• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode Backward Chaining Pada Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Polio Berbasis Web

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Implementasi Metode Backward Chaining Pada Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Polio Berbasis Web"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

pp.28-40

Implementasi Metode Backward Chaining Pada Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Polio Berbasis Web

Asmah Akhriana1*, Rudy Untung Pratama2, Ultrawan Unggul3

1Teknik Informatika, STMIK Dipanegara Makassar

2,3Sistem Informasi, STMIK Dipanegara Makassar

1,2,3Jalan Perintis Kemerdekaan Km.9 Makassar, Indonesia

E-mail: rhyna.akhriana@gmail.com1, tama270697@gmail.com2, ultrawan.dipanegara@gmail.com3

Abstrak - Penyakit polio adalah penyakit karena adanya infeksi virus dan sangat menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen serta gangguan pada saraf pernapasan yang dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio. Seringkali seseorang ingin mengetahui tentang penyakit polio ini. Untuk itu dirancang sebuah sistem yang dapat membantu pasien untuk mengetahui tentang penyakit polio agar bisa dicegah sejak awal. Tujuan penelitian ini adalah merancang sebuah sistem pakar berbasis web yang dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit polio berdasarkan gejala-gejala yang ada dengan menggunakan metode penalaran backward chaining yang dapat menjelaskan dan menggambarkan seseorang diduga terkena penyakit polio atau tidak. Perancangan sistem dalam penelitian ini menggunakan Unified Modelling Language (UML) dengan bahasa pemograman PHP dan MySQL sebagai databasenya serta diuji dengan menggunakan metode pengujian blackbox. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya aplikasi sistem pakar ini memudahkan dan membantu masyarakat umum (pasien) dalam mengetahui dan mengenali gejala-gejala dari penyakit polio tanpa harus bertemu langsung dengan dokternya yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja karena berbasis web sehingga bisa dilakukan pencegahan sejak dini. Selain itu, sistem pakar ini akan membantu dokter sebagai pakar dalam memberikan layanan dan informasi mengenai penyakit polio.

Kata kunci: backward chaining, polio, PHP, sistem pakar, unified modelling language

Abstract - Polio is a disease caused by a viral infection and is highly contagious which can cause permanent paralysis and disorders of the respiratory nerves which can be prevented by immunizing against polio.Often someone wants to know about this polio disease. For this reason, a system was designed to help patients find out about polio so that it can be prevented from the start. The purpose of this research is to design a web-based expert system that can assist in diagnosing polio based on existing symptoms by using the backward chaining method of reasoning which can explain and describe someone suspected of having polio or not. The system design in this study uses the Unified Modeling Language (UML) with the PHP and MySQL programming languages as the database and is tested using the blackbox testing method.The results of the study indicate that the existence of this expert system application makes it easier and helps the general public (patients) to know and recognize the symptoms of polio without having to meet directly with the doctor which can be done anywhere and anytime because it is web-based so that prevention can be done. since early stage. In addition, this expert system will assist doctors as experts in providing services and information about polio.

Keywords: backward chaining, polio, PHP, expert system, unified modelling language

1. PENDAHULUAN

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) dewasa ini sangat pesat. Teknologi ini hadir untuk merangkul semua bidang dalam menghadapi tren revolusi 4.0 menuju revolusi 5.0 termasuk dalam bidang kesehatan. Para ahli beradu untuk mengembangkan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat serta bisa membantu kerja manusia dalam hal memberikan informasi, salah satunya informasi kesehatan karena kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan mahal dalam kehidupan karena sebagian orang masih banyak yang mengabaikan akan pola hidup yang sehat dan teratur sehingga bisa menyebabkan muncul berbagai macam gejala dan penyakit, salah satunya adalah penyakit polio.

Penyakit polio (poliomyelitis) adalah penyakit karena adanya infeksi virus dan sangat menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen serta gangguan pada saraf pernapasan yang membuat penderitanya mengalami kesulitan dalam pernapasan [1] tetapi bisa dicegah dengan melakukan imunisasi polio. Penyakit ini bisa dialami oleh siapa saja tanpa memandang usia tetapi sebagian besar penderitanya adalah balita terutama

(2)

pp.28-40

yang belum melakukan imunisasi polio. Seorang penderita polio biasanya tidak mengetahui jenis gejala maupun penyakit yang dideritanya karena minimnya informasi yang mereka dapatkan.

Masalah yang muncul adalah terkadang penderita akan mendatangi tempat praktek dokter atau puskesmas atau rumah sakit untuk berkonsultasi, namun tidak semua orang dapat melakukannya. Hal ini dikarenakan faktor ketidaktahuan ataupun karena kesibukan serta keterbatasan jam kerja dokter di rumah sakit atau puskesmas tersebut seperti yang terjadi pada Puskesmas Sudiang Raya Makassar sehingga pasien harus menunggu untuk bisa berkonsultasi. Hal ini menyebabkan banyak waktu yang terbuang. Dengan adanya hal tersebut maka dibutuhkan adanya sebuah sistem yang dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit khususnya polio sebagai alternatif informasi dan media konsultasi yang lebih praktis.

Dalam perkembangan teknologi terdapat teknologi Artificial Intelligence yaitu suatu sistem yang bisa menyamai cara manusia berpikir yang merupakan bagian dari ilmu komputer [2] salah satu contohnya adalah sistem pakar. Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang dirancang dengan mengadopsi pengetahuan manusia kedalam sebuah komputer yang mampu meyelesaikan masalah layaknya seorang pakar [3]. Dokter merupakan tenaga medis yang dapat menangani kesehatan seseorang. Ilmu serta pengalaman yang dimiliki seorang dokter dalam menangani kesehatan bisa dijadikan pendukung dalam membangun sistem pakar sebagai ahli pakar [4]. Sistem yang akan dibuat bukan bertujuan sebagai pengganti posisi seorang dokter atau seorang pakar dalam bidang tertentu, melainkan sebagai alat pelengkap atau alat bantu yang bisa digunakan seorang dokter dan memberikan suatu pengetahuan atau penatalaksanaan mengenai penyakit ini secara umum yang berorientasi pada masyarakat umum. Metode yang akan digunakan dalam sistem pakar ini adalah metode penalaran backward chaining yang berdasar pada gejala-gejala yang ada kemudian menentukan jenis polio yang diderita oleh pasien.

Backward Chaining adalah salah satu metode inferensi yang biasa digunakan dalam sistem pakar.

Backward chaining merupakan suatu cara penelusuran yang arahnya berbalik dari forward chaining yang di mulai dengan mencari kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan yang kesimpulannya merupakan solusi yang ingin dicapai, kemudian di sesuaikan dengan arah pada kesimpulan tersebut berdasarkan kaidah-kaidah yang didapatkan [5]. Backward chaining merupakan pelacakan belakang yang memulai penalarannya dari sekumpulan hipotesa menuju fakta-fakta yang mendukung hipotesa tersebut [6], seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses Metode Backward Chaining

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dirancang sebuah aplikasi sistem pakar yang bisa membantu untuk mendiagnosa penyakit polio berbasis Web dengan menggunakan metode Backward Chaining. Dengan adanya sistem pakar ini akan membantu dokter sebagai seorang pakar dalam memberikan layanan dan informasi mengenai penyakit polio dengan melihat gejala-gejala yang ada, dan membantu pasien (masyarakat umum) sejak dini untuk mengetahui apakah pasien itu terkena penyakit polio atau tidak sehingga dapat dilakukan pencegahan lebih awal.

Sebelumnya sudah ada beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai sistem pakar dalam mendiagnosis berbagai penyakit baik pada manusia maupun hewan dengan metode backward chaining diantaranya penelitian pada tahun 2017 dengan judul “ Perancangan Sistem Pakar Menggunakan Metode Backward Chaining Untuk Diagnosa Penyakit Pada Hewan Ternak Sapi Berbasis Web” yang diteliti oleh Achmad Nur, dkk dengan tujuan dapat digunakan untuk membantu para peternak sapi dalam upaya identifikasi awal penyakit untuk mengambil keputusan secara mandiri.Pada tahun yang sama 2017 dilakukan penelitian oleh Anastasya Latubessy dan Ahmad Jazuli dengan judul “ Analisis model penelusuran Backward Chaining dalam Mendeteksi Tingkat Kecanduan Game Pada Anak” dengan tujuan mengidentifikasi level ketergantungan anak pada game dengan melihat 6 jenis gejala seperti salience, euphoria, conflict, tolerance withdrawal, relapse dan reinstatement dimana dikatakan ketergantungan pada game jika memenuhi minimal 3 gejala yang ada[7].

Kemudian pada tahun 2018 oleh Asti Herliana,dkk dengan judul “Penerapan Inferensi Backward Chaining Pada Sistem Pakar Diagnosa Awal Penyakit Tulang”. Penelitian ini bertujuan sebagai alat bantu para medis Penyakit Tulang dalam mendiagnosa awal berdasarkan gejala-gejala yang dipilih oleh user pada sistem tersebut.

Selanjutnya dilakukan penelitian oleh Chintami Febri Idris pada tahun 2019 dengan judul “ Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Polio Menerapkan Metode Hybrid Case Based” dengan tujuan dapat mengetahui hasil presentasi penyakit polio yang diderita. Perbedaan antara penelitian yang akan dibuat dengan penelitian

(3)

pp.28-40

sebelumnya adalah untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian antara hipotesa dengan hasil yang sebenarnya dilihat dari gejala-gejala yang dialami pasien sehingga secara teori metode backward chaining dirasa cocok untuk diimplementasikan pada sistem pakar diagnosis penyakit polio yang akan dirancang.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sudiang Raya Makassar dengan melakukan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung ke lokasi penelitian kemudian melakukan wawancara dengan dokter dan pasien untuk mendapatkan data mengenai permasalahan dan solusi yang akan diteliti mengenai penyakit polio yang nantinya akan dimasukkan pada basis pengetahuan dan mesin inferensi pada sistem pakar yang akan dibuat.

Selain itu, data juga dikumpulkan dengan melakukan studi pustaka yaitu mencari referensi-referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan baik itu dari buku-buku, jurnal, maupun artikel – artikel dari internet.

2.2 Alat dan Data Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat keras yang terdiri dari satu unit laptop Asus X411U dengan spesifikasi Prosessor Intel Core i3-6006U Skylake gen 6th, RAM 4 GB DDR4, Storage HDD 500GB, Layar 14 inci (1366 x 768 piksel), VGA Intel HD Graphic 520. Untuk perangkat lunaknya terdiri dari sistem operasi windows 10, bahasa pemograman PHP dan database MySQL, serta Xampp Control Panel V 2.5.8. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai gejala-gejala penyakit polio dan seperti apa penyakit polio itu sebenarnya serta keluhan yang sering dirasakan oleh masyarakat/pasien polio yang diperoleh dari hasil obervasi dan wawancara langsung dengan dokter dan pasien polio di Puskesmas Sudiang Raya Makassar.

2.3 Tahapan Penelitian

Pada penelitian ini, seluruh tahapan perancangan sistem pakar diagnosa penyakit polio ini diadopsi dari metode waterfall yaitu model pengembangan yang sistematik dan sekuensial pada sistem informasi [8]. Berikut penjelasan dari tahapan- tahapan metode waterfall [9] dan secara sistematis diperlihatkan pada gambar 2.

1) Requirements Analisys and Defenition, yaitu tahap menganalisis segala kebutuhan dalam penelitian ini termasuk mengumpulkan data-data penderita penyakit polio melalui survei langsung ke lokasi penelitian di Puskesmas Sudiang Raya Makassar serta wawancara dengan para medis yang ada dipuskesmas termasuk dokter mengenai layanan yang ada selama ini sehingga peneliti dapat mendefenisikan secara rinci untuk dituangkan dalam bentuk spesifikasi sebuah sistem.

2) System and Software Design, yaitu tahap membentuk sebuah rancangan baru dengan bentuk arsitektur sistem secara keseluruhan dari hasil analisis kebutuhan-kebutuhan sistem baik hardware maupun software. Pada penelitian ini menggunakan perancangan sistem UML.

3) Implementation and Unit Testing, yaitu tahap perancangan sistem melalui pembuatan coding yang dilakukan menggunakan bahasa pemograman PHP dengan database My SQL untuk aplikasi Sistem Pakar dalam mendiagnosa penyakit polio dengan menggunakan metode backward chaining berbasis Web.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode blackbox.

4) Integration and System Testing, yaitu tahap untuk menguji perangkat lunak yang digunakan apakah fungsi-fungsi dalam aplikasi yang dirancang telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan menggunakan pengujian black-box, sehingga tidak terdapat kesalahan saat digunakan oleh user.

5) Operation and Maintenance, yaitu tahap dimana sistem siap untuk diuji cobakan dan digunakan secara nyata oleh user untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang ada pada sistem untuk dilakukan pembetulan pada tahapan-tahapan sebelumnya sehingga sistem bisa menjadi lebih sempurna.

(4)

pp.28-40

Gambar 2. Metode Waterfall [8]

2.4 Perancangan Sistem

Dalam pengembangan sistem yang dirancang, penulis menggunakan Unified Modelling Language (UML) sebagai bahasa pemodelan yang didasarkan pada grafik maupun gambar dalam memvisualisasi, menspesifikasikan, membangun dan mendokumentasikan sebuah sistem pengembangan perangkat lunak yang berbasis orientasi objek (Object-Oriented) [10].

Use case atau diagram use case merupakan bentuk pemodelan dari suatu tingkah laku pada sistem informasi yang akan dirancang [11] yang menggambarkan sebuah hubungan satu atau lebih aktor dalam sistem informasi yang akan dirancang [12]. Pada halaman beranda, user (masyarakat umum, pasien atau pendamping pasien) dan admin (pihak puskesmas) dapat melihat informasi mengenai penyakit polio. User login terlebih dahulu, lalu memilih gejala-gejala yang dirasakan. Setelah itu, aplikasi akan memproses dengan menggunakan metode Backward Chaining, lalu menampilkan hasil diagnosa kepada user. Admin harus login terlebih dahulu untuk bisa menginput data artikel, input data gejala, input data penyakit dan menginput data solusi seperti yang terlihat pada gambar 3. Pada Activity Diagram User seperti pada gambar 4(a), user login terlebih dahulu, jika user sudah terdaftar maka user dapat melakukan konsultasi dengan memilih diagnosa, lalu memilih gejala. Setelah user memilih gejala-gejalanya, maka akan tampil hasil dari penyakitnya.

Admin

Input data artikel

Login

Input data gejala

Input data penyakit

Input data solusi User

pilih gejala

hasil diagnosa

Proses Backward Chaining login

informasi penyakit polio

<<extend>>

<<extend>>

<<extend>>

<<extend>>

Gambar 3. Usecase Diagram Sistem

(b)

(a)

Gambar 4. Activity Diagram: (a) User dan (b) Menu Admin

(5)

pp.28-40

Pada Activity Diagram menu admin seperti pada gambar 4(b), setelah admin login maka admin dapat menginput data penyakit, menginput data gejala, menginput data artikel dan menginput data solusi. Pada sistem yang dirancang terlihat relasi antar class yang saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang sama seperti pada gambar 5. Class user mempunyai relasi dengan class gejala, class relasi gejala, class penyakit dan class nama penyakit. Class solusi tidak dapat berdiri sendiri sehingga class solusi memerlukan relasi dengan class relasi gejala.

user

#id_user +username +password +edit() +Tambah()

gejala

#id_gejala +gejala +edit() +delete() +tambah()

namapenyakit

#Id_Pnykt +JnsPnykt +Keterangan +edit() +tambah() +hapus() relasi

#id_relasi +id_penyakit +id_gejala relasigejala

#id_relasigejala +id_gejala +id_solusi

solusi

#id_solusi +solusi +edit() +tambah() +delete()

Gambar 5. Class Diagram Sistem

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa Basis Pengetahuan pada Sistem

Untuk menentukan jenis penyakit polio pada basis pengetahuan digunakan beberapa rule [13]. Dasar dari pengujian aplikasi sistem pakar dalam mendiagnosis jenis penyakit polio adalah berdasarkan gejala-gejala yang ada. Data-data dari gejala dan jenis penyakit polio tersebut terlihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Data Gejala Penyakit Polio Tabel 2. Data Jenis Penyakit Polio

(6)

pp.28-40

3.2 Implementasi Metode Backward Chaining

Dalam pendekatan dengan metode backward chaining ini penelusuran diawali dari suatu sasaran, selanjutnya dicari rule yang mengacu ke sasaran tersebut untuk mendapatkan kesimpulan. Selanjutnya proses penelusuran menggunakan premis untuk rule tersebut sebagai sasaran baru dan mencari rule lain dengan sasaran baru sebagai kesimpulannya. Proses akan terus beriterasi sampai semua kemungkinan ditemukan [14].

Berikut ini adalah contoh kasus dalam mengimplementasikan metode backward chaining dalam sistem pakar diagnosa penyakit polio:

Kasus : Pasien ingin mengetahui apakah dia terkena penyakit polio non-paralisis atau tidak.

Fakta : Pasien mengalami radang tenggorokan, susah dalam berkonsentrasi dan otot terasa lemah.

Rules :

R1 : if kaku di bagian leher dan punggung and hilangnya reflex tubuh then sakitkepala.

R2 : if nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai and otot kaku di bagian leher dan punggung.

R3 : if otot terasa lemah then demam.

R4 : if sakit kepala and demam then muntah.

R5 : if radang tenggorokan then sakit kepala.

R6 : if tungkai dan lengan terasa nyeri dan lemas and otot terasa lemah then hilangnya reflex tubuh.

R7 : if kaku di bagian pinggul dan leher and kaku di bagian leher dan punggung then peka dengan sentuhan.

R8 : If susah dalam berkonsentrasi and sakit kepala and demam then polio non-paralisis.

R9 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and sakit kepala then polio non-paralisis.

R10 : if muntah then polio non-paralisis.

R11 : if kelainan bentuk kaki dan pergelangan and hilangnya reflex tubuh and kelumpuhan tiba-tiba then polio paralisis.

R12 : if kesulitan dalam bernapas atau menelan and susah dalam berkonsentrasi then sindrom pasca-polio.

R13 : if kelainan bentuk kaki atau pergelangan and kelumpuhan secara tiba-tiba then sindrom pasca polio.

R14 : if peka dengan sentuhan then sindrom pasca-polio.

Iterasi 1 :

Database Stack

• Radang tenggorokan

• Otot terasa lemah

• Susah dalam berkonsentrasi

• Polio non-paralisis

Basis Pengetahuan

R1 : if kaku di bagian leher dan punggung and hilangnya reflex tubuh then sakit kepala.

R2 : if nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai and otot terasa lemah then kaku di bagian leher dan punggung.

R3 : if otot terasa lemah then demam.

R4 : if sakit kepala and demam then muntah.

R5 : if radang tenggorokan then sakit kepala.

R6 : if tungkai dan lengan terasa nyeri dan lemas and otot terasa lemah then hilangnya reflex tubuh.

R7 : if kaku di bagian pinggul dan leher and kaku di bagian leher dan punggung then peka dengan sentuhan.

R8 : If susah dalam berkonsentrasi and sakit kepala and demam then polio non-paralisis.

R9 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and sakit kepala then polio non-paralisis.

R10 : if muntah then polio non-paralisis.

R11 : if kelainan bentuk kaki dan pergelangan and hilangnya reflex tubuh and kelumpuhan tiba-tiba then polio paralisis.

R12 : if kesulitan dalam bernapas atau menelan and susah dalam berkonsentrasi then sindrom pasca- polio.

R13 : if kelainan bentuk kaki atau pergelangan and kelumpuhan secara tiba-tiba then sindrom pasca polio.

R14 : if peka dengan sentuhan then sindrom pasca-polio.

Polio non-paralisis sebagai isi awal dari stack (dugaan sementara). Radang tenggorokan, susah dalam berkonsentrasi dan otot terasa lemah ada di database. Sakit kepala dan demam tidak ada di database, simpan di stack.

(7)

pp.28-40 Iterasi 2 :

Database Stack

• Radang tenggorokan

• Otot terasa lemah

• Susah dalam berkonsentrasi

• Polio non-paralisis

• Sakit kepala

• Demam

Basis Pengetahuan

R1 : If kaku di bagian leher dan punggung and hilangnya reflex tubuh then sakit kepala.

R2 : If nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai and otot terasa lemah then kaku di bagian leher dan punggung.

R3 : If otot terasa lemah then demam.

R4 : If sakit kepala and demam then muntah.

R5 : If radang tenggorokan then sakit kepala.

R6 : If tungkai dan lengan terasa nyeri dan lemas and otot terasa lemah then hilangnya reflex tubuh.

R7 : If kaku di bagian pinggul dan leher and kaku di bagian leher dan punggung then peka dengan sentuhan.

R8 : If susah dalam berkonsentrasi and sakit kepala and demam then polio non-paralisis.

R9 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and sakit kepala then polio non-paralisis.

R10 : If muntah then polio non-paralisis.

R11 : If kelainan bentuk kaki dan pergelangan and hilangnya reflex tubuh and kelumpuhan tiba-tiba then polio paralisis.

R12 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and susah dalam berkonsentrasi then sindrom pasca-polio.

R13 : If kelainan bentuk kaki atau pergelangan and kelumpuhan secara tiba-tiba then sindrom pasca polio.

R14 : If peka dengan sentuhan then sindrom pasca-polio.

Karena otot terasa lemah ada di database, demam hapus dari stack dan masukkan ke fakta baru.

Iterasi 3 :

Database Stack

• Radang tenggorokan

• Otot terasa lemah

• Susah dalam berkonsentrasi

Fakta baru

• Demam

• Polio non-paralisis

• Sakit kepala

Basis Pengetahuan

R1 : If kaku di bagian leher dan punggung and hilangnya reflex tubuh then sakit kepala.

R2 : If nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai and otot terasa lemah then kaku di bagian leher dan punggung.

R3 : If otot terasa lemah then demam.

R4 : If sakit kepala and demam then muntah.

R5 : if radang tenggorokan then sakit kepala.

R6 : if tungkai dan lengan terasa nyeri dan lemas and otot terasa lemah then hilangnya reflex tubuh.

R7 : If kaku di bagian pinggul dan leher and kaku di bagian leher dan punggung then peka dengan sentuhan.

R8 : If susah dalam berkonsentrasi and sakit kepala and demam then polio non-paralisis.

R9 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and sakit kepala then polio non-paralisis.

R10 : If muntah then polio non-paralisis.

R11 : If kelainan bentuk kaki dan pergelangan and hilangnya reflex tubuh and kelumpuhan tiba-tiba then polio paralisis.

R12 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and susah dalam berkonsentrasi then sindrom pasca-

(8)

pp.28-40 polio.

R13 : If kelainan bentuk kaki atau pergelangan and kelumpuhan secara tiba-tiba then sindrom pasca polio.

R14 : If peka dengan sentuhan then sindrom pasca-polio.

Karena radang tenggorokan ada di database, sakit kepala hapus dari stack dan masukkan ke fakta baru.

Iterasi 4 :

Database Stack

• Radang tenggorokan

• Otot terasa lemah

• Susah dalam berkonsentrasi Fakta baru

• Demam

• Sakit kepala

• Polio non-paralisis

Basis Pengetahuan

R1 : If kaku di bagian leher dan punggung and hilangnya reflex tubuh then sakit kepala.

R2 : If nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai and otot terasa lemah then kaku di bagian leher dan punggung.

R3 : If otot terasa lemah then demam.

R4 : If sakit kepala and demam then muntah.

R5 : If radang tenggorokan then sakit kepala.

R6 : If tungkai dan lengan terasa nyeri dan lemas and otot terasa lemah then hilangnya reflex tubuh.

R7 : If kaku di bagian pinggul dan leher and kaku di bagian leher dan punggung then peka dengan sentuhan.

R8 : If susah dalam berkonsentrasi and sakit kepala and demam then polio non-paralisis.

R9 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and sakit kepala then polio non-paralisis.

R10 : If muntah then polio non-paralisis.

R11 : If kelainan bentuk kaki dan pergelangan and hilangnya reflex tubuh and kelumpuhan tiba-tiba then polio paralisis.

R12 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and susah dalam berkonsentrasi then sindrom pasca- polio.

R13 : If kelainan bentuk kaki atau pergelangan and kelumpuhan secara tiba-tiba then sindrom pasca polio.

R14 : If peka dengan sentuhan then sindrom pasca-polio.

Karena radang tenggorokan, otot terasa lemas dan susah dalam berkonsentrasi ada di database, polio non- paralisis hapus dari stack dan masukkan ke fakta baru.

Iterasi 5 :

Database Stack

• Radang tenggorokan

• Otot terasa lemah

• Susah dalam berkonsentrasi Fakta baru

• Demam

• Sakitkepala

• Polio non-paralisis

Basis Pengetahuan

R1 : If kaku di bagian leher dan punggung and hilangnya reflex tubuh then sakit kepala.

R2 : If nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai and otot terasa lemah then kaku di bagian leher dan punggung.

R3 : If otot terasa lemah then demam.

(9)

pp.28-40

R4 : If sakit kepala and demam then muntah.

R5 : If radang tenggorokan then sakit kepala.

R6 : If tungkai dan lengan terasa nyeri dan lemas and otot terasa lemah then hilangnya reflex tubuh.

R7 : If kaku di bagian pinggul dan leher and kaku di bagian leher dan punggung then peka dengan sentuhan.

R8 : If susah dalam berkonsentrasi and sakit kepala and demam then polio non-paralisis.

R9 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and sakit kepala then polio non-paralisis.

R10 : If muntah then polio non-paralisis.

R11 : If kelainan bentuk kaki dan pergelangan and hilangnya reflex tubuh and kelumpuhan tiba- tiba then polio paralisis.

R12 : If kesulitan dalam bernapas atau menelan and susah dalam berkonsentrasi then sindrom pasca-polio.

R13 : If kelainan bentuk kaki atau pergelangan and kelumpuhan secara tiba-tiba then sindrom pasca polio.

R14 : If peka dengan sentuhan then sindrom pasca-polio.

Karena polio non-paralisis ditemukan di database, maka proses pencarian dihentikan. Di sini terbukti bahwa polio non-paralisis bernilai benar.

3.3 Tampilan Hasil Perancangan Sistem Pakar

Ketika menekan tombol menu log in admin, maka akan tampil halaman seperti yang terlihat pada gambar 6. Ketika diinputkan username dan password yang benar kemudian ditekan tombol submit maka akan menampilkan halaman menu utama admin. Ketika user mengisi form dengan memasukkan username, password, nama, usia serta alamat dan menekan tombol simpan pada register user maka user berhasil terdaftar seperti yg terlihat pada gambar 7.

Gambar 6. Tampilan Login Admin

Gambar 7. Tampilan Registrasi User

(10)

pp.28-40

Ketika admin mengisi form dengan menginputkan jenis-jenis penyakit polio dan menekan tombol simpan pada input data penyakit maka data penyakit akan tersimpan ke database seperti yang terlihat pada gambar 8.

Pada gambar 9, ketika admin mengisi form dengan menginputkan gejala-gejala dari penyakit polio dan menekan tombol simpan pada input data gejala maka data gejala akan tersimpan ke database. Pada gambar 10 terlihat tampilan halaman menu diagnosa dimana yang diawali dengan memilih jenis penyakit polio yang ada, lalu memilih gejala yang dirasakan seperti pada gambar 11 dan kemudian nampak halaman hasil diagnosa seperti pada gambar 12.

Gambar 8. Tampilan Input Data Penyakit

Gambar 9. Tampilan Input Data Gejala

Gambar 10. Tampilan Menu Diagnosa (Pilih jenis Penyakit Polio)

(11)

pp.28-40

Gambar 11. Tampilan Menu Diagnosa (Pemilihan Gejala)

Gambar 12. Tampilan Hasil Diagnosa Penyakit Polio

(12)

pp.28-40

3.4 Hasil Pengujian

Untuk mengetahui apakah fungsi, input dan output dari suatu sistem sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan maka dilakukan pengujian Blackbox yaitu pengujian sistem dari segi spesifikasi fungsional tanpa menguji desain dan kode program tetapi menguji fungsionalitas dari aplikasi, tombol dan kesesuaian hasil aplikasi [15].

Tabel 3. Hasil Pengujian Sistem dengan Metode Blackbox

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 3 yang telah dilakukan dengan mengaplikasikan metode pengujian blackbox maka bisa disimpulkan bahwa aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit polio ini bersih dari kesalahan fungsi logika sehingga bisa berfungsi dengan baik seperti yang tampak pada tampilan hasil perancangan sistem pakar.

Setelah dilakukan pengujian secara fungsional pada aplikasi yang telah dirancang menggunakan metode blackbox, dilakukan juga pengujian pada user sebagai pengguna aplikasi dalam hal ini masyarakat atau pasien ataupun para medis dan dokter yang ingin mengetahui tentang penyakit polio untuk mengetahui kelayakan dari aplikasi yang dirancang. Proses dimulai ketika user membuka aplikasi ini maka akan muncul halaman register akun seperti yang terlihat pada gambar 7,jika sudah terdaftar maka akan langsung diarahkan ke halaman log-in.

Setelah log-in, user memilih menu diagnosa pada sebelah kiri dan akan muncul halaman seperti pada gambar 10.

User akan memilih salah satu jenis penyakit polio sebagai hipotesa awal dari gejala-gejala yang dipilih seperti pada gambar 11. Setelah diproses oleh aplikasi menggunakan metode backward chaining, maka akan ditampilkan hasil dengan persentase seberapa besar kesesuaian antara jenis penyakit polio sebagai hipotesa awal dengan gejala-gejala yang dipilih. Selain itu, ditampilkan juga solusi pencegahan dan pengobatan yang sesuai gejala yang dipilih seperti yang terlihat pada gambar 12.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari sistem pakar diagnosa penyakit polio yang telah dirancang dengan menggunakan metode backward chaining maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya aplikasi sistem pakar ini memudahkan dan membantu masyarakat umum (pasien) dalam mengetahui dan mengenali gejala-gejala dari penyakit polio tanpa harus bertemu langsung dengan dokternya yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja karena berbasis web sehingga lebih praktis dan efisien serta tidak membuang banyak waktu dan biaya sehingga bisa dilakukan pencegahan sejak dini. Selain itu, sistem pakar ini dapat membantu dokter dalam memberikan layanan dan informasi mengenai penyakit polio. Sebagai saran untuk pengembangan sistem pakar diagnosis penyakit polio ini selanjutnya dapat dikembangkan dengan mencoba menggunakan metode lain dan membandingkan dengan metode pada penelitian sebelumnya sehingga bisa menghasilkan output yang lebih maksimal serta bukan hanya berbasis web tetapi juga sudah bisa digunakan pada platform android dan iOS.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini khususnya pihak dari Puskesmas Sudiang Raya makassar atas kerjasamanya mulai dari pengumpulan data sampai perancangan aplikasi sistem pakar ini sehingga penelitian ini bisa diselesaikan dengan baik dan sesuai yang diharapkan meskipun masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.

(13)

pp.28-40

Daftar Pustaka :

[1] C. F. Idris, “Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Polio Menerapkan Metode Hybrid Case Based,” J.

Comput. Syst. Informatics, vol. 1, no. 1, pp. 15–19, 2019.

[2] Y. Darmayunata, “Web-Based Expert System Using Backward Chaining Method,” J. Inf. Technol.

Comput. Sci., vol. 1, no. 2, pp. 231–239, 2018, doi :https://doi.org/10.31539/intecoms.v1i2.302.

[3] M. Arhami, “Konsep Dasar Sistem Pakar”, Penerbit Andi. Yogyakarta, 2015.

[4] M. D. Ariyawan, “Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Umum Pada Manusia Berbasis Web,” J.

Elektron. IlmuKomput. Udayana, vol. 7, no. 2, pp. 59–67, 2018.

[5] A. Herliana, V. A. Setiawan, and R. T. Prasetio, “Penerapan Inferensi Backward Chaining Pada Sistem Pakar Diagnosa Awal Penyakit Tulang,” J. Inform., vol. 5, no. 1, pp. 50–60, 2018, doi:

10.31311/ji.v5i1.2818.

[6] A. Nur, D. Ikhsan, I. Ariadi, M. B. Rosyid, and M. Ridwan, “Perancangan Sistem Pakar Menggunakan Metode Backward Chaining Untuk Diagnosa Penyakit Pada Hewan Ternak Sapi Berbasis Web,” Semin.

Nas.Teknol.Inf. danMultimed.2016, 2017.

[7] A. Latubessy and A. Jazuli, “Analisis Model Penelusuran Backward Chaining dalam Mendeteksi Tingkat Kecanduan Game pada Anak,” J. Teknol.danSist. Komput., vol. 5, no. 4, p. 129, 2017, doi:

10.14710/jtsiskom.5.4.2017.129-134.

[8] G. W. Sasmito, “Penerapan Metode Waterfall Pada Desain Sistem Informasi Geografis Industri Kabupaten Tegal,” J. Inform. Pengemb.IT, vol. 2, no. 1, pp. 6–12, 2017.

[9] I. Sommerville, “Software Engineering 9th Edition”, Addison-Wesley, 2011.

[10] Suendri, “Implementasi Diagram UML (Unified Modelling Language) Pada Perancangan Sistem Informasi Remunerasi Dosen Dengan Database Oracle (Studi Kasus: UIN Sumatera Utara Medan),” J. Ilmu Komput.

dan Inform., vol. 3, no. 1, pp. 1–9, 2018.

[11] A. Hendini, “Pemodelan UML Sistem Informasi Monitoring Penjualan dan Stok Barang (Studi Kasus:

Distro Zhezha Pontianak),” J. Khatulistiwa Inform., vol. IV, no. 2, pp. 107–116, 2016.

[12] Sukamto and Shalahuddin. “Rekayasa Perangkat Lunak R”,. Bandung: Informatika, 2013.

[13] F. A. Tarigan, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Ginjal Dengan Metode Backward Chaining,” J.

TIMES, vol. III, no. 2, pp. 25–29, 2014.

[14] M. Saiful and Alimuddin, “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pencernaan dan Solusi Penanganan dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web,” Infotek J. Inform. danTeknol., vol. 3, no. 1, pp. 42–50, 2020.

[15] W. N. Cholifah, Y. Yulianingsih, and S. M. Sagita, “Pengujian Black Box Testing pada Aplikasi Action &

Strategy Berbasis Android dengan Teknologi Phonegap,” STRING (SatuanTulisanRis. danInov. Teknol., vol. 3, no. 2, p. 206, 2018, doi: 10.30998/string.v3i2.3048.

Referensi

Dokumen terkait

Reduksi data merupakan proses menyaring data yang terkumpul sesuai dengan kategori yang telah ditentukkan peneliti. Peneliti memilih data yang penting dan menyingkirkan

 Transformasi Laplace adalah metoda operasional yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial linier..  Dapat mengubah fungsi umum (fungsi

Za uspješnu i kvalitetnu analizu naprezanja u korijenu zuba potrebna nam je vrlo fina mreža sitnih elemenata. S druge strane nije poželjno diskretizirati cijeli model sa

Implikasi positif perubahan sosial di Kecamatan Pelayangan juga terlihat dari perkembangan visi politik masyarakat setempat, yaitu melalui keterlibatan anggota masyarakat dalam

interpersonal orang tua secara sederhananya adalah komunikasi yang dibagun oleh orang tua kepada anak-anaknya sehingga timbul interaksi yang saling memahami satu sama lain dan

Untuk menentukan alokasi waktu penulis membuat konsep berupa jadwal harian dalam menghafal yang bisa digunakan oleh santri dan asâtîź dalam mengontrol hafalan

Hasil penelitian Syafruddin (2006) memberikan bukti bahwa variabel struktur kepemilikan oleh manajer tidak berpengaruh terhadap kinerja, tetapi untuk variabel

Dalam rangka penyelenggaraan statistik dasar dengan cara kompilasi produk administrasi, Badan dapat memperoleh produk administrasi yang ada pada instansi pemerintah dan atau