• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN INTEKAM POLRI DALAM MENGANTISIPASI KONFLIK SOSIAL (STUDI DI WILAYAH HUKUM POLDA LAMPUNG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN INTEKAM POLRI DALAM MENGANTISIPASI KONFLIK SOSIAL (STUDI DI WILAYAH HUKUM POLDA LAMPUNG)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PERANAN INTEKAM POLRI DALAM MENGANTISIPASI KONFLIK SOSIAL

(STUDI DI WILAYAH HUKUM POLDA LAMPUNG)

Oleh

Daniel Marbun

Masyarakat yang merupakan elemen dasar dalam terbentuknya suatu Negara haruslah saling bersatu. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kolektif dimana manusia itu bergaul dan berinteraksi. Interaksi antar individu dengan keinginan dan tujuan yang sama tersebut pada akhirnya melahirkan kebudayaan. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sementara kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan bagi masyarakat tersebut. Melalui kebudayaan, manusia menciptakan tatanan kehidupan yang ideal di muka bumi. Apabila interaksi antar masyarakat mengalami suatu gesekan ataupun pertentangan, tentunya hal ini dapat menyebabkan konflik sosial. Konflik sosial dapat disebabkan oleh banyak hal, yaitu perbedaan pemikiran, perbedaan latar belakang kebudayaan, perbedaan kepentingan kelompok, perubahan nilai sosial yang cepat dalam masyarakat, dan kesenjangan sosial yang ada. Intelkam POLRI yang menjadi garda terdepan dalam menghadapi perubahan dinamika sosial masyarakat yang berkembang harus sangat jeli dan peka. Hal ini untuk mengantisipasi terjadi Konflik Sosial di dalam masyarakat. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini dengan mengajukan dua permasalahan, yaitu bagaimanakah peranan Intelkam POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial dan apa sajakah faktor-faktor penghambat Intelkam POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial.

(3)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis maka peranan Intelkam POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial adalah dengan memelihara kondisi damai dalam masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian konflik secara damai, meredam potensi konflik, dan membangun sistem peringatan dini. Sistem penyelesaian masalah di tingkat terendah masyarakat pun dilakukan dengan Rembuk Pekon atau penyelesaian masalah secara musyawarah untuk mufakat tanpa harus dilakukannya proses hukum berupa litigasi, hal ini juga mencegah terjadi konflik sosial yang beralaskan balas dendam apabila salah satu pihak diproses secara hukum yang berlaku. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Intelkam POLRI juga mendapat beberapa faktor penghambat yaitu faktor kurangnya personil, kurang memadainya sarana dan prasarana, serta kurangnya pendanaan guna menunjang kinerja intelkam.

Penulis juga menyarankan agar proes pendekatan POLRI kepada masyarakat harus dilakukan secara emosional serta diutamakannya proses Rembuk Pekon dalam setiap penyelesaian masalah di masyarakat. Untuk memaksimalkan tugas dan fungsi Intelkam POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial, maka faktor-faktor penghambat haruslah dihilangkan atau diminimalisir secara cepat.

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 11

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Fungsi dan Wewenang POLRI ... 13

1. Tugas, fungsi dan wewenang POLRI... 13

2. Direktorat Intelkam dan Keamanan (Ditintelkam) POLRI... 18

B. Konflik Sosial... 23

1. Pengertian Konflik Sosial... 23

2. Faktor-faktor penyebab Konflik Sosial... 25

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 28

B. Sumber dan Jenis Data ... 29

C. Penentuan Populasi dan Sempel... 31

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data... 32

E. Analisis Data ... 33

(7)

C. Faktor faktor penghambat Intelkam POLRI

dalam mengantisipasi Konflik sosial... 52

V.PENUTUP

A. Kesimpulan... ... 58 B. Saran... 60

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat yang merupakan elemen dasar dalam terbentuknya suatu Negara haruslah saling bersatu. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kolektif dimana manusia itu bergaul dan berinteraksi. Interaksi antar individu dengan keinginan dan tujuan yang sama tersebut pada akhirnya melahirkan kebudayaan. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain, sementara kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan bagi masyarakat tersebut. Melalui kebudayaan, manusia menciptakan tatanan kehidupan yang ideal di muka bumi.1

Apabila interaksi antar masyarakat mengalami suatu gesekan ataupun pertentangan, tentunya hal ini dapat menyebabkan konflik sosial. Menurut Pasal 1 Bab 1 Ketentuan Umum Undang-undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, bahwa definisi konflik sosial adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional

1

(9)

dan menghambat pembangunan nasional. Konflik sosial dapat disebabkan oleh banyak hal, yaitu perbedaan pendirian, perbedaan latar belakang kebudayaan, perbedaan kepentingan dan kelompok, perubahan nilai sosial yang cepat dalam masyarakat, kesenjangan sosial ekonomi yang ada.

Terjadinya konflik sosial dalam masyarakat dapat menimbulkan kerugian di salah satu ataupun seluruh pihak yang terlibat dalam konflik tersebut, dimana hal ini dapat berupa kerusakan materiil dan moril. Sebagai contoh jatuhnya korban dalam konflik ini baik berupa luka-luka dan bahkan dapat terdapat korban jiwa. Ketika hal ini terjadi, sudah tentu terdapat juga tindak pidana yang terjadi seperti yang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab V yaitu Tentang kejahatan terhadap ketertiban umum dan Bab VII Tentang kejahatan yang membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang.

Indonesia yang merupakan negara yang terkenal akan kehomogenan suku bangsa dan adat budaya. Jawa Pos National Network (JPPN) mencatat pada tahun 2012, Indonesia memiliki 1.128 Suku Bangsa.2 Kehomogenan ini membuat Indonesia menjadi negara yang bias dikatakan unik dikarenakan keanekaragaman kultur budaya yang berbeda dapat dijadikan satu menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kekayaan yang dimiliki Indonesia ini sudah pasti menimbulkan dampak positif dan negatif, karena itu Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang timbul dari masing-masing suku bangsa. Suku bangsa dan adat budaya yang banyak ini

2

(10)

mempunyai sisi lain tentunya, dengan hal-hal yang berbeda-beda ini dapat memicu potensi-potensi konflik sosial yang ada.

Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk dalam daftar rawan konflik. Salah satu konflik sosial yang paling menghebohkan ialah konflik antar suku yang terjadi di Desa Balinuraga Kabupaten Lampung Selatan ataupun konflik antar desa yang terjadi di Bekri Lampung Tengah. Untuk itu, sudah menjadi tugas dan peran POLRI selaku salah satu institusi penegak hukum di Indonesia dalam meredam dan mengantisipasi potensi-potensi konflik sosial yang ada. Institusi yang merupakan bagian dari eksekutif ini menjadi pamong terdepan masyarakat dalam menegakkan supremasi hukum dari segala aspek baik itu secara langsung ataupun tak langsung.

Secara langsung dikatakan karena POLRI yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dalam mengawal penegakan hukum yang ada, dan secara tidak langsung dikatakan karena POLRI menjadi penyambung antara Pemerintah Pusat ke masyarakat dalam penyadaran hukum serta pencerdasan hukum yang dinamikanya berjalan dengan cepat.

(11)

keamanan internal negara. Lebih tepatnya hal ini tertuang pada Pasal 6 tentang Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia ayat (1) : Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.3 Menurut UU No 2 Tahun 2002 Bab III Pasal 13 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menjabarkan terdapat tiga Tugas dan Wewenang Polri, yaitu : Memelihara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (HarKamTibMas), Menegakkan Hukum (Penegakan Hukum), Memberikan Perlindungan, Pengayoman , dan Pelayanan kepada Masyarakat (Melindungi Mengayomi dan Melayani Masyarakat).

Ditinjau dari tiga tugas dan wewenang Polri tersebut mencerminkan bahwa kinerja POLRI akan menjadi acuan dalam menilai kinerja instansi-instansi negara dalam melaksanakan “good governance” atau pemerintahan yang baik. Menjadi amanah yang berat dikarenakan Indonesia memiliki ribuan suku bangsa dan adat budaya. Institusi Pemerintah yang merupakan garda terdepan bagi masyarakat ini harus bekerja ekstra dalam menjaga keamanan nasional.

Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian Daerah terdapat berbagai satuan yang mempunyai fungsi masing-masing, yang dimana untuk konteks antisipasi konflik tentunya sudah menjadi tugas dan fungsi pokok Direktorat Intelkam Keamanan (Ditintelkam). Lebih tepatnya hal ini diatur dalam

3

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Ketetapan Majelis Permusyawaraan Rakyat Republik Indonesia Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis

(12)

Pasal 118 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010, yaitu :

1. Membina dan menyelenggarakan kegiatan Intelkam dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan produk Intelkam, pembentukan dan pembinaan jaringan Intelkam kepolisian baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional, dan peringatan dini (early warning);

2. Memberikan pelayanan administrasi dan pengawasan senjata api atau bahan peledak, orang asing, dan kegiatan sosial atau politik masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

3. Mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan informasi dan dokumentasi kegiatan Ditintelkam.

Intelkam Polri yang memiliki semboyan Indera Waspada Nagara Raharja ini harus menjadi garda terdepan dalam menganalisis potensi-potensi konflik serta cermat dalam membaca dinamika sosial yang berkembang pada masyarakat terlebih akan menjadi ekstra ketika menilik kenyataan bahwa Negara Indonesia memiliki lebih dari 230 juta penduduk. Strategi-strategi Intelkam dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah serta penyusunan prakiraan Intelkam keamanan dan menyajikan hasil analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.

(13)

Intelkam POLRI yang sejatinya sudah harus mengetahui potensi-potensi Konflik Sosial harus tetap siaga dalam mengantisipasi terjadinya konflik. Ketika terjadinya konflik, peranan Intelkam dapat dipertanyakan dalam konteks organ pemerintah yang bertugas mengamankan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Melalui PP No 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia menyatakan bahwa POLRI harus memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan dengan sebaik-baiknya serta memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya laporan atau pengaduan masyarakat.

Pemikiran masyarakat awam ketika terjadinya konflik sosial maka disinilah terjadi kesalahan dari POLRI terkhusus Intelkam POLRI dalam hal mengantisipasi agar konflik tersebut tidak menyebar luas. Apakah memang Intelkam yang tidak bertugas secara maksimal, ataupun malah terjadi tindak indispliner yang dapat menyebabkan terjadinya konflik sosial tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan judul Peranan Intelkam POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial (Study di Wilayah

Hukum Polda Lampung)

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

(14)

a. Bagaimanakah peran Intelkam POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial?

b. Apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat Intelkam POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial ?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian meliputi adalah peran Intelkam POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial dan faktor-faktor yang dapat menghambat Intelkam POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial. Khususnya di wilayah Kepolisian Daerah Lampung (Polda Lampung).

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok bahasan di atas maka tujuan dari penelitianini adalah: a. Untuk memperoleh deskripsi lengkap, jelas dan rinci mengenai peran Intelkam

POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial.

b. Untuk memperoleh deskripsi lengkap, jelas dan rinci mengenai faktor-faktor penghambat Intelkam POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

(15)

pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu hukum pidana.

b. Kegunaan Praktis, yaitu memberikan masukan kepada aparat penegak hukum mengenai pengantisipasian konflik sosial.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teori merupakan acuan dalam penelitian dengan maksud agar lebih jelas untuk membahas pokok permasalahan dengan mendasarkan pada suatu teori. Kerangka teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. Pada setiap penelitian selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis. Hal ini karena adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data.4

Peran (role) merupakan proses dinamis dalam suatu kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.5

4

Soerjono Soekamto. Pengantar Penelitian Hukum. 1986. UI Press. Jakarta, hlm. 124

5

(16)

Dalam kehidupan sosial, setiap orang sudah mempunyai perannya masing-masing. Hal ini dikarenakan oleh latar belakang pekerjaannya ataupun dikarenakan sifat sosial dari seseorang tersebut. Soerjono Soekanto menjelaskan dalam Teori Peran, bahwa peran mempunyai cakupan-cakupan 3 hal, yaitu:

a. Peran meliputi norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Peran merupakan konsep perilaku tentang apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peran dikatakan sebagai individu yang penting dalam struktur sosial masyarakat .6

Bernard Raho menjelaskan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role set). Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.7

Menurut David Berry peranan yang berhubungan dengan pekerjan adalah seseorang diharapkan dapat menjalankan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan apa yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada invidu yang menempati kedudukan sosial tertentu. 8

Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, seperti contoh Intelkam POLRI yang diharapkan dalam status jabatan sebagai mata telinga institusi POLRI dalam menanggapi segala sesuatu yang berhubungan dengan dinamika

6

Soerjono Soekanto. Beberapa Teori Sosiolofi Tentang Struktur Masyarakat.. Rajawali Press. Jakarta. 1983. hlm 59

7

Bernard Raho. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. 2007. hlm 77

8

(17)

sosial masyarakat. Peranan-peranan tersebut dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan.

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti.9

Pengertian istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu: a. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.10

b. Antisipasi adalah perhitungan tentang hal-hal yang akan (belum) terjadi.11 c. POLRI adalah Kepolisian Republik Indonesia. Kepolisian adalah segala hal

ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.12

d. Direktorat Intelkam Keamanan adalah salah satu bagian unit yang berada pada Polda Lampung. yang dibagi lagi menjadi Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin), Bagian Analisis (Baganalisis), Seksi PelayanannAdministrasi (Siyanmin), Seksi Intelkam Teknologi (Siintelek), Seksi Sandi (Sisandi), dan Sub Direktorat (Subdit)13

9

Soerjono Soekanto. Faktor-faktor Penegakan Hukum.Jakarta 1983. hlm 132

10

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.1990. hlm 667

11

Ibid hlm. 43

12

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Citra Umbara. 2012. Hlm 57

13

(18)

e. Konflik sosial adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional.14

E. Sistematika Penulisan

Sistematika Penelitian pada judul skripsi ini bahwa di dalam penulisan skripsi ini dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka skripsi disusun dalam 5 (lima) Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang pemilihan judul, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat telaah kepustakaan yang berupa pengertian-pengertian dan tinjauan umum tentang peranan Intelkam POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial.

14

(19)

III. METODE PENELITIAN

Merupakan bab metode penelitian yang dimulai dari kegiatan pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, prosedur pengumpulan dan pengolahan data dan analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan pembahasan dari hasil penelitian yang akan memberikan jawaban tentang peranan Intelkam POLRI dalam mengantisipasi konflik sosial.

V. PENUTUP

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum POLRI

1. Tugas, fungsi dan wewenang POLRI

Polisi berasal dari kata Yunani yaitu Politeia. Kata ini pada mulanya dipergunakan untuk menyebut “orang yang menjadi warga Negara dari kota

Athena”, kemudian seiring berjalannya waktu pengertian itu berkembang luas menjadi “kota” dan dipakai untuk menyebut “semua usaha kota” dalam konteks

bagian dari suatu pemerintahan.1

Polisi mengandung arti sebagai organ dan fungsi, yakni sebagai organ pemerintah dengan tugas mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan agar yang diperintah menjalankan badan tidak melakukan larangan-larangan perintah. Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, definisi Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tugas, fungsi, dan kewenangan dijalankan atas kewajiban untuk mengadakan pengawasan secara intensif dan bila perlu dengan paksaan yang dilakukan dengan cara melaksanakan kewajiban umum dengan perantara pengadilan, dan memaksa

1

Andi Munwarman. sejarah singkat

(21)

yang diperintah untuk melaksanakan kewajiban umum tanpa perantara pengadilan.2

Berkaitan dengan tugas dan wewenang polisi ini harus dijalankan dengan baik agar tujuan polisi yang tertuang dalam pasal-pasal berguna dengan baik, Undang-undang kepolisian bertujuan untuk menjamin tertib dan tegaknya hukum serta terbinannya ketentraman masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanaan negara, terselenggaranya fungsi pertahannan dan keamanan negara, tercapainya tujuan nasional dengan menjunjung fungsi hak asasi manusia terlaksana.3

Momo Kelana menerangkan bahwa polisi mempunyai dua arti, yakni polisi dalam arti formal mencangkup penjelasan organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian, dan dalam arti materil, yakni memberikan jawaban-jawaban terhadap persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban yang diatur di peraturan perundang-undangan.4

Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata polisi adalah “suatu badan yang bertugas memelihara keamanan dan ketentraman dan

ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar hukum), merupakan suatu anggota badan pemerintah (pegawai negara yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban).5

2

Momo Kelana, Hukum Kepolisian. Perkembangan di Indonesia Suatu studi Histories Komperatif. (jakarta: PTIK, 1972). hlm 18.

3

Andi Munawarman. Op.cit. hlm 4

4

Ibid. hlm 22

5

(22)

Pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia fungsi kepolisian diatur dalam Pasal 2 yaitu:

“Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.

Menjalankan fungsi sebagai penegak hukum polisi wajib memahani asas-asas yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan tugas dan kerja yaitu sebagai berikut:

1. Asas Legalitas, dalam melaksankan tugasnya sebgai penegak hukum wajib tunduk pada hukum.

2. Asas Kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani permasalahan masyarakat.

3. Asas Partisipasi, dalam rangka mengamankan lingkungan masyarakat polisi mengkoordinasikan pengamanan Swakarsa untuk mewujudkan ketaatan hukum di kalangan masyarakat.

4. Asas Preventif, selalu menedepankan tindakan pencegahan dari pada penindakan (represif) kepada masyarakat.

5. Asas Subsidiaritas, melakukan tugas instansi lain agar tidak menimbulkan permasalahan yaang lebih besar sebelum ditangani oleh instansi yang memmbelakangi.6

Mengenai tugas dan wewenang polisidiatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu :

Pasal 13

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakan hukum; dan

6

(23)

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayannan kepada masyarakat.

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban,dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; sertal.

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(24)

(3) huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Menurut semboyan Tribrata, tugas dan wewenang POLRI adalah :

“ Kami Polisi Indonesia :

1. Bebakti kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Menjungjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber- dasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

3. Senantiasa melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban.

Sebagai insan Bhayangkara, kehormatan POLRI adalah berkorban demi masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut dijelaskan dalam Catur Prasetya POLRI, yaitu:

a. Meniadakan segala bentuk gangguan keamanan

b. Menjaga keselamatan jiwa raga, harta benda dan hak asasi manusia c. Menjamin kepastian negara berdasarkan hukum

d. Memelihara perasaan tentram dan damai

Berkaitan dengan tugas dan wewenang, Institusi Negara yang melalui Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1999 dipisahkan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ini harus dijalankan dengan baik agar tujuan polisi yang tertuang dalam pasal-pasal berguna dengan baik, Undang-undang kepolisian bertujuan untuk menjamin tertib dan tegaknya hukum serta terbinannya ketentraman masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanaan negara, terselenggaranya fungsi pertahannan dan keamanan negara, tercapainya tujuan nasional dengan menjunjung fungsi hak asasi manusia terlaksana.7

Selain itu

7

(25)

tujuan Polisi Indonesia “menurut Jendral Polisi Rusman Hadi, ialah mewujudkan keamanan dalam negara yang mendorong gairah kerja masyrakat dalam mencapai kesejahteraan.8

2. Direktorat Intelkam dan Keamanan (Ditintelkam) POLRI

Direktorat Intelkam dan Keamanan (Ditinelkam) POLRI adalah salah satu unsur struKtural pelaksana tugas pokok yang berada di bawah pimpinan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), sedangkan dalam tingkatan daerah Ditintelkam berada di bawah pimpinan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda).

Intelkam POLRI adalah sebagai Sebagai Mata dan Telinga kesatuan POLRI yang berkewajiban melaksanakan deteksi dini dan memberikan peringatan masalah dan perkembangan masalah dan perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat. Serta dapat mengidentifikasi ancaman, gangguan, atau hambatan terhadap Kamtibmas (Keamanan dan ketertiban masyarakat).9

Hal ini menandakan bahwa Intelkam merupakan basis terdepan POLRI dalam hal mengayomi masyarakat dan menangkal segala sesuatu yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan. Ditintelkam mempunyai tugas dan fungsi yang diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Perkap) No. 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah.

8

Rusman Hadi. 1996. Polri menuju Reformasi. Jakarta: Yayasan Tenaga Kerja hlm 27

9

(26)

a. Tugas Ditintelkam

Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah, tugas Ditintelkam dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu :

a. Membina dan menyelenggarakan kegiatan Intelkam dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan produk Intelkam, pembentukan dan pembinaan jaringan Intelkam kepolisian baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional, dan peringatan dini (early warning);

b. Memberikan pelayanan administrasi dan pengawasan senjata api atau bahan peledak, orang asing, dan kegiatan sosial atau politik masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. Mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan informasi dan dokumentasi kegiatan Ditintelkam.

b. Fungsi Ditintelkam

Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah, fungsi Ditintelkam dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu :

1. Fungsi Kepolisian dibidang Intelijen dan Keamanan meliputi:

a. Pembinaan kegiatan Intelkam dalam bidang keamanan, antara lain persandian dan produk Intelkam;

b. Pelaksanaan kegiatan operasional Intelkam keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning) melalui pemberdayaan personel pengemban fungsi Intelkam;

c. Pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah; d. Pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan

lingkungan strategik serta penyusunan produk Intelkam untuk mendukung kegiatan;

e. Penyusunan prakiraan Intelkam keamanan dan menyajikan hasil analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan; dan

(27)

sosial atau politik masyarakat, dan SKCK kepada masyarakat yang membutuhkan, serta melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya.

2. Fungsi di bidang Pelayanan Publik meliputi : a. Kegiatan Masyarakat, antara lain :

1. Memberikan ijin keramaian

2. pemberitahuan kegiatan politik dan kegiatan masyarakat/ keagamaan

b. Menerbitkan dokumen orang asing, antara lain : 1. Surat keterangan lapor diri (SKLD) orang asing 2. Surat keterangan jalan (SKJ) orang asing

c. Memberikan pelayanan proses ijin senjata berapi (senpi) dan handak sebagai berikut :

1. Surat ijin senpi terdiri :

i. Ijin senpi peruntukan Bela diri ii. Ijin senpi peruntukan Olah raga

iii. Ijin senpi peruntukan Satpam / polisi khusus (polsus) / Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

2. Surat ijin senjata terdiri : i. Ijin impor

ii. Ijin produksi

iii. Ijin pemilikan, penguasaan dan penyimpanan (3P) bahan peledak

iv. Ijin pembelian dan penggunaan (2P) bahan peledak v. Ijin gudang bahan peledak

vi. Ijin pemusnahan bahan peledak

c. Peran Intelkam dalam masyarakat

Situasi kamtibmas dan tindak kriminalitas memiliki kecendrungan meningkat dari tahun ke tahun seirama dengan perkembangan berbagai aspek kehidupan masyarakat, sementara itu situasi keamanan dan ketertiban yang kondusif di wilayah adalah mutlak, untuk mewujudkan guna mendukung terselenggaranya pembangunan daerah sampai ke tingkat nasional termasuk berjalannya roda pemerintahan dan perekonomian bangsa.

(28)

keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif, harus dapat mengantisipasi berbagai perkembangan situasi sehingga apabila muncul ancaman faktual dapat ditangani secara profesional dan proporsional sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Semakin besar tujuan semakin luas dan kompleks permasalahan yang dihadapi serta memerlukan orang khusus, organ khusus, dan cara khusus. Menurut Soerjono Soekanto dalam Teori Peran menjelaskan bahwa peran mempunyai tiga arti, yaitu: meliputi norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, merupakan konsep perilaku apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi, dikatakan sebagai individu yang penting dalam struktur sosial masyarakat.

Dalam Teori Peran tersebut tersirat bahwa peran intelkam POLRI dapat menjadi personal yang merupakan penghubung dan penjaga dinamika sosial yang berkembang dalam masyarakat terkhusus dalam konsep masyrakat yang tergabung dalam sebuah organisasi, hal ini merupakan peran yang sangat vital dalam hal menjaga agar tidak terjadinya Konflik Sosial.

(29)

sering terjadi dikarenakan dinamika yang berkembang saat ini banyak informasi yang kurang faktual dan terpercaya.

Personil Intelkam POLRI harus merupakan personil yang cakap dan mempunya insting tajam dalam membaca perkembangan situasi di masyarakat. Dalam konteks ini Institus POLRI dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang merupakan siklus pembinaan personil yaitu menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kemampuan, terutama personil fungsi teknis intelijen untuk lebih dapat melakukan tugas dengan baik. Pendayagunaan hal yang terdapat dan dapat dilakukan oleh fungsi intelijen secara lebih baik oleh pengambilan keputusan

Masyarakat Indonesia yang terkenal homogen atau multikultur dapat menjadi alat pemersatu yang kuat. Hal ini dapat diwujudkan apabila peranan Intelkam dapat dimaksimalkan secara menyeluruh sampai ke seluruh lapisan masyarakat mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Semua perbedaan adat budaya dapat disatukan melalui adanya pembangunan jiwa toleransi atas sesama yang dapat disosialisasikan secara bertahap.

Menurut Daniel Sparingga, teori Multikulturalisme harus digunakan untuk memperkuat integrasi bangsa yang dimana dalam teori ini memungkinkan kelompok etnik dan budaya hidup berdampingan secara damai dalam prinsip ko-eksistensi dan pro-ko-eksistensi, yakni menghormati budaya lain sekaligus memiliki kesadaran untuk ambil bagian memecahkan masalah kelompok lain. 10

10

(30)

Penggunaan teori multikultarisme sekaligus merupakan upaya yang jitu untuk menghindari konflik. Dengan demikian, konflik sosial dapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan. Fungsi intelkam POLRI sangat berperan dalam memberikan masukan kepada pimpinan tentang perkembangan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.

Intelkam polri yang merupakan garda terdepan haruslah sangat pro aktif dalam menyikapi dinamika sosial yang berkembang terutama hal-hal vital sekarang ini seperti tentang agama, ekonomi, dan budaya. Diperlukan analisa Intelkam yang tajam dan akurat sehingga segala kemungkinan tentang perkembangan kamtibmas dapat diantisipasi oleh kepolisian. Maka dituntut peran dan fungsi intelkam dalam menjalankan tugasnya dalam menghadapi perkembangan paradigma kamtibmas yang terjadi di wilayah tugasnya masing-masing.

B. Konflik Sosial

1. Pengertian Konflik Sosial

Konflik adalah bentuk interaktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi yang mengakibatkan salah satu pihak berusaha untuk mengalahkan atau menyingkirkan pihak yang lain. Konflik biasanya terjadi karena adanya pertentangan baik itu bermula dari pertentangan pemikiran yang berlanjut pada tindakan nyata ataupun langsung bermula dari tindakan nyata yang diwujudkan pada suatu kontak fisik.11

11

(31)

Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, definisi Konflik sosial adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional.

Konflik sosial umumnya dilakukan oleh dua atau lebih kelompok masa yang terakomodir dalam satu wadah, baik itu dalam satu desa, organisasi, ataupun wadah-wadah lainnya yang saling berhadapan secara langsung yang dimana masing-masing anggota kelompok tersebut telah mempersiapkan dirinya dengan senjata tajam ataupun peralatan lain yang dapat melukai orang lain.

Menurut Lewis A Coser, konflik dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Konflik yang dilandaskan pada kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan.

b. Konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak.12

Konflik sosial seperti yang tertuang dalam pengertian konflik diatas dilakukan oleh beberapa kelompok masa untuk membalas ataupun mendapat kepuasan atas konflik yang sebelumnya telah terjadi yang biasanya hanya melibatkan beberapa anggota dari masing-masing kelompok antar masa tersebut. dikalakukan oleh beberapa kalangan untuk mendapatkan suatu jawaban atau tindakan dari penguasa

12

(32)

akibat dari suatu kehendak penguasa yang dirasa tidak berkeadilan pada suatu kumpulan masyrakat.

2. Faktor-faktor penyebab Konflik Sosial

Faktor-faktor pemicu konflik sosial banyak disebabkan oleh beberapa hal, seperti facktor ekonomi, budaya, sampai perbedaan agama diantara masyarakat tersebut. Faktor-faktor penyebab konflik terdiri dari berbagai macam, yaitu:

1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. 2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk

pribadi-pribadi yang berbeda.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

4. Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.13

Menjadi fakta ironi nyata dilapangan ialah status sosial yang berbeda dimana kesenjangan sosial yang sangat jauh dapat menimbulkan kecemburuaan sosial dari elemen masyarakat yang dikategorikan kurang mampu terhadap elemen masyarakat yang dapat dimasukkan ke dalam kategori mampu ataupun berkecukupan. Dengan demikian sesungguhnya sumber konflik itu komplek dan saling terkait satu sama lain sehingga memperkuat munculnya sebuah konflik.

Potensi konflik dapat berkembang menjadi konflik, apabila terjadi persaingan yang bersifat emosional. Corak emosional lebih banyak muncul pada komuniti yang eksklusif minoritas ataupun ekslusif mayoritas. Komuniti ekslusif terbentuk sebagai akibat terpisahnya kegiatan sosial antar kelompok agama yang ada.

13

(33)

Keadaan yang demikian dapat menimbulkan kecenderungan untuk menutup diri dan saling berprasangka antar kelompok.

Penegakan hukum yang tegas dapat menjadi kunci dalam mengantisipasi segala sesuatu berpotensi terjadinya konflik sosial. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor-faktor dalam penegakan hukum diantaranya:

1. Faktor Undang-undang adalah peraturan yang tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah.

2. Faktor Penegak Hukum adalah yakni pihak pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

3. Faktor sarana dan fasilitas adalah faktor yang mendukung dari penegakan hukum.

4. Faktor Masyarakat adalah yakni faktor yang meliputi lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5. Faktor Budaya adalah yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.14

Lundberg dan Lancing mengemukakan konsepsi operasional tentang bekerjanya hukum dalam masyarakat dengan di dasarkan pada dua konsep berbeda, yaitu tentang ramalan mengenai akibat (prediction of consequences). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penegakan hukum adalah usaha menegakkan norma-norma dan kaidah-kaidah hukum sekaligus nilai-nilai yang ada di belakangnya.15

Penegakan hukum (law enforcement), keadilan dan hak asasi manusia merupakan tiga kata kunci dalam suatu negara hukum (rechsstaat) seperti halnya Indonesia. Ketiga istilah ini mempunyai hubungan dan keterkaitan yang sangat erat. Keadilan adalah hakikat dari hukum. Oleh karena itu, jika suatu negara menyebut dirinya

14

Ibid. hlm 8

15

(34)

sebagai negara hukum, maka di dalam negara tersebut harus menjungjung tinggi nilai keadialan (justice).

Di wilayah Provinsi Lampung, konflik sosial sudah sering terjadi. Hal ini bisa dikatakan telah terjadi turun temurun sejak dulu. Kilas balik di Kabupaten Lampung Selatan dalam kurun waktu tahun 2012 sudah dua kali terjadi konflik sosial yang dilatarbelakangi oleh perbedaan budaya. Hal yang hampir serupa terjadi di Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah. Namun bedanya, unsur awal terjadinya disinyalir dikarenakan adanya tindak pidana pencurian.

(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah Pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Untuk itu diperlukan penelitian yang merupakan suatu rencana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.1

Menurut Ronny Hanitijo Soemitro pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan kepustakaan yang berpedoman pada peraturan-peraturan, buku-buku atau literatur-literatur hukum serta bahan-bahan yang mempunyai hubungan permasalahan dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini dan pengambilan data langsung pada objek penelitian yang berkaitan dengan peranan Intelkam Polri dalam mengantisipasi konflik sosial.2

1

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm. 13-14.

2

(36)

B. Sumber Data dan Jenis Data

Data yang akan digunakan di dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan secara langsung pada obyek penelitian yang dilakukan di Kepolisian Daerah Lampung (Polda Lampung), wawancara terhadap beberapa masyarakat, serta wawancara dengan akademisi yang digunakan sebagai data penunjang bagi penulis untuk penulisan dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini melalui studi kepustakaan. Data sekunder merupakan data utama yang digunakan dalam penulisan ini. Penulis dalam penelitian ini menggunakan 3(tiga) bahan hukum sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, yang berasal dari:

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang Hukum Pidana

(37)

Acara Pidana.

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia

5. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.

6. Peraturan Kapolri No. 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa

7. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas POLRI

8. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisai dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah

9. Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia

(38)

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan tambahan atau dukungan data yang telah ada pada bahan hukum primer dan bahan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan adalah penelusuran-penelusuran di internet.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama.3

Sehubungan dengan penelitian pada skripsi ini, maka yang dijadikan populasi adalah Direktorat Intelkam Polda Lampung, Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, Masyarakat di Provinsi Lampung.

Sedangkan sample adalah objek yang jumlahnya kurang dari populasi. Sesuai dengan metode pengambilan sample dan populsi yang akan diteliti diatas adalah propotional purposive sampling, oleh karena itu sampel dalam membahas skripsi

ini meliputi :

a. Kepala Direktorat Intelkam Polda Lampung : 1 Orang b. Anggota Direktorat Intelkam Polda Lampung : 1 Orang c. Masyarakat di Provinsi Lampung : 3 Orang d. Akademisi Fakultas Hukum

Bagian Pidana Universitas Lampung : 1 Orang

Jumlah Responden : 6 Orang

3

(39)

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah cara pengumpulan data dengan membaca, memahami, dan mengutip, merangkum, dan membuat catatan-catatan serta menganalisis peraturan perundang-undangan.

b. Studi Lapangan

Penelitian lapangan dimaksudkan memperoleh data primer yang dilakukan dengan metode wawancara secara langsung dengan narasumber / responden secara langsung dengan anggota kepolisian di Polda Lampung dan Tokoh Masyarakat Lampung

2. Prosedur Pengolahan Data

Dalam pengolahan data penulis melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Seleksi Data

Seleksi data yaitu memilih data yang sesuai dengan objek yang akan dibahas dalam penelitian.

b. Klasifikasi Data

(40)

c. Sistematisasi Data

Yaitu data yang telah diklasifikasi kemudian ditempatkan dengan sesuai dengan posisi pokok permasalahan secara sistematis.

E.Analisis Data

(41)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka pada bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari pembahasan tentang peranan Intelkam POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial.

1. Peranan yang dilakukan oleh pihak Intelijen dan Keamanan POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial adalah berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial yaitu meliputi memelihara kondisi damai dalam masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian konflik secara damai, meredam potensi konflik, dan membangun sistem peringatan dini.

Dalam mengantisipasi konflik sosial terkhusus di wilayah Provinsi Lampung, POLRI telah melakukan inovasi berupa Rembuk Pekon yang merupakan cara penyelesaian masalah dari tingkatan terendah masyarakat secara musyawarah untuk mufakat tanpa harus adanya proses hukum secara litigasi.

(42)

ketertiban masyarakat. Hal ini dikarenakan sifat masyarakat Sumatera yang dikenal keras dan mempunyai harga diri tinggi, dan tindakan pendekatan emosional dapt mencegah timbulnya konflik sosial yang lebih besar apabila dilakukan tindakan penanggulangan secara represif.

Ketika terjadinya konflik sosial terkhusus di wilayah Provinsi Lampung, bukanlah dikarenakan adanya tindakan indisipliner dan kealpaan dari Intelkam POLRI, melainkan karena perkembangan konflik berjalan dengan sangat cepat dan masyarakat yang terlibat cukup banyak serta tidak lagi memikirkan dampak sosial dan dampak hukum yang akan dihadapi.

2. Faktor-faktor yang menjadi penghambat Intelkam POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial yaitu:

a. Faktor Personil

Faktor prsonil yang hanya mencapai 50% dari komposisi ideal di tingkatan Polda sudah tentu mengganggu kinerja Intelkam dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam menjaga dan memelihara keamanan ketertiban serta mengantisipasi terjadinya konflik sosial dalam masyarakat.

b. Faktor Sarana dan Prasarana

(43)

dikarenakan agar informasi yang didapat cepat dilaporkan dan dengan cepat juga dapat dilakukan tindakan menjawab dinamika yang berkembang. Selain itu, faktor pendanaan sering dianggap sebagai alasan kurang logis dari anggota POLRI ketika kinerja yang dilakukan tidaklah maksimal, akan tetapi faktor ini secara tidak langsung juga mempengaruhi tingkat kinerja Intelkam dalam kerja sehari-hari yang mengharuskan aparat berinteraksi langsung kepada masyarakat.

c. Faktor Adat Budaya

Perbedaan adat budaya dari masing-masing suku yang mendiami provinsi Lampung sering menjadi kendala bagi anggota POLRI dalam mengantisipasi Konflik Sosial. Hal ini memerlukan kejelian dari Intelkam dalam memelihara kondisi keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka dalam kesempatan ini disarankan sebagai berikut:

(44)

tindakan represif apabila ada sesuatu yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

2. Rembuk Pekon harus tetap dilakukan sebagai cara penyelesaian masalah di kalangan masyarakat sangatlah bagus dan efektif mengingat masyarakat Lampung masih sangat teguh memegang aturan-aturan adat. 3. Demi memaksimalkan kinerja tugas dan fungsi Intelkam POLRI

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur.

Arif, Barda Nawawi. 2011. Kebijakan Hukum Pidana. Bunga Rampai. PT. Fajar Interpratama Offset. Semarang

Atmasasmita, Romli. 1983. Perspektif Sosial dalam Pemahaman Masalah-Masalah Hukum. Semarang: CV Agung

Bisri, Ilham. 1998. Sisten Hukum Indonesia. Jakarta: Grafindo Persada

Hadi,Rusman. 1996. Polri menuju Reformasi. Jakarta: Yayasan Tenaga Kerja Ihromi, T.O. 1984. Antropology dan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan,Mentalitas,danPembangunan. PT Gramedia:

Jakarta

Kelana, Momo. 1972. Hukum Kepolisian. Perkembangan di Indonesia Suatu studi Histories Komperatif, PTIK, Jakarta

---1984. Hukum Kepolisian, PTIK, Edisi ketiga, Jakarta

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2010. Ketetapan Majelis Permusyawaraan Rakyat Republik Indonesia Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan 2002. Sekretariat Jendral MPR-RI, Jakarta

Raho, Bernard. 2007.Teori Sosiologi Modern.Jakarta: Rajawali Press

Soekanto, Soerjono. 1982. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta

---1983. Faktor-Faktor Penegakan Hukum. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta

---1986. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press, Jakarta. ---2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta

(46)

Universitas Lampung, 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial Peraturan Kapolri No. 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas POLRI

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisai dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah

Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Kamus Ensiklopedia Indonesia, 1986. Armic, Bandung.

Purwodarminto, W.J.S 1986. Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka,

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Tim penyusun. 2012. Naskah pencerahan intelkam, Jakarta : Baintelkam POLRI Sumber Lain.

http://www.jpnn.com/jumlah-suku-di-Indonesia, dikunjungi tanggal 2 Setember 2012

(47)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dan berdasarkan dari data produk reject di PT Herculon Carpet diketahui bahwa penyebab produk reject di PT Herculon

Meskipun Bank mengambil langkah yang sewajarnya untuk memastikan bahawa sebarang maklumat berkaitan Akaun anda yang diperoleh melalui Perkhidmatan Perbankan Mudah Alih

Dalam hal ini digunakan fungsi distribusi logistik sebagai pendekatan data empiris, selanjutnya dilakukan analisis efektifitas sistem pemanenan yang dilaksanakan

Langkah selanjutnya adalah menuju atau membuat child dengan cara memilih simbol proses yang telah didefinisikan childnya tadi kemudian klik kanan lalu pilih goto child

Hasil analisa kadar air keripik sosis hasil penggorengan minyak ke-15 yang disimpan pada suhu 30 o C, 40 o C dan 50 o C dapat dilihat pada Tabel 7 dan

Hasil pengamatan stuktur mikro material sproket gear suzuki imitasi yang telah mengalami pack carburizing dengan penahanan waktu 7 jam dan temperatur

Tentukan tegasan maksimum dan minimum apabila daya tarikan tersebut bertindak pada jarak 4mm dari paksi geometri yang sejajar dengan ketebalan keratan

Nilai Estimasi Elastisitas Risiko Produktivitas terhadap Input dengan Fungsi Produksi Stokastik Translog, pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting di Provinsi