Warisan berasal dari bahasa Arab al-irts (ثرلا) atau al-mirats (ثاريملا) secara umum bermakna peninggalan (tirkah) harta orang yang sudah meninggal (mayit).
Secara etimologis (lughawi) waris mengandung 2 arti yaitu (a) tetap dan (b) berpindahnya sesuatu dari suatu kaum kepada kaum yang lain baik itu berupa materi atau non-materi.
Sedang menurut terminologi fiqih/syariah Islam adalah berpindahnya harta seorang (yang mati) kepada orang lain (ahli waris) karena ada hubungan kekerabatan atau perkawinan dengan tata cara dan aturan yang sudah ditentukan oleh Islam berdasar QS An-Nisa' 4:11-12.
I. DALIL DASAR HUKUM WARIS - QS An-Nisa' 4:11-12
Rukun, Syarat dan sebab Waris
1.1 Rukun Waris
Untuk terjadinya sebuah pewarisan harta, maka harus terpenuhi tiga rukun waris. Bila salah satu dari tiga rukun ini tidak terpenuhi, maka tidak terjadi pewarisan.
Ketiga rukun itu adalah al-muwarrits, al-waarist dan al-mauruts. al-muwarrits: pewaris
al-waarist: ahli waris
al-mauruts: harta warisan
1.2 Syarat waris
Selain rukun, juga ada syarat-syarat yang harus terpenuhi untuk sebuah pewarisan. Bilamana salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak terjadi pewarisan. Syarat pewarisan ada tiga:
a. Meninggalnya Muwarrits b. Hidupnya Ahli Waris c. Ahli Waris Diketahui 1.3 Sebab Waris
contohnya: ayah, ibu, anak, saudara, paman yang mempunyai hubungan nasab atau ada pertalian darah.
b. Pernikahan
Yaitu terjadinya akad nikah secara legal (syar’i) antara seorang laki-laki dan perempuan, sekalipun belum atau tidak terjadi hubungan intim (bersanggama) antar keduanya. c. Al-Wala
Yaitu kekerabatan karena sebab hukum. Disebut juga wala al-‘itqi dan wala an-ni’mah. Yang menjadi penyebab adalah kenikmatan pembebasan budak yang dilakukan seseorang. Maka dalam hal ini orang yang membebaskannya mendapat kenikmatan berupa kekerabatan (ikatan) yang dinamakan wala al-‘itqi.
Sebelum harta warisan dibagi, ada beberapa hal yang harus diselesaikan, terkait pembiayaan berikut ini (sesuai urutannya):
1. Pengurusan jenazah.
2. Utang mayit yang berbentuk gadai/utang beragunan.
3. Utang non-agunan, baik utang kepada manusia atau utang kepada Allah ta’ala (seperti: membayar kafarat atau fidyah).
4. Wasiat yang membutuhkan dana dari harta mayit, berupa infak dalam wasiat, pembiayaan haji, pewasiatan harta kepada kawan atau kerabat, dan lain-lain.
Tentang wasiat, tidak boleh melebihi sepertiga warisan, dan juga tidak boleh diberikan kepada ahli waris, karena mereka telah mendapat harta jatah warisannya, sehingga tidak adil jika mereka mendapat dua jatah; wasiat dan warisan.
Dari sisa harta di atas, selanjutnya dilakukan pembagian warisan sesuai syariat Islam.
Karena itu, dalam kasus yang Anda sampaikan, jika harta itu digunakan untuk biaya wasiat maka diperbolehkan, asalkan tidak melebihi sepertiga dari total harta.
Akan tetapi, ini dilakukan setelah pelunasan utang, karena yang dimaksud dengan “harta mayit” adalah harta yang ditinggalkan setelah dipotong biaya pengurusan jenazah dan utang mayit. Adapun pengurusan surat maka itu bisa diambilkan dari harta warisan yang ada.
PENGGUGUR HAK WARIS
1. Pembunuhan. Ahli waris membunuh yang mewarisi. 2. Beda agama.
3. Budak.
4. Ahli waris meninggal terlebih dahulu dari pewaris.
5. Mah}jub, yaitu hilangnya (terhijabnya) hak waris seseorang karena adanya ahli waris yang lebih kuat kedudukannya. Misal, cucu laki tidak mendapat warisan karena adanya anak laki-laki.
Hikmah hukum mawaris
2:26 PM yandi aphamudin No comments
Di antara hikmah ditetapkannya ketentuan hukum dalam fiqih mawaris antara lain :
1. Mendistribusikan harta peninggalan secara adil dan merata kepada para pihak anggota keluarga yang menjadi ahli waris.
2. Menghindarkan diri dari perselisihan dan perpecahan, bahkan pertengkaran akibat rebutan harta peninggalan.
Warisan berasal dari bahasa Arab al-irts (ثرلا) atau al-mirats (ثاريملا) secara umum bermakna peninggalan (tirkah) harta orang yang sudah meninggal (mayit).
Secara etimologis (lughawi) waris mengandung 2 arti yaitu (a) tetap dan (b) berpindahnya sesuatu dari suatu kaum kepada kaum yang lain baik itu berupa materi atau non-materi.
Sedang menurut terminologi fiqih/syariah Islam adalah berpindahnya harta seorang (yang mati) kepada orang lain (ahli waris) karena ada hubungan kekerabatan atau perkawinan dengan tata cara dan aturan yang sudah ditentukan oleh Islam berdasar QS An-Nisa' 4:11-12.
I. DALIL DASAR HUKUM WARIS
Hukum waris dalam Islam berdasarkan pada nash (teks) dalam Al-Quran sebagai berikut: - QS An-Nisa' 4:11-12 Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (ayat 11).
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sdsudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.(ayat 12)
- QS An-Nisa' 4:176
اهنلنفن تةخيأه ههلنون دةلنون ههلن سنييلن كنلنهن ؤةرهميا نيإن ةنلنلكنليا يفن ميكهيتنفييه ههلننلا ليقه كنننوتهفيتنسيين
كنرنتن امننمن نناثنلهثنهلا امنههلنفن ننييتنننثيا اتننناكن نيإنفن دةلنون اهنلن نيكهين ميلن نيإن اهنثهرنين ونههون كنرنتن امن فهصينن
Artinya: Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.SYARAT WARISAN ISLAM
Syarat waris Islam ada 3 (tiga) yaitu:
1. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum (misalnya dianggap telah meninggal).
2. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia. 3. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-masing.
1. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia.
2. Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau menerima harta peninggalan pewaris.