• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

INES FEBRIANTI

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Model Pembelajaran MMP ... 9

2. Pemahaman Konsep Matematis ... 13

B. Kerangka Pikir ... 15

C. Anggapan Dasar ... 17

D. Hipotesis ... 17

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 19

B. Desain Penelitian ... 20

C. Prosedur Penelitian ... 20

(6)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 22

F. Instrumen Penelitian ... 22

1. Validitas ... 23

2. Reliabilitas Tes ... 25

3. Daya Pembeda ... 25

4. Tingkat Kesukaran ... 26

G. Teknik Analisis Data ... 27

1. Uji Normalitas ... 28

2. Uji Homogenitas ... 29

3. Uji Hipotesis ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Data Pemahaman Konsep Matematis siswa ... 32

2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ... 33

B. Pembahasan ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 39

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(7)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sekarang ini sedang digalakan oleh pemerintah. Langkah yang paling penting dilakukan adalah dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran dari program pembangunan di Indonesia yang harus ditempuh oleh lapisan masyarakat. Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 ditegaskan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, pengendalian diri, kepribadian, kecer-dasan, dan keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh pro-ses belajar yang dialami siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan, pemahaman, penalaran, keterampilan, nilai dan sikap.

(8)

mem-2 punyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 (Depdiknas, 2006: 346) mata pel-ajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut,

a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau men-jelaskan gagasan, dan pernyataan matematika

c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(9)

3 kriteria yang digunakan adalah validitas, signifikansi, dan kesiapan serta kegunaan. Kemampuan pemahaman konsep diperlukan untuk memahami tiap-tiap topik dalam matematika yang tersusun secara logis dan sistematis oleh subtopik yang membangunnya. Dalam matematika, kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan berpengaruh terhadap penguasan konsep selanjutnya, karena matematika merupakan pelajaran yang terstruktur. Berdasarkan hal tersebut, penguasaaan konsep materi dalam matematika haruslah menjadi prioritas utama. Apabila siswa dapat mengusai suatu konsep dengan baik, maka berbagai macam variasi soal dan permasalahannya akan mudah diatasi. Namun, untuk memahami konsep matematika memang bukanlah hal yang mudah. Hal ini didukung Ruseffendi (2005: 156) yang mengatakan bahwa terdapat banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian sederhanapun banyak yang tidak di pahami, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Pada akhirnya matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, ruwet dan siswa enggan untuk mempelajarinya.

Hasil dari pembelajaran matematika di negara kita selama ini belum memuaskan. Hal ini ditunjukkan salah satunya dari hasil survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang menyebutkan bahwa rata-rata skor

(10)

4 pada kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan, dan (c) penalaran, yang berfokus pada penyelesaian masalah non rutin, konteks yang kompleks dan melakukan langkah peyelesaian masalah yang banyak. Rata-rata persentase jawaban benar siswa Indonesia pada survey TIMSS tahun 2011 yaitu: 31% untuk pengetahuan 23% untuk penerapan dan 17% untuk penalaran. Rata-rata tersebut pun jauh dibawah rata-rata persentase jawaban benar internasional yaitu: 49% untuk pengetahuan, 39% untuk penerapan, dan 30% untuk penalaran. (Mullis et al, 2012)

Rendahnya persentase pada kedua domain, yaitu pengetahuan dan penerapan menunjukkan rendahnya pemahaman konsep siswa di Indonesia. Kondisi seperti ini pada umumnya disebabkan pembelajaran matematika di sekolah masih menitikberatkan pada proses belajar berhitung yang sudah disiapkan rumus-rumusnya, tanpa memperhatikan aspek pemahaman konsep siswa. Hal seperti ini tidak lepas dari pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, biasanya pem-belajaran dengan pola seperti itu adalah pempem-belajaran konvensional. Pembelajaran konvensional memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih meng-utamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan ber-hitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.

(11)

5 yang diperoleh siswa pada Ulangan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013, yaitu sebesar 44,16.

Dalam pembelajaran matematika diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat agar dapat membantu siswa memahami konsep. Dalam mata pelajaran matematika, konsep-konsepnya saling berhubungan dan saling mendasar. Memahami konsep matematika pada umumnya perlu memahami konsep sebelumnya. Konsep lanjutan tidak mungkin dipahami sebelum memahami konsep sebelumnya dengan baik. Memahami konsep sebelumnya itu merupakan prasyarat untuk memahami konsep lanjutan. Selain itu, siswa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan mengerjakan soal baru yang lebih bervariasi. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang dapat memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu memantapkan pemahaman konsep siswa adalah Missouri Mathematics Project (MMP). Model pembelajaran MMP menjadi pilihan karena

model ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep, menyelesaikan soal-soal, dan memecahkan masalah-masalah matematika hingga pada akhirnya peserta didik mampu mengkonstruksikan jawaban mereka sendiri karena banyaknya pengalaman yang dimiliki peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal latihan.

(12)

6 bertahan lama dalam ingatan siswa dan siswa akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke dalam pemecahan masalah. Setelah itu siswa secara kooperatif mengerjakan latihan-latihan, siswa saling membantu dan menguasai bahan ajar, karena siswa lebih percaya diri untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya. Selanjutnya latihan mandiri, dengan latihan mandiri siswa dapat mengukur sejauh mana pengetahuan atau pemahaman konsep yang mereka miliki. Penerapan model pembelajaran MMP menempatkan siswa tidak hanya menjadi objek semata tetapi juga menjadi subjek yang aktif. Dengan demikian kemam-puan pemahaman konsep siswa akan menjadi lebih baik sehingga siswa dapat menyerap, menguasai, dan menyimpan materi yang dipelajarinya dalam jangka waktu yang lama.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian

yang berjudul “pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics Project

(MMP) terhadap pemahaman konsep matematis siswa”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

(13)

7 C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bangunrejo tahun pelajaran 2012/2013.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika tentang Missouri Mathematics Project (MMP) serta kaitannya dengan pemahaman konsep.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi guru, untuk menambah wawasan dalam pembelajaran matematika sebagai metode alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran MMP dan keterkaitannya dalam pemahaman konsep matematis.

b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan MMP dan pemahaman konsep matematis.

E.Ruang Lingkup

(14)

8 memahami suatu konsep matematika melalui penggunaaan latihan-latihan. Langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yaitu review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork, dan penugasan/PR. 2. Pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam menerima dan

(15)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Missouri Mathematic Project (MMP)

Menurut Good, Grouws dan Ebmeier (Slavin,2005 : 31), Missouri Mathematics Project adalah suatu program yang dirancang untuk membantu guru secara efektif

menggunakan latihan-latihan agar guru mampu membuat siswa mendapatkan perolehan yang menonjol dalam prestasinya. Intervensi guru terfokus kepada bagaimana cara guru mengajar agar terjadi pembelajaran aktif, fokus pada keber-maknaan belajar, mengatur seatwork, review harian dengan latihan mental matematika, melakukan evaluasi dan instruksi. Faulkner (Sunawan, 2008 :19) menyatakan bahwa kajian yang dilakukan oleh Good dan Grouws ditujukan untuk membuat matematika lebih bermakna sehingga meningkatkan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

(16)

10 siswa dalam mengerjakan soal matematika dengan latihan terkontrol, seatwork atau latihan mandiri serta pemberian PR.

Karakteristik dari model pembelajaran MMP ini adalah Lembar Tugas Proyek. Israni dan Dewi (2012: 127) menyatakan bahwa tugas proyek ini dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi, penalaran, keterampilan membuat keputusan dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Tugas proyek ini dapat dilakukan secara individu (pada langkah seatwork) atau secara berkelompok (pada langkah latihan terkontrol) sehingga tugas proyek ini merupakan suatu tugas yang me-minta siswa untuk menghasilkan sesuatu (konsep baru) dari dirinya (siswa) sendiri. Tugas Proyek ini diharapkan untuk:

1) Memungkinkan siswa menjadi kreatif dalam mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang berbeda-beda,

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan pertanyaan mereka sendirian kemudian mencoba menjawabnya,

3) Memberikan siswa masalah-masalah sebagai cara alternatif mendemonstrasikan pembelajaran dan kompetensi siswa,

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara positif dan bekerja sama dengan teman sekelasnya, dan

5) Memberikan forum bagi siswa untuk berbagi pengetahuan dan kepandaian mereka dengan siswa lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan suatu model pembelajaran yang didesain untuk

membiasakan siswa terhadap latihan-latihan agar membantu siswa lebih mudah memahami materi yang dijelaskan guru, yang terdiri dari lima langkah, yaitu review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork, dan penugasan.

(17)
(18)

12 proses belajar mengajar dan isi/soal dari PR tersebut merupakan tentang materi pelajaran yang pada saat itu diajarkan. PR ini selanjutnya akan menjadi bahan review pada pembelajaran selanjutnya.

[image:18.595.115.516.303.757.2]

Sepintas nampak bahwa model pembelajaran MMP hampir sama dengan pem-belajaran konvensional, namun jika ditelaah lebih dalam ada perbedaan antara model pembelajaran MMP dengan pembelajaran konvensional. Rohaeti (2009) mengemukakan perbedaan tersebut pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Aspek Perbedaan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran MMP

Pengembangan konsep/penyampaian materi.

Materi dominan disampaikan oleh guru secara keseluruhan

Materi disampaikan oleh guru atau siswa melalui

diskusi maupun

kolaborasi antara guru dan siswa

Pengelolaan kelas Pembelajaran klasikal (tidak ada pembentukan kelompok belajar)

Pembelajaran kelompok (siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar)

Sumber Pembelajaran

Dominan hanya mengguna-kan Teksbook

Teksbook, lembar tugas proyek (latihan terkontrol, latihan mandiri dan PR) Interaksi belajar Interaksi belajar terbatas

hanya guru dengan siswa atau siswa dengan siswa secara individu

Interaksi belajar lebih luas yaitu guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam kelompok belajar, siswa de-ngan siswa secara individu, dan siswa dengan sumber pembelajaran (lembar tugas proyek)

Penerapan konsep atau latihan

Latihan hanya diberikan ketika selesai pengembangan konsep siswa mengerjakan secara individu atau dengan teman sebangku.

Latihan diberikan dua kali yaitu pada langkah latihan terkontrol dan seatwork (latihan mandiri)

Peran guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran

Guru lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran (Teacher Centered)

Siswa lebih berperan aktif

dalam kegiatan

(19)

13 2. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata, yaitu pemahaman dan konsep. Konsep menurut Winkel (2004: 92) adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Menurut Gagne (Ruseffendi, 2006 : 165), konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan non contoh. Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti /isi dari materi matematika (Budiono, 2009: 4).

Pemahaman menurut Bloom (Winkel, 2004: 274) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dalam arti yang dipelajari. Seorang siswa dikatakan paham apabila siswa tersebut dapat menjelaskan suatu konsep tertentu dangan kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan konsep tersebut dengan konsep lain. Purwanto dalam Gitanisari (2008: 11) mengungkapkan bahwa pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu mamahami konsep, situasi, dan fakta yang diketahui, serta dapat menjelasakan dengan kata- kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dengan tidak mengubah artinya.

(20)

14 konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta berusaha mencari hubungan-hubungannya, Karso dan Damardjo (2003:10) mengemukakan bahwa mempelajari matematika tidak lepas dari penelaahan bentuk-bentuk atau struktur yang abstrak, kemudian kita mempelajarinya dengan mencari hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. Untuk mempelajari struktur-struktur atau hubungan-hubungannya maka kita perlu memahami konsep-konsep yang ada dalam matematika itu. Siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Siswa diharapkan mampu menangkap pengertian suatu kon-sep melalui pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh (Suherman, dkk, 2003: 57).

Berikut ini indikator siswa yang memahami suatu konsep menurut KTSP tahun 2006 :

1. menyatakan ulang sebuah konsep.

2. mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).

3. memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

6. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

7. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

(21)

15 Konsep matematika harus diajarkan secara berurutan. Hal ini karena pem-belajaran matematika tidak dapat dilakukan secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai ke tahap yang lebih kompleks.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara siswa dengan guru dan juga sumber belajar untuk membantu siswa agar dapat belajar matematika dengan baik. Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep.

Pemahaman konsep sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Siswa yang memahami suatu konsep juga akan dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan dan variasinya. Namun saat ini permasalahan yang dihadapi oleh guru adalah siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga lamban dalam menyelesaikan soal matematika.

Model pembelajaran yang diharapkan mampu mengajak siswa untuk memahami konsep yang diterimanya dalam proses belajar mengajar adalah Missouri Mathematics Project (MMP), di mana guru mengawali pembelajaran dengan

(22)

16 untuk lebih memperkuat pemahaman konsep siswa agar dapat mengikuti pelajaran selanjutnya tanpa tersendat dengan kemungkinan adanya siswa yang belum terlalu paham terhadap materi sebelumnya. Selanjutnya guru menyajikan ide baru dalam perluasan konsep matematika yang terdahulu. Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru dengan siswa harus disajikan termasuk demonstrasi konkrit. Konsep dapat disajikan dengan memberi contoh dan bukan contoh dari konsep itu, sampai akhirnya peserta didik dapat mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu dan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. Mendefinisikan konsep lebih bermakna jika gambaran awal sudah ada di benak siswa tentang ciri-ciri konsep tersebut. Siswa dikatakan telah memahami suatu konsep bila ia dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari konsep itu, misalnya mana yang persamaan dan mana yang bukan persamaan, dan menggunakannya dalam berbagai situasi.

(23)

17 mampu mempergunakan sebagian waktunya untuk mempermantap pemahaman mereka tentang pelajaran yang telah diberikan walaupun sudah tidak dalam lingkungan sekolah yaitu dengan menyelesaikan pekerjaan rumah (PR).

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran MMP dapat mengupayakan ada-nya perubahan pada siswa untuk mempergunakan waktuya dalam belajar, dan dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar maupun di luar proses belajar mengajar sehingga mereka dapat menggunakan waktunya seefektif mungkin yang dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam peneletian ini adalah:

1. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bangunrejo selama ini memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis selain model pembelajaran MMP dan pembelajaran konvensional dianggap memiliki kontribusi yang sama.

D.Hipotesis

a. Hipotesis Umum

(24)

18 b. Hipotesis Kerja

(25)

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran MMP berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMPN 2 Bangunrejo. Hal ini ditunjukkan dari pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran MMP lebih tinggi dari pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya meng-gunakan pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran MMP sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk memahami konsep matematis siswa. 2. Bagi guru yang akan menerapkan MMP hendaknya dilakukan dengan

(26)

41 3. Bagi peneliti lain yang akan menerapkan MMP hendaknya dikombinasikan dengan permainan sehingga siswa tidak bosan dengan diadakannya latihan terus-menerus.

(27)

42

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. Survei Internasional TIMSS. (online) litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=214 (diakses 9 November 2012)

Budiono. (2009). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Tersedia di http ://www.scribd.com/doc/21684083/Pengemb-Materi-Pembelaj-Budiono-SMA NEJA-Blitar. Diakses pada tanggal 25 Januari 2013

Bathesta, Yovi dan Lussy Dwiutami Wahyuni. 2007. Rubrik: Asesmen Alternatif untuk menilai Peserta Didik secara Realtime an Komprehensif. (Online). http ://images.lussysf.multiply.multiplycontent.com?attachmennt/0/TtlmlgooCGo AAEerawcl/makalahrubrik.pdf?key=lussysf:journal:639, diakses pada 6 Feb- ruari 2013

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pus- taka Belajar.

Gitaniasari, M. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matema- Tika Siswa. (Skripsi UPI). [Online]. Tersedia: http://repository.Upi.Edu/skrip silist.php). Diakses 05 Desember 2012

Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Israini dan Dewi. (2012). Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia

Juliantara, Ketut. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. [Online]. Ter- sedia: http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatanpembelajaran- konvensional/ (05 Desember 2012)

Kholik, Muhammad. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online] Tersedia: http:/muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi pembelajaran/ (05 Desember 2012)

(28)

43 Mullis, Ina V.S. et al.. 2012. TIMSS 2011 International Results in Mathematics.

[Online]. Tersedia:

http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_IR_Mathematics_Ful lBook.pdf (diakses pada tanggal 13 Februari 2013).

NCTM (2000). Principle and Standards for School Mathematic. Virginia: NCTM. Roestiyah. (2000). Pendekatan dan Metode Pembelajaran. (Online). Tersedia: http://smacepiring.wordpress.com/2000/02/19/Pendekatan dan Metode Pembelajaran.[11 Januari 2013]

Rohaeti. (2009). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Missouri Mathematics Pro- ject (MMP) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA.(Skripsi UPI). [Online]. Tersedia: http://repository.Upi.Edu/skripsilist.- php). Diakses 05 Desember 2012

Ruseffendi. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.. Bandung: Tarsito.

Slavin, Robert E.,.(2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek Terje- mahan. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito.

Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.

Sunawan, A. (2008). Pengaruh Pembelajaran Model Missouri Mathematics Pro- ject terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP di

tinjau dari Intelligence Quotient (IQ). Tesis Magister pada PPS UPI. Bandung.[Online]. Tersedia: http://file.upi.edu. (diakses pada tanggal 13 Februari 2013)

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(29)

44 Wakhinuddin. 2010. Validitas Isi. (online). Tersedia: http://wakhinuddin.word- press.com/2010/08/02/validitas-isi/ [26 desember 2012]

Widdiharto, R. (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. (online). Tersedia:http://www.PPPG.com. [11 Januari 2013]

Winkel. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi

Widiyanto,putu. (2011). Pembelajaran Konvensional. (Online). Tersedia: http:// putuwidyanto.wordpress.com/2011/01/14/pembelajaran-konvensional/. [11 Januari 2013]

Gambar

Tabel 2.1 Aspek Perbedaan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil mind mapping siklus II penilaian setiap indikator yaitu siswa telah menuliskan kata kunci, data pendukung berupa diagram Venn, menuliskan cabang dari setiap sub topik

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bahwa, peneliti sebagai pribadi yang bersuku Jawa sangat prihatin terhadap nasib Bahasa Jawa yang sudah

Pastinya mereka menyarankan anda untuk sholat tahajud,jika di jawab kenapa? Ya karena di waktu sholat tahajudlah malaikat turun untuk melihat amalan apa yang

With the aim of developing a simple methodology for use as a preliminary screening test for pediculicidal activity, various substances and herb extracts previously

Pada tahap ini, mengarah pada suasana mikro (konteks peristiwa saat teks dibuat), dengan arti bahwa teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas atau unik sehingga suatu

7.2.1 Tuliskan jumlah kegiatan Pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat (*) yang sesuai dengan bidang keilmuan PS selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh dosen tetap yang

Teori agensi memprediksi bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi karena biaya keagenan perusahaan dengan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan objek kajian Pesta Baratan di Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara. Pesta Baratan dengan lampion sebagai