• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK BROKEN HOME TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK BROKEN HOME TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

BROKEN HOMEON THE IMPACT OF INTEREST STUDENT LEARNING

By Rachmi Annisa

Along with the times and the increasingly sophisticated technology can sometimes result in a not good for teenagers in because of the major factors that busy parents outside the home that is less concered with the development of childern. The couple with the location on Bandar Lampung is stategically located at the tip the island of Sumatra as the entrance of a large city, such as Palembang and Jakarta. It could have affected the development and how yo behave much less a teenager from a broken home. Because as it is known that many teenagers in big cities haven’t good behavior and many may influence adolescents especially belfast teenager who sufferedbroken home.

Type of research used in this study was a descriptive qualitative approach based on case studies (case study), namely a search for thr proper interpretation of the facts. The use of the above methods are considered very appropriate because it can reveal a comprehensive and clear picture of the situation experienced by students who havebroken homefamily in Bandar Lampung.

Based on the research and discussion we can conclude that the fuction of ettention, affective function, educational function, religious function, and funcyion very oconomical impact on the learning interest of student who have broken home.

(2)

ABSTRAK

DAMPAKBROKEN HOMETERHADAP MINAT BELAJAR SISWA

Oleh Rachmi Annisa

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih terkadang dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi remaja di karenakan faktor utama yaitu orangtua yang sibuk di luar rumah sehingga kurang memperdulikan perkembangan anak. Kemudian ditambah lagi dengan letak Bandar Lampung yang strategis yang berada di ujung Pulau Sumatra sebagai pintu masuk dari kota besar, seperti Palembang dan Jakarta. Hali itu bisa saja mempengaruhi perkembangan dan cara berperilaku seorang remaja apalagi yang berasal dari keluarga broken home. Karena seperti yang diketahui bahwa banyak remaja di kota besar mempunyai perilaku yang tidak baik dan dapat mempengaruhi remaja di Bandar Lampung apalagi remaja yang mengalami broken home.

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif berbasis studi kasus (case study), yakni sebuah pencarian fakta dengan intepretasi yang tepat. Penggunaan metode di atas dianggap sangat tepat karena dapat mengungkap gambaran menyeluruh dan jelas terhadap situasi yang dialami oleh siswa yang keluarganya mengalamibroken homedi Bandar Lampung.

Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa fungsi atensi, fungsi afeksi, fungsi edukatif, fungsi religi dan fungsi ekonomis sangat berdampak pada minat belajar siswa yang mengalamibroken home.

Saran yang diberikan penulis pada masalah ini, yaitu berikan fungsi atensi, fungsi afeksi, fungsi edukatif, fungsi religi dan fungsi ekonomis pada anak dengan seinmbang agar tercipta kehidupan keluarga yang harmonis sesuai dengan harapan.

(3)

DAMPAKBROKEN HOMETERHADAP MINAT BELAJAR SISWA

Oleh

RACHMI ANNISA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosiologi

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

2012 UN

IV ER

SITAS LAM P

U N

(4)

Judul Skripsi : DAMPAKBROKEN HOMETERHADAP MINAT BELAJAR SISWA (Studi Kasus pada KeluargaBroken Homedi Bandar Lampung) Nama Mahasiswa : Rachmi Annisa

No. Pokok Mahasiswa : 0816011038

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

Dra. Paraswati Darilmilyan Dewi Ayu Hidayati, S.Sos., M.Si. NIP. 19550930 198902 2 001 NIP. 19800131 200812 2 003

2. Ketua Jurusan Sosiologi

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dra. Paraswati Daril Milyan ...

Penguji Utama :Dewi Ayu Hidayati, S.Sos., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. NIP. 19580109 198603 1 002

(6)

Riwayat hidup

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Mei tahun 1989 di

Bandar Lampung. Penulis bernama Rachmi Annisa,

merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan

Wisada Haryono dan Farida Djauhari, memiliki satu

kakak perempuan bernama Nadya Fidalia dan memiliki

satu kakak laki-laki bernama Fariez Dwi Prabowo, S. Ip. Penulis merupakan

lulusan TK. Arrusyidah Kedaton pada tahun 1996, SD Negeri 2 Teladan Rawa

Laut Pahoman pada tahun 2001, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung

pada tahun 2004 dan SMA Negeri 4 Teluk Betung pada tahun 2007.

Setelah lulus SMA penulis sempat melanjutkan pendidikan D1 Bahasa Inggris di

Teknokrat kemudian pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswi

UNILA Jurusan Sosiologi. Pada tahun 2011 penulis mengikuti KKN Tematik

UNILA yang dilaksanakan dari bulan Juli sampai Agustus bertempat di Desa

Nambah Rejo, Kecamatan Kota Gajah, Kabupaten Lampung Tengah dengan

tema Pengentasan Kemiskinan dan Penanggulangan Masalah Kesejahteraan

(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rachmi Annisa

NPM : 0816011038

Jurusan : Sosiologi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat (milik orang lain) ataupun dibuat oleh orang lain.

Apabila dikemudian hari hasil penelitian/skripsi saya, ada pihak-pihak yang merasa keberatan, maka saya akan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku dan siap untuk dicabut gelar akademik saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada tekanan pihak manapun.

Bandar Lampung, 13 Agustus 2012 Saya yang Menyatakan,

(8)

OTTO

Hargailah waktu kerena setiap detik yang terlewati sangat berharga dan tak akan terulang kembali...

(Rachmi Annisa)

Janganlah mengejar cinta karena cinta akan datang dengan sendirinya. Tetapi kejarlah mimpi dan cita-citamu karena itu tak akan pernah terwujud tanpa

usaha yang sungguh-sungguh...

(Rachmi Annisa)

Jangan sia-siakan seseorang yang tulus kepadamu hanya karena ketidaksempurnaannya...

(9)

ERSEMBAHAN

Sujud syukurku sebagai hamba yang lemah dan memiliki ketidaksempurnaan dihadapan-Nya juga atas segala nikmat dan yang telah diberikan-Nya selama

ini kepadaku.

Sebagai wujud ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang serta nakti yang tulus, kupersembahkan karya kecil ini teruntuk:

Papa dan Mama tersayang terimakasih atas pengorbanannya selama ini yang telah mengantarkanku ke masa depan yang lebih baik ...

Kakak-kakakku tercinta terimakasih atas perhatian yang telah diberikan kepadaku selama ini...

M. Rifani Agustam, S. H. terimakasih untuk semua perhatian, kasih sayang dan nasihat-nasihatnya selama ini hingga menjadikanku wanita yang tegar dalam

menghadapi setiap masalah...

(10)

✂ ✄ ☎✆ ✄CANA

Bismillah...

Assalamu alaikim Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil alamin, Segala Puji bagi Allah SWT, Tuhan Pecinta Alam

penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk-Nya,

kemudahan, serta kekuatan yang luar biasa hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul DampakBroken HomeTerhadap Minat Belajar .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada

Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan

bantuan hingga penulis dapat menyelesaikan masa studi penyelesaian skripsi di

lembaga akademik ini. Ucapan terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Drs. A gus Hadiawan, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(11)

2. Bapak Drs. Susetyo, M. Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra. Anita Damayanti, M. H., selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Siti Fatimah Meisari, selaku Staf Administrasi Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Ibu Dra. Paraswati Daril Milyan selaku dosen Pembimbing Utama penulis

pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung, terimakasih atas masukan serta bimbingan yang telah banyak

ibu berikan selama perkuliahan maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dewi Ayu Hidayati, S. Sos. M. Si., selaku dosen Pembahas penulis pada

Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung, terimakasih atas waktu, masukan, serta bimbingan yang telah

ibu berikan dalam perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Endry Fatimaningsih, S. Sos. M. Si., selaku dosen Pembimbing

Akademik penulis, terutama dalam hal akademik. Terimaksih atas nasihar

dan saran yang telah ibu berikan pada penulis.

8. Mahasiswa Pembahas I Annissa Valentina dan Mahasiswa Pembahas II

Rihana Hamami, terimakasih atas masukan yang telah kalian berikan untuk

(12)

9. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung terimakasih untuk semua ilmu yang telah diberikan

selama perkuliahan

10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung yang telah banyak membantu penulis dalam meyelesaikan

persyaratan akademik.

11. Papa, Mama, Kak Aiz dan Kek Dea juga keluarga besarku, terimaksih untuk

semua hal yang sulit untuk diungkapkan...Karena kalian adalah bagian dari

hidupku ...

12. Teman-teman Jurusan Sosiologi 2008, terutama untuk Annissa

terimakasih atas kebaikan dan kesabarannya selama ini telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Amel, Anita, Eka, Elizha, Fitry,

Icha, Lova, Nana, Tory, dan Sukma terimakasih atas kebersamaan kalian

selama ada di kampus tercita ini. Dan untuk semua teman-teman Jurusan

Sosiologi yang namanya tidak disebutkan satu persatu, kalian adalah

teman-teman seperjuanganku yang tidak akan pernah kulupakan ...

13. Mbak Nurma dan Evha terimakasih atas bantuannya selama ini kepada

penulis.

14. Mas Jum yang selalu bertanggung jawab membawakan LCD pada saat

(13)

15. M. Rifani Agustam, S. H., terimakasih atas do a, kesabaran, motivasi, dan

insirasi yang telah diberikan kepadaku selama menyelesaikan skripsi ini.

16. Dan untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih banyak.

Pada akhirnya, penulis menyadari ada begitu banyak kekurangan yang terdapat

dalam isi serta penulisan skripsi ini. Namun, penulis mempunyai harapan yang

besar agar skripsi ini dapat bermanfaat dalam kehidupan penulis maupun bagi

orang yang membaca serta menelaahnya, terutama dalam penyelesaian

penelitian ini kelak.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi petunjuk bagi

hamba-hamba-Nya yang taat, termasuk kita di dalamnya, Amiin...

Bandar Lampung, 13 Agustus 2012 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 19

C. Tujuan Penelitian... 19

D. Manfaat Penelitian... 19

II. TINJAUAN PUSTAKA A. DampakBroken Home... 21

B. Minat Belajar siswa ... 29

C. DampakBroken HomeTerhadap Minat Belajar Siswa... 37

D. Kerangka Pikir... 38

E. Bagan Kerangka Pikir...40

III.METODE PENELITAN A. Tipe Penelitian ... 41

B. Fokus Penelitian ... 42

C. Penentuan Informan... 43

D. Setting Penelitian ... 44

E. Jenis dan Sumber Data ... 44

F. Tekhnik Pengumpulan Data... 45

(15)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Kota Bandar Lampung ... 50

B. Demografi... 52

C. Topografi ... 54

D. Kependudukan ... 55

E. Perekonomian ... 55

F. Pendidikan ... 57

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan (Remaja yang MengalamiBroken Home) ... 59

B. Hasil Penelitian... 61

C. Pembahasan ... 72

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

(16)

BAGAN/SKEMA

(17)

DAFTAR/TABEL

Halaman 1. Tabel 1. Daftar Wilayah Administrasi Kota Bandar

Lampung...53

2. Tabel 2. Daftar Jumlah Penduduk Kota

Bandar Lampung tahun 1971-2010...55 3. Tabel 3. Daftar Pelaku Usaha di Bandar

Lampung...57 4. Tabel 4. Daftar Jumlah Penduduk Sekolah Negeri dan

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial, mungkin tak jarang ditemui berbagai anak remaja yang mengalami broken home karena beragam masalah yang muncul dengan alasan, faktor utama adalah orangtua. Sebagai remaja tentunya tak asing lagi dengan kata broken home atau keluarga yang tidak harmonis. Kata inilah yang biasanya menyelimuti rasa takut pada remaja saat ini, ketika kedua orang mereka sedang berbeda pendapat atau berselisih paham.

Tak luput dari realitas bahwa semakin hari faktanya semakin banyak keluarga yang mengalami broken home. Beberapa kasus diantaranya mungkin disebabkan perbedaan prinsip hidup dan diantara lainnya disebabkan oleh masalah-masalah pengaturan keluarga. Akan tetapi, yang jelas kasus-kasus broken home itu sama halnya dengan kasus-kasus sosial lainnya, yaitu sifatnya multifaktoral. Satu hal yang pasti, hubungan interpersonal diantara suami istri dalam keluarga broken hometelah semakin memburuk. Dalam beberapa hal disebutkan bahwa kedekatan fisik tidak mempengaruhi kedekatan personal antarindividu. Inti dari semuanya adalah hubungan yang baik antarpasangan.

(19)

2

antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Perkembangan ini meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan juga terjadi pada perubahan dalam hubungannya dengan orangtua dan cita-cita mereka. Remaja merupakan masa yang labil, di mana mereka sedang mencari jati diri mereka, dan merekalah yang menentukan mau ke arah mana mereka esok hari.

Masa remaja adalah masa di mana seseorang sedang mengalami masa labil dengan ditandai oleh rasa keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang baru sebab akan menginjak masa dewasa. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitas jati dirinya. Dalam proses perkembangan ini, remaja yang sedang mencari jati diri membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orangtua dan keluarganya. Remaja adalah generasi yang berumur 15 tahun sampai 20 tahun. Apabila mereka bersekolah, batasannya adalah mereka yang belajar di tingkat SMP, SMA, dan tahun-tahun awal memasuki perguruan tinggi (Toenggoel P. Siagian:1985). Sedangkan menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologis, dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, serta peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

(20)

3

orangtua di rumah dan peran sekolah menjadi kunci keberhasilan pencegahan moral remaja akibat pengaruh pergaulan bebas. Kasih sayang dan perhatian orangtua adalah langkah pertama. Dalam kondisi dan situasi apapun, orangtua harus selalu mendampingi anak-anaknya. Pasalnya, sudah banyak korban dari pergaulan bebas adalah anak yang broken home, mereka mencari pelarian untuk menghindar dari kenyataan yang dihadapi.

Yang dimaksud kasus broken homedapat dilihat dari dua aspek, yaitu 1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga itu meninggal dunia atau bercerai 2. Orangtua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi, misalnya orangtua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis. Dari keluarga yang digambarkan di atas tadi, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian sehingga perilakunya yang tidak sesuai. Mereka mengalami gangguan emosional bahkan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru.

(21)

4

diinginkan tanpa harus merasa terbebani karena oranglain mengetahui mereka berasal dari keluargabroken homedan akan menimbulkan banyak pertanyaan dan image buruk terhadap mereka sehingga mereka tidak bisa bebas beraktivitas seperti biasanya.

Biasanya remaja yang mengalami broken home lebih suka menyendiri di karenakan merasa malu dengan keadannya seperti itu. Tetapi, banyak juga remaja yang mengalami broken home justru tampil lebih percaya diri dan lebih berprestasi di sekolah dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami broken home. Justru hal yang seperti itulah yang sangat diharapkan pada semua remaja

yang mengalami broken home agar termotivasi dan tidak merasa malu di lingkungan tempat tinggal atau di lingkungan sekolah saat bergaul dengan teman-teman sebayanya. Sebab broken home tidak selamanya menimbulkan dampak negatif pada remaja tetapi juga bisa menimbulkan dampak yang positif pada remaja yang mengalaminya.

(22)

5

Pada hakikatnya, anak membutuhkan orangtuanya untuk mengembangkan kepribadian yang sehat. Pada masa remaja, berdasarkan asumsi Erickson (2002) remaja memerlukan figur tertentu yang nantinya bisa menjadi figur sampledalam internalisasi nilai-nilai remajanya. Dengan tidak berfungsinya orangtua sebagaimana mestinya, maka hal ini bisa terhambat. Proses perceraian identitas dalam kondisi serupa ini bisa jadi masalah bagi remaja itu. Remaja itu dimungkinkan membentuk kepribadian yang kurang sehat dengan perasaan terisolasi. Proses pencarian identitas akan terhambat dan menimbulkan rasa kebingungan identitas (confused of identity), Selain itu, remaja mungkin bisa mengembangkan perilaku yang delinquency, atau bahkan patologis jika keadaan keluarga yang broken home itu dirasakannya sangat menekan dirinya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yeri Abdillah (2003) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa agresivitas pada remaja dalam keluarga broken home mempunyai taraf lebih tinggi daripada rekannya yang tidak mengalami kasus broken home.

(23)

6

Orangtua dan remaja dalam keluarga memiliki perbedaan mendasar. Perbedaan itu kemudian memicu konflik karena adanya perbedaan wewenang dan kekuasaan antara remaja dan orangtua. Orangtua memiliki otoritas yang luas, sedangkan remaja dalam batas-batas tertentu, masih bergantung pada orangtua sehingga otoritasnya terbatas.

Agar remaja mendapatkan perhatian dan kasih sayang, maka fungsi keluarga diharapkan dapat memberi perhatian, bimbingan , dan asuhan pada remaja sebagai anak, sehingga dalam perkembangannya remaja membutuhkan realisasi fungsi-fungsi tersebut. Sementara keluarga yang mengalami broken home adalah keluarga yang diduga terdapat ketidaklancaran beberapa fungsi-fungsi dalam keluarga yang didambakan remaja, antara lain fungsi atensi, fungsi afeksi, fungsi edukasi, fungsi religi, dan fungsi ekonomis yang sesuai dengan daya akal remaja. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.

(24)

7

Intisari pengertian keluarga itu adalah:

1. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak

2. Hubungan sosial diantara anggota keluarg yang relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan adopsi

3. Hubungan antar anggota keluarga yang dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab

4. Fungsi keluarga adalah merawat, memelihara, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mereka yang mengendalikan diri dan berjiwa sosial

Setelah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah merawat, memelihara, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mereka dapat mengendalikan diri dan berjiwa sosial (Khairudin:1997).

Fungsi keluarga terdiri dari fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi anak, fungsi rekreatif, dan fungsi ekonomis. Sementara itu, dalam tulisan Horton dan Hurt, fungsi keluarga meliputi, fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan, dan fungsi ekonomi.

(25)

8

fungsi perlindungan, fungsi rekreatif, fungsi ekonomi, dan fungsi penentuan status.

Perubahan fungsi dalam keluarga pertama-tama dapat dilihat dari kesatuan pekerjaan dalam keluarga. Kebanyakan keluarga memenuhi kebutuhan hidupnya melalui cara bertani, serta memproduksi kebutuhan keluarga lainnya, seperti menenun dan membuat perabotan rumah tangga. Semua itu dilakukan bersama-sama, dengan cara demikian, dimungkinkan seorang anak keturunan petani akan menjadi seorang pembuat perabot rumah tangga.

Hal ini terjadi karena kehidupan ekonomi dalam keluarga tidak lagi berdasarkan kesatuan bersama dan bahu-mambahu menghidupi keluarga. Dewasa ini, peran ekonomi keluarga tidak lagi berdasarkan kesatuan bersama tetapi didasarkan pada keahlian tertentu karena anggota keluarga telah terpisah dari keluarganya. Oleh karena itu seorang anak petani tidak lagi menjadi petani sebagaimana orangtuanya, tetapi memilih pekerjaan sendiri.

Setelah sebuah kelurga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau diluar keluarga.

(26)

9

Dari beberapa fungsi-fungsi keluarga, fungsi yang paling penting adalah fungsi atensi di mana peran sebagai orangtua memberikan perhatian agar anak merasa diperhatikan, fungsi afeksi merupakan kebutuhan kasih sayang yang sangat penting bagi seorang anak demi menciptakan hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak, selain itu juga fungsi edukatif dalam keluarga sangat penting karena dalam fungsi ini perkembangan anak sangat ditentukan dari pendidikan orangtua, fungsi religi memiliki peran penting dalam menanamkan nilai agama kepada, anak dan fungsi ekonomis di mana peran orangtua untuk dapat memenuhi kebutuhan anak.

Masalah klasik keluarga-keluarga di Indonesia adalah masih banyaknya keluarga yang menerapkan hubungan antara orangtua dan anak hanya dengan pola vertikal, tidak disertai hubungan horizontal. Sehingga, anak-anak dengan sendirinya hanya memposisikan diri sebagai anak. Dan orangtua pun tidak menjalankan fungsi-fungsi keluarga dengan baik, seperti fungsi-fungsi atensi, fungsi-fungsi afeksi, fungsi-fungsi edukatif, fungsi religi, dan fungsi ekonomis dengan seimbang.

(27)

10

terpenuhi dan orangtua hanya sekedar mencari dan memberi nafkah saja pada anak. Padahal yang terpenting adalah perhatian, kasih sayang agar anak merasa diperhatikan dan orangtua dapat dijadikan panutan, motivasi dalam belajar. Sedangkan pendidikan, agama, dan ekonomi sangat berkaitan erat dalam membentuk pribadi anak yang baik.

(28)

11

Apabila fungsi atensi, fungsi afeksi, fungsi edukatif, fungsi religi, dan fungsi ekonomis dalam keluarga tidak berjalan dengan baik maka akan terjadi disharmonis dalam keluarga yang akan mengakibatkan broken home. Seorang anak korban broken home akan mengalami perubahan perilaku dan perkembangan. Di lingkungan misalnya, akan merasa malu dan minder terhadap orang-orang disekitarnya karena kondisi orangtuanya yang mengalami masalah. Di sekolah menjadi gunjingan teman-temannya, proses belajar pun terganggu karena pikirannya tidak terkonsentrasi pada pelajaran.

Proses perceraian yang terjadi dalam suatu keluarga antara suami dan istri akan memunculkan perasaan-perasaan bahwa:

1. Mencoba untuk memulai memaksakan kehendaknya sendiri. 2. Mencari-cari kesalahan pasangannya.

3. Lebih mengupayakan terjadinya konflik daripada mencari jalan keluar untuk kepentingan bersama.

4. Mencoba untuk menunjukkan kekuasaannya.

(29)

12

sedang mengalami krisis dalam perkawinan. Scanzoni&Scanzoni (1981) menyebutkan bahwa situasi dan kondisi yang demikian merupakan peringatan akan kemungkinan terjadinya perceraian.

Beberapa pakar Sosiologi berpendapat bahwa tingginya tingkat perceraian merupakan produk dari industrialisasi dan urbanisasi (Northon&Glick,1997; John Peters, 1979; Scanzoni&Scanzoni, 1981). Menurut mereka, modernisasi dapat memudarkan ideologi, kultur serta batas-batas kebangsaan suatu negara. Modernisasi menyebabkan timbulnya saling ketergantungan yang tinggi antarnegara yang mempunyai kesamaan struktur. Konsekuensi dari ketergantungan dan kesamaan srtuktur tersebut tidak hanya berlaku pada distribusi energi, tingkat inflasi serta alokasi bahan-bahan mentah, tetapi juga pada perkawinan, keluarga serta pola-pola perceraian.

Berbeda dengan pakar-pakar Sosiologi di atas, Goode (1966) tampaknya tidak sependapat bila industrialisasi dikatakan sebagai penyebab langsung tingginya perceraian disuatu wilayah. Dari hasil penelitiannya, Goode menemukan bahwa industrialisasi yang sedang berlangsung di beberapa negara tidak menunjukkan adanya pertambahan pada tingkat perceraian. Ia lebih melihat pada adanya kaitan antara tingkat perceraian dengan sistem keluarga yang belaku di suatu wilayah.

(30)

13

Masyarakat dapat memahami perceraian sebagai salah satu langkah untuk menyelesaikan kemelut keluarga yang terjadi antara pasangan suami istri. Dalam hal ini mulai terlihat toleransi umum terhadap perceraian, sehingga stigma terhadap perceraian di dalam masyarakat menjadi umum. Dalam keluarga Goode (1981), mengemukakan ada beberapa pola pencegahan terjadinya perceraian: 1. Pola pertama adalah dengan cara merendahkan atau menekan

keinginan-keinginan individu tentang apa yang bisa diharapkan dari sebuah perkawinan. 2. Pola kedua adalah dengan cara menanamkan nilai yang tidak mementingkan

hubungan kekerabatan daripada hunbungan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada sistem keluarga yang demikian, anak laki-laki memegang peranan sangat penting. Pada masyarakat ini, ukuran suksesnya sebuah perkawinan dilihar dari bentuk kontribusi yang diberikan pasangan suami istri terhadap keluarga besarnya. Cara ini dipandang dapat mengurangi ketegangan-ketegangan yang terjadi akibat ketidaksesuaian suami istri.

3. Pola ketiga adalah dengan cara tidak menganggap penting sebuah perselisihan. Sosialisasi nilai ini diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan perkawinan. 4. Pola keempat adalah mengajarkan anak-anak dan para remaja untuk

mempunyai harapan yang sama terhadap sebuah perkawinan. Sehingga dalam perkawinan nanti, seorang suami atau istri dapat berperan sesuai dengan yang diharapkan oleh pasangannya.

(31)

14

1. Rasa takut dan cemas pada anak-anak.

2. Anak-anak menjadi tidak betah di rumah sebab merasa tertekan dan bingung serta tegang.

3. Anak-anak menjadi tertutup dan tidak dapat mendiskusikan masalah yang dialami.

4. Semangat belajar dan konsentrasi mereka menjadi lemah. 5. Anak-anak berusaha mencari kompensasi semu.

(32)

15

broken home. Sebuah perubahan yang akan membawa mereka merasa lebih baik

dari sebelumnya, sementara atau selamanya.

Beberapa langkah untuk mengurangi dampak negatif pada remaja adalah: 1. Berpikirr positif.

2. Jangan terjebak dengan situasi dan kondisi. 3. Mencoba hal-hal baru.

4. Cari tempat untuk berbagi. 5. Tidak perlu panik.

Pada saat di rumah atau di lingkungan keluarga, anak berinteraksi dengan orangtua atau pengganti orangtua dan segenap anggota keluarga lainnya. Anak memperoleh pendidikan informal, berupa pembentukan kebiasaan-kebiasaan, seperti cara makan, tidur, bangun pagi, gosok gigi, mandi, berpakaina, tata krama, sopan santun, religi, dan lain sebagainya. Pendidikan informal dalam keluarga akan banyak membantu dalam meletakkan dasar pembentukan kepribadian anak, misalnya sikap religius, disiplin, lembut atau kasar, malas atau rajin, hemat atau boros, dan sebagainya dapat tumbuh, bersemi, dan berkembang senada dan seirama dengan kebiasaannya di rumah.

(33)

16

home justru bisa lebih baik dari remaja yang tidak mengalaminya, karena latar belakang keluarganya yang seperti itu membuatnya termotivasi menunjukkan pada orang-orang bisa lebih baik.

Sedangkan di sekolah anak berinteraksi dengan guru beserta bahan-bahan pendidikan dan pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya, sehingga di sekolah seorang anak itu pula ada penanaman berupa pembentukan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap mata pelajaran. Dengan begitu, maka akan berusaha untuk membentuk perilaku tekun dan rajin belajar disertai keinginan untuk meraih cita-cita akademis setinggi-tingginya. Tetapi, akibat keadaan orangtua yang berkonflik menimbulkan dampak psikologis, seperti anak menjadi acuh, nakal, dan tidak mempunyai minat untuk belajar yang menyebabkan tidak berprestasi di sekolah.

Di masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang beraneka macam (heterogen), seperti orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa. Ia memperoleh pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah berupa berbagai pengalaman hidup. Agar masyarakat dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada generasi muda harus diteruskan atau diwariskan nilai-nilai, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan bentuk-bentuk kelakuan lainnya.

(34)

17

Dalam pendidikan nonformal, kepribadian seseorang dapat tumbuh dan berkembang sesuai situasi dan kondisi yang dilandasi sikap yang selekti berdasarkan rasio, idealisme, dan falsafah hidupnya. Pada umumnya kepribadian seseorang terbentuk melalui pendidikan maka kepribadian pada hakikatnya adalah gejala sosial, dan kepribadian indvidu bertalian erat dengan kebudayaan lingkungannya, misalnya individu yang hidup dalam lingkungan orang-orang yang berpendidikan (akademisi), cenderung untuk sukar belajar. Individu yang hidup di lingkungan religius, cenderung menjadi orang yang tekun beribadah. Individu yang hidup dalam lingkungan bisnis, cenderung untuk selalu berjiwa ekonomis (berdasarkan perhitungan untung atau rugi). Individu yang biasa bergaul dalam kehidupan keras dan penuh tekanan akan berjiwa patuh dan penurut atau sebaliknya menjadi pemberontak dan dapat menjadi berjiwa preman, dan sebagainya. Maka sebaliknya kita selalu cermat dam memilih lingkungan hidup, atau sebagai orangtua, guru, pemimpin, masyarakat agar cermat menciptakan lingkungan sosial yang menguntungkan perkembangan individu.

Setiap anak harus belajar dari pengalaman di lingkungan sosialnya, dengan menguasai sejumlah keterampilan yang bermanfaat untuk merespon kebutuhan hidupnya. Dengan demikian dalam masyarakat yang telah maju, banyak kebiasaan dan pola kelakuan masyarakat dipelajari melalui pendidikan, seperti bahasa, ilmu pengetahuan, seni dan budaya, nilai-nilai sosial, dan sebagainya.

(35)

18

Mlalui pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang dan perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi di dalamnya. Jadi pendidikan dan masyarakat harus berkembang secara timbal balik, seirama, dan terpadu.

Dari prariset observasi di lapangan ditemukan beberapa siswa yang mengalami broken home di Bandar Lampung. Setelah mengamati siswa tersebut ternyata mereka memiliki minat belajar yang berbeda meskipun mereka sama-sama berasal dari keluarga broken home. Ada siswa yang berasal dari keluarga broken home tetapi anak tersebut memiliki minat belajar yang cukup baik dan mendapatkan prestasi di kelas. Sedangkan siswa yang berasal dari keluarga broken home, tetapi ia tidak memiliki minat belajar apalagi untuk berprestasi di kelas dan di sekolah serta suka membuat masalah di kelas dan mengganggu teman-temannya yang sedang belajar sehingga ia sering ditegur oleh guru-guru, tidak mengerjakan tugas, dan datang terlambat.

(36)

19

Berdasarkan pemaparan dan contoh kasus di atas, peneliti melakukan penelitian mengenai “Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa (Studi

Kasus pada Keluarga Broken Home di Bandar Lampung)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka muncul permasalahan: 1. Bagaimana kehidupan siswa yang mengalamibroken home?

2. Bagaimana dampakbroken hometerhadap minat belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kehidupan siswa yang mengalamibroken home.

2. Mengetahui dampakbroken hometerhadap minat belajar siswa.

D. Mnfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan tentang ilmu sosial khususnya pada disiplin Ilmu Sosiologi Keluarga dan Sosiologi Pendidikan.

2. Kegunaan Praktis

(37)

20

(38)

21

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. DampakBroken Home

1. Tinjauan Dampak

Pengertian dampak secara umum dalam hal ini segala sesuatu yang ditimbulkan adanya sesuatu. Dampak itu sendiri juga bisa berarti konsekwensi sebelum dan sesudah adanya sesuaru.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal.43) dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif maupun positif. Sedangkan menurut Otto Soemarwoto (1990) dampak adalah pengaruh suatu kegiatan. Dan menurut Aresandi S. (2000) dampak adalah besarnya nilai yang kita tambahkan pada hidup atau dunia seseorang.

Jadi, menurut para ahli dapat disimpulkan bahya dampak adalah sesuatu yang ditimbulkan dan mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.

2. Keluarga Harmonis

(39)

22

Menurut Mahfudi (1995:48) keluarga harmonis adalah hidup bahagia di dalam ikatan cinta, kasih suami istri, yang didasari oleh kerelaan keselarasan hidup dalam ketenangan lahir dan batin karena merasa cukup puas atas segala sesuatu yang ada.

Seiring dengan itu, Singgih D. Gunawan (1995:20) menyatakan bahwa keluarga bahagia adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya kesenggangan, kekacauan dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya.

Jadi dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga harmonis adalah keluarga yang bahagia, yang ditandai dengan hidup tentram dan jauh dari kehancuran.

3. KeluargaBroken Home

Kecenderungan yang terjadi, keluarga menjadi pecah dan tidak jelas keberadaanya. Ketika ayah dan ibu sedah tidak dapat berhubungan dengan baik karena kesibukan masing-masing atau karena egonya, maka mereka memilih untuk bercerai. Namun, disaat orangtua dapat mempertahankan keluarganya secara utuh tanpa ada hubungan yang hangat antar anggota keluarganya, secara psikologis merekapun bercerai.

(40)

23

orang, ingin menang sendiri, susah diatur, suka melawan orangtua, tidak memiliki tujuan hidup, dan kurang memiliki daya juang. (www.brokenhome berakibatbutuk.html).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga broken home adalah sibuknya orangtua dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga fungsi-fungsi dalam dalam keluarga seperti fungsi-fungsi atensi, fungsi-fungsi afeksi, fungsi-fungsi religi, fungsi edukatif, dan fungsi ekonomis terabaikan dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

4. Fungsi Keluarga

Dalan suatu kehidupan keluarga tentulah memiliki fungsi-fungsi penting yang harus dijalankan. Karena setiap fungsi-fungsi dalam keluarga tersebut tentunya akan membawa suatu dampak atau perubahan terutama bagi anak. Menurut Suhendi dan Wahyu (2001:44) fungsi-fungsi dalam keluarga terdiri dari:

a. Fungsi Atensi

Dalam suatu keluarga diperlukan perhatian. Karena dengan perhatian seseorang akan merasa diperhatikan. Dengan begitu tercipta hubungan baik dalam keluarga.

b. Fungsi Afeksi

(41)

24

c. Fungsi edukatif

Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik manusia. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan seorang anak mulai dari bayi, belajar berjalan, hingga mampu berjalan. Semuanya diajari oleh keluarga.

d. Fungsi Religi

Fungsi religius dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1. Cara hidup yang sungguh-sungguh dengan menampilkan penghayatan dan

perilaku keagamaan dalam keluarga.

2. Menampilkan aspek fisik berupa sarana ibadah dalam keluarga.

3. Aspek sosial berupa hubungan sosial antara keluarga dan lembaga-lembaga pendidikan.

e. Fingsi Ekonomis

Ekonomi erat hubungannya dengan keluarga. Karena dalam keluarga memiliki kebutuhan masing-masing yang harus dipenuhi. Dengan begitu ekonomi dapat menentukan kelangsungan hidup suatu keluarga.

f. Fungsi Biologis

(42)

25

g. Fungsi Sosialisasi Anak

Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka.

h. Fungsi Protektif

Fungsi ini bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif.

i. Fungsi Rekreatif

Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang segar dan gembira dalam lingkungan. Fungsi rekreaif dijalankan untuk mencari hiburan.

j. Fungsi Penentuan Status

Keluarga diharapkan mampu menentukan status bagi anak-anaknya. Yang dapat dijalankan dari fungsi status ini ialah menentukan status berdasarkan jenis kelamin.

Dari kesepuluh fungsi-fungsi keluarga diatas yang paling mendasar adalah fungsi atensi, fungsi afeksi, fungsi religi, fungsi edukatif, dan fungsi ekonomis. Karena fungsi-fungsi tersebut tidak bisa diambil alih oleh lembaga ataupun orang lain.

5. Penyebab Timbulnya KeluargaBroken Home

(43)

26

keluarga itu sendiri. Menurut Willis (2008) penyebab timbulnya keluarga broken homedikarenakan beberapa faktor, yaitu:

a. Masalah Kesibukan

Menurut Willis (2008:18) kesibukan yang dimaksud adalah terfokusnya suami istri dalam pencarian materi yaitu harta dan uang. Setiap pasangan mulai mempunyai kesibukan masing-masing, berupa pekerjaan yang seakan-akan tidak ada habisnya.

b. Orangtua yang Bercerai

Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menopang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis.

c. Sikap egosentrisme

(44)

27

d. Kebudayaan Bisu dalam Keluarga

Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya hubungan dan dialog antar anggota keluarga. Masalah yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diiikat oleh tali batin. Masalah tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang saling mengenal dalam situasi perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Sifat kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting.

e. Perang Dingin dalam Keluarga

Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat daripada kebudayaan bisu, sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.

f. Jauh dari Tuhan

(45)

28

g. Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak

Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor kesibukan biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya komunikasi. Dimana ayah dan ibu bekerja dari pagi hingga sore hari, mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama, sholat berjamaah di rumah dimana ayah menjadi imam, sedang anggota keluarga menjadi jamaah.

h. Masalah Pendidikan

Masalah pendidikan merupakan penyebab terjadinya kritis dalam keluatga. Jika kedua belah pihak memiliki pendidikan yang memadai, maka wawasan kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami dan mengatasi liku-liku keluarga, karena itu yang sering terjadi adalah saling menyalahkan bila terjadi persoalan dalam keluarga. Terkadang konflik akan sulit diselesaikan apabila masing-masing dari komponen keluarga memiliki pengetahuan yang minim mengenai cara bagaimana menjaga hubungan dengan baik dalam sebuah keluarga.

i. Masalah Ekonomi

(46)

29

mencukupi kebutuhan rumah tangga, padahal pemenuhan biaya hidup merupakan hal yang prinsip. Dalam hal ini ada dua penyebab masalah ekonomi, yaitu:

1. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kondisi keluarga broken home. Hal ini timbul karena kondisi emosional keluarga yang tidak dewasa dalam menghadapi masalah, di karenakan bagian dari keluarga tersebut menuntut hal-hal di luar kebutuhan rumah tangga mereka sedangkan suami tidak dapat memenuhi tuntutan istri dan anak-ankanya sehingga pertengkaran suami istri terjadi dan timbullah konflik yang mengganggu keharmonisan di dalam keluarga tersebut.

2. Gaya Hidup

Berbeda dengan keluarga miskin, maka keluarga kaya lebih mengedepankan gaya hidup internasional, serba mewah dan mengikuti mode dunia. Namun, gaya hidup tersebut tidak selalu disukai oleh kedua belah pihak. Terkadang tidak semua suami menyukai gaya hidup glamor ataupun sebaliknya. Di sinilah awal pertentangan suami istri dan pada akhirnya pertengkaran tersebut dapat menimbulkan krisis dalam keluarga (Willis, 2008:16).

B. Minat Belajar Siswa

1. Minat Belajar

(47)

30

Menurut Dalyono (2001) mengemukakan minat belajar adalah satu aspek psikis yang timbul karena adanya daya tarik luar dari individu dan juga daya tarik dalam individu dan besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Perbedaan remaja yang tinggal dalam keluarga utuh danbroken homeadalah:

1. Terdapat perbedaan minat belajar antara siswa yang berasal dari keluarga broken homedengan minat belajar remaja dari keluarga utuh.

2. Minat belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada minat belajar siswa dari keluarga utuh.

3. Keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap minat belajar siswa.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah keinginan seseorang yang kuat untuk melakukan perubahan tingkah laku guna memperoleh ilmu pengetahuan.

2. Prestasi Belajar

Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi).

(48)

31

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik disekolah maupun di luar sekolah. Di dalam Webster’s New International Dictionary (1951:20) mengungkapkan tentang prestasi belajar yaitu :

“Achievement test a standardised test for measurung the skill or knowledge

by person in one more lines of work a study” (Webster’s New International

Dictionary, 1951:20).

Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standar tes untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang da dalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai.(Purwodarminto, 1979:251)

(49)

32

Menurut Tu’u (2004:75) bahwa prestasi belajar dapat dirimuskan sebagai berikut: 1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti

dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

2. Prestasi belajar siswa yang terutama dinilai adalah aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.

3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar dengan memperoleh kesimpulan dari uraian di atas adalah prestasi belajar merupakan hasil pengetahuan dan keterampilan yang diukur dengan tes.

(50)

33

1) Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah

Hambatan terhadap kemajuan studi tidak saja bersumber dari diri siswa, akan tetapi juga bersumber dari sekolah atau lembaga itu sendiri. Sebab-sebab di bawah ini bisa menimbulkan hambatan kemajuan studi, antara lain:

a. Cara Memberikan Pelajaran

Cara yang digunakan pengajar dalam memberikan pelajaran dan bimbingan sering sekali besar pengaruhnya terhadap siswa, dalam menyelesaikan studinya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian pengajar yang memberikan meteri pelajaran kurang didaktif, tanpa memperhatikan apakah siswa mengerti dengan meteri yang diberikan, tanpa memberikan kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat kepada siswa.

b. Kurangnya Bahan Bacaan

Sering kita temui siswa mengeluh, di karenakan mereka dituntut dengan sejumlah tugas dan diwajibkan membaca sebagian buku. Dari percakapan mereka dapat ditarik kesimpulan, bahwa siswa bukan tidak sanggup mengerjakan tugas dan bukan tidak mau membaca buku-buku wajib. Akan tetapi, kurangnya bahan bacaan atau buku di perpustakaan. Kesukaran ini menyebabkan mengganggu kelancaran proses belajar siswa.

c. Bahan Pelajaran Tidak Sesuai dengan Kemampuan

(51)

34

2) Faktor yang bersumber dari Lingkungan Keluarga

Sebagian besar waktu belajar anak dilaksanakan di rumah. Karena itu, aspek-aspek kehidpan dalam keluarga turut mempengaruhi kemajuan prestasi belajar siswa. Ada beberapa yang mempengaruhi prestasi anak yang bersumber dari lingkungan keluarga, antara lain:

a. Kemampuan Ekonomi

Masalah biaya menjadi salah satu faktor dalam menempuh pendidikan, kurangnya biaya sangat mempengaruhi kelancaran studi. Kurangnya ekonomi keluarga akan menimbulkan kelesuan dalam diri siswa sehingga motivasi belajar menurun.

b. MasalahBroken Home

Siswa yang tinggal bersama orang tua akan mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya kekompakan dan kesepakatan diantara kedua orangtuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian, dan tidak adanya tanggung jawab antara kedua orangtua akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri siswa dan akan menghambat proses belajar.

c. Kurangnya Kontrol Orangtua

(52)

35

menghambat atau menekan, akan tetapi mendorong dan membimbing ke arah yang positif, agar tercapai prestasi belajar yang tinggi.

3) Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan ketiga bagi perkembangan jiwa siswa setelah keluarga dan sekolah, di dalam masyarakat siswa menerima berbagai macam penggaruh. Tetapi pada umumnya masyarakat tidak akan menghalangi kemajuan studi para siswa bahkan sebaliknya mereka membutuhkan tenaga-tenaga yang trampil untuk membantu masyarakat. Beberapa aspek yang bisa mengganggu kelancaran studi siswa dalam masyarakat:

a. Tidak Mempunyai Teman Belajar Bersama

Teman dalam belajar besar artinya bagi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas di luar sekolah. Teman bagi siswa mempunyai manfaat dalam belajar, berdiskusi memberikan bantuan dalam kesukaran belajar dan saling memberikan motivasi, sehingga akan lebih bersemangat dalam belajar dan masih banyak lagi manfaat yang bisa diambil dari belajar bersama. Walaupun faktor ini tidak terlalu menentukan hasil belajar yang baik.

b. Gangguan dari Jenis Kelamin

(53)

36

menyebabkan kelesuan dalam belajar, studi menjadi terbengkalai dan akhirnya tujuan yang hendak dicapai menurun. (Syaiful B. Djamirah, 1994)

3. Siswa

Siswa adalah pelajar atau anak yang melakukan aktivitas belajar. Siswa merupakan individu manusia yang memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Setiap individu pastinya memiliki intelegensi yang berbeda dengan yang lainnya. Semua itu akan membentuk kpribadian yang unik dan khas. Siswa yang satu akan berbeda dengan siswa yang lain. (www.kompasiana.com)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) siswa adalah murid terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah.

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari beberapa pendekatan, antara lain:

(54)

37

sosial yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

2. Pendekatan psikologis siswa, adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang, siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti bakat, minat, kebutuhan, sosial emosional pribadi, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

3. Pendekatan edukatif atau paedogis, adalah pendekatan pendidikan yang menempatkan siswa sebagai unsur penting yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu. (www.forumkani.net).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa adalah anggota masyarakat yang memiliki jenjang dasar sampai menengah yang selanjutnya diproses untuk menghasilkan generasi yang berkualitas.

C. DampakBroken HomeTerhadap Minat Belajar Siswa

(55)

38

suatu kejadian aktivitas yang tidak menguntungkan dan tidak bermanfaat untuk ditempuh, sedangkan dampak positif adalah hasil dari suatu kejadin aktivitas yang menguntungkan dan bermanfaat untuk ditempuh (Mappiare, 1982:550).

Banyak dampak yang dapat terjadi pada seorang anak yang mengalami broken home, kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat besar terutama

bagi minat belajar sebagai seorang siswa. Seorang anak dapat kehilangan minat belajar karena tidak sanggup menerima kenyataan yang terjadi dalam keluarganya. Karena tidak ada lagi perhatian dan kasih sayang dari keluarga yang terpecah belah akan membuat sang anak merasa kesepian tanpa adanya lagi kehangatan dan mengalami disharmonis dari kedua orangtuanya. Sedangkan ada juga dampak positif dari anak yang mengalami broken home, misalnya pada saat mengalami kenyataan sebagai anak yang broken home justru minat belajarnya semakin tinggi, itu untuk membuktikan bahwa anak yang berasal dari keluarga broken home bisa lebih baik dibandingkan dengan anak yang bukan berasal dari keluarga broken home dan juga memiliki minat belajar yang tinggi sehingga berprestasi di sekolahnya. Ini terbukti dari apa yang telah dikemukakan oleh Mappiare (1982:55) bahwa dampak ada yang positi dan ada yang negatif.

D. Kerangka Pikir

(56)

39

dalam keharmonisan suatu keluarga. Apabila salah satu fungsi tersebut tidak berjalan dengan baik maka akan terjadi suatu permasalahan di dalam keluarga dan bisa menimbulkan keluargabroken home.

(57)

40

E. Bagan Kerangka Pikir

Minat Belajar Broken Home

Terjadi kerena tidak berjalannya fungsi-fungsi dalam keluarga, seperti:

1. Fungsi Atensi (perhatian) 2. Fungsi Afeksi (kasih sayang) 3. Fungsi Edukatif (pendidikan) 4. Fungsi Religi (agama) 5. Fungsi Ekonomis (Ekonomi)

(58)

✝ ✞

III. MERODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif berbasis studi kasus (case study), yakni sebuah pencarian fakta dengan intrepetasi yang tepat.

Menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi onyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

(59)

✟ ✠

Suharsismi Arikunto (1998:30) menyatakan bahwa metode studi kasus dapat digunakan untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya. Maka penelitian ini bersifat menjelaskan, menerangkan sesuatu secara mendalam.

Penggunaan metode dia atas dianggap sangat tepat karena dapat mengungkap gambaran menyeluruh dan jelas terhadap situasi yang dialami oleh siswa pada keluargabroken homedi Bandar Lampung.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menjadi batasan terhadap studi yang akan diteliti. Melalui fokus penelitian penting dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif. Hal ini untuk membatasi studi pada bidang penelitian. Tanpa ada fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak dalam banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, fokus penelitian mempunyai peranan yang sangat penting untuk memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana kehidupan siswa yang mengalami broken home dan bagaimana dampakbroken hometerhadap minat belajar siswa.

(60)

✡ ☛

C. Penentuan Informan

Menurut Spradley (1990) agar memperoleh informasi yang lebih terbukti terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan informan, antara lain:

1. Subyek yang lama dan intensif terlibat dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

2. Subyek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran perhatian penelitian.

3. Subyek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu, dan kesempatan untuk dimintai keterangan.

4. Subyek yang berada atau tempat tinggalpada sasaran yang mendapat perlakuan yang mengetahui kejadian tersebut.

Kriteria yang dijadikan dalam fokus penelitian ini adalah:

1. Profil kehidupan siswa atau remaja yang mengalamibroken home.

2. Fungsi-fungsi yang diberikan dalam keluarga, seperti fungsi atensi, fungsi afeksi, fungsi edukatif, fungsi religi, dan fungsi ekonomis.

3. Mengalami penurunan dan peningkatan terhadap minat belajar. 4. Mendapat prestasi belajar atau tidak berprestasi.

(61)

☞☞

dengan meminta petunjuk atau saran dari informan awal sehingga menjamin validitas data yang diperoleh.

Alasan mengapa mengambil infoeman dari siswa yang mengalami broken home adalah agar mendapat informasi yang tepat, benar, dan selengkap-lengkapnya. Berdasarkan kriteria dan prariset yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai informan adalah siswa atau remaja pada keluargabroken home.

D.Setting Penelitian

Dalam penentuan setting harus memperhatikan tiga unsur dimensional, yaitu tempak, pelaku, dan kegiatan (Sutrisno Wibowo, 1994:4). Dimensi tempat maksudnya bahwa penelitian tidak pernah lepas dari tempat di mana berlangsungnya kejadian. Pelaku maksudnya bahwa dalam penelitian tersebut peneliti melakukan pengamatan. Terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan subjek penelitian secara berlangsungnya penelitian, sedangkan dimensi kegiatan yaitu segala sesuatu yang dilakukan subjek penelitian merupakan bagian-bagian dari data yang akan dikumpulkan.

Setting penelitian ini dilakukan di Bandar Lampung, khususnya siswa pada keluargabroken hometanpa terikat oleh batasan geografis.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

(62)

✌ ✍

a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dengan menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti, seperti observasi dan wawancara.

b. Data sekunder, adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data bersumber dari dokumentasi dan arsip-arsip.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari informan. Upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian, maka informan ditentukan secara purposive pada tahap awal dan pada tahap pengembangannya dilakukan secara bola salju sampai diperoleh informasi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, pemilihan informasi pada tahap awal didasarkan atas subyek penelitian yang menguasai masalah, memiliki data dan bersedia memberikan data. Dengan kata lain keterangan awal yang didapat berasal dari pihak yang diketegorikan sebagai informan awal kemudian berkembang menjadi luas (snowball) sampai tidak ditemukan informasi yang berkenaan dengan tujuan penelitian tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

(63)

✎6

peneliti. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam (Indeph Inteview)

Teknik wawancara mendalam adalah metode pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab dengan lisan pula. Wawancara mendalam akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terarah tanpa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap terjaga agar terkesan dialogis dan informal.

2. Pengamatan (Observasi)

Teknik obsevasi digunakan untuk menghimpun keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang akan dijadikan objek pengamatan. Teknik ini dapat mendukung data yang diperoleh melalui kuesioner atau wawancara, sehingga akan diketahui apakah data yang akan diberikan informan sesuai keadaan yang sebenarnya.

3. Dokumentasi

(64)

✏ ✑

4. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data yang digunakan pada teknik ini disesuaikan dengan sumber data yang dibutuhkan, misalnya dari buku-buku, koran, artikel, maupun tulisan ilmiah lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Seperti yang dinyatakan oleh Nawawi dan Martini Hadari (Penelitian Terapan:1993) bahwa analisis kualitatif digunakan untuk menyelesaikan, mendeskripsikan, serta menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan proses reduksi dan intrepetasi. Data yang terkumpul ditulis dalam bentuk trasnkrip kemudian dilakukan pengategorian dengan melakukan reduksi data yang terkait kemudian dilakukan intrepetasi yang mengarang pada fokus penelitian.

Proses analisa data menurut Miles dan Huberman (1992) akan melalui proses sebagai berikut:

1. Reduksi Data

(65)

✒8

tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diversifikasi.

Data yang diperoleh data di lapangan yang dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan di lapangan akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang pokok kemudian dicari tema atau polanya. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

2. Penyajian Data

Diartikan sebagai data yang sudah diperoleh selama penelitian kemudian disajikan dalam bentuk informasi-informasi yang sudah dipilih menurut kebutuhan dalam penelitian. Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lebih baik adalah merupakan suatu cara yang utam bagi analisis kualitatif yang valid untuk melihat gambaran keseluruhan dari penelitian ini, maka akan diusahakan membuat berbagai matriks naratif saja.

(66)

✓ ✔

3. Penarikan Kesimpulan

Usaha untuk mencari atau memahami makna atau arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali sambil melihat catatan di lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Dalam penarikan kesimpulan ini didasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

(67)

✕ ✖

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi yang dilakukan peneliti mengenai dampakbroken home terhadap minat belajar siswa dapat disimpulkan bahwa:

1. Kehidupan siswa yang mengalami broken home lebih banyak terjadi di karenakan tidak berjalannya beberapa fungsi-fungsi dalam keluarga yang diberikan oleh orangtua mereka sehingga mengalami perubahan secara psikologis dan perubahan secara sosiologis. Ini terlihat dari beberapa informan yang memang mengalami perubahan setelah orangtuanya bercerai. Kebanyakan dari informan tersebut tidak mendapatkan fungsi-fungsi dalam keluarga yang diberikan secara utuh dari orangtuanya sehingga perubahan dalam perilaku masing-masing informan sangat terlihat jelas sesuai dengan pernyataan setelah di wawancarai

(68)

✗6

tidak memiliki minat belajar sehingga tidak mendapatkan prestasi belajar di sekolah.

B. Saran

Adapun saran yang akan diberikan penulis berkaitan dengan dampak broken home terhadap minat belajar siswa kepada orangtua, sebagai berikut:

1. Luangkan waktu bagi orangtua pada saat memiliki waktu senggang di rumah untuk memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak.

2. Berikan motivasi pada anak agar mereka memiliki minat belajar dan prestasi belajar di sekolah dan berikan pendidikan baik formal maupun informal agar anak memiliki pengetahuan yang baik dalam bersosialisasi di lingkungan sekitarnya.

3. Terapkan pendidikan agama pada anak sedini mungkin. Dengan begitu anak akan lebih memahami segala sesuatunya berdasarkan pada didikan agama yang diberikan orangtua sejak dini.

4. Penuhi apa yang menjadi keinginan anak sesuai dengan kebutuhannya yang paling mendasar dan paling penting.

5. Sebagai orangtua berperilakulah yang baik agar mencerminkan dan menjadi panutan bagi anak-anaknya di rumah.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik.

Bustaman, H. D, 2001.Integrasi dengan Islam Menuju Psikologi Islami. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Dalyono, M, 2001.Psikologi Pendidikan.Rineka Cipta. Jakarta. Goode, William. J. 2004.Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara. Jakarta.

Gunawan, Ary, 2000.Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Peelbagai Problem Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Ihromi, T. O, 2004.Bunga Rampai, Sosiologi Keluarga. Yayasan Orde Baru. Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia hal. 43

Khairudin, H. HHS, 1997.Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty Prees Mappiare, 1982.Psikologi Remaja. Surabaya.

Poerwodarminto, W.J.S, 1976.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Pojosuwarno, Sayekti, 1993.Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Menara Mas Offset. Yogyakarta.

Soemarwoto, Otto, 1990.Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Suhendi, Hendi & Ramdani Wahyu, 2001.Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Pustaka Setia. Bandung.

(70)

Sumber Internet :

http://adf.ly/212821/m.kompasiana.com

http://adfal86.blogspot.com/2012/01/pengertian-belajar.html

http://bappedabandarlampung.org/index.php?option=com_content&view=article& id=65:gambaran-umum-kota-bandar-lampung&catid=36:rpjm&Itemid=70

http://carapedia.com/pengertian_definisi_dampak_info2123.html

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2231761-pengertian-minat-belajar/

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2231761-pengertian-minat-belajar/#ixzz1v03d4AjA

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2116712-penyebab-timbulnya-keluarga-yang-broken/#ixzz1gCwDscfZ

www.brokenhomeberakibatburuk.html www.kompasiana.com

(71)

Referensi

Dokumen terkait

pada remaja yang mengalami broken home. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pendekatan fenomenologis. Subjek penelitian yaitu 3 siswa SMP Negeri

Berdasarkan pemaparan mengenai broken home diatas dapat disimpulkan bahwa broken home merupakan kondisi retaknya struktur keluarga yang dicirikan dengan adanya

Kesulitan belajar matematika yang dihadapi anak broken home juga tidak adanya interaksi di dalam kelas sehingga membuat anak tidak dapat memahami setiap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran anak keluarga broken home serta peran orang tua dalam pendidikan dan dampak broken home pada prestasi belajar anak di Desa

Berdasarkan hasil penelitian diketahui motivasi belajar tiga orang respondensiswa broken home di SMP Negeri 23 Banjarmasin, yaitu ditemukan satu siswa memiliki

Faktor penyebab subyek AY mengalami broken home adalah perceraian orangtua, kurangnya jalinan komunikasi, munculnya sikap egosentris orangtua, kesibukan orangtua dan salah satu atau

Sebagian besar anak yang dari keluarga broken home hanya di titipkan di neneknya anak dari keluarga yang broken home memang bersekolah akan tetapi hanya mendapatkan didikan di sekolah

xiv PENGARUH KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI SMK ANAK BANGSA INDONESIA NTB OLEH: Ruslin 180303077 Abstrak Keluarga broken home merupakan