• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Backward chaining Dalam Pendeteksian Penyakit Anemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Backward chaining Dalam Pendeteksian Penyakit Anemia"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI BACKWARD CHAINING DALAM

PENDETEKSIAN PENYAKIT ANEMIA

SKRIPSI

RIZKY HAFIZA KHOR

071402025

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IMPLEMENTASI BACKWARD CHAINING DALAM PENDETEKSIAN PENYAKIT ANEMIA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ijazah

Sarjana Teknologi Informasi

RIZKY HAFIZA KHOR

071402025

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI BACKWARD CHAINING

DALAM PENDETEKSIAN PENYAKIT

ANEMIA

Kategori : SKRIPSI

Nama : RIZKY HAFIZA KHOR

Nomor Induk Mahasiswa : 071402025

Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI

Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI (FASILKOM- TI)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Desember 2013

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dedy Arisandi, S.T, M.Kom Maya Silvi Lydia, B.Sc.,M.Sc

NIP. 19790831 200912 1 002 NIP. 19740127 200112 2 001

Diketahui/Disetujui Oleh

Program Studi S1 Teknologi Informasi

Ketua,

Prof.Dr. Opim Salim Sitompul

(4)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI BACKWARD CHAINING DALAM PENDETEKSIAN

PENYAKIT ANEMIA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2013

Rizky Hafiza Khor

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta

shalawat dan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, karena atas

berkah, rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada Allah SWT yang selalu

membimbing dan mengajarkan saya akan pentingnya kesabaran dan tanggung

jawab selama penyusunan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta

dorongan dari pihak lain. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Dr. Ronny Khor yang selalu

memberikan doa, dukungan moril dan materi kepada penulis serta Ibunda

Alm. Tengku Marfella Yetty yang telah membimbing dan membesarkan

kami. Kepada Kakanda tercinta Imelda Juliana Khor,Spd, Rina

Khor,S.Farm.,Apt, Noviani Juliana Khor, SE, dan Abangda tercinta

Jamaluddin Sinaga,Spd, Fauzan Ikhva,S.Farm, M.Yakub Arifin Nasution,

SH, yang terus memberikan penulis semangat untuk terus belajar.

2. Ketua program studi Teknologi Informasi, Bapak Prof. Opim Salim

Sitompul, M.Sc dan Sekretaris Program Studi Teknologi Informasi Bapak

Drs. Sawaluddin, M.IT, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu

Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara, semua

dosen pada Program Studi Teknologi Informasi dan pegawai Teknologi

Informasi ibu Delima Harahap, Ibu Dra. Bamelia, Bang Faisal Hamid, Kak

Maya Sofhia, S.Kom, dan Kak Nasriatul Ummi, Amd.

3. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc., M.Sc dan Bapak Dedy Arisandi, S.T, M.Kom

selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga

(6)

4. Ibu Erna Budhiarti Nababan, M.IT dan Bapak M.Fadly Syahputra,

B.Sc.,M.Sc.IT selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan

petunjuk, saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman penulis Andra Apriansyah, Roni Alamsyah Lubis, Rizky

Afiati, Devika Muhairani, Bayhaqi, Mega Kartika Sari, Aulia Mufardiah,

Asmy Novriani atas bantuan, masukan, motivasi, hiburan dan

kerjasamanya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

(7)

ABSTRAK

Sistem pakar merupakan perangkat lunak yang ditujukan sebagai penyedia sarana

dan bantuan dalam memecahkan masalah dalam bidang pengetahuan tertentu.

Penelitian ini mengimplementasikan metode backward chaining dalam

mendeteksi penyakit dalam. Salah satu aplikasi dari sistem pakar adalah di bidang

kesehatan atau medis, tapi masalahnya sampai sekarang belum meratanya dokter

spesialis di Indonesia, sehingga di beberapa daerah masih kekurangan staf medis.

Sistem ini dapat membantu mencari gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit,

memanfaatkan teknologi informasi yaitu penggunaan sistem pakar untuk

membantu mendiagnosa penyakit serta membantu menangani pengobatan

penyakit dengan cara dialog interaktif tentang gejala-gejala penyakit pasien.

Sistem ini berbasis desktop dan dirancang menggunakan bahasa program visual

basic.

(8)

BACKWARD CHAINING IMPLEMENTATION IN THE DETECTION OF INTERNAL MEDICINE

ABSTRACT

Expert system is a software intended as a provider of tools and assistance in

solving problems in a particular field of knowledge. This study implements

backward chaining method in detecting the internal medicine disease. One of

application expert systems is in the health or medical field, but the problem is

until now not yet even a specialist in Indonesia, so that in some areas still lack

staf medis. This system can help find the symptoms associated with the disease,

utilizing information technology is the use of expert systems to help diagnose the

disease and help deal with the treatment of disease by means of an interactive dialogue about the patient’s symptoms. This system is a desktop based and designed using visual basic programming language.

(9)

ABSTRAK

Sistem pakar merupakan perangkat lunak yang ditujukan sebagai penyedia sarana

dan bantuan dalam memecahkan masalah dalam bidang pengetahuan tertentu.

Penelitian ini mengimplementasikan metode backward chaining dalam

mendeteksi penyakit dalam. Salah satu aplikasi dari sistem pakar adalah di bidang

kesehatan atau medis, tapi masalahnya sampai sekarang belum meratanya dokter

spesialis di Indonesia, sehingga di beberapa daerah masih kekurangan staf medis.

Sistem ini dapat membantu mencari gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit,

memanfaatkan teknologi informasi yaitu penggunaan sistem pakar untuk

membantu mendiagnosa penyakit serta membantu menangani pengobatan

penyakit dengan cara dialog interaktif tentang gejala-gejala penyakit pasien.

Sistem ini berbasis desktop dan dirancang menggunakan bahasa program visual

basic.

(10)

BACKWARD CHAINING IMPLEMENTATION IN THE DETECTION OF INTERNAL MEDICINE

ABSTRACT

Expert system is a software intended as a provider of tools and assistance in

solving problems in a particular field of knowledge. This study implements

backward chaining method in detecting the internal medicine disease. One of

application expert systems is in the health or medical field, but the problem is

until now not yet even a specialist in Indonesia, so that in some areas still lack

staf medis. This system can help find the symptoms associated with the disease,

utilizing information technology is the use of expert systems to help diagnose the

disease and help deal with the treatment of disease by means of an interactive dialogue about the patient’s symptoms. This system is a desktop based and designed using visual basic programming language.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini sangat berpengaruh dalam membantu

seseorang dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari terutama perkembangan

teknologi di bidang komputer yang pada saat sekarang ini berkembang cepat

sekali. Dengan menggunakan teknologi komputer seseorang dapat mengetahui

suatu informasi yang berkaitan langsung dengan pekerjaan. Banyak masalah yang

dihadapi didalam bidang-bidang tersebut, terutama masalah yang memerlukan

pemprosesan komputer yang kompleks dan rumit. Salah satu solusi yang bisa

diterapkan adalah dengan memanfaatkan bidang ilmu kecerdasan buatan, yang

mana salah satu sub-bidang ilmu tersebut adalah sistem pakar (expert system). Penerapan sistem komputer sangat membantu masyarakat dalam

menyelesaikan permasalahan di bidang kesehatan. Metode backward chaining (runut balik) merupakan metode yang cocok digunakan dalam memecahkan

masalah diagnosis. Dalam metode backward chaining (runut balik), penalaran dimulai dengan tujuan merunut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke tujuan

tersebut menurut Giarattano dan Riley dalam (Kusrini, 2006). Sistem pakar adalah

suatu metode penyelesaian masalah yang ditujukan sebagai penyedia nasihat dan

sarana bantu dalam memecahkan masalah di bidang pengetahuan tertentu (Luger,

2005). Sistem komputerisasi dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan dengan mudah, cepat, efektif, dan efisien.

Sistem pakar dalam bidang kesehatan berguna untuk membantu

masyarakat dalam menangani suatu gejala penyakit, dan membantu dokter ahli

dalam mendiagnosis suatu penyakit khususnya anemia. Saat ini penyebaran dokter

spesialis sangat minim di Indonesia, sehingga di daerah-daerah tertentu masih

kekurangan informasi suatu penyakit dan kurangnya tenaga medis seperti dokter

spesialis.

Untuk menangani masalah kurangnya dokter spesialis, maka sistem pakar

ini dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan melakukan tahap-tahap

(12)

memberikan solusi pengobatan yang tepat kepada pasien, dengan begitu sistem

pakar dapat membantu cara kerja tenaga medis khususnya dokter spesialis.

Berdasarkan penjelasan (Waterman, 1986), sistem pakar mampu untuk

menyelesaikan beberapa kategori masalah yang ada, seperti : interpretasi,

prediksi, diagnosis, desain, perencanaan, pemantauan, instruksi dan kontrol.

Berdasarkan domain masalah yang kami kemukakan yaitu dibidang diagnosis

penyakit, maka dalam penulisan skripsi ini kami membuat sebuah Implementasi

Backward Chaining dalam Pendeteksian Penyakit Anemia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan adalah “Bagaimana Implementasi Backward Chaining melakukan diagnosis terhadap penyakit-penyakit anemia, serta dapat memberikan solusi mengenai pengobatan

yang tepat terhadap penyakit tersebut”.

1.3 Batasan Masalah

Ruang lingkup masalah ini adalah :

1. Sistem pakar ini membahas tentang penyakit anemia.

2. Sistem pakar yang dirancang berbasis desktop.

3. Perangkat Lunak yang digunakan Visual Basic 2008.

1.4 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sistem pakar yang dapat menyelesaikan

permasalahan yang berhubungan dengan bidang kedokteran khususnya di

penyakit anemia dengan menggunakan backward chaining.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah dengan pembuatan aplikasi ini maka masyarakat

dapat lebih cepat mengetahui jenis penyakit yang diderita dengan menggunakan

aplikasi yang disediakan.

(13)

1.6.1 Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur

Studi literatur yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah

mengumpulkan bahan referensi mengenai Sistem Pakar dengan

menggunakan metode backward chaining dari berbagai buku, jurnal, karya ilmiah dan beberapa referensi lainnya. Pengumpulan hasil penelitian yang

sudah diterapkan dibidang kesehatan dengan menggunakan expert system juga akan di lakukan.

2. Wawancara

Melakukan wawancara langsung dengan dokter ahli yang menjadi pakar

dari penyakit tersebut. Mengambil konklusi dan fakta-fakta yang

merupakan penyakit dan penyebab penyakit pada transportasi darah

tersebut.

1.6.2 Analisis Data

Analisis Data dilakukan untuk menyimpulkan data yang digunakan apakah

layak digunakan dan bisa diterapkan dengan menggunakan sistem pakar yang

berpola backward chaining. Analisis terhadap data juga dilakukan untuk mengambil model dasar dari perancangan sistem, seperti model entity-relationship di dalam database yang disesuaikan untuk permasalahan ini. 1.6.3 Perancangan Sistem

Sistem dirancang menggunakan Flowchart, Context Diagram, Data Flow Diagram Level 1 dan Data Flow Diagram Level 2. Pada tahap ini juga dilakukan perancangan sistem agar dapat menerapkan metode pengambilan

alasan (reasoning) menggunakan Backward Chaining. 1.6.4 Implementasi & Pengujian

Pada tahap ini akan dilakukan implementasi sistem, yaitu dengan

menerapkannya menggunakan bahasa pemprograman Visual Basic 2008 dan database MySQL. Untuk pengujian sistem, akan dilakukan penyesuaian hasil yang didapat oleh sistem dengan keputusan yang dihasilkan oleh sang pakar

(dalam hal ini dokter pakar dalam penyakit anemia). Tingkat kebenaran yang

(14)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai

berikut:

BAB 1 Pendahuluan

Berisikan konsep dasar, landasan teori, rumusan masalah, batasan

masalah, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisanlaporan tugas akhir ini.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori yang mendukung

pembahasan pada bab selanjutnya, implementasi backward chaining dalam pendeteksian penyakit darah.

BAB 3 Analisis dan Perancangan Sistem

Pada bab ini akan dibahas bagaimana analisis sistem dilakukan,

mulai dari pengambilan keperluan, keperluan pengguna, keperluan

fungsionalitas sistem, hingga keperluan fungsionalitas laporan.

Kemudian akan dilakukan desain terhadap sistem yang akan

dibangun, proses ini melibatkan pembuatan Flowchart, Context Diagram, Data Flow Diagram Level 1 dan Data Flow Diagram Level 2 beserta penjelasananya, kemudian dilanjutkan dengan melakukan perancangan antar muka pengguna dan struktur

program sistem pakar dengan menggunakan backward chaining. BAB 4 Implementasi dan Pengujian Sistem

Berisikan gambaran dari struktur program dan memberikan hasil

penerapan sistem yang lengkap kepada user dan pemakai komputer

lain serta sehinga dapat dilakukan pengujian terhadap sistem yang

dihasilkan.

BAB 5 Penutup

Berisikan kesimpulan, saran, dan rangkuman dari laporan tugas

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.0 Pendahuluan

Pada bab ini, kami akan menjabarkan tentang berbagai penyakit darah klinis yang

biasa bisa klasifikasikan oleh para dokter pakar khususnya penyakit darah, disini

kami juga menjabarkan apa itu sistem pakar, karakteristik sistem pakar, beserta

implementasi dan penerapan sistem pakar pada bidang kesehatan dan kedokteran.

2.1 Penyakit Darah 2.1.1 Anemia

Menurut definisi yang dikemukakan oleh (Hillman, 2002) anemia adalah

keadaan dimana masa eritrosit (sel darah merah) dan masa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan tubuh, sedangkan oleh (Bakta, 2003) secara laboratorik dapat diuraikan sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit (packed red cell).

Anemia dapat dibedakan menjadi 5 jenis besar yaitu:

1. Anemia Hipokromik Mikrositer

2. Anemia Megaloblastik

3. Anemia Hemolitik

4. Anemia karena Kegagalan Sumsum Tulang

5. Anemia Pada Penyakit Sistemik

Pada umumnya untuk menegakkan diagnosis terhadap penyakit anemia

maka ada 3 langkah yang harus ditempuh, yaitu :

1. Langkah pertama : Membuktikan adanya anemia, pembuktian ini

biasanya menggunakan pendekatan klinik.

2. Langkah kedua : Menetapkan jenis anemia yang dijumpai,

pembuktian ini biasanya menggunakan pendekatan klinik.

3. Langkah ketiga : Menetapkan jenis anemia yang dijumpai,

(16)

2.1.2 Leukemia

Sebelum mengurai penyakit leukemia, perlu diketahui mengenai keganasan hematologik, keganasan hematoligik adalah proses enoplastik yang mengenai darah dan jaringan pembentuk darah beserta seluruh komponennya (Bakta,

2002). Sedangkan leukemia ialah keganasan hematologik akibat proses neoplasti yang disertai gangguan diferensiasi apada berbagai tingkatan sel induk sehingga

terjadi ekspansi progresi dari kelompok sel ganas tersebut pada sumsum tulang,

kemudian leukemia beredar secara sistemik (Harmening, 2002).

2.1.3 Limfoma Maligna

Limfoma Maligna merupakan suatu penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat (solid), meskipun dapat menyebar secara sistemik (Bakta, 2003). Penyakit ini dibagi kedalam 2 jenis yaitu :

1. Limfona Hodgin

2. Limfona non-Hodgin

Penyakit ini merupakan keganasan hematologik yang cukup sering di jumpai. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan kemoterapi karena masih merupakan tumor padat yang dapat disembuhkan.

2.1.4 Gamopati Monoklonal

Gamopati monklonal adalah suatu penyakit yang merupakan kelainan hematologik yang berasal dari limfosit yang menghasilkn paraprotein yang bersifat monoklonal (Hillman, 2002). Penyakit ini biasa disebut dengan penyakit imunoproliferatif atau plasma cell disorders atau paraproteinemias. Penyakit ini dibagi kepada 2 jenis berdasarkan keganasannya, yaitu :

1. Mieloma Multipel

2. Makroglublinemia Waldenstrom

2.2 Sistem Pakar

Berdasarkan penjelasan oleh (Luger, 2005) dan (Krishnamoorthy, 1996). Sistem

pakar dapat diartikan sebagai sebuah sistem didalam komputer yang di program

(17)

bidang keahlian yang sesuai dengan pakar di kehidupan nyata. Sistem pakar ini

memfasilitasi pengetahuan yang di masukkan kedalam program dan memiliki

pengaturan strategi agar menghasilkan solusi atau keputusan. Bahkan menurut

(Russel, 2002), sistem pakar dapat mengambil pengetahuan dan pengalaman

didalam suatu organisasi (termasuk yang sudah berhenti) agar dapat

diakumulasikan menjadi satu kesatuan, memberikan informasi untuk

meningkatkan produktivitas pakar, dan menjadikan seseorang yang kurang

pengalaman untuk memiliki keahlian yang lebih tinggi dari level sebelumnya.

Sistem pakar bukanlah sebuah program, tetapi merupakan sistem, karena

pada perkomputeran biasa, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan

tidak bisa dilakukan, akan tetapi sistem pakar dapat melakukan hal yang dimaksud

karena memiliki kemampuan dalam pengetahuan dan kemampuan metafsirkan

alasan layaknya pakar manusia. Program komputer biasa hanya menyelesaikan

masalah berdasarkan algoritma yang diterapkan dan sudah didefinisikan terlebih

dahulu, dan tidak dapat menyelesaikan masalah yang memiliki data tidak

sempurna dan tepat.

Sistem pakar juga memiliki beberapa komponen berbeda seperti basis

pengetahuan, mesin inferensi, fasilitas penjelasan, dll. Semua komponen yang

berbeda ini berinteraksi satu dengan yang lain dalam menghasilkan pemprosesan

penyelesaian masalah berdasarkan aturan yang disesuaikan dengan pakar di

bidang tersebut.

Sistem pakar merupakan cabang ilmu Kecerdasan Buatan yang telah eksis

dan diterapkan lebih dari 30 tahun. Pemanfaatan sistem pakar telah merambah ke

banyak bidang, mulai dari medis, matematika, engineering, pertanian, geologi,

ilmu komputer, bisnis, hukum, pertahanan dan pendidikan (Waterman, 1986).

Khusus di bidang kesehatan dan medis, sistem pakar memiliki tempat yang

istimewa, dikarenakan komplesitas dari gejala-gejala penyakit dan kecendrungan

kesalahan pendiagnosaan, menjadikan sistem pakar dapat dimanfaatkan dengan

(18)

2.2.1 Karakteristik Sistem Pakar

Berdasarkan pendapat (Luger, 2005), dikarenakan sifat heuristik, kesesuaian dengan basis pengetahuan, sistem pakar pada umumnya mampu untuk:

a. Mendukung inspeksi terhadap proses reasoning (pengambilan alasan),

didalam langkah awal maupun penjawaban pertanyaan pada proses

pensolusian.

b. Memberikan akses muda dalam penambahan dan pengurangan rule

(aturan) berupa fakta dan tujuan di dalam basis pengetahuan.

c. Pengambilan alasan secara heuristik, biasanya menggunakan pengetahuan

untuk mendapatkan solusi yang berguna.

Ketepatan dari jawaban sebuah permasalahan merupakan hal yang paling

utama dari sebuah sistem pakar, seberapa cepat sistem pakar memproses solusi

adalah suatu masalah lain, jika solusi yang dihasilkan memberikan akurasi yang

baik tentunya akan menjadikan sistem pakar tersebut lebih baik. Disisi lain

sistem pakar yang baik harus memiliki kecepatan dalam mendapatkan solusi

yang diinginkan. Sistem pakar bisa memiliki peran sebagai pembuat keputusan

bahkan bisa dijadikan sebagai konsultan ataupun penasihat, (Waterman, 1986)

menjabarkan dalam bukunya bahwa sistem pakar dapat menyelesaikan masalah

untuk jenis kategori sebagai berikut :

a. Interpretation (Interprestasi) : Menghasilkan kesimpulan level tinggi dari

koleksi data mentah.

b. Prediction (Prediksi) : Memproyeksikan konsekuensi kemungkinan dari

situasi yang diberikan.

c. Diagnosis (Diagnosa) : Menentukan sebab dari tidak berfungsinya situasi

yang rumit berdasarkan gejala yang diteliti.

d. Design (Desain) : Menemukan pengaturan komponen suatu sistem

sehingga mendekati perfoma yang diinginkan dan memenuhi batasan yang

telah ditetapkan.

e. Planning (Perencanaan) : Memberikan langkah tindakan yang

berorientasi pada kumpulan tujuan dengan kondisi yang telah ditentukan

(19)

f. Monitoring (Pengawasan) : Membandingkan proses sistem yang

diawasi dengan proses yang seharusnya terjadi.

g. Instruction (Instruksi) : Memberikan proses pembelajaran pada area

teknikal suatu bidang.

h. Control (Kendali) : Melakukan kendali terhadap lingkungan yang

rumit.

(Micheal Negnevitsky, 2002), pada bukunya menjabarkan bahwa

karakteristik yang unik pada sistem pakar adalah pada kemampuan penjelasan

yang disediakan. Fitur ini memberikan sistem kemampuan melakukan evaluasi

terhadap pemberian alasan sistem itu sendiri dan menjelaskan keputusan yang

diambil.

2.2.2 Arsitektur Sistem Pakar

Pada gambar dibawah ini kami jabarkan arsitektur lengkap suatu sistem pakar

Gambar 2.1 Arsitektur Lengkap Sistem Pakar (Ahmad, 2012) Knowledge

Acquisiion Facilty

Knowledge Base Rule: If-Then

Working Memory Fact

Inference Engine

Explanation Facilities

User Interface

User

database STORE

VIEW Medical

(20)

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa sistem pakar memiliki beberapa buah

komponen yang berbeda, diantaranya adalah :

a. Knowledge Acquisition Facility

Mengidentifikasi pakar yang sesuai dan melibatkan orang yang sesuai

didalam proses pengambilan pengetahuan merupakan hal yang penting untuk

kesuksesan dari pengambilan pengetahuan. Beberapa orang yang terlibat dalam

pengambilan pengetahuan ini dapat dikategorikan yaitu :

1. Pakar dibidang masalah yang ingin dilakukan dengan pengalaman kerja yang

tinggi dibidang tersebut.

2. Pembuat aplikasi, orang yang memiliki kemampuan dalam menafsirkan dan

menerjemahkan pengetahuan serta mengimplementasikan pengetahuan tersebut

kedalam sistem pakar.

3. Pengguna dan manajer.

Ada beberapa hal isu yang harus diperhatikan untuk melakukan pengambilan

pengetahuan. Isu pertama yaitu adalah pemilihan pakar bidang tersebut yang

sesuai harus memenuhi 3 kriteria, yaitu reputasi yang baik, karakter pakar dan

sikap yang baik, serta ketersediaan waktu dari pakar tersebut. Isu kedua adalah

seberapa banyak pakar yang akan dilibatkan dalam pengambilan pengetahuan.

Penggunaan satu pakar biasanya lebih baik dari banyak pakar, akan tetapi untuk

kasus tertentu kadang diperlukan banyak pakar untuk mengumpulkan

pengetahuan yang diinginkan. Ada beberapa masalah yang mungkin timbul jika

menggunakan satu pakar, yaitu : susahnya membagi waktu seorang pakar untuk

pengambilan keperluan, bias seorang pakar, keterbatasan pengambilan alasan oleh

satu pakar, kepakaran yang terbatas. Dari isu ini maka perlu diambil keputusan

mana yang diperlukan, seorang pakar atau banyak pakar dalam membuat sistem

pakar yang diinginkan.

Metode yang biasa digunakan untuk pengambilan pengetahuan adalah

wawancara, observasi, dan analisis protokol. Setiap metode memiliki kesesuaian

dengan bidang ilmu yang ingin diambil pengetahuannya, akan tetapi wawancara

(21)

b. Knowledge Base

Menurut (Luger, 2005) didalam bukunya, ia berpendapat bahwa

knowledge base (basis pengetahuan) adalah hati dari sistem pakar. Basis

pengetahuan mengandung pengetahuan dari bidang ilmu yang diinginkan. Pada

jenis sistem pakar berbasis aturan, basis pengetahuan ini biasanya dituliskan

dalam bentuk jika...maka.... Aturan yang terdapat didalam basis pengetahuan menjadi dasar dari pengambilan keputusan yang ada didalam sistem pakar.

Dari sisi teknis, tidak ada fungsi yang lebih penting daripada memilih

rangka kerja pemrograman untuk basis pengetahuan. Rangka kerja ini

merepresentasikan bagaimana pembangun sistem pakar dapat mengklasifikasikan

pengetahuan tersebut. Pada bagian ini juga dapat di tuliskan aturan (rules), frame dan pohon keputusan. Ada beberapa jenis hal yang dapat di atur didalam basis

pengetahuan, seperti pengalasan tidak pasti (inexact reasoning) dan pemprosesan kemampuan prosudural.

Perwakilan Pengetahuan, merupakan bagian untuk membangun sistem berbasis pengetahuan, dan dapat diklasifikasin sesuai dengan bagaimana kita

merepresentasikan pengetahuan. Kategori yang termasuk dalam perwakilan

pengetahuan ini adalah rule-based, frame based, case based, dan fuzzy logic. Pengalasan tidak pasti, salah satu dari kemampuan sistem pakar yang terkenal adalah kemampuannya untuk menyelesaikan masalah yang memiliki

ketidakpastian informasi dan pengetahuan. Sistem pakar harus dilengkapi dengan

metode untuk melaksanakan pengalasan ketidakpastian ini, seperti faktor

kepastian (certainty factors), metode Shafer Dempster, ataupun pendekatana Bayesian.

Pemprosesan kemampuan prosedural, pada beberapa aplikasi diperluakan untuk menulis kode prosudural, fungsi diperlukan didalam model ini.

Pada sistem pakar berbasis model, diperlukan metode untuk mendukung

penghantaran pesan. Di sistem pakar yang besar, diperlukan model ini untuk

menuliskan kode prosudural untuk mendukung aktifitas kemampuan pemprosesan

sistem pakar tersebut.

(22)

Pada dasarnya working memory adalah tempat dimana rule diambil dari basis pengetahuan dan dieksekusi agar melahirkan pertanyaan yang berhubungan

dengan metode reasoning yang diterapkan. Working memory biasanya dalam bentuk stack, bertumpuk agar memudahkan chaining yang akan diterapkan didalam sistem pakar tersebut.

d. Inference Engine

Mesin inferensi adalah bagian didalam sistem pakar yang menerapkan

pengetahuan kepada solusi yang terdapat pada permasalahan nyata. Biasanya

dinyatakan sebagai penerjemah dari basis pengetahuan (Luger, 2005). Fungsi

utama dari mesin inferensi adalah melakukan peran sebagai pengenal dan pemberi

tindakan didalam proses kontrol sistem pakar. Pada umumnya mesin inferensi

dipisahkan dari basis pengetahuan, walaupun untuk pembuatan sistem pakar

dengan batasan kecil, kedua bagian tersebut disatukan.

Mekanisme inferensi dan kontrol digunakan untuk memanipulasi

pengetahuan didalam basis pengetahuan. Dalam analogi nya mesin inferensi ini

merupakan cara pengambilan alasan yang terjadi pada manusia. Dibawah ini akan

dipaparkan beberapa teknik didalam mesin inferensi, diantaranya adalah :

Chaining (Runut), didalam sistem pakar berbasis aturan, forward chaining atau runut maju dan backward chaining ato runut mundur merupakan dua dasar teknik inferensi yang digunakan. Backward chaining sangat baik digunakan untuk masalah diagnosis sedangkan forward chaining sangat cocok untuk masalah desain dan perencanaan.

Agenda, merupakan kumpulan tujuan/fakta yang dibuktikan oleh sistem inferensi yang menggunakan backward chaining

Meta-rules, merupukan deskripsi bagaimana pengetahuan lain seharusnya digunakan. Biasanya digunakan untuk mengarahkan pemprosesan dari

pengetahuan lain kepada area baru pada basis informasi yang ditemukan.

Biasanya untuk masalah yang tidak cocok menggunakan teknik chaining, maka

akan menggunakan teknik ini didalam mesin inferensinya.

Nonmonotonic reasoning, tipe inferensi ini mengijinkan perubahan terhadapa pengambilan alasan untuk fakta yang diberikan. Tidak hanya mengijinkan untuk

(23)

fakta yang lain yang terkait dengan perubahan fakta. Tipe inferensi ini bernilai

untuk aplikasi yang bersifat perencanaan, desain atau penjadwalan.

e. Explanation Facilites

Bagian ini adalah bagian untuk melakukan penjelasan dari sistem pakar

kepada pengguna. Penjelasan yang dihasilkan meliputi justifikasi dari kesimpulan yang dihasilkan oleh sistem, penjelasan kenapa sistem memerlukan data yang

dimasukkan oleh pengguna, dan dimana kegunaan penjelasan yang dihasilkan,

panduan dan langkah-langkah mengatasi masalah yang diinginkan oleh pengguna.

Fasilitas penjelasan ini menyediakan keterbukaan bagi pengalasan di

dalam sistem pakar. Bagian ini merupakan bagian yang memberikan sisi interaktif

terhadap sistem, ketika pengguna ingin mengetahui kenapa pertanyaan diberikan

kepada dirinya, bagaimana hasil jawaban disajikan.

Sebagai contohnya sebuah sistem pendiagnosisan penyakit di dunia

kedokteran, dimana hasil keluaran dari sistem ini adalah sebuah rekomendasi obat

dan saran serta langkah yang bisa dilakukan oleh pasien. Selama proses konsultasi

dengan sistem, pengguna mungkin ingin mengetahui kenapa informasi yang

ditanyakan itu diperlukan, dan pada akhirnya rasionalitas bagaimana sistem pakar

akan sampai pada kesimpulan memberikan rekomendasi obat akan dipaparkan.

Oleh karena obat yang disarankan merupakan hasil dari penilaian dari pakar, akan

sangat mudah melihat kenapa pengguna ingin mengetahui kenapa sistem bisa

sampai kepada rekomendasi obat ini.

f. User Interface

Antarmuka adalah bagian dimana interaksi antara manusia dan sistem

pakar dilakukan, pada bagian ini akan ada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

oleh sistem pakar untuk dijawab oleh pengguna.

Salah satu isu dalam desain ketika membangun sebuah sistem pakar dapat

kita jabarkan dari sistem pakar MYCIN, dimana pada sistem itu pembangun aplikasi menekankan pada pentingnya menyediakan antarmuka yang mudah

digunakan oleh pengguna dan mampu memenuhi semua kebutuhan pengguna.

Oleh karena itu sangat penting untuk memahami keinginan pengguna sebelum

(24)

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan untuk memenuhi keinginan

pelanggan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Display Type, sistem pakar generasi awal hanya memaparkan antar muka berdasarkan text, dimana pertanyaan diberikan ke pengguna berupa text dan

jawaban diberikan melalui keyboard dengan mengetikkan jawaban tersebut. Pada

saat ini sistem pakar sudah menggunakan graphical user interface (GUI) yang membuat pengguna dapat berinteraksi lebih interakrif dengan sistem.

Information entry, banyak metode bagaimana pengguna memasukkan informasi ke dalam sistem. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengetikkan jawaban

terhadap pertanyaan yang diberikan, atau dengan mengisi form secara

keseluruhan. Sebuah pertanyaan dapat ditujukan untuk satu jawaban, ataupun

jawaban bisa lebih dari satu dipilih dari list yang disediakan.

g. Database

Pada basisdata ini dilakukan penyimpanan data-data yang berasal dari

mesin inferensi. Data yang disimpan adalah data yang berhubungan dengan fakta

ataupun data gejala, dll.

Dari beberapa komponen sistem pakar yang sudah dijabarkan bisa dilihat bahwa

satu komponen memiliki kebergantungan terhadap komponen lain.

2.2.2.1Rule Based Expert System

Penghasil aturan (production rule) pertama kali di paparkan oleh Emil Post pada tahun 1943 (Post...), dalam mengkategorikan metode di dalam komputasi.

Kemudian diterapkan sebagai aturan penulisan kembali di bidang pemprosesan

bahasa pada tahun 1957 oleh Chomsky, dan digunakan oleh Newell dan Simon

didalam pemodelan penyelesaian masalah manusia (Newell-Simon,...). Teknik ini

diadaptasikan kedalam sistem pakar DENDRAL dan MYCIN untuk merepresentasikan pengetahuan dan menjadikan teknik ini sebagai teknik paling

populer didalam pembangunan sistem pakar pada tahun 1970an.

(25)

maka kita melakukan backward chaining, jika arah dilakukan dari penyabab ke konsekuensi maka kita melakukan forward chaining.

Cara kerja sistem pakar berbasis aturan dapat dijabarkan sebagai berikut

1. Sistem pakar menetapkan basis aturan dengan bentuk xi....xn → yi....yn dimana xi adalah mewakilkan fakta dan yi mewakilkan tindakan yang

akan dilakukan.

2. Sistem akan membuat memory yang bekerja terus memasukkan fakta yang

diambil dari domain masalah atau dari inferensi yang dihasilkan oleh

sistem.

3. Untuk setiap perulangan, sistem akan mengkomputasikan sebuah

kumpulan aturan yang memiliki kesesuaian atau keterikatan dengan fakta

yang disimpan didalam memori yang bekerja, atau proses ini biasa disebut

dengan tahap pencocokan.

4. Sebuah aturan dari kumpulan aturan yang telah disesuaikan tadi akan

dipilih untuk dieksekusi, proses ini dinamakan sebagai fase resolusi

konflik.

5. Aturan yang dipilih kemudian dieksekusi.

2.2.2.2Case Based Expert System

Cara lain didalam inferensi yang dilakukan oleh sistem pakar adalah

menggunakan pencarian alasan melalui kasus-kasus, biasa disebut juga sebagai

CBR (Case Based Reasoning). CBR ini menggunakan sebuah explicit basisdata dari solusi masalah untuk mengalamatkan situasi baru dalam penyelesaian

masalah. Solusi yang ada dapat dikumpulkan dari pakar manusiaatau melalui hasil

sebelumnya dari keberhasilan terdahulu. Contohnya didalam kedokteran, dimana

sebuah solusi tidak hanya dilihat dari teori yang tersedia, akan tetapi juga melihat

kasus yang pernah terjadi terhadap pasien terdahulu dan penangannya.

2.2.2.3Model Based Expert System

Pada jenis ini, sistem pakar dapat dilihat sebagai hasil penggabungan dari a

sebuah pemodelan dari suatu area pengetahuan yang digunakan, yang mana

(26)

masalah-masalah yang berhubungan dengan keinginan pengguna sistem pakar.

Poin utama dari sistem pakar ini adalah model yang ada tidak hanya memberikan

pengalaman heuristik seorang pakar, tetapi juga lebih kepada prinsip awal dari deskripsi pengetahuan yang diinginkan.

2.3 Sistem Pakar pada bidang Kesehatan

Berdasarkan literatur survey yang dilakukan oleh (Durkin, 1994), MYCIN merupakan sistem pakar yang pertama sekali digunakan untuk mendiagnosa

bakteri penyebab infeksi, kemudian dilanjutkan dengan sistem pakar PUFF yang dibangun untuk mendiagnosa penyakit lambung, sistem pakar ANGY yang mampu menolong dokter mendiagnosa penyempitan pembuluh darah, dan sistem pakar

BABY yang memberikan bantuan kepada dokter dalam memonitoring kelahiran bayi dalam kondisi ICU (Giarratano, 2005).

Dari survey literatur yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem

pakar telah banyak digunakan di dunia medis secara luas, mulai dari area

pendiagnosisan sampai dengan kemampuan memberikan fasilitas publik sebagai

alat saran bagi pasien.

2.4 Backward Chaining

Metode backward chaining merupakan kebalikan dari metode forward chaining dan sering disebut penalaran mundur (Kusrini, 2006). Menurut Schnupp dalam

(Kusrini, 2008), metode backward chaining (runut balik), penalaran dimulai dengan tujuan merunut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke tujuan tersebut

menurut Giarattano dan Riley dalam (Kusrini, 2006).

Adapun karakteristik backward chaining adalah :

a. Metode backward chaining lebih cocok digunakan untuk menentukan masalah diagnosis.

b. Metode backward chaining digunakan untuk masa lalu.

c. Tujuan metode backward chaining adalah memandu, penalaran dari atas ke bawah.

d. Bekerja ke belakang untuk mendapatkan fakta yang mendukung

(27)

e. Depth first search dimudahkan. f. Konsekuen menentukan pencarian.

g. Penjelasan difasilitasi.

Dalam metode backward chaining, akan dipilih satu aturan dari kesimpulan

dan menganggapnya sebagai masalah yang harus diselesaikan. Setelah masalah

tersebut diselesaikan, akan dipilih salah satu dari sub masalah untuk dievaluasi

dan sub masalah yang terpilih itu kemudian menjadi sub masalah baru.

Observasi 1

Aturan A Fakta 1

Observasi 2

Aturan D

Aturan B Fakta 2 Kesimpulan

Aturan E

Observasi 3

Aturan C Fakta 3

Observasi 4

(28)

Berikut ini kami paparkan beberapa penelitian terdahulu dari sistem pakar

yang digunakan untuk Pendiagnosisan Penyakit :

Tabel 2.3 Penelitian Sebelumnya

Sumber Definisi

Ahmad ( 2012 ) Ahmad A, menjabarkan didalam riset yang

dilakukannya untuk mengimplementasikan sistem

pakar berbasis rule untuk diterapkan pada diagnosis

dan symphtom penyakit saraf, sistem yang dibangun

dapat membedakan 10 penyakit saraf, diantaranya

adalah : Alzheimer Parkinson, Huntington’s disease, Celebral Palsy, Meningitis, Epilepsy, Multiple Sclerosis, Stroke, Cluster headache, Migraine, Meningitis for Children.

Saurkar ( 2012 ) Pada penelitian ini saurkar memaparkan sebuah

pengimplementasian sistem pakar berbasis aturan

untuk pendiagnosisan penyakit pada hewan.

Aplikasi yang dibangun memiliki basis data citra

untuk jenis penyakit hewan, sistem pakar mampu

menghadirkan gambar penyakit hewan dalam

pengambilan keputusan yang dilakukan dalam

sistem ini.

Nana ( 2012 ) mMes (Mobile Medical Expert System) sebuah aplikasi sistem pakar mobile yang digunakan untuk

layanan pasien di rumah sakit di Ghana, sistem ini

memungkinkan sistem pakar dipakai secara mobile

dan terkoneksi dengan pakar lain didaerah berbeda.

Rajdeep ( 2012 ) Pada jurnal yang dipaparkan oleh Rajdeep,

dipaparkan implementasi dari sistem pakar berbasis

(29)

saraf otot. Sistem yang dibangun didalam Java

untuk mendiagnosis penyakit seperti CelebralPalsy, Multiple Sclerosis, Muscular Dystrophy, dan

Parkinson’s. Sistem ini memberikan kumpulan pertanyaan berkenaan dengan symptom penyakit

pasien berdasarkan penyakit yang di diagnosakan

kepada pasien dan memberikan saran mengenai

perawatan yang diberikan kepada pasien tersebut.

Smitha ( 2010 ) Smitha menghasilkan sebuah sistem pakar untuk

mendiagnosa penyakit diabetes, dipaparkan melalui

thesis masternya. Informasi yang diberikan tidak

hanya komplikasi yang terjadi akibat penyakit ini

saja, tetapi juga alat diagnosa awal penyakit.

Pendekatan yang digunakan adalah berbasis aturan,

(30)

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Sistem pakar untuk diagnosa penyakit bukanlah hal baru di dunia kedokteran dan

sistem pakar, akan tetapi penulis mencoba melakukan di domain area yang

berbeda yaitu penyakit darah. Pada bab ini akan dijelaskan analisis dan

perancangan sistem pakar untuk penyakit darah. Dimulai dari identifikasi dan

spesifikasi dari masalah yang ada agar disesuaikan dengan sistem yang akan

dibuat.

3.1 Identifikasi dan Spesifikasi Sistem

Ada beberapa hal yang akan dikategorikan didalam sistem pakar oleh penulis,

yaitu bentuk penyakit darah yang akan dikumpulkan dan dibuat didalam basis

pengetahuan, disusun menurut sistem pakar berbasis aturan (rule based expert system) dengan metode inferensi yaitu backward chaining. Sistem pakar yang dirancang bertujuan untuk membantu pasien dalam menangani gejala penyakit

yang diderita serta melakukan diagnosis terhadap penyakit tersebut dan membantu

dokter ahli dalam menangani penyakit tersebut. Implementasi backward chaining dalam pendeteksian penyakit darah merupakan suatu sistem yang menganalisa

data gejala yang dialami pasien untuk menghasilkan diagnosa jenis penyakit yang

diderita. Input dari sistem berupa gejala yang dialami pasien, update, basis

pengetahuan dan basis aturan yang merupakan salah satu komponen penting

dalam sistem pakar yang merupakan fasilitas yang disediakan bagi pakar.

Sistem dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2008 dengan basisdata MySQL.

3.2Pengumpulan Pengetahuan

Berdasarkan fakta yang disadur dari beberapa referensi yaitu (Bakta, 2003),

(Hillman, 2002), dan (Harmening, 2002) dan hasil wawancara dengan Dr. Ronny

(31)

dikumpulkanlah pengetahuan yang akan dijadikan sebagai basis pengetahuan di

dalam sistem pakar yang akan dibangun, dipaparkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Tabel Anemia

No Fakta

Kesimpulan

Sympthom dan Gejala dan Batasan Penyakit

1. Anemia Gejala Klinik

- Laki-laki, umur >15 dan hemoglobin <13g/dl

- Perempuan, umur > 15 dan hemoglobin < 12g/dl

- Prempuan,umur >15 dan hamil dan hemoglobin

< 11g/dl

- Anak-anak, 6<umur<14, dan hemoglobin < 12g/dl

- Anak-anak, ½ < umur < 6, dan hemoglobin <

2. Anemia Ringan - 8 g/dl< Hemoglobin < 9,9g/dl

3. Anemia

Menengah

- 6 g/dl < Hemoglobin < 7,9g/dl

4. Anemia Berat Hemoglobin < 6g/dl

(32)

7. Anemia

Sakit Kepala, pusing , telinga mendesing , mata

berkunang-kunang, kelemahan otot, lesu, perasaan

dingin

10. Anemia

Mengenai Sistem

Urogenital

Gangguan haid, libido menurun, Pembengkakan

Testis

11. Anemia mengenai

Epitel

Warna kulit pucat, rambut tipis, elastisitas kulit

menurun

12. Anemia defisiensi

besi

- Disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularities

- Anemia Hipokromik Makrositer

- Besi Pada Sumsum Tulang Negatif

- Besi Serum Menurun (<50 mg/dl)

- TIBC menaik (>350 mg/dl)

- Feritin Menurun (< 20 µg/dl)

- Kuku Sendok, menjadi rapuh, bergaris-garis

vertikal

- Permukaan lidah menjadi licin

- Radang pada sudut mulut

- Nyeri menelan

- Besi pada susmsum tulang positif

- Besi Serum Menurun (<50 mg/dl)

(33)

- Feritin Menurun/Normal (20 µg/dl - 200 µg/dl)

14. Anemia

Thallasemia

- Anemia Hipokromik Makrositer

- Besi pada sumsusm tulang Positif kuat

- Besi Serum Normal

- Feritin Meningkat (> 50 µg/dl)

- Elektroforesis HB

- Feritin Normal (200 µg/dl)

- Besi pada sumsum tulang positif dengan ring

- Kadar Bilirubin Inderik Serum Meningkat

-LDH Meningkat

17. Anemia hemolitik - Ikterus dan hepatosplenomegali

- Kholelithiasis

- Ulkus pada Kaki

- Kelainan pada tulang yaitu penebalan tulang

frontalis dan parietalis

- Penurunan Masa Hidup Eritrosit (<120hari)

- Tidak ada pendarahan ke dalam rongga tubuh

- Penurunan hemoglobin > 1 g/dl dalam waktu 1

minggu

- Hemoglobinuria, urine berwarna merah,

kecoklatan atau coklat hitam.

- Anemia Normokromik Normositer

(34)

- Pendarahan Gusi

- Ulserasi Mulut atau tenggorokan

- Anemia Normokromik Normositer

- Besi serum normal atau meningkat

- TIBC Normal,

- HbF meningkat

- terdapat retikulositopenia

- terjadi trombositopenia

Sumber : Bhakta, (2003)

Berdasarkan pengumpulan pengetahuan penulis mendapatkan bahwa

penyakit anemia memiliki standar basis WHO untuk penyakit anemia secara

kesuluruhan dimana penyakit ini dapat diukur dari kadar hemoglobin darah, dan

kategori anemi dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan derajat tingkatnya yaitu

anemia ringan, anemia menengah, dan anemia berat.

Sedangkan berdasarkan kategori anemia, dibagi menjadi tiga kategori besar

yaitu, Anemia Makrositer, Anemia Normokromik Normositer dan Anemia

Hipokromik Makrositer. Pengumpulan Pengetahuan yang dilakukan akan diubah

dalam bentuk basis pengetahuan untuk menghasilkan aturan-aturan yang dapat

diinferensikan melalui mesin inferensi untuk menghasilkan keputusan. Adapun

penjelasan tentang itu akan dipaparkan pada sub-bab berikut ini.

3.3Representasi Pengetahuan 3.3.1 Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan adalah proses merubah fakta dan gejala/data menjadi rule-rule

(aturan-aturan) yang menjadi basis dalam sistem pakar untuk mengambil

kesimpulan atau fakta. Berikut ini adalah beberapa aturan yang dapat dihasilkan

dari pengumpulan pengetahuan diatas :

1. If ((umur_pasien > 15thn)&&(hemoglobin< 13 g/dl)&&(laki-laki))

Then Anemia (35%)

2. If ((umur_pasien > 15thn) && (hemoglobin < 12 g/dl) && (perempuan))

(35)

3. If((umur_pasien > 15thn) && (hemoglobin < 12 g/dl) && (perempuan_hamil))

Then Anemia (35%)

4. If (( 6>umur_pasien > 14thn) && (hemoglobin < 12 g/dl) )

Then Anemia (35%)

5. If ((umur_pasien < 6 thn) && (hemoglobin < 11 g/dl) )

Then Anemia (35%)

6. If ((hematrokrit < 30%))

Then Anemia 50%

7. If ((eritrosti < 2,8juta/mm3)

Then Anemia 75 %

8. If (warna kulit pucat || telapak tangan kuning)

Then Anemia 90%

9. If (nyeri tulang)

Then Anemia 100%

10. If (hemoglobin 8-9,9 g/dl)

Then Anemia Ringan

11. If (hemoglobin 6-7,9 g/dl)

Then Anemia Sedang

12. If (hemoglobin < 6 g/dl)

Then Anemia Berat

13. If (Indeks Eritrosit MVC < 80fl && MCH < 27 pg)

Then Anemia Hipokromik Makrositer

14. If (Indeks Eritrosit MVC = 80fl – 95fl && MCH = 27pg – 34 pg) Then Anemia Normokromik Normositer

15. If (Indeks Eritrosit MVC > 95fl)

(36)

3.3.2 Mesin Inferensi Backward Chaining

Proses inferensi yang dilakukan adalah proses memasukkan susunan pertanyaan

kedalam working memory (ingatan yang bekerja). Berikut adalah contoh pertanyaan yang akan diberikan jika menggunakan proses inferensi backward

chaining :

3.2 Tabel Pertanyaan

No Jenis Pertanyaan Untuk Fakta

1 Apakah Besi Serum Anda Menurun? 12,13

2 Apakah Besi Serum Anda Normal? 14,15

3 Apakah TIBC Anda Menaik? 12

4 Apakah Feritin Anda Menurun? 12

5 Apakah Besi Sum-Sum Tulang Negatif? 12

6 Apakah TIBC Anda Menurun? 13

7 Apakah Feritin Anda Menaik? 13

8 Apakah Besi Sum-sum Tulang Positif? 13

9 Apakah Feritin Anda Normal? 14,15

10 Apakah terdapat Eletroforesis HB? 14

11 Apakah Hb A2 Menaik? 14

12 Apakah HbF Menaik? 14

13 Apakah Besi Sum-sum Tulang mengandung Ring

Sideroblast?

15

14 Apakah Ada gejala Lidah Merah? 16

15 Apakah Ada gejala Leukopenia Ringan? 16

16 Apakah Kadar Bilirubin Inderik Serum Anda Meningkat? 16

17 Apakah LDH Anda Meningkat? 16

18 Apakah terdapatIkterus dan hepatosplenomegali? 17

19 Apakah terdapat Kholelithiasis? 17

20 Apakah terdapat Ulkus pada Kaki? 17

21 Apakah terdapat kelainan pada tulang yaitu penebalan

tulang frontalis dan parietalis?

17

(37)

(<120hari)?

23 Apakah tidak ada pendarahan ke dalam rongga tubuh? 17

24 Apakah terjadi penurunan hemoglobin > 1 g/dl dalam

waktu 1 minggu?

17

25 Apakah terjadi Hemoglobinuria, urine berwarna merah,

kecoklatan atau coklat hitam?

17

26 Apakah terjadi pendarahan kulit/mukosa atau tanda-tanda

infeksi?

18

27 Apakah sering terjadi pendarahan pada gusi? 18

28 Apakah terjadi ulserasi Mulut atau tenggorokan? 18

29 Apakah TIBC Anda Normal? 18

30 Apakah HbF Anda meningkat? 18

31 Apakah terdapat retikulositopenia? 18

32 Apakah terjadi trombositopenia? 18

33 Apakah Warna kulit pucat ? 11

34 Apakah rambut tipis ? 11

35 Apakah elastisitas kulit menurun? 11

36 Apakah terjadi gangguan haid ? 10

37 Apakah libido menurun? 10

38 Apakah terjadi pembengkakan Testis? 10

39 Apakah anda sering mengalami Sakit Kepala? 9

40 Apakah telinga mendesing ? 9

41 Apakah mata berkunang-kunang? 9

42 Apakah terjadi kelemahan pada otot? 9

43 Apakah sering lesu ? 9

44 Apakah sering terjadi perasaan dingin? 9

45 Apakah sering cepat lelah? 8

46 Apakah sesak ketika bekerja? 8

47 Apakah anda gagal jantung? 8

48 Apakah Indeks Eritrosit MVC < 80fl? 5

49 Apakah Indeks Eritrosit MCH < 27 pg? 5

(38)

51 Apakah Indeks Eritrosit 27pg < MCH < 34 pg ? 6

52 Apakah Indeks Eritrosit MVC > 95fl? 7

53 Apakah kadar 8 g/dl< Hemoglobin < 9,9g/dl ? 2

54 Apakah kadar 6 g/dl < Hemoglobin < 7,9g/dl ? 3

55 Apakah kadar Hemoglobin < 6g/dl ? 4

56 Apakah Anda Laki-laki, umur>15 dan hemoglobin

<13g/dl?

1

57 Apakah Anda Perempuan, umur > 15 dan hemoglobin <

12g/dl ?

1

58 Apakah Perempuan,umur >15 dan hamil dan hemoglobin <

11g/dl?

1

59 Apakah Anak-anak, 6<umur<14, dan hemoglobin <

12g/dl?

1

60 Apakah Anda Anak-anak, ½ < umur < 6, dan hemoglobin

< 11g/dl?

1

61 Apakah kadar Hematokrit < 30% ? 1

62 Apakah kadar Eritrosi < 2,8juta/mm3 ? 1

3.3.2.1Flowchart Backward Chaining

Pada gambar flowchart dibawah ini penulis menjelaskan alur proses dari bagaimana metode inferensi backward chaining dilakukan, proses pertama adalah melakukan pertanyaan yang berada pada level atas dari pohon keputusan, yang

mana pertanyaan adalah dalam bentuk yang telah dijabarkan dalam sub bab diatas.

Kemudian jawaban yang diberikan akan menentukan pertanyaan selanjutnya yang

akan diberikan, karena disini rule akan bekerja untuk menentukan logika

pertanyaan selanjutnya. Disinilah mesin inferensi dapat menentukan alur dari

pohon keputusan agar menghasilkan kesimpulan yang tepat pada solusi yang akan

(39)

Start

Pertanyaan

Jawab

Simpan dari Jawaban

Ya

Jenis Penyakit

Output

End Ya

Ya

Tidak Tidak

Pilih jenis penyakit

Darah

(40)

3.3.3 Pohon Keputusan (Decision Tree)

Berdasarkan tabel pengumpulan pengetahuan di atas, dibawah ini akan dipaparkan

pohon keputusan yang menghubungkan satu fakta/kenyataan dengan fakta lain,

yang berarti jika fakta pada level paling bawah dianggap tidak benar maka

gugurlah semua fakta yang ada diatasnya, akan tetapi jika di setiap level fakta itu

benar maka dapat diambil kesimpulan jenis anemia yang dihidap oleh si pasien.

Pada setiap garis penghubung dari satu fakta ke fakta lain akan terdapat gejala dan

symptom dengan kondisi (dan) dan (atau).

Contoh : Pada diagnosa penyakit Anemia Aplastik beberapa pertanyaan yang akan diberikan sistem yang mana sesuai dengan gejala penyakit anemia aplastik yaitu “apakah terjadi trombositopenia?” jika pasien menjawab ya maka sistem akan melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya yaitu “apakah terjadi pendarahan kulit/muktosa/tanda infeksi?” dan jika pasien menjawab tidak maka sistem akan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan jenis penyakit yang diderita pasien sebenarnya yaitu “apakah sering terjadi pendarahan gusi?” dan jika jawaban pasien adalah ya maka sistem langsung memberikan diagnosa awal

penyakit yaitu anemia aplastik, dan apabila pasien menjawab tidak maka pasien di

diagnosa penyakit anemia ringan sesuai dengan gejala yang diderita pasien.

(41)

Gambar 3.4 Pohon Keputusan Berdasarkan Fakta

Keterangan :

Lambang bulat adalah proses sistem dalam memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pasien, sedangkan lambang garis adalah

penghubung proses untuk menuju ke pertanyaan. ANEMIA

Anemia

aplastik Apakah terjadi trombositopenia

Apakah terjadi pendarahan

kulit/muktosa/tanda infeksi

Apakah sering terjadi pendarahan pada gusi

Anemia aplastik

(42)

3.4 Analisis Sistem

3.4.1 Data Flow Diagram

Untuk memaparkan aliran dari data didalam sistem yang akan dibangun, penulis

meletakkan data flow diagram mulai dari Context Diagram, Data Flow Diagram Level 1 dan Data Flow Diagram Level 2.

3.4.2 Context Diagram

Penjelasan proses diagram konteks implementasi sistem pakar untuk mendiagnosa

penyakit transportasi darah pada manusia adalah sebagai berikut:

a. Proses

Nama Proses : Implementasi Sistem Pakar Mendiagnosa penyakit

Transportasi Darah pada Manusia

Keterangan : Proses diagnosa penyakit Transportasi Darah pada

Manusia berdasarkan gejala-gejala yang dialami.

b. Arus Data : - Data Pasien

- Data Admin

- Data Gejala

- Data Penyakit

(43)

c. Entitas Luar Nama Entitas : Admin

Keterangan : Merupakan bagian yang mengontrol dan

memperbaiki sistem

Masukan : - Data Admin

- Data Gejala

- Data Penyakit

- Data Aturan (pohon)

- Data Relasi

Keluaran : - Data Admin

- Data Gejala

- Data Penyakit

- Data Aturan (pohon)

- Data Relasi

Nama Entitas : Pasien

Keterangan : Merupakan pengguna yang menggunakan sistem

untuk mengetahui penyakit yang dideritanya

Masukan : - Data Pasien

- Jwb_penyakit

Keluaran : - Data pasien

- Data Gejala

- Data Penyakit

(44)

3.4.2.1 DFD Level 1

Penjelasan Proses DFD Level 1 implementasi sistem pakar untuk

mendiagnosa penyakit transportasi darah pada manusia adalah sebagai berikut:

a. Proses P.1

Nama Proses : Menu Pasien

Masukan : Data Pasien, Jwb_pertanyaan

Keluaran : Data Pasien, Data Gejala, Data Penyakit

(45)

b. Proses P.2

Nama Proses : Menu Admin

Masukan : Data Admin, Data Gejala, Data Penyakit, Data Aturan

(pohon), Data Relasi

Keluaran : Data Admin, Data Gejala, Data Penyakit, Data Aturan

(pohon), Data Relasi.

Keterangan : Mengolah data yang digunakan dalam mendiagnosis

penyakit.

Pada gambar data flow diagram level 1 diatas dijelaskan bagaimana aliran data yang terhubung dengan database dan antarmuka pengguna, dimana Admin

dan Pasien sebagai user akan terhubung dengan antar muka Menu user dan Menu

Admin dan antarmuka merupakan penghubung dengan Database. Tabel database

yang terlibat adalah tabel admin, tabel aturan, tabel gejala, dan tabel penyakit.

Input kedalam database juga akan dilakukan oleh pengguna melalui antarmuka

(46)

3.4.2.2DFD Level 2

Gambar 3.7 DFD Level 2 untuk Pasien

Proses P.1.1

Nama Proses : Daftar Pasien

Masukan : Data Pasien

Keluaran : Data Login Pasien

Keterangan : Proses untuk mengakses sistem

Proses P.1.2

Nama Proses : Konsultasi

Masukan : Data Login Pasien, Jwb_pertanyaan

Keluaran : Data Gejala, Data Penyakit, Hasil Konsultasi.

Keterangan : Pasien dapat melakukan konsultasi untuk mendapatkan hasil

diagnosis.

(47)

Nama Proses : History

Masukan : Data Login Pasien

Keluaran : Lap.Hasil Konsultasi

Keterangan : Pasien dapat melihat history penyakit

Pada Data Flow Diagram ini digambarkan bahwa pasien bisa melakukan akses terhadap sistem dengan 3 jenis antar muka yang berbeda yaitu, Daftar

Pasien, Konsultasi, dan History. Daftar Pasien digunakan untuk memasukkan data

pasien dan user login, yang terhubung dengan database tabel pasien. Antarmuka

yang kedua adalah konsultasi, dimana pertanyaan dari sistem pakar akan di

berikan di antarmuka ini, akses langsung kepada tabel penyakit di database, tabel

penyakit dan tabel gejala akan terhubungkan melalui antarmuka ini, sehingga

proses inferensi didalam sistem pakar dapat berjalan. Kemudian hasil inferensi

dari sistem pakar tersebut akan dimasukkan kedalam tabel hasil. Pemaparan dari

(48)

2.1

Gambar 3.8 DFD Level 2 untuk Admin

Proses P.2.1

Nama Proses : Login Admin

Masukan : Data Login Admin

Keluaran : Data Login Admin

Keterangan : Proses untuk mengakses sistem

Proses P.2.2

Nama Proses : Data Gejala

Masukan : Entry Data Gejala

(49)

Keterangan : Admin mengentry data gejala dalam sistem.

Proses P.2.3

Nama Proses : Data Penyakit

Masukan : Entry Data Penyakit

Keluaran : Data Penyakit

Keterangan : Admin mengentry data penyakit dalam sistem.

Proses P.2.4

Nama Proses : Data Aturan

Masukan : Entry Data Aturan

Keluaran : Data Aturan

Keterangan : Admin mengentry data aturan dalam sistem

Proses P.2.5

Nama Proses : Data Relasi

Masukan : Entry Data Relasi

Keluaran : Data Relasi

Keterangan : Admin mengentry data relasi dalam sistem.

Proses P.2.6

Nama Proses : Data Laporan

Masukan : Data Laporan, Data Hasil

Keluaran : Laporan Hasil Konsultasi

Keterangan : Admin mencetak laporan hasil konsultasi

Untuk pengguna admin maka desain data flow diagram akan

(50)

Login digunakan untuk pengaturan pengguna, user id, dan password yang

tersimpan di tabel admin di database. Entry Gejala digunakan untuk pengaturan

gejala apa yang diinginkan agar setiap jenis gejala penyakit tersimpan di dalam

tabel gejala. Begitu juga dengan Entry Penyakit, merupakan antarmuka yang

digunakan untuk memasukkan data tentang penyakit tersebut kedalam database

dan tersimpan didalam tabel penyakit di database. Untuk menghubungkan antara

data Penyakit dan data Gejala, maka dibuat Entry Aturan, Entry Aturan ini

merupakan penghubung antara Gejala dan Penyakit, sehingga tercipta rule-rule

atau aturan di basis pengetahuan sistem pakar yang dibangun. Tabel aturan

digunakan untuk menyimpan data mengenai aturan yang ada. Yang terakhir

adalah antarmuka Laporan, antarmuka ini digunakan untuk memaparkan dan

mencetak hasil dari inferensi dan juga data pasien tersebut.

3.5 Perancangan Tabel

Dalam suatu aplikasi sebuah program banyak digunakan tabel-tabel untuk

mempermudah pengguna dalam rangka menyimpan data sesuai dengan yang

diinginkan dan juga dapat didokumentasikan. Adapun rancangan tabel tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Tabel Admin

Tabel ini digunakan untuk menyimpan data seorang admin yang berhak

dan memiliki otoritas untuk mengakses basis aturan dan basis

pengetahuan pada sistem pakar.

Tabel 3.9 Tabel Admin

Field Type Size Keterangan

Username

(Primary

Key)

Varchar 20 Nama pemakai

(51)

Alamat Varchar 50 Alamat pemakai

Password Varchar 7 Password Pemakai

b. Tabel Gejala

Tabel ini digunakan untuk menyimpan data beberapa gejala yang

mengindifikasikan suatu penyakit.

Tabel 3.10 Tabel Gejala

Field Type Size Keterangan

ID Int 11 Id gejala

Nm_gejala Varchar 500 Nama gejala

c. Tabel Hasil

Tabel ini digunakan untuk menyimpan hasil dari indikasi penyakit.

Tabel 3.11 Tabel Hasil

Field Type Size Keterangan

ID Varchar 50 Id hasil

Username Varchar 20 Nama pemakai

Waktu Datetime Waktu konsultasi

id_penyakit Int 11 Id penyakit

d. Tabel Jawab Pasien

(52)

Tabel 3.12 Tabel Jwb_Pasien

Field Type Size Keterangan

ID Int 8 ID pasien

Username varchar 20 Nama pasien

Id_gejala Int 11 ID gejala

e. Tabel Pasien

Tabel ini digunakan untuk menyimpan data yang telah diisikan pasien

pada saat registrasi ke sistem

Tabel 3.13 Tabel Pasien

Field Type Size Keterangan

Username Varchar 20 Id pasien

Nama Varchar 50 Nama pasien

Alamat Varchar 100 Alamat pasien

Jenis_kelamin Varchar 20 Jenis kelamin

pasien

Email Varchar 20 Email pasien

Gol_darah Varchar 3 Gol darah pasien

Password varchar 7 Password

f. Tabel Penyakit

(53)

Tabel 3.14 Tabel Penyakit

Field Type Size Keterangan

ID Int 11 Id penyakit

Nm_penyakit Varchar 500 Nama penyakit

Ket_penyakit text Keterangan

penyakit

g. Tabel Pohon Keputusan

Tabel pohon keputusan adalah table aturan yang akan digunakan dalam

proses penelusuran dari suatu sistem.

Tabel 3.15 Tabel Pohon Keputusan

Field Type Size Keterangan

No_id Int 11 Nomor id pertanyaan

ID Int 11 Id pertanyaan

Id_ya Varchar 10 Id jawaban ya

Id_tidak Varchar 10 Id jawaban tidak

h. Tabel Relasi

Tabel ini berisi data yang menunjukkan relasi antara gejala dengan

penyakit yang diindikasikan selama pemeriksaan.

Tabel 3.16 Tabel Relasi

(54)

ID Int 11 Nama penyakit

Id_penyakit Int 11 Id penyakit

Id_gejala Int 11 Id gejala

3.6 Perancangan AntarMuka (User Interface)

Rancangan antar muka ini dibuat untuk mempermudah user dalam berinteraksi

dengan sistem ini. Adapaun rancangan antarmuka sistem ini sebagai berikut :

Gambar 3.17 Rancangan Tampilan

LOGO USU

Penyakit Anemia

INFORMASI

DAFTAR

PASIEN

ADMIN

KELUAR

(55)

Gambar 3.18 Perancangan Pendaftaran Pasien

Gambar 3.19 Perancangan Login Pasien

LOGO USU

Penyakit Anemia

Username

Nama

Jenis Kelamin

Alamat

Email

Golongan Darah

Password

Konfirmasi Password

INFORMASI

DAFTAR

PASIEN

ADMIN

KELUAR

DAFTAR BATAL

LOGO USU

Penyakit Anemia

LOGIN INFORMASI

DAFTAR

PASIEN

ADMIN

KELUAR

Username

Password

(56)

Gambar 3.20 Perancangan konsultasi pasien

Gambar 3.21 Perancangan Gejala

LOGO USU

Penyakit Anemia

Diagnosa Gejala

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan mengklik salah satu dari tombol

INFORMASI

DAFTAR

PASIEN

ADMIN

KELUAR

Apakah anda mengalami kadar eritrosit kurang dari 2,8 juta / mm3 ?

YA TIDAK

LOGO USU

Penyakit Anemia

Data Gejala

Gejala

INFORMASI

DAFTAR

PASIEN

ADMIN

KELUAR

tambah update hapus bersihkan tutup

ID Gejala Keterangan

1 …….. ………. ………

Gambar

Gambar 3.3 Diagram Alur (Flowchart) Backward Chaining
Gambar 3.4 Pohon Keputusan Berdasarkan Fakta
Tabel Pasien
Gambar 3.7 DFD Level 2 untuk Pasien
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa yang dilakukan penulis, untuk menghasilkan sistem pakar untuk mendiagnosa jenis penyakit matayang baik maka perlu untuk menjamin hasil

Untuk membuat hasil diagnosa menjadi sangat valid, maka data gejala yang dimasukan oleh seorang administrator / pakar kedalam suatu data penyakit, harus lengkap

skripsi yang bersangkutan dengan judul, “ Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Anemia dengan Metode Forward Chaining Berbasis Android ” , memandang

Sistem pakar identifikasi dini penyakit anemia dengan metode certainty factor melakukan diagnosis dengan cara menganalisis masukan gejala tentang apa yang

Evaluasi kinerja untuk sistem pakar diagnosa penyakit babi ini diukur berdasarkan uji beta yaitu uji penerapan sistem dalam kasus nyata (Tabel 4). Uji coba sistem dilakukan

Dengan adanya sistem pakar ini akan membantu dokter sebagai seorang pakar dalam memberikan layanan dan informasi mengenai penyakit polio dengan melihat gejala-gejala yang ada,

Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Mata Pada Manusia menggunakan metode forward chaining bertujuan menelusuri gejala yang ditampilkan dalam bentuk

Sistem Pakar untuk Diagnosa Penyakit Anemia Dengan Menggunakan Metode Dempster Shafer dimana penelitian ini berisi tentang deteksi awal penyakit Anemia yang dapat