pencegahan Dan Pengobatan Infeksi Penyakit Mas (Motile Aeromonad Septicaemia) Ditinjau Dari Patologi Makro Dan Hematologi Lele Dumbo Clariassp. Skripsi. Program Studi Teknologi Dan Manajemen Akuakultur Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 131Hal.

Affandi R, dan UM Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, Pekanbaru. 217 Hal.

Alamanda, I. E., N. S. Handajani dan A. Budiharjo. 2006. Penggunaan Metode Hematologi Dan Pengamatan Endoparasit Darah Untuk Penetapan Kesehatan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Jurnal Penelitian. Jurusan Biologi Fmipa Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Vol. 8, No. 1. hal. 34-38

Amalia, R., Subandiyono dan E. Arini. 2013. Pengaruh Penggunaan Papain Terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias sp.). Journal of Aquaculture Management and Technology. Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. 2(1):136-143 Amlacher, E. 1970. Text Book of Fish Disease. D.A.T.F.H. Publication. New

York. 302 Hal.

Anderson, D.P. and A.K. Siwicki. 1993. Basic Hematology and Serology for Fish Health Programs. Asian Fisheries Society. 17 hlm.

Angka S. L., I. Mokoginta dan H. Hamid. 1990. Anatomi dan Histologi beberapa Ikan Air Tawar yang Dibudidayakan di Indonesia. Depdikbud, Dikti. IPB.Bogor. 212 hlm.

(45)

42 Bastiawan, D, A. Wahid. M. Alifudin, dan I. Agustiawan. 2001. Gambaran Darah Lele dumbo (Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda. Jurnal penelitian Indonesia 7(3): 44-47

.

Bimantara, A. 2014. Efektivitas Dasar Kolam Buatan pada Budidaya Lele Masamo Menggunakan Penambahan Probiotik dan Vitamin C. Skripsi. 55 hal.

Blaxhall and K.W. Dasley. 1973. Routine Haematological Methods for Use with

Fish Blood. Jurnal Fish Biology. 5: 577-581.

Chinabut S., C. Limsuwan dan PK Sawat. 1991. Histology of The Walking Catfish Clarias batrachus. Department of Fisheries. Thailand. 96 hal. Clauss, T.M., A.D.M. Dove, J.E. Arnold. 2008. Hematologic Disorders of Fish.

Vet ClinExot Anim. 11: 445–462.

Departemen Kelautan dan Perikananan RI, 2009, Statistik Kelautan dan Perikanan 2009. Dinas Kelautan dan Perikananan.

Dikic, D, D. Lisicic, S.M. Skoko, P. Tutman, D. Skaramuca, Z. Franicand B. Skaramuca. 2013. Comparative hematology of wild Anguilliformes(Muraenahelena, L. 1758, Conger conger, L. 1758 and Anguilla anguillaL. 1758). Animal Biology.63: 77–9

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. .

Erika, Y. 2008. Gambaran Diferensiasi Leukosit Pada Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Di Daerah Ciampea Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi ikan. Dasar Penyembangan Teknologi Perikanan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Ikrom, F. D. 2014. Pemanfaatan Teknologi Dasar Buatan Pada Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) dengan Pemberian Probiotik. Skripsi.

Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. 48hal.

Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma di Atas Langit Ada Langit. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jendral Sudirman.

Iwama, G. and T. Nakanishi. 1996. The Fish Immune System. Organism, Pathogen, and Environment. Academic Press. San Diego. California. USA Kamiso H.N. 2001. Immunologi dan Vaksinasi pada Ikan. DUE Project. Fakultas

(46)

43 Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab Darah Mas koki (Carassius auratus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila.Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Lengka, K. 2013. Peningkatan Respon Imun Non Spesik Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Melalui Pemberian Bawang Putih (Allium Sativum). Skripsi.

Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol. 1 No. 2 : 21-28

Lestari, A.S. 2001. Studi Karakteristik dan Patologi Aeromonas hydrophila pada Lele dumbo (Clarias sp.). Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. IPB .Bogor.

Lestari, E.P., Feliatra dan D. Yoswati. 2012. Uji Efektifitas Bakteri Asam Laktat Dalam Mengatasi Vibrio alginolyticus Pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Matahari sakti, 2011. Lele Masamo Generasi Baru Bibit Unggul.

http://www.mataharisakti.com/lele-masamo. vol 23. 19 hlm.

Mulyani S.2006. Gambaran Darah Ikan Gurame Osphronemus Gouramy yang Terinfeksi Cendawan Achlya sp. pada Kepadatan 320 dan 720spora per ml. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Departemen Budidaya Perairan. Institut Pertanian Bogor.

Murniarti M.S., Brojo, Setiawan, Williandi. 2004. Penuntun Praktikum Ikhtiologi Ikan. IPB Press, Bogor.

Najiyati S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. hlm 35-48.

Nisrinah., Subandiyono dan Tita Elfitasari. 2013. Pengaruh Penggunaan Bromelin Terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias sp.). Journal of Aquaculture Management and Technology. Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. 2(2): 57-63

Noercholis, A., M. A. Muslim, Maftuch. 2013. Ekstraksi Fitur Roundness untuk Menghitung Jumlah Leukosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECCIS.

7:35-40.

(47)

44 Ramadhan, M. D. R. 2008. Evaluasi Mutu Protein Secara Biologis Daging yang Difermentasi Lactobacillus plantarum. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Perternakan. IPB : Bogor.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Bina Cipta,Jakarta. hlm 508.

Septiarini. 2012. Pengaruh Waktu Pemberian Probiotik yang Berbeda Terhadap Respon Imun Non-Spesifik Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Diuji tantang Dengan Bakteri Aeromonas salmonicida. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Simanjuntak RH. 1989. Pembudidayaan Lele Dumbo dan Lokal. Bhratara, Jakarta. hlm 54.

Suhermanto, A., S. Andayani, Maftuch. 2011. Pemberian Total Fenol Teripang Pasir (Holothuria scabra) untuk Meningkatkan Leukosit dan Diferensial Leukosit Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas Hydrophila . Jurnal Kelautan.4: 49-56.

Summers, C., S.M. Rankin and E.R. Chilvers. 2010. Neutrophil kinetics in health and disease. Trends immunol. 31: 318-324

Supriyanto. 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik Dalam Pelet Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang. Skripsi. FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Suyanto S.R. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Afrika (Clarias gariepinus).

Ditjen Perikanan dan International Development Research Centre. Jakarta. 129 hlm.

Suyanto, S. Rachmatun. 2006. Budi Daya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya. Utami, Windu Puji. 2009. Efektivitas Ekstrak Paci-Paci (Leucas Lavandulaefolia)

Yang Diberikan Lewat Pakan Untuk Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Mas Motile Aeromonas Septicemia Pada Ikan Lele Dumbo

Clarias sp. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Utomo S.C. 2006. Efektivitas Aromatase Inhibitor melalui Perendaman pada Larva Lele Sangkuriang Clarias sp. yang Berumur 0, 2 dan 4 Hari Setelah Menetas. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Morfologi Lele Masamo (Dokumentsi Pribadi)

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti lain Marzuki dan Widyawati (2013), yang meneliti kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi pada Bank CIBM, NIAGA, hasil penelitian terdapat 6 rasio keuangan yang

Saat terbitnya sertipikat HT inilah menandakan lahirnya HT dan kedudukan Kreditur atau pemegang HT adalah preferent yaitu kreditur yang didahulukan (kreditur

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri anak berkebutuhan khusus yang masuk program inklusi pada awalnya memang kurang maksimal disebutkan oleh wali

Pelajar tahun enam yang menggunakan strategi ini mempunyai pencapaian yang lebih cemerlang kerana memahami makna tersurat dan tersirat, berlatih, menganalisis kesalahan

Dapatan kajian ini menyokong kajian Williamson di mana min kepada elemen komunikasi pada tahap tertinggi bagi item soalan B28 iaitu pelaksanaan tugas antara kolej dan sekolah

Terkait dengan pendidikan karakter ini, Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul ‘ Ulama ’ turut andil mengkonsepkan pendidikan karakter khas pesantren yang dalam

Tujuan penelitian yang dilakukan yaitu dapat mengetahui efisiensi sensibel, daya pemompaan, efisiensi sistem, dan faktor efisiensi yang dihasilkan kolektor surya CPC untuk pompa