• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DAN PEMBUNUHAN BERENCANA PADA SATU KELUARGA (Studi di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Lampung) Oleh Fima Agatha, Diah Gustiniati, Firganefi (Email: fimaagathagmail.com) Abstrak -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DAN PEMBUNUHAN BERENCANA PADA SATU KELUARGA (Studi di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Lampung) Oleh Fima Agatha, Diah Gustiniati, Firganefi (Email: fimaagathagmail.com) Abstrak -"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DAN PEMBUNUHAN BERENCANA

PADA SATU KELUARGA

(Studi di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Lampung)

Oleh

Fima Agatha, Diah Gustiniati, Firganefi (Email: fimaagatha@gmail.com)

Abstrak

Tindak pidana pembunuhan pada satu keluarga di wilayah hukum Kepolisian Resort Tanggamus diawali dengan perampokan. Kasus ini mencolok, sehingga Kepolisian Daerah Lampung turun tangan dalam mengungkapnya. Permasalahan penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah peranan Kepolisian dalam penyidikan terhadap tindak pidana perampokan dan pembunuhan berencana pada satu keluarga? (2) Apakah faktor-faktor yang menghambat Kepolisian dalam penyidikan terhadap tindak pidana perampokan dan pembunuhan berencana pada satu keluarga? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan: (1) Peranan penyidik Kepolisian Daerah Lampung dalam mengungkap kasus perampokan sekaligus pembunuhan berencana pada satu keluarga termasuk dalam peranan normatif dan faktual, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kenyataan perampokan sekaligus pembunuhan berencana. Peranan dilaksanakan dengan penyidikan, yaitu tindakan yang tempuh dalam hal dan menurut cara yang diatur undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti tindak pidana (2) Faktor-faktor penghambat upaya penyidik adalah: (a) Faktor substansi hukum, yaitu Pasal 183 dan 184 KUHAP mengenai alat-alat bukti yang sah, namun penyidik belum tentu mengumpulkannya. (b) Faktor aparat penegak hukum, yaitu secara kuantitas masih terbatasnya jumlah penyidik dan secara kualitas belum optimalnya profesionalisme (c) Faktor sarana, yaitu tidak adanya laboratorium forensik (d) Faktor masyarakat, yaitu adanya ketakutan masyarakat untuk menjadi saksi dalam penyidikan (e) Faktor budaya, yaitu adanya toleransi yang dianut masyarakat untuk menempuh jalur di luar hukum positif. Saran penelitian ini adalah: (1) Penyidik hendaknya melaksanakan penyidikan secara profesional (2) Penyidik hendaknya mengembangkan kerja sama dalam penanggulangan tindak pidana pembunuhan.

(2)

POLICE ROLE IN INVESTIGATION PROCESS OF ROBBERY AND MURDER CRIME ON A FAMILY

(Studies in Legal Jurisdiction of Lampung Police)

Abstract

Crimes of murder in the family law area of Tanggamus Police begins with the robbery. This case is striking, so Lampung Police intervened in disclosing. The problem of this research are: (1) What is police role police in investigation of robbery and murder crime on a family? (2) What are the factors that hinder role police in investigation of robbery and murder crime on a family? This study uses normative juridical and empirical jurisdiction. Data collected by literature and field studies, further data is analyzed qualitatively. Research results and discussion indicate: (1) The role of Lampung Police investigators in uncovering cases of premeditated murder in the robbery at the same time the role of the family, including the normative and factual, based on the legislation and the fact of the robbery at the same murder. The role carried out by the investigation, which is a series of actions that traveled by the investigator in the case, and in the manner set out legislation to search for and collect evidence on the crime (2) Factors inhibiting efforts investigators are: (a) Factors legal substance, namely Articles 183 and 184 of the Code of Criminal Procedure evidence of legitimate, but investigators may not be able to collect. (b) Factors law enforcement officials, which is the quantity of the limited number of investigators and are not optimal quality of professionalism investigator (c) Factor means, namely the lack of forensic laboratories in the Police Tanggamus (d) community factors, namely the fear of the community to be a witness in investigation process (e) Cultural factors, namely the values of tolerance adopted people to take the path of the positive law. Suggestions in this study were: (1) Investigators should carry out investigations in a professional manner (2) Investigators should develop a network of cooperation in the prevention of the crime of murder.

(3)

I. Pendahuluan

Hukum pada dasarnya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena hukum bukan hanya menjadi parameter untuk keadilan, keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya kepastian hukum. Pada tataran selanjutnya, hukum semakin diarahkan sebagai sarana kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.1

Tindak pidana sebagai fenomena sosial bukan merupakan hal yang terjadi secara tidak sengaja atau hanya kebetulan belaka, karena pada dasarnya pelaku tindak pidana melakukan tindakan melawan hukum tersebut dipicu oleh berbagai faktor penyebab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan secara erat. Tindak pidana merupakan perbuatan manusia yang dirumuskan dalam Undang-Undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Tindak pidana merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang dan patut dipidana sesuai dengan kesalahannya sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan2

Salah satu jenis tindak pidana yang terjadi dalam kehidupan sosial adalah perampokan. Menurut Kitab

1

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta. 2001. hlm. 14.

2

Ibid. hlm. 17.

Undang Hukum Pidana (KUHP), perampokan dapat dikategorikan ke dalam kelompok pencurian dengan kekerasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 365 KUHP

Tindak pidana perampokan di Desa Landbaw Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus disertai dengan pembunuhan berencana yang dilakukan sekelompok orang terhadap satu keluarga, dengan demikian maka terhadap para tersangka dapat dikenakan pasal pembunuhan berencana.3

Pembunuhan terhadap satu keluarga yaitu Ispandi (suami), Lisa (istri), dan Abel (3 tahun), serta seorang pembantu rumah tangga perempuan bernama Juhai, terjadi pada hari selasa 8 Juli 2014. Para korban ditemukan tewas dengan kondisi tangan terikat tali dan mulut dilakban. Jasad keempat orang tersebut ditemukan di rumah mereka sekitar pukul 17.30 WIB. Para kerabat curiga karena Ispandi yang merupakan bendahara di kantor Inspektorat Kabupaten Tanggamus dan Lisa yang bekerja di Dinas Peternakan, tidak masuk kerja pada selasa tersebut.

Pembunuhan berencana merupakan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP, yaitu bahwa barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Apabila terdapat unsur perencanaan sebelum melakukan pembunuhan, maka pembunuhan dapat disebut dengan pembunuhan berencana.

3

(4)

Dalam Pasal 340 KUHP disebutkan bahwa barang siapa dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

Mengingat bahwa perampokan dan pembunuhan di Desa Landbaw Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus merupakan suatu perbuatan melanggar hukum maka Kepolisian Resort Tanggamus dibantu dengan Kepolisian Daerah Lampung melaksanakan penegakan hukum dengan cara melakukan penyelidikan dan penyidikan terkait dengan kasus perampokan yang disertai dengan pembunuhan.

Pihak Kepolisian dalam hal ini melaksanakan peranannya dalam mengungkap kasus perampokan yang disertai dengan pembunuhan. Peranan merupakan implementasi dari pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang kepolisian sebagai aparat penegak hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Tugas pokok kepolisian menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi kepolisian menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah melaksanakn fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban,

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Wewenang kepolisian sebagaimana diatur Pasal 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa kepolisian merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Permasalahan penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah Peranan Kepolisian

dalam proses penyidikan terhadap tindak pidana perampokan dan pembunuhan berencana pada satu keluarga?

b. Faktor-faktor apakah yang menghambat Kepolisian dalam proses penyidikan terhadap tindak pidana perampokan dan pembunuhan berencana pada satu keluarga?

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui peranan Kepolisian dalam proses penyidikan terhadap tindak pidana perampokan dan pembunuhan berencana pada satu keluarga

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat Kepolisian dalam proses penyidikan terhadap tindak pidana perampokan dan pembunuhan berencana pada satu keluarga.

(5)

II.Pembahasan

A. Peranan Kepolisian dalam Proses Penyidikan terhadap Tindak Pidana Perampokan dan Pembunuhan Berencana pada Satu Keluarga

Peranan kepolisian dalam proses penyidikan terhadap tindak pidana perampokan dan pembunuhan berencana pada satu keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini termasuk dalam kategori peranan normatif dan faktual. Peran normatif dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan, sedangkan peran faktual dilaksanakan berdasarkan kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.4

Peranan pada dasarnya berkaitan dengan tugas, fungsi dan wewenang yang dimilikinya.5 Tugas kepolisian sebagaimana diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Kepolisian Daerah Lampung dan Kepolisian Resort Tanggamus melaksanakan peranan faktual berdasarkan kenyataan adanya kasus perampokan sekaligus pembunuhan berencana yang terjadi di Desa Landbaw Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.

4

Soerjono Soekanto. Op.Cit. hlm.242.

5

Ibid. hlm.242.

Kepolisian Daerah Lampung dalam upaya penanggulangan tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana, melaksanakan peran yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan. Penyidik sesegera mungkin menanggapi setiap adanya laporan dari anggota masyarakat tentang adanya tindak pidana tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana dengan melakukan penyelidikan, karena laporan tersebut harus didukung oleh bukti-bukti yang kuat untuk menentukan apakah termasuk sebagai tindak pidana atau bukan. Oleh karena itu Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Lampung menerbitkan Surat Perintah Tugas Nomor: SP.Gas/161/Subdit III/VII/2014/Ditreskrimum.

Melalui penyelidikan dilaksanakan rangkaian tindakan penyelidik bertujuan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Rangkaian tindakan penyelidikan hanya dimaksudkan untuk menemukan peristiwa pidana dan tidak mencari/menemukan tersangka. Tindakan penyidikan tidak harus didahului dengan penyelidikan. Manakala penyidik menemukan peristiwa yang dinilai sebagai tindak pidana, dapat segera melakukan penyidikan. Artinya tindakan penyidikan yang dilakukan oleh polisi terlebih dahulu diawali dengan penyelidikan untuk memastikan bahwa benar telah terjadi tindak pidana pembunuhan.

(6)

sekaligus pembunuhan berencana maka selanjutnya dilaksanakan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik Kepolisian Daerah Lampung dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Tujuan pokok tindakan penyidikan adalah utuk menemukan kebenaran dan menegakkan keadilan, bukan mencari-cari kesalahan seseorang. Dengan demikian, seseorang penyidik dituntut untuk bekerja secara obyektif, tidak sewenang-wenang, senantiasa berada dalam koridor penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia. Beberapa tahapan penyidikan yang dilakukan untuk mengungkap kasus tindak pidana tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana antara lain adalah:

a. Pemeriksaan di tempat kejadian, yaitu memeriksa tempat kejadian perkara terjadinya tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana

b. Pemanggilan atau penangkapan tersangka, setelah jelas dan cukup bukti awal maka pihak kepolisian melakukan pemanggilan atau penangkapan terhadap tersangka pelaku tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana c. Penahanan sementara, setelah

dilakukan penangkapan terhadap tersangka maka dilakukan penahanan terhadap pelaku tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana

d. Penyitaan, melakukan kegiatan penyitaan berbagai barang bukti

yang akan memperkuat pemberkasan atau berita acara.

e. Pemeriksaan, dilakukan untuk menambah atau memperkuat bukti bahwa telah terjadi tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana. Pemeriksaan penyidikan adalah pemeriksaan di muka pejabat penyidik dengan jalan menghadirkan tersangka, saksi atau ahli. Pemeriksaan berarti, petugas penyidikan berhadapan langsung dengan tersangka, para saksi, atau ahli. Pemeriksaan di muka penyidik baru dapat dilaksanakan penyidik, setelah dapat mengumpulkan bukti permulaan serta telah menemukan orang yang diduga sebagai tersangka. Penyidik yang mengetahui sendiri terjadinya peristiwa pidana atau oleh karena berdasar laporan ataupun berdasar pengaduan dan menduga peristiwa itu merupakan tindak pidana, penyidik wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan dan rangkaian akhir tindakan yang diperlukan itu adalah pemeriksaan langsung tersangka dan saksi-aksi maupun ahli.

f. Pembuatan Berita Acara, yang meliputi berita acara penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat.

g. Pelimpahan perkara kepada penuntut umum untuk dilakukan tindakan hukum lebih lanjut sesuai dengan hukum yang berlaku.

(7)

pidananya dapat diajukan kepada penuntut umum. Berkas perkara tindak pidana tersebut berisi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka. Selain itu dideskripsikan uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Pasal 1 Ayat (13) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Peranan faktual Penyidik Kepolisian Daerah Lampung dalam Mengungkap Kasus Tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana mengacu pada pelaksanaan tugas utama penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (2) KUHAP, maka untuk tugas utama tersebut penyidik diberi kewenangan sebagaimana diatur oleh Pasal 7 KUHAP untuk melaksanakan kewajibannya, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Penyidik dalam melaksanakan penyidikan, harus memiliki dasar hukum (legalitas), sehingga pelaksanaannya harus dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Polisi tidak boleh bertindak semena-mena dalam

melaksanakan pelaksanaan penyidikan. Tindakan penyidikan harus berada dalam jalur hukum, sekalipun polisi telah diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk mengambil tindakan lain tersebut tetap saja polisi harus bisa untuk mempertanggung jawabkan atas segala tindakan dan keputusan yang telah diambil dalam melaksanakan tugasnya. Hal demikian dimaksudkan agar polisi tidak menyalah gunakan kewenangan yang dimilikinya, mengingat kewenangan untuk melakukan tindakan lain oleh polisi pada saat pelaksanaan penyidikan tersebut demikian luasnya. Penyidik juga harus proporsional dalam pelaksanaan penyidikan, artinya tindakan penyidikan mengandung arti bahwa penyidik tidak dapat menyalahgunakan kewenangan dalam penyidikan terhadap tersangka.

a. Keputusan mengenai hukumannya, yaitu apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dipidana, akhirnya;

b. Keputusan mengenai pidananya apabila terdakwa memang dapat dipidana.

(8)

B. Faktor-Faktor Penghambat Peranan Penyidik Kepolisian

Daerah Lampung dalam

Mengungkap Kasus Tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana

1. Faktor Substansi Hukum

Faktor aturan perundang-undangan atau substansi hukum dapat menghambat peranan Penyidik Kepolisian dalam mengungkap tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana adalah adanya ketentuan yaitu Pasal 183 KUHAP, dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa, seorang hakim tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. Pasal 184 menyatakan bahwa alat bukti sah yang dimaksud adalah: (a). Keterangan Saksi; (b). Keterangan Ahli; (c). Surat; (d). Petunjuk; (e). Keterangan Terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan.

2. Faktor Aparat Penegak Hukum Faktor aparat penegak hukum yang menghambat peranan penyidik Kepolisian dalam mengungkap tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana adalah secara kuantitas masih kurangnya personil Penyidik Kepolisian Daerah Lampung yang khusus melakukan penyidikan tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana. Selain itu secara kualitas

masih adanya kecenderungan penyalahgunaan wewenang oleh Penyidik Kepolisian Daerah Lampung dalam mengungkap kasus tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana.

Selain itu adanya penyidik yang berpotensi menyalahgunakan kewenangan diskresi. Hal ini bertentangan dengan Pasal 16 angka (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan anggota kepolisian memiliki wewenang mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Tindakan lain yang dimaksud adalah penyelidikan dan penyidikan jika memenuhi syarat sebagai berikut: (a) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; (b) selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan; (c) harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya; (d). pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan (e) menghormati HAM.

3. Faktor Sarana dan Prasarana

(9)

4. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat yang menghambat upaya penyidik Kepolisian Daerah Lampung dalam penyidikan tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana adalah masih adanya ketakutan atau keengganan masyarakat untuk menjadi saksi dalam proses penegakan hukum terhadap pelaku perampokan sekaligus pembunuhan berencana.

Ketakutan tersebut dapat disebabkan oleh adanya ancaman dari para pelaku yang tidak segan-segan melakukan kekerasan terhadap masyarakat yang menyaksikan perbuatan mereka. Masyarakat yang takut dan tidak melaporkan tindak pidana pembunuhan kepada aparat penegak hukum, dapat menghambat proses penyidikan pelaku tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana.

5. Faktor Budaya

Faktor kebudayaan dapat menghambat proses penyidikan apabila masyarakat masih bersifat toleran dan menempuh jalur di luar hukum positif untuk menyelesaikan suatu tindak pidana.

Menurut penulis faktor yang paling dominan menghambat upaya penyidik Kepolisian Daerah Lampung dalam mengungkap kasus perampokan sekaligus pembunuhan berencana pada satu keluarga adalah faktor aparat penegak hukum, yaitu secara kuantitas masih terbatasnya jumlah penyidik dan secara kualitas sumber daya manusia, masih belum optimalnya profesionalisme penyidik dalam taktik dan teknik penyidikan guna mengungkap tindak

pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana. Artinya apabila jumlah penyidik di Polres Tanggamus ditingkatkan secara kuantitaf jumlahnya maka instansi di atasnya, yaitu Kepolisian Daerah Lampung tidak perlu turun tangan secara langsung dalam mengungkap kasus perampokan sekaligus pembunuhan berencana tersebut.

Selain itu apabila profesionalisme penyidik dalam taktik dan teknik penyidikan ditingkatkan maka pengungkapan kasus tersebut akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sehingga proses penangkapan pelaku dan proses penyidikan dapat dilaksanakan dengan baik dalam rangka menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah hukum Polres Tanggamus.

III. Kesimpulan

(10)

pada satu keluarga, dalam rangka pembuktian tindak pidana.

2. Faktor-faktor penghambat upaya penyidik Kepolisian Daerah Lampung dalam mengungkap kasus perampokan sekaligus pembunuhan berencana pada satu keluarga adalah sebagai berikut:

a. Faktor substansi hukum, yaitu adanya ketentuan Pasal 183 KUHAP bahwa minimal alat bukti adalah dua alat bukti dan Pasal 184 KUHAP mengenai alat-alat bukti yang sah, meliputi keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa, namun penyidik belum tentu dapat mengumpulkan semua alat bukti yang sah tersebut.

b. Faktor aparat penegak hukum, yaitu secara kuantitas masih terbatasnya jumlah penyidik dan secara kualitas sumber daya manusia, masih belum optimalnya profesionalisme penyidik dalam taktik dan teknik penyidikan guna mengungkap tindak pidana perampokan sekaligus pembunuhan berencana c. Faktor sarana, yaitu tidak adanya tidak adanya sarana laboratorium forensik di Polres Tanggamus, sehingga penyidikan terkadang mengalami hambatan. Sehingga apabila diperlukan uji laboratorium forensik seperti sidik jari dalam tahapan penyidikan, maka penyidik harus mengirimkannya ke Puslabfor Mabes Polri.

d. Faktor masyarakat, yaitu masih adanya ketakutan atau keengganan masyarakat untuk

menjadi saksi dalam proses penyidikan dan penegakan hukum terhadap pelaku perampokan sekaligus pembunuhan berencana.

e. Faktor budaya, yaitu masih adanya nilai-nilai toleransi yang dianut masyarakat untuk menempuh jalur di luar hukum positif untuk menyelesaikan suatu tindak pidana.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam, H. R. 2009. Hukum Kepolisian Sebagai Hukum

Positif dalam Disiplin Hukum.

Restu Agung, Jakarta.

Hamzah, Andi. 2001. Bunga Rampai

Hukum Pidana dan Acara

Pidana. Ghalia Indonesia.

Jakarta.

Harahap, M. Yahya. 2000. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan

KUHAP. Sinar Grafika. Jakarta.

Himawan, Muammar. 2004. Pokok-

Pokok Organisasi Modern. Bina

Ilmu. Jakarta.

Lamintang, P.A.F. 1996. Dasar-Dasar

Hukum Pidana Indonesia. PT.

Citra Adityta Bakti. Bandung.

Marpaung, Leden. 2000. Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Pemberantasan dan

Preverensinya),Sinar Grafika,

(11)

Moeljatno, 1993. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam

Hukum Pidana, Bina Aksara,

Jakarta.

Nawawi Arief, Barda. 2001. Masalah

Penegakan Hukum dan

Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan. PT. Citra Aditya

Bakti. Bandung.

Reksodiputro, Mardjono. 1994. Sistem

Peradilan Pidana Indonesia

(MelihatKejahatan dan

Penegakan Hukum dalam

Batas-Batas Toleransi) Pusat Keadilan

dan Pengabdian Hukum. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1983. Pengantar

Penelitian Hukum. Rineka Cipta.

Jakarta.

---1986. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penegakan

Hukum . Rajawali Press. Jakarta.

---1986. 2002. Sosiologi Suatu

Pengantar. Rajawali Press.

Jakarta.

Susanto, F. Anton. 2004. Kepolisan dalam Upaya Penegakan Hukum

di Indonesia Rineka Cipta.

Jakarta.

Sutarto. 2002. Menuju Profesionalisme

Kinerja Kepolisian. PTIK.

Jakarta.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memeroleh hasil analisis data observasi, maka digunakan rumus sebagai berikut. 1) Analisis Observasi Pelaksanaan Pembelajaran.. Pada siklus I dan siklus II dalam penelitian ini

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan studi lebih mendalam tentang pembelajaran berbasis masalah untuk pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis

Pita frekuensi ini digunakan untuk layanan UMTS dan terdapat 4 operator yang menggunakan frekuensi ini dengan 2 diantaranya memiliki lebar pita 15 MHz atau 3

Melakukan kegiatan kerekayasaan teknologi di bidang Industri Mesin Peralatan Mekanik dan Industri Peralatan Elektrikal pada Industri Mesin Peralatan Listrik,

5 utama atau tokoh tambahan dalam cerita atau karya fiksi, dapat dilakukan dengan. berbagai cara dan pertimbangan,

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris modal kerja, tingkat perputaran piutang dan perputaran

Salah satu rezeki yang Allah berikan kepada manusia adalah .... Ketika mendapat rezeki berlimpah dari Allah kita

Setelah mengamati langkah-langkah pembuatan karya, siswa dapat mengidentifikasi pemanfaatan tanah dan atau batuan dalam membuat karya kerajinan (misalnya dari tanah liat atau