• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Reporting dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Reporting dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Daftar Perusahaan Sampel

No Nama Perusahaan

Kriteria Penentuan

ALMI (Alumindo Light Metal Industry

(2)

32 DVLA (Darya Varia Laboratoria Tbk) √ √ √ Sampel 13

33 EKAD (Ekadharma International Tbk) √ √ √ Sampel 14

34 ERTX (Eratex Djaya Tbk) √ √ √ Sampel 15

49 IMAS (Indomobil Sukses International Tbk) √ √ √ Sampel 22

(3)

71

KBRI (Kertas Basuki Rachmat Indonesia

Tbk) √ √ x

72 KDSI (Kedawung Setia Industrial Tbk) √ x x

73 KIAS (Keramika Indonesia Assosiasi Tbk) √ √ √ Sampel 33

74 KICI (Kedaung Indag Can Tbk) √ √ √ Sampel 34

RMBA (Bentoel International Investama

Tbk) √ √ √ Sampel 48

103 ROTI (Nippon Indosari Corporindo Tbk) √ √ x

104

SCCO (Supreme Cable Manufacturing and

Commerce Tbk) √ √ √ Sampel 49

105 SCPI (Schering Plough Indonesia Tbk) √ √ √ Sampel 50

106 SIAP (Sekawan Intipratama Tbk) √ √ x

(4)

108 SIMA (Siwani Makmur Tbk) √ √ x

SQBI (Taisho Pharmaceutical Indonesia

Tbk) √ √ x

ULTJ (Ultrajaya Milk Industry and Trading

(5)

Lampiran 2

Tabulasi Hasil Perhitungan Rasio Stabilitas Keuangan Tahun 2012-2014

(6)
(7)

Lampiran 3

Tabulasi Hasil Perhitungan Rasio Tekanan Eksternal Tahun 2012-2014

(8)
(9)

Lampiran 4

Tabulasi Hasil Perhitungan Rasio Target Keuangan Tahun 2012-2014

(10)
(11)

Lampiran 5

Tabulasi Hasil Perhitungan Rasio Kondisi Industri Tahun 2012-2014

(12)
(13)

Lampiran 6

Tabulasi Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas Pengawasan Tahun 2012-2014

(14)
(15)

.Lampiran 7

Tabulasi Hasil Perhitungan Rasio Rasionalisasi Tahun 2012-2014

(16)
(17)

Lampiran 8

(18)
(19)

Lampiran 9

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FraudulentFinancialReporting 198 -2.043 1.897 .34138 .341051

StabilitasKeuangan 198 -.915 .896 .12026 .166486

TekananEksternal 198 .030 2.383 .47984 .324197

TargetKeuangan 198 -.309 1.505 .09336 .143994

KondisiIndustri 198 -1.039 .368 -.00135 .127983

EfektivitasPengawasan 198 .200 1.000 .39361 .120490

Rasionalisasi 198 -5.503 .611 -.03313 .419459

Valid N (listwise) 198

Lampiran 10

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 198

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .28785529

Most Extreme Differences

Absolute .082

Positive .082

Negative -.072

Kolmogorov-Smirnov Z 1.151

Asymp. Sig. (2-tailed) .141

a. Test distribution is Normal.

(20)

Lampiran 11

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) .320 .083 3.845 .000

StabilitasKeuangan .058 .126 .029 .462 .645 .979 1.022

TekananEksternal -.071 .066 -.068 -1.078 .282 .940 1.064

TargetKeuangan -.610 .148 -.257 -4.114 .000 .952 1.050

KondisiIndustri 1.184 .164 .444 7.223 .000 .986 1.014

EfektivitasPengawa

san

.270 .174 .095 1.551 .122 .986 1.014

Rasionalisasi -.037 .050 -.045 -.732 .465 .977 1.024

(21)

Lampiran 12

Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 13

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .536

a

.288 .265 .292341621552

667

2.002

a. Predictors: (Constant), Rasionalisasi, EfektivitasPengawasan, KondisiIndustri,

StabilitasKeuangan, TargetKeuangan, TekananEksternal

(22)

Lampiran 14

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .536

a

.288 .265 .292341621552

667

a. Predictors: (Constant), Rasionalisasi, EfektivitasPengawasan,

KondisiIndustri, StabilitasKeuangan, TargetKeuangan,

TekananEksternal

b. Dependent Variable: FraudulentFinancialReporting

Lampiran 15

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 6.591 6 1.098 12.853 .000b

Residual 16.324 191 .085

Total 22.914 197

a. Dependent Variable: FraudulentFinancialReporting

b. Predictors: (Constant), Rasionalisasi, EfektivitasPengawasan, KondisiIndustri,

(23)

Lampiran 16

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .320 .083 3.845 .000

StabilitasKeuangan .058 .126 .029 .462 .645

TekananEksternal -.071 .066 -.068 -1.078 .282

TargetKeuangan -.610 .148 -.257 -4.114 .000

KondisiIndustri 1.184 .164 .444 7.223 .000

EfektivitasPengawasan .270 .174 .095 1.551 .122

Rasionalisasi -.037 .050 -.045 -.732 .465

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Accounting Standard Board (ASB). 2002. Statement on Auditing Standard (SAS) No.99. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit.Newyork. Albrecht W. Steve and Albrecht Chad O. 2002. Fraud Examination. Thomson

SouthWestern.

Andayani D.Tutut. 2010.Tesis. PengaruhKarakteristikDewanKomisarisIndependenterhadapManajemenLa

ba. (Studipada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia). UniversitasDiponegoro. Semarang.

Arens, A., danLoebbecke, J.2003. Auditing PendekatanTerpadu.Jakarta:SalembaEmpat.

Beasly, M., Joseph V., Dana R., danTerry L. 2010. Fraudulent FinancialReporting.Diakses:http://www.coso.org/documents/COSOFRAU DSTUY2010_001.pdf.

Erlina, SriMulyani, 2007. MetodologiPenelitianBisnis :UntukAkuntansi DanManajemen, CetakanPertama USU Press, Medan.

Ernst,danYoung.2009. Detecting Financial StatementFraud.

Diakses

Ghozali, Imam. 2005. AplikasiAnalisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang :BadanpenerbitUndip.

IkatanAkuntan Indonesia. 2009. StandarAkuntansiKeuangan. Jakarta: Salemba Empat

Khanh, Nguyen. 2008. Financial Statement Fraud: Motives, Methodes, Cases, and Detection. Florida.

(25)

Rezaee, Zabihollah.2002. Prevention and detection.Canada.Ujiyantho, Muh.ArifdanPramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance,

ManajemenLaba, danKinerjaKeuangan.ProsidingSimposiumNasional Akuntansi10.Makassar.

Scott, William R. 2003 .“Financial Accounting Theory”.International Edition. New Jersey:Prentice-Hall, Inc.

Skousen, C., Kevin R.,danCharlotte J. 2008. Detecting And Predicting FinancialStatement Fraud: The Effectiveness Of The Fraud Traingle And Sas No. 99.Diakses:

Spathis, Charalambos T. 2002. DetectingFalse FinancialStatements Using

Published Data: Some Evidence from Greece. Managerial Auditing Journal, Vol. 17 (4): 179-191.

Theodorus M. Tuanakotta. (2007). AkuntansiForensikdanAudit Investigatif. Seri DepartemenAkuntansi FEUI.

Jakarta:LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitas Indonesia.

Ujiyantho, M.A. dan B.A. Pramuka. 2007. “MekanismeCorporate Governance, ManajemenLabadanKinerjaKeuangan.”SimposiumNasionalAkuntansi X, Makassar, Indonesia, 26-28 Juli 2007

Yung, I., danLong W. 2009. Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing TheLikelihood Of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business & EconomicsResearch, Vol. 7, No. 2, pp. 63-78.

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif kausal dimana

peneliti akan mencoba membuktikan adanya pengaruh antara variabel independen

dan dependen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi fraudulent financial reporting dalam perspektif fraud triangle.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2012-2014. Data diambil dari situs resmi BEI yait

penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal penelitian

Kegiatan September'15 Oktober'15 Januari'16 Februari'16 Maret'16 April'16 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan

Judul Penyetujuan

Judul Penulisan

Proposal Bimbingan

Proposal Penyelesaian

Proposal Seminar

Proposal Bimbingan

Skripsi Ujian

(27)

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan agar penelitian dan pembahasannya lebih

terarah, sehingga hasilnya tidak bias dan sesuai dengan harapan peneliti. Adapun

ruang lingkup penelitiannya adalah menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi fraudulent financialreporting dalam perspektif fraud

trianglepada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2014.

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah menjelaskan karakter dari obyek ke dalam

elemen yang dapat diobservasi sehingga suatu konsep dapat diukur di dalam

penelitian (Erlina, 2011:48). Definisi operasional bertujuan untuk memberikan

definisi yang jelas akan variable myang dipakai di dalam penelitian, sehingga

dengan definisi yang jelas akan variable yang dipakai dalam penelitian, sehingga

dengan definisi yang jelas suatu variable akan dapat diukur dengan logika empiris.

Untuk menguji penelitian ini digunakan variabel independen dan variabel

dependen.

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variable terikat merupakan variable yang

tidak bebas, dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas, dan

merupakan konsekuensi dari variabel independen (Erlina, 2011:36).

Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah fraudulent

financialreporting.Fraudulent financial reporting sering kali diawali

(28)

dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara

besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang

menyesatkan secara material (Rezaee, 2002). Oleh karena itu, manajemen

laba dipilih sebagai proksi fraudulent financial reporting dalam penelitian

ini.

Manajemen labamuncul karena adanya kesempatan bagi manajemen perusahaan untuk memilih metode akuntansi tertentu sehingga dapat memanipulasi laba perusahaan yang akhirnya mendatangkankeuntungan bagi dirinya. Dalam pelaksanaannya, Standar Akuntansi Keuangan memperbolehkan manajer untuk memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, salah satunya dengan dengan berbasis akuntansi akrual. FASB (1978dalam Andayani 2010) menyatakan bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi akrual memberikan keunggulan karena informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya mempunyai indikasi yang lebih baik dibandingkan informasi yang dihasilkan dari akuntansi berbasis kas.

Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan

kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan untuk

menghasilkan jumlah laba yang diinginkan (Halim et al., 2005). Jumlah

akrual yang tercermin dalam penghitungan laba terdiri dari discretionary

accruals dan nondiscretionaryaccruals. Nondiscretionary accruals

merupakan komponen akrual yang terjadiseiring dengan perubahan dari

aktivitas perusahaan. Discretionary accruals merupakan komponen akrual

(29)

Manajemen laba (DACC) dapat diukur melalui discretionary

accrual yang dihitung dengan cara menyelisihkan total accruals (TACC)

dan nondiscretionary accruals (NDACC). Discretionary accruals

(DACC)merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari

kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai

dengan yang mereka inginkan. Dalam menghitung DACC, digunakan

Modified Jones Model. ModelModified Jones yang merupakan

perkembangan dari model Jones dapat mendeteksimanajemen laba lebih

baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan hasil

penelitian Dechow et al. (1995 dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007).

Model perhitungan sebagai berikut:

TAC it = Niit – CFOit ………,………..(1) Dimana,

TAC it = Total akrual Niit = Laba Bersih CFOit = Arus kas Operasi

Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut:

TACit/Ait-1 = β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)+e... (2) Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accrual(NDA) dapat dihitung dengan rumus :

NDAit = β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)…... (3)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit = TACit/Ait-NDAit ... (4)

Dimana:

(30)

TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t Niit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

Δrevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

Δrect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t E = error

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen atau penyebab variasi bagi variabel

dependen (Erlina, 2011:37). Variabel independen dari penelitian ini

merupakan variabel yang dikembangkan dari ketiga komponen fraud

triangle.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

stabilitas keuangan yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset

(ACHANGE),tekanan eksternalyang diproksikan dengan rasio leverage

(LEV),kepemilikan manajerialyang diproksikan dengan rasio kepemilikan

saham olehorang dalam (OSHIP), target keuangan yang diproksikan

dengan Return On Asset(ROA), kondisi industry yang diproksikan dengan

rasio total piutang (RECEIVABLE),efektivitas pengawasan yang

diproksikan dengan rasio komisaris independen (BDOUT), dan

rasionalisasi yang diproksikan dengan rasio total akrual (TATA).

3.4.2.1 Stabilitas Keuangan

Stabilitas keuanganmerupakan keadaan yang

(31)

Ketika stabilitas keuangan dalam kondisi terancam, maka

manajemen akan melakukan berbagai cara untuk membuat

stabilitas keuangan terlihat baik. Penilaian mengenai kestabilan

kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan

asetnya. FASB (1980 dalam Ghozali dan Chariri 2007)

mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin

terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh

suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa

lalu. Total aset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh

perusahaan. Total aset meliputi aset lancar dan aset tidak lancar.

Stabilitas keuangan diproksikan dengan ACHANGE yang

merupakan rasioperubahan aset yang dihitung dengan rumus:

ACHANGE = (Total Aset t – Total Aset t-1) Total Asett

3.4.2.2 Tekanan Eksternal

Tekanan eksternal merupakan tekanan yang berlebihan

bagimanajemenuntuk memenuhi persyaratan atau harapan dari

pihak ketiga. Untuk mengatasi tekanan tersebut perusahaan

membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal

agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran

pembangunan atau modal (Skousen et al., 2009).Kebutuhan

pembiayaan eksternal terkait kas yang dihasilkan pembiayaan

(32)

pada penelitian ini diproksikan dengan rasio leverage (LEV). Rasio

leverage dihitung dengan:

LEV = Kewajiban/ Total Aset 3.4.2.3 Target Keuangan

Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali

mematok besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha

yang dilakukan oleh perusahaan, kondisi tersebut disebut dengan

target keuangan. Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba

yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dilakukan adalah

ROA. Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva (ROA) adalah

ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk

menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja (Skousen et al.,

2009). ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh

karena itu, ROA dijadikan sebagai proksi untuk variabel stabilitas

keuangandalam penelitian ini.ROA dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

3.4.2.4 Kondisi Industri

Kondisi industri merupakan keadaan ideal suatu perusahaan

dalamindustri. Kondisi piutang usaha merupakan suatu bentuk dari

kondisi industri yang dapat direspon dengan reaksi yang berbeda Net Income before Tax

ROA =

(33)

dari masing-masing manajer perusahaan. Perusahaan yang baik

akan berusaha untuk memperkecil jumlah piutang dan

memperbanyak penerimaan kas perusahaan.

Akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian

subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya piutang dan

obsolete inventory. Mereka menyarankan bahwa karena adanya

penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut,

manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk

manipulasi laporan keuangan. Oleh karena itu, penelitian ini

menggunakan Rasio Total Piutang sabagai proksi dari kondisi

industri. Rasio total piutang dihitung dengan rumus yang

digunakan Skousen (2009) yaitu:

RECEIVABLE = ���������� (�) ����� (�)

�����������(�−�) �����(�−�)

3.4.2.5 Efektivitas Pengawasan

Dalam suatu perusahaan, efektifnya memiliki lebih dari 1

fungsi pengawasan dalam menjalankan aktivitas perusahaan

sehari-hari.Hal ini bertujuan agar ada bagian yang mengawasi keefektifan

perusahaan.Rahmanti (2013) menyebutkan bahwa tingginya

tingkat kecurangan yang terjadi di Indonesia salah satunya

diakibatkan karena rendahnya pengawasan sehingga menciptakan

suatu celah bagi seseorang untuk melakukan fraud.Sebagian

kecurangan pelaporan keuangan diakibatkan adanya dominasi

(34)

dewan komisaris atau komite audit.Penelitian ini memproksikan

efektivitas pengawasan dengan proporsi komisaris independen di

dalam perusahaan.

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris

yang memenuhi persyaratan tidak memiliki hubungan terafiliasi

baik dengan pemegang saham pengendali, direktur atau komisaris

lainnya, tidak bekerja rangkap dengan perusahaan terafiliasi dan

memahami peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal

(Effendi, 2008). Adanya dewan komisaris independen

diharapkandapat meningkatkan pengawasan kinerja perusahaan

sehingga mengurangi tindakan fraud.Rasio dewan komisaris

independen (BDOUT) dapat diukurdengan:

BDOUT =

Jumlah dewan komisaris independen Jumlah total dewan komisaris

3.4.2.6 Rasionalisasi

Rasionalisasi sarat dengan penilaian-penilaian subjektif

perusahaan. Penilaian dan pengambilan keputusan perusahaan

yang subjektif tersebut akan tercermin dari nilai akrual perusahaan

(Skousen et al., 2009). Total akrual akan berpengaruh terhadap

fraudulent financial reporting karena akrual tersebut sangat

dipengaruhi oleh pengambilan keputusan manajemen dalam

rasionalisasi laporan keuangan Beneish (1997dalam Kennedy

(35)

rasio Total Akrual (TATA). Rasio total akrual dapat dihitung

dengan rumus penghitungan akrual oleh Beneish (1997dalam

Kennedy 2014) yaitu :

TATA = ∆Working Capital-∆Cash-∆Current Tax Payable-Depreciation and Amortization Total Assets

Working Capital = Current Assets – Current Liabilities

ΔWorking Capital = Perubahan Modal Kerja Current Liabilities = Hutang Lancar

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran Variabel No Variabel

yang Diukur

Definisi Indikator Skala

(36)

3 Tekanan before Tax / Total Asset

Rasio

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014. Pertimbangan

untuk memilih populasi perusahaan manufaktur adalah karena perusahaan dalam

satu jenis industri yaitu manufaktur cenderung memiliki karakteristik akrual yang

(37)

manufaktur lebih reliable dalam penyajian akun-akun laporan keuangan, seperti

aset, cash flow, penjualan, dan lain-lain.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan

tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang

ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, 141

2. Perusahaan manufaktur yang tidak melakukan publikasi laporan keuangan lengkap pada tahun 2012-2014 dalam mata uang Rupiah (Rp)

(42)

3. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data-data

lengkap berkaitan dengan variabel penelitian. (33)

Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 66

Total Sampel (2012-2014) 198

Sumber: pengolahan data

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, telah dikumpulkan, dan

diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi, berupa data-data

variabel bebas (Luciana dan Sulistyowati, 2007). Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu data laporan keuangan tahunan perusahaan. Data

sekunder digunakan dalam penelitian ini karena mudah diperoleh, tidak

memerlukan biaya yang tinggi serta data yang diperoleh lebih akurat dan valid

(38)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

dari

bersangkutan dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian ini.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

metode dokumenter dan studi pustaka. Metode dokumenter yaitu metode

pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen–dokumen yang

relevan dengan masalah yang diteliti.Metode dilakukan dengan mengumpulkan

seluruh data sekunder dari

Studi pustaka adalah metode yang dilakukan dengan cara mencari teori–

teori yang relevan dengan pokok bahasan. Metode studi pustaka dilakukan dengan

menggunakan berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian mengenai

kecurangan pelaporan keuangan. Sebagian besar literatur yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan jurnal-jurnal penelitian, makalah penelitian terdahulu,

buku dan internet research yang berhubungan dengan tema penelitian.

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisi digunakan untuk mendapatkan hasil yang pasti dalam

mengolah data sehingga dapat dipertangungjawabkan. Adapun, metode analisis

data yang digunakan adalah metode regresi linier berganda yang akan dijelaskan

di bawah ini.

3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berhubungan dengan metode

pengelompokkan, peringkasan, dan penyajian data dalam cara yang lebih

(39)

dan teratur sebagai dasar pengambilan keputusan. Data statistik dapat

disajikandengan menggunakan tabel statistic descriptive yang

memaparkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan

standar deviasi (standard deviation).

Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi

yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai

disperse rata-rata dari sampel.Maksimum dan minimum digunakan untuk

melihat nilai minimum dan maksimum dari sampel. Semuanya diperlukan

untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil

dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik 3.8.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Dalam uji normalitas ini ada 2 cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu

dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2009). Alat uji

yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statistik dengan

Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S).

Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan

Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2009):

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0

(40)

normal.

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0

diterima. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal.

3.8.2.2 Uji Multikolinearitas

Ujimultikolonieritasbertujuanuntukmengujiapakahmodel

regresiditemukanadanya korelasi antarvariabel

bebas(independen).Model regresiyang

baikseharusnyatidakaterjadikorelasidiantaravariabelindependen(G

hozali,2005).Salahsatu cara untuk

mengetahuiadatidaknyamultikolinearitasiniadalah dengan

menggunakanVariance InflationFactor (VIF)danTolerance.

Kedua ukuran inimenunjukkan setiap

variabelindependenmanakahyangdijelaskanoleh variabel

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yangterpilihyangtidakdijelaskan oleh

variabelindependen

lainnya.JadinilaitoleranceyangrendahsamadengannilaiVIFtinggi(k

arenaVIF=1/Tolerance).Kriteriapengambilankeputusandengannila

i tolerancedanVIFadalah sebagaiberikut:

1 . Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, berarti tidak

terjadi multikolinieritas.

2. Jikanilai tolerance ≤0,10ataunilaiVIF≥10, berartiterjadi

(41)

3.8.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah

dalammodel regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Penelitian ini menggunakan Run test

untuk mendeteksi ada tidaknya autokolerasi. Jika antar residual

tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual

acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data

residual terjadi secara random atau sistematis (Ghozali, 2006).

3.8.2.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitasbertujuanmengujiapakah dalam

modelregresiterjadi ketidaksamaanvariancedari residual suatu

pengamatanke pengamatan yang lain.Jikavariancedari residual

satupengamatan ke pengamatanlaintetap,

makadisebuthomoskedastisitasdanjika berbedadisebut

heteroskedastisitas

(Ghozali,2009).Modelregresiyangbaikadalahyanghomoskedastisita

satau tidakterjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada

tidaknya heteroskedastisitas dilihat melalui hasil uji statistik. Uji

statistik yang digunakan adalah scatterplot. Penelitian ini

melakukan uji dengan melihat grafik scaterplot tersebut untuk

melihat apakah data penelitian terjadi heteroskedastisitasatau tidak.

(42)

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas

adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat (ZPRED) dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya

adalah:

• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur, maka telah teridentifikasi terjadi

heterokedastisitas.

• Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heterokedastisitas.

3.8.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukanuntukmendapatkanhasil analisis

datayangvalid danmendukung hipotesisyang dikemukakan pada

penelitianini.Adapun tahap-tahap penghitungan dan pengolahan data sbb:

1.Menentukan laporan keuangan perusahaan yang akan digunakan.

2.Menghitung proksi-proksi

3.Regresi model.

Metode regresi linier dilakukan terhadap model yang diajukan

peneliti dengan menggunakan Software SPSSversi 21 untuk memprediksi

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Hubungan antara discretionary accrualsdan fraud diuji

(43)

DACCit= ß0+ß1ACHANGE+ß2LEV + ß3ROA+ß4RECEIVABLE

+ß5BDOUT+ ß6TATA+ εi

Keterangan:

ß0 = koefisien regresikonstanta

ß1,2,3,4,5,6 =koefisien regresimasing-masingproksi DACCit =discretionaryaccrualsperusahaani tahunt ACHANGE =rasio perubahantotalasettahun2012-2014

LEV =rasio leverage

ROA =ReturnOn Aset

RECEIVABLE = rasio perubahan piutang usaha BDOUT =rasio komisaris independen

TATA =rasio total akrual per total aset

ε =error

Ketepatanfungsi regresi sampel dalammenaksirnilai aktual dapat

diukur dari Goodnes offit-nya.Secara statistik,Goodness

offitdapatdiukurdari koefisien determinasi, nilai statistik Fdannilai

statistik t. Perhitunganstatistik disebut signifikansecarastatistikapabilanilai

ujistatistiknyaberadadalam daerahkritis (daerahdimana H0 ditolak).

Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada

dalamdaerahdimana H0diterima(Ghozali, 2005).

3.8.3.1 Koefisien Determinasi (R2)

KoefisienDeterminasi(R2) padaintinyamengukurseberapa jauh

kemampuanmodeldalammenerangkan

variasivariabelindependen(Ghozali,2009).Nilaikoefisiensdeterminasiadala

hantaranoldansatu.NilaiR2 yang kecil berarti

kemampuanvariabel-variabelindependen dalammenjelaskanvariasi variabel

dependenamatterbatas.Nilaiyangmendekatisatuberarti variabel–

variabelindependenmemberikanhampirsemua informasiyang

(44)

3.8.3.2 UjiSignifikansi Simultan (UjiStatistikF)

UjistatistikF pada dasarnyamenunjukkanapakahsemua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama–sama terhadap

variabeldependen/terikat(Ghozali,2005).Untuk mengujihipotesisini

digunakanstatistikF dengankriteria pengambilankeputusan sebagaiberikut:

1. Apabila nilaiF <0,05makaH0ditolak.

Artinya semua variabel independen secara serentak dan

signifikan mempengaruhivariabeldependen.

2. Apabila nilaiF >0,05maka H0tidakditolak.

Artinyasemuavariabelindependensecaraserentakdansignifikantidak

mempengaruhivariabeldependen.

3.8.3.3 Uji Regresi Parsial (UjiStatistik t)

Uji statistik tpada dasarnyamenunjukkanseberapa

jauhpengaruhsatu variabel penjelas/independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabeldependen(Ghozali,2009).Ujit

digunakan untukmenemukanpengaruh yang

palingdominanantaramasing-masingvariabelindependen untuk menjelaskan

(45)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data

yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai

maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata serta nilai standar deviasi dari

masing-masing variabel. Berikut ini statistik deskriptif untuk

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Sumber: Output SPSS, 2016 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FraudulentFinancialReporting 198 -2.043 1.897 .34138 .341051

StabilitasKeuangan 198 -.915 .896 .12026 .166486

TekananEksternal 198 .030 2.383 .47984 .324197

TargetKeuangan 198 -.309 1.505 .09336 .143994

KondisiIndustri 198 -1.039 .368 -.00135 .127983

EfektivitasPengawasan 198 .200 1.000 .39361 .120490

Rasionalisasi 198 -5.503 .611 -.03313 .419459

(46)

Berdasarkan table 4.1 diatas, disampaikan analisis deskriptif dari

masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel fraudulent financial reporting (Y) memiliki sampel (N)

sebanyak 198, dengan nilai minimum (terkecil) -2,043 diperoleh PT

Trisula International, Tbk (TRIS) , nilai maksimum (terbesar)

1,897diraih oleh PT Argha Karya Prima Industry, Tbk (AKPI) dan

mean (rata-rata) 0,341. Standar deviation (simpangan baku) variabel

ini adalah 0,341.

b. Variabel stabilitas keuangan (X1) memiliki sampel (N) sebanyak 198,

dengan nilai minimum (terkecil) -0,915 diperoleh PT Yana Prima

Hasta Persada, Tbk (YPAS), nilai maksimum (terbesar) 0,895yang

diraih oleh PT Nusantara Inti Corpora, Tbk (UNIT) dan mean

(rata-rata) 0,120. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini adalah

0,166.

c. Variabel tekanan eksternal (X2) memiliki sampel (N) sebanyak 198,

dengan nilai minimum (terkecil) 0,029diperoleh PT Mustika Ratu, Tbk

(MRAT), nilai maksimum (terbesar) 2,382 yang diraih oleh PT

Supreme Cable Manufacturing and Commerce, Tbk (SCCO) dan mean

(rata-rata) 0,120. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini

adalah 0,324 .

d. Variabel target keuangan (X3) memiliki sampel (N) sebanyak 198,

dengan nilai minimum (terkecil) -0,309 yang diperoleh PT Sumalindo

(47)

oleh PT Selamat Sempurna, Tbk (SMSM) dan mean (rata-rata) 0,093.

Standar deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 0,143.

e. Variabel kondisi industri (X4) memiliki sampel (N) sebanyak 198,

dengan nilai minimum (terkecil) -1,039 yang diperoleh PT Indo

Acitama, Tbk (SRSN), nilai maksimum (terbesar) 0,367 yang diraih

oleh PT Bentoel International Investama, Tbk (RMBA) dan mean

(rata-rata) -0,001. Standar deviation (simpangan baku) variabel ini

adalah 0,127.

f. Variabel efektivitas pengawasan (X5) memiliki sampel (N) sebanyak

198, dengan nilai minimum (terkecil) 0,20 diperoleh PT Voksel

Electric, Tbk (VOKS), nilai maksimum (terbesar) 1,00 yang diraih

oleh PT Arwana Citra Mulia, Tbk (ARNA) dan mean (rata-rata) 0,393.

Standar deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 0,120.

g. Variabel rasionalisasi (X6) memiliki sampel (N) sebanyak 198, dengan

nilai minimum (terkecil) -5,503 diperoleh PT Asiaplast Industries, Tbk

(APLI), nilai maksimum (terbesar) 0,610 diraih oleh PT Nippres, Tbk

(NIPS) dan mean (rata-rata) -0,033. Standar deviation (simpangan

baku) variabel ini adalah -0,419.

4.1.2 Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik diperlukan

pengujian asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian

(48)

bantuan program statistik normalitas data, uji multikolinearitas, uji

autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

4.1.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji

statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov dan Normal P-P

Plot Regression.Uji normalitas pertama dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan

nilai probabilitas > 5%, maka residual berdistribusi normal dan jika

probabilitas < 5% maka residual tidak berdistribusi normal. Berikut

ini merupakan tabel pengujian normalitas dengan uji

Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Sumber: Output SPSS, 2016

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 198

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .28785529

Most Extreme Differences

Absolute .082

Positive .082

Negative -.072

Kolmogorov-Smirnov Z 1.151

Asymp. Sig. (2-tailed) .141

a. Test distribution is Normal.

(49)

Terlihat bahwa nilai K-S 1,151 dengan siginifikansi 0,141.

Hal ini berarti asymptotic significance lebih besar dari 0,05

sehingga dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa residual

berdistribusi normal dan asumsi normalitas dapat dipenuhi

sehingga bisa dilakukan regresi linier.

Uji normalitas kedua dilakukan dengan menggunakan

analisis grafik (Normal P-P Plot Regression), yaitu jika data (titik)

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, hal ini menunjukkan data yag telah terdistribusi secara

normal.

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sumber: Output SPSS, 2016

Grafik Normal P-P Plot of Regression di atas

memperlihatkan titik-titik menyebar sepanjang garis diagonal,

(50)

disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai telah terdistribusi

dengan normal.

4.1.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi.

Model yang baik adalah model yang tidak memiliki korelasi yang

kuat antar variabel-variabel bebasnya, jika korelasi terjadi maka

variabel-variabel tersebut terjadi kemiripan. Metode yang

digunakan untuk menguji adanya multikolinearitas pada penelitian

ini adalah VIF (varian inflated factor)dimana apabila nilai VIF >

10, dikatakan terjadi multikolinearitas dan sebaliknya, apabila VIF

< 10, maka dapat maka dapat dikatakan tidak terjadi

multikolineritas:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) .320 .083 3.845 .000

StabilitasKeuangan .058 .126 .029 .462 .645 .979 1.022

TekananEksternal -.071 .066 -.068 -1.078 .282 .940 1.064

TargetKeuangan -.610 .148 -.257 -4.114 .000 .952 1.050

KondisiIndustri 1.184 .164 .444 7.223 .000 .986 1.014

EfektivitasPengawasan .270 .174 .095 1.551 .122 .986 1.014

Rasionalisasi -.037 .050 -.045 -.732 .465 .977 1.024

(51)

Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF dari

variabel bebas dalam penelitian ini bernilai < 10 dan nilai

Tolerance> 0,1 maka dapat diasumsikan bahwa model terbebas

dari asumsi multikolinearitas sehingga dapat dilakukan uji regresi

linier.

4.1.2.3 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode

dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model

regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara

kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data

cross sectional dan/atau time series. Jika terjadi autokorelasi dalam

model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi

tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model

regresi yang bebas dari autokorelasi.

Cara yang dapat dilakukan untuk ada tidaknya autokorelasi

adalah dengan melakukan pengujian Durbin-Watson (DW). Dalam

model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du < dw < 4 –

du. Tabel 4.4 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan

(52)

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .536a .288 .265 .292341 2.002

a. Predictors: (Constant), Rasionalisasi, EfektivitasPengawasan, KondisiIndustri,

StabilitasKeuangan, TargetKeuangan, TekananEksternal

b. Dependent Variable: FraudulentFinancialReporting Sumber: Output SPSS, 2016

Nilai DW sebesar 2.002 nilai ini akan dibandingkan dengan

nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5% dengan jumlah

sampel 198 dan jumlah variabel independen 6, maka di tabel

Durbin Watson akan didapat nilai du sebesar 1,830 dan nilai dl

yaitu 1,705. Hal ini menunjukkan tidak ada autokorelasi positif

atau negatif dalam penelitian, karena nilai DW lebih besar dari (du)

1,693 dan kurang dari 4-dl (4-1,7053=2,2947), maka dapat

disimpulkan bahwa data dapat diterima.

4.1.2.2Uji Heteroskedastisitas

Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya

heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda

adalah dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi

variabel terikat yaitu ZPRED dengan residual error yaitu SRESID.

(53)

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Grafik scatterplot ditunjukkan pada grafik berikut ini:

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Output SPSS, 2016

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa data tersebar secara acak

dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Data tersebar baik di atas

(54)

bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi yang

digunakan.

4.1.3 Pengujian Hipotesis

4.1.3.1 Uji Koefisien Determinasi/Regresi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

keeratan hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Nilai R2 yang semakin mendekati satu, maka varibel

independen yang ada dapat memberikan hamper semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel

dependen, begitu juga sebaliknya.

Tabel 4.5

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .536a .288 .265 .292341

a. Predictors: (Constant), Rasionalisasi, EfektivitasPengawasan,

KondisiIndustri, StabilitasKeuangan, TargetKeuangan,

TekananEksternal

b. Dependent Variable: FraudulentFinancialReporting Sumber: Output SPSS, 2016

Dari tampilan output SPSS di atas, besar Adjusted R2

adalah 0,265 atau sebesar 26,5%. Hal ini berarti keenam variabel

independen yakni stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target

keuangan, kondisi industri, efektivitas pengawasan, dan rasionalisasi

(55)

4.1.3.2 Uji Signifikansi Simultan (UjiF)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari

keseluruhan variabel independen terhadap variable dependennya.

Pengujian signifikansi probabilitas-F menunjukkan distribusi F

sebagai parameternya. Berikut adalah hasil uji-F :

Tabel 4.6

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 6.591 6 1.098 12.853 .000b

Residual 16.324 191 .085

Total 22.914 197

a. Dependent Variable: FraudulentFinancialReporting

b. Predictors: (Constant), Rasionalisasi, EfektivitasPengawasan, KondisiIndustri,

StabilitasKeuangan, TargetKeuangan, TekananEksternal Sumber: Output SPSS, 2016

Dari uji ANOVA atau uji-F didapatkan nilai F hitung

sebesar 12,853 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas

lebih kecil dari 0,05 dan nilai Fhitung > Ftabel yaitu 12,853> 2,146

maka dapat dikatakan bahwa variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial

reporting pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

(56)

4.1.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk melihat signifikansi masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen dalam suatu

model regresi dengan mengasumsikan variabel independen lainnya

adalah konstan. Berikut ini hasil penelitian dari uji-t :

Tabel 4.7 Hasil Uji-t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .320 .083 3.845 .000

StabilitasKeuangan .058 .126 .029 .462 .645

TekananEksternal -.071 .066 -.068 -1.078 .282

TargetKeuangan -.610 .148 -.257 -4.114 .000

KondisiIndustri 1.184 .164 .444 7.223 .000

EfektivitasPengawasan .270 .174 .095 1.551 .122

Rasionalisasi -.037 .050 -.045 -.732 .465

a. Dependent Variable: FraudulentFinancialReporting Sumber: Output SPSS, 2016

Dari hasil uji-t tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel stabilitas keuangan memiliki tingkat signifikansi sebesar

0,645 yang lebih besar dari 0,05 dan nilai thitung sebesar 0,462 yang

berarti lebih kecil dari ttabel yakni sebesar 1,971. Hal ini berarti

variabel stabilitas keuangan berpengaruh secara positif dan tidak

(57)

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2012-2014.

2. Variabel tekanan eksternal memiliki tingkat signifikansi sebesar

0,282 yang lebih besar dari 0,05 dan nilai thitung sebesar -1,078 yang

berarti lebih kecil dari ttabel yakni sebesar 1,971. Hal ini berarti

variabel tekanan eksternal berpengaruh secara negatif dan tidak

signifikan terhadap fraudulent financial reporting perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2012-2014.

3. Variabel target keuangan memiliki tingkat signifikansi sebesar

0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai thitung sebesar -4,114 yang

berarti lebih kecil dari ttabel yakni sebesar 1,971. Hal ini berarti

variabel target keuangan berpengaruh secara negatif dan signifikan

terhadap fraudulent financial reporting perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.

4. Variabel kondisi industri memiliki tingkat signifikansi sebesar

0,000 yang lebih besar dari 0,05 dan nilai thitung sebesar 7,223 yang

berarti lebih kecil dari ttabel yakni sebesar 1,971. Hal ini berarti

variabel kondisi industri berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap fraudulent financial reporting perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.

5. Variabel efektivitas pengawasan memiliki tingkat signifikansi

(58)

1,551 yang berarti lebih kecil dari ttabel yakni sebesar 1,971. Hal ini

berarti variabel efektivitas pengawasan berpengaruh secara positif

dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2012-2014.

6. Variabel rasionalisasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,465

yang lebih besar dari 0,05 dan nilai thitung sebesar -0,732 yang

berarti lebih kecil dari ttabel yakni sebesar 1,971. Hal ini berarti

variabel rasionalisasi berpengaruh secara negatif dan tidak

signifikan terhadap fraudulent financial reporting perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2012-2014.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pengaruh Stabilitas Keuangan terhadap Fraudulent Financial Reporting

Berdasarkan hasil pengujian stabilitas keuangan yang diproksikan

dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE) terhadap terjadinya

fraudulent financial reporting ditemukan bahwa stabilitas keuangan tidak

berpengaruh secara signifikan dilihat dari nilai signifikansi yang berada di

atas 0,05 dengan nilai koefisien 0,462 menunjukkan bahwa stabilitas

keuangan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat risiko fraudulent

(59)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Norbarani (2012) yang menunjukkan bahwa stabilitas keuangan yang

diproksikan dengan rasio perubahan total aset tidak signifikan terhadap

fraudulent financial statement. Penelitian ini menunjukkan bahwa

berapapun perubahan total aset yang dimiliki perusahaan tidak

mempengaruhi fraud yang akan terjadi.

4.3.2 Pengaruh Tekanan Eksternal terhadap Fraudulent Financial Reporting

Hasil penelitian uji-t variabel tekanan eksternal yang diproksi

dengan leverage menunjukkan probabilitas variabel sebesar 0,282 yang

nilainya di atas tingkat signifikasi 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

tekanan eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent

financial reportingdan nilai koefisien -1,073 menunjukkan bahwa

stabilitas keuangan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat risiko

fraudulent financial reporting. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Lou dan Wang (2009) yang memberikan hasil bahwa leverage

mempengaruhi terjadinya fraudulent financial reporting.

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Subroto (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (LEV) tidak berpengaruh

(60)

mendukung hipotesis adalah karena tekanan eksternal bukan faktor kuat

bagi seseorang untuk melakukan fraudulent financial reporting. Tidak

sepenuhnya manajemen mengalami tekanan eksternal ketika memenuhi

kewajibannya. Mereka mempunyai kewajiban untuk memenuhi

hutangnya, namun manipulasi laba bukan satu-satunya cara untuk

memenuhi kewajibannya tersebut. Mereka lebih berusaha meningkatkan

kinerjanya agar dapat menghasilkan keuntungan yang baik untuk

memenuhi kewajibannya. Selain itu Laras (2011) mengungkapkan bahwa

kecenderungan perusahaan melakukan fraud dengan karakteristik leverage

yang rendah lebih mungkin disebabkan karena kreditor saat ini tidak

mempertimbangkan lagi besaran leverage yang dihasilkan, melainkan ada

pertimbangan lain seperti adanya tingkat kepercayaan atau jalinan

hubungan yang baik antara perusahaan dengan kreditor (dikutip oleh

Rahmanti 2013).

4.3.3 Pengaruh Target Keuangan terhadap Fraudulent Financial Reporting

Hasil penelitian menunjukkan bahwa target keuangan signifikan

terhadap fraudulent financial reporting. Hal ini didasarkan pada nilai

signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 dan nilai koefisien

sebesar -4,114 menunjukkan bahwa target keuangan memiliki pengaruh

positif terhadap tingkat risiko fraudulent financial reporting ditolak.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan

(61)

antara Return On Asset dengan fraudulent financial reporting. Namun,

hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian penelitian Norbarani

(2012) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki laba kecil lebih

mungkin melakukan manajemen laba daripada perusahaan dengan laba

kecil. ROA tahun sebelumnya yang rendah menunjukkan kinerja

manajemen yang lemah dalam pengelolaan aset dan menjadikan target

perolehan laba yang harus diperoleh pada tahun berikutnya oleh

perusahaan menjadi tinggi. Kondisi demikian menjadikan manajemen

terpacu untuk melakukan suatu tindak fraudulent financial reporting.

4.3.4 Pengaruh Kondisi Industri terhadap Fraudulent Financial Reporting

Koefisien variabel kondisi industri bernilai 7,223 menunjukkan

bahwa kondisi industri memiliki pengaruh positif terhadap tingkat risiko

fraudulent financial reporting diterima dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 , maka dapat disimpulkan bahwa kondisi industri yang diproksikan

dengan RECEIVABLE berpengaruh signifikan terhadap fraudulent

financial reporting. Artinya bahwa besar kecilnya rasio perubahan dalam piutang usaha memicu manajemen untuk melakukan kecurangan laporan

keuangan.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Kennedy (2014) yang menyimpulkan bahwa kondisi

industri(RECEIVABLE) berpengaruh signifikan terhadapfraudulent

(62)

4.3.5 Pengaruh Efektivitas Pengawasan terhadap Fraudulent Financial Reporting

Berdasarkan hasil uji-t, diketahui bahwa efektivitas pengawasan

yang diproksikan dengan jumlah dewan komisaris independen memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat risiko fraudulent

financial reporting. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi lebih besar dari

0,05 yaitu 0,122, dan nilai koefisien sebesar 1,551 menunjukkan bahwa

efektivitas memiliki pengaruh yang positif terhadap fraudulent financial

reporting.Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis efektivitas pengawasan

memiliki pengaruh positif terhadap tingkat risiko fraudulent financial

reporting ditolak.

Menurut Hanum (2014) efektivitas pengawasan yang diukur

dengan proksi bdout tidak signifikan terhadap fraudulent financial

reporting menunjukkan menurunnya fungsi dari komisaris independen.

Dengan adanya penurunan fungsi dari komisaris independen dapat

menjadi bahan pembelajaran oleh perusahaan untuk lebih meningkatkan

kinerja dan fungsi dari dewan komisaris independen agar lebih

meningkatkan kepercayaan para stakeholderdan mengurangi tingkat risiko

kecurangan pada laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Norbarani (2012) dan Hanum (2014),

dimana keefektivan pengawasan oleh dewan komisaris independen tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat risiko fraudulent

(63)

4.3.6 Pengaruh Rasionalisasi terhadap Fraudulent Financial Reporting

Hasil uji-t menunjukkan bahwa rasionalisasi yang diukur dengan

rasio total akrual dibagi total aset memiliki tingkat signifikansi sebesar

0,465 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel rasionalisasi tidak

signifikan terhadap fraudulent financial reporting.Nilai koefisien sebesar

-0,732 menunjukkan bahwa rasionalisasi memiliki pengaruh negatif

terhadap tingkat risiko fraudulent financial reporting.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hanum (2012). Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan kebijakan

manajemen (discretion) tidak tinggi atau motif untuk melakukan

manajemen laba adalah rendah. Variabel rasionalisasi termasuk dalam

pilar ketiga dalam fraud triangle. Menurut Skousen at al. (2009) pilar

ketiga ini merupakan unsur yang paling sulit untuk mengindikasikan

pengukurannya karena rasionalisasi merupakan sikap pembenaran yang

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan manufaktur

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fraudulent financial reporting dalam

perspektif fraud triangle diambil kesimpulan bahwa:

1. Stabilitas keuangan yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial

reporting dalam laporan tahunan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

2. Tekanan eksternal yang diproksikan dengan rasio leverage

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial

reporting dalam laporan tahunan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

3. Stabilitas keuangan yang diproksikan dengan ROA berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap fraudulent financial reporting dalam

laporan tahunan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

4. Kondisi industri yang diproksikan dengan rasio total piutang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap fraudulent financial

reporting dalam laporan tahunan manufaktur yang terdaftar di Bursa

(65)

5. Efektivitas pengawasan yang diproksikan dengan rasio jumlah

komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap fraudulent financial reporting dalam laporan tahunan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

6. Rasionalisasi yang diproksikan dengan rasio total akrual berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap fraudulent financial reporting

dalam laporan tahunan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

7. Stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, kondisi

industri, efektivitas pengawasan, rasionalisasi secara bersama-sama

berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting dalam laporan

tahunan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah

1. Populasi dari penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terbatas hanya tiga tahun

masa pengamatan.

2. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu hanya menggunakan satu

proksi untuk mendeteksi fraudulent financial reporting, yaitu

(66)

5.3 Saran

Saran yang peneliti usulkan untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan populasi yang

lebih banyak dan juga masa tahun pengamatan yang lebih panjang agar

hasil penelitian menjadi lebih maksimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel

independen lain yang diduga berpengaruh terhadap tingkat risiko

fraudulent financial statement agar nilai dari koefisien determinan

dapat menjadi lebih tinggi dari yang peneliti lakukan, yaitu sebesar

26,5%, yang berarti bahwa terdapat 73,5% variabel bebas lain yang

dapat mempengaruhi tingkat risiko kecurangan pada laporan keuangan

(67)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) mendasarkan hubungan antara

prinsipal/pemegang saham dengan agen/manajemen. Teori keagenan

menganggap bahwa individu berperilaku sesuai dengan kepentingan

masing-masing. Agen memiliki kontrak untuk menunjukkan kewajibannya

kepada prinsipal, sedangkan prinsipal memiliki kontrak untuk memberikan

bonus kepada agen. Para prinsipal menginginkan laba yang tinggi dari

perusahaan agar investasi yang telah ditanamkan cepat kembali.

Besarnya laba berhubungan dengan besarnya dividen yang akan

dibagikan kepada investor. Semakin tinggi laba, maka harga saham akan

semakin tinggi dan semakin besar pula dividen yang akan diterimanya.

Namun di sisi lain, para agen pun memiliki kepentingan sendiri yakni

bonus yang akan diterima. Prinsipal menginginkan return yang tinggi atas

investasinya, sedangkan agen memiliki kepentingan untuk mendapatkan

kompensasi yang besar atas hasil kinerjanya.

Perbedaan tujuan itulah yang menyebabkan terjadinya conflict of

interest di antara pihak agen dan prinsipal.Hal inilah yang mendorong

(68)

adanya keinginan kompensasi yang tinggi itulah,maka kemungkinan besar

agen akan melakukan moral hazard. Di samping itu para agen memiliki

informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan lebih banyak

dibandingkan pada prinsipal. Hal ini yang menimbulkan kesempatan

(opportunistic) agen untuk melakukan kecurangan.

2.1.2 Fraud

2.1.2.1 Definisi Fraud

Statement on Auditing Standards No.99 mendefinisikan

fraud sebagai “an intentional act that result in a material

misstatement in financial statements that are the subject of an

audit”.Sedangkan menurut AssociationofCertified Fraud

Examiners (ACFE), fraudadalah :

Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

Menurut BPK (2008) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan adalah:

1) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation); 2) dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present); 3) fakta bersifat material (material fact);

4) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly);

5) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;

(69)

pernyataan tersebut (misrepresentation); 7) yang merugikannya (detriment).

2.1.2.2 Tipologi Fraud

Dari bagan Uniform Occupational Fraud Classification

System, TheACFE (Association of Certified Fraud Examiner,

2000) membagiFraud kedalamtiga (3) tipologi tindakan, yaitu :

1. Penggelapan Aset (Asset Missapropriation)

Penyimpangan ini meliputi penyalahgunaan atau pencurian

asset/harta perusahaan. Asset missapropriation merupakan fraud

yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau

dapat dihitung.

2. Pernyataan yang Salah (Fraudulent Misstatement)

Hal ini dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap laporan

keuangan untuk memperoleh keuntungan dari berbagaipihak,

Penggelapan aktiva perusahaan juga dapat menyebabkan laporan

keuangan perusahaan tidak disajikan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum dan menghasilkan laba yang atraktif

(windowdressing).

3. Korupsi (Corruption)

Korupsi merupakan fraud paling sulit dideteksi karena korupsi

biasanya tidak dilakukan oleh satu orang saja tetapi sudah

melibatkan pihak lain (kolusi). Kerjasama yang dimaksud dapat

(70)

yang illegal dan pemerasan secara ekonomis.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Fraud

Menurut Albrecth dan Albrecth, fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis.

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Fraud

Jenis Kecurangan Korban Pelaku Penjelasan

Penggelapan uang Pegawai Pemberi Kerja Pemberi Kerja

Atau Secara

Kecurangan langsung atau tidak

Pekerjaan langsung

mengambil hak dari pekerjanya.

Kecurangan Pemegang saham, Manajemen tingkat Manajemen Tingkat

Manajemen Atas Atas

Kecurangan Pembeli Barang Penjual barang atau Mengenakan biaya

Penyediaan Atau Jasa Yang Kecurangan Penjual Barang Pelanggan Pelanggan

Pelanggan Atau meminta Harga

Jasa Yang

(71)

Berdasarkan tabel di atas, menurut Kerwin (dikutip oleh

Nguyen, 2008) kecurangan pada laporan keuangan merupakan

kecurangan yang sengaja dibuat oleh manajemen yang merugikan

investor dan kreditor dengan laporan keuangan yang

keliru.Penelitian ini berfokus pada fraudulent financial reporting

dimana kecurangan tersebut dilakukan oleh manajemen.

Robertson (2000dalam Rezaee, 2002) melihat bahwa

management fraud dan fraudulent financial reporting bersinonim

karena secara tipikal fraudulent financial reporting muncul

dengan persetujuan atau sepengetahuan dari manajemen.

2.1.3 Teori Fraud Triangle

Teori yang mendasari penelitian ini adalah fraud triangle

theoryyang merupakan salah satu konsep dasar dari pencegahan dan

pendeteksian fraud. Konsep segitiga kecurangan pertama kali

diperkenalkan oleh Cressey (1953). Melalui serangkaian wawancara

dengan 113 orang yang telah di hukum karena melakukan penggelapan

uang perusahaan yang disebutnya “trust violators” atau “pelanggar

kepercayaan”.Penelitian Cressey diterbitkan dengan judul Other’s People

Money: A Studyin the Social Psychology of Embezzelent. Penelitian

Cressey ini secara umummenjelaskan alasan mengapa orang-orang

melakukan Fraud.Cressey menyimpulkan terdapat kondisi yang selalu

hadir dalam kecurangan perusahaan yakni yaitu tekanan/motif,

(72)

Tekanan/motif

Kesempatan Rasionalisasi

Gambar 2.1

Fraud Triangle

(Sumber: Tuanakotta, 2010:207) 2.1.3.1Tekanan/Motif

Tekanan/motif yaitu insentif yang mendorong orang

melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup,

ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling,

mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.

Montgomery et al., (2002dalamRukmawati, 2011) mengatakan

tekanan/motif ini sesungguhnya mempunyai dua bentuk yaitu

nyata (direct) dan bentuk persepsi (indirect). Bentuk nyata

merupakan tekanan yang nyata disebabkan oleh kondisi kondisi

kehidupan yang nyata yang dihadapi oleh pelaku yang mendorong

untuk melakukan kecurangan. Kondisi tersebut dapat berupa

kebiasaan sering berjudi, kecanduan obat terlarang, atau

menghadapi persoalan keuangan. Tekanan dalam bentuk persepsi

merupakan opini yang dibangun oleh pelaku yang mendorong

untuk melakukan kecurangan seperti misalnya executive

(73)

terjadi pada tekanan yang dapat mengakibatkan kecurangan.

Kondisi tersebut adalahstabilitas keuangan, tekanan eksternal,

kebutuhan keuangan individu.

2.1.3.2Kesempatan

Menurut Montgomery et al., (2002dalam Rukmawati

2011), kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara

leluasa dapat menjalankan aksinya yang disebabkan oleh

pengendalian internal yang lemah, ketidakdisplinan, kelemahan

dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap

apatis. Hal yang paling menonjol di sini adalah dalam hal

pengendalian internal. Pengendalian internal yang tidak baik akan

memberi peluang orang untuk melakukan kecurangan.Dari tiga

faktor risiko kecurangan, peluang merupakan hal dasar yang dapat

terjadi kapan saja sehingga memerlukan pengawasan dari struktur

organisasi mulai dari atas. SAS No. 99 menyebutkan bahwa

peluang pada fraudulent financial reporting dapat terjadi pada tiga

kategori. Kondisi tersebut adalahkondisi industri,efektivitas

pengawasan danstruktur organisasi.

2.1.3.3Rasionalisasi

Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya

fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya.

Sikap atau karakter adalah apa yang menyebabkan satu atau lebih

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal penelitian
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Kriteria Pemilihan Sampel
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memutus arus dari PLN dengan menekan tombol Push Button warna merah di panel ATS PLN sebelah ruang Genset.. Genset secara otomatis akan

[r]

[r]

KEMENTERI,AN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERT YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KE OLAHRACaarll Alamat: Jl.. : penata TK I,

Meningkatnya kualitas pelayanan publik Indeks Kepuasan Masyarakat Meningkatnya sarana prasarana Rumah Sakit Prosentase kondisi talud yang baik. Meningkatnya pengelolaan limbah cair

BE memiliki distribusi yang tidak lengkap, kecuali fonem vokal; (2) masing-masing fonem tersebut merupakan fonem asal yang dapat membentuk morfem pangkal secara fonetis; (3)

Untuk mendapatkan teknik permainan yang ada pada instrumen gambus, penulis melakukan penelitian dengan melihat dan mengamati permainan oleh informan kunci yaitu Nasri Effas

Tabel 8.1 Matriks Memorandum Program Investasi Sektor Pengembangan Perumahan dan Permukiman (Bangkim) Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015-2019.. SEKTOR NO