A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan sains dan teknologi telah mengendalikan dunia secara global, yang berimbas pada perubahan sosial yang semakin pesat. Kenyataan tersebut menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Proses pendidikan harus mempersiapkan siswa yang kritis, agar siswa tidak hanya memahami konsep namun juga memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupannya dengan konsep-konsep yang telah dipelajarinya.
Di sisi lain beberapa hasil penelitian seperti PISA, Programme for International Student Assesment tahun 2003 menunjukkan bahwa dalam bidang sains, kemampuan siswa Indonesia berada pada tingkat paling bawah yaitu peringkat ke-38 dari 41 negara yang disurvey. Siswa hanya mampu mengingat fakta, terminologi, dan hukum sains serta menggunakan pengetahuan sains yang bersifat umum (Nugroho, 2004). Selain itu survey yang dilakukan oleh “Trends in Internasional Mathematics and sciencies study” (TIMSS) 2000 menempatkan Indonesia pada posisi ke-34 untuk bidang matematika dan posisi ke-32 untuk bidang sains dari 38 negara yang disurvey. Data penelitian ini menggambarkan masih rendahnya kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Indonesia.
2
mengajar. Susanto (2002) mengemukakan bahwa belum adanya mutu pendidikan IPA ada hubungannya dengan belum terpecahkannya masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran IPA. Menurut Susanto (2002) terdapat tiga permasalahan dalam pembelajaran IPA. Pertama, pendidikan masih berorientasi hanya pada produk pengetahuan, kurang berorientasi pada proses sains. Kedua, pengajaran sains hanya mencurahkan pengetahuan, dalam hal ini fakta, konsep, dan prinsip sains lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek. Ketiga, pengajaran sains berfokus pada menjawab pertanyaan, guru cenderung untuk menggunakan metode tanya jawab, sementara jawaban yang ‘harus’dikemukakan adalah fakta, konsep, dan prinsip baku yang telah diajarkan guru atau tertulis dalam buku ajar. Padahal seharusnya siswa menggali masalah sendiri dan menemukan jawaban atas masalahnya melalui pengamatan dan percobaan.
Strategi pembelajaran di sekolah yang tidak hanya mengajarkan konsep-konsep yang esensial saja, namun juga membangun keterampilan berpikir kritis siswa serta keterampilan memecahkan masalah dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini karena pada hakekatnya tujuan akhir pendidikan adalah keterampilan berpikir. Liliasari (2000) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, berpikir kritis terbukti dapat mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan mengembangkan peserta didik sebagai individu berpotensi.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir, karena di dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan melalui bimbingan guru.
4
berbasis masalah sangat penting dikembangkan dalam rangka pemberian latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran, dimana selama ini kemampuan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah kurang diperhatikan oleh guru.
Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun IPA yang mempelajari sifat, struktur, komposisi dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Dalam proses belajar mengajar kimia, guru dapat mengembangkan keterampilan berpikir melalui strategi pembelajaran berbasis masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan dan fungsi pembelajaran kimia (Depdiknas, 2004) yaitu sebagai wahana pengembangan keterampilan intelektual, kreatifitas, dan sikap ilmiah.
Pada penelitian ini, pembelajaran yang disusun memilih topik larutan penyangga. Hal ini dikarenakan beberapa pertimbangan. Pertama, berdasarkan pengamatan, ada kecenderungan pembelajaran topik larutan penyangga di sekolah hanya dilakukan melalui latihan soal berupa hitungan atau menentukan mana yang termasuk sistem penyangga saja. Kedua, konsep larutan penyangga sangat erat kaitannya dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada sistem tubuh, kedokteran, industri, makanan, farmasi, dan juga pertanian. Oleh karena itu, akan lebih bermakna jika siswa dilatih memecahkan masalah dan merancang percobaan dengan menggunakan konsep ini.
meningkatkan keterampilan berpikirnya. Dengan demikian diharapkan keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis masalah.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan studi lebih mendalam tentang pembelajaran berbasis masalah untuk pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik larutan penyangga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam tesis ini adalah :
“Bagaimana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa?”
Untuk memperjelas masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan untuk topik larutan penyangga?
2. Sejauhmana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga dapat meningkatkan pemahaman konsep?
3. Indikator berpikir kritis manakah yang dikembangkan pada pembelajaran berbasis masalah untuk topik larutan penyangga?
6
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan?
6. Bagaimana tanggapan siswa dalam mempelajari topik larutan penyangga dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan suatu model pembelajaran berbasis masalah untuk topik larutan penyangga.
2. Mengetahui sejauhmana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga dapat meningkatkan pemahaman konsep.
3. Menemukan indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan pada pembelajaran berbasis masalah untuk topik larutan penyangga.
4. Mengetahui sejauhmana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa, model pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran
serta memperkaya pengetahuan guru tentang model pembelajaran mengenai topik larutan penyangga dengan menggunakan model pembelajaran berbasis msalah.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah pada bahan kajian yang lain.
E. Definisi Operasional
1. Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran (Ibrahim dan Nur, 2002)
2. Berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan (Ennis dalam Costa, 1985).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian desain penelitian quasi experiment (eksperimen semu). Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tes awal Perlakuan Tes akhir
O X O
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
O adalah tes awal dan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tes awal dan tes akhir sama yakni berupa soal tes uraian topik Larutan Penyangga. X adalah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk topik larutan penyangga.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di suatu SMA Swasta Kabupaten Bandung Barat pada semester II tahun ajaran 2007/2008. Subyek dalam penelitian ini adalah: 32 orang siswa kelas XI yang sedang mempelajari topik larutan penyangga.
C. Instrumen Penelitian
1. Tes tertulis
Tes tertulis ini berisi soal uraian yang bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep larutan penyangga dan kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah implementasi pembelajaran.
Sebelum soal digunakan instrumen tes tertulis tersebut diujicobakan pada siswa yang telah mempelajari topik larutan penyangga. Skor yang diperoleh dari uji coba tersebut dianalisis untuk mengetahui validitas setiap butir soal dan reliabilitasnya.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa digunakan untuk memandu siswa pada sesi kerja kelompok, untuk memecahkan masalah yang telah disajikan di awal pembelajaran.
3. Panduan wawancara guru
Lembar panduan wawancara digunakan untuk mengungkap tanggapan guru mengenai kelebihan dan kekurangan diterapkannya pembelajaran berbasis masalah.
4. Angket
Penggunaan angket adalah untuk mengungkap tanggapan siswa dengan diterapkannya pembelajaran berbasis masalah.
5. Format observasi kegiatan siswa dan guru
36
D. Prosedur Penelitian
Terdapat beberapa tahapan prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini, diantaranya : tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Secara garis besar, alur penelitiannya terdapat pada Gambar 3.1.
1. Tahap Persiapan
Kegiatan pokok yang dilakukan pada tahap ini adalah mengkaji variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian, serta penyusunan instrumen penelitian. Variabel bebas yang terlibat pada penelitian ini adalah bahan kajian larutan penyangga, keterampilan berpikir kritis, dan pembelajaran berbasis masalah. Studi literatur larutan penyangga dimulai dengan mengkaji buku paket untuk menentukan konsep yang pada proses pembelajaran perlu dilatihkan dengan keterampilan berpikir kritis. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis konsep yang meliputi label konsep, definisi konsep, atribut konsep, hierarki konsep, dan membuat peta konsep.
Studi keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan mengidentifikasi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan.
Sedangkan studi pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan mencari ”problem-based” yang sesuai dengan konsep larutan penyangga.
2. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran yang telah disusun diimplementasikan pada pembelajaran kimia secara kolaborasi oleh peneliti dan guru kimia. Implementasi model ini memerlukan waktu enam kali petemuan, yang terdiri dari empat kali pertemuan untuk implementasi model pembelajaran dan dua kali pertemuan untuk tes. Setelah selesai mengimplementasikan model pembelajaran, maka dilakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan diterapkannya pembelajaran berbasis masalah dan pengisian angket untuk mengetahui tanggapan siswa dengan diterapkannya pembelajaran berbasis masalah.
3. Tahap Akhir
Setelah implementasi pembelajaran dilakukan dengan tuntas, dan semua data telah terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data, pembahasan, dan penarikan kesimpulan.
38
Gambar 3.1. Alur Penelitian Persiapan
Pelaksanaan
Akhir
Analisis dan Pembahasan
Penarikan Kesimpulan
Kajian larutan penyangga : analisis konsep
Kajian keterampilan berpikir kritis : analisis indikator berpikir kritis
Kajian pembelajaran berbasis masalah
Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan Instrumen
Rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, butir soal, angket, panduan wawancara, lembar observasi kegiatan
siswa dan guru.
Uji Coba
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tes Akhir
Temuan Penelitian
Angket Wawancara
Tes Awal
E. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengelompokan siswa menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Terdapat tiga puluh dua orang siswa yang dijadikan subyek penelitian yang dikelompokan dalam tiga kategori yaitu kelompok tinggi, sedang atau rendah.
40
2. Menganalisis respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan baik sebelum dan sesudah perlakuan penerapan pembelajaran berbasis masalah antara kelompok tinggi, sedang dan rendah.
3. Menganalisis pemahaman konsep siswa dari masing-masing soal tes awal dan tes akhir siswa, membandingkan peningkatannya dalam prosen (%), kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria peningkatan kemampuan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Tafsiran Peningkatan Kemampuan
Nilai (%) Tafsiran
0 Tidak ada
1-25 Sebagian kecil
26-49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian besar
76-99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
(Koentjaraningrat, 1999) 4. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dari masing-masing soal
tes awal dan tes akhir siswa, membandingkan peningkatannya dalam persen (%),kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria peningkatan kemampuan pada Tabel 3.1.
5. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah 6. Mengidentifikasi tanggapan siswa mengenai diterapkannya pembelajaran
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga memiliki
karakteristik :
a. Tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah ini
dimulai dengan eksplorasi masalah; persiapan pemecahan masalah; serta
eksperimen, presentasi, dan refleksi.
b. Pembelajaran berbasis masalah dapat melatih siswa untuk lebih kreatif.
Siswa dapat merancang percobaan dengan menggunakan alat dan bahan
yang sederhana.
2. Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman
konsep. Kenaikan terbesar ada pada konsep larutan penyangga (84,38%)
sedang konsep yang mengalami peningkatan paling rendah adalah konsep
perhitungan pH larutan penyangga setelah penambahan sedikit basa (12,50%).
3. Indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dalam model
pembelajaran berbasis masalah adalah : “mengidentifikasi atau merumuskan
masalah, merancang percobaan mencakup perencanaan untuk mengontrol
varibel, mencari persamaan dan perbedaan, menjawab pertanyaan apa yang
dimaksud dengan....?, mengaplikasikan prinsip yang dapat diterima dan
memberikan alasan”.
4. Pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga dapat
108
berpikir kritis yang mengalami peningkatan tertinggi adalah keterampilan
memberikan alasan (84,38%), sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis
yang mengalami peningkatan terendah adalah mengidentifikasi atau
merumuskan masalah (12,50%).
5. Model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan memiliki
kelebihan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, pemahaman
konsep, menarik bagi siswa dan dapat menghubungkan pembelajaran dalam
kelas dengan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Kekurangan dari
pembelajaran berbasis masalah adalah waktu yang digunakan lama serta
sumber belajar harus tersedia dengan cukup lengkap.
6. Menurut siswa model pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan
penyangga dapat memotivasi siswa untuk belajar, serta mengasah kreatifitas
dan kemampuan berpikir siswa.
B. Saran
1. Model pembelajaran berbasis masalah dapat memotivasi siswa untuk belajar
serta mengasah kreatifitas dan kemampuan berpikir siswa, oleh karena itu
perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran ini lebih
lanjut untuk topik kimia yang lain.
2. Keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep larutan penyangga siswa
tidak dapat dicapai dengan serta merta melalui satu topik yang hanya
pada konsep lainnya yang sesuai untuk memperkuat keterampilan berpikir
kritis dan pemahaman konsep yang telah dimiliki siswa pembelajaran ini.
3. Penelitian ini sudah menggambarkan hampir seluruhnya siswa sudah mampu
memberikan alasan mengapa darah dapat mempertahankan pH sesuai
problem-based yang yang diberikan, namun belum optimal dalam soal
perhitungan pH larutan penyangga. Bagi peneliti yang akan mengembangkan
model pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga,
sebaiknya membuat problem-based yang berhubungan dengan perhitungan pH
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. (2002). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira.
_________. (2001). Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi dalam Peningkatan Kualitas dan Efektivitas Pembelajaran. Pidato Pengukuhan Guru Besar. UPI Bandung. 18 Oktober.
Akinoglu, O. & Tandagon, R.O. (2006). The Effects of Problem-based Active Learning in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, 3 (1), 71-81. Tesedia [Online] : http : www.ejmdte.com. [01 Mei 2007]
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baden, M.S. & Major, C.H. (2004). Foundations of Problem-based Learning. SHRE and Open University Press Imprint.
Chin, C. & Chia, L. (2004). Problem-based Learning : Using Students Question to Drive Knowledge Construction. Wiley to Drive Interscience. (www. Interscience. Wiley.com)
______________. (2005). Problem-based Learning : Using Ill-Structured Problems in Biology Project Work. Wiley Interscince. (www. Interscience. Wiley.com)
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
__________. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur. Balitbang
Devi, P.K. (2001). Pengembangan Model Pembelajaran Sifat Koligatif Larutan untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis melalui Kegiatan Eksperimen dan Non-Eksperimen. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Ennis, R. H. (1985). Goals for a Critical Thinking Curriculum. In A.L. Costa (ed.). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandra: ASCD.
Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Berdasar Masalah. Surabaya. University Press.
Heikkinen, H. (1993). Chemcom Chemistry in the Community second edition. USA : American Chemical Society.
Koentjaraningrat. (1999). Metode-metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta : Gramedia
Lamboros, A. (2004). Problem-Based Learning in Middle and High School Classrooms : A Teacher’s Guide to Implementation. California : Corwin Press
Liliasari. (2000). Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis untuk Mempersiapkan Calon Guru IPA Memasuki Era Globalisasi. Seminar Nasional Pengembangan Pend. MIPA di Era Globalisasi.
McTighe, J; Schollenberger, J. (1985). Why Teach Thinking: A Statement of Rationale. In A.L. Costa (ed.). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandra: ASCD.
Moore, John T. (2007). Kimia For Dummies. Pakar Raya pakarnya pustaka Bandung
Nugroho. (2004). Nilai Minimal UAN 4,01 haruskah ditampik?. Suara Merdeka. (4 Mei 2004)
Omay, S. (2005). Kima untuk SMA Kelas XI Semester-2. Bandung : Penerbit Regina.
Oon, Seng Tan. (2003). Problem-based Learning Innovation : Using Problems to Power Learning in 21st Century. Singapore: Thomson Learning.
Penner, K. (1995). Teaching Critical Thinking. Regent College. http://web.ucs.ubc.ca/kpenner/c-think.htm.
112
Ratnaningsih, N. (2003). Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa SMU melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.
Rustaman, N & Riyanto, A .(2003). Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan Tinggi. Hand Out Program Applied Approach bagi Dosen Baru Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 13-25 Januari.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Salirawati, D., Meiliana, F. K., Suprihatiningrum, J. (2007). Belajar Kimia Secara Menarik untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Grasindo.
Slameto. (1991). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sonmez, D. & Lee, H. (2003). Probelem-based Learning in Science. Tersedia [online] http: www.ericse.org. [01 Mei 2007]
Suharlan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Bandung : Mutiara Ilmu
Susanto, P. (2002). Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang : Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.
Syaodih, N. (2005). Pengantar Penelitian Pendidikan. Bandung : Penerbit UPI Bandung
Tanti, H.R. (2000). Analisis Keterampilan Intelektual yang Mendasari Eksplanasi
Guru pada Sub Pokok Bahasan Larutan Penyangga. Skripsi Jurusan
Pendidikan Kimia UPI Bandung : Tidak dipublikasikan.
Torrance, E.P & Khatena, J. (1976). Khatena-Torrance Creative Perception Inventory, Chicago: Stoelting.
Wang, H. C., Thomson, P., & Shuler, C.F. (1998). Essential Components of Problem-Based Learning for the K-12 Inquary Science Instruction. University of Southern California.