• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN"

Copied!
261
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Skripsi

Oleh

FENTI DWI CHOIRIAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(41)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Mei 2012

(42)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Oleh

FENTI DWI CHOIRIAWATI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran problem

solving pada materi asam - basa dalam meningkatkan keterampilan

mengelom-pokkan dan mengkomunikasikan serta mendeskripsikan pembelajaran problem

solving pada materi asam - basa yang efektif dalam meningkatkan keterampilan

mengelompokkan dan mengkomunikasikan. Model pembelajaran problem

solving terdiri dari lima tahap yaitu tahap satu yaitu mengorientasikan siswa pada

masalah, tahap dua mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, tahap tiga menetapkan jawaban sementara dari masalah, tahap empat menguji kebenaran jawaban sementara, dan tahap lima menarik kesimpulan.

(43)

signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan masing-masing 0,71 dan 0,41.

Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa pembelajaran problem solving pada materi asam-basa efektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.

(44)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Oleh

FENTI DWI CHOIRIAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(45)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAM-BASA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

Mahasiswa : Fenti Dwi Choiriawati Nomor Pokok Mahasiswa : 0853023017

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. Dr. Noor Fadiawati, M. Si. NIP 19660824 199111 2 002 NIP 19660824 199111 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(46)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ______________

Sekretaris : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Ila Rosilawati, M. Si. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 29 Agustus 1990, anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Suratno dan Ibu Nurlaili.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1995 di TK Dharma Wanita Jatirejo diselesaikan pada tahun 1996. Penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Dasar Negeri 2 Jatirejo diselesaikan tahun 2002, dan pada tahun tersebut diterima di SMP Negeri 1 Sawit yang diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 masuk SMA Negeri 1 Boyolali yang diselesaikan tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia.

(48)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin , Dengan segala kerendahan hati terucap syukur untuk segala nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, sehingga dengan ridlo-Nya skripsi ini bisa terselesaikan. Tulisan ini

kupersembahkan teruntuk:

v Papa dan Mama

Dengan penuh kasih sayang kalian membesarkanku,

Dengan penuh keikhlasan kalian mengajarkanku banyak hal tentang hidup, Dengan penuh perjuangan kalian mengantarkanku selangkah demi selangkah mencapai cita-cita,

Maka dengan penuh cinta ku ucapkan Terima Kasih, dan dengan penuh rasa terima kasih ku ucapkan AKU MENCINTAI KALIAN

v Faza Eka Laksana dan Fatoni Aryo Sasongko Yang memberiku keceriaan, semangat dan dukungan.

(49)

MOTTO

Ber mimpilah, dan seger alah bangun unt uk mewuj udkan mimpi it u. I magine your self as you would like t o be

Ther e is inside you all of t he pot ent ial t o be what ever you want t o be (Fent i Dwi Choir iawat i)

Hal yang anda yakini past i t er j adi, dan keyakinan t er hadap hal t er sebut lah yang membuat nya t er j adi

(50)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan cinta kasih-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Asam-Basa dalam

Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Mengkomunikasikan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M. Si., selaku Pembimbing I atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing II atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

(51)

7. Ibu Dra. M. Setyorini, M.Si., selaku Pembimbing akademik semester I-VI dan seluruh staff dan dosen di Jurusan PMIPA khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia Unila.

8. Bapak Hi. Dasiyo Priambodo, S.Pd, M.Pd., selaku kepala Sekolah SMA Negeri 1 Terbanggi besar yang telah mmberikan izin penelitian.

9. Ibu Krisniwati, S. Pd. selaku guru mitra dan siswa- siswi kelas XI IPA 1 Dan XI IPA 2 SMA Negeri 1 Terbanggi Besar.

10. Mama dan papa yang selalu memperjuangkan segalanya untuk keberhasilanku.

11. Kakak wawan, dek Toni, Claresta, Wota dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan keceriaan untukku.

12. Rendi saputra yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Hae_Chy, Yusnia_Kyuhyun, Nunik_mbul, Uni Yuri, Fra_Ulein, Andesta. Kitalah 7 kejaiban dunia dalam dunia kita yang penuh warna. Sahabat-sahabat terbaikku, terima kasih.

14. Kak Arief dan K.Pury. Semoga kita tetap bisa menjadi saudara dimanapun kalian berada.

15. Teman-temanku di Mr.Che 2008 : Metha, Andri, Gede, Johan, Galih, Olan, Deny, Nurma, Resi, Riska, Yuli, Novi, Sulis, Pitri, Ence, Eka Fitriana, Eka Fitriani, Juslia, Wirda, Evy, Diana, Orin, Putu, Riza, Ana, Nia, Fitri, Maria, Mila, Arum, Meli, Yunida, Dewi, Nurul, Emy, Lini dan teman-teman reguler 2008 khususnya Mahfudz dan Diky.

(52)

17. Teman-teman seperjuangan KKN dan PPL di Way Tenong : Novi, Dewi, Ayu, Dwi, Yenni, Devi, Martina, Dadang, Hardi. Semoga kita bisa tetap menjadi saudara dimanapun kalian berada

18. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusus-nya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis,

(53)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9 B. Model Pembelajaran Problem Solving... 11 C. Keterampilan Proses Sains ... 13 D. Kerangka Pemikiran ... 15 E. Anggapan Dasar ... 17 F. Hipotesis Umum ... 17 III. METODOLOGI PENELITIAN

(54)

B. Jenis dan Sumber Data ... 18 C. Desain Penelitian dan Metode Penelitian... 19 D. Variabel Penelitian ... 20 E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya... 21 F. Pelaksanaan Penelitian ... 22 G. Analisis Data Penelitian ... 23 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 29 B. Pembahasan ... 35 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 46 B. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(55)

11. Tabel data Skor Pretest, Skor Posttest dan n-Gain ... 159

12. Lembar Penilaian Afektif Siswa ... 161

13. Lembar Penilaian Psikomotor Siswa... 165

(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator keterampilan proses sains dasar ... 14 2. Desain penelitian ... 19 3. Rata – rata skor pretest, posttest dan n-Gain keterampilan mengelompokkan di kelas eksperimen dan kontrol ... 31 4. Rata – rata skor pretest, posttest dan n-Gain keterampilan

mengkomunikasikan di kelas eksperimen dan kontrol ... 32 5. Nilai chi-kuadrat untuk distribusi n-Gain keterampilan mengelompokkan .. 35 6. Nilai chi-kuadrat untuk distribusi n-Gain keterampilan

(57)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 20 2. Diagram rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan

mengelompokkan di kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 30 3. Diagram rata-rata perolehan skor pretest dan postest keterampilan

mengkomunikasikan siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 31 4. Diagram rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan dan

(58)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak ke arah tujuan yang dinilai tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan serta memiliki sikap yang benar. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(59)

meningkatkan pengetahuan siswa serta dapat bersaing dalam perkembangan sains tersebut. Dewasa ini pembejaran kimia masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah dan kegiatan lebih berpusat pada guru. Siswa hanya sebatas mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Belajar sains hanya sebatas produk dan sedikit proses. Salah satu penyebab yang menjadikan alasan adalah padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasaran kurikulum yang berlaku.

Permasalahan lain dalam pembelajaran kimia adalah bahan ajar yang diberikan di sekolah masih terasa lepas dengan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Padahal seharusnya kimia dapat dijadikan sebagai wahana untuk me-ningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Kimia berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu pembelajaran kimia diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya sehingga dapat bermanfaat di dalam kehidupan bermasyarakat.

(60)

terintegrasi pada materi pokok yang lain. Ini berarti keterampilan proses sains sama pentingnya dengan konsep kimia. Sehingga pembelajaran kimia perlu me-nekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan mengem-bangkan keterampilan proses sains. Selain itu penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah dalam pembelajaran kimia bertujuan agar mampu memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah kimia dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk dapat meningkatkan keterampilan proses sains maka perlu adanya pengem-bangan model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah

problem solving. Model problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran

dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau di-selesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti pada topik asam-basa misalnya, banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihu-bungkan dengan materi ini; misalnya rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan senyawa basa dalam mengobati sakit maag, pemanfaatan kapur untuk menetralkan tanah pertanian yang asam, dan lain sebagainya. Dengan adanya masalah yang dihadapkan kepada siswa dalam pembelajaran ini, siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberi-kan.

(61)

sementara dari masalah, tahap 4 yaitu menguji kebenaran jawaban sementara, dan tahap 5 yaitu menarik kesimpulan (Depdiknas, 2008).

Pada tahap 4 model problem solving siswa diminta untuk menguji kebenaran jawaban sementara, upaya yang dilakukan untuk menguji kebenaran jawaban sementara ini salah satunya adalah melalui pengamatan langsung. Melalui pengamatan langsung yang dilakukan pada materi asam- basa misalnya, siswa dituntut agar mampu mencatat setiap hasil pengamatan; mencari perbedaan serta persamaan (membandingkan) data hasil pengamatan; mengontraskan ciri-ciri dari data-data yang didapat; serta mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan. Kemampuan-kemampuan ini merupakan indikator keterampilan mengelom-pokkan (mengidentifikasi). Selain itu dalam pengamatan langsung ini juga siswa dituntut agar mampu menjelaskan hasil percobaan; menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel/diagram; membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram; menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan indikator keterampilan mengkomunikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa dimungkinkan pembelajaran

problem solving mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa yaitu

keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.

(62)

langsung yang mereka lakukan terhadap suatu permasalahan; serta prospek kerja yang mungkin akan dijalani mereka di esok hari yang sangat memerlukan kete-rampilan ini; laboran dan apoteker misalnya, pengelompokan bahan-bahan atau obat-obatan yang memiliki sifat sejenis sangatlah diperlukan untuk mempermudah dan menghindarkan bahan-bahan tersebut dari pencampuran yang dapat

membahayakan.

Hasil penelitian Ajij (2008) menunjukkan bahwa kemandirian dan prestasi belajar biologi siswa kelas X MA Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan demikian juga tanggapan terhadap proses pem-belajaran dengan pendekatan problem solving. Penelitian lainnya adalah Purwani (2009), yang dilakukan pada siswa SMA kelas X di SMAN 1 Jombang, menun-jukkan bahwa pembelajaran dengan melalui strategi problem solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Maka dipandang perlu mengadakan penelitian guna melihat efektivitas model pembela-jaran problem solving dalam upaya meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan khususnya pada materi asam-basa.

(63)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran Problem Solving pada materi asam - basa dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan pada siswa kelas XI IPA SMA N 1 Terbanggi Besar?

2. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran Problem Solving pada materi asam - basa dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pada siswa kelas XI IPA SMA N 1 Terbanggi Besar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Problem Solving pada materi

asam - basa dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan pada siswa kelas XI IPA SMA N 1 Terbanggi Besar. 2. Untuk mendeskripsikan pembelajaran Problem Solving pada materi asam -

basa yang efektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

(64)

memecahkan masalah IPA dan meningkatkan keterampilan mengelompok- kan dan mengkomunikasikan.

2. Bagi guru

Memperoleh model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keteram-pilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Lokasi penelitian di SMA N 1 Terbanggi Besar.

2. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah asam-basa Arrhenius. 3. Pembelajaran Problem solving yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model Problem Solving menurut Depdiknas (2008). Model ini terdiri dari 5 tahap. Tahap 1 yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, tahap 2 yaitu mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, tahap 3 yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah, tahap 4 yaitu menguji kebenaran jawaban sementara, dan tahap 5 yaitu menarik kesimpulan.

(65)

5. Keterampilan mengkomunikasikan meliputi kemampuan membaca dan meng-kompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.

6. Keterampilan mengelompokkan meliputi kemampuan mencatat setiap penga-matan secara terpisah, mencari perbedaan dan persamaan (membandingkan), mengontraskan ciri-ciri, serta mencari dasar pengelompokkan atau peng-golongan.

(66)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bah-wa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diper-luas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pe-ngalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemu-kan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu mem-berikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus meng-konstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruk-tivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik sendiri (Trianto, 2007).

(67)

terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahu-an. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengerti-annya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2007).

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inter-aksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan-nya untuk selanjutperbedaan-nya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengeta-huannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben- tukan pengetahuannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa;

6. Guru adalah fasilitator.

(68)

Perspektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan Pembelajaran Problem

Solving, banyak meminjam pendapat Piaget (1954,1963). Perspektif ini

mengata-kan bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses men-dapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengkon-struksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasar-kan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya.

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penye-suaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyepenye-suaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

B. Model Pembelajaran Problem Solving

(69)

Nasution (2006) menyatakan, :

“memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut kom-binasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering harus dilalui ber-bagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam segala langkah perlu ia berpikir”.

Menurut Nasution (2006) mempelajari aturan perlu terutama untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar atur-an. Dalam pemecahan masalah prosesnya terletak dalam diri siswa. Variabel dari luar hanya berupa instruksi verbal yang membantu atau membimbing siswa untuk memecahkan masalah itu. Namun memecahkan masalah tidak sekedar menerap-kan aturan-aturan yang diketahui, amenerap-kan tetapi juga menghasilmenerap-kan pelajaran baru.

Tahap-tahap model problem solving (Depdiknas, 2008) yaitu meliputi :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada tahap kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam tahap ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan modelmodel lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi

(70)

1. Kelebihan model problem solving

a. Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan

menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan model problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain

c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C. Keterampilan Proses Sains

(71)

mempelajari sains sesuai dengan keinginannya. Menurut Gagne dalam Dahar (1996) keterampilan proses sains adalah kemam-puan-kemampuan dasar tertentu yang dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains. Setiap keterampilan proses merupakan keterampilan yang khas yang digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat digunakan untuk memahami fenomena apapun juga. Keterampilan proses sains mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga aspek-aspek kete-rampilan proses sains dapat digunakan dalam beberapa pendekatan dan model pembelajaran. Demikian halnya dalam model pembelajaran yang dikembangkan yaitu problem solving, keterampilan proses sains menjadi bagian yang tidak ter-pisah dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.

Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, seperti yang di-kemukakan Funk dalam Nur (1996) keterampilan proses terdiri dari: Keteram-pilan proses tingkat dasar yang terdiri dari mengobservasi, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan keterampilan proses terpadu yang terdiri dari menentukan variabel, menyusun tabel data, membuat grafik, menghubungkan antar variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel, merencanakan penyeli-dikan, dan bereksperimen.

[image:71.612.133.500.637.703.2]

Cartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar Keterampilan

Dasar Indikator

Mengamati (observing)

(72)

Tabel 1. (lanjutan) Ketermpilan

Dasar Indikator

Inferensi (inferring)

Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.

Klasifikasi (classifying)

Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek. Menafsirkan

(predicting)

Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta dan yang menunjukkan suatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau pola yang sudah ada menggunakan grafik untuk

menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan. Meramalkan

(prediksi)

Menggunakan pola/pola hasil pengamatan,

mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

Berkomunikasi

(Communicating)

memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan atau penelitian, membaca grafik/ tabel/ diagram, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

D. Kerangka Pemikiran

[image:72.612.130.502.98.398.2]
(73)

Lalu pada tahap dua siswa diminta mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini terjadi proses akomodasi yaitu terjadi penyesuaian stuktur kognitif siswa terhadap situasi baru. Siswa ingin memahami konsep baru atau permasalahan yang timbul melalui kegiatan akomo-dasi ini. Pada tahap tiga siswa diminta menetapkan jawaban sementara dari masalah. Pada tahap ini, setelah melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi siswa akan mengalami ketidakseimbangan struktur kognitif (coqnitive disequilibrium) yaitu ada fakta-fakta yang telah dimiliki siswa sebelumnya (pengetahuan lama siswa) yang tidak sesuai dengan pengetahuan baru siswa. Pada tahap empat siswa diminta menguji kebenaran jawaban sementara. Pada tahap ini siswa akan men-cari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana dengan cara membuk-tikannya melalui praktikum dan menjawab pertanyaan yang ada pada LKS. Sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterusnya sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan pengetahuan yang baru (ekuilibrasi). Pada tahap lima siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pemecahan masalah. Pada tahap ini terlihat apakah siswa sudah mencapai proses ekuilibrasi atau belum.

(74)

Kemudian siswa diminta mencatat setiap hasil pengamatan; mencari perbedaan serta persamaan (membandingkan) data hasil pengamatan; mengontraskan ciri-ciri dari data-data yang didapat; serta mencari dasar pengelompokkan atau penggolo-ngan. Selain itu siswa juga diminta menjelaskan hasil percobaan; menggambar-kan data empiris dengan tabel/diagram; menyusun dan menyampaimenggambar-kan laporan secara sistematis dan jelas. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampi-lan proses sains yaitu keterampiketerampi-lan mengelompokkan dan mengkomunikasikan.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan mengelom-pokkan dan mengkomunikasikan pada materi asam-basa siswa kelas XI IPA semester genap SMA N 1 Terbanggi Besar T.P. 2011/2012 diabaikan.

2. Perbedaan gain keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan pada materi asam – basa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

F. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

(75)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 118 siswa dan tersebar dalam empat kelas.

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai sampel adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA N 1 Terbanggi Besar. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel purposif, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka ditentukan kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebagai sampel. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang mengalami pembelajaran Problem Solving, sedangkan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data

(76)

C. Desain dan Metode Penelitian

1. Desain penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design

yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest

[image:76.612.133.423.260.342.2]

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 2. desain penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan:

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran problem solving.

O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest

2. Metode penelitian

(77)

Gambar 1. Alur penelitian

D. Variabel Penelitian

Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Problem Solving dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel

Penyusunan perangkat pembelajaran konvensional

1. Penyusunan kisi-kisi butir soal (pretest dan posttest) 2. Butir soal tes (pretest dan

posttest)

Penyusunan perangkat pembelajaran

Problem Solving

Validasi pretest dan

posttest

Kelas kontrol Kelas eksperimen

Pretest Pretest

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran Problem Solving

Posttest Posttest

Tabulasi dan analisis data

(78)

terikat adalah keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan pada materi asam-basa siswa SMA N 1 Terbanggi Besar.

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal pretest dan posttest

keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan dalam bentuk soal uraian.

Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soal pretest adalah materi asam-basa yang terdiri dari 10 soal uraian untuk mengukur keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan sebelum penerapan pembelajaran. Sedangkan soal posttest sama dengan soal

pretest terdiri dari 10 soal uraian untuk mengukur keterampilan mengelompokkan

dan mengkomunikasikan setelah penerapan pembelajaran.

Agar data yang diperoleh sahih atau dapat dipercaya, maka instrumen yang digu-nakan harus valid. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

(79)

Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan

judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli

untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M. Si. dan Dr. Noor Fadiawati, M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk

melakukannya.

F. Pelaksanaan Penelitian

1) Tahap Prapenelitian

a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.

b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMA N 1 Terbanggi Besar dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat.

c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah.

d. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.

e. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses pem-belajaran di kelas.

(80)

g. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi asam-basa.

h. Membuat soal pretest dan posttest. 2) Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran

Problem Solving dan pembelajaran konvensional. Pada kelas XI IPA1

diterapkan model pembelajaran Problem Solving dan kelas XI IPA2 diterapkan pembelajaran konvensional. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: a. Melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi asam-basa sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.

c. Melakukan posttest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

G. Analisis Data Penelitian

1) Hipotesis kerja

1. Hipotesis pertama (keterampilan mengelompokkan)

Rata-rata keterampilan mengelompokkan pada materi asam-basa di kelas yang diterapkan pembelajaran Problem Solving lebih tinggi dari rata-rata

keterampilan mengelompokkan di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis kedua (keterampilan mengkomunikasikan)

(81)

yang diterapkan pembelajaran Problem Solving lebih tinggi dari rata-rata keterampilan mengkomunikasikan di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

1. Hipotesis pertama (keterampilan mengelompokkan)

H0 : Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan pada materi asam-basa dengan pembelajaran problem solving lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan dengan pembelajaran konvensional.

H0: µ1x≤ µ2x

H1 : Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan pada materi asam-basa dengan pembelajaran Problem Solving lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan dengan pembelajaran konvensional.

H1: µ1x > µ2x

2. Hipotesis kedua (keterampilan mengkomunikasikan)

(82)

pembelajaran konvensional. H0: µ1x ≤ µ2x

H1 : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada materi asam-basa dengan pembelajaran Problem Solving lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dengan pembelajaran konvensional.

H1: µ1x > µ2x Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x) pada materi asam-basa pada kelas yang diterapkan pembelajaran Problem Solving.

µ2 : Rata-rata (x) pada materi asam-basa pada kelas dengan pembelajaran konvensional.

x : Keterampilan mengelompokkan/mengkomunikasikan.

3) Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai akkhir pretest atau posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nil ai Akhir = ∑skor yang diperoleh siswa skor maksimum × 100

(83)

a) Perhitungan Gain Ternormalisasi

Gain ternormalisasi (n-Gain) merupakan perbandingan antara selisih skor pretest

dan skor posttest dengan selisih skor maksimum dan skor pretest. n-Gain digu-nakan untuk mengukur efektivitas suatu pembelajaran. Melalui perhitungan ini didapatkan data n-Gain sejumlah siswa yang mengikuti tes tersebut. Dalam hal ini 29 data pada kelas XI IPA1 (kelas eksperimen) dan 29 data pada kelas XI IPA2 (kelas kontrol). N-Gain dirumuskan sebagai berikut:

Rumus − = ( )

( ) ...(2)

Data gain ternormalisasi yang diperoleh kemudian diuji homogenitasnya yang kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

b) Uji normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

= ∑( ) ...…………(3)

Keterangan : = uji Chi- kuadrat fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan

Kriteria : Terima Ho jika hitung £ tabel c) Uji homogenitas dua varians

(84)

sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen a. Rumusan hipotesis

H0∶ = (Sampel mempunyai varian yang homogen) H1∶ ≠ (Sampel mempunyai varian yang tidak homogen) Keterangan:

= varians skor kelompok I

= varians skor kelompok II dimana dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1)

b. Rumus statistik yang digunakan adalah uji-F:

= ...(4)

Keterangan :

= varians terbesar

= varians terkecil c. Kriteria uji

Pada taraf 0.05, tolak Ho hanya jika F hitung ³ F ½a (u 1 , u 2) dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005)

d) Teknik Pengujian Hipotesis

(85)

Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik uji-t, yakni uji perbedaan dua rata – rata. Uji statistik ini sangatlah bergantung homogenitas kedua varians data, karena kedua varians kelas sampel homogen ( = ) maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:

= ...(5)

= ( ) ( ) ...(6)

Keterangan:

= rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan/mengkomunikasikan pada materi asam-basa yang diberi pembelajaran menggunakan pembelajaran

problem solving.

= rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan/mengkomunikasikan pada materi asam-basa yang diberi pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran problem solving.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran problem solving.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(86)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelas yang menjadi

sampel penelitian, diperoleh data berupa skor pretest dan posttest keterampilan

mengelompokkan dan mengkomunikasikan. Data tersebut selanjutnya digunakan

untuk menghitung n-Gain keterampilan mengelompokkan dan

mengkomunikasi-kan masing-masing siswa (data terlampir dalam Lampiran 13 halaman 223).

Rata-rata skor pretest, skor posttest dan n-Gain keterampilan mengelompokkan

masing-masing siswa ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata – rata skor pretest, skor posttest dan n-Gain keterampilan mengelompokkan di kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Sedangkan rata-rata skor pretest, skor posttest dan n-Gain keterampilan

mengko-munikasikan masing-masing siswa ditunjukkan pada Tabel 4.

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Posttest n-Gain Pretest Posttest n-Gain Rata-

rata

[image:86.612.132.508.485.543.2]
(87)

Tabel 4. Rata – rata skor pretest, skor posttest dan n-Gain keterampilan mengkomunikasikan di kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Untuk memudahkan dalam melihat perbedaan skor pretest dan posttest

keteram-pilan mengelompokkan disajikan pada Gambar 2, sedangkan perbedaan skor

[image:87.612.128.509.121.181.2]

pretest dan posttest keterampilan mengkomunikasikan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 2. Diagram rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan mengelom-pokkan di kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada Gambar 2 terlihat bahwa rata-rata skor pretest keterampilan

mengelompok-kan kelas kontrol sebesar 72,41 dan setelah dilakumengelompok-kan posttest diperoleh rata-rata

skor posttest keterampilan mengelompokkan sebesar 88,45; sedangkan pada kelas

eksperimen, rata-rata skor pretest keterampilan mengelompokkan sebesar 67,07

dan setelah dilakukan posttest diperoleh rata-rata skor posttest keterampilan

mengelompokkan sebesar 91,21. Dari uraian di atas tampak bahwa keterampilan

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 KONTROL R a ta -r a ta S k o r pretest posttest

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Posttest n-Gain Pretest Posttest n-Gain

Rata-rata

[image:87.612.142.455.292.479.2]
(88)

mengelompokkan setelah diterapkan pembelajaran lebih baik daripada

keteram-pilan mengelompokkan sebelum diterapkan pembelajaran, baik pada kelas kontrol

maupun kelas eksperimen. Pada kelas kontrol peningkatan keterampilan

menge-lompokkan lebih kecil hanya sebesar 16,04, sedangkan pada kelas eksperimen

peningkatan keterampilan mengelompokkan cukup besar yaitu 24,14. Hal ini

menunjukkan bahwa keterampilan mengelompokkan kelas eksperimen lebih baik

[image:88.612.138.467.262.497.2]

bila dibandingkan kelas kontrol.

Gambar 3. Diagram rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan mengkomuni-kasikan di kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada gambar 3 terlihat bahwa rata-rata skor pretest keterampilan

mengkomunika-sikan pada kelas kontrol sebesar 27,87 dan setelah dilakukan posttest diperoleh

rata-rata skor posttest keterampilan mengkomunikasikan sebesar 51,21;

sedang-kan pada kelas eksperimen skor pretest keterampilan mengkomunikasikan sebesar

27,99 dan setelah dilakukan posttest diperoleh rata-rata skor posttest keterampilan

mengkomunikasikan sebesar 57,59. Dari uraian di atas tampak bahwa

(89)

keterampilan mengkomunikasikan setelah diterapkan pembelajaran lebih baik

daripada sebelum diterapkan pembelajaran, baik pada kelas kontrol maupun kelas

eksperimen. Pada kelas kontrol peningkatan keterampilan mengkomunikasikan

lebih kecil yaitu sebesar 23,34, sedangkan pada kelas eksperimen peningkatan

keterampilan mengkomunikasikan lebih besar yaitu 29,6. Hal ini menunjukkan

bahwa keterampilan mengkomunikasikan kelas eksperimen lebih baik daripada

kelas kontrol.

Selanjutnya berdasarkan perhitungan didapatkan rata-rata n-Gain seperti yang

[image:89.612.136.483.323.559.2]

disajikan pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan dan mengkomuni-kasikan di kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pada gambar 4 tampak bahwa rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan

kelas kontrol sebesar 0,53 sedangkan kelas eksperimen sebesar 0,71, hal tersebut

menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan kelas

kontrol lebih kecil bila dibandingkan kelas eksperimen. Begitu pula rata-rata

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 1 2 R a ta -r a ta n -G a in kontrol eksperimen

(90)

n-Gain keterampilan mengkomunikasikan, pada kelas kontrol sebesar 0,33

sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 0,41, sehingga rata-rata n-Gain kelas

kontrol lebih kecil bila daripada kelas eksperimen.

Berdasarkan rata-rata n-Gain tersebut, dapat diambil kesimpulan sementara

bahwa pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan

mengelompokkan dan mengkomunikasikan pada materi asam-basa. Selanjutnya,

untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berlaku untuk keseluruhan

populasi, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t.

Sebelum melakukan uji-t, harus diketahui terlebih dahulu apakah data yang

[image:90.612.133.504.523.616.2]

dipe-roleh berdistribusi normal dan berasal dari varians yang homogen atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan Chi-Kuadrat. Hasil perhitungan uji normalitas ter-hadap indeks gain keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan terda-pat pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut. Perhitungan selengkapnya terdaterda-pat pada Lampiran 16 halaman 238.

Tabel 5. Nilai Chi-kuadrat ( ) untuk distribusi n-Gain keterampilan Mengelompokkan.

Kelas hitung tabel Keterangan

Eksperimen 2,13 7,81 Normal

(91)
[image:91.612.131.507.119.200.2]

Tabel 6. Nilai Chi-kuadrat ( ) untuk distribusi n-Gain keterampilan mengkomunikasikan.

Kelas hitung tabel Keterangan

Eksperimen 4,38 7,81 Normal

Kontrol 3,88 7,81 Normal

Tabel 4 dan 5 memperlihatkan nilai hitung untuk n-Gain keterampilan menge-lompokkan dan mengkomunikasikan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih kecil dari tabel ( hitung < tabel) dengan taraf a = 0,05, sehingga

n-Gain keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas pada data keterampilan mengelompokkan

dan mengkomunikasikan dengan menggunakan rumus (4) yang terdapat dalam

Bab III dan diambil kesimpulan dengan kriteria pengujian tolak Ho hanya jika F ³

F½a (u 1 , u 2). Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan terhadap skor

keterampilan mengelompokkan pada materi asam-basa (perhitungan terdapat pada

lampiran 16 halaman 245) diperoleh harga F sebesar 1,679. Oleh karena harga F

tabel sebesar 1,897 dan 0,679 < 1,897 dapat disimpulkan tolak H0 dan terima H1,

artinya 1 = 2 (data penelitian mempunyai variansi yang homogen). Dengan

demikian uji-t dilakukan menggunakan statistik t dalam rumus (5) dengan kriteria

uji tolak Ho jika t > t1 - a dan tolak Ho jika sebaliknya. Setelah dilakukan

perhitungan (terlampir pada lampiran 16 halaman 246), diperoleh harga t sebesar

2,530 dan harga t tabel sebesar 1,678. Oleh karena 2,530 > 1,678, maka dapat

(92)

mengelompokkan pada materi asam-basa di kelas yang diterapkan pembelajaran

problem solving lebih tinggi daripada rata-rata keterampilan mengelompokkan di

kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk

keterampilan mengkomunikasikan berdasarkan uji homogenitas yang telah

dilakukan (perhitungan terdapat pada lampiran 16 halaman 255 ) diperoleh harga

F sebesar 1,500. Oleh karena harga F tabel sebesar 1,897 dan 1,500 < 1897 dapat

disimpulkan terima H0 dan tolak H1, artinya 1 = 2 (data penelitian mempunyai

variansi yang homogen). Dengan demikian uji-t dilakukan menggunakan

statistik t dalam rumus (5) dengan kriteria uji tolak Ho jika t > t1 - a dan tolak Ho

jika sebaliknya. Setelah dilakukan perhitungan (terlampir pada lampiran 16

halaman 255), diperoleh harga t sebesar 1,860 dan harga t tabel sebesar 1,678.

Oleh karena 1,860 > 1,678, maka dapat disimpulkan tolak H0 dan terima H1.

Artinya, rata-rata keterampilan mengkomunikasikan pada materi asam-basa di

kelas yang diterapkan pembelajaran problem solving lebih tinggi daripada

rata-rata keterampilan mengelompokkan pada materi asam-basa di kelas yang

diterapkan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa

pembelaja-ran problem solving pada materi asam – basa efektif dalam meningkatkan

keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan

B.Pembahasan

Berdasarkan pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa pembelajaran problem

solving pada materi asam – basa efektif dalam meningkatkan keterampilan

(93)

Selain efektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan mengko-munikasikan, pada penelitian ini juga didapatkan fakta bahwa pembelajaran

problem solving dapat mengembangkan karakter rasa ingin tahu dan komunikatif

serta keterampilan sosial yaitu bertanya, mengemukakan pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan bekerja sama siswa-siswa di kelas eksperimen. Pen-capaian ini sesuai dengan tahap – tahap model problem solving yang dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran siswa yang lebih aktif seperti kegiatan – kegiatan di atas, yaitu :

(94)

dua larutan pada konsentrasi yang sama mempunyai tingkat keasaman dan pH berbeda dengan mengajukan pertanyaan, “Pada konsentrasi yang sama diantara larutan HCl0,1 M dan larutan CH3COOH 0,1 M, manakah yang lebih bersifat asam? Apakah kedua larutan asam tersebut mempunyai pH yang sama?”. Dan pada pertemuan keempat guru mengajukan fakta indikator tunggal seperti kertas lakmus, hanya memberi gambaran tentang sifat larutan (asam, basa, atau netral), tetapi tidak menyatakan pH-nya. Oleh karena setiap indikator mempunyai trayek perubahan warna yang berbeda, maka pH larutan dapat diperkirakan dengan kombinasi dari beberapa indikator.

Fakta-fakta dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada setiap pertemuan dilakukan agar siswa menyadari adanya suatu masalah tertentu. Pertanyaan yang diberikan juga sekaligus dapat melatih kemampuan afektif pada aspek mengemu-kakan pendapat , sebab dengan adanya pertanyaan yang diajukan akan merang-sang siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Dalam pelaksanaannya, setelah siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa mulai memikirkan adanya suatu masalah tertentu mengenai materi asam-basa. Terlihat beberapa siswa mulai memberikan pendapatnya seperti pada pertemuan pertama yaitu siswa memberikan penjelasan sederhana tentang sifat-sifat air jeruk, air sabun, dan air minum. Serta menyampaikan masalah yang timbul dari fakta-fakta itu seperti mengapa air jeruk rasanya asam, mengapa air sabun (bila tidak sengaja tertelan) rasanya pahit dan mengapa air minum tidak berasa. Pada pertemuan kedua siswa sedikit kebingungan menentukan yang lebih asam antara air jeruk dan air

(95)

siswa menyadari adanya suatu permasalahan bagaimana cara menentukan tingkat keasaman suatu larutan. Begitupun pada pertemuan ketiga dan keempat. Pada tahap ini terjadi asimilasi, yaitu terjadi perpaduan data baru dengan struktur kog-nitif yang ada. Pertanyaan – pertanyaan yang diberikan bertujuan agar siswa me-mikirkan permasalahan yang timbul pada fenomena itu. Masalah ini harus tum-buh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. Pada tahap ini siswa akan mengalami kebingungan dan mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap fakta baru yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya perta-nyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh tahap – tahap berikutnya. Karena adanya masalah ini, siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran.

Tahap 2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Fakta pada kelas eksperimen sesuai dengan kegiatan akomodasi yang dikemukakan Piaget bahwa terjadi penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru. Setelah siswa merumuskan masalah, pada tahap ini siswa mencari data untuk memecahkan masalah, guru mendorong siswa agar menda-patkan informasi yang sesuai dan sebanyak – banyaknya untuk mendamenda-patkan penjelasan dari permasalahan yang diajukan atau menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik. Sebelumnya siswa dikelompokkan secara heterogen dan diberi LKS eksperimen.

(96)

berdiskusi dengan teman satu kelompoknya dan ada juga yang bertanya dengan kelompok lainnya. Awalnya tidak semua kelompok dapat bekerjasama dengan baik, ada beberapa kelompok yang cenderung mencari data sendiri tanpa berdis-kusi dengan teman sekelompoknya, bahkan duduknya berjauh-jauhan. Namun setelah mendapat penjelasan dari guru pentingnya bekerja kelompok, siswa-siswa perlahan-lahan mau berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan semakin kom-pak pada setiap pertemuannya, ini mulai terlihat pada pertemuan kedua dimana sudah tidak terlihat lagi siswa yang bekerja sendiri dan duduk berjauhan dengan teman sekelompoknya. Setiap kelompok nampak asik berdiskusi dan mencari data sebanyak-banyaknya yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Pengelompokan siswa yang dilakukan pada tahap ini ternyata memberi pengaruh besar bagi perkembangan potensi siswa. Siswa menjadi lebih aktif ketika mereka berada dalam diskusi dan bekerjasama dengan temannya. Siswa yang terlihat pendiam pada awal pertemuan justru aktif berdiskusi ketika berada dalam diskusi kelompoknya. Adapun hal ini sesuai dengan pernyataan Vygotsky dalam Arends (2008) yang mendefinisikan tingkat perkembangan potensial sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, seperti teman sejawat yang kemampuannya lebih tinggi. Selain itu, pengelompokkan siswa dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dengan cara bertanya kepada temannya yang lain ataupun dengan gurunya dan juga berani menyampaikan pendapat.

(97)

jawaban atas permasalahan yang dikemukakan. Pada tahap ini siswa kembali berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan dan menetapkan hipotesis dari permasalahan tersebut. Siswa merumuskan hipotesis yang artinya merumuskan kemungkinan-kemungkinan jawaban atas masalah tersebut yang masih perlu diuji kebenarannya. Hipotesis ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada tahap kedua di atas. Pada tahap ini setelah melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi, siswa akan mengalami ketidakseim-bangan struktur kognitif (coqnitive disequilibrium) yaitu ada fakta-fakta yang telah dimiliki siswa sebelumnya (pengetahuan awal siswa) yang tidak sesuai dengan pengetahuan baru siswa.

Kegiatan siswa pada tahap ini sekaligus melatih keterampilan mengkomunikasi-kan, dimana siswa dilatih untuk mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi kelompok untuk menetapkan hipotesis dari masalah yang ada dan menuliskan hasil diskusi mereka tersebut dalam LKS. Pada pertemuan pertama siswa masih mengalami kesulitan dalam merumuskan hipotesis, hal ini terlihat dari rumusan hipotesis dari beberapa kelompok yang tidak sesuai dengan masalah yang diung-kapkan. Namun dengan bimbingan guru dan latihan pada tiap pertemuannya, siswa pun mampu merumuskan hipotesis dengan baik. Perkembangan ini terlihat jelas pada pertemuan keempat, dimana setiap kelompok telah mampu merumus-kan hipotesis dengan baik berdasarmerumus-kan pengetahuan awal yang mereka miliki.

(98)

bantuan (Ibrahim & Nur, 2005). Pada tahap ini dilakukan praktikum tentang asam-basa. Pada pertemuan pertama siswa melakukan praktikum tentang sifat asam-basa, pertemuan kedua tentang konsep pH, pOH dan pKw, pertemuan ketiga tentang kekuatan asam-basa dan pertemuan keempat tentang mengukur pH larutan dengan menggunakan trayek pH beberapa indikator. Praktikum ini bertujuan memberi kesempatan siswa untuk memanfaatkan panca indera semaksimal mungkin untuk mengamati fenomena-fenomena yang terjadi.

Kegiatan ini mampu meningkatkan kemampuan psikomotor yaitu keterampilan menggunakan pipet tetes dan keterampilan mencelupkan indikator kertas lakmus/universal. Pada pertemuan pertama nampak siswa-siswa sudah terampil menggunakan indikator kertas lakmus, lain hal-nya pada pertemuan kedua, ke-banyakan siswa masih belum terampil dalam menggunakan indikator universal. Kebanyakan siswa masih mencelupkan pita indikator universal pada bagian ujungnya saja, sehingga larutan tidak mengenai seluruh bagian warna peta indikator. Selain itu siswa jg blm bisa menentukan pH dengan indikator tersebut, siswa kebingungan dalam mencocokan pita indikator dengan peta indikator. Hal ini membuat praktikum berjalan dengan lama, namun berkat latihan dan bim-bingan dari guru keterampilan siswa menggunakan indikator universal semakin baik, seperti yang terlihat pada praktikum di pertemuan ketiga siswa sudah dapat menentukan pH beberapa larutan dengan benar menggunakan indikator universal dan praktikum tidak lagi berjalan dengan lama.

(99)

bertanya dan mengeluarkan pendapat di kelas. Berikutnya siswa diarahkan untuk mengelompokkan larutan-larutan yang mereka amati. Dalam hal ini siswa

diarahkan untuk mengelompokkan larutan-larutan berdasarkan persamaan ciri-ciri yang diamati. Pada pertemuan pertama misalnya, siswa diminta untuk

mengelompokkan larutan-larutan berdasarkan perbedaan dan persamaan ciri-ciri yang diamati setelah dicelupkan kertas lakmus merah dan biru. Pada

pelaksanaannya yang terjadi adalah beberapa siswa yang memang memiliki tingkat kognitif diatas rata-rata pada masing-masing kelompok sajalah yang dapat mengelompokkan larutan-larutan dengan baik. Namun justru karena hal inilah diskusi antar anggota kelompok menjadi lebih hidup, dan siswa yang bisa dikata-kan memiliki tingkat kognitif yang rendah dapat belajar dari anggota kelompok-nya yang memiliki tingkat kognitif lebih tinggi, sehingga kemampuan mereka dalam mengelompokkan menjadi terlatih dan menjadi lebih baik. Hal ini dibukti-kan pada praktikum pada pertemuan selanjutnya dimana sebagian besar siswa telah mampu mengelompokkan zat-zat berdasarkan perbedaan dan persamaan ciri-ciri yang diamati. Pada tahap ini selain laporan kelompok, masing-masing siswa juga dituntut untuk membuat laporan individu tentang hasil praktikum; untuk mengetahui tingkat keterampilan mengelompokkan dari masing-masing siswa. Pada tahapan inilah keterampilan mengelompokkan dari masing-masing dilatih secara maksimal.

(100)

pengamatan-nya ke dalam tabel. Pada mulapengamatan-nya siswa tampak bingung bagaimana cara menu-liskan hasil penyelidikan ke dalam tabel, tetapi dengan bimbingan guru, siswa mampu menuliskan hasil penyelidikannya ke dalam tabel hasil pengamatan de-ngan baik pada pertemuan berikutnya. Selanjutnya siswa diarahkan untuk menja-wab pertanyaan-pertanyaan terkait informasi dalam tabel tersebut. Adapun pertanyaan ini diajukan agar siswa memikirkan tentang kelayakan hipotesis dan metode pemecahan masalah serta kualitas informasi yang telah mereka kumpul-kan (Ibrahim & Nur, 2005).

Pada tahap ini siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterusnya sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan penge-tahuan yang baru (ekuilibrasi). Pengepenge-tahuan lama yang tidak sesuai diganti dengan pengetahuan baru yang sesuai. Sampai pada taha ini, melalui jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diberikan, akhirnya siswa sampai pada tahap pemecahan masalah.

Tahap 5. Menarik kesimpulan

(101)

mengembangkan keterampilan mengelompokkan dan mengkomunikasikan. Melalui tahap ini siswa dilatih untuk dapat memberikan penjelasan atas suatu fenomena yang terjadi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajarnya mengenai asam-basa sehingga secara tidak langsung siswa telah dilatih untuk me-ningkatkan keterampilan mengkomunikasikan. Kemampuan siswa untuk membe-rikan penjelasan sederhana semakin baik pada setiap pertemuannya. Pada awal-nya siswa memang terlihat bingung untuk memberikan penjelasan sederhana, akan tetapi pada pertemuan ketiga siswa sudah menampakkan peningkatan yang signifikan dalam hal kemampuan memberikan penjelasan sederhana.

Pada tahap ini pula, dapat dilihat bahwa siswa kelas eksperimen semakin baik dalam hal membuat kesimpulan dan merumuskan penyelesaian masalah. Pada mulanya, siswa tidak bisa membuat suatu kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat semula tidak berkaitan dengan masalah yang diberikan, akan tetapi dengan bimbi-ngan guru berangsur-angsur kesimpulan yang dibuat oleh siswa menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang diberikan.

Kenyataan di atas jelas akan memberikan pencapaian yang baik pada kelas eks-perimen. Hal ini terbukti dengan lebih baiknya pencapaian kelas eksperimen dari-pada kelas kontrol dalam hal keterampilan mengelompokkan dan mengkomunika-sikan pada posttest yang dilakukan. Selain itu juga diperkuat dengan hasil uji statistik yang menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem

solving pada materi asam-basa efektif dalam meningkatkan keterampilan

(102)

Kendala-kendala yang dihadapi

Meskipun seperti yang telah diuraikan bahwa banyak perkembangan yang siswa

dapatkan dengan penerapan pembelajaran problem solving, tidak berarti

pene-rapan pembelajaran ini tanpa hambatan. Selama ini siswa memperoleh konsep secara langsung dari guru mereka, namun dalam pembelajaran problem solving ini mereka harus menemukan dan membangun konsep sendiri sehingga tahap demi tahapan pembelajaran ini berlangsung dengan lama. Terbatasnya waktu bagi siswa yang masih awam terhadap proses pembelajaran untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah dan mengerjakan LKS, membatasi siswa untuk menghu-bungkan fenomena-fenomena serta fakta-fakta yang ditemukan pada tahapan

menguji kebenaran jawaban sementara sehingga siswa kesulitan menemukan

konsep mereka sendiri seutuhnya. Seperti yang diungkapkan Arends (2008)

bahwa periode pembelajaran yang standar sering kali tidak memberikan waktu

yang cukup bagi siswa untuk terlibat secara mendalam dalam kegiatan-kegiatan di

(103)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan mengelompokkan dengan model pembelajaran

problem solving lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan

mengelompokkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Penerapan model pembelajaran problem solving pada materi asam-basa efektif dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan.

3. Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dengan model pembela-jaran problem solving lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dengan pembelajaran konvensional.

4. Penerapan model pembelajaran problem solving pada materi asam-b

Gambar

Tabel 1.  Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar
Tabel 1. (lanjutan)
Tabel 2. desain penelitian
Tabel 3.   Rata – rata skor pretest, skor posttest dan n-Gain keterampilan mengelompokkan di kelas kontrol dan kelas eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Geommetri lereng mencakup tinggi lereng dan sudut kemiringan lereng, lereng yang terlalu tinggi akan mengakibatkan menjadi tidak mantap dan cenderung untuk

Ruas jalan purwodadi – Wirosari merupakan jalan Prorinsi atau jalan utama penghubung antar kota, yang sering dilalui kendaraan dengan tujuan baik luar kota maupun dalam kota,

Pada zaman sekarang ini, hubungan antar pribadi menjadi semakin bebas dibandingkan beberapa dekade sebelumnya. Terciptanya alat-alat komunikasi yang baru

Jumlah partai politik yang terdaftar sebagai partai peserta pemilu 2015 di Kabupaten Toba Samosir sebanyak 8 partai. Jumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) tahun

Pernikahan Islam dengan Samin sudah ada sejak dahulu, karena sudah ada pasangan keluarga yang dulu pada awalnya pihak istri berasal dari Samin, menikah dengan

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap Company Value, Risiko Bisnis diukur

Berdasarkan data yang dikumpulkan pada pukul 13.00, bidan vitri membuat diagnosis bahwa ibu Rohati adalah primigravida, dalam fase laten persalinan dengan DJJ normal,

Peningkatan populasi mikroba dapat meningkatkan konsentrasi enzim yang pada gilirannya akan meningkatkan kecernaan pakan, sekaligus meningkatkan suplai protein mikroba