• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.0 Pendahuluan - Implementasi Backward chaining Dalam Pendeteksian Penyakit Anemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.0 Pendahuluan - Implementasi Backward chaining Dalam Pendeteksian Penyakit Anemia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.0 Pendahuluan

Pada bab ini, kami akan menjabarkan tentang berbagai penyakit darah klinis yang

biasa bisa klasifikasikan oleh para dokter pakar khususnya penyakit darah, disini

kami juga menjabarkan apa itu sistem pakar, karakteristik sistem pakar, beserta

implementasi dan penerapan sistem pakar pada bidang kesehatan dan kedokteran.

2.1 Penyakit Darah 2.1.1 Anemia

Menurut definisi yang dikemukakan oleh (Hillman, 2002) anemia adalah

keadaan dimana masa eritrosit (sel darah merah) dan masa hemoglobin yang

beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan tubuh, sedangkan oleh (Bakta, 2003) secara laboratorik dapat

diuraikan sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung

eritrosit dan hematokrit (packed red cell).

Anemia dapat dibedakan menjadi 5 jenis besar yaitu:

1. Anemia Hipokromik Mikrositer

2. Anemia Megaloblastik

3. Anemia Hemolitik

4. Anemia karena Kegagalan Sumsum Tulang

5. Anemia Pada Penyakit Sistemik

Pada umumnya untuk menegakkan diagnosis terhadap penyakit anemia

maka ada 3 langkah yang harus ditempuh, yaitu :

1. Langkah pertama : Membuktikan adanya anemia, pembuktian ini

biasanya menggunakan pendekatan klinik.

2. Langkah kedua : Menetapkan jenis anemia yang dijumpai,

pembuktian ini biasanya menggunakan pendekatan klinik.

3. Langkah ketiga : Menetapkan jenis anemia yang dijumpai,

(2)

2.1.2 Leukemia

Sebelum mengurai penyakit leukemia, perlu diketahui mengenai keganasan

hematologik, keganasan hematoligik adalah proses enoplastik yang mengenai

darah dan jaringan pembentuk darah beserta seluruh komponennya (Bakta,

2002). Sedangkan leukemia ialah keganasan hematologik akibat proses neoplasti

yang disertai gangguan diferensiasi apada berbagai tingkatan sel induk sehingga

terjadi ekspansi progresi dari kelompok sel ganas tersebut pada sumsum tulang,

kemudian leukemia beredar secara sistemik (Harmening, 2002).

2.1.3 Limfoma Maligna

Limfoma Maligna merupakan suatu penyakit keganasan primer dari jaringan

limfoid yang bersifat padat (solid), meskipun dapat menyebar secara sistemik

(Bakta, 2003). Penyakit ini dibagi kedalam 2 jenis yaitu :

1. Limfona Hodgin

2. Limfona non-Hodgin

Penyakit ini merupakan keganasan hematologik yang cukup sering di

jumpai. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan kemoterapi karena masih

merupakan tumor padat yang dapat disembuhkan.

2.1.4 Gamopati Monoklonal

Gamopati monklonal adalah suatu penyakit yang merupakan kelainan

hematologik yang berasal dari limfosit yang menghasilkn paraprotein yang

bersifat monoklonal (Hillman, 2002). Penyakit ini biasa disebut dengan penyakit

imunoproliferatif atau plasma cell disorders atau paraproteinemias. Penyakit

ini dibagi kepada 2 jenis berdasarkan keganasannya, yaitu :

1. Mieloma Multipel

2. Makroglublinemia Waldenstrom

2.2 Sistem Pakar

Berdasarkan penjelasan oleh (Luger, 2005) dan (Krishnamoorthy, 1996). Sistem

pakar dapat diartikan sebagai sebuah sistem didalam komputer yang di program

(3)

bidang keahlian yang sesuai dengan pakar di kehidupan nyata. Sistem pakar ini

memfasilitasi pengetahuan yang di masukkan kedalam program dan memiliki

pengaturan strategi agar menghasilkan solusi atau keputusan. Bahkan menurut

(Russel, 2002), sistem pakar dapat mengambil pengetahuan dan pengalaman

didalam suatu organisasi (termasuk yang sudah berhenti) agar dapat

diakumulasikan menjadi satu kesatuan, memberikan informasi untuk

meningkatkan produktivitas pakar, dan menjadikan seseorang yang kurang

pengalaman untuk memiliki keahlian yang lebih tinggi dari level sebelumnya.

Sistem pakar bukanlah sebuah program, tetapi merupakan sistem, karena

pada perkomputeran biasa, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan

tidak bisa dilakukan, akan tetapi sistem pakar dapat melakukan hal yang dimaksud

karena memiliki kemampuan dalam pengetahuan dan kemampuan metafsirkan

alasan layaknya pakar manusia. Program komputer biasa hanya menyelesaikan

masalah berdasarkan algoritma yang diterapkan dan sudah didefinisikan terlebih

dahulu, dan tidak dapat menyelesaikan masalah yang memiliki data tidak

sempurna dan tepat.

Sistem pakar juga memiliki beberapa komponen berbeda seperti basis

pengetahuan, mesin inferensi, fasilitas penjelasan, dll. Semua komponen yang

berbeda ini berinteraksi satu dengan yang lain dalam menghasilkan pemprosesan

penyelesaian masalah berdasarkan aturan yang disesuaikan dengan pakar di

bidang tersebut.

Sistem pakar merupakan cabang ilmu Kecerdasan Buatan yang telah eksis

dan diterapkan lebih dari 30 tahun. Pemanfaatan sistem pakar telah merambah ke

banyak bidang, mulai dari medis, matematika, engineering, pertanian, geologi,

ilmu komputer, bisnis, hukum, pertahanan dan pendidikan (Waterman, 1986).

Khusus di bidang kesehatan dan medis, sistem pakar memiliki tempat yang

istimewa, dikarenakan komplesitas dari gejala-gejala penyakit dan kecendrungan

kesalahan pendiagnosaan, menjadikan sistem pakar dapat dimanfaatkan dengan

(4)

2.2.1 Karakteristik Sistem Pakar

Berdasarkan pendapat (Luger, 2005), dikarenakan sifat heuristik, kesesuaian

dengan basis pengetahuan, sistem pakar pada umumnya mampu untuk:

a. Mendukung inspeksi terhadap proses reasoning (pengambilan alasan),

didalam langkah awal maupun penjawaban pertanyaan pada proses

pensolusian.

b. Memberikan akses muda dalam penambahan dan pengurangan rule

(aturan) berupa fakta dan tujuan di dalam basis pengetahuan.

c. Pengambilan alasan secara heuristik, biasanya menggunakan pengetahuan

untuk mendapatkan solusi yang berguna.

Ketepatan dari jawaban sebuah permasalahan merupakan hal yang paling

utama dari sebuah sistem pakar, seberapa cepat sistem pakar memproses solusi

adalah suatu masalah lain, jika solusi yang dihasilkan memberikan akurasi yang

baik tentunya akan menjadikan sistem pakar tersebut lebih baik. Disisi lain

sistem pakar yang baik harus memiliki kecepatan dalam mendapatkan solusi

yang diinginkan. Sistem pakar bisa memiliki peran sebagai pembuat keputusan

bahkan bisa dijadikan sebagai konsultan ataupun penasihat, (Waterman, 1986)

menjabarkan dalam bukunya bahwa sistem pakar dapat menyelesaikan masalah

untuk jenis kategori sebagai berikut :

a. Interpretation (Interprestasi) : Menghasilkan kesimpulan level tinggi dari

koleksi data mentah.

b. Prediction (Prediksi) : Memproyeksikan konsekuensi kemungkinan dari

situasi yang diberikan.

c. Diagnosis (Diagnosa) : Menentukan sebab dari tidak berfungsinya situasi

yang rumit berdasarkan gejala yang diteliti.

d. Design (Desain) : Menemukan pengaturan komponen suatu sistem

sehingga mendekati perfoma yang diinginkan dan memenuhi batasan yang

telah ditetapkan.

e. Planning (Perencanaan) : Memberikan langkah tindakan yang

berorientasi pada kumpulan tujuan dengan kondisi yang telah ditentukan

(5)

f. Monitoring (Pengawasan) : Membandingkan proses sistem yang

diawasi dengan proses yang seharusnya terjadi.

g. Instruction (Instruksi) : Memberikan proses pembelajaran pada area

teknikal suatu bidang.

h. Control (Kendali) : Melakukan kendali terhadap lingkungan yang

rumit.

(Micheal Negnevitsky, 2002), pada bukunya menjabarkan bahwa

karakteristik yang unik pada sistem pakar adalah pada kemampuan penjelasan

yang disediakan. Fitur ini memberikan sistem kemampuan melakukan evaluasi

terhadap pemberian alasan sistem itu sendiri dan menjelaskan keputusan yang

diambil.

2.2.2 Arsitektur Sistem Pakar

Pada gambar dibawah ini kami jabarkan arsitektur lengkap suatu sistem pakar

Gambar 2.1 Arsitektur Lengkap Sistem Pakar (Ahmad, 2012) Knowledge

Acquisiion Facilty

Knowledge Base Rule: If-Then

Working Memory Fact

Inference Engine

Explanation Facilities

User Interface

User

database

STORE

VIEW

(6)

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa sistem pakar memiliki beberapa buah

komponen yang berbeda, diantaranya adalah :

a. Knowledge Acquisition Facility

Mengidentifikasi pakar yang sesuai dan melibatkan orang yang sesuai

didalam proses pengambilan pengetahuan merupakan hal yang penting untuk

kesuksesan dari pengambilan pengetahuan. Beberapa orang yang terlibat dalam

pengambilan pengetahuan ini dapat dikategorikan yaitu :

1. Pakar dibidang masalah yang ingin dilakukan dengan pengalaman kerja yang

tinggi dibidang tersebut.

2. Pembuat aplikasi, orang yang memiliki kemampuan dalam menafsirkan dan

menerjemahkan pengetahuan serta mengimplementasikan pengetahuan tersebut

kedalam sistem pakar.

3. Pengguna dan manajer.

Ada beberapa hal isu yang harus diperhatikan untuk melakukan pengambilan

pengetahuan. Isu pertama yaitu adalah pemilihan pakar bidang tersebut yang

sesuai harus memenuhi 3 kriteria, yaitu reputasi yang baik, karakter pakar dan

sikap yang baik, serta ketersediaan waktu dari pakar tersebut. Isu kedua adalah

seberapa banyak pakar yang akan dilibatkan dalam pengambilan pengetahuan.

Penggunaan satu pakar biasanya lebih baik dari banyak pakar, akan tetapi untuk

kasus tertentu kadang diperlukan banyak pakar untuk mengumpulkan

pengetahuan yang diinginkan. Ada beberapa masalah yang mungkin timbul jika

menggunakan satu pakar, yaitu : susahnya membagi waktu seorang pakar untuk

pengambilan keperluan, bias seorang pakar, keterbatasan pengambilan alasan oleh

satu pakar, kepakaran yang terbatas. Dari isu ini maka perlu diambil keputusan

mana yang diperlukan, seorang pakar atau banyak pakar dalam membuat sistem

pakar yang diinginkan.

Metode yang biasa digunakan untuk pengambilan pengetahuan adalah

wawancara, observasi, dan analisis protokol. Setiap metode memiliki kesesuaian

dengan bidang ilmu yang ingin diambil pengetahuannya, akan tetapi wawancara

(7)

b. Knowledge Base

Menurut (Luger, 2005) didalam bukunya, ia berpendapat bahwa

knowledge base (basis pengetahuan) adalah hati dari sistem pakar. Basis

pengetahuan mengandung pengetahuan dari bidang ilmu yang diinginkan. Pada

jenis sistem pakar berbasis aturan, basis pengetahuan ini biasanya dituliskan

dalam bentuk jika...maka.... Aturan yang terdapat didalam basis pengetahuan

menjadi dasar dari pengambilan keputusan yang ada didalam sistem pakar.

Dari sisi teknis, tidak ada fungsi yang lebih penting daripada memilih

rangka kerja pemrograman untuk basis pengetahuan. Rangka kerja ini

merepresentasikan bagaimana pembangun sistem pakar dapat mengklasifikasikan

pengetahuan tersebut. Pada bagian ini juga dapat di tuliskan aturan (rules), frame

dan pohon keputusan. Ada beberapa jenis hal yang dapat di atur didalam basis

pengetahuan, seperti pengalasan tidak pasti (inexact reasoning) dan pemprosesan

kemampuan prosudural.

Perwakilan Pengetahuan, merupakan bagian untuk membangun sistem

berbasis pengetahuan, dan dapat diklasifikasin sesuai dengan bagaimana kita

merepresentasikan pengetahuan. Kategori yang termasuk dalam perwakilan

pengetahuan ini adalah rule-based, frame based, case based, dan fuzzy logic.

Pengalasan tidak pasti, salah satu dari kemampuan sistem pakar yang terkenal adalah kemampuannya untuk menyelesaikan masalah yang memiliki

ketidakpastian informasi dan pengetahuan. Sistem pakar harus dilengkapi dengan

metode untuk melaksanakan pengalasan ketidakpastian ini, seperti faktor

kepastian (certainty factors), metode Shafer Dempster, ataupun pendekatana

Bayesian.

Pemprosesan kemampuan prosedural, pada beberapa aplikasi diperluakan untuk menulis kode prosudural, fungsi diperlukan didalam model ini.

Pada sistem pakar berbasis model, diperlukan metode untuk mendukung

penghantaran pesan. Di sistem pakar yang besar, diperlukan model ini untuk

menuliskan kode prosudural untuk mendukung aktifitas kemampuan pemprosesan

sistem pakar tersebut.

(8)

Pada dasarnya working memory adalah tempat dimana rule diambil dari

basis pengetahuan dan dieksekusi agar melahirkan pertanyaan yang berhubungan

dengan metode reasoning yang diterapkan. Working memory biasanya dalam

bentuk stack, bertumpuk agar memudahkan chaining yang akan diterapkan

didalam sistem pakar tersebut.

d. Inference Engine

Mesin inferensi adalah bagian didalam sistem pakar yang menerapkan

pengetahuan kepada solusi yang terdapat pada permasalahan nyata. Biasanya

dinyatakan sebagai penerjemah dari basis pengetahuan (Luger, 2005). Fungsi

utama dari mesin inferensi adalah melakukan peran sebagai pengenal dan pemberi

tindakan didalam proses kontrol sistem pakar. Pada umumnya mesin inferensi

dipisahkan dari basis pengetahuan, walaupun untuk pembuatan sistem pakar

dengan batasan kecil, kedua bagian tersebut disatukan.

Mekanisme inferensi dan kontrol digunakan untuk memanipulasi

pengetahuan didalam basis pengetahuan. Dalam analogi nya mesin inferensi ini

merupakan cara pengambilan alasan yang terjadi pada manusia. Dibawah ini akan

dipaparkan beberapa teknik didalam mesin inferensi, diantaranya adalah :

Chaining (Runut), didalam sistem pakar berbasis aturan, forward chaining atau runut maju dan backward chaining ato runut mundur merupakan dua dasar teknik

inferensi yang digunakan. Backward chaining sangat baik digunakan untuk

masalah diagnosis sedangkan forward chaining sangat cocok untuk masalah

desain dan perencanaan.

Agenda, merupakan kumpulan tujuan/fakta yang dibuktikan oleh sistem inferensi yang menggunakan backward chaining

Meta-rules, merupukan deskripsi bagaimana pengetahuan lain seharusnya digunakan. Biasanya digunakan untuk mengarahkan pemprosesan dari

pengetahuan lain kepada area baru pada basis informasi yang ditemukan.

Biasanya untuk masalah yang tidak cocok menggunakan teknik chaining, maka

akan menggunakan teknik ini didalam mesin inferensinya.

Nonmonotonic reasoning, tipe inferensi ini mengijinkan perubahan terhadapa pengambilan alasan untuk fakta yang diberikan. Tidak hanya mengijinkan untuk

(9)

fakta yang lain yang terkait dengan perubahan fakta. Tipe inferensi ini bernilai

untuk aplikasi yang bersifat perencanaan, desain atau penjadwalan.

e. Explanation Facilites

Bagian ini adalah bagian untuk melakukan penjelasan dari sistem pakar

kepada pengguna. Penjelasan yang dihasilkan meliputi justifikasi dari kesimpulan

yang dihasilkan oleh sistem, penjelasan kenapa sistem memerlukan data yang

dimasukkan oleh pengguna, dan dimana kegunaan penjelasan yang dihasilkan,

panduan dan langkah-langkah mengatasi masalah yang diinginkan oleh pengguna.

Fasilitas penjelasan ini menyediakan keterbukaan bagi pengalasan di

dalam sistem pakar. Bagian ini merupakan bagian yang memberikan sisi interaktif

terhadap sistem, ketika pengguna ingin mengetahui kenapa pertanyaan diberikan

kepada dirinya, bagaimana hasil jawaban disajikan.

Sebagai contohnya sebuah sistem pendiagnosisan penyakit di dunia

kedokteran, dimana hasil keluaran dari sistem ini adalah sebuah rekomendasi obat

dan saran serta langkah yang bisa dilakukan oleh pasien. Selama proses konsultasi

dengan sistem, pengguna mungkin ingin mengetahui kenapa informasi yang

ditanyakan itu diperlukan, dan pada akhirnya rasionalitas bagaimana sistem pakar

akan sampai pada kesimpulan memberikan rekomendasi obat akan dipaparkan.

Oleh karena obat yang disarankan merupakan hasil dari penilaian dari pakar, akan

sangat mudah melihat kenapa pengguna ingin mengetahui kenapa sistem bisa

sampai kepada rekomendasi obat ini.

f. User Interface

Antarmuka adalah bagian dimana interaksi antara manusia dan sistem

pakar dilakukan, pada bagian ini akan ada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

oleh sistem pakar untuk dijawab oleh pengguna.

Salah satu isu dalam desain ketika membangun sebuah sistem pakar dapat

kita jabarkan dari sistem pakar MYCIN, dimana pada sistem itu pembangun

aplikasi menekankan pada pentingnya menyediakan antarmuka yang mudah

digunakan oleh pengguna dan mampu memenuhi semua kebutuhan pengguna.

Oleh karena itu sangat penting untuk memahami keinginan pengguna sebelum

(10)

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan untuk memenuhi keinginan

pelanggan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Display Type, sistem pakar generasi awal hanya memaparkan antar muka

berdasarkan text, dimana pertanyaan diberikan ke pengguna berupa text dan

jawaban diberikan melalui keyboard dengan mengetikkan jawaban tersebut. Pada

saat ini sistem pakar sudah menggunakan graphical user interface (GUI) yang

membuat pengguna dapat berinteraksi lebih interakrif dengan sistem.

Information entry, banyak metode bagaimana pengguna memasukkan informasi

ke dalam sistem. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengetikkan jawaban

terhadap pertanyaan yang diberikan, atau dengan mengisi form secara

keseluruhan. Sebuah pertanyaan dapat ditujukan untuk satu jawaban, ataupun

jawaban bisa lebih dari satu dipilih dari list yang disediakan.

g. Database

Pada basisdata ini dilakukan penyimpanan data-data yang berasal dari

mesin inferensi. Data yang disimpan adalah data yang berhubungan dengan fakta

ataupun data gejala, dll.

Dari beberapa komponen sistem pakar yang sudah dijabarkan bisa dilihat bahwa

satu komponen memiliki kebergantungan terhadap komponen lain.

2.2.2.1Rule Based Expert System

Penghasil aturan (production rule) pertama kali di paparkan oleh Emil Post pada

tahun 1943 (Post...), dalam mengkategorikan metode di dalam komputasi.

Kemudian diterapkan sebagai aturan penulisan kembali di bidang pemprosesan

bahasa pada tahun 1957 oleh Chomsky, dan digunakan oleh Newell dan Simon

didalam pemodelan penyelesaian masalah manusia (Newell-Simon,...). Teknik ini

diadaptasikan kedalam sistem pakar DENDRAL dan MYCIN untuk

merepresentasikan pengetahuan dan menjadikan teknik ini sebagai teknik paling

populer didalam pembangunan sistem pakar pada tahun 1970an.

Aturan merupakan implikasi dengan bentuk jika P maka Q. Konsekuensi dari

sebuah aturan dapat di artikan sebagai sebuah pengetahuan baru. Didalam rule

(11)

maka kita melakukan backward chaining, jika arah dilakukan dari penyabab ke

konsekuensi maka kita melakukan forward chaining.

Cara kerja sistem pakar berbasis aturan dapat dijabarkan sebagai berikut

1. Sistem pakar menetapkan basis aturan dengan bentuk xi....xn → yi....yn

dimana xi adalah mewakilkan fakta dan yi mewakilkan tindakan yang

akan dilakukan.

2. Sistem akan membuat memory yang bekerja terus memasukkan fakta yang

diambil dari domain masalah atau dari inferensi yang dihasilkan oleh

sistem.

3. Untuk setiap perulangan, sistem akan mengkomputasikan sebuah

kumpulan aturan yang memiliki kesesuaian atau keterikatan dengan fakta

yang disimpan didalam memori yang bekerja, atau proses ini biasa disebut

dengan tahap pencocokan.

4. Sebuah aturan dari kumpulan aturan yang telah disesuaikan tadi akan

dipilih untuk dieksekusi, proses ini dinamakan sebagai fase resolusi

konflik.

5. Aturan yang dipilih kemudian dieksekusi.

2.2.2.2Case Based Expert System

Cara lain didalam inferensi yang dilakukan oleh sistem pakar adalah

menggunakan pencarian alasan melalui kasus-kasus, biasa disebut juga sebagai

CBR (Case Based Reasoning). CBR ini menggunakan sebuah explicit basisdata

dari solusi masalah untuk mengalamatkan situasi baru dalam penyelesaian

masalah. Solusi yang ada dapat dikumpulkan dari pakar manusiaatau melalui hasil

sebelumnya dari keberhasilan terdahulu. Contohnya didalam kedokteran, dimana

sebuah solusi tidak hanya dilihat dari teori yang tersedia, akan tetapi juga melihat

kasus yang pernah terjadi terhadap pasien terdahulu dan penangannya.

2.2.2.3Model Based Expert System

Pada jenis ini, sistem pakar dapat dilihat sebagai hasil penggabungan dari a

(12)

masalah-masalah yang berhubungan dengan keinginan pengguna sistem pakar.

Poin utama dari sistem pakar ini adalah model yang ada tidak hanya memberikan

pengalaman heuristik seorang pakar, tetapi juga lebih kepada prinsip awal dari

deskripsi pengetahuan yang diinginkan.

2.3 Sistem Pakar pada bidang Kesehatan

Berdasarkan literatur survey yang dilakukan oleh (Durkin, 1994), MYCIN

merupakan sistem pakar yang pertama sekali digunakan untuk mendiagnosa

bakteri penyebab infeksi, kemudian dilanjutkan dengan sistem pakar PUFF yang

dibangun untuk mendiagnosa penyakit lambung, sistem pakar ANGY yang mampu

menolong dokter mendiagnosa penyempitan pembuluh darah, dan sistem pakar

BABY yang memberikan bantuan kepada dokter dalam memonitoring kelahiran

bayi dalam kondisi ICU (Giarratano, 2005).

Dari survey literatur yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem

pakar telah banyak digunakan di dunia medis secara luas, mulai dari area

pendiagnosisan sampai dengan kemampuan memberikan fasilitas publik sebagai

alat saran bagi pasien.

2.4 Backward Chaining

Metode backward chaining merupakan kebalikan dari metode forward chaining

dan sering disebut penalaran mundur (Kusrini, 2006). Menurut Schnupp dalam

(Kusrini, 2008), metode backward chaining (runut balik), penalaran dimulai

dengan tujuan merunut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke tujuan tersebut

menurut Giarattano dan Riley dalam (Kusrini, 2006).

Adapun karakteristik backward chaining adalah :

a. Metode backward chaining lebih cocok digunakan untuk menentukan

masalah diagnosis.

b. Metode backward chaining digunakan untuk masa lalu.

c. Tujuan metode backward chaining adalah memandu, penalaran dari atas

ke bawah.

d. Bekerja ke belakang untuk mendapatkan fakta yang mendukung

(13)

e. Depth first search dimudahkan.

f. Konsekuen menentukan pencarian.

g. Penjelasan difasilitasi.

Dalam metode backward chaining, akan dipilih satu aturan dari kesimpulan

dan menganggapnya sebagai masalah yang harus diselesaikan. Setelah masalah

tersebut diselesaikan, akan dipilih salah satu dari sub masalah untuk dievaluasi

dan sub masalah yang terpilih itu kemudian menjadi sub masalah baru.

Observasi 1

Aturan A Fakta 1

Observasi 2

Aturan D

Aturan B Fakta 2 Kesimpulan

Aturan E

Observasi 3

Aturan C Fakta 3

Observasi 4

(14)

Berikut ini kami paparkan beberapa penelitian terdahulu dari sistem pakar

yang digunakan untuk Pendiagnosisan Penyakit :

Tabel 2.3 Penelitian Sebelumnya

Sumber Definisi

Ahmad ( 2012 ) Ahmad A, menjabarkan didalam riset yang

dilakukannya untuk mengimplementasikan sistem

pakar berbasis rule untuk diterapkan pada diagnosis

dan symphtom penyakit saraf, sistem yang dibangun

dapat membedakan 10 penyakit saraf, diantaranya

adalah : Alzheimer Parkinson, Huntington’s disease,

Celebral Palsy, Meningitis, Epilepsy, Multiple

Sclerosis, Stroke, Cluster headache, Migraine,

Meningitis for Children.

Saurkar ( 2012 ) Pada penelitian ini saurkar memaparkan sebuah

pengimplementasian sistem pakar berbasis aturan

untuk pendiagnosisan penyakit pada hewan.

Aplikasi yang dibangun memiliki basis data citra

untuk jenis penyakit hewan, sistem pakar mampu

menghadirkan gambar penyakit hewan dalam

pengambilan keputusan yang dilakukan dalam

sistem ini.

Nana ( 2012 ) mMes (Mobile Medical Expert System) sebuah

aplikasi sistem pakar mobile yang digunakan untuk

layanan pasien di rumah sakit di Ghana, sistem ini

memungkinkan sistem pakar dipakai secara mobile

dan terkoneksi dengan pakar lain didaerah berbeda.

Rajdeep ( 2012 ) Pada jurnal yang dipaparkan oleh Rajdeep,

dipaparkan implementasi dari sistem pakar berbasis

(15)

saraf otot. Sistem yang dibangun didalam Java

untuk mendiagnosis penyakit seperti CelebralPalsy,

Multiple Sclerosis, Muscular Dystrophy, dan Parkinson’s. Sistem ini memberikan kumpulan pertanyaan berkenaan dengan symptom penyakit

pasien berdasarkan penyakit yang di diagnosakan

kepada pasien dan memberikan saran mengenai

perawatan yang diberikan kepada pasien tersebut.

Smitha ( 2010 ) Smitha menghasilkan sebuah sistem pakar untuk

mendiagnosa penyakit diabetes, dipaparkan melalui

thesis masternya. Informasi yang diberikan tidak

hanya komplikasi yang terjadi akibat penyakit ini

saja, tetapi juga alat diagnosa awal penyakit.

Pendekatan yang digunakan adalah berbasis aturan,

Gambar

Gambar 2.1 Arsitektur Lengkap Sistem Pakar (Ahmad, 2012)
Gambar 2.2 Diagram Backward Chaining

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hal itu juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain yang mempengaruhi, yaitu lamanya audit tenure, besaran fee yang diberikan, rotasi auditor yang dilakukan

Pembangunan di sektor Pariwisata merupakan pilihan utama dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dengan membuat kebijakan dalam pemerataan pariwisata khususnya

Sedangkan dua masalah terakhir yang terkait dengan pengembangan modul navigasi pada robot otonom adalah masalah kognisi dan kontrol gerak, yang berkaitan dengan

“Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka,

NPL memiliki pengaruh positif terhadap risiko kredit hal ini dapat terjadi apabila NPL mengalami peningkatan berarti telah terjadi peningkatan kredit bermasalah dengan

perangkat kelengkapan pusat yang bersifat akademis, yang berperan dalam menunjang pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang dipimpin

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh