• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN KERANG HIJAU (Parma vitrifies) PADA SISTEM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KERAGAAN KERANG HIJAU (Parma vitrifies) PADA SISTEM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

GROWTH PERFORMANCE OF GREEN MUSSEL (Perna viridis) WHICH CULTURED IN MONOKULTURE SYSTEM AND POLYCULTURE

SYSTEM WITHIN SEABASS (Lates calcarifer) By

Arum Dwi Astuti

Green mussel (Perna viridis) is oyster has high potential to be developed. A huge market demand is an important factor to optimized green mussel cultivation, there are to system that could be applied for cultivation green mussel is polyculture and monoculture. The purposed of this study is to determined growth performance of green mussel which culture in monoculture and polyculture system. Green mussel is culture in floating cage bath of monoculture and polyculture system. In polyculture system green mussel placed within seabass (Lates calcarifer). Growth performance of green mussel determined by comparizing growth in wide and body lenght using T-test to analyzed factor that assigned to growth performance used principle component analysis (PCA) to environment factor such as Total Amonia Nitrogen (TAN), Total Organic Matters (TOM), Total Suspended Solid (TSS) and phytoplankton both in polycultured and monocultured system. The result of this research was shown that growth in this significant shown from third place where sample collected at 0-100 in depth The results showed that this significant growth was shown from the third place where the samples were collected at 0-100 in depth and the second place where the samples were collected at 100-150 in depth. This is caused by availability of feed source such as TOM and phytoplankton thy driven by sea current. The significant value shown by growth in wide of mussel shell at 100-150 cm in depth.

(2)

ABSTRAK

KERAGAAN KERANG HIJAU (Parma vitrifies)PADA SISTEM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN KAKAP PUTIH

(Lates calcarifer) Oleh

Arum Dwi Astuti

Kerang hijau(Pena viridis)salah satu kekerangan yang berpotensi cukup besar untuk dikembangkan. Permintaan kerang hijau yang meningkat menjadi salah satu faktor perlu meningkatkan optimalisasi budidaya, dengan cara monokultur dan polikultur. Budidaya yang baik dapat memanfaatkan lahan secara optimal untuk meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas secara cepat sehingga perlu adanya penelitian tentang pertumbuhan kerang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaan kerang hijau (Perna viridis) pada sistem monokultur dan polikultur bersama ikan kakap putih (Lates calcarifer). Penelitian terdapat perlakuan monokultur (kerang hijau) dan polikultur (kerang hijau dan ikan kakap putih), kemudian dilakukan perbandingan pertumbuhan kerang menggunakan uji T. Pertumbuhan ikan kakap putih dan kualitas air beserta TAN, TOM, TSS, plankton (Kelimpahan fitoplankton) sebagai data pendukung yang dianalisa menggunakan PCA. Hasil pertumbuhan panjang cangkang yang tumbuh di tali pada kedalaman 0-100 cm bambu ketiga, berbeda nyata antara monokultur dan polikultur, sedangkan di tali pada kedalaman 100-150 cm bambu kedua, berbeda nyata. Pertumbuahan lebar kerang hijau yang tumbuh di tali pada kedalaman 0-100 cm, tidak berbeda nyata antara monokultur dan polikultur dan di tali pada kedalaman 100-150 cm, berbeda nyata. Pertumbuhan ikan kakap putih bernilai allometrik negatif. Analisis komponen utama (PCA) hasil korelasi positif yang mempengaruhi pertumbuhan panjang kerang yaitu monokultur (suhu) dan polikultur (TAN, suhu, kecerahan, dan panjang ikan).

(3)

KERAGAAN KERANG HIJAU (Perna viridis)

PADA SISTEM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN KAKAP PUTIH(Lates calcarifer)

Oleh

ARUM DWI ASTUTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

KERAGAAN KERANG HIJAU (Perna viridis)

PADA SISTEM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN KAKAP PUTIH(Lates calcarifer)

(Skripsi)

Oleh

ARUM DWI ASTUTI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

i DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Kerangka Pikir ...

2. Lokasi Penelitian di Perairan Pulau Pasaran...

3. Keramba Budidaya Monokultur (Kerang Hijau) (A) Bambu Paling Luar Pertama, (B) Bambu Paling Luar Kedua, Bambu Paling luar

Ketiga dan (D) Bambu Paling luar Keempat ...

4. Keramba Budidaya Polikultur (Kerang Hijau dan Kakap Putih) (A) Bambu Paling Luar Pertama, (B) Bambu Paling Luar Kedua, Bambu Paling luar Ketiga dan (D) Bambu Paling luar Keempat...

5. Metode Lokasi Pengukuran Kerang Hijau ...

6. Pengukuran Panjang dan Lebar Cangkang Kerang Hijau...

7. Panjang Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Atas Kedalaman (0-50 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu

Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat...

8. Panjang Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Tengah Kedalaman (50-100 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat...

9. Panjang Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Bawah Kedalaman (100-150 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat...

10. Lebar Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Atas Kedalaman (0-50 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu

Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat...

(6)

ii Kedalaman (50-100 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu

Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat...

12. Lebar Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Bawah Kedalaman (100-150 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat...

13. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kakap Putih...

14. Rotasi Plot Analisis Komponen Utama pada Monokultur...

(7)

i DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat dan Bahan Penelitian... 34

2. Data Kualitas Air Suhu ... 36

3. Data total Amoniak Nitrogen (TAN) ... 36

4. Data Kualitas Air Kecerahan ... 36

5. Data Kelimpahan Fitoplankton ... 37

6. Data TSS ... 37

7. Data Kualitas Air pH... 37

8. Data Kualitas Air DO... 38

9. Hubungan Panjang dan Berat (Ikan kakap putih) ... 38

10. Rotasi Komponen Matrik (Monokultur) ... 38

11. Korelasi Matrik (Monokultur) ... 39

12. Rotasi Komponen Matrik (Polikultur) ... 39

(8)

i DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Uji T (Panjang Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh

Pada Bagian Tali Atas...

2. Uji T (Panjang Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh

Pada Bagian TaliTengah)...

3. Uji T (Panjang Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh

Pada Bagian Tali Bawah)...

4. Uji T(Lebar Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh

Pada Bagian Tali Atas) ...

5. Uji T (Lebar Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh

Pada Bagian Tali Tengah)...

6. Uji T (Lebar Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh

(9)
(10)
(11)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS.

Ar-Ra d:11)

Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar

(Q.S. Al-Baqarah :153)

Kamu tidak bisa kuat dalam hal besar dan penting, kalau kamu lemah

dalam hal kecil

-Ralph S. Marsteb, Jr.

Orang yang tidak pernah membuat kesalahan berarti tidak pernah

mencoba hal-hal baru

-Albert Einstein

Kalau saat mencoba pertama kali kamu nggak sukses, itu artinya

kamu normal

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karang Anyar, pada tanggal 28

September 1993, sebagai anak kedua dari dua bersaudara,

dari Bapak Supartono dan Ibu Sripemmi.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Al-azhar 6 Jatimulyo

Lampung Selatan diselesaikan tahun 1999, Sekolah Dasar

(SD) diselesaikan di SDN 1 Plumbon, Cirebon pada tahun 2005, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di Yayasan Al-Huda Jati Agung, Lampung Selatan

pada tahun 2008 dan Mandrasah Aliyah (MA) di MAN 1 (Model) Bandarlampung

pada tahun 2011.

Tahun 2011, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan FP

Unila melalui jalur SBMPTN undangan. Selama menjadi mahasiswa penulis

pernah Aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan (HIDRILA)

FP Unila sebagai anggota bidang kewirausahaan periode 2012-2013 dan periode

2013-2014.

Pada tahun 2014, Penulis melakukan Praktek Umum di Balai Besar Perikanan

Laut (BBPBL) Lampung dan penulis pernah menjadi asisten praktikum

pengembangan sumberdaya ikan lokal. Pada Tahun 2015 Penulis melakukan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Punjul Agung, Kecamatan Buay Bahuga,

Waykanan dan menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang

berjudul “Keragaan Kerang Hijau (Perna viridis) Pada Sistem Monokultur dan

(13)

PERSEMBAHAN

Atas segala Rahmat dan karunia Allah SWT,

kupersembahkan karya ini untuk :

Almarhumah Ibunda tercinta dan Nenekku tercinta

yang telah berjuang dan memberikan kasih sayang dan

pengorbanannya yang tak terhingga dan tak ternilai.

Ayahanda, kakak dan adikku yang telah memberikan

sumber semangat setiap langkahku

Beserta

Keluarga besarku yang telah mendoakan dan

mendukungku untuk terus berjuang dalam menggapai

(14)

SANWACANA

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan Judul “Keragaan Kerang Hijau (Perna viridis) Pada Sistem

Monokultur Dan Polikultur Bersama Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)”

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana budidaya

perairan/perikanan di Universitas Lampung

Dalam kesempatan ini penulis mengucapan terima kasih kepada :

1. Kepada Nenek, bapak, kakak, adik dan keluarga besar tercinta yang tidak

henti-hentinya memberikan do’a, kasih sayang, nasihat dan dukungan untuk

menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si, selaku dosen Pembimbing Utama atas

kesediannya untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian, kritik

dan saran dalam penulisan skripsi sampai selesai

3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku ketua jurusan Budidaya Perairan atas izin

yang telah diberikan dan selaku dosen Pembimbing Kedua memberikan

bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Mahrus Ali, S.Pi., M.P., selaku dosen Penguji Utama untuk kritik dan

saran dari seminar proposal hingga ujian skripsi.

5. Ibu Nuning Mahmudah Noor, S.Pi., M.Si., selaku dosen polinela atas

kesediannya memberikan izin dan arahan dalam pelaksanaan penelitian, serta

kritik dan saran dalam penulisan proposal.

6. Tarsim, S.Pi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) penulis atas

izin yang telah diberikan.

7. Program Dinas (IbM DIKTI dan Ipteda LIPI) yang telah mendanai dan

(15)

8. Bapak Subur selaku RT Desa pulau pasaran yang telah memberikan izin dalam

pelaksanaan penelitian dan membantu kegiatan penelitian.

9. Bapak Warli dan para petani pulau pasaran yang kesediannya membantu

kegiatan penelitian.

10 Temanku Sulvina atas segala kebersamaan, perjuangan, motivasi, suka dan

duka selama dari proses penyusunan, pelaksanaan penelitian hingga selesai.

11 Rekan-rekan BDPi (poe, moly, utami, neneng, mbk marta dan mbk memey,

cicin, tina, ude, ristin, garin, restu, septi, acib, widi, elsa ) Terimakasih atas

kebersamaan dan dukungan moril selama ini.

12 Teman- teman perjuangan angkatan 2011 yang selalu memberikan kenangan

setiap hari selama kuliah baik di dalam maupun di luar kampus dan kakak

tingkat 2009 dan 2010 serta adik-adik 2012 dan 2013 BDPi yang selalu

memberikan dukungan dan doanya selama penelitian dan penyusunan skripsi.

13 Sepupuku I made yudistira, Christian adicahyo dan elisa saputri yang turut

membantu proses penelitian hingga selesai dan levi nurul marisa , ni wayan

devhi lestari, putri istiqomah yang telah memberikan doa dan dukungan moril

selama ini.

Bandarlampung,, 13 November 2015

Penulis

(16)
(17)

i

1.2Tujuan Penelitian ...2

1.3Manfaat ... 3

1.4Hipotesis ... 3

1.5Kerangka Pikir ...3

II. METODE PENELITIAN ...6

2.1Waktu dan Tempat Penelitian ...6

2.2Alat dan Bahan Penelitian ...6

2.3Metode Penelitian ...8

2.3.1 Tahapan Penelitian ...8

2.3.2 Parameter yang Diteliti ...9

2.3.2.1 Pertumbuhan ...9

2.3.2.2Kualitas Air ...11

2.4 Analisis Data ...14

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ...15

3.1 Pertumbuhan. ...15

3.1.1 Kerang Hijau ...15

3.1.2 Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kakap Putih ...24

3.2 Korelasi Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau Principal Component Analysis (PCA) ...25

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...30

4.1Kesimpulan ...30

4.2Saran ...30

(18)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya kerang hijau sudah banyak dilakukkan terutama pada sistem

monokultur karena hanya dibutuhkan perlengkapan bambu, tali, pelampung,

jangkar dan benih kerang. Menurut Noor (2014) budidaya kerang hijau mudah

dilakukan karena tidak dibutuhkan banyak perlakuan dan perawatan terhadap

benih hingga kerang dewasa. Monokultur secara sistematis telah menghabiskan

kekayaan alam Indonesia, khususnya lahan yang digunakan secara berkelanjutan.

Penanggulangan untuk mencegah pemanfaatan lahan secara terus menerus dapat

dilakukan dengan cara polikutur.

Polikultur merupakan metode yang dilakukan untuk memelihara lebih dari

satu komoditas dalam satu lahan, sehingga dapat diperoleh manfaat yaitu produksi

lahan yang tinggi karena dapat memanen lebih dari satu komoditas dalam satu

siklus dan menambah penghasilan, mengoptimalkan hasil produksi perikanan

melalui pemanfaatan sistem budidaya seperti polikultur (Syahid et al., 2006).

Organisme yang dapat dibudidaya secara bersamaan yaitu perlu pelayanan

ekosistem oleh organisme trofik rendah (kerang dan rumput laut) yang

disesuaikan sebagai mitigasi terhadap limbah dari organisme trofik tinggi (seperti

ikan) (White, 2007 dalamjianguanget al., 2009). Komoditi yang akan dipelihara

bersama harus diatur sehingga tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pakan

dan dapat saling memanfaatkan sehingga terjadi sirkulasi dalam satu wadah

budidaya (Syahidet al.,2006).

Kerang hijau dapat tumbuh subur pada perairan teluk, estuari, perairan sekitar

area mangrove dan muara sungai, dengan kondisi lingkungan yang dasar

perairannya berlumpur campur pasir, dengan cahaya dan pergerakan air yang

cukup, serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi (Yonvitner dan Sukimin, 2009).

Menurut Setiyanto et al., (2007) kerang hijau memiliki sifat (filter feeder) yaitu

mencari makan di perairan dengan cara menyaring makanan yang terlarut di

(19)

2 menstabilkan kualitas air dari sisa-sisa pakan dan feses ikan dalam budidaya ikan.

Ikan yang dapat dibudidayakan dan dikembangkan yaitu jenis ikan kakap putih

(Lates calcarifer). Kakap putih cukup terkenal karena salah satu sumber protein

dari ikan laut yang dapat memenuhi produksi permintaan masyarakat dan

mempunyai sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan yaitu euryhaline,

tumbuh dan berkembang dengan baik dengan turbiditas tinggi (Widiastuti et al.,

1999).

Lokasi yang perlu dikembangkan dalam budidaya kerang hijau dan ikan

kakap putih dengan Keramba Jaring Apung di Propinsi Lampung yaitu Pulau

Pasaran yang terletak di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung.

Menurut penelitian sebelumnya Pulau pasaran merupakan lokasi yang memiliki

potensi yang cukup baik untuk budidaya kerang hijau namun ada persyaratan yang

harus di penuhi untuk mengoptimalkan budidaya kerang hijau yaitu aspek

ekonomi-sosial, aspek biologi dan aspek teknis budidaya. Ketiga aspek tersebut

harus saling mendukung guna keberhasilan budidaya perikanan (Noor, 2014).

Keberhasilan budidaya dapat meningkatkan produksi kerang hijau dan ikan kakap

putih sehingga perlu dilakukan penelitian selanjutnya yaitu dengan cara

mengetahui keragaan kerang hijau pada sistem monokultur dan polikultur bersama

ikan kakap putih, guna mencapai hasil panen yang berkualitas, kualitas dan

kontinuitas.

1.2 Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaan kerang hijau (Perna viridis)

dengan sistem monokultur dan polikultur bersama ikan kakap putih (Lates

(20)

3 1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai

keragaan kerang hijau (Perna viridis) dengan sistem monokultur dan polikultur

bersama ikan kakap putih(Lates calcarifer).

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis I

H0:Perbedaan budidaya (monokultur dan polikultur) tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan ikan kakap putih (Lates calcarifer).

H1:Perbedaan budidaya (monokultur dan polikultur) berpengaruh terhadap

pertumbuhan ikan ikan kakap putih (Lates calcarifer).

Hipotesis II

H0:Perbedaan budidaya (monokultur dan polikultur ) tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan kerang hijau (Perna viridis).

H1:Perbedaan budidaya (monokultur dan polikultur) berpengaruh terhadap

pertumbuhan kerang hijau (Perna viridis).

1.5 Kerangka Pikir

Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan wadah yang sering digunakan

dalam teknologi budidaya guna meningkatkan produksi dengan ramah lingkungan

dan memperoleh keuntungan. Budidaya kerang hijau (Perna viridis) dapat

dilakukan secara monokultur dan polikultur. Monokultur merupakan budidaya

dengan satu komoditas dalam satu wadah. Komoditas kerang hijau di KJA secara

monokultur menggunakan bahan bambu dan tali sudah banyak dilakukan oleh

petani. Polikultur adalah budidaya dua atau lebih jenis ikan yang berbeda habitat

(21)

4 sistem polikultur dapat dilakukan guna untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

di suatu wadah Keramba Jaring Apung (KJA) bersama ikan kakap putih.

Kakap putih merupakan komoditas yang akan menghasilkan bahan organik

dari sisa pakan yang diberikan, sisa feses yang menempel di jaring secara terus

menerus yang akan menyebabkan kualitas air menurun untuk budidaya. Kualitas

air yang menurun akan menyebabkan pencemaran di perairan sehingga untuk

menanggulanginya dapat digunakan kerang hijau untuk budidaya. Fungsi kerang

hijau yaitu dapat menstabilkan kualitas air dalam budidaya yang bersifat (filter

feeder) atau menyerap polutan pada sisa pakan dan sisa kotoran budidaya. Kerang

hijau akan tumbuh jika ketersediaan pakan atau kelimpahan fitoplankton yang ada

diperairan meningkat dan kualitas air yang sesuai. Kualitas air seperti (suhu, DO,

pH, kecerahan, TOM, TSS, TAN) pada lokasi perairan akan mempengaruhi

pertumbuhan kerang hijau dan ikan kakap putih.

Produksi kerang hijau yang harus dioptimalkan secara terus menerus untuk

memenuhi kebutuhan dan permintaan maka perlu dibudidayakan dengan sistem

monokultur dan polikultur. Optimalisasi dilakukan dengan mengumpulkan data

primer dan sekunder lalu mengakumulasikanya untuk menyimpulkan perbedaan

pertumbuhan kerang hijau sistem monokultur dan sistem polikultur bersama ikan

kakap putih. Penelitian sebelumnya mengenai analisis lokasi yang cukup baik

yaitu daerah pulau pasaran. Menurut Noor (2014) bahwa perairan pulau pasaran

cukup baik untuk dikembangkan budidaya kerang hijau yaitu bagian timur dan

(22)
(23)

6 BAB II. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015, di

perairan Desa Pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar

Lampung. Pengamatan dilakukan di lapang dan laboratorium kualitas air di

Budidaya Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Lokasi penelitian

yaitu keramba monokultur dan polikultur disajikan pada (Gambar 2).

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Perairan Pulau Pasaran

2.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan (timbangan digital dan

penggaris). Kualitas air (Kertas pH, DO meter,thermometer, refraktometer,secchi

diskbeserta tongkat skala,plankton net). Alat pendukung (kertas label, pipet tetes,

plastik/botol, tisu, ember, scoopnet/saringan, tali, alat tulis dan dokumentasi).

Keramba yang digunakan yaitu (Keramba Jaring Apung). Keramba monokultur

(24)

7 berjumlah 35 batang, pelampung berjumlah 10 drum, tali berjenis serat alami

digunakan untuk menempelnya benih kerang berjumlah 35 tali untuk 1 bambu.

Keramba polikultur (kerang hijau dan kakap putih) yang diamati disajikan pada

(Gambar 4) berukuran 8 x 9 m3 dilengkapi bambu yang berjumlah 4 batang,

pelampung berjumlah 12 drum dan wadah menggunakan jaring nilon berdiameter

1 inchi berukuran 3 x 3 m3. Bahan yang digunakan adalah benih kerang hijau,

benih kakap putih (6-7 cm) sebanyak 600 ekor, pakan ikan kakap putih (pelet dan

ikan rucah), akuades untuk pengamatan kualitas air dan formalin 4%. Alat dan

bahan penelitian yang digunakan dapat dilihat di (Lampiran 1).

Gambar 3. Keramba Monokultur (Kerang Hijau) (A) Bambu Paling Luar Pertama, (B) Bambu Paling Luar Kedua, (C) Bambu Paling luar Ketiga dan (D) Bambu Paling luar Keempat.

(25)

8 2.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan yaitu secara eksploratif. Eksploratif yang

dicari membandingkan dua sistem budidaya yang berbeda yaitu monokultur dan

polikultur. Metode eksploratif yang digunakan saat penelitian bertujuan untuk

mencari tahu suatu kejadian tertentu atau hubungan antara dua atau lebih variabel

(Ridha dkk, 2013). Variabel yaitu pertumbuhan kerang hijau (monokultur) dan

pertumbuhan kerang hijau dan kakap putih (polikultur). Perlakuan berupa sistem

budidaya yaitu monokultur dan polikultur.

2.3.1 Tahapan Penelitian

A) Persiapan

1. Menentukkan lokasi budidaya.

2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pembuatan keramba.

3. Mempersiapkan alat dan bahan untuk menunjang penelitian.

4. Proses pembuatan keramba (monokultur dan polikultur) yang dilakukan oleh

petani pulau pasaran di pinggir laut (dekat daratan).

5. Keramba yang sudah jadi dipindahkan ke lokasi budidaya.

6. Pemasangan tali (spat) ke bambu serta diberi tanda (A-B-C-D) pada bambu

yang paling luar berjumlah 4 bambu, dan jaring ikan dipasang untuk tempat

penebaran ikan.

7. Penebaran ikan ke jaring budidaya, sebelum ditebar dilakukkan treatment

dengan air tawar di BBPBL Budidaya Besar Perikanan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampung.

B) Proses Penelitian

1. Pengambilan data pertumbuhan kerang hijau (monokultur dan polikultur)

pada minggu ketiga setelah pemasangan tali (serat alami). satu bambu

terdapat 15 tali untuk mengukur sampel kerang dan satu tali berukuran 1,5 m

(26)

9 cm), tali bagian tengah pada kedalaman (50-100 cm) dan tali bagian bawah

pada kedalaman (100-150 cm) disajikan pada (Gambar 6).

2. Pertumbuhan kakap putih diambil sampel ikan 10 % dari populasi ikan pada

minggu ketiga setelah ikan beradaptasi.

3. Pengambilan sampel kualitas air dengan 3 titik yaitu sesuai arah arus, titik 1

bagian paling depan keramba, titik 2 bagian tengah dan titik 3 bagian paling

luar belakang keramba.

4. Pengamatan dilakukan 1 minggu sekali dan jaring pada kakap putih

dilakukkan treatment pembersihan 1-2 bulan sekali agar benih kerang hijau

tidak ada yang menempel di jaring budidaya ikan.

5. Pemberian pakan pelet di pagi hari dan ikan rucah siang dan sore hari.

Gambar 5. Metode Lokasi Pengukuran Kerang Hijau.

2.3.2 Parameter yang Diteliti

2.3.3.1 Pertumbuhan

A. Kerang Hijau

Pertumbuhan kerang hijau merupakan suatu proses biologis yang kompleks

sehingga banyak faktor yang mempengaruhi penambahan panjang atau berat

kerang dalam suatu periode. Perhitungan pertumbuhan disajikan pada (Gambar 5)

(27)

10 anterior sampai ujung posterior dan lebar cangkang diukur dari dorsal ke ventral

.pada cangkang kerang menggunakan penggaris.

Gambar 6. Pengukuran Panjang dan Lebar Cangkang Kerang Hijau (Perna

viridis) (Gosling, 2008).

B. Ikan Kakap Putih

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu

ukuran waktu, bagi populasi merupakan pertambahan jumlah (Effendie 1997).

Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan beberapa sampel dari padat tebar ikan

kakap putih. Pengamatan diamati dengan alat timbangan digital untuk mengukur

biomassa dan penggaris untuk mengukur panjang tubuh ikan. Pertumbuhan yang

diamati sekitar 10 % dari populasi yaitu :

1. Hubungan panjang dan berat

Dapat dihitung menggunakan rumus (Niswari, 2004)

W = a Lb

Keterangan :

W : Berat total ikan (gr)

L : Panjang ikan (mm)

(a, b) : Konstanta

Teknik perhitungan panjang berat menurut Rousefell dan Everhart (1960)

dan lagler (1961) dalam Effendie (1979) secara langsung sebagai berikut : Buatlah

suatu daftar yang tersusun yaiu nilai L, log L, W, log W, log L x log W, dan (log

L)2 kemudian dihitung jumlah totalnya nilai log a dan b. Nilai a dapat dilihat

(28)

11 Log a = Σ log W X Σ (log L)2-Σ log L X Σ log L X log W

N X Σ (log L)2 –(Σ (Log L)2

Setelah diketahui rumus log a, maka mencari nilai b yaitu :

b=Σ log W –(N Xlog a)

Σ log L

Nilai log a dan b yang diperoleh lalu dimasukan di logaritma persamaan yaitu :

log W = log a + b log L menunjukkan hubungan yang linier.

2.3.3.2 Kualitas Air

1. Salinitas

Salinitas air diukur dengan menggunakanrefraktometer.Pengukuran salinitas

dilakukan dengan cara in situ yaitu menggambil air secukupnya dari kedalam air

yang berbeda. Kalibrasi refraktometer dengan menggunakan akuades kemudian

keringkan dengan tisu lalu tanda tera diarahkan ke nol (pengkalibrasian),

kemudian bilas lagi dengan akuades. Air yang sudah diambil lalu diteteskan pada

bagian prisma dari refraktometer. Nilai salinitas akan terlihat pada skala

refraktometer dengan peneropongan dan menunjukkan banyaknya kandungan

garam dalam air (Fernando, 2015).

2. Oksigen terlarut (DO)

DO diukur dengan menggunakan DO meter (oksimeter). Pengujian Elektroda

dari oksimeter sebelum dimasukkan ke dalam air setiap titik stasiun, sebaiknya

disterilkan dengan akuades. Alat DO meter steril dimasukkan ke air yang akan di

uji beberapa menit, setelah angka pada display stabil, kemudian dibaca. Nilai

konsentrasi oksigen terlarut dapat dibaca pada display (Fernando, 2015).

3. pH air

pH di ukur dengan menggunakan kertas indikator. Pengukuran dengan kertas

(29)

12 hingga berubah warna kemudian dicocokkan dengan tabel untuk mengetahui

tingkat pH air.

4. Temperatur

Pengamatan suhu dilakukan pada bagian permukaan diukur menggunakkan

alat temometer batang dilakukan secarain situdi setiap titik stasiun. Termometer

dimasukkan ke dalam air sedalam ±10 cm dan dibiarkan selama 3 menit, lalu

diangkat dan dibaca (Fitra, 2008).

5. Kecerahan

Kecerahan adalah ukuran kejernihan perairan dari partikel koloid

tersuspensi, jasad-jasad renik yang di amati secara visual dengan alat bantu secchi

disk (Sari, 2014). Secchi disk dimasukkan ke dalam air hingga bagian putih

menghilang kemudian catat kedalamannya. Tarik secchi disk secara perlahan

hinggga bagian putih terlihat lalu catat kedalaman, setelah itu hitung

menggunakan rumus menurut Barus (2004) yaitu :

Kecerahan =Jarak Hilang + Jarak Tampak

2

6. Fitoplankton

Pengambilan sampel fitoplankton menggunakan alat water sampler sebanyak

60 L dan disaring menggunakan Plankton net mesh size 20 μ m di setiap titik.

Sampel plankton yang terkumpul dituang ke dalam botol sampel berukuran 40 ml,

kemudian diberi Lugol konsentrasi 0,5% atau formalin 4% sampai berwarna

kuning kecoklatan. Pencacahan dilakukan dengan metode sub–sampel. Sampel dalam botol diaduk perlahan, diambil sebanyak 1ml dengan pipet tetes, kemudian

diteteskan ke dalam Sedgewick-Raffter cell. Pencacahan dilakukan di bawah

mikroskop cahaya pada perbesaran 10x10, dengan alat hitung (counter).

Kelimpahan fitoplankton dinyatakan dalam individu/liter, dihitung dengan

(30)

13 N = n x Vr x 1

Vo Vs

Keterangan :

N : Kelimpahan plankton (ind/L)

n : Jumlah plankton yang teridentifikasi

Vo : Volume plankton yang dihitung (ml)

Vs : Volume air yang disaring (L)

Vr : Volume plankton yang tersaring (ml)

7. Total amonia nitrogen (TAN)

Konsentrasi total ammonia nitrogen dapat diketahui banyaknya dalam air

sampel, digunakan prinsip spektrofotomerik yang dilakukan di laboratorium.

Amonia dalam 10 ml air sampel yang telah disaring harus direaksikan terlebih

dahulu dengan 0.5 ml senyawa fenol dan 0.5 ml sodium nitroprusid kemudian

dihomogenkan, lalu di reaksikan kembali denganoxidizing reagentsebanyak 1 ml

dan di homogenkan kembali. Tabung reaksi yang digunakan untuk melakukan

reaksi tersebut ditutup rapat dan didiamkan selama satu jam. Absorbansi warna

air contoh (biru) diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640

nm. Warna biru yang ditimbulkan merupakan akibat terbentuknya senyawa

indofenol. Kemudian absorbansi air contoh disesuaikan dengan absorbansi

akuades (blanko) dan konstanta perhitungan (Stirlinget al., 1985).

8. Total Bahan organik (TOM)

Pengambilan sampel air dilakukan pada saat air pasang menggunakan water

sampler kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel lalu disimpan di dalam

coolbox. Setelah di ambil sampel lalu di uji di laboratorium pengukuran Bahan

organik pada air Hariyadi, et al. (1992), menyatakan cara mengukur kandungan

total bahan organik atau TOM adalah dengan cara dimasukkan 50 ml air sampel

kedalam erlenmeyer lalu tambahkan 9,5 ml KMnO4 dari buret, 10,00 ml H2SO4

(31)

14 tidak berwarna pada suhu 60°C – 70°C. Mentitrasi dengan KMnO4, sampai terbentuk warna (merah jambu). Catat sebagai ml titran (x ml), dilakukan prosedur

(1 - 6) dan mencatat titran yang digunakan sebagai (y dalam ml). Perhitungan :

TOM = (X-Y) x 31,6 x 0,01 X 1000 Ml air sampel

9. Total Padatan Tersuspensi/ TSS

Menurut SNI 06-6989.3-2004 pengambilan data tersebut menggunakan alat

Vakum (Filter) dengan metode gravimetri. Kertas saring dipanaskan pada suhu

105oC selama 1 jam lalu dinginkan dalam desikator dan timbang hingga beratnya

konstan (B gram). Diambil 10 ml sampel lalu saring dan residu pada kertas saring

dipanaskan pada 105oC selama 1 jam lalu masukkan dalam desikator dan timbang

hingga berat konstan (A gram). Menurut Ansari (2014) Kadar zat TSS dapat

dihitung dengan persamaan 1 :

TSS (mg/l) = (A-B) X 1000 C

Keterangan:

A : Berat filter dan residu sesudah pemanasan105oC (mg)

B : Berat filter kering sesudah pemanasan 105oC (mg)

C : Volume sampel (ml)

2.4 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan Uji T yaitu membandingkan

dua variable menggunakan Microsoft excel. Kualitas air dapat dilakukan analisis

data sesuai sebaran komunitas dianalisis dengan cluster analysis, dan hubungan

antara komunitas dengan faktor eksternal dianalisis dengan Principal Componen

(32)

0 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

1. Keragaan kerang hijau monokultur dan polikultur mengalami kenaikan setiap

minggunya, tetapi monokultur lebih cepat tumbuh baik panjang dan lebar

dibandingkan polikultur.

2. Pertumbuhan panjang cangkang kerang (monokultur dan polikultur) yang

menghasilkan hipotesis berbeda nyata yaitu bagian tali kedalaman (0-100 cm)

pada tempat pengukuran sampel bambu ketiga dan bagian tali bawah

(100-150 cm) tempat pengukuran sampel bambu kedua.

3. Pertumbuhan lebar cangkang kerang (monokultur dan polikultur) yang

menghasilkan hipotesis berbeda nyata yaitu bagian tali bawah (100-150 cm)

tempat pengukuran sampel bambu kedua.

4. Keragaan kerang hijau berdasarkan hasil analisis komponen utama (PCA)

korelasi matrik positif yang mempengaruhi pertumbuhan panjang kerang

secara langsung yaitu monokultur (TAN dan suhu) dan polikultur (DO,

TOM, TSS, pH, salinitas dan plankton).

4.2 Saran

Diharapkan dapat dilakukkan penelitian mengenai kontribusi bahan organik

dan anargonik yang dibutuhkan dalam polikultur kerang hijau dan ikan kakap

(33)

31 DAFTAR PUSTAKA

Andara, D. R., Suryanto, A., & others. 2014. Kandungan Total Padatan Tersuspensi, Biochemical Oxygen Demand Dan Chemical Oxygen Demand Serta Indeks Pencemaran Sungai Klampisan Di Kawasan Industri Candi, Semarang. Management of Aquatic Resources Journal, 3(3), 177– 187.

Ansari, W. R., Belladiana, U., & Pandia, S. 2014. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Persentase Penyisihan Padatan Tersuspensi Total (Tss) Campuran Limbah Cair Industri Tapioka Dengan Air. Jurnal Teknik Kimia USU, 3(1).

Apriadi, D. 2005. Kandungan Logam Berat hg, pb dan cr pada air, Sedimen dan Kerang Hijau (perna viridis l.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Bogor Agricultural University.

Barus, T. A. 2004. Pengantar limnologi studi tentang ekosistem air daratan. Uni-Versitas Sumatera Utara Press. Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta, 163.

Fitra, E. 2009. Analisis Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik Di Perairan Parapat Danau Toba.

Fornando, H., & others. 2015. Analisis Kesesuaian Lahan Di Perairan Pulau Pasaran Provinsi Lampung Untuk Budidaya Kerang Hijau (Perna Viridis). Fakultas Pertanian.

Garno, Y. S. 2002. Beban Pencemaran Limbah Perikanan Budidaya dan Yutrofikasi di Perarian waduk pada DAS Citarum. J Tek Ling P3TL-BPPT, 3, 112–120.

(34)

32 Gosling, E. 2008. Bivalve molluscs: biology, ecology and culture. John Wiley &

Sons.

Haryadi, S., Suryodiptro, I. N. N., & Widigdo, B. 1992. Limnologi; Penuntun Praktikum dan Metoda Analisa Air. Bogor: Fakultas. Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Jianguang. 2009. Development IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) in sungo bay China. China: Yellow Sea Fisheries Institute.

Jubaedah, E. 2001. Studi Pertumbuhan dan Tingkat Kematangan Gonad Kerang Hijau (Perna virinis L.) di Muara Kamal, Teluk Jakarta. IPB (Bogor Agricultural University).

Kumalawati, A. S. 2004. Variabilitas parameter oseanografi dan sebaran klorofil-a di Perairan Nangroe Aceh Darussalam pada bulan Oktober-November 2002.

Lovatelli, A. 1988. Site selection for mollusc culture. Retrieved from http://agris.fao.org/agris-search/search.do?recordID=XF19890136328

Niswari, A. P. 2004. Studi Morfometrik Kerang Hijau (Perna viridis, L.) di Perairan Cilincing, Jakarta Utara. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. FPIK. IPB. Bogor.

Noor, N. M. 2015. Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis) Di Pulau Pasaran, Bandar Lampung. AQUASAINS, 3(2).

Nurdin, E. 2000. Potensi Pengembangan Perikanan di Situ Pondok Cina. Indonesia University. Depok. Makara: Journal of Research Indonesia University, 7, 1–10.

Margonof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan Di Danau Maninjau Sumatera Barat. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, 166 hal.

Prihadi, D. J. 2011. Pengaruh Jenis Dan Waktu Pemberian Pakan Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) Dalam Karamba Jaring Apung Di Balai Budidaya Laut Lampung. Jurnal Akuatika, 2(1).

(35)

33 Sari, S. H. J., & Harlyan, L. I. 2014. Kelayakan Kualitas Perairan Sekitar

Mangrove Center Tuban Untuk Aplikasi Alat Pengumpul Kerang Hijau (Perna viridis L.). Research Journal of Life Science, 1(2), 137–145.

Setiyanto, D. D., Sumantadinata, K., Riani, E., Ernawati, Y., & others. 2012. Akumulasi logam berat dan pengaruhnya terhadap spermatogenesis kerang hijau (Perna viridis). Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Dan Perikanan Indonesia, 15(1), 77.

Stirling, H. P. 1985. Chemical and Biological Methods of Water Analysis for Aquaculturists (MC Beveridge, LG Ross, MJ Phillips, eds). Piscis Press, Univer-sity of Stirling, Stirling, UK.

Syahid, M., Ali, S., & Rochim, A. 2006. Budidaya Udang Organik secara Polikultur. Penebar Swadaya, Jakarta

Taofiqurohman, A., Nurruhwati, I., & Hasan, Z. 2007. Studi Kebiasaan. Laporan Penelitian Penelitian Peneliti Muda (Litmud) . Universitas Padjadjaran

Wibowo, R. K. A. 2009. Analisis kualitas air pada sentral outlet tambak udang sistem terpadu, tulang bawang, Lampung.

Widyastuti, E., Hartono, P., & Sudaryanto. 1999. Biologi Kakap Putih (Lates carcarifer, Bloch). Lampung: Departemen Pertanian Direktorat Jendral Perikanan Balai Budidaya Laut Lampung.

Yonvitner, Y. 2013. Laju Pertumbuhan Dan Penempelan Kerang Hijau (Perna Viridis, Linn, 1789). Jurnal Biologi Edukasi, 1(2), 44–46.

Yuniasari, D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi dan Denitrifikasi serta Molase dengan C/N Rasio Berbeda terhadap Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup, dan Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus vannamei.

Gambar

Gambar 1. Struktur Kerangka Pikir
Gambar 2. Lokasi Penelitian di Perairan Pulau Pasaran
Gambar 3. Keramba Monokultur (Kerang Hijau) (A) Bambu Paling Luar Pertama,(B) Bambu Paling Luar Kedua, (C) Bambu Paling luar Ketiga dan (D)Bambu Paling luar Keempat.
Gambar 5. Metode Lokasi Pengukuran Kerang Hijau.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini bertujuan untuk mengadakan pendampingan dengan memanfaatkan IT dalam perwujudan nilai – nilai Cc5+ bagi siswa SMP St. Target khusus

Adopsi pengarusutamaan gender oleh individu anggota Fatayat menginspisari anggota Fatayat untuk melakukan perubahan dalam masyarakat yang lebih luas dengan melakukan

Bahan untuk analisis proksimat, asam lemak, asam amino, total karotenoid, dan α-tokoferol meliputi akuades, kjeltab jenis selenium, larutan H 2 SO 4 pekat (merck), NaOH (merck),

Permodalan Dan Unit Usaha Koperasi Perkembangan anggota koperasi pada KPRI Agro Sejahtera, KopKar Aroma, KUD Rama yang dikelola kaum laki-laki dan Kopwan Sekar

7.2.5 Membuat laporan berkala dan laporan khusus Instalasi Rawat Jalan dengan menganalisa data pelaksanaan, informasi, dokumen dan laporan yang di buat oleh bawahan untuk

Berdasarkan angket dari berbagai kompetensi, penguasaan metode pembelajaran yang mendidik adalah kompetensi yang paling banyak tidak diajarkan dalam PPL, sebagian besar

Berdasarkan gambaran perilaku bullying pada subjek penelitian yang pernah menjadi pelaku maupun korban, ditemukan bahwa ada kesesuaian temuan perilaku bullying yang

Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan overhead pabrik lebih atau kurang tersebut tersebut digunakan untuk mengurangi atau