• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus) SKALA SUPERINTENSIF DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK DAN VITAMIN C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus) SKALA SUPERINTENSIF DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK DAN VITAMIN C"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI DASAR KOLAM BUATAN PADA BUDIDAYA LELE MASAMO (Clarias gariepinus) SKALA SUPER INTENSIF

DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK DAN VITAMIN C

(Skripsi)

Oleh

ANDI BIMANTARA 1014111025

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE APPLICATION FOR FOUNDATION THE ARTIFICIAL POND ON ENLARGEMENT MASAMO CATFISH (Clarias gariepinus) SCALE

SUPERINTENSIF BY ADDING PROBIOTICS AND VITAMIN C

By

Andi Bimantara1), Yudha T. Adiputra2), Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.3)

Problems occur enlargement catfish are to maintain the space for competition, survival, and feed conversion into meat less than optimal resulting in a decrease in growth and a decrease in the production of catfish enlargement. This study aims to determine the effectiveness of a room divider at enlarging catfish masamo using the addition of probiotics and vitamin C on the final biomass, survival, length and weight of fish. This research used a completely randomized design consisted of three treatments and three replications include TDPC: the maintenance catfish masamo without the use of artificial pond bottom, with probiotics, and with vitamin C. Furthermore, this treatment is called the control treatment. Treatment TDBK: the maintenance catfish masamo without the use of artificial pond bottom, with the addition of probiotics in water ponds and vitamin C in feed. Treatment DPVC: the maintenance catfish masamo with the addition of probiotics in water ponds and vitamin C as well as two room divider applications of artificial pond. Addition of probiotic basic artificial pond on the pond water and the addition of vitamin C on catfish feed masamo enlargement significantly affect the survival of the fish with the highest value reached 94.67% but the basis of an artificial pond, the addition of probiotics in the pool water and the addition of vitamin C on catfish feed enlargement masamo no significant effect on growth, feed conversion and biomass masamo catfish.

Keywords: catfish masamo, probiotics, vitamin C, a room divider.

1

Department of Aquaculture University of Lampung 2

Address: Department of Aquaculture University of Lampung

(3)

ABSTRAK

APLIKASI DASAR KOLAM BUATAN PADA PEMBESARAN LELE MASAMO (Clarias gariepinus) SKALA SUPERINTENSIF DENGAN

PENAMBAHAN PROBIOTIK DAN VITAMIN C

Oleh

Andi Bimantara1), Yudha T. Adiputra2), Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.3)

Permasalahan pembesaran lele yang terjadi antara lain yaitu kompetisi untuk mempertahankan ruang gerak, mempertahankan hidup, dan konversi pakan menjadi daging kurang optimal yang mengakibatkan penurunan dalam pertumbuhan dan penurunan produksi dalam pembesaran lele. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembatas ruang pada pembesaran lele masamo menggunakan penambahan probiotik dan vitamin C terhadap biomassa akhir, kelangsungan hidup, panjang dan bobot ikan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri 3 perlakuan diantaranya adalah perlakuan TDPC : pemeliharaan lele masamo tanpa menggunakan dasar kolam buatan, tanpa probiotik dan tanpa penambahan vitamin C pada pakan. Selanjutnya perlakuan TDPC disebut kontrol. Perlakuan TDKB : pemeliharaan lele masamo tanpa menggunakan dasar kolam buatan, dengan penambahan probiotik pada air kolam dan vitamin C pada pakan. Perlakuan DPVC : pemeliharaan lele masamo dengan menggunakan 2 dasar kolam buatan dan penambahan probiotik pada air kolam dan vitamin C pada pakan. Dasar kolam buatan, penambahan probiotik pada air kolam dan penambahan vitamin C pada pakan pada pembesaran lele masamo berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan dengan nilai SR tertinggi mencapai 94,67%. Tetapi Dasar kolam buatan, penambahan probiotik pada air kolam dan penambahan vitamin C pada pakan pada pembesaran lele masamo tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, konversi pakan dan biomassa lele masamo.

Kata kunci: lele masamo, probiotik, vitamin C, dasar kolam buatan. 1

Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung 2

Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung Alamat : Perum. Karunia Indah Blok E1 No. 11-12 Sukabumi Bandar Lampung 35134.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar

Lampung pada tanggal 22 Januari 1992, sebagai anak

kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Alfian

dan Ibu Zaulina S.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar

Negeri 1 Waydadi Bandar Lampung pada tahun 2004.

Menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2007

serta menamatkan pendidikan di SMA Negeri 12 Bandar lampung pada tahun

2010.

Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1

ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan

Budidaya Perairan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis ikut organisasi di Himpunan

Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota bidang

Kerohanian pada tahun 2011-2012.

Selama menikmati masa perkuliahan pada bulan Juli 2013 selama 30 hari penulis

mengikuti Praktik Umum (PU) di Balai Budidaya Penelitian dan Pengembangan

Budidaya Ikan Hias (BBPPBIH) Depok dengan judul “Pembenihan Ikan Black

(9)

Nyata (KKN) di Pekon Tambah Subur, Kecamatan Way Bungur Kabupaten

Lampung Timur selama 40 hari. Dan yang terakhir penulis melakukan penelitian

yang berjudul “Aplikasi Dasar Kolam Buatan Pada Pembesaran Lele Masamo

(Clarias gariepinus) Skala Superintensif Dengan Penambahan Probiotik Dan

Vitamin C” di Laboratorium Budidaya Perikanan bagian Genetika dan Pemuliaan

(10)

PERSEMBAHAN

Ibunda dan ayahanda...

Inilah kata-kata yang mewakili seluruh rasa, sungguh aku

tak mampu menggantikan kasihmu dengan apapun, tiada

yang dapat kuberikan agar setara dengan pengorbananmu

padaku, kasih sayangmu tak pernah bertepi cintamu tak

pernah berujung...tiada kasih seindah kasihmu, tiada cinta

semurni cintamu, Kini....sambutlah aku anakmu di depan

pintu tempat dimana dulu anakmu mencium tanganmu dan

terimalah keberhasilan berwujud gelar persembahanku

sebagai bukti cinta dan tanda baktiku.

Dengan ridho allah SWT,

Untuk kakak dan adikku

yang selalu menjadi tempat berbagi suka duka dan

menjadikan diriku kuat

dalam menyelesaikan studi ini.

Untuk Sahabat-Sahabatku....

yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu....yang telah

memberikan motivasi dan inspirasi, bersama kalian aku

belajar memaknai hidup.

(11)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk

hari tua.

(Aristoteles)

Orang yang berjaya dalam hidup adalah orang yang

nampak tujuannya dengan jelas dan menjurus

kepadanya tanpa menyimpang.

~

Cecil B. Demile

~

Sekali melangkah pantang menyerah, sekali tampil

harus berhasil.

~

Andi Bimantara

~

Sahabat

yang

setia

bagai

pewangi

yang

mengharumkan. Sahabat sejati menjadi pendorong

impian. Sahabat berhati mulia membawa kita ke jalan

Allah.

(12)

SANWACANA

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan

rahamat dan dan karunia – Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Perikanan (S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas

Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Efektivitas Dasar Kolam Buatan

Pada Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) Skala Superintensif Dengan

Penambahan Probiotik Dan Vitamin C”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S, selaku dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku ketua program studi Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik

yang memberikan motivasi penuh dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Yudha T. Adiputra, S.Pi., M.Si, selaku dosen pembimbing I yang

dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan

(13)

5. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan,

kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Henni Wijayanti S.Pi., M.Si, selaku dosen pembahas atas segala kritik,

saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

7. Ibunda dan ayahanda atas cinta dan kasih sayang, perhatian, pengorbanan

dan dukungan serta do’a yang selalu dipanjatkan demi kelancaran,

keselamatan dan kesuksesan hingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

8. Kakak dan adik – adikku yang senantiasa memberikan masukan moriil

serta materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

9. Teman-teman satu tim penelitian (Fadli Dzil Ikrom, Mauli Selvia dan

Friska pakpahan) yang selalu solid dan kompak sampai akhir penelitian.

10.Sahabat seperjuangan Ahmad Fauzy, S.Pi, Dio Sandi Kiswara, Aris

Candra dan Fadli Dzil Ikrom yang selalu ada disaat susah maupun senang,

yang selalu ada untuk penulis dari menjadi mahasiswa sampai

terselesaikannya skripsi dan telah menemani penulis menjalankan hari-hari

dikampus serta menjadi tempat menuangkan isi hati.

11.Teman – teman wisata, Dio, Shoffan, M. Febriansyah, Imam, Jumaidi,

Yuti, Eko, Rudi, Robert, Angga, Erwin, Anggi, Ginanjar, Ali, Bay,

Hermawan, Ardi, Dimas yang selalu menghibur penulis ketika masa sulit

selama penelitian.

12. Teman–teman seperjuangan angkatan 2010, terimakasih atas kekompakan

kesolidan, kebersamaan, dan persaudaraan kita selama ini sehingga kita

(14)

13.Seluruh warga Budidaya Perairan Unila angkatan 2008, 2009, 2011, 2012

sampai 2013.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Hanya dengan Do’a yang dapat penulis berikan untuk membalas budi semuanya.

Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan

segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita

semua, Aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2014

(15)

DAFTAR ISI

2.9. Manajemen Kualitas Air dengan pemberian probiotik ... 15

(16)

3.6.2. Penebaran Benih ... 22

4.6. Kualitas Air Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) . ... 38

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pertumbuhan Panjang Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 30

2. Pertumbuhan Berat Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 31

3. Efektivitas Dasar Kolam Buatan Pada Pembesaran Lele Masamo ... 37

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ... 5

2. Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 8

3. Kolam Tanpa Pembatas , Kolam Dengan Menggunakan Probiotik Kolam dan Vitamin C, dan Kolam Menggunakan Dasar Kolam Buatan, PenambahanProbiotik dan Vitamin C ... 19

4. Proses Pembuatan Probiotik ... 22

5. Proses Pencampuran Vitamin C Pada Pakan ... 23

6. Pertumbuhan Panjang Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 29

7. Pertumbuhan Berat Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 31

8. Hubungan Panjang dan Bobot Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 32

5. Biomassa Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 34

6. Konversi Pakan Lele Masamo (Clarias gariepinus) ... 35

(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau

Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,

pemeliharaan padat tebar tinggi dengan sumber air terbatas, teknologi budidaya

yang relatif mudah dipahami oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah serta

modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah (DKP, 2003). Lele masamo

merupakan lele varian baru dengan pertumbuhan baik, sehingga dapat dipanen

dengan ukuran 18 cm dalam waktu pemeliharaan hanya 2 bulan. Pada tahun 2008

produksi ikan lele mencapai 114,371 ton (DKP, 2009). Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengupayakan

peningkatan produksi lele 450%, yaitu dari 200.000 ton tahun 2009 menjadi

900.000 ton pada tahun 2014 (KKP, 2010).

Efisiensi dan efektivitas usaha pembesaran lele perlu dipelajari dengan seksama

untuk menunjang keberhasilan budidayanya. Interaksi sesama pembudidaya lele

sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembesaran dan pemasaran lele

dapat dilakukan dengan cara saling bertukar informasi tentang benih yang baik,

(20)

1

pemilihan benih, pengisian air, manajeman pakan, manajemen mutu air,

manajemen panen dan pemasaran usaha budidaya lele.

Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Perker pada tahun 1974,

merupakan suplemen yang berisi mikroba hidup dan dapat menjaga keseimbangan

komponen mikroorganisme dalam sistem pencernaan ikan. Probiotik menurut

Fuller (1992) adalah produk yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami

mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi

peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inang sehingga

memudahkan dalam proses penyerapan nutrisi pakan, meningkatkan kesehatan

ikan, mempercepat pertumbuhan, dan memproteksi dari penyakit patogen tertentu

(Kumar, 2008).

Vitamin adalah bahan organik yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam

jumlah yang sedikit oleh organisme hidup. Menurut Hepher (1988) kebutuhan

vitamin bergantung pada spesies, ukuran, kondisi lingkungan. Vitamin dibutuhkan

untuk pertumbuhan, proses metabolisme tubuh, dan reproduksi hewan

(Watanabe, 1983). Salah satu jenis vitamin yang sering digunakan dalam

pencegahan penyakit ikan adalah vitamin C (ascorbic acid) merupakan vitamin

paling sederhana, dibutuhkan dalam mempertahankan proses fisiologis hewan,

termasuk ikan (Al-Amoudi, 1992). Vitamin C berperan dalam proses

penyembuhan luka dan kemampuan tubuh untuk menghadapi stress dari

perubahan lingkungan dan infeksi (Makatutu, 2002).

(21)

1

Permasalahan pembesaran lele yang terjadi antara lain yaitu kompetisi untuk

mempertahankan ruang gerak, mempertahankan hidup, dan konversi pakan

menjadi daging kurang optimal yang mengakibatkan penurunan dalam

pertumbuhan dan penurunan produksi dalam pembesaran lele. Dasar kolam

buatan bertujuan untuk mempersempit ruang gerak ikan yang akan dibudidayakan

sehingga asupan energi yang diperoleh oleh ikan dapat dimanfaatkan untuk

mempercepat proses pertumbuhan.

Penggunaan dasar kolam buatan belum diaplikasikan sehingga perlu dilakukan

penelitian tentang efektivitas dasar kolam buatan pada pembesaran lele masamo

dikombinasikan dengan penambahan probiotik dan vitamin C pada pembesaran

skala superintensif.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah mengetahui efektivitas dasar kolam buatan pada

budidaya lele masamo menggunakan penambahan probiotik dan vitamin C

terhadap pertumbuhan, biomassa, kelangsungan hidup dan konversi pakan.

1.3 Kerangka Pemikiran

Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi dan

teknologi budidaya yang relatif mudah dipahami oleh masyarakat. Permasalahan

dari pembesaran lele yaitu keterbatasan lahan untuk melakukan kegiatan

budidaya, permintaan akan pasar meningkat, pencemaran air limbah hasil

budidaya. Keterbatasan lahan untuk budidaya dapat memanfaatkan lahan yang

sempit dengan menggunakan dasar kolam buatan sehingga dapat mengurangi

(22)

1

biaya operasional budidaya. Permintaan pasar yang tinggi harus diimbangi dengan

peningkatan produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satu

cara yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan budidaya ikan lele dengan

sistem superintensif dengan penambahan vitamin C pada pakan sehingga dapat

memperoleh hasil yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan ikan pada

masyarakat. Penambahan probiotik pada air kolam dapat berguna untuk

meningkatkan kesehatan ikan, mempercepat pertumbuhan, dan memproteksi dari

penyakit patogen tertentu sehingga tingkat kelangsungan hidup ikan dapat

meningkat.

Penelitian ini menggunakan pembatas ruang, probiotik pada air kolam dan

penambahan vitamin C pada pakan. Hal ini bertujuan agar ikan yang

dibudidayakan ketika mendapatkan asupan energi (pakan) dapat meningkatkan

pertumbuhan. Sedangkan dasar kolam buatan bertujuan untuk mempersempit

ruang gerak ikan yang akan dibudidayakan sehingga asupan energi yang diperoleh

oleh ikan dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses pertumbuhan ikan yang

dibudidaya.

(23)

1

Hipotesis pada penelitian adalah aplikasi dasar kolam buatan pada budidaya lele

masamo menggunakan penambahan probiotik dan vitamin C berpengaruh pada

pertumbuhan, biomassa, kelangsungan hidup dan konversi pakan.

Pencemaran limbah

nafsu makan terterjaga Kualitas air terjaga kualitasnya

Biomassa meningkat

Hambatan Tantangan Hambatan

(24)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit

licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan

kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan

keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli

(Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris

disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.

Di Indonesia, setidaknya terdapat dua spesies ikan lele yang biasa dibudidayakan

masyarakat yaitu spesies Clarias batrachus dan Clarias gariepinus. Dari dua

spesies ini, ada beberapa ikan lele yang dikategorikan unggul yaitu lele dumbo,

lele sangkuriang dan lele phyton. Setiap jenis ikan lele tersebut memiliki

keunggulan dan kekurangannya masing-masing.

2.2. Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus)

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan

secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.

Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah masuknya

(25)

1

terjadi karena ikan lele dumbo dapat dibudidayakan pada lahan dan sumber air

yang terbatas dengan padat tebar yang tinggi, modal usahanya relatif rendah

karena dapat menggunakan sumber daya yang relatif mudah didapatkan, teknologi

budidayanya relatif mudah dikuasai masyarakat dan pemasaran benih dan ukuran

konsumsinya relatif mudah.

Klasifikasi lele SNI (2000) , adalah :

Kingdom : Animalia

Lele secara morfologi memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin

(tidak bersisik). Sesuai dangan familinya yaitu Clariidae yang memiliki bentuk

kepala pipih dengan tulang keras sebagai batok kepala. Disekitar mulut terdapat 4

pasang sungut. Pada sirip dada terdapat patil atau duri keras yang berfungsi

sebagai alat untuk mempertahankan diri. Secara anatomi lele memiliki alat

pernafasan tambahan yang terletak di bagian dapan rongga insang, yang

memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Oleh karena

(26)

1

itu, lele dapat hidup dalam kondisi perairan yang mengandung sedikit kadar

oksigen ( Suyanto, 1999 ).

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai

dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.

Lele secara alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih

menyukai tempat yang gelap, pada siang hari lele lebih memilih berdiam diri dan

berlindung di tempat-tempat gelap. Dalam usaha budidaya lele dapat beradaptasi

menjadi sifat diurnal. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup lele yang

perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air

(Khairuman, 2002).

Gambar 2. Morfologi Ikan Lele Masamo Mata

Mulut Sirip ekor (Caudal)

Sirip dada (pektoral)

Sirip punggung (dorsal)

(27)

1

2.3 Fisiologi Ikan Genus Clarias

Fisiologi mempelajari fungsi organ–organ tubuh atau fungsi keseluruhan

organisme. Organ artinya alat – alat tubuh seperti hati, paru – paru, insang,

jantung, ginjal yang merupakan bagian tubuh hewan sedangkan pada tumbuhan

oragn antara lain meliputi akar, batang, daun, bunga. Organ–organ tersebut

menyusun suatu organisme yaitu makhluk hidup baik yang makroskopik

(berukuran besar, dapat dilihat dengan mata manusia tanpa bantuan alat) maupun

yang mikroskopis (berukuran kecil, tidak dapat dilihat dengan mata manusia tanpa

bantuan alat). Fisiologi mencakup pembahasan tentang apa yang dilakukan oleh

makhluk hidup dan bagaimana mereka melakukan agar mereka lulus hidup dan

dapat mengatasi berbagai tantangan dari lingkungan hidupnya sehingga mereka

dapat beradaptasi dan memppertahankan eksistensinya (Yuwono, 2001).

Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi,

bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf,

sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).

Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi dalam makanan yang

berfungsi sebagai sumber energi tubuh. Kebutuhan gizi pada ikan berkaitan erat

dengan kebutuhan energi total (baik yang berasal dari protein, maupun yang

berasal dari karbohidrat dan lemak). Zat gizi pakan dan pertumbuhan ikan

merupakan faktor pembatas dalam suatu model pertumbuhan. Daya cerna adalah

bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses (Maynard,

1979).

(28)

1

Kapasitas lambung dan laju pakan dalam saluran cerna merupakan variabel dari

daya cerna. Ikan yang berbobot lebih kecil akan mengosongkan sejumlah pakan

dari dlam lambungnya lebih cepat dibanding ikan yang berbobot besar, sehingga

jumlah konsumsi pakan relatif (Wooton, et al,. 1980).

2.4 Vitamin C

Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa yang paling sederhana dan

mudah larut dalam air, dibutuhkan dalam mempertahankan proses fisiologis

hewan, termasuk ikan (Al-Amoudi et al., 1992). Vitamin C berperan penting

dalam proses penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh untuk

menghadapi stress dari perubahan lingkungan dan infeksi (Makatutu. 2002).

Menurut Robinson (1984) kebutuhan vitamin C pada ikan berbeda-beda antara

spesies dan pada spesies yang sama tergantung pada kondisi lingkungan. Penyakit

infeksi dan kelainan metabolik yang dapat menyebabkan stress, mengakibatkan

kebutuhan vitamin C meningkat. Pemberian vitamin C dalam jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan ikan dapat meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh

stress akibat perubahan suhu (Steffens. 1989).

2.5 Probiotik

Verschere (2000) menyatakan bahwa probiotik sebagai penambah mikroba hidup

yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi komunitas mikroba lingkungan

hidupnya. Prinsip dasar kerja probiotik adalah pemanfaatan kemampuan

mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang protein,

karbohidrat dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan. Kemampuan ini

diperoleh karena adanya enzim-enzim khusus yang dimiliki oleh mikroba untuk

(29)

1

memecah ikatan tersebut. Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan dan

makhluk air lainnya. Pemecahan molekul-molekul kompleks ini menjadi molekul

sederhana jelas akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh

saluran pencernaan ikan. Di sisi lain, mikroorganisme pelaku pemecah ini

mendapat keuntungan berupa energi yang diperoleh dari hasil perombakan

molekul kompleks tersebut (Effendi 2002).

Pada saat memilih mikroorganisme yang akan dijadikan probiotik, persyaratan

yang harus dimiliki oleh mikroba probiotik antara lain adalah (Feliatra 2002); 1)

tidak bersifat patogen atau mengganggu inang, tidak bersifat patogen bagi

konsumen (manusia dan hewan lainnya), 2) tidak mengganggu keseimbangan

ekosistem setempat, 3) mikroba tersebut hendaklah dapat dan mudah dipelihara

dan diperbanyak, 4) dapat hidup dan bertahan serta berkembang biak di dalam

usus ikan, 5) dapat dipelihara dalam media yang memungkinkan untuk

diintroduksikan ke dalam usus ikan, dan 6) dapat hidup dan berkembang di dalam

air wadah pemeliharaan ikan.

2.6 Pengelolaan Kualitas Air

Lele merupakan ikan yang memiliki alat bantu pernafasan berupa arborescentc

organ dan dengan bantuan alat ini lele dapat bertahan hidup pada lumpur atau air

dengan konsentrasi yang sangat rendah (Khairuman, 2002). Namun pengontrolan

kualitas air tetap harus dilakukan karena dalam budidaya lele permasalahan yang

paling sering dihadapi adalah tingginya kematian yang diakibatkan oleh serangan

penyakit (Sunarma, 2004). Penyakit yang menyerang lele lebih diakibatkan

(30)

1

karena minimnya pengontrolan kualitas air yang kemudian berpengaruh terhadap

turunnya daya tahan tubuh ikan dan penyakit dapat dengan mudah menyerang.

Kondisi air agar tetap dalam kondisi baik, dilakukan penyiponan 3 hari sekali

terhadap kotoran atau sisa pakan yang mengendap di dasar wadah pemeliharaan.

Tujuan dilakukannya penyiponan adalah untuk menghindari penumpukan bahan

organik yang berasal dari kotoran, larva yang mati atau sisa pakan yang

mengakibatkan mortalitas pada benih karena air yang kotor banyak mengandung

senyawa yang beracun bagi benih.

a. Suhu Air

Suhu air merupakan salah satu parameter fisika yang perlu diperhatikan karena

dapat mempengaruhi pada laju metabolisme ikan seperti pertumbuhan,

perkembangbiakkan, pernapasan, denyut jantung, kegiatan enzim dan proses

fisiologis lainnya pada ikan. Keadaan ini akan terlihat pada pemeliharaan ikan

dengan suhu rendah dapat menyebabkan pertumbuhan ikan lambat bahkan

terhenti. Selain itu suhu juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut

dalam air dan daya racun suatu bahan pencemar. Secara naluri ikan mempunyai

toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu. Suhu yang baik untuk

pemeliharaan ikan berkisar antara 25 – 31º C (Suyanto, 2006).

b. DO (Oksigen Terlarut)

Oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan ikan, bila kadar oksigen

rendah dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan,

bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Oksigen juga tidak hanya berfungsi

(31)

1

untuk pernapasan (respirasi) ikan, tetapi juga untuk penguraian atau perombakan

bahan organik yang ada di dasar kolam.

Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu,

kadar garam (salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan air, luas daerah

permukaan perairan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen

sekelilingnya. Oksigen terlarut diukur dengan DO meter. Kisaran Oksigen terlarut

yang baik minimal 3 ppm, dan optimum 4-7 ppm (Prihatman, 2000).

c. Amonia (NH3)

Amonia merupakan hasil perombakan senyawa nitrogen oleh organisme renik

yang dilakukan pada perairan anaerob atau kandungan oksigen terlarut dalam air

kurang. Di dalam air amonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu senyawa

amonia bukan ion (NH3) dan berupa ion amonium (NH4+). Dalam kaitannya dengan usaha pembenihan ikan laut, NH3 akan dapat meracuni ikan sedangkan NH4+ tidak berbahaya kecuali dalam konsentrasi sangat tinggi. Konsentrasi NH3 yang tinggi biasanya terjadi setelah fitoplankton mati kemudian diikuti dengan

penurunan pH air disebabkan konsentarsi CO2 meningkat (Suyanto, 2008).

2.7 Manfaat Teknologi Dasar Kolam Buatan

Penerapan teknologi budidaya dengan menggunakan dasar kolam buatan

diperkenalkan untuk meningkatkan produksi dengan mengefisienkan penggunaan

dasar kolam yang pada akhirnya mengharapkan penggunaan energi efisien lele

untuk pertumbuhan. Selain itu diharapkan pula efisiensi pakan dan kelangsungan

hidup.

(32)

1

Dasar kolam buatan digunakan sebagai alat bantu untuk mempersempit ruang

gerak sehingga dapat mempercepat proses pertumbuhan, karena dengan adanya

pembatas ruang ikan dapat beristiharat, sehingga energi yang didapat dari pakan

dapat digunakan untuk proses pertumbuhan.

Energi merupakan faktor pendukung mempercepat proses pertumbuhan, semakin

banyak pasokan energi yang tersimpan semakin cepat pertumbuhan bagi lele

tersebut. Energi yang diperoleh dari protein akan digunakan untuk pertumbuhan

dan perbaikan jaringan. Kualitas protein dapat dilihat dari kecernaannya.

Semakin baik kualitas protein pakan maka semakin banyak protein yang dicerna

dan menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan.

2.8 Manajemen Pakan dengan Penambahan Vitamin C

Faktor yang menjadi penunjang keberhasilan pembesaran lele diantaranya pakan

yang tersedia berkualitas, kuantitas, ukuran dan dalam bentuk yang baik. Pakan

sangat diperlukan oleh ikan untuk memenuhi kebutuhan energi agar hidup dan

tumbuh (Mulyadi. 2011). Pakan yang digunakan oleh ikan sangat dipengaruhi

oleh kualitas pakan dari segi kandungan nutrisi. Pakan yang berkuailtas berperan

sebagai sumber energi utama dan mampu meningkatkan daya cerna ikan sehingga

pertumbuhan menjadi optimum. Pakan buatan dapat lebih menguntungkan dari

segi kualitas, karena adanya proses pengolahan lebih lanjut dari bahan-bahan

alaminya. Pengolahan tersebut selain terdapat pengaturan komposisi yang lebih

baik, dapat pula dilakukan pengayaan nutrisi. Dalam penelitian ini terdapat

rekayasa pakan dengan cara penambahan vitamin C.

(33)

1

Kebutuhan ikan akan vitamin C berbeda-beda antar spesies tergantung pada

kondisi lingkungan. Vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu bahan yang

sering digunakan dalam pencegahan penyakit ikan, vitamin C dalam tubuh ikan

berperan mengurangi stress dan mempercepat proses penyembuhan luka. Selain

itu, vitamin C mempunyai kemampuan untuk mempercepat reaksi kelompok

hidroksilasi dengan formulasi kolagen yang sangat penting untuk pemeliharaan

keseimbangan alami oleh kulit beserta jaringan lainnya. Dalam percobaan di

laboratorium, vitamin C memperlihatkan keterlibatannya dalam proses pelepasan

zat kebal oleh sel kebal. Pada hewan, vitamin C merupakan suatu kebutuhan yang

harus ada untuk produksi interferon dan komponen komplemen. Banyak zat yang

penting dikeluarkan atas bantuan vitamin C dalam pertahanan tubuh dari

pencegahan infeksi patogen (Lagler et al., 1977; Halver, 1989; Sandnes, 1991).

Pemberian vitamin C dalam pakan buatan adalah salah satu alternatif untuk

menghasilkan pakan yang dapat berfungsi ganda dan secara tidak langsung dapat

meningkatkan kualitas pakan.

2.9 Manajemen Kualitas Air dengan pemberian probiotik

Menurut Irianto (2007), pemberian organisme probiotik dalam akuakultur dapat

diberikan melalui pakan, dan air. Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh

pada saluran pencernaan, sehingga akan membantu proses penyerapan makanan

dalam pencernaan ikan. Bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu

mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan.

Dalam meningkatkan nutrisi pakan , bakteri yang terdapat dalam probiotik

(34)

1

memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan

pakan seperti amylase, protease, lipase dan selulase (Kumar, 2008).

Lele merupakan ikan yang memiliki alat bantu pernafasan berupa arborescent

organ dan dengan bantuan alat ini lele dapat bertahan hidup pada lumpur atau air

dengan konsentrasi yang sangat rendah (Khairuman, 2002). Namun pengontrolan

kualitas air tetap harus dilakukan karena dalam budidaya lele permasalahan yang

paling sering dihadapi adalah tingginya kematian yang diakibatkan oleh serangan

penyakit (Sunarma, 2004).

Kondisi air agar tetap dalam kondisi baik, dilakukan penyiponan 3 hari sekali

terhadap kotoran atau sisa pakan yang mengendap di dasar wadah pemeliharaan.

Tujuan dilakukannya penyiponan adalah untuk menghindari penumpukan bahan

organik yang berasal dari kotoran, larva yang mati atau sisa pakan yang

mengakibatkan mortalitas pada benih karena air yang kotor banyak mengandung

senyawa yang beracun bagi benih

(35)

1

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

Perikanan bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini 9 buah kolam beton yang berukuran

1,5 x 1x 1 m³ dengan ketinggian air 70 cm, dasar kolam buatan terbuat dari kayu

sebagai kerangkanya dan strimin almunium sebagai alasnya, DO meter, kertas

lakmus, skopnet, ember, timbangan digital, millimeter blok, blower, lampu

boklam 75 watt, selang aerasi, batu aerasi, jerigen 18 liter.

Bahan-bahan yang digunakan yaitu benih lele masamo dengan ukuran 7-10 cm,

vitamin C, molase, ragi tape, dedak halus, EM , Yakult ®, kapur dolomit, dan pakan buatan (pelet terapung) merk MS Pf 1000 dengan kandungan 29-40% dan

(36)

1

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap

(RAL) yang terdiri 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali.

Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemeliharaan lele masamo tanpa menggunakan dasar kolam buatan, tanpa

probiotik dan tanpa penambahan vitamin C pada pakan (TDPC).

Selanjutnya perlakuan TDPC disebut kontrol.

2. Pemeliharaan lele masamo tanpa menggunakan dasar kolam buatan,

dengan penambahan probiotik pada air kolam dan vitamin C pada pakan

(TDKB).

3. Pemeliharaan lele masamo dengan menggunakan aplikasi 2 dasar kolam

buatan dan penambahan probiotik pada air kolam dan vitamin C pada

pakan (DPVC).

(37)

1

Gambar 3. Kolam tanpa pembatas (TDPC), Kolam menggunakan probiotik dan vitamin C (TDKB), dan Kolam menggunakan 2 dasar kolam buatan, probiotik kolam dan vitamin C (DPVC).

(TDPC)

(TDKB)

(DPVC)

(38)

1

Dengan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Nilai Pengamatan

i = Perlakuan system budidaya A, B, C

j = Ulangan ( 1, 2, 3 )

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan sistem budidaya A, B, C pada ulangan 1,2,3

εij = Galat percobaan pada perlakuan sistem budidaya A, B, C pada ulangan 1,2,3

3.4 Analisis Data

Analisis pertumbuhan, kelangsungan hidup, konversi pakan dan biomassa lele

masamo diuji anova dengan selang kepercayaan 95%.

3.5 Persiapan Penelitian

1. Persiapan Kolam

Persiapan kolam terdiri dari pembersihan, penyikatan, pengeringan, pengisian air,

treatment air dengan penambahan probiotik pada air kolam.

2. Persiapan Air Kolam

Pengisian air kolam dilakukan setelah kegiatan persiapan kolam . Air yang

digunakan untuk kolam adalah air yang berasal dari sumur bor yang bersih.

Masing-masing kolam diisi air dengan ketinggian sama yaitu 70 cm kemudian air

diendapankan selama 2-3 hari.

(39)

1

3. Pengapuran

Pengapuran berfungsi untuk membunuh bibit penyakit dan menaikkan keasaman

(pH). Kolam dialiri air secara bertahap untuk memberi kesempatan agar kapur

yang diberikan bereaksi dengan sempurna. Jenis kapur yang digunakan untuk

pengapuran adalah dolomit (CaMg (CO3)2). Pemberian kapur sekitar 150-225 gr/m3 disebar merata di permukaan air kolam. Pengapuran dilakukan pada saat kolam telah diisi oleh air, penambahan kapur dilakukan setiap 10 hari sekali

setelah penyiponan.

4. Kultur Probiotik / Bakteri

Proses pembuatan probiotik meliputi :

1. Menambahkan air bersih sebanyak 18 liter ke dalam wadah.

2. Menambahkan 5 botol yakult® masing – masing 65 ml (Lactobacillus casei), 1 botol , 1 liter molase dan 20 gr ragi tape (Aspergillus

sp.) yang sudah di tumbuk halus ke dalam wadah yang berisi air bersih.

3. Mengaduk semua bahan selama 1-2 menit agar larut merata dan diaerasi.

4. Mengfermentasikan larutan selama 6-7 hari. Proses fermentasi

berlangsung sempurna ditandai perubahan larutan menjadi coklat dan

berbau alkohol.

(40)

1

Gambar 4.Cara kerja pembuatan probiotik

3.6 Pelaksanaan Penelitian

1. Pemberian probiotik pada air kolam

Kolam yang telah berisi airditambah probiotik sebanyak 100 ml/ m³ yang telah

dikultur seminggu sebelum ikan ditebar secara merata ke seluruh permukaan

kolam. Pemberian probiotik, ragi tape 1 butir per m³ dan 150-225 gr kapur

dolomit diulang setiap 10 hari sekali setelah melakukan pengukuran panjang dan

bobot kemudian ikan dipuasakan selama 24 jam.

2. Penebaran Benih

Padat penebaran juga perlu diperhatikan dalam penebaran ikan. Penebaran benih

hendaknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Benih ikan lele masamo yang

digunakan berukuran dengan panjang 7-10 cm. Kepadatan penebaran benih lele

masamo yang digunakan yaitu 400 ekor / m3.

Kondisi lingkungan media pengangkutan juga berbeda dengan media air dalam

wadah pembesaran yang bisa menyebabkan ikan stress jika langsung ditebar.

18 L air sumur 2 butir ragi tape yang

telah dihaluskan

Didiamkan selama 6-7 hari

Siap dipakai Aerasi selama 1-3

menit Probiotik (5 botol yakult® ,

1 liter molase, 1 )

(41)

1

Maka dari itu dilakukan adaptasi terlebih dahulu. Ikan diadaptasikan

perlahan-lahan kepada lingkungannya yang baru, proses ini disebut aklimatisasi.

3. Budidaya Lele Masamo (Clarias gariepinus)

a. Pemberian Pakan dengan penambahan vitamin C

Proses pencampuran vitamin C ke dalam pakan :

1. Memasukkan 5 gr vitamin C dan 1 sendok minyak ikan ke dalam 1 kg

pakan.

2. Mengaduk semua bahan yang telah dicampurkan secara merata.

3. Mendiamkan bahan-bahan yang telah diaduk secara merata selama 5 menit

kemudian bahan siap dipakai.

Gambar 5.Cara kerja pencampuran vitamin C pada pakan

b. Pengukuran Berat dan Panjang Total

Pengukuran pertumbuhan dilakukan tiap 10 hari . Jumlah ikan yang diukur

pertumbuhan 125 ekor. Pengukuran panjang ikan diukur dari ujung kepala hingga

ujung ekor menggunakan millimeter blok sedangkan pengukuran berat ikan

ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Data panjang dan berat lele

masamo akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

5 gr vitamin C 1 sendok minyak ikan 1 kg pakan

Siap dipakai Diaduk secara merata

(42)

1

c. Manajemen Kualitas Air

Pergantian air dilakukan setiap 10 hari sekali dengan menyedot air dasar kolam

dan dibuang sebanyak 30% setelah itu tambahkan air baru naikan air seperti

semula. Dilakukan penambahan probiotik sebanyak 100 ml/m³ dan ragi tape

1butir/m³ dan kapur dolomit sebanyak 150-225 gr yang dilakukan setiap 10 hari

sekali setelah penambahan bahan – bahan tersebut ikan dipuasakan 24 jam.

3.7 Pengumpulan Data

1. Pertumbuhan Panjang dan Berat

Pertumbuhan adalah perubahan bobot dan panjang rata-rata individu pada tiap

perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak

(cm) ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir (Lt) dengan panjang awal (Lo)

pemeliharaan.

Pertumbuhan panjang dihitung berdasarkan rumus Effendie, (2004) sebagai

berikut :

Keterangan :

L = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Lt = Panjang rata-rata akhir (cm)

Lo = Panjang rata-rata awal (cm)

L = Lt - Lo

(43)

1

Laju pertumbuhan individu (gr/hari) ditentukan berdasarkan selisih bobot

rata-rata akhir dan awal pemeliharaan yang dibandingkan dengan waktu pemeliharaan.

Laju pertumbuhan harian dihitung berdasarkan rumus Zonneveld et al., (1991)

sebagai berikut :

Wt – Wo

α =

t

Keterangan :

α = Laju pertumbuhan individu (gr/hari)

Wt = Bobot rata-rata akhir (gr)

Wo = Bobot rata-rata awal (gr)

t = Waktu pemeliharaan (hari)

2. Biomassa (W)

Pertumbuhan biomassa mutlak adalah selisih antara berat basah pada akhir

penelitian dengan berat basah pada awal penelitian (Effendie, 1979).

Keterangan :

W = Pertumbuhan mutlak (gr)

Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gr)

Wo = Bobot biomassa pada awal penelitian (gr) W = Wt - Wo

(44)

1

3. Konversi Pakan

Konversi pakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

F FCR =

(Wt+D) – Wo

Keterangan : FCR : Konversi pakan

F : Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharan

Wt : Berat ikan lele saat akhir penelitian

D : Berat ikan lele yang mati

Wo : Berat lele saat akan ditebar

4. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup ikan diperoleh dengan mengikuti rumus Effendie (1979)

Nt

SR = X 100%

No

Keterangan:

SR = Tingkat Kelangsungan hidup ikan uji

Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor).

No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian

(45)

1

5. Kualitas air

Pengumpulan data kualitas air meliputi suhu, Oksigen terlarut, pH, dan amonia.

Pengamatan ini dilakukan pada awal, pertengahan, akhir waktu penelitian. Suhu

di ukur dengan menggunakan termometer, Oksigen terlarut di ukur menggunakan

DO meter, pH di ukur menggunakan kertas lakmus. Data yang di dapat akan di

buat grafik dan tabel.

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dasar kolam buatan, penambahan probiotik pada air kolam dan penambahan

vitamin C pada pakan pada pembesaran lele masamo berpengaruh nyata terhadap

kelangsungan hidup ikan dengan nilai SR tertinggi mencapai 94,67%. Tetapi

Dasar kolam buatan, penambahan probiotik pada air kolam dan penambahan

vitamin C pada pakan pada pembesaran lele masamo tidak berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan, konversi pakan dan biomassa lele masamo.

5.2 Saran

Dasar kolam buatan, probiotik dan vitamin C perlu dilakukan pada kolam yang

diletakkan pada tempat terbuka (outdoor). Perlu dipelajari lebih lanjut pengaruh

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Amoudi, M.M., A.M.N. El-Nakadi and B.M. El-Nouman. 1992. Evaluation of optimum dietary requirement of vitamin for the growth of Oreochromis spilurus fingerlings in water from the red sea. Aquaculture 105 : 165-173

Arifin, M.Z. 1991. Budidaya Lele. Dohara Prize. Semarang.

Blackweel, B.G., M.L. Brown & D.W. Willis. 2000. Relative weight (Wr) status andcurrent use in fisheries assessment and management. Reviews in fisheriesScience, 8: 1-44.

Budi. 2009. Probiotics for Aquaculture. Dikutip dari

http://probioticsforaquaculture.com/2009/04/sekilas-tentang-probiotik.html. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2014 pukul 18.00 WIB

Boyd AW. 1990. Water quality in pond for aquaculture. Auburn University. Birmingham Publishing Co. Alabama.

Boyd CE. 1982. Water quality management for pond fish culture. Amsterdam : Elsevier Scientific Publ. Co

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Budidaya Lele Sangkuriang. http ://www.dkp.go.id/content.php?c=2558.

Dorland. 2006. The Vitamin, halaman 32-101. Dalam Halver, J.E. (Editor) Fish Nutrition; Second Edition. Academic Press, Inc., San Diego, California.

Duborow RM, Crosby DM, Brunson MW. 1997. Ammonia in Fish Pond. Southern Regional Aquaculture Center. SRAC Publ. No. 463

Effendi,I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor

Effendi, I. 2002. Probiotics for Marine Organism Disease Protection. Pekanbaru: Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUniversitas Riau.

(48)

Everhart, W.H., W.D. Youngs. 1981. Principles of fishery Science. 2nd Edition Comstock Publishing Associates, a division of Cornell University Press,London.

Feliatra. 2002. Implementasi dan pengembangan bioteknologi lautan dalam upaya optimalisasi pemanfaatan laut Indonesia.Makalah dalam Pengukuhan Guru Besar. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru, 5 November 2002.

Hepher, B. 1988. Nutrition on pond fish. Cambridge University Press. Cambridge.

Irianto, A. 2003. Probiotik Aquaculture. Cetakan I. Gadjah Mada Universitas Press. Bulaksumur. Yogjakarta. 125 Halaman.

Khairuman dan Amri, Khairul. 2002. Budi Daya Ikan Lele Dumbo Secara Intensif. Jakarta : Gramedia

KKP. 2010. Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam Angka. Kementrian

Kelautan dan Perikanan. http://www.perikanan-budidaya. dkp.go.id. Jakarta

(20 Mei 2014).

Makatutu, D. 2002. Suplementasi vitamin C dalam pakan untuk memacu perkembangan gonad dan meningkatkan mutu telur ikan kerapu batik (Ephinephelus microdon) Thesis. Program Pascasarjana IPB.

Masser MP, James R, Thomas ML. 1999. Recirculating Aquaculture Tank Production Systems, Management of Recirculating Systems. Southern Regional Aquaculture Center. No. 452

Masumoto, T., H. Hosokawa., and S. Shimeno. 1991. Ascorbic acids role in aquaculture nutrition. P:42-48. In Proceeding of the aquaculture feed and nutrition workshop. D.M. Akiyama and R.K.H. Tan (Eds.). Thailand and Indonesia September 19-25, 1991. American Soybean Association, Singapore.

Maynard. 1979. Animal Nutrition. Seventh Edition McGraw-Hill Book Company, Philippine.

Merta, I.G.S. 1993. Hubungan panjang – berat dan faktor kondisi ikan lemuru, Sardinella lemuru Bleeker, 1853 dari perairan Selat Bali. Jurnal Penelitian Perairan Laut, 73 : 35 - 44.

(49)

Mulyadi, A E. 2011. Pengaruh Pemberian Probiotik Pada pakan Komersil Terhadap Laju Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalamus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unpad : Jatinangor.

Navarre, O. 1985. The effect of Vitamin C status on infection and antibody formation induced by Vibrio anguillarum in rainbow trout (Salmo gairdneri). Masters Thesis, University of Washington, seattle, WA, 124pp.

Prihatman, K. 2000. Budidaya Lele (Clarias). Sumber: diakses pada tanggal 15 September 2014 pukul 22.00 WIB.

Richter, T.J. 2007. Development and evaluation of standard weight equations for bridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries Management, 27: 936-939.

Robinson,H.E. 1984. Vitamin Requirment. In E.H. Robinsonand T.T Lovells(Ed). Nutrition and feeding of channel catfish (revised). Southern Regional seedings. Aquaculture 161 : 427-436.

Royce,W.F. 1973. Introduction to Fishery Sciences. Academic press. New York.

Sandnes, J., 1991. Studies on vitamin C in fish Nutrition. Norwey : Dept. Fisheries and marine Biology : Univ. of Bergen 32 pp.

SNI. 2000. Induk lele dumbo ( Clariasgariepinus x C.fuscus). http://topan36.files.wordpress.com/2008/12/induk-ikan-lele-dumbo2.pdf.11 oktober 2013.www.google.com.

Sunarma, Ade. 2004. Peningkatan Produksi Usaha Lele Sangkuriang.

Sumberhttp://www.dkp.go.id/ dikutip pada tanggal 20 mei 2014 pukul 11.30 WIB

Susetiono. 1988. Pengenalan Krustacea Untuk Tujuan Penelitian Ilmiah. Kantor

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Maluku.

Suyanto, S. Rachmatun. 2006. Budi Daya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suyanto,S., N.Y. Rachmatun., 2007. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya

(50)

Tizard, 1. 1987. Veterinary Immunology an Introduction. W.B. Saunders Company. Philadelphia. USA. pp. 1-387

Van Wyk P, Scarpa J. 1999. Water Quality Requirements and Management. Di dalam: Van Wyk P, Davis-Hodgkins R, Laramore KL, Main J,

Mountain, Scarpa J. Farming Marine Shrimp in Recirculating freshwater systems. http://www.hboi.edu/aqua/training_pubs.html [18 September 2014]

Verschere, L. Rombaut, G., Sorgeloos, P. & Verstraete W. 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbiology and Molecular Biology Review 64: 655-671.

Watanabe, T.,C.Y. Cho and C.B. Cowey. 1983. Finfish nutrition in asia. International Development Research Centre.

Wang Bo-Yang, Rong Li, Lin Junda. 2008. Probiotics Cell Wall Hydropbobicity Bioremediation of Aquaculture. Aquaculture 269: 349-352.

Gambar

Gambar 2. Morfologi Ikan Lele Masamo
Gambar 3. Kolam tanpa pembatas (TDPC), Kolam menggunakan probiotik dan vitamin C (TDKB), dan Kolam menggunakan 2 dasar kolam buatan, probiotik kolam dan vitamin C (DPVC)
Gambar 4.Cara kerja pembuatan probiotik
Gambar 5.Cara kerja pencampuran vitamin C pada pakan

Referensi

Dokumen terkait

Objektif utama perisian ini dibangunkan adalah untuk memberi peringatan kepada pengguna komputer apabila telah masuk waktu solat dan menghentikan operasi di komputer dan

Pelajar tahun enam yang menggunakan strategi ini mempunyai pencapaian yang lebih cemerlang kerana memahami makna tersurat dan tersirat, berlatih, menganalisis kesalahan

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi game edukasi “Mari Belajar Tanda Waqaf dan Washal ” yang dapat membantu siswa kelas 5 SD IT Muhammadiyah Al Kautsar

Saat terbitnya sertipikat HT inilah menandakan lahirnya HT dan kedudukan Kreditur atau pemegang HT adalah preferent yaitu kreditur yang didahulukan (kreditur

Nilai signifikansi yang berada diatas 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel FREK terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri anak berkebutuhan khusus yang masuk program inklusi pada awalnya memang kurang maksimal disebutkan oleh wali

iz 2014, rezultati ovoga istraživanja pokazuju da na smanjenje broja pušača najma- nje utječe ograničavanje oglašavanja i reklamiranja duhan- skih proizvoda te se znatno