• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LAY UP PADA BOLA BASKET DENGAN ALAT MODIFIKASI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SINDANG ANOM LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LAY UP PADA BOLA BASKET DENGAN ALAT MODIFIKASI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SINDANG ANOM LAMPUNG TIMUR"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang :

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung

seumur hidup. Tujuan Pendidikan nasional ialah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya

guna. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas maka diperlukan suatu

proses belajar yang ditempuh dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan

kegiatan interaksi antara pendidik atau guru bertugas mendidik, dan peserta didik

atau siswa yang mengalami proses yang disebut belajar. Belajar adalah suatu

perubahan yang relatif pemanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku

sebagai hasil dari praktik atau latihan yang meliputi ranah-ranah, yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari

pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

(3)

maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik

melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh peningkatan berbagai aspek

seperti kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas

emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas

jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Pendidikan Jasmani berperan untuk memberikan kesempatan kepada siswa

terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktiVtas jasmani yang

dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk

membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat

sehingga pada akhirnya siswa meningkat dalam hal perkembangan keterampilan

motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai

(sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang

bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang

seimbang. Keterampilan motorik akan sangat ditentukan oleh kesempatan yang

ada. Pengajaran yang sistematik dalam keterampilan motorik pada usia ini akan

lebih penting dari pada tingkat usia yang lain. Susunan kegiatan secara luas akan

meningkatkan keunikan keterampilan secara mendasar dan progesif dalam

penyajian harus direncanakan, dan keterampilan-keterampilan yang berkaitan

dengan aspek-aspek kesegaran dan keterampilan khusus harus dikembangkan.

Maka untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran dalam Pendidikan Jasmani yang

diharapkan akan sangat diperlukan sarana dan prasarana yang memadai yang

(4)

memberikan materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas

gerak pada berbagai cabang olahraga, serta tercapai tujuan yang meliputi

pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani, terdiri atas pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual

emosional, social dan moral spiritual.

Adapun struktur materi Pendidikan Jasmani untuk TK sampai SD/MI kelas 3 SD

meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan

ritmik, permainan, akuatik (olahraga di air/bila memungkinkan), senam,

kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku. Dan materi

pembelajaran untuk SD/MI kelas 4 sampai 6 adalah aktiVtas pembentukan

tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas, dan

kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan

perilaku).

Berdasarkan observasi di SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung Timur, penulis

melihat siswa sangat antusias ketika mengikuti olahraga permainan seperti bola

basket. Permainan bola basket yang kompleks dimana unsur-unsur teknik dasar

bermain harus dapat dilakukan dengan baik agar siswa dapat bekerjasama dengan

timnya. Demikian halnya dengan penguasaan tembakan (shooting) untuk

menghasilkan angka siswa harus melakukan penyelesaian dengan shooting pada

ring yang merupkan keahlian dasar yang harus dimiliki oleh setiap pemain

basket. Ada beberapa teknik dasar menembak, yaitu a) one hand set shoot

(5)

(tembakan sambil melompat); d) three point shoot (tembakan tiga angka); e)

hook shoot (tembakan mengait); f) lay up (tembakan dengan awalan langkah).

Dari beberapa tembakan ini, lay up merupakan teknik dasar yang dipelajari pada

permainan bola basket siswa SD yaitu kelas V. Keterampilan lay up yang benar

lah yang akan dinilai, dengan gerakan yang benar maka hasil lemparan ke ring

akan sah dan membuahkan angka.

Pada hasil kegiatan belajar mengajar bola basket di SD Negeri 1 Sindang Anom

Lampung Timur, sebagian besar siswa masih belum tuntas atau berhasil

melakukan gerak dasar tembakan lay up. Siswa masih banyak yang mengalami

kesulitan dalam melakukan langkah kaki untuk gerakan lay up. Arah dan hasil

tembakan juga masih belum terarah ke ring. Berdasarkan uraian di atas maka

peneliti tertarik untuk meningkatkan hasil belajar lay up bola basket dengan

melakukan modifikasi pada bola dan ring. Diharapkan dengan modifikasi

tersebut anak akan termotivasi untuk melakukan gerakan lay up dengan benar

dan keberhasilan pembelajaran dicapai.

Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan

kelas (Classroom Action Research) dengan judul “Meningkatkan Keterampilan

Gerak Dasar Lay Up Pada Bola Basket Dengan Alat Modifikasi Siswa Kelas V

SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung Timur”.

B. Identifikasi Masalah

(6)

1. Rata-rata nilai yang diraih siswa kelas V rendah.

2. Sebagaian besar siswa belum dapat melakukan gerak dasar langkah lay up

dengan benar

3. Hasil tembakan lay up siswa masih belum terarah ke ring

C. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak terlalu luas maka penulis membatasi masalah pada upaya

meningkatkan keterampilan gerak dasar lay up bol basket dengan penggunaan

alat modifikasi berupa bola plastik dan modifikasi ring berupa tali pada tiang

bambu, kotak sampah, dan simpai berpita dengan subjek penelitian adalah siswa

kelas V di SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung Timur tahun pelajaran

2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

”Apakah dengan penggunaan alat modifikasi dapat meningkatkan keterampilan

gerak dasar lay up pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung

Timur?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dalam penelitian

(7)

1. Ingin memperbaiki pembelajaran gerak dasar lay up pada siswa kelas V di

SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung Timur sehingga tercapai keberhasilan

pembelajaran.

2. Ingin meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar lay up pada siswa

kelas V di SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung Timur.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Upaya meningkatkan keterampilan gerak dasar lay up dengan alat modifikasi

yang tepat dan menyenangkan..

2. Bagi guru

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan

model atau pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap

kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan gerak dasar lay up. Dan juga memberikan

pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di masa yang

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk

jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani

mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses

pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

melalui aktivtas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan

dapat dicapai melalui aktivtas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya

menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut

dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau

olahraga.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani

yang dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat

kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Jasmani tahun 2004 yang dijelaskan dalam

Samsudin (2008: 10) bahwa Pendidikan Jasmani adalah suatu proses

pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan

(9)

belajar dalam Pendidikan Jasmani harus diatur secara seksama untuk

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani,

psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan

membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana

cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas

jasmani dan direncanakan secara sistematik untuk meningkatkan individu dalam

aspek: kognitif, afektif dan psikomotor. Disinilah pentingnya Pendidikan

Jasmani yaitu menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan,

mencoba kegiatan sesuai minat dan menggali potensi dirinya. Melalui

Pendidikan Jasmani anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi

kebutuhan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu

keseimbangan perilaku dan menta, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang

berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan

dijadikan bahan pelajaran. Anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang

sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang

dan belajar, apa kebutuhan dan apa minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas

(10)

tertentu, memberikan informasi dan landasan dalam menentukan alternatif

model pembelajaran yang cocok sehingga proses belajar mengajar lebih efektif ,

agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin.

Sunarto dan Hartono Agung (1999: 54) menjelaskan bahwa pertumbuhan

adalah perubahan tingkah laku dalam diri indiVdu yang bersifat material dan

komunikatif, misalnya pembesaran atau perpanjangan tulang sebagai salah satu

komponen atau material atau raga anak. Perkembangan adalah perubahan

fungsional dan kualitatif, misalnya perubahan fungsi pikir dari kurang

berkualitas menjadi berkualitas tinggi. Selanjutnya Husdarta dan Yudha

(1999/2000: 6-7) menyebutkan bahwa pertumbuhan adalah perubahan yang

dialami indiVdu menuju tingkat kedewasaaan yang ditandai dengan indikator

beertambahnya kuantitas fisiknya. Sedangkan perkembangan adalah perubahan

yang ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikis baik secara kuantitas

maupun kualitas.

Siswa sekolah dasar pada kelas V rata-rata berusia 12 tahun. Pada usia ini Iain

Adam (1988: 140) menjelaskan bahwa anak laki-laki dan cenderung lebih baik

dalam keterampilan yang memerlukan kekuatan atau melibatkan otot besar,

sedangkan anak perempuan lebih baik dalam keterampilan yang memerlukan

kecermatan atau melibatkan otot halus. Tahun-tahun antara usia enam sampai

dua belas tahun adalah ideal untuk belajar keterampilan motorik. Penguasaan

keterampilan motorik akan sangat ditentukan oleh kesempatan yang ada, jadi

(11)

keterampilan secara mendasar dan progesif yang berkaitan dengan aspek-aspek

kesegaran dan keterampilan khusus harus dikembangkan.

Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak, guru harus

memperhatikan sarana dan prasarana yang digunakan agar sesuai dengan

karakteristik siswa yang menggunakannya sehingga guru dapat memberikan

materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada

berbagai cabang olahraga, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan

kemampuan belajar dan kesehatannya.

C. Teori Belajar Motorik

Menurut Lutan (1988) belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang

relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan

latihan dan dapat diamati melalui penampilannya. Sedangkan motor ability

adalah kapasitas dari seorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan

suatu keterampilan yang relatif melekat setalah masa kanak-kanak. (Lutan,

1988: 96).

Menurut Schmidt dalam Lutan (1988: 102) belajar motorik adalah seperangkat

proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan

kearah perubahan permanen dalam perilaku gerak.

Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk

mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan belajar

(12)

prasyarat untuk tahaf berikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini tidak

dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru tidak

boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan, khususnya

untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal. Adapun tahapan belajar

gerak adalah sebagai berikut :

1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar motorik, dalam tahap ini seseorang

harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang dilakukan dan juga harus

memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun Vsual

mengenai tugas gerakan atau model teknik yang akan dipelajari agar dapat

membuat rencana pelaksanaan yang tepat.Pada tahap ini guru setiap akan

memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus

dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep

tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah

siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara

melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak

siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam

merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif

ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka

sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan

aktiVtas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

(13)

Pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan melalui adanya

praktek secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi permanen.

Selama latihan harus adanya semangat dan umpan balik untuk mengetahui

apa yang dilakukan itu benar atau salah. Pola gerakan sudah sampai pada

taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan secara

keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga penguasaan

terhadap gerakan semakin meningkat.Apabila siswa telah melakukan latihan

keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di

sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharapkan

telah memiliki keterampilan yang memadai.

3. Tahap Otomatis

Setelah melakukan latihan gerakan dalam jangka waktu yang relatif lama,

maka akan memasuki tahap otomatis atau dapat melakukan aktiVtas secara

terampil, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa

yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Secara fisiologi hal ini dapat

diartikan bahwa pada diri seseorang tersebut telah terjadi kondisi reflek

bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek

yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang

benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini kontrol

terhadap penampilan gerakan semakin tepat dan konsisten, siswa telah dapat

mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap apa yang akan dan

(14)

Menurut Syaiful dan Aswan (1996: 120) proses belajar dikatakan berhasil

apabila ada perubahan pada diri anak berupa perubahan prilaku yang

menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam proses belajar

mengajar peserta didik harus menunjukkan kegembiraan, semangat yang besar

dan percaya diri. Atas dasar tersebut, guru berperan untuk menciptakan dan

mempertahankan kelangsungan proses belajar mengajar, guna tercapainya

tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar gerak adalah seperangkat proses yang berhubungan dengan

latihan dan pengalaman mengantarkan kearah perubahan permanen dalam

perilaku terampil.

D. Lay Up

Untuk dapat melakukan permainan bola basket ada beberapa ketrampilan atau

teknik dasar dalam bola basket. Ketrampilan dasar bola basket meliputi pasing

(mengoper), dribble (menggiring) dan shooting (menembak). Gerak dasar

menembak dalam bola basket merupakan suatu koordinasi gerak yang meliputi

gerakan mengarahkan dan mengusahakan agar bola masuk kekeranjang. Usaha

memasukkan bola kekeranjang diistilahkan dengan menembak, yang dapat

dilakukan dengan satu tangan, dua tangan atau lay up. ( Nuril Ahmadi 2007:18)

Menurut Hal Wissel (2000: 61) tembakan lay up dilakukan dekat dengan

keranjang setelah menyalib bola atau menggiring bola. Untuk dapat melakukan

(15)

langkah terakhir mendapat bola, tapi juga harus dikontrol kecepatan yang

berlawanan. Langkah sebelum melakukan lay up adalah pendek, sehingga siswa

dapat segera membungkuk lalu mengangkat lutut untuk melakukan lompatan.

Angkat lutut menembak dan bola lurus ke atas sambil melompat dan bawa bola

di antara telinga dan bahu. Arahkan lengan, pergelangan dan jari-jari lurus ke

arah ring basket dengan sudut anatar 45 sampai 60 derajat dan lepaskan bola

dari telunjuk jari dengan sentuhan yang halus. Pertahankan posisi tangan

penyeimbang pada bola sampai terlepas. Lakukan follow through dengan tetap

mengangkat lengan dan lurus terentang pada siku, telunjuk menunjuk lurus pada

target dan telapak tangan untuk menembak menghadap bawah.

Gambar 1. Gerak Dasar Lay Up Bola Basket.

Berikut adalah proses shooting dengan teknik lay up menurut Hal Wissel

(2000: 61-62) :

a. Fase Persiapan : 1) Lihat target; 2) Bahu rileks; 3) Tangan siap

membawa bola dari dribble; 4)Kaki dibuka selebar bahu.

b. Fase Pelaksanaan: 1) Melangkah dua kali lebar kanan bergantian kiri

(16)

menembak; 3) Rentangkan kaki, punggung dan bahu lurus ke atas; 3)

Lepaskan bola saat tangan terjulur ke atas.

c. Fase Follow Through: 1) Lihat sasaran; 2) Mendarat dengan seimbang;

3) Lutut ditekuk; 4) Tangan ke atas.

E. Alat Modifikasi

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan

sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien bahkan

melakukan modifikasi yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat

membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

Penggunaan alat modifikasi diaharapkan dapat memotivasi anak melakukan

tugas gerak yang diberikan. Sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang

diharapkan tercapai. Menurut Rusli Lutan (2002: 10) pembelajaran Penjasorkes

dikatakan berhasil apabila:

1. Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau waktu melaksanakan tugas

gerak yang dicurahkan siswa semakin banyak

2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif

3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas

4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005: 751) modifikasi artinya pengubahan,

(17)

merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP

(Developentally Appropriate Practice) termasuk didalamnya body scaling atau penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar.

Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi

pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang

potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini

dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari

yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah

menjadi tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi yang berprinsip DAP diarahkan

agar aktifitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta dapat

membantu dan mendorong perubahan kemampuan belajar anak kearah

perubahan yang lebih baik.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan modifikasi peralatan olahraga yang

digunakan. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan

kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk

melakukan skill itu. Misalnya, berat-ringannya, besar-kecilnya,

tinggi-rendahnya dan panjang-pendek peralatan yang digunakan. (Bahagia dan

Suherman, 2000:48) Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan bola plastik, modifikasi ring dengan tali pada tiang

bambu, kotak sampah dan simpai berpita. Dengan variasi bentuk dan diameter

ring di perlebar, di rendahkan atau di perbesar diharapkan akan meningkatkan

(18)

F. Alat Modifikasi Yang Digunakan Dalam Pembelajaran

Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran Pendidikan Jasmani merupakan

salah satu isu yang cukup merata dan sangat terasa oleh para pelaksana

Pendidikan Jasmani di lapangan. Pada umumnya sekolah-sekolah di Indonesia

pada setiap jenjang pendidikannya selalu dihadapkan dengan permasalahan

kekurangan sarana dan prasarana ini. Tidak sedikit sekolah di Indonesia,

khususnya di daerah perkotaan tidak memiliki tempat atau lahan untuk

melakukan aktivitas jasmani, khususnya yang berkaitan dengan olahraga

misalnya lapangan. Walaupun ada, jumlahnya tidak proporsional dengan jumlah

siswa, seringkali ditambah dengan kualitasnya yang kurang memenuhi tuntutan

pembelajaran.

Sarana dan prasarana ini meliputi alat-alat, ruangan, dan lahan untuk melakukan

berbagai aktiVtas Pendidikan Jasmani, termasuk olahraga. Idealnya sarana dan

prasarana ini harus lengkap, tidak hanya yang bersifat standar dengan kualitas

yang standar pula, tetapi juga meliputi sarana dan prasarana yang sifatnya

modifikasi dari berbagai ukuran dan berat ringannya. Modifikasi ini sangat

penting untuk melayani berbagai kebutuhan tingkat perkembangan belajar anak

didik di sekolah bersangkutan yang terkadang sangat beragam karakteristik

kemampuannya.

Maka peneliti dalam hal ini melakukan modifikasi pada peralatan permainan

(19)

ukuran untuk putra keliling lingkaran 749-780 mm dan berat 567-650 gram,

untuk bola putri keliling lingkaran 724-737 dan berat 510-567 gram (Nuril

Ahmadi 2007:9) diubah atau dimodifikasi dengan penggunaan bola plastik yang

ringan dan berukuran sedang sehingga anak sekolah dasar tidak kesulitan

melakukan gerakan yang diajarkan karena beratnya bola. Kemudian ring besi

yang keras dengan diameter 45 cm diganti dengan penggunaan tali yang

dipancangkan pada dua buah tiang, kemudian kotak sampah dan simpai berpita.

Tujuan dari modifikasi alat-alat tersebut seperti yang dipaparkan oleh Lutan

(1988) bahwa modifikasi dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani diperlukan

ialah supaya : a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran; b)

Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi; dan c) Siswa

dapat melakukan pola gerak secara benar.

G. Kerangka Berpikir

Untuk mengetahui apakah program pendekatan Pendidikan Jasmani yang kita

gunakan tersebut cukup berhasil atau masih perlu disempurnakan, maka

diperlukan suatu evaluasi. Evaluasi dilakukan setelah tindakan-tindakan yang

kita rencanakan diberikan kepada siswa. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa

tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan teknik

mengajar yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Dari

bermacam-macam teknik mengajar, ada yang menekankan pada peranan guru yang utama

(20)

media belajar baik berupa alat bantu maupun alat-alat modifikasi. Namun

kesemuanya itu dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

Ada beberapa kriteria yang menjabarkan keberhasilan program Pendidikan

Jasmani, atau karakteristik seseorang yang terdidik jasmaninya salah satunya

adalah menunjukkan kemampuan dalam aneka ragam keterampilan manipulatif,

lokomotor, dan non lokomotor. Kemudian menunjukkan kemampuan

mengkombinasikan keterampilan manipulatif, locomotor dan non-locomotor

baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain. Dalam

permainan bola besar seperti halnya basket, menguasai salah satu teknik dasar

merupakan odal awal untuk dapat bekerjasama dengan baik dalam tim. Dimana

teknik menembak adalah teknik dasar yang harus dimiliki oleh semua pemain.

Pemilihan jenis teknik menembak yang tepat akan sangat membantu pemain

untuk memperoleh angka dari lawan.

Lay up adalah tembakan yang dilakukan dekat dengan keranjang setelah

menyalib bola atau menggiring bola. Untu dapat melakukan lay up siswa harus

mngambil langkah pendek, sehingga siswa dapat segera membungkuk lalu

mengangkat lutut untuk melakukan lompatan. Kemudian arahkan lengan,

pergelangan dan jari-jari lurus ke arah ring basket dengan sudut anatar 45

sampai 60 derajat dan lepaskan bola dari telunjuk jari dengan sentuhan yang h

alus. Lakukan follow through dengan tetap mengangkat lengan dan lurus

(21)

untuk menembak menghadap bawah. Pada tembakan ini kesalahan yang masih

sering terjadi adalah pada langkah awal lay up, terkadang siswa melakukan

langkah lebih ataupun kurang sehingga lompatan akhir untuk menembak dekat

ring tidak maksimal. Arah tembakan tidak akurat, tidak tepat sasaran ke ring.

Dengan demikian pembelajaran lay up bola basket pada kelas V belum

mencapai ketuntasan.

Untuk itu peneliti merasa perlu melakukan modifikasi yang sesuai dengan anak

dan materi tersebut. Modifikasi yang bertujuan mempermudah pembelajaran

dan mampu meningkatkan keberhasilan gerakan bagi siswa. Peneliti menduga

dengan penggunaan alat-alat modifikasi yang menarik dan mudah bagi siswa,

maka hasil belajar keterampilan gerak dasar lay up bola basketpun akan

menunjukkan peningkatan yang berarti.

H. Hipotesis Tindakan

Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan bukan

hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan

hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang

diinginkan. Adapun rumusan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

“Dengan penggunaan alat modifikasi dapat meningkatkan keterampilan gerak

(22)
(23)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk

jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani

mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses

pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

melalui aktivtas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan

dapat dicapai melalui aktivtas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya

menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut

dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau

olahraga.

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani

yang dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat

kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Jasmani tahun 2004 yang dijelaskan dalam

Samsudin (2008: 10) bahwa Pendidikan Jasmani adalah suatu proses

pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan

(24)

belajar dalam Pendidikan Jasmani harus diatur secara seksama untuk

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani,

psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan

membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana

cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas

jasmani dan direncanakan secara sistematik untuk meningkatkan individu dalam

aspek: kognitif, afektif dan psikomotor. Disinilah pentingnya Pendidikan

Jasmani yaitu menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan,

mencoba kegiatan sesuai minat dan menggali potensi dirinya. Melalui

Pendidikan Jasmani anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi

kebutuhan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu

keseimbangan perilaku dan menta, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang

berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan

dijadikan bahan pelajaran. Anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang

sangat khusus. Untuk itu perlu dipelajari bagaimana anak tumbuh, berkembang

dan belajar, apa kebutuhan dan apa minatnya. Proses berkembang ini dibagi atas

(25)

tertentu, memberikan informasi dan landasan dalam menentukan alternatif

model pembelajaran yang cocok sehingga proses belajar mengajar lebih efektif ,

agar kemampuan anak dapat dikembangkan seoptimal mungkin.

Sunarto dan Hartono Agung (1999: 54) menjelaskan bahwa pertumbuhan

adalah perubahan tingkah laku dalam diri indiVdu yang bersifat material dan

komunikatif, misalnya pembesaran atau perpanjangan tulang sebagai salah satu

komponen atau material atau raga anak. Perkembangan adalah perubahan

fungsional dan kualitatif, misalnya perubahan fungsi pikir dari kurang

berkualitas menjadi berkualitas tinggi. Selanjutnya Husdarta dan Yudha

(1999/2000: 6-7) menyebutkan bahwa pertumbuhan adalah perubahan yang

dialami indiVdu menuju tingkat kedewasaaan yang ditandai dengan indikator

beertambahnya kuantitas fisiknya. Sedangkan perkembangan adalah perubahan

yang ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikis baik secara kuantitas

maupun kualitas.

Siswa sekolah dasar pada kelas V rata-rata berusia 12 tahun. Pada usia ini Iain

Adam (1988: 140) menjelaskan bahwa anak laki-laki dan cenderung lebih baik

dalam keterampilan yang memerlukan kekuatan atau melibatkan otot besar,

sedangkan anak perempuan lebih baik dalam keterampilan yang memerlukan

kecermatan atau melibatkan otot halus. Tahun-tahun antara usia enam sampai

dua belas tahun adalah ideal untuk belajar keterampilan motorik. Penguasaan

keterampilan motorik akan sangat ditentukan oleh kesempatan yang ada, jadi

(26)

keterampilan secara mendasar dan progesif yang berkaitan dengan aspek-aspek

kesegaran dan keterampilan khusus harus dikembangkan.

Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak, guru harus

memperhatikan sarana dan prasarana yang digunakan agar sesuai dengan

karakteristik siswa yang menggunakannya sehingga guru dapat memberikan

materi pelajaran dengan baik dan siswa mampu menguasai tugas gerak pada

berbagai cabang olahraga, meningkatkan kualitas unjuk kerja (performance) dan

kemampuan belajar dan kesehatannya.

C. Teori Belajar Motorik

Menurut Lutan (1988) belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang

relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan

latihan dan dapat diamati melalui penampilannya. Sedangkan motor ability

adalah kapasitas dari seorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan

suatu keterampilan yang relatif melekat setalah masa kanak-kanak. (Lutan,

1988: 96).

Menurut Schmidt dalam Lutan (1988: 102) belajar motorik adalah seperangkat

proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan

kearah perubahan permanen dalam perilaku gerak.

Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk

mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan belajar

(27)

prasyarat untuk tahaf berikutnya. Apabila ketiga tahapan belajar gerak ini tidak

dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru tidak

boleh mengharap banyak dari apa yang selama ini mereka lakukan, khususnya

untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal. Adapun tahapan belajar

gerak adalah sebagai berikut :

1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar motorik, dalam tahap ini seseorang

harus memahami mengenai hakikat kegiatan yang dilakukan dan juga harus

memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun Vsual

mengenai tugas gerakan atau model teknik yang akan dipelajari agar dapat

membuat rencana pelaksanaan yang tepat.Pada tahap ini guru setiap akan

memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus

dilakukan adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep

tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah

siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara

melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak

siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam

merencanakan cara melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif

ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka

sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan

aktiVtas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

(28)

Pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan melalui adanya

praktek secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi permanen.

Selama latihan harus adanya semangat dan umpan balik untuk mengetahui

apa yang dilakukan itu benar atau salah. Pola gerakan sudah sampai pada

taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan secara

keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga penguasaan

terhadap gerakan semakin meningkat.Apabila siswa telah melakukan latihan

keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di

sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharapkan

telah memiliki keterampilan yang memadai.

3. Tahap Otomatis

Setelah melakukan latihan gerakan dalam jangka waktu yang relatif lama,

maka akan memasuki tahap otomatis atau dapat melakukan aktiVtas secara

terampil, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa

yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Secara fisiologi hal ini dapat

diartikan bahwa pada diri seseorang tersebut telah terjadi kondisi reflek

bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek

yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang

benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini kontrol

terhadap penampilan gerakan semakin tepat dan konsisten, siswa telah dapat

mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap apa yang akan dan

(29)

Menurut Syaiful dan Aswan (1996: 120) proses belajar dikatakan berhasil

apabila ada perubahan pada diri anak berupa perubahan prilaku yang

menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam proses belajar

mengajar peserta didik harus menunjukkan kegembiraan, semangat yang besar

dan percaya diri. Atas dasar tersebut, guru berperan untuk menciptakan dan

mempertahankan kelangsungan proses belajar mengajar, guna tercapainya

tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar gerak adalah seperangkat proses yang berhubungan dengan

latihan dan pengalaman mengantarkan kearah perubahan permanen dalam

perilaku terampil.

D. Lay Up

Untuk dapat melakukan permainan bola basket ada beberapa ketrampilan atau

teknik dasar dalam bola basket. Ketrampilan dasar bola basket meliputi pasing

(mengoper), dribble (menggiring) dan shooting (menembak). Gerak dasar

menembak dalam bola basket merupakan suatu koordinasi gerak yang meliputi

gerakan mengarahkan dan mengusahakan agar bola masuk kekeranjang. Usaha

memasukkan bola kekeranjang diistilahkan dengan menembak, yang dapat

dilakukan dengan satu tangan, dua tangan atau lay up. ( Nuril Ahmadi 2007:18)

Menurut Hal Wissel (2000: 61) tembakan lay up dilakukan dekat dengan

keranjang setelah menyalib bola atau menggiring bola. Untuk dapat melakukan

(30)

langkah terakhir mendapat bola, tapi juga harus dikontrol kecepatan yang

berlawanan. Langkah sebelum melakukan lay up adalah pendek, sehingga siswa

dapat segera membungkuk lalu mengangkat lutut untuk melakukan lompatan.

Angkat lutut menembak dan bola lurus ke atas sambil melompat dan bawa bola

di antara telinga dan bahu. Arahkan lengan, pergelangan dan jari-jari lurus ke

arah ring basket dengan sudut anatar 45 sampai 60 derajat dan lepaskan bola

dari telunjuk jari dengan sentuhan yang halus. Pertahankan posisi tangan

penyeimbang pada bola sampai terlepas. Lakukan follow through dengan tetap

mengangkat lengan dan lurus terentang pada siku, telunjuk menunjuk lurus pada

[image:30.612.232.455.362.491.2]

target dan telapak tangan untuk menembak menghadap bawah.

Gambar 1. Gerak Dasar Lay Up Bola Basket.

Berikut adalah proses shooting dengan teknik lay up menurut Hal Wissel

(2000: 61-62) :

a. Fase Persiapan : 1) Lihat target; 2) Bahu rileks; 3) Tangan siap

membawa bola dari dribble; 4)Kaki dibuka selebar bahu.

b. Fase Pelaksanaan: 1) Melangkah dua kali lebar kanan bergantian kiri

(31)

menembak; 3) Rentangkan kaki, punggung dan bahu lurus ke atas; 3)

Lepaskan bola saat tangan terjulur ke atas.

c. Fase Follow Through: 1) Lihat sasaran; 2) Mendarat dengan seimbang;

3) Lutut ditekuk; 4) Tangan ke atas.

E. Alat Modifikasi

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan

sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien bahkan

melakukan modifikasi yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat

membantu dalam pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

Penggunaan alat modifikasi diaharapkan dapat memotivasi anak melakukan

tugas gerak yang diberikan. Sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang

diharapkan tercapai. Menurut Rusli Lutan (2002: 10) pembelajaran Penjasorkes

dikatakan berhasil apabila:

1. Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau waktu melaksanakan tugas

gerak yang dicurahkan siswa semakin banyak

2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif

3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas

4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005: 751) modifikasi artinya pengubahan,

(32)

merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP

(Developentally Appropriate Practice) termasuk didalamnya body scaling atau penyesuaian dengan ukuran tubuh siswa yang sedang belajar.

Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi

pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang

potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini

dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari

yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah

menjadi tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi yang berprinsip DAP diarahkan

agar aktifitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta dapat

membantu dan mendorong perubahan kemampuan belajar anak kearah

perubahan yang lebih baik.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan modifikasi peralatan olahraga yang

digunakan. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan

kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk

melakukan skill itu. Misalnya, berat-ringannya, besar-kecilnya,

tinggi-rendahnya dan panjang-pendek peralatan yang digunakan. (Bahagia dan

Suherman, 2000:48) Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan bola plastik, modifikasi ring dengan tali pada tiang

bambu, kotak sampah dan simpai berpita. Dengan variasi bentuk dan diameter

ring di perlebar, di rendahkan atau di perbesar diharapkan akan meningkatkan

(33)

F. Alat Modifikasi Yang Digunakan Dalam Pembelajaran

Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran Pendidikan Jasmani merupakan

salah satu isu yang cukup merata dan sangat terasa oleh para pelaksana

Pendidikan Jasmani di lapangan. Pada umumnya sekolah-sekolah di Indonesia

pada setiap jenjang pendidikannya selalu dihadapkan dengan permasalahan

kekurangan sarana dan prasarana ini. Tidak sedikit sekolah di Indonesia,

khususnya di daerah perkotaan tidak memiliki tempat atau lahan untuk

melakukan aktivitas jasmani, khususnya yang berkaitan dengan olahraga

misalnya lapangan. Walaupun ada, jumlahnya tidak proporsional dengan jumlah

siswa, seringkali ditambah dengan kualitasnya yang kurang memenuhi tuntutan

pembelajaran.

Sarana dan prasarana ini meliputi alat-alat, ruangan, dan lahan untuk melakukan

berbagai aktiVtas Pendidikan Jasmani, termasuk olahraga. Idealnya sarana dan

prasarana ini harus lengkap, tidak hanya yang bersifat standar dengan kualitas

yang standar pula, tetapi juga meliputi sarana dan prasarana yang sifatnya

modifikasi dari berbagai ukuran dan berat ringannya. Modifikasi ini sangat

penting untuk melayani berbagai kebutuhan tingkat perkembangan belajar anak

didik di sekolah bersangkutan yang terkadang sangat beragam karakteristik

kemampuannya.

Maka peneliti dalam hal ini melakukan modifikasi pada peralatan permainan

(34)

ukuran untuk putra keliling lingkaran 749-780 mm dan berat 567-650 gram,

untuk bola putri keliling lingkaran 724-737 dan berat 510-567 gram (Nuril

Ahmadi 2007:9) diubah atau dimodifikasi dengan penggunaan bola plastik yang

ringan dan berukuran sedang sehingga anak sekolah dasar tidak kesulitan

melakukan gerakan yang diajarkan karena beratnya bola. Kemudian ring besi

yang keras dengan diameter 45 cm diganti dengan penggunaan tali yang

dipancangkan pada dua buah tiang, kemudian kotak sampah dan simpai berpita.

Tujuan dari modifikasi alat-alat tersebut seperti yang dipaparkan oleh Lutan

(1988) bahwa modifikasi dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani diperlukan

ialah supaya : a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran; b)

Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi; dan c) Siswa

dapat melakukan pola gerak secara benar.

G. Kerangka Berpikir

Untuk mengetahui apakah program pendekatan Pendidikan Jasmani yang kita

gunakan tersebut cukup berhasil atau masih perlu disempurnakan, maka

diperlukan suatu evaluasi. Evaluasi dilakukan setelah tindakan-tindakan yang

kita rencanakan diberikan kepada siswa. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa

tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan teknik

mengajar yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Dari

bermacam-macam teknik mengajar, ada yang menekankan pada peranan guru yang utama

(35)

media belajar baik berupa alat bantu maupun alat-alat modifikasi. Namun

kesemuanya itu dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

Ada beberapa kriteria yang menjabarkan keberhasilan program Pendidikan

Jasmani, atau karakteristik seseorang yang terdidik jasmaninya salah satunya

adalah menunjukkan kemampuan dalam aneka ragam keterampilan manipulatif,

lokomotor, dan non lokomotor. Kemudian menunjukkan kemampuan

mengkombinasikan keterampilan manipulatif, locomotor dan non-locomotor

baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain. Dalam

permainan bola besar seperti halnya basket, menguasai salah satu teknik dasar

merupakan odal awal untuk dapat bekerjasama dengan baik dalam tim. Dimana

teknik menembak adalah teknik dasar yang harus dimiliki oleh semua pemain.

Pemilihan jenis teknik menembak yang tepat akan sangat membantu pemain

untuk memperoleh angka dari lawan.

Lay up adalah tembakan yang dilakukan dekat dengan keranjang setelah

menyalib bola atau menggiring bola. Untu dapat melakukan lay up siswa harus

mngambil langkah pendek, sehingga siswa dapat segera membungkuk lalu

mengangkat lutut untuk melakukan lompatan. Kemudian arahkan lengan,

pergelangan dan jari-jari lurus ke arah ring basket dengan sudut anatar 45

sampai 60 derajat dan lepaskan bola dari telunjuk jari dengan sentuhan yang h

alus. Lakukan follow through dengan tetap mengangkat lengan dan lurus

(36)

untuk menembak menghadap bawah. Pada tembakan ini kesalahan yang masih

sering terjadi adalah pada langkah awal lay up, terkadang siswa melakukan

langkah lebih ataupun kurang sehingga lompatan akhir untuk menembak dekat

ring tidak maksimal. Arah tembakan tidak akurat, tidak tepat sasaran ke ring.

Dengan demikian pembelajaran lay up bola basket pada kelas V belum

mencapai ketuntasan.

Untuk itu peneliti merasa perlu melakukan modifikasi yang sesuai dengan anak

dan materi tersebut. Modifikasi yang bertujuan mempermudah pembelajaran

dan mampu meningkatkan keberhasilan gerakan bagi siswa. Peneliti menduga

dengan penggunaan alat-alat modifikasi yang menarik dan mudah bagi siswa,

maka hasil belajar keterampilan gerak dasar lay up bola basketpun akan

menunjukkan peningkatan yang berarti.

H. Hipotesis Tindakan

Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan bukan

hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan

hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang

diinginkan. Adapun rumusan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

“Dengan penggunaan alat modifikasi dapat meningkatkan keterampilan gerak

(37)

35

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan tiang bambu dua yang direntangkan tali sebagai

pengganti ring untuk proses pembelajaran dapat memperbaiki dan

meningkatkan gerak dasar lay uppada Siswa kelas V SD Negeri 1Sindang

Anom Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Dengan penggunaan alat modifikasi yang digunakan dalam pembelajaran lay

up berupa bola plastik dan keranjang/kotak sampah untuk proses

pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar lay up

pada Siswa kelas V SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung Timur Tahun

(38)

36

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat

dijadikan sebagai acuan ke depan dalam proses pembelajaran gerak dasar lay

up dalam Basket.

2. Untuk Siswa kelas V SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung Timur Tahun

Pelajaran 2012/2013 agar selalu berupaya meningkatkan gerak dasar lay up dalam Basket.

(39)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LAY UP PADA BOLA BASKET DENGAN ALAT MODIFIKASI SISWA KELAS V

SD NEGERI 1 SINDANG ANOM LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh : MARNO

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(40)

ABSTRAK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LAY UP PADA BOLA BASKET DENGAN ALAT MODIFIKASI SISWA KELAS V

SD NEGERI 2 SINDANG ANOM LAMPUNG TIMUR Oleh

MARNO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar gerak dasar lay up dengan metode pembelajaran Cooperative Learning Tipe (STAD) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sindang Anom Kec. Sekampung Udik Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Class room Action Reserch), dengan Dua siklus, dimana padasetiap siklus menggunakan tindakan yang berbeda-beda. Siklus pertama dengan Menggunakan Model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe (STAD) , dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok

dan melakukan gerak dasar lay up dengan menggunakan bola plastik, dan

pembelajaran Cooperative Learning Tipe (STAD) , dengan membagi siswa

menjadi 4 kelompok dan melakukan gerak dasar lay up dengan menggunakan

bola plastic serta ring yang dibuat menyerupai ring yang sesungguhnya.

Subyek dalam penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 1 Sindang Anom Kec. Sekampung Udik Kab. Lampung Timur yang berjumlah 20 siswa.Pengumpulan data diambil dari tes berupa pengamatan keterampilan gerakdasar lay up yang meliputi posisi awal, posisi persiapan, posisi akhir.

(41)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LAY UP PADA BOLA BASKET DENGAN ALAT MODIFIKASI SISWA KELAS V

SD NEGERI 1 SINDANG ANOM LAMPUNG TIMUR

Oleh MARNO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(42)

Judul Skripsi : MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LAY UP PADA BOLA BASKET

DENGAN ALAT MODIFIKASI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SINDANG ANOM LAMPUNG TIMUR

Nama Mahasiswa : Marno

Nomor Pokok mahasiswa : 1013116005

Program Studi : Pendidikan Jasmani

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Imu Pendidikan Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Heru Sulistianta, S.Pd, M.Or

(43)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Heru Sulistianta, S.Pd. M.Or ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs.Wiyono M.Pd ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(44)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Marno

NPM : 1013126005

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Meningkatkan

Keterampilan Gerak Dasar Lay Up Pada Bola Basket Dengan Alat Modifikasi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sindang Anom Lampung Timur” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis. Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila

dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Januari 2013

(45)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul” Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Lay Up

Pada Bola Basket Dengan Alat Modifikasi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Sindang Anom Lampung Timuradalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Sulistianta, S.Pd, M.Or. Selaku Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah

memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

7. Kepala SD Negeri 2 Sindang Anom Lampung Timur yang telah memberikan

izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas V Tahun Pelajaran 2011/2012.

8. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 2 Sindang Anom Lampung Timur Tahun

Pelajaran 2011/2012, terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 S1 Dalam jabatan, ayo sukseskan

program S1 secepatnya. Semangat.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

(46)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis

(47)
(48)
(49)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1 : Rangkaian Gerak Dasar Servis Bawah Dalam Bola Voli ... 12

Gambar 2 : Bagan Model Penelitian Tindakan ... 16

Gambar 3 : Diagram Batang Rata-rata Siswa Yang Mendapatkan Nilai ≥ RK

dan < RK Gerak Dasar Servis Bawah Disetiap Siklus ... 26

Gambar 4 : Diagram Batang Rata-rata Siswa Yang Mendapatkan Nilai ≥ RB dan

(50)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani ... 7

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 8

C. Teori Belajar Motorik ... 10

D. Lay Up ... 13

E. Alat Modifikasi ... 15

F. Modifikasi Alat Pembelajaran ... 17

G.Kerangka Pikir ... 18

I. Hipotesis ... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 21

B. Setting Penelitian ... 22

C. Subyek Penelitian ... 23

D. Rencana Penelitian ... 23

(51)

H. Teknik Analisis Data ... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27

B. Pembahasan ... 31

C. Deskripsi Pembelajaran Setiap Siklusnya ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(52)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Lay Up Pada

Tes Awal ... 27

2. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Lay Up Pada

Siklus I ... 28

3. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar Lay Up Pada

Siklus II ... 29

4. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pembelajaran

(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)

Gambar

Gambar 1.  Gerak Dasar Lay Up Bola Basket.
Gambar 1.  Gerak Dasar Lay Up Bola Basket.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Alhamdulillahi robbil‘aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, karunia dan nikmat yang telah dilimpahkan sehingga penulis

Hasil yang didapatkan oleh penulis dalam penelitian ini antara lain motif yang terdapat dalam penggunaan ganja yang dilakukan oleh anggota Lingkar Ganja Nusantara yaitu

Huruf yang berharakat fath.ah pada lafal adalah ..... Membaca Surah Al-Fa-tih.ah dalam salat

Penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman baru kepada khalayak sehingga dapat mengetahui bagaimana gaya hidup Fansclub musik Virginity Lampung,

Penelitian yang bertujuan untuk, (1) mengevaluasi perbedaan penggunaan mulsa jerami dan pola tanam tumpangsari terhadap pertumbuhan gulma, (2) mengetahui penggunaan mulsa jerami

Peubah pada level siswa yakni: kepemilikan kalkulator, persepsi siswa bahwa matematika itu sulit bila dibandingkan pelajaran yang lain, dan persepsi bahwa

Secara umum dapat dinyatakan sebagai proses dimana obat yang sudah halus, zat yang larutnya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat