PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA MANGA
YOZAKURA QUARTET JILID 1 KARYA YA“UDA “UZUHITO
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah KKL Jurusan Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia
Itang Zakaria Somantri
63807009
JURUSAN SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA
iv
1.6 Proses Penterjemahan Komik 5
1.7 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan 5
1.8 Rincian Proses Penterjemahan Komik 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Dialek di Jepang 9
2.2 Dialek Bahasa Jepang 9
2.2.1 Dialek Kansai 10
2.2.2 Dialek Osaka 11
2.2.3 Partikel Dalam Dialek Kansai 13
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Profil Perusahaan 15
v
3.3 Aktivitas Perusahaan 16
3.3.1 Program Pelatihan Bahasa Jepang Khusus untuk Manga 16 3.3.2 Program Bahasa Jepang untuk Nouryokushiken 17
3.4 Produktivitas Perusahaan 17
3.5 Kerjasama Antar Perusahaan 17
3.5.1 Kontrak Kerjasama (permanen) 17
3.5.1 Kontrak Kerjasama (non permanen) 18
3.5.2 Sponsor 18
BAB IV PENGGUNAAN DIALEK O“AKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO
4.1 Dialek Osaka Pada Komik Yozakura Quartet Jilid ke-1 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 24
5.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 26
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Itang Zakaria Somantri
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 8 Maret 1989
3. Nomor Induk Mahasiswa : 63807009
4. Jurusan : Sastra Jepang
5. Jenis Kelamin : Pria
6. Kewarganegaraan : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jalan Cihampelas No. 45/35B RT. 01/05
Kec. Coblong Kel. Cipaganti Bandung
40131
9. Berat Badan : 55 Kg
10. Tinggi Badan : 166 Cm
11. Status : Belum menikah
12. Orang Tua
1. Nama Ayah : Drs. M. Tatang Somantri,M.Si
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jalan Cihampelas No. 45/35B RT. 01/05
Kec. Coblong Kel. Cipaganti Bandung
40131
2. Nama Ibu : Imas Ernaningsih
Alamat : Jalan Cihampelas No. 45/35B RT. 01/05
Kec. Coblong Kel. Cipaganti Bandung
40131
Pendidikan Formal
SD Negeri Sejahtera I Bandung : 1995-2001
SMP Negeri 9 Bandung : 2001-2004
SMA Negeri 15 Bandung : 2004-2007
Universitas Komputer Indonesia : 2007-
Pengalaman Organisasi
Komandan Pasukan PMR SMPN 9 Bandung : 2002-2003
Anggota HIMA Sastra Jepang UNIKOM Divisi
Benkyoukai
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai kelancaran dan kemudahan dalam proses penerjemahan dan penulisan laporan
Kuliah Kerja Lapangan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tepat waktu.
Laporan KKL i i berjudul Penggunaan Dialek Osaka Pada Ma ga Yozakura
Quartet Jilid 1 Karya Yasuda “uzuhito . Penulis menyusun laporan KKL ini dengan
tujuan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah KKL dengan harapan dapat menjadi bahan kajian bagi mahasiswa lain yang akan meneliti penggunaan kosakata Osaka-ben.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, terutama dalam menelaah teori-teori yang digunakan. Oleh sebab itu saya mengharapkan masukan, kritik dan saran untuk upaya menyempurnakan laporan ini.
Akhirnya penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia, Prof.Dr. Moh Tadjuddin, MA
iii 3. Pembimbing di perusahaan Acolyte Publishing Co., Bapak Hardiyanto
Rahardjo yang telah membantu selama KKL berlangsung.
4. Dosen native asal Osaka, Saori sensei untuk bantuannya mengartikan kosakata-kosakata dialek Osaka kedalam bahasa Jepang standar selama
me erjemahka ma ga Yozakura Quartet .
5. Keluarga yang selalu memberikan dorongan dan mem-fasilitasi penulis ketika mengerjakan laporan KKL ini.
6. Teman-teman dan senior yang telah memberikan masukan dan memberi tahu penulis langkah-langkah menulis laporan KKL.
7. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis memohon kehadirat Allah SWT agar kepada semua pihak yang sudah membantu, memberikan dorongan, bimbingan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini semoga dapat balasan rahmat dari Allah SWT. Amin.
Bandung, September 2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, budaya luar khususnya budaya Jepang sudah menjamur di Indonesia. Mulai dari lagu-lagu Jepang, drama, film animasi, dan lainnya sudah dapat kita jumpai dimana-mana. Salah satunya yang paling banyak kita temui adalah manga atau komik Jepang. Tentu saja komik tersebut tidak bisa
diko sumsi la gsu g oleh publik kare a bahasa ya g digu aka masih
menggunakan bahasa Jepang yang harus melalui proses penterjemahan ke dalam bahasa lokal. Untuk hal ini peran seorang penterjemah sangat diperlukan untuk proses pengalih bahasaan.
Pada umumnya, bahasa yang digunakan dalam komik Jepang adalah
ragam bahasa Jepang sehari-hari, dan sering diiringi oleh dialek-dialek daerah. Jarang sekali komik Jepang atau manga menggunakan bahasa Jepang yang
formal atau menggunakan bahasa Jepang standar.
2 Beberapa manga atau komik Jepang banyak menggunakan dialek-dialek daerah dalam percakapannya. Kebanyakan manga menggunakan dialek Tokyo karena dialek Tokyo sangat mirip dengan bahasa Jepang standar. Selain dialek Tokyo, dialek yang sering digunakan dalam suatu manga adalah dialek Osaka atau dialek Kansai. Dialek Osaka sedikit berbeda dengan bahasa Jepang standar dan memiliki aturan sendiri dalam perubahannya, sehingga jika tidak dipelajari terlebih dahulu cara penggunaannya, maka dialek Osaka dapat menjadi penghambat dalam proses penterjemahan suatu komik.
Bisaanya dalam suatu manga setiap karakter memiliki ciri khasnya masing-masing. Salah satunya adalah ragam bahasa yang digunakan untuk
berkomu ikasi. Misalka pada komik Yozakura Quartet i i terdapat beberapa
karakter dengan ciri khas ragam bahasa yang berbeda-beda. Seperti karakter bernama Akina, ia sering menuturkan kata-kata dengan menggunakan dialek Osaka. Di sisi lain karakter bernama Kyousuke yang menggunakan bahasa Jepang formal karena diceritakan bahwa Kyousuke adalah bawahan di tempat mereka berdua bekerja. Adapula karakter bernama Ao yang menggunakan dialek Tokyo.
Selain menggunakan ragam bahasa informal atau bahasa Jepang sehari-hari, terkadang ada beberapa kosakata yang disingkat tetapi tidak mengubah arti dan dapat dimengerti oleh lawan bicara. Seperti kata sumimasen yang disingkat menjadi suimasen, atau kata-kata yang dibalik seperti kata yoroshiku menjadi
3
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan membahas makna atau mengartikan ke dalam bahasa Jepang standar kosakata-kosakata dialek Osaka dan beberapa kosakata-kosakata wakamono kotoba yang
terdapat pada komik Yozakura Quartet jilid pertama karya Yasuda
Suzuhito.
1.2.2 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi penulis dan menjadi bahan referensi bagi mahasiswa atau siapapun yang sedang mempelajari bahasa Jepang khususnya dialek Osaka.
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian tentang dialek Osaka dalam bahasa Jepang ini hanya dibatasi pada kosakata-kosakata dialek Osaka dan beberapa wakamono kotoba yang terdapat dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama karya Yasuda Suzuhito.
1.4 Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif,
yaitu dengan menjelaskan secara satu per-satu kosakata Osaka-ben yang
mu ul pada komik Yozakura Quartet jilid pertama da me jelaska
4
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan, tujuan, manfaat, pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penelitian dan penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi landasan teori dari permasalahan yang diteliti yang berasal dari sumber pustaka, hasil diskusi dengan dosen native (asal Osaka) dan dari sumber lainnya seperti internet.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi profil dan data perusahaan yang bekerjasama tempat penulis melakukan penelitian.
BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA MANGA YOZAKURA
QUARTET JILID 1 KARYA YASUDA SUZUHITO
Bab ini berisikan tentang inti permasalahan yaitu tentang kosakata-kosakata Osaka-ben dan beberapa kosakata wakamono kotoba
dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang bisa ditarik dari seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk penyempurnaan hasil
5
1.6 Proses Penterjemahan Komik
Proses penterjemahan adalah proses alih bahasa dari bahasa asing ke dalam bahasa lokal untuk kepentingan tertentu. Ada pendapat bahwa proses terjemahan merupakan suatu seni. Hasil terjemahan harus terbaca wajar seolah-olah muncul langsung dari pikiran si penterjemah. Oleh karena itu, proses penterjemahan membutuhkan pemahaman bahasa asing seorang penterjemah agar hasil dari terjemahan dapat dimengerti maksudnya atau informasi yang terkandung dapat tersampaikan kepada pembaca tanpa ada yang dikurangi atau ditambah-tambahkan.
1.7 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
Pelaksanaan kegiatan kuliah kerja lapangan ini berlangsung selama satu bulan terhitung sejak tanggal 23 Juli 2010 sampai dengan tanggal 23 Agustus 2010 di perusahaan penerbit komik Acolyte Publishing Co. Kegiatan ini dimulai dengan bimbingan bersama pembimbing dari perusahaan tempat kerja lapangan yaitu Bapak Hardiyanto Rahardjo, S.Pd tentang pemilihan dan pembagian komik yang akan diterjemahkan. Setelah komik yang akan diterjemahkan sudah ditentukan, pembimbing memberikan gambaran tentang proses terjemahan dan memberikan arahan tentang cara peng-editan dan format komik hasil terjemahan.
Setelah mendapat gambaran tentang pengerjaan, dimulailah proses
6 terjemahannya kepada pembimbing dan apabila mengalami kesulitan dapat langsung mengkonsultasikannya dengan pembimbing.
1.8 Rincian Proses Penterjemahan Komik
Pertama-tama agar proses penterjemahan selesai pada waktunya, penulis membuat target pengerjaan setiap minggunya. Dimulai dari membagi lalu memisahkan halaman komik yang akan diterjemahkan kedalam folder.
Gambar 1. Pembagian target terjemahan
Penulis menargetkan 50 halaman dari total 208 halaman diterjemahkan setiap minggunya. Apabila target untuk satu minggu sudah selesai sebelum satu minggu, maka penulis melanjutkan pekerjaan untuk minggu selanjutnya agar proses penterjemahan dapat lebih cepat selesai dikerjakan. Lalu tiga hari terakhir digunakan penulis untuk cek ulang apabila terdapat kesalahan dalam proses penterjemahan atau dalam peng-editan.
Penulis menggunakan dua software kamus elektronik bernama Kamus versi 1.02 dan JLookUp versi 1.0.7.2 untuk mencari arti dari kata-kata yang tidak
7 bahasa Inggris, dibutuhkan software kamus elektronik tambahan seperti Kamus versi 1.02 untuk menterjemahkan kata-kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Software JLookUp versi 1.0.7.2 juga digunakan penulis untuk mencari kanji yang tidak terdapat furigana-nya dengan mencari bushu dalam kanji tersebut.
Gambar 2. Software JLookUp versi 1.0.7.2 (kiri) dan Kamus versi 1.02 (kanan)
Dalam komik yang penulis terjemahkan, banyak terdapat dialek daerah,
bahasa-bahasa gaul anak muda Jepang, kosakata yang tidak terdapat dalam kamus dan beberapa ujaran yang sebenarnya tidak ada dalam bahasa Indonesia, penulis mencatat kosakata tersebut dan meminta penjelasan dari seorang dosen native asal Jepang.
8 pernah dipelajari penulis pada semester sebelumnya, penulis tidak menemukan hambatan dalam mengoperasikan software tersebut.
Gambar 3. Software Adobe Photoshop CS2
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Dialek di Jepang
Tiap daerah hampir memiliki dialek yang berbeda. Menurut sejarahnya ini karena letak dan pengaruh terhadap daerah-daerah ini yang berlainan. Dan dimulai abad ke-17 ketika ibukota Jepang berpindah dari Kyoto ke Edo (Tokyo) maka mulai saat itu dialek Tokyo (Tokyo-ben) banyak dipakai sebagai sarana komunikasi pemerintahan, perdagangan, dsb. Dari situ muncullah istilah hyoujungo atau bahasa sta dar. Te tu saja ya g pali g me dekati atau dianggap standar adalah dialek model Tokyo atau Kanto. Meskipun sebenarnya dialek Kanto pu masih ada ya g meleset dari sta dar ya g ada di hyoujungo.
(OPENING UP TO THE DIFFERENCE: THE DIALECT DIALECTICS
The Japan Times, Selasa, 23 Mei 2006)
2.2 Dialek Bahasa Jepang
Dialek bahasa Jepang (方言hougen) adalah variasi bahasa Jepang yang
berbeda-beda menurut pemakai dan daerahnya di Jepang. Bahasa Jepang yang
menjadi lingua franca di Jepang disebut 標準語 hyoujungo (bahasa Jepang
Standar) atau共通語kyoutsuugo (bahasa umum) yang awalnya didasarkan pada
dialek Tokyo. Dalam bahasa Jepang, dialek disebut -ben (弁), sehingga dikenal
10 Nagoya), dan sebagainya. Selain disebut Kyoto-ben, dialek Kyoto secara khusus
disebut 京言葉Kyo-kotoba.
Berbeda dari bahasa Jepang Standar, dialek-dialek bahasa Jepang menggunakan kosakata, ekspresi, aksen, dan intonasi yang khas daerah tersebut. Berbeda dari dialek Tokyo yang menjadi dasar bahasa Jepang Standar, dialek-dialek bahasa Jepang lainnya sering mendapat pandangan negatif, mulai dari "bahasa orang desa yang tidak berpendidikan", "medok", hingga "bahasa hancur". Ada pula dialek bahasa Jepang yang dinilai "kotor", sedangkan dialek lainnya dianggap "bernilai tinggi".
(http://id.wikipedia.org/wiki/Dialek_bahasa_Jepang.htm)
2.2.1 Dialek Kansai
Dialek Kansai terbagi menjadi 3 dialek yang disesuaikan dengan
nama wilayahnya, yaitu dialek Osaka 大阪弁Osaka-ben, dialek Kyoto京
都弁Kyoto-ben, dan dialek Kobe神戸弁 Kobe-ben.
Ketiga dialek tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, namun penggunaannya telah tercampur-baur karena letak geografisnya berdekatan. Hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi antara penduduk yang tinggal di Osaka, Kyoto, dan Kobe.
11
2.2.2 Dialek Osaka
Osaka-ben masih termasuk dalam Keluarga Dialek Kansai. Orang-orang sering tertukar-tukar dalam menggunakan Kansai-ben dengan Osaka-ben.
Di dalam Dialek Osaka, aksen adalah penting. Hal ini terlihat
misal ya pada: ooki i da maido . Kedua kata itu merupaka kata dalam dialek Osaka ya g arti ya terima kasih . Tapi kata-kata itu bisa
menjadi bukan dialek Osaka bila pengucapannya menggunakan aksen pada Bahasa Jepang Standar. Dalam hal ini, aksen Bahasa Jepang Standar identik dengan aksen orang Tokyo. Dengan kata lain, jika suatu frase Bahasa Jepang Standar diucapkan dengan aksen dialek Osaka, berarti frase tersebut adalah dialek Osaka. Untuk mengucapkan dialek Osaka dengan benar, terlebih dahulu pembicara harus tahu apakah suku kata pertama dari suatu suku kata dimulai dengan nada tinggi atau rendah.
Jika dibandingkan dengan Bahasa Jepang Standar kata-kata dalam Osaka-ben diucapkan secara berbeda, sesuai dengan beberapa
peratura .
1. Kata-kata sering dipendekkan dalam Osaka-ben.
- Kata standar dalam bahasa Jepang: yoku ( く), yang berarti "bagus",
12 - Kata chigau ( う), yang berarti "berbeda" atau "salah", dipendekkan menjadi
chau ( う)
- Kata omoshiroi (面白い), yang berarti "menarik" atau "lucu", dipendekkan
menjadi omoroi ( い)
- Kata soreja ( ), yang berarti "oke, kalau begitu.." atau "sampai jumpa",
dipendekkan menjadi honja (ほん )
2. Bunyi S dalam bahasa jepang standar cenderung diganti dengan bunyi H.
- Kata ikimahen (行 へん) sering dipakai untuk menggantikan ikimasen (行
せん) yang berarti "tidak pergi / tidak akan pergi".
- Ada juga han ( ん) yang dipakai untuk menggantikan san ( ん), sebagai
akhiran pada waktu memanggil nama orang lain secara sopan.
3. Partikel untuk "kata benda" adalah
- ya ( ) dipakai untuk menggantikan da ( ) bentuk bisaa dari desu .
- yanai ( ない) digunakan untuk dewanai/janai ( ない/ ない) yang
merupakan akhiran kalimat nominal negatif.
4. Vokal panjang yang terletak di akhir kata / kalimat bisaanya dipendekkan.
- souda ( う ), "ya, benar", dipendekkan menjadi soya ( ), atau seya (せ
)
13
5. Vokal pendek di akhir kata malah sering dipanjangkan.
- ~te+mi ( ), yang merupakan pola yang berarti "mencoba", menjadi -te+mii
( い)
- te (手), "tangan", berubah menjadi te- (手ー) panjang
- ki (木), "pohon", berubah menjadi ki- (木ー) de ga bu yi i pa ja g
6. Bunyi TSU kecil ( ...) bisaanya berubah menjadi vokal dobel atau disatukan.
- shimatta ( ), yang dipakai untuk menunjukkan keadaan yang tidak
diinginkan, berubah menjadi shimota ( )
- tsukatte (使 ), yang merupakan bentuk -te dari tsukuru, berubah menjadi
vokal panjang dan disatukan menjadi tsukōte ( う / ー )
7. Secara umum, hampir sebagian besar kata dimodifikasi dengan
menghilangkan sebagian bunyinya.
- omoshiroi (面白い) menjadi omoroi ( い), tapi dalam percakapan
sehari-hari diucapkan menjadi omoro- ( ー).
- atsui (暑い), ya g berarti pa as , me jadi atsuu (あ ー)
- kimochi warui (気持 悪い), ya g berarti merasa tidak sehat atau tidak
suka , me jadi kimoi ( い)
2.2.3 Partikel Dalam Dialek Kansai
14 Kansai-ben Bahasa Jepang
Standar Arti
い [kai] [ka] akhiran kalimat tanya informal
い な
[kaina] - akhiran kalimat tanya sindiran
[kate]
[mo], ~ [temo], ( ) え
[(de)sae]
walaupun...
な [gana] なあ hanya sekedar penambah akhiran kalimat
ん [san] い (hanya untuk beberapa kata)
dipakai sebagai partikel pengganti gozaimasu, seperti ohayou-san untuk ohayou gozaimasu
[de] [yo], [zo] partikel akhiran untuk mempertegas kalimat. jarang dipakai oleh wanita
[dekka] [desu ka] akhiran kalimat tanya yang dipendekkan
う
19
BAB IV
PENGGUNAAN DIALEK O“AKA PADA KOMIK YOZAKURA
QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO
4.1 Dialek Osaka Pada Komik Yozakura Quartet Jilid ke-1
Dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama, terdapat beberapa
kosakata dalam dialek Osaka dan wakamono kotoba yang apabila tidak dipelajari terlebih dahulu akan menjadi penghambat dalam proses penterjemahan. Pada komik jilid pertama ini kebanyakan adalah ujaran dan partikel yang digunakan pada akhir kalimat. Sedangkan hanya ada beberapa kosakata wakamono kotoba yang sebenarnya hanya populer di Jepang belasan tahun yang lalu. Berikut adalah beberapa kosakata diluar bahasa Jepang standar terutama dialek Osaka
dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama ya g pe ulis terjemahka :
1. Maido (dialek Osaka)
Kata maido bisaa digunakan oleh orang Osaka sebagai salam secara umum, bisa berarti selamat pagi, siang, atau malam, atau ketika masuk ke dalam rumah. Tetapi dalam beberapa konteks, maido sendiri bisa diartikan sebagai terima kasih.
20
Pada contoh kalimat diatas, selain terdapat contoh kalimat anma, terdapat juga akhiran ~ra yaitu versi dialek Osaka untuk tachi yang menunjukkan subjek jamak. Contoh kata yang digaris bawahai diatas jika diubah kedalam bahasa Jepang standar akan menjadi oretachi yang
berarti kita .
3. Wakaran (wakamono kotoba)
Wakaran dalam bahasa Jepang standar yaitu wakaranai atau
wakarimase ya g berarti saya tidak me gerti dalam bahasa I do esia.
Meskipun terkesan disingkat-singkat tetapi masih dapat dimengerti oleh lawan bicara. Atau jika dalam Osaka-ben dapat juga dikatakan wakarimahen. Wakaran juga dapat juga dikatakan dengan wakannai yang merupakan singkatan dari wakaranai.
4. Shikuyoro (wakamono kotoba)
21
5. Mechakucha (dialek Osaka)
Mechaku ha atau me ha digu aka u tuk me yataka sa gat . Mechakucha sendiri menggambarkan sesuatu yang berantakan, atau menggambarkan situasi yang kacau balau. Sedangkan mecha saja hanya
me yataka sa gat dalam dialek Osaka.
6. Chau (dialek Osaka)
Chau pada dialek Osaka bukan hanya diartikan ~te shimau dalam
bahasa Jepa g sta dar ya g berarti tidak se gaja , tetapi hau dalam
dialek Osaka terdapat beberapa arti. Pertama adalah kependekan dari
higau dalam bahasa Jepa g sta dar ya g berarti salah , buka begitu , atau berbeda . Ya g ke-dua adalah kependekan dari janai yang berarti
buka kah....? atau .... ka ? . Me ge ai kapa kita harus
mengartikannya sebagai ketidak sengajaan, sebagai kesalahan atau meminta persetujuan dari lawan bicara, kita harus melihatnya dari konteks kalimat.
7. Seya/soya (dialek Osaka)
Seya atau juga dikatakan soya adalah salah satu kalimat yang terletak di akhir yang mengalami pemendekkan karena kalimat ini berakhiran vokal. Berasal dari kata soudesu dalam bahasa Jepang standar
22
8. Netonnen (dialek Osaka)
Netonnen dalam bahasa Jepang standar disebut neteiru yang dapat diartikan sedang tertidur.
9. Wa (dialek Osaka)
Kata akhiran ~wa digunakan oleh laki-laki dan perempuan untuk mengakhiri kalimat netral, dalam bahasa Jepang standar ~wa sama dengan yo.
Penggunaan dalam komik:
- Hime : ボロイけ 今回 い 事件 関し ウ
デ 確 わ
- Nenek Junta: あ ジュンタ 探し 来 っ わ
- Akina : 前 っ 駄目 思う わ
10. Na (dialek Osaka)
Akhiran na adalah versi Osaka-ben untuk pengganti ne. Penggunaan dalam komik:
- Akina : 役所宛 っ い しく 町
長さ !
- Kousuke : 報道 そういう風 っ
23
11. Choito/choi (dialek Osaka)
Choito adalah versi dialek Osaka dari bahasa Jepang standar chotto.
Penggunaan dalam komik:
- Rin : い 皆さ !今
- Akina : 面白い う い見 く
12. Ya (dialek Osaka)
Ya adalah pangganti untuk desu/da dalam dialek Osaka. Penggunaan dalam komik:
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam pengerjaan terjemahan ini penulis menyimpulkan bahwa dalam proses penterjemahan, seorang penterjemah harus bisa memahami garis besar cerita dalam komik sehingga dapat menyesuaikan bahasa terjemahan sehingga bahasanya tidak kaku atau tidak tersampaikan maksudnya. Selain itu penterjemah harus pintar-pintar mengalih bahasakan kata ujaran atau perumpamaan bahasa Jepang yang sebenarnya tidak ada dalam bahasa Indonesia tanpa mengubah arti sebenarnya.
Dalam proses penterjemahan, seorang penterjemah komik diharuskan belajar kembali sisi lain dari bahasa Jepang yang jarang atau tidak dipelajari sama
sekali di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi seperti wakamono kotoba atau bahasa anak muda Jepang dan dialek daerah. Mau tidak mau hal tersebut harus
dipelajari oleh penterjemah karena apabila tidak dipelajari, maka proses penterjemahan mungkin akan sedikit terhambat.
5.2 Saran
25 penggunaan bahasa dalam komik sangat jarang menggunakan ragam bahasa formal, tetapi lebih sering menggunakan ragam bahasa sehari-hari dan bahasa anak muda atau wakamono kotoba. Selain itu tidak untuk menerjemahkan satu per-satu kata karena pola kalimat bahasa Jepang sangat berbeda dengan pola kalimat bahasa Indonesia.
Terkadang kita masih sering terhambat karena masih bingung untuk mengartikan sebuah kata atau kalimat atau kosakata yang memang sebenarnya tidak ada dalam bahasa Indonesia. Hal itu bisa menjadi sebuah hambatan dalam pengerjaan terjemahan. Oleh karena itu, terlebih dahulu baca dan pahami
keseluruha isi komik ya g aka diterjemahka . Lalu tidak membahasa
26
DAFTAR PUSTAKA
http://tadotsugakuen.blogspot.com/2007/11/mengenal-dialek-kansaiben-dan-osakaben.html (diuduh tanggal 23 Juli 2010)
http://yasuitori.wordpress.com/2010/07/27/dialek-kansai/ (diuduh tanggal 23 Juli 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Dialek_bahasa_Jepang#Jepang_Barat (diuduh tanggal 23 Juli 2010)