• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pelanggan Salon Di Pringgan Medan Terhadap Kerontokan Rambut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pelanggan Salon Di Pringgan Medan Terhadap Kerontokan Rambut"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

JESSICA PANJAITAN 100100147

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU

PELANGGAN SALON DI PRINGGAN MEDAN

TERHADAP KERONTOKAN RAMBUT

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

JESSICA PANJAITAN 100100147

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pelanggan Salon di Pringgan MedanMengenai Kerontokan Rambut

Nama : Jessica Panjaitan Nim : 100100147

Pembimbing, Penguji ,

dr. Rointan Simanungkalit, SpKK(K)

NIP: 196308201989022001 NIP: 195306081981092001

dr.Tapisari Tambunan, SpPK

NIP: 140349186 dr.Rasyidah, SpA

Medan, Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Kerontokan rambut merupakan masalah yang umum dijumpai, dimana angka kejadian kerontokan rambut lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini diduga berkaitan dengan masalah psikologis pada wanita. Proses penataan rambut yang terlalu sering dapat mengganggu pertumbuhan rambut. Paparan panas yang berasal dari hair dryer dan pelurus rambut dapat melemahkan dan merusak sel-sel pada rambut sehingga rambut menjadi rapuh dan gampang rontok. Selain itu paparan zat-zat kimia yang berasal dari hairspray dapat menganggu siklus aktivitas folikel rambut. Penyebab kerontokan rambut biasanya bersifat multifaktorial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pelanggan salon di Medan terhadap kerontokan rambut. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang pelanggan salon yang ada di Pringgan Medan. yang telah memenuhi kriteria inklusi. Metode pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Pengolahan data telah dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program SPSS kemudian dianalisa.

Dari hasil penelitian, disimpulkan tingkat pengetahuan responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan mengenai kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori kurang yaitu sebesar 54% ; sikap responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan mengenai kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 54% dan perilaku responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan mengenai kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 50%.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pelanggan Salon di Pringgan Medan Terhadap Kerontokan Rambut.

Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti juga mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD. KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Rointan Simanungkalit, SpKK(K), selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

3. dr.Tapisari Tambunan, SpPK, dan dr.Rasyidah, SpA, selaku Dosen Penguji Seminar Proposal dan hasil penelitian yang telah memberi ide dan saran yang membangun untuk karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Staf Akademik FK USU yang telah memberikan ilmu dan bantuan selama menuntut ilmu di FK USU.

5. Orang tua peneliti yang tercinta, DR.dr.Blondina Marpaung, SpPD,KR dan Ir.Surung Panjaitan, yang telah memberi semangat kepada peneliti sepanjang pelaksanaan penelitian peneliti.

(6)

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, 11 Januari 2014 Peneliti

Jessica

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

2.3 Epidemiologi Rambut Rontok ... 5

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut ... 5

2.4.1 Keadaan fisiologik ... 5

2.4.2 Keadaan Patologik ... 6

2.5 Patogenesis ... 8

2.6 Klasifikasi dan Diagnosis Kerontokan Rambut ... 8

2.7 Pemeriksaan Penunjang ... 9

2.8 Penatalaksanaan Rambut Rontok ... 11

2.9 Tingkat Pengetahuan ... 11

2.9.1 Definisi Tingkat Pengetahuan ... 11

2.9.2 Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif . 11 2.9.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 12

2.10. Sikap ... 13

2.11.2 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . 16 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.2.1 Lokasi penelitian ... 18

4.2.2 Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel ... 18

4.3.1. Populasi ... 18

4.3.2. Sampel ... 18

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5 Pengolahan Data ... 19

4.6 Metode Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1 Hasil Penelitian ... 20

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2 Karakteristik Responden ... 20

5.1.3 Hasil Data Penelitian ... 21

5.1.3.1Tingkat Pengetahuan ... 21

5.1.3.2Sikap ... 24

5.1.3.3Perilaku ... 27

5.2 Pembahasan ... 30

5.2.1 Tingkat Pengetahuan ... 30

5.2.2 Sikap ... 31

5.2.3 Perilaku ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran ... 33

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 20 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 21 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 21 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden ... 21 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

terhadap Kerontokan Rambut berdasarkan Umur ... 22 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

terhadap Kerontokan Rambut berdasarkan Jenis Kelamin ... 23 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

terhadap Kerontokan Rambut berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 24 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden ... 24 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap

Kerontokan Rambut berdasarkan Umur... 25 Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap

Kerontokan Rambut berdasarkan Jenis Kelamin ... 26 Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap

Kerontokan Rambut berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 26 Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Perilaku Responden ... 27 Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden terhadap

Kerontokan Rambut berdasarkan Umur... 28 Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden terhadap

Kerontokan Rambut berdasarkan Jenis Kelamin ... 28 Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden terhadap

Kerontokan Rambut berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner

(11)

ABSTRAK

Kerontokan rambut merupakan masalah yang umum dijumpai, dimana angka kejadian kerontokan rambut lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini diduga berkaitan dengan masalah psikologis pada wanita. Proses penataan rambut yang terlalu sering dapat mengganggu pertumbuhan rambut. Paparan panas yang berasal dari hair dryer dan pelurus rambut dapat melemahkan dan merusak sel-sel pada rambut sehingga rambut menjadi rapuh dan gampang rontok. Selain itu paparan zat-zat kimia yang berasal dari hairspray dapat menganggu siklus aktivitas folikel rambut. Penyebab kerontokan rambut biasanya bersifat multifaktorial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pelanggan salon di Medan terhadap kerontokan rambut. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang pelanggan salon yang ada di Pringgan Medan. yang telah memenuhi kriteria inklusi. Metode pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Pengolahan data telah dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program SPSS kemudian dianalisa.

Dari hasil penelitian, disimpulkan tingkat pengetahuan responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan mengenai kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori kurang yaitu sebesar 54% ; sikap responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan mengenai kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 54% dan perilaku responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan mengenai kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 50%.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan kulit. Dalam pertumbuhannya rambut dipengaruhi oleh faktor fisiologik seperti; hormon, metabolisme, nutrisi, vaskularisasi dan faktor patologik seperti; peradangan sitemik ataupun setempat dan obat-obatan (Soepardiman, 2009). Rambut juga dapat mengalami abnormalitas seperti organ-organ lainnya. Abnormalitas tersebut dapat berupa kerontokan rambut ataupun pertumbuhan yang berlebihan pada rambut (Lavker et al, 2003).

Kerontokan rambut merupakan masalah yang umum dijumpai, dimana angka kejadian kerontokan rambut lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini diduga berkaitan dengan masalah psikologis pada wanita. Kerontokan rambut pada wanita dialami sebanyak 65% dengan derajat keparahan meningkat sesuai usia. Kerontokan rambut pada pria bergantung pada umur yaitu 31% terjadi pada usia 40-55 tahun hingga 53% pada usia 65-69 tahun. Kerontokan rambut tipe lainnya belum diketahui secara pasti prevalensinya (Sinclair and yazdabadi, 2009)

Proses penataan rambut yang terlalu sering dapat mengganggu pertumbuhan rambut. Paparan panas yang berasal dari hair dryer dan pelurus rambut dapat melemahkan dan merusak sel-sel pada rambut sehingga rambut menjadi rapuh dan gampang rontok. Selain itu paparan zat-zat kimia yang berasal dari hairspray dapat mengganggu siklus aktivitas folikel rambut. Penyebab kerontokan rambut biasanya bersifat multifaktorial.

(13)

aliran oksigen ke rambut akan berkurang. Di Indonesia, tidak sulit mencari para pelanggan salon apalagi di kota besar seperti Medan. Apabila kita amati maka di sepanjang jalan besar akan tampak salon kecantikan yang mewah ataupun sederhana. Pengetahuan mereka tentang kerontokan rambut dapat mempengaruhi sikap dan tindakan mereka terhadap masalah rambut yang sering terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian bagaimana pengetahuan, perilaku dan sikap para pelanggan salon terhadap kerontokan rambut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap pelanggan salon di Pringgan Medan terhadap masalah Kerontokan Rambut.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap pelanggan salon di Pringgan Medan terhadap masalah kerontokan rambut.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan pelanggan salon mengenai kerontokan rambut di beberapa salon di Pringan Medan.

b. Mengetahui perilaku pelanggan salon mengenai kerontokan rambut di beberapa salon di Pringan Medan.

c. Mengetahui sikap pelanggan salon mengenai kerontokan rambut di beberapa salon di Pringan Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

(14)

2. Menambah pengetahuan yang berhubungan tentang faktor yang dapat menyebabkan Kerontokan Rambut.

(15)

2.1Siklus Aktivitas Folikel Rambut

Sejak terbentuk, folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang dan mengalami fase istirahat. Siklus pertumbuhan rambut yang normal adalah sebagai berikut : (Lavker et al, 2003)

1. Fase Anagen

Fase anagen terbagi menjadi 6 subfase, dimana subfase 1-5 disebut proanagen. Subfase ke 6 metanagen, didefinisikan sebagai munculnya batang rambut diatas permukaan kulit. Umumnya fase anagen merupakan fase dimana sel-sel matriks membentuk sel baru dan mendorong sel yang lebih tua ke atas. Fase ini biasanya berlangsung 2 – 6 tahun.

2. Fase Katagen

Pada fase ini terjadi perubahan morfologi dan molekular dengan karakteristik apoptosis. Pada awal fase ini, rambut akan mengalami penipisan dan terbentuk jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut akan menyempit dan bagian bawahnya akan melebar sehingga tampak seperti gada (club). Fase ini berlangsung selama 2-3 minggu

3. Fase telogen

Pada fase ini, rambut memiliki bentuk seperti gada dan terjadi pemendekan epitel serta terbentuk tunas baru yang akan mendorong rambut lama keluar. fase anagen biasanya berlangsung cukup lama, sedangkan fase katagen hanya sekitar 2 minggu dan fase telogen berlangsung selama 1 – 3 bulan.

2.2Definisi Rambut Rontok

(16)

2.3Epidemiologi Rambut Rontok

Kerontokan rambut merupakan hal yang sering dijumpai dan dikeluhkan, terutama oleh wanita hal ini mungkin disebabkan oleh efek morbiditas psikologis yang lebih dirasakan wanita daripada pria. (Sinclair and Yazdababdi, 2009)

Terdapat berbagai tipe kerontokan rambut, pada wanita yang paling sering dijumpai adalah kerontokan rambut tipe wanita dan telogen effluvium. Pada kerontokan rambut tipe wanita, dijumpai hampir 65% wanita di Australia mengalami hal ini yang bertambah berat seiring usia. 10% dari keseluruhan kasus yang dialami merupakan kasus yang sedang-berat. Usia timbulnya kerontokan rambut tipe ini bervariasi mulai dari 10 hingga 70 tahun. Pada laki-laki, yang sering dialami adalah kerontokan rambut tipe lelaki dengan prevalensi yang meningkat seiring usia dimana hal ini terjadi sebanyak 31% pada usia 40-55 tahun dan 53% pada usia 65-69 tahun. (Sinclair and Yazdababdi, 2009)

TE sering dijumpai pada kedua jenis kelamin, akan tetapi insidensi sebenarnya dari TE belum memiliki dokumentasi yang baik dikarenakan gejala yang tidak begitu jelas, terutama pada kasus sub klinis. Akan tetapi, wanita merupakan populasi terbesar yang mencari pengobatan pada kasus ini. (Sinclair and Yazdababdi, 2009)

2.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut

2.4.1 Keadaan fisiologik

1. Hormon

Salah satu penyebab kerontokan adalah gangguan hormonal terutama menyebabkan telogen effluvium. Keadaan ini bisanya dijumpai pada wanita hamil, baru melahirkan dan menopause. Pada wanita hamil terjadi peningkatan estrogen dalam jumlah besar akan tetapi setelah melahirkan akan timbul penurunan estrogen secara tiba sehingga banyak folikel rambut yang tiba-tiba memasuki fase telogen hal yang sama juga dapat dijumpai pada keadaan menopause. (American Hair Loss Association, 2010).

(17)

alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut dan memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. (Soepardiman, 2009).

2. Nutrisi

Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori. Kekurangan vitamin B12, asam folat dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut (Soepardiman, 2009). Gangguan nutrisi yang menyebabkan kerontokan rambut tersering adalah defisiensi zink dan zat besi. (Harrison and Bergfeld, 2009).

Defisiensi nutrisi memiliki peran dalam kerontokan rambut melalui melemahnya batang rambut sehingga terjadi kerusakan rambut dan melambatnya pertumbuhan rambut kembali. (Hamed, et al. 2010)

3. Vaskularisasi

Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, namun bukan merupakan penyebab primer dari gangguan pertumbuhan rambut. Gangguan dari vaskularisasi akan menyebabkan melemahnya batang rambut. Vaskularisasi yang baik akan menghantar kan oksigen ke rambut, untuk itu diperlukan juga Hb untuk mengikat oksigen tersebut. (Hamed, et al. 2010) 4. Metabolisme dan penyebab lain

Gangguan pada metabolism seperti pada DM, diet yang tiba-tiba dapat menyebbakan folikel rambut mengalami gangguan dalam siklusnya dan menyebabkan sebagian rambut memasuki fase telogen. (American Hair Loss Association, 2010)

2.4.2 Keadaan Patologik

Keadaan patologik yang mempengaruhi kerontokan rambut berupa peradangan sistemik dan setempat serta obat-obatan.

1. Obat-obatan

(18)

Beberapa obat- obat yang dapat menyebabkan kerontokan rambut: (Trueb, 2008)

a. Anti koagulan, seperti heparin dan warfarin akan menggangu vaskularisasi di folikel rambut yang akan mengganggu pertumbuhan rambut.

b. Agen penurun lemak, fibrat dan statin akan menghambat sintesis kolestrol dimana kolesterol diperlukan untuk memperkuat rambut.

c. ACE-inhibotor, akan menciptakan suatu kompleks dari zinc sehingga zinc tidak dapat berfungsi untuk rambut

d. Thyrostatic (PTU dan L-thyroxin), agen-agen untuk hipertiroid/hiptiroid, dapat mengganggu proses-proses metabolism tiroid yang normal yang akan mengganggu pertumbuhan rambut.

e. Obat-obatan androgen akan meningkatkan kadar hormone androgen dalam tubuh. Hormone ini kemudian akan dimetabolisme dimana metabolitnya akan menghambat pertumbuhan rambut.

f. Obat-obatan lain yang dapat menyebabkan kerontokan rambut; adalah obat-obatan golongan beta blocker, NSAID, anti depresan anti epilepsy, akan tetapi mekanismenya masih belum diketahui dengan pasti.

2. Kondisi Medis a. Stres fisologis

Jenis stress fisiologis yang paling sering menyebabkan telogen effluvium adalah penyakit-penyakit akut/inflamasi akut terutama demam. Demam dan inflamasi akan menyebbakan sitokin dan pirogen di sirkulasi menyerang keratinosit di folikel rambut sehingga terjadi apoptosis dan terjadinya kerontokan rambut. (Trueb, 2008)

b. Stres emosional

(19)

3. Paparan Zat Kimia

Proses pelurusan rambut ataupun pengecatan rambut yang menggunakan bahan-bahan kimia dapat mengganggu proses pertumbuhan folikel rambut. Selain itu hair spray yang digunakan pada proses penataan rambut juga dapat merusak siklus pertumbuhan rambut.

2.5Patogenesis

Kerontokan fisiologis dari beberapa rambut pada telogen dari kepala merupakan hal yang alami dan merupakan bagian dari siklus rambut yang normal. Folikel rambut biasanya mempertahankan rambut telogen hingga folikel memasuki fase anagen, dimana rambut anagen tersebut akan mendorong rambut telogen dan terjadi kerontokan fisiologis yang tidak akan menyebabkan kebotakan. Telogen effluvium timbul bila sejumlah besar rambut anagen terpicu untuk berhenti tumbuh dan langsung memasuki fase katagen kemudian telogen. Kerontokan rambut yang luas akan terjadi 2-3 bulan setelah kejadian tersebut. Akibat kerontokan tersebut, akan timbul kebotakan sementara yang akan sembuh kembali jika tidak terjadi paparan yang berulang terhadap pemicu tersebut. (Sinclair, 2000)

Telogen gravidarum adalah nama yang diberikan pada TE yang terjadi setelah melahirkan. Hal ini dapat terjadi karena tingginya kadar estrogen dalam sirkulasi akan memperpanjang fase anagen dan menghasilkan banyak rambut anagen. Setelah melahirkan terjadi penurunan tiba-tiba kadar hormone ini dan menyebabkan rambut-rambut anagen memasuki fase katagen kemudian ke telogen sehingga akhirnya mengalami kerontokan . Penyebab TE kronik tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga keadaan ini diakibatkan oleh pemendekan fase anagen biasanya hingga 50%., akan tetapi belum ada penelitian mengenai hal tersebut (Sinclair, 2000).

2.6Klasifikasi dan Diagnosis Kerontokan Rambut

(20)

eritomatosus) ataupun nonscarring (tinea kapitis, alopesia areata, trikotilomania). Kerontokan rambut tipe difus disebabkan oleh telogen effluvium, anagen effluvium dan kerontokan rambut tipe laki-laki (male pattern hair loss) dan tipe perempuan (female pattern hair loss) (Mounsay dan Reed, 2009)

1. Telogen Effluvium

Telogen effluvium timbul ketika adanya peningkatan jumlah rambut yang memasuki fase telogen (istirahat) pada siklus rambut. Dimana rambut-rambut ini akan gugur 3 bulan kemudian. Biasanya lebih kiurang 100 rambut gugur setiap harinya, akan tetapi jumlah rambut yang gugur akan lebih meningkat pada keadaan ini, sehingga 30-50% rambut akan gugur. Telogen effluvium dapat ditimbulkan oleh penykit kronis, trauma, infeksi, stress psikologis, keadaan diet berat, anemia dan defisiensi besi, serta vitamin lainnya (Mounsay dan Reed, 2009)

Gejala dari telogen effluvium akut dan kronis adalah meningkatnya jumlah rambut yang rontok dimana pasien biasanya mengeluhkan rambut terasa lebih tipis dan semakin meningkatnya jumlah rambut yang rontok. Pada telogen effluvium yang aktif, tes tarik rambut menyebakan setidaknya 4 helai rambut rontok setiap kali ditarik. Pada penarikan paksa lebih kurang 20 helai rambut akan tertarik yang sebagian besar merupakan rambut telogen. Jika didapati lebih dari 25% rambut yang tertarik merupakan rambut fase telogen, maka diagnosis telogen effluvium bisa ditegakkan (Huges, 2012).

2. Anagen effluvium

Anagen effluvium merupakan kehilangan rambut hingga 90% dari keseluruhan rambut tubuh. Dimana hal ini dapat disebabkan oleh paparan terhadap zat-zat kimiawi yang beracun dan kemoterapi (Schwartz, 2012)

2.7Pemeriksaan Penunjang

2.7.1 Tes Tarik Rambut

(21)

dihitung dan diperiksa secara mikroskopik. Normalnya dijumpai kurang dari tiga rambut telogen yang rontok pada setiap tarikannya. Jika dijumpai 4-6 rambut, maka tes tarik rambut ini dikatakan positif dan mengarah kepada effluvium telogen. (Levinbook, 2012)

2.7.2 Hitung Rambut Harian

Tes ini dapat dilakukan oleh pasien untuk menilai kerontokan rambut ketika tes tarik rambut memberikan hasil negatif. Kerontokan rambut saat menyisir rambut dan mandi di pagi hari dikumpulkan di sebuah plastik transparan selama 14 hari. Jumlah rambut pada setiap plastik kemudian dicatat. Jumlah rambut rontok lebih dari 100 helai merupakan jumlah abnormal kecuali diakibatkan oleh shampoo. Kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis. (Levinbook, 2012)

2.7.3 Tes Cabut Rambut

Tes ini dilakukan dengan mencabut sekitar 50 rambut satu persatu hingga ke akar. Akar rambut yang dicabut tersebut kemudian di periksa di mikroskop untuk menetukan fase pertumbuhan dan menemukan adanya defek di fase telogen, anagen atau pun penyakit sistemik. Rambut anagen tampak memeilki selubung pada akarnya sedangkan rambut telogen tidak. Normalnya 85-90% rambut berada pada fase anagen, 10-15% pada fase telogen dan <1% pada fase katagen. Telogen effluvium akan tampak dari meningkatnya persentase rambut telogen pada pemeriksaan mikroskopis (biasanya >20%), dimana anagen effluvium menunjukkan penurunan rambut fase telogen serta meningkatnya jumlah rambut yang rusak. (Levinbook, 2012)

2.7.4 Biopsy Kulit Kepala

(22)

mengalami kebotakan. Dapat juga dilakukan kultur bakteri atau jamur. Pemeriksaan imunofluoresensi juga dapat mengenali SLE, likenplanus dan Sitemik sklerosis. (Levinbook, 2012)

2.8Penatalaksanaan Rambut Rontok

Aspek terpenting dalam penanganan telogen effluvium adalah dengan edukasi pasien mengenai riwayat alamiah kondisi ini. Selain itu juga sebaiknya dijelaskan mengenai siklus hidup rambut serta hubungan dari pencetus yang dapat menyebabkan kerontokan rambut tersebut. (Harrison and Bergfeld, 2009)

Belum ada pengobatan spesifik untuk telogen effluvium, tetapi pemakaian perangsang pertumbuhan rambut Minoxidil (Regrav) 2% dan 5% pada kulit kepala satu kali sehari dapat bermanfaat pada telogen effluvium kronis. Pada laki-laki, terapi farmakologis dengan menggunakan minixidil topical 2% atau 5% dan finasteride oral. (Harrison and Bergfeld, 2009)

Kerontokan rambut tipe anagen biasanya ditangani dengan observasi dan dukungan moral, karena penyebabnya telah diketahui sebelumnya. Jika tidak ada penyebab kerontokan rambut iartogenik, maka penyebab lain seperti alopesia areata dan keracunan metal dapat diinvestigasi sehingga bisa ditangani lebih lanjut. (Harrison and Bergfeld, 2009)

Agen anti androgen (termasuk di dalamnya spironolakton, cypro asetat, flutam serta 5 alfa reduktase inhibitor finasterid) dapat digunakan untuk kerontokan rambut tipe wanita, tetapi beberapa negara tidak memakai obat ini. Pada suatu penelitian dibandingkan pemberian cypro astetat dan spironolakton pada kerontokan rambut tipe wanita, dijumpai hasil >80% wanita mengalami pertumbuhan rambut kembali atau stabilisasi dari penyakit. (Shapiro, 2007)

2.9 Tingkat Pengetahuan

2.9.1 Definisi Tingkat Pengetahuan

(23)

2.9.2 Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : a. Tahu

Suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Paham

Diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

e. Sintesis 


Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.9.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

(24)

b. Pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah. c. Keyakinan

Diperoleh secara turun-menurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televise, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Kebudayaan

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.10.Sikap

2.10.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. (Notoatmodjo, 2003).

2.10.2 Komponen Sikap

a. Kognitif (cognitive)

(25)

b. Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.

c. Kognitif (cognitive)

Komponen kognitif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi. (Notoatmodjo, 1997).

2.10.3 Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari: a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.11 Perilaku

2.11.1 Definisi Perilaku

(26)

2.11.2 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Perubahan alamiah

Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam yang terjadi. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan terencana

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

c. Kesediaan untuk berubah

(27)

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Definisi

a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. (Notoatmodjo, 2003).

b. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).

c. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.

d. Kerontokan rambut merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 100 helai per hari (Soepardiman, 2009).

e. Pelanggan salon adalah sekumpulan orang yang sedang berada di salon untuk mendapatkan perawatan salon.

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

(28)

2. Alat ukur

Alat ukur mengunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap dermatitis kontak iritan serta 3 pilihan jawaban. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan menggunakan skala yaitu:

- Jawaban yang benar diberi nilai 1 - Jawaban yang salah diberi nilai 0

3. Cara ukur Cara ukur dengan menghitung jawaban responden pada kuesioner yang diedarkan.

a. Tingkat Pengetahuan Baik : Skor 9-10 Cukup : Skor 7-8 Kurang : Skor <7 b. Sikap

Baik : Skor 4 Cukup : Skor 2-3 Kurang : Skor <2 c. Perilaku

Baik : Skor 5 Cukup : Skor 3-4 Kurang : Skor <3

(29)

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pendekatan, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat/point time approach.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa salon yang ada di Pringgan Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang berada di Pringgan Medan sebanyak 50 responden.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah pelanggan salon yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1. Pelanggan salon di Pringgan Medan.

2. Bersedia menjadi subjek penelitian.

Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

(30)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pelanggan salon di Pringgan Medan terhadap kerontokan rambut. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent. Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Lembar kuesioner diisi oleh masing-masing responden dengan waktu 15 menit.

4.7Pengolahan Data

a. Editing : Editing yang dilakukan untuk memeriksakan ketepatan dan kelengkapan. data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancara ulang responden.

b. Coding : Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

c. Entri: Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam program komputer dengan menggunakan software SPSS.

d. Cleaning data: Pemeriksaan semua data yang telah dimasukan kedalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. e. Saving: Penyimpanan data untuk siap dianalisa.

4.8Analisa Data

(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Dibawah ini disajikan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pelanggan salon di Pringgan Medan mengenai kerontokan rambut.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Data yang terkumpul dari penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner pada 50 responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pelanggan salon di Pringgan Medan mengenai kerontokan rambut.

5.1.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang berada di Pringgan Medan sebanyak 50 responden. Mereka yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi yang diperlukan. Berikut adalah tabel-tabel yang mendeskripsikan responden dalam penelitian ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi %

1 20-30 Tahun 11 22,0

2 31-40 Tahun 24 48,0

3 41-50 Tahun 15 30,0

Total 50 100%

(32)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 10 20.0

2 Perempuan 40 80.0

Total 50 100.0

Dari tabel 5.2 diketahui bahwa mayoritas responden jenis kelamin perempuan sebanyak 40 responden (80%) dan minoritas responden laki-laki sebanyak 10 responden (20%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi %

1 S1 26 52.0

2 S2 20 40.0

3 S3 4 8.0

Total 50 100%

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berpendidikan S1 sebanyak 26 responden (52%) diikuti pendidikan S2 sebanyak 20 responden (40%) dan minoritas responden dengan pendidikan S3 sebanyak 4 responden (8%).

5.1.3 Hasil Data Penelitian

5.1.3.1Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 9 18.0

2 Cukup 14 28.0

3 Kurang 27 54.0

(33)

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden mayoritas kategori kurang sebanyak 27 responden (54%), diikuti kategori cukup sebanyak 14 responden (28%) dan minoritas responden dengan kategori baik sebanyak 9 responden (18%).

5.1.3.1.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden mengenai

kerontokan Rambut berdasarkan Umur

Distribusi frekuensi responden tingkat pengetahuan mengenai kerontokan rambut berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

mengenai kerontokan Rambut berdasarkan Umur

No Usia

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

1 20-30 Tahun 4 36,4 4 36,4 3 27,3 11 100% 2 31-40 Tahun 1 4,2 8 33,3 15 62,5 24 100% 3 41-50 Tahun 4 26,7 2 13,3 9 60 15 100%

Total 9 18% 14 28% 27 54% 50 100%

Dari tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa responden pada usia 20-30 tahun berpengetahuan baik dan cukup masing-masing sebanyak 4 responden (36,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 3 responden (27,3%).

Responden dengan usia 31-40 tahun dengan pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (62,5%) diikuti responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (33,3%) dan pengetahuan baik sebanyak 1 responden (4,2%).

(34)

5.1.3.1.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden mengenai

kerontokan Rambut berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden mengenai kerontokan rambut berdasarkan jenis kelamindapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

mengenai kerontokan Rambut berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

1 Laki-Laki 1 10% 4 40% 5 50% 10 100%

2 Perempuan 8 20% 10 25% 22 55% 40 100%

Total 9 18% 14 28% 27 54% 50 100%

Dari tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa responden laki-laki dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (50%) diikuti responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 4 responden (40%) dan pengetahuan baik sebanyak 1 responden (10%).

Responden perempuan dengan pengetahuan kurang sebanyak 22 responden (55%) diikuti responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (25%) dan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (20%).

5.1.3.1.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden mengenai

kerontokan Rambut berdasarkan Tingkat Pendidikan

(35)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

mengenai kerontokan Rambut berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Dari tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa responden tingkat pendidikan S1 dengan pengetahuan kurang sebanyak 18 responden (69,2%) diikuti responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (23,1%) dan pengetahuan baik sebanyak 2 responden (7,7%).

Responden tingkat pendidikan S2 dengan pengetahuan baik dan cukup masing-masing sebanyak 7 responden (35%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (30%).

Responden tingkat pendidikan S3 dengan pengetahuan kurang sebanyak 3 responden (75%) dan pengetahuan cukup sebanyak 1 responden (25%).

5.1.3.2Sikap

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden

No Sikap Frekuensi %

1 Baik 18 36.0

2 Cukup 27 54.0

3 Kurang 5 10.0

Total 50 100%

(36)

5.1.3.2.1 Distribusi Frekuensi Sikap Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Umur

Distribusi frekuensi sikap responden mengenai kerontokan rambut berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini:

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Sikap Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Umur

No Usia

Sikap

Total

Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

1 20-30 Tahun 5 45,5 5 45,5 1 9,1 11 100% 2 31-40 Tahun 8 33,3 13 54,2 3 12,5 24 100% 3 41-50 Tahun 5 33,3 9 60,0 1 6,7 15 100%

Total 18 36% 27 54% 5 10% 50 100%

Dari tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa responden pada usia 20-30 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 5 responden (45,5%) diikuti responden dengan pengetahuan baik sebanyak 4 responden (36,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 2 responden (18,2%).

Responden usia 31-40 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 12 responden (50%) diikuti responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (37,5%) dan pengetahuan baik sebanyak 3 responden (12,5%).

Responden usia 41-50 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (53,3%) diikuti responden dengan pengetahuan baik sebanyak 4 responden (26,7%) dan pengetahuan cukup sebanyak 3 responden (20%).

5.1.3.2.2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Jenis Kelamin

(37)

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Sikap Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin

Dari tabel 5.10 diatas dapat diketahui bahwa responden laki-laki dengan pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (60%) diikuti responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 3 responden (30%) dan pengetahuan baik sebanyak 1 responden (10%).

Responden perempuan dengan pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (47,5%) diikuti responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 11 responden (27,5%) dan pengetahuan baik sebanyak 10 responden (25%).

5.1.3.2.3 Distribusi Frekuensi Sikap Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi frekuensi sikap responden mengenai kerontokan rambut berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini:

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan

(38)

Dari tabel 5.11 diatas dapat diketahui bahwa responden tingkat pendidikan S1 dengan pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (53,8%) diikuti responden dengan pengetahuan baik dan kurang masing-masing sebanyak 6 responden (23,1%).

Responden tingkat pendidikan S2 dengan pengetahuan cukup sebanyak 9 responden (45%) diikuti responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 7 responden (35%) dan pengetahuan baik sebanyak 4 responden (20%).

Responden tingkat pendidikan S3 dengan pengetahuan cukup sebanyak 2 responden (50%) dan pengetahuan baik dan kurang masing-masing sebanyak 1 responden (25%).

5.1.3.3Perilaku

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Perilaku Responden

No Perilaku Frekuensi %

1 Baik 5 10.0

2 Cukup 25 50.0

3 Kurang 20 40.0

Total 50 100%

Dari tabel 5.12 diketahui perilaku responden mayoritas kategori cukup sebanyak 25 responden (50%), diikuti kategori kurang sebanyak 20 responden (40%) dan minoritas perilaku responden kategori baik sebanyak 5 responden (10%).

5.1.3.3.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Umur

(39)

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden mengenai

kerontokan Rambut berdasarkan Umur

No Usia

Dari tabel 5.13 diatas dapat diketahui bahwa responden pada usia 20-30 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (54,5%) dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (45,5%).

Responden usia 31-40 tahun dengan pengetahuan cukup sebanyak 12 responden (50%) diikuti responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (33,3%) dan pengetahuan baik sebanyak 4 responden (16,7%).

Responden usia 41-50 tahun dengan pengetahuan cukup dan kurang masing-masing sebanyak 7 responden (46,7%) dan responden dengan pengetahuan baik sebanyak 1 responden (6,7%).

5.1.3.3.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi perilaku responden mengenai kerontokan rambut berdasarkan jenis kelamindapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini:

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden mengenai

kerontokan Rambut berdasarkan Jenis Kelamin

(40)

Dari tabel 5.14 diatas dapat diketahui bahwa responden laki-laki dengan pengetahuan cukup sebanyak 7 responden (60%) dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 3 responden (10%).

Responden perempuan dengan pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (45%) diikuti responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 17 responden (42,5%) dan pengetahuan baik sebanyak 5 responden (12,5%).

5.1.3.3.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden mengenai kerontokan

Rambut berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi frekuensi perilaku responden mengenai kerontokan rambut berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini:

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden mengenai

kerontokan Rambut berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan

Perilaku

Dari tabel 5.15 diatas dapat diketahui bahwa responden tingkat pendidikan S1 dengan pengetahuan cukup sebanyak 12 responden (46,2%) diikuti responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (38,5%) dan pengetahuan baik sebanyak 4 responden (15,4%).

Responden tingkat pendidikan S2 dengan pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (50%) diikuti responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (45%) dan pengetahuan baik sebanyak 1 responden (5%).

(41)

5.2Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan

Dari hasil analisis data diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan masih tergolong kurang. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar responden pelanggan salon tidak mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerontokan pada rambut. Responden kurang mengetahui proses penataan rambut yang terlalu sering dapat mengganggu pertumbuhan rambut. Paparan panas yang berasal dari hair dryer dan pelurus rambut dapat melemahkan dan merusak sel-sel pada rambut sehingga rambut menjadi rapuh dan gampang rontok. Selain itu responden juga kurang mengetahui paparan zat-zat kimia yang berasal dari hairspray dapat mengganggu siklus aktivitas folikel rambut. Rambut membutuhkan nutrisi sebagai salah satu faktor penting dalam pertumbuhan rambut.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia, didapatkan bahwa persentase responden terbesar dengan tingkat pengetahuan kurang terdapat pada responden kelompok usia 31-40 tahun dengan persentase sebesar 62,5% sedangkan persentase terendah dengan tingkat pengetahuan baik terdapat pada kelompok usia yang sama dengan persentase sebesar 4,2%.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa persentase responden terbesar dengan tingkat pengetahuan kurang terdapat pada responden perempuan dengan persentase sebesar 55% sedangkan persentase terendah dengan tingkat pengetahuan baik terdapat pada responden laki-laki sebesar 10%.

(42)

5.2.2 Sikap

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji sikap responden berdasarkan kelompok usia, didapatkan bahwa persentase responden terbesar dengan sikap cukup terdapat pada responden kelompok usia 31-40 tahun dengan persentase sebesar 50% sedangkan persentase terendah dengan sikap kurang terdapat pada kelompok usia 20-30 tahun dengan persentase sebesar 18,2%.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji sikap responden berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa persentase responden terbesar dengan sikap cukup terdapat pada responden perempuan dengan persentase sebesar 47,5% sedangkan persentase terendah dengan sikap baik terdapat pada responden laki-laki sebesar 10%.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji sikap responden berdasarkan pendidikan, didapatkan bahwa persentase responden terbesar dengan sikap cukup terdapat pada responden dengan pendidikan S1 sebesar 53,8% sedangkan persentase terendah dengan sikap kurang terdapat pada responden dengan pendidikan S3 sebesar 25%.

(43)

5.2.3 Perilaku

Dari hasil analisis data diketahui bahwa perilaku responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan sudah tergolong cukup. Penelitian ini memperlihatkan perilaku responden pelanggan salon dalam mencegah kerontokan pada rambut dengan cara menjaga kebersihan rambut, menggunakan produk perawatan rambut yang sesuai dengan jenis rambut responden, dan melakukan pencucian rambut di salon.

Hal ini sesuai dengan penelitian Med Maya (2013) yang mengatakan rambut berjatuhan setiap hari menjadi hal normal, normalnya <100 helai per hari. Jadi tidak perlu khawatir rambut akan habis dan botak. Sebelum bertindak ada baiknya mencari tahu penyebabnya, agar tidak salah ambil tindakan.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji perilaku responden berdasarkan kelompok usia, didapatkan bahwa persentase responden terbesar dengan perilaku cukup terdapat pada responden kelompok usia 31-40 tahun dengan persentase sebesar 50% sedangkan persentase terendah dengan perilaku baik terdapat pada kelompok usia 41-50 tahun dengan persentase sebesar 6,7%.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji perilaku responden berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa persentase responden terbesar dengan perilaku cukup terdapat pada responden perempuan dengan persentase sebesar 45% sedangkan persentase terendah dengan perilaku kurang terdapat pada responden laki-laki sebesar 30%.

(44)

6.1Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diambil kesimpulan:

1. Tingkat pengetahuan responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di Pringgan Medan tentang kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori kurang yaitu sebesar 54%.

2. Sikap responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di di Pringgan Medan tentang kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 54%

3. Perilaku responden pelanggan salon yang menggunakan jasa salon yang ada di di Pringgan Medan tentang kerontokan rambut mayoritas berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 50%.

6.2Saran

1. Diharapkan para ahli kesehatan di bidang penyakit kulit lebih meningkatkan penyuluhan tentang kesehatan pada rambut.

2. Para petugas yang bekerja di salon diberi pengetahuan tentang kesehatan, perawatan dan penataan rambut untuk mencegah kerontokan pada rambut. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam

(45)

April ]

Duwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution) : Untuk Analisis Data dan Uji Statistik, Bagi Mahasiswa dan Umum, Media Kom, Yogyakarta, 2009.

Esfandiari, A., Kalantari, K., R., Babaei, A., 2012. Hair Loss Diagnosis Using Artificial Neural Networks. International Journal Computer Science Issues 9 (2) ; 174-180

Finner, A., M., 2013. Nutrition and Hair. Dermatologic Clinic. Volume 31 Grimes, M., 2010. Nutritional Supplement Prevent Hair Loss:

Vitamin C, Lysine, Omega 3. Available from;

Hamed, et al., 2010. Role of Some Trace Elements in tne Pathogenesis of Telogen effluvium in Egyption Females. J Egypt Women Dermatol Soc. 7 ; 44-48 Harrison, S., Bergfeld, W., 2009. Diffuse Hair Loss Its Triggers and Management.

Cleveland Clinic Journal of Medicine 76 (6) : 361-367

Hughes, E., C., W., 2012. Telogen Effluvium. Available from :

Lavker, R., M., Bertolino, A., P., Sun, T., T., 2003. Biology of Hair Follicles. In: Freedberg, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine ed 6. McGraw-hill

Levinbook, W., S., 2012. Hair Disorders

Maya Suryadjaja Dr.Med.DCS, MS, SpGK, Mengenal Kerontokan Rambut, Sehatku : Sehat Indonesiaku. 2013, diakses 2 Januari 2013

http://sehatkufreemagazine.wordpress.com/2013/01/02/mengenal-kerontokan-rambut/

(46)

Mounsey, A., L., Reed, S., W., 2009. Diagnosing and Treating Hair Loss. America Family Physician. 80 (4) ; 356-361

Schwartz, R., A., 2012. Anagen Effluvium. Available from : [Accessed 10 April 2013]

Shapiro, J., 2007. Hair Loss in Women. The New England Journal of Medicine.

357(16) ; 1620-1630

Sinclair, R., D., 2000. A Discussion on Acute and Chronic telogen Effluvium,

Telogen Gravidraum. Available from:

Sinclair, R., Yazdabadi, A., 2009. Common Hair Loss disorders. department of dermatology, St Vincent’s Hospital in Melbourne.

Soepardiman, L., 2009. Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed 5. Jakarta: FK UI; 301-309 Trueb, R., M., 2008. Diffuse Hair Loss. In: Peytavi, et al. Hair Growth and

Disorders. Germany: Springer-verlag Berlin Heidelberg ; 260-270

(47)

Nama : Jessica Panjaitan Tempat/tanggal lahir : Medan, 24 Juli 1992

Agama : Protestan

Alamat : Jl. K.H.Dahlan No.9 Medan Riwayat Pendidikan : - TK Mandiri, Medan

- SD Immanuel, Medan - SMP St. Thomas I, Medan - Kolej Tuanku Ja’afar

(48)

SALON DI PRINGGAN MEDAN MENGENAI KERONTOKAN RAMBUT

Biodata Responden:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Tingkat Pendidikan :

I. Tingkatan Pengetahuan

Instruksi: Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat.

1. Sepengetahuan Anda, apakah yang dimaksud dengan Kerontokan Rambut ?

A. Terjadinya kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 50 helai per hari

B. Terjadinya kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 75 helai per hari

C. Terjadinya kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 100 helai per hari

2. Faktor yang dapat menyebabkan Kerontokan Rambut? A Mencuci rambut secara teratur

B. Mengecat atau merebonding rambut secara teratur C. Melakukan perawatan rambut secara teratur

3. Kerontokan Rambut paling sering terjadi pada bagian A. Kulit Kepala

B. Kaki C. Badan

4. Kelompok yang paling beresiko mengalami kerontokan rambut? A. Anak-anak

B. Pria C. Wanita

5. Salah satu gejala yang dapat ditimbulkan pada penderita Kerontokan Rambut?

A. Keluhan rambut di kepala semakin sedikit B. Kulit kepala gatal

(49)

6. Tes untuk kerontokan rambut yang dapat dilakukan adalah? A. Tes tarik rambut

B. Uji tempel/patch test C. Tes warna urine

7. Salah satu nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan Rambut? A. Vit D

B. Yodium C. Protein

8. Apakah yang dapat terjadi jika kerontokan rambut tidak diobati dan ditangani dengan benar?

A. Timbul ketombe B. Infeksi di kepala C. Kebotakan

9. Salah satu pengobatan yang digunakan untuk kerontokan rambut adalah?

A. Paracetamol

B. Tonik rambut yang mengandung minoxidil C. Antibiotik

10. Salah satu cara pencegahan Kerontokan Rambut adalah? A. Memakai hair spray saat penataan rambut

B. Kurangi frekuensi mengecat rambut C. Melakukan diet tanpa petunjuk yang benar II. Sikap

Instruksi: Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat.

Pertanyaan Ya Tidak

1. Saya akan jadi takut menyisir rambut untuk mencegah rambut rontok

2. Saya akan memakai tonik rambut untuk mengobati rambut rontok

3. Saya akan memakai shampoo yang mahal untuk mengurangi rambut rontok

4. Saya akan menjadi jarang mencuci rambut untuk mengurangi rambut rontok

(50)

III. Perilaku

Instruksi: Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat.

Pertanyaan Ya Tidak

1. Dengan rajin menjaga kebersihan rambut, rambut rontok dapat dicegah

2. Dengan memakai produk perawatan rambut yang mahal, rambut rontok dapat dicegah

3. Mencuci rambut ke salon lebih baik daripada mencuci rambut di rumah

4. Memotong rambut sependek mungkin dapat mengurangi kerontokan rambut

5. Mengikat rambut kuat-kuat dan sering dapat menyebabkan kerontokan rambut

Keterangan :

(51)

No.

Resp Umur JK Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Jlh Kategori Jlh Kategori Jlh Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 1 4 2

2 2 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3 3 1 1 0 0 3 2 1 0 0 0 0 1 3

3 2 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 1 1 1 1 5 1 0 0 1 1 0 2 3

4 3 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 3 1 1 0 1 4 2 1 1 1 1 1 5 1

5 2 2 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 2 1 1 0 0 2 2 1 0 0 1 0 2 3

6 1 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 7 2 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 0 4 2

7 3 2 3 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6 3 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 0 4 2

8 3 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 4 3 1 1 1 1 4 1 0 1 1 1 0 3 2

9 3 2 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 5 3 1 1 0 1 3 2 0 1 0 1 0 2 3

10 3 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 1 0 0 1 3 2 1 0 0 1 0 2 3

11 1 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 3 1 1 1 1 5 1 0 0 0 1 0 1 3

12 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 0 0 1 3 2 1 1 1 1 0 4 2

13 3 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 3 0 0 1 0 1 3 0 0 0 1 0 1 3

14 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 1 4 2 0 0 1 1 0 2 3

15 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 0 1 1 0 2 2 0 0 0 1 1 2 3

16 2 2 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4 3 1 1 1 1 4 1 1 1 1 0 0 3 2

17 2 2 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 3 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 0 4 2

18 2 2 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 3 1 0 1 1 3 2 0 1 1 1 1 4 2

19 2 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 6 3 0 1 1 0 2 2 1 1 1 0 0 3 2

20 1 2 3 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 3 3 0 1 1 0 3 2 1 1 1 1 0 4 2

(52)

Resp Umur JK Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jlh Kategori 1 2 3 4 Jlh Kategori 1 2 3 4 5 Jlh Kategori

23 3 2 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6 3 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 0 4 2

24 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 5 1

25 2 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 5 3 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 0 4 2

26 2 1 2 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4 3 0 0 1 0 2 3 1 1 1 0 0 3 2

27 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 1 1 1 1 5 1 0 1 1 1 1 4 2

28 2 2 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7 2 1 0 0 1 3 2 1 0 1 1 1 4 2

29 2 2 2 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 4 3 0 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 5 1

30 2 2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 2 1 1 0 0 3 2 1 1 1 1 1 5 1

31 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 0 1 0 1 3 1 0 1 1 1 4 2

32 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 1 1 1 5 1 1 0 0 0 0 1 3

33 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 1 0 0 0 1 3 0 0 1 1 0 2 3

34 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1 1 1 1 1 5 1 0 0 0 1 0 1 3

35 3 2 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 2 1 1 0 1 4 2 0 0 0 1 0 1 3

36 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 0 3 2 1 1 1 1 0 4 2

37 2 2 2 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6 3 1 1 1 0 3 2 1 1 1 1 0 4 2

38 2 2 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 4 3 1 1 1 1 4 1 0 1 1 1 0 3 2

39 1 2 2 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 5 3 0 1 1 0 2 2 0 0 0 1 0 1 3

40 2 1 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 0 0 1 3 2 1 1 1 1 0 4 2

41 3 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 3 0 1 1 0 3 2 0 0 0 1 0 1 3

42 1 2 3 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 0 0 1 3 2 0 0 0 1 0 1 3

43 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 1 1 0 2 2 1 0 1 1 1 4 2

44 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1 1 2 2 1 0 0 0 0 1 3

45 1 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 1 1 1 1 4 1 0 0 1 1 0 2 3

(53)

Resp Umur JK Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jlh Kategori 1 2 3 4 Jlh Kategori 1 2 3 4 5 Jlh Kategori

48 2 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 7 2 0 1 1 0 2 2 1 1 1 1 0 4 2

49 3 1 3 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6 3 0 1 1 0 2 2 1 1 1 1 0 4 2

50 2 2 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 4 3 1 1 1 1 4 1 0 1 1 1 0 3 2

Keterangan

Umur JK Pendidikan Pengetahuan Sikap Perilaku

1. 20-30 Tahun 1. Laki-laki 1. S1 1 Baik 9-10 1 Baik 4 1 Baik 5

2. 31-40 Tahun 2. Perempuan 2. S2 2 Cukup 7-8 2 Cukup 2-3 2 Cukup 3-4

(54)

Lampiran 4. Hasil Analisis Data

Frequencies

Statistics

Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pengetahuan Sikap Perilaku

N Valid 50 50 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(55)

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 9 18.0 18.0 18.0

Cukup 14 28.0 28.0 46.0

Kurang 27 54.0 54.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 18 36.0 36.0 36.0

Cukup 27 54.0 54.0 90.0

Kurang 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Perilaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 5 10.0 10.0 10.0

Cukup 25 50.0 50.0 60.0

Kurang 20 40.0 40.0 100.0

(56)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur * Pengetahuan 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Umur * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total

Umur 20-30 Tahun Count 4 4 3 11

% within Umur 36.4% 36.4% 27.3% 100.0%

31-40 Tahun Count 1 8 15 24

% within Umur 4.2% 33.3% 62.5% 100.0%

41-50 Tahun Count 4 2 9 15

% within Umur 26.7% 13.3% 60.0% 100.0%

Total Count 9 14 27 50

(57)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur * Sikap 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Umur * Sikap Crosstabulation

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

Umur 20-30 Tahun Count 5 5 1 11

% within Umur 45.5% 45.5% 9.1% 100.0%

31-40 Tahun Count 8 13 3 24

% within Umur 33.3% 54.2% 12.5% 100.0%

41-50 Tahun Count 5 9 1 15

% within Umur 33.3% 60.0% 6.7% 100.0%

Total Count 18 27 5 50

(58)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur * Perilaku 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Umur * Perilaku Crosstabulation

Perilaku

Baik Cukup Kurang Total

Umur 20-30 Tahun Count 0 6 5 11

% within Umur .0% 54.5% 45.5% 100.0%

31-40 Tahun Count 4 12 8 24

% within Umur 16.7% 50.0% 33.3% 100.0%

41-50 Tahun Count 1 7 7 15

% within Umur 6.7% 46.7% 46.7% 100.0%

Total Count 5 25 20 50

(59)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Pengetahuan 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Jenis Kelamin * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total

Jenis Kelamin

Laki-laki Count 1 4 5 10

% within Jenis Kelamin 10.0% 40.0% 50.0% 100.0%

Perempuan Count 8 10 22 40

% within Jenis Kelamin 20.0% 25.0% 55.0% 100.0%

Total Count 9 14 27 50

(60)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Sikap 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Jenis Kelamin * Sikap Crosstabulation

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

Jenis Kelamin

Laki-laki Count 4 4 2 10

% within Jenis Kelamin 40.0% 40.0% 20.0% 100.0%

Perempuan Count 14 23 3 40

% within Jenis Kelamin 35.0% 57.5% 7.5% 100.0%

Total Count 18 27 5 50

(61)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Perilaku 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Jenis Kelamin * Perilaku Crosstabulation

Perilaku

Baik Cukup Kurang Total

Jenis Kelamin

Laki-laki Count 0 7 3 10

% within Jenis Kelamin .0% 70.0% 30.0% 100.0%

Perempuan Count 5 18 17 40

% within Jenis Kelamin 12.5% 45.0% 42.5% 100.0%

Total Count 5 25 20 50

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden
Tabel 5.10.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas berkat, rahmat serta hidayahNya sehingga diberikan nikmat sehat, kelancaran dan kemudahan dalam

Rumusan masalah yang terdapat pada tugas akhir ini yaitu bagaimana performa siklus Rankine yang terdapat pada Unit Batubara PT.Petrokimia Gresik pada variasi kondisi

Even more upsetting is the opposite possibility: that people won’t ignore the Methodology, but will instead do exactly what it says to do, even when they know doing so will lead

Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian yang berjudul “ Hadits tentang Perbedaan Air Seni Bayi Laki-laki dan Perempuan (Dalam Persfektif Gender, Kritik sanad dan

Dengan membuat kesimpulan dari bacaan “Manusia dengan Lingkungan Alam”, siswa mampu menyajikan ringkasan teks penjelasan secara benar.. Dengan melakukan kegiatan pengamatan,

Dalam konteks yang lebih sederhana, pengajaran sejarah sebagai sub sistem dari sistem kegiatan pendidikan, merupakan usaha pembandingan dalam kegiatan belajar, yang

Bachri atau ahli Al- Qur‟an yang ditunjuk o leh beliau.. Selain itu, secara khusus sistem atau aturan dalam metode Usmani di. TPQ Darut Ta‟limil Qur‟an ini menambahkan

Sekali lagi kasus mutasi gen kenapa bisa mengarah ke terjadinya variasi individu jawabnya karena terjadi suatu reaksi fusi antara mutagen kimia dengan basa nitrogen yang ada