PENGARUH KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI SMK ANAK BANGSA INDONESIA
NTB
Oleh Ruslin NIM 180303077
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM
2022
PENGARUH KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI SMK ANAK BANGSA INDONESIA
NTB SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Nengri Mataram
Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar serjana sosial islam
Oleh : Ruslin NIM. 180303077
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KOSELING ISLAM (BKI) FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM
2022
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Ruslin, NIM 180303077 dengan Judul “ Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Di SMK Anak Bangsa Indonesia NTB” telah memenuhi Syarat dan disetujui untuk diuji.
Disetujui pada tanggal: 30-05-2022
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sarapudin. Ag., MA Herlina Fitriana, M. Si NIP. 197812312007011090 NIP. 199204162019032035
ii
NOTE D INES PEMBIMBING
Mataram, 30-05-2022 Hal: Ujian Skripsi
Yang Terhormat Dekan Fakultas dakwah dan Ilmu Komunikasi di Mataram
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Dengan hormat, telah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa/i : Ruslin
Jurusan/Prodi : Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Judul :Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Di SMK Anak Bangsa INDONESIA NTB
telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-
munaqasyah-kan.
Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Sarapudin, M. A Herlina Fitriana, M. Si NIP. 197812312007011090 NIP. 199204162019032035
iv
v MOTTO
“Apapun yang menjadi takdirmu, akan mencari jalanya menemukanmu”
Ali Bin Abi Thalib
vi
PERSEMBAHAN
“ Kupersembahkan skripsi ini utnntuk kedua orangtuaku tercinta bapak Ruslan ibu Mariati atas segala do’a, dukungan, dan pengorbananya selama ini. kepada Almamater, semua guru dan Dosen Universitas Islam
Negri (UIN) Mataram, khususnya ibu Herlina Fitriana, M.Si dan bapak Sarapudin, M.Pd, selaku dosen pembimbing tanpa mengurangi rasa hormat pennulis mengucapkan terimakasih atas bantuan, nasehat dan
ilmunya yang selama ini diberikan dengan tulus dan ikhlas dalam membimbing saya. Serta kepada keluarga besar saya, seluruh sahabat penulis mengucapkan terimaksi untuk selalu mensupport saya selama ini”
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum, Wr.Wb.
Alhamdulilah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang senantiasa memberikan nikmat serta hidayah-Nya, terutama nikmat sehat dan kesempatan sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ PENGARUH KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI SMK ANAK BANGSA INDONESIA NTB” Sholawat beserta salam semoga tetap tercurhkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhamad SAW beserta keluarga, sahabt-sahabatnya, dan para pengikutnya. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan syafa‟atnya di hari akhir kelak, Aamiin.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tampa ada bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setingi- tingginya dan dengan ketulusan hati penulis menyampaikan banyak terimak kasih kepada:
1. Terimakasih kepada kedua orang tua tercinta bapak Ruslan dan ibunda Mariati yang menyertaiku dalam do‟anya, dukungan dan pengorbanannya dalam memenuhi kebutuhan dalam menuntut ilmu hingga titik penyelesaian penyusunan skripsi ini.
2. Kepada ibu Herlina Fitriana, M. Si selaku dosen pembimbing I dan bapak Sarapudin, M.Pd. yang selalu memberikan bimbingan, masukan, motivasi, dan koreksi terus menurus tampa ada rasa bosen di tengah kesibukanya.
viii
3. Ibu Mira Mareta, MA sebagai ketua Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI);
4. Kepala Sekolah SMK Anak Bangsa Indonesia NTB yang telah memberikan izin dan bimbingan peneliti untuk melakukan penelitian di Lembaga yang dipimpin 5. Guru BK SMK Anak Bangsa Indonesia NTB yang
selalu membatu selama peroses penelitian.
6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mmengajarkan berbagai disiplin ilmu selama mengayomi pendidikan di UIN Mataram, semoga atas apa yang telah diajarkan dapat bermanfaat bagi penulis, masyarakat dan bangsa ini.
7. Kepada teman-teman seperjuangan, teman-teman BKI C, teman-teman kos yang seperti saudara sendiri, guru- guru BK SMK Anak Bangsa Indonesia NTB yang telah memberikan bantuan dalam proses penelitian, semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah AWT. Dan juga semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Aamiin.
Mataram, 02-06-2022 Penulis
Ruslin
NIM: 180303077
ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
HALAMANSAMPUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
NOTE DINES PEMBIMBING ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGATAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah Danbatasan Masalah... 7
C. Tujuan Dan Manfaat ... ... 7
D. Definisi Operasional ... ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 9
B. Kajian Tori ... 12
1. Keluarga Broken home………12
a. Pengertian Keluarga Broken Home...12
b. Aspek-Aspek Keluarga Broken Home...13
x
c. Faktor-Faktor Penyabab Keluarga Broken Home.13
2. Perilaku Keagamaan ... 13
a. Penegertian Perilaku Keagmaan ... 13
b. Dimensi Perilaku Keagamaan ... 15
c. Faktor-Faktor Mempengarhui perilaku Keagmaan16 d. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan ... 18
C. Kerangka Berpikir ... 23
D. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenisdan Pendekatanpenelitian ... 26
B. Populasi Dan Sampel ... 26
C. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 28
D. Variabel Penelitian ... 28
E. Desainpenelitian ... 29
F. Instrumenpenelitian ... 29
G. Teknik Pengumpulan Data/ Prosedur Penelitian ... 33
H. Teknik Analisis Data ... 35
I. Rencana Jadwal Kegiatanpenelitian ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 40
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40
2. Deskripsi Responden ... 48
3. Deskripsi Variabel ... 49
4. Valilditas Dan Rehabilitasinstrumen Penelitian ... 51
5. Uji Prasyarat Analisis ... 55
6. Uji Hipotesis ... 57
B. Pembahasan ... 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xi
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Sesudah uji validitas Blue print Variabel X Table 3.2 Sesudah Blue print varaiavel Y
Tabel 3.3 Indikator Penilaian Skala
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas
Tabel. 4.4 Daftar Sarana dan Prasarana SMK Anak Bangsa Table 4.5 Diskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Table 4.6 Diskripsi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Tabel 4.8 Hasil Uji Linieritas
Tabel 4.9 Hasil Uji Analisis Linier Sederhana Tabel 4.10 Hasil Uji F test (Simuits)
Tabel 4. 11 Hasil Perhitungan Koofisieen Deteriminasi
xii
DAFTAR GAMBAR 2.1 gambar kerangka berpikir
4.1 gambar sekor responden pada setiap aspek keluarga broken home 4.2 gambar sekor responden pada setiap dimensi
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Blue Print Variabel X Sebelum Dan Sesudah Diuji Coba Lampiran 2 : Blue Print Variabel Y Sesudah Dan Sebelumdiuji Coba Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas Variabel X Dan Y Lampiran 4 : Hasil Uji Normalitas Dan Hasil Uji Lineritas
Lampiran 5 : Hasil Uji Regresi Liner Sederhana Lampiran 6 : Angket Variabel X Dan Y
Lampiran 7 : Angket Yang Sudah Di Isi
Lampiran 8 : Suratrekomadasi Penelitian Dari Kampus Lampiran 9 : Surat Telah Meniliti Dari Pihak Sekolah Lampiran 10 : Poto-Poto Penyebaran Angket
Lampiran 11 : Surat dari kesbangpol Lampiran 12 : kartu konsul
xiv
PENGARUH KELUARGA BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA DI SMK ANAK BANGSA
INDONESIA NTB OLEH:
Ruslin 180303077
Abstrak
Keluarga broken home merupakan keluarga yang mengalami perpisahan atau bercerai yang terjadi disebabkan tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga baik antara ibu dan ayah atau antara orang tua dan anak-anaknya, dan ketidak adanya salah satu atau kedua orang tua yang disebabkan meningal dunia.
Dimana salah satu kondisi yang cendrung membuat anak tidak dapat berkembang dengan baik. Kondisi semacam ini, sangat mepengaruhi perkembangan keperibadian atau perilaku keagamaan seorang anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja di SMK Anak Bangsa Indonesia, kecamatan Praya Tengah, Kebupaten Lombok Tengah, Nusa Tengara Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilitian kuantitatif.
Penelitian ini mengunakan sampel jenuh atau semua populasi dijadikan sebagai sampel. Thenik pengambilan data dengan menggunakan kunsioner, dan wawancara. Thenik analisis data pada penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Sederhana.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana diketahui adanya pengaruh positif dengan diperoleh nilai Fhitung = 360.313 >
Ftabel 4.10, dengan adanya tingkat signifikansi sebesar yang menujukan bahwa ada pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan dan hasil pengujian koefisien determinasi sebesar 0.905 hal ini menujukan besaran angka pengaruh variabel X ( Keluarga Broken Home ) terhadap variabel Y ( perilaku keagamaan remaja) yaitu sebesar 90.5%, sisanya 9.5% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Keluarga Broken Home Dan Perilaku Keagamaan Remaja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri dari suami istri beserta anak-anak. Menurut kartini kartono “keluarga merupakan unit social terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak”. Jadi dapat disimpulkan keluarga merupakan kelompok social terkecil yang dilihat dari perkawinan yang sah terdiri dari ayah, ibu, dan anak. keluarga yaitu terdiri dari pasangan suami istri dan anak yang tingal di dalam satu rumah. Keluarga merupakan satu grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan social yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa ataupun yang sudah dewasa.1
Keluarga yaitu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anak, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.2 Keutuhan keluarga, disamping ditinjau dari adanya ayah, ibu, dan anak, juga dapat dilihat dari sifat hubungan atau interaksi anggota keluarga satu sama lain. Ketidak hadiran antara ayah dan ibu didalam satu keluarga sangat berpengaruh pada diri anak. Keluarga memiliki peran penting dalam upaya mengembangkan perilaku anak. Proses pengembangan perilaku anak untuk mengembangkan segala aspek perilakunya.
Salah satu kondisi yang cendrung menjadikan anak tidak mampu berkembang dengan baik yaitu mereka yang terlahir dari latar belakang keluarga broken home. Broken home adalah situasi perceraian yang terjadi disebabkan tidak adanya lagi keharmonisan dalam rumah tangga baik antara ibu dan ayah atau antara suami istri maupun anak (Handayani & Indrian 2017). Keluarga broken home
1 Abu Ahmad, Psikologi Social, (Jakarta:PT Rineka Cipta 2000).
Hlm.239.
2Suprajito, Asuhan Keperawatan Keluar Aplikasi Dalam Praktik,(Jakarta:EGC 2004), Hlm.1.
2
tidak hanya ketidak adanya salah satu kedua orang tua namun hubungan yang tidak harmonis dalam rumah tangga juga itu dinamakn broken home. Broken home sebenarnya merupakan realitis yang cukup berimplikasi negatif bagi perkembangan keperibadian sehat, meskipun patut diakui pengaruh lingkungan sekitar juga turut memberikan adil yang tidak sedikit dalam perkembangan individu.
Akan tetapi faktor broken home nampaknya memiliki peranan cukup siginifikan terhadap perkembangan anak dewasa.
Menurut Hurlock, broken home adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi ketika suami dan istri sudah tidak lagi dapat menemukan cara memecahkan masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perlu didasari bahwa banyak perkawinan yang tidak membuahkan kebahagian. Perpisahan atau pembatalan perkawinan dapat dilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan kadang ada juga kasus di mana salah satu pasangan suami istri meninggalkan keluarga.3
Broken home juga dapat muncul karena tidak mampu pasangan suami istri dalam mengelolah perbedaan yang tengah dihadapi, minsalnya: kurang komunikasi dua arah, saling cemburu, tidak puasan pelayanan suami istri, merasa kurang dengan penghasilan yang diperoleh, saling menuntut, dan ingin menang sendiri. Sebenarnya broken home disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi yang jelas semua berawal dari rasa ketidak cocokan.
Kondisi semacam ini, tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan keperibadian atau perilaku anak yang keluarganya dilanda ketidak harmonisan. Tentu akan bisa dijumpai perbedaan- perbedaan yang cukup siginifikan pada beberapa perilaku minsalnya dalam konteks perilaku keagamaan yang menujukan diverensiasi antara anak memiliki keluarga harmonis dengan yang mempunyai latar belakang keluarga broken home.
Dampak keluarga broken home terhadap perilaku remaja antara lain mengalami tekenan mental yang berat, mudah
3 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Retan Kehidupan(Jakarta: Erlangga 1990), Hlm.30.
3
tersinggung, menujukan sikap berontak, tidak sopan terhadap orang yang lebih besar darinya, dan kenakal remaja seperti perkelahian, narkoba, sex bebas, sampai permasalahan yang paling parah yaitu tindakan kriminial hal itu disebabkan karena dia mempunyai keluarga yang broken home. Perilaku- perilaku seperti inilah yang mencerminkan perilaku agama seseorang remaja kurang baik.
Kenapa hal ini terjadi pada remaja karena pada masa remaja merupakan masa teransisi atau masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Menurut Santrock (2003) menyatakan masa remaja adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa4. pada masa remaja disebut juga masa yang sangat rentan, sensitif masa yang sulit karena remaja berjuang menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada diri remaja, dimana perubahan tersebut berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku. Pada masa remaja ini juga masa yang penuh emosi secara psikologi kondisi jiwa yang labil tidak menentu dan biasanya susah mengendalikan diri sehinga pengaruh-pengaruh negatif seperti perilaku menyimpang akibat dari pergesaran nilai mudah mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru burapa krisis akhlak.
Masa remaja akan terjadi beberapa pertumbuhan dan perkembangan fisik dan pisikisnya, diantaranya perkembangan pembentukan sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
Sikap yang baik itu harus dilandasi dengan perilaku yang baik pula sebagai tolak ukurnya, salah satu sikap yang berkembang pada remaja yaitu sikap dalam beragama. Sikap keagamaan remaja dapat dilihat dari perilaku yang mereka lakukan. Remaja yang memiliki sikap keagamaan yang baik akan cendrung melakukan tindakan- tindakan yang sesuai tuntunan agama.
Perilaku keagaaman remaja merupakan segala bentuk perbuatan atau ucapan yang dilakukan sesorang remaja yang berkaitan dengan agama, semuanya dilakukan karena adanya
4http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1238/5/138600262- file5.pdf, diakses 1 april 2022
4
kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran, kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan. Perilaku keagamaan sering kali dikaitkan dengan ahlak. Akhlak adalah sikap yang melengkat pada diri seseorang secara spontan yang diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka dikatakan ahlakul karimah dan sebaliknya disebut ahlak yang buruk.
Berdasarkan pernyatan tersebut dapat persamaan perilaku keagamaan dengan akhlak yang baik, akhlak baik merupakan tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Tingkah laku terpuji tersebut pastinya dilakukan berdasarkan nilai-nilai agama sehinga hal tersebut menjadi persamaan antara perilaku keagamaan dan akhlak baik.
Dalam agama islam tingkat kepatuhan umat islam dalam menjalnkan kegiatan ibadah sesuai yang diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya seperti solat, puasa, zakat, naik haji, membaca al-qur‟an dan berdoa. Dimana pada masa remaja dimulainya babak baru dan kehidupannya yaitu berlaku seluruh perintah dan larangan Allah SWT, Segala bentuk perbuatanya amalnya, benar dan salah , pahala dan dosanya yang dikerjakanya akan dipertanggung jawabkan oleh dirinya sendiri.
Ada beberapa faktor yang akan memberikan dampak baik atau buruk pada perilaku keagamaan remaja yaitu teman sepergaulan, lingkungan, dan keluarga. Keluarga merupakan kelompok social terkecil yang terdiri dari suami istri beserta anak- anak. Menurut kartini Kartono” keluarga merupakan unit social terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak”
jadi dapat disimpulkan keluarga merupakan kelompok social terkecil yang dilihat dari perkawinan yang sah terdiri dari ayah, ibu, dan anak.5 Keutuhan keluarga, selain dilihat dari adanya ayah, ibu, dan anak. Juga dapat dilihat dari sifat hubungan atau interaksi anggota keluarga satu sama lain. Ketidak hadiran seorang ayah atau ibu di dalam suatu keluarga sangat berpengaruh pada diri anak. Peroses pengembangan perilaku anak secara positif digambarkan melalui kondisi keluarga yang harmonis, sehinga mampu memuculkan
5 Abu Ahmd, Psikologi Social…hlm. 239.
5
kondisi aman dan nyaman bagi anak untuk mengembangkan segala aspek perilakunya.
Salah satu keadaan yang cendrung menjadikan anak tidak mampu berkembang dengan baik adalah mereka yang terlahir dari latar belakang keluarga broken home. Broken home yaitu kedua orang tuanya pisah atau berceraian yang terjadi disebabkan tidak adanya lagi keharmonisan dalam rumah tangga baik antara ibu dan ayah atau antara suami istri maupun anak, dan kedua orang tuanya meningal atau salah satunya. Keluarga broken home tidak hanya ketidak adanya salah satu kedua orang tuan namun hubungan yang tidak harmonis dalam rumah tangga juga itu dinamakan broken home.
Broken home disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi yang jelas semua berawal dari rasa ketidak cocokan. Kondisi semacam ini, tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian atau perilaku remaja yang keluarganya dilanda ketidak harmonisan. Tentu akan bisa dijumpai perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan pada beberapa perilaku-misalnya dalam konteks perilaku keagamaan- yang menunjukkan diverensiasi antara remaja yang memiliki keluarga harmonis dengan yang mempunyai latar belakang keluarga broken home.
Dari hasil penelitian terdahulu bahwa remaja yang memiliki latar belakang keluarga broken home memiliki dampak negatif terhadap peroses ibadah dan sopan santun, karena disebabkan kurangnya perhatian sehinggan mengakibatkan terbengkalainya pendidikan karakter dan keagamaan anak. Anak dari keluarga broken home juga realitanya lebih nakal dari pada kebanyakan anak.
Siginifikan dari kenakalan anak keluarga broken home tersebut karena meraka tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tua maupun keluarganya.6
Hal ini juga terjadi di lingkungan SMK Yayasan Anak Bangsa Indonesia, disana banyak siswa-siswi yang mempunyai latar belakang dari keluarga broken home yang memiliki perilaku keagamaan yang cendrung berbeda dari siswa yang keluarga masih
6 Nafaldatus Sholihah, “Perilaku Keagamaan Peserta Didik Dalam Keluarga Broken Home (Srudi Kasus Siswa Berlatar Belakang Keuarga Broken Home Di SMKN 1 Lamongan”, Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol. 04, No. 01, Maret 2020, hlm.465.
6
utuh seperti sering meningalkan solat, suka berbohong, tingkah laku yang kurang sopan terhadap guru, hubungan dengan teman-temanya kurang baik atau bisa disebut akhlak yang buruk, sering tidak masuk sekolah, bolos, dan males belajar. Perilaku-perilaku seperti inilah yang mencerminkan perilaku keagamaan yang kurang baik. Hal ini dikarenakan dampak dari keluarga yang mengalami keretakan dalam jalani komunikasi dan relasi atau bisa dikatakan keluarga broken home. Terkadang juga orang tua tidak memahami apa akibat yang diperoleh oleh anaknya. Anak yang mempunyai latar belakang dari keluarga broken home mengalami ketidak stabilan dan cendrung tidak energik dalam hal perilaku keagamaan yang meliputi tentang ibadah atau Hablumminallah, seperti solat, puasa, menunaikan zakat, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Selain Hablumminallah hal yang tak kalah penting juga adalah hubungan antar manusia atau disebut juga Hamblumminannas yaitu menjaga hubungan baik sesama manusia, memiliki kepedulian sosial, tenggang rasa, saling menghargai atau saling menghormati.7
Berdasarkan hasil tinjauan wawancara yang telah penulis lakukan, terdapat 40 siswa yang berlatar belakang dari keluarga broken home di SMK Anak Bangsa Indonesia NTB, dan dapat disimpulkan remaja yang berlatar belakang keluarga broken home akan berdampak pada perilaku keagamaanya. Perilaku keagaman disini dapat diukur dari dua dimensi yaitu bagaimana dia menjalankan hubungan dengan sang pencita (Hamblumminallah), dan hubungan dengan sesama manusia (Hanblumminnas).
Berdasarkan uraian diatas peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja SMK Anak Bangsa Indonesia NTB.
7 Hamdan, wawancara, Praya, 7 Maret 2022
7 B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan masalah
Dari latar belakang dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah yang diteliti yaitu: Adakah pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja di SMK Anak Bangsa Indonesia NTB?
2. Batasan masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu siswa siswi yang berlatar belakang keluarga broken home dan perilaku keagamaan remaja di SMK Anak Bangsa Indonesia NTB.
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh keluarga boken home terhdap perilaku keagamaan dan berapa besar pengaruh keluarga broken home pada prilaku keahamaan remaja di SMK Anak Bangsa Indonesia NTB.
2. Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
a. Manfaaat teoritis: diharapkan hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi perkembngan ilmu pengetahuan dan juga pembaca baik itu mahasiswa/ mahasiswi yang sedang meneliti tengan keluarga broken home atau perilaku keagamaan remaja.
b. Manfaat paraktis: diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah informasi ilmiah, yang berkaitan dengan keluarga broken home dan perilaku keagamaan.
1) Manfaat bagi siswa
Penelitian dapat dijadikan refrensi bagi siswa siswi dalam berprilaku keagamaan.
2) Manfaat bagi orang tua
Penelitian ini dapat dijadikan informasi atau refrensi bagi orang tua yang berkaitan pengaruh keluarga broken terhadap dengan perilaku keagamaan remaja,
8
supaya orang tua memberikan perhatian atau kasih sayng yang cukup pada anak..
3) Manfaat bagi sekolah
Manfaat penelitian bagi sekolah diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi sekolah, guru- guru dalam memperhatikan perilaku keagamaan remaja.
D. Definisi Operasional 1. Keluarga Broken Home
Menurut Wilis menjelaskan bahwa Broken Home diartikan sebagai keluarga yang retak, yaitu kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurang kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal, bisa karena perceraian atau meningal sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung.8
2. Perilaku keagamaan
Menurut Djamaludin Ancok dan Fuad Anshori Suroso bahwa perilaku keagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.9
8 Sofyan Wilis, Konseling Keluarga( Family Conseling), (Bandung:
Alfabeta. 2008), Hlm. 66
9 Siti makhmudah, Medsos Dan Dampak Pada Perilaku Keagamaan Remaja,(Guepedia, 2019), hlm.55
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELILITIAN A. Kajian Pustaka
Untuk memperkuat proses penelitian ini, peneliti akan mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun poko-pokok pembahasan yang akan diuraikan dalam penelitian terdahulu adalah sebagai beriskut:
1. Penelitian yang pertama, penelitian yang dilakukan oleh khairunnisa sitompul (2018), tentang “Konsep Diri Anak Anak Remaja Dari Keluarga Broken Home Dan Pengaruh Perilaku Komunikasi Remaja Di Desa Seri Rotan”
Ini menujukan konsep diri anak remaja broken home menentukan keyakinan anak remaja akan siapa diri mereka dan hal-hal yang mereka yakini serta apa yang mereka lihat dan mereka pelajari dari ibu mereka sangat mempengaruhi konsep diri anak remaja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsep diri anak-anak remaja dari keluarga broken home dan pengaruh perilaku komunikasi remaja di desa seri rotan. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian yang serupa yaitu pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja di SMK Anak Bangsa Indonesia.
Perbedaan dan persamaan anatara peneliti yang dilakukan oleh Khairunnisa Sitompul dan peneliti yang akan dilakukan oleh peneliti terletak di variable yang akan diteliti yaitu, khairunnisa sitompul meneliti tentang konsep diri anak dan perilaku komunikasi remaja sedangankan peneliti meneliti tentang perilaku keagamaan remaja, dan jenis penelitian yang dipakai juga berbeda khairunnisa sitompul mengunakan penelitian kualitatip sedangkan peneliti mengunakan penelitian kuantitatif.
Dan persaman peneliti yang dilakukan oleh Khairunnisa Sitompul
10
dengan peneliti ini yaitu subjek sasarannya sama yaitu remaja yang berlatar belakang dari keluarga broken home.10
2. Peneliti yang kedua, yang dilakukan oleh Ayu Rosita (2021) tentang “Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Prumnas Alfatindo Blok C Rt 13 Kota Bengkulu”
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara peran keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja Prumnas Alfatindo Blok C Rt 13 Kota Bengkulu. Hal ini dapat dilihat dari nilai = 20,60 sedangkan
= 1,701 dengan N-2 = 28 dan taraf signifikannya 5% ( ˃ ) dengan demikian: = menyatakan bahwa terdapat pengaruh peran keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja Prumnas Alfatindo Blok C Rt 13 Kota Bengkulu diterima. = menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh peran keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja Prumnas Alfatindo Blok C Rt 13 Kota Bengkulu ditolak. Sedangkan keeratan hubungan X dan Y dilihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,971 yang berarti tingkat hubungan peran keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja termasuk pada tingkat kategori sangat kuat. Kontribusi sumbangan variabel X terhadap variabel Y adalah 94,0%
sedangkan sisanya 6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahasa dalam penelitian ini. Faktorl lain yang dapat mempengaruhi perilaku keagamaan remaja selain peran keluarga tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat, teman sebaya dan lainnya. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian yang serupa yaitu pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja di yayasan anak bangsa Indonesia.
Perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan Ayu Rosita dan peneliti ini, perbedaanya yaitu variabel bebasanya yaitu Ayu Rosita variable bebasnya tentang pengaru peran keluarga sedangkan peneliti variabel bebasanya tengan
10 khairunnisa sitompul “Konsep Diri Anak Anak Remaja Dari Keluarga Broken Home Dan Pengaruh Perilaku Komunikasi Remaja Di Desa Seri Rotan”
Skripsi Dipersentasikan Dalm Sidang Sekripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Tahun 2018.
11
pengaruh keluarga broken home. Dan persamaanya yaitu variabel y sama-sama membahas tentang perilaku keagamaan remaja.11 3. Peneliti yang ketiga, yang dilakukan oleh Asmaul Islamiah
(2018) tentang “Dampak Teknologi Informasi Terhadap Perilaku Keagamaan Bagi Remaja Di Menganti Gersik.”
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dua permasalahan dalam kehidupan keagamaan remaja, yaitu pertama bagaimana dampak teknologi dan informasi terhadap perilaku keagamaan bagi remaja di desamenganti gersik. Yang kedua, apa manfaat teknologi dan informasi terhadap perilaku keagamaan bagi remaja di desa manganti gersik. Hasi dari penelitian menujukan bahwa kehidupan keagamaan remaja desa manganti gersik meliputi dua hal yang saling berkaitan , yaitu pemahaman, ibadah, serata perilaku yang dilihat sehari-hari. Keduanya merupakan pokok dalam kehidupan keagamaan yang saling berkaitan dan tidak dipisahkan. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian yang serupa yaitu pengaruh peran keluraga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja di yayasan anak bangsa Indonesia.
Perbedaan penlitian yang dilakukan oleh Asmaul Islamiah dengan peneliti terletak di variabel bebasanya yaitu Asmaul Islamiah variabel bebasanya dampak teknologi informasi sedangkan peneliti variabel bebsanya pengaruh keluarga broken home, dan metode penilitian yang digunakan juga berbeda yaitu Asmaul Islamiah mengunakan jenis penelitia deskriptif kualitati sedangakan peneliti mengunakan kuantitatif. Dan yang menjadi persamaanya yaitu di variabel terikatnya yaitu perilaku keagamaan remaja.12
11 Ayu Rosita, “ Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Prumnas Alfatindo Block C Rt 13kota Bengkulu” Skripsi Di Persentasikan Dalam Sidang Skeripsi Dalam Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negri (IAIN) Bengkulu Tahun 2021
12 Asmaul Islamiah “Dampak Teknologi Informasi Terhadap Perilaku Keagamaan Bagi Remaja Di Menganti Gersik.” Skeripsi Dipersentasikan Dalma Sidang Skerpsi Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2018.
12 B. Kajian Teori
1. Keluarga Broken Home
a. Pengertian Keluarga Broken Home
Menurut Presetyo Broken artinya ”Kehancuran”, sedangkan Home “rumah”. Broken home mempunyai arti bahwa adanya kehancuran yang ada dalam rumah tangga yang disebabkan oleh kedua suami istri yang mengalami perbedaan pendapat.13 Menurut Chaplin mengemukakan bahwa Broken home merupakan keluarga retak atau rumah tangga berantakan atau tanpa hadirnya salah seorang dari keda orang tau (ayah atau ibu) yang disebabkan oleh kematian. perceraian atau meninggalkan rumah.14
Menurut Wilis menjelaskan bahwa Broken Home diartikan sebagai keluarga yang retak, yaitu kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurang kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal, bisa karena perceraian atau meningal sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung.15 Sedangkan menurut Hurlock, broken home merupakan titik kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi ketika suami dan istri sudah tidak lagi dapat menemukan cara untuk memecahakan masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak.
Dari beberapa definisi keluarga broken home diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini lebih merujuk pada definisi broken home dari wilis, yaitu keluarga yang retak, yaitu kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurang kasih saying dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal, bisa karena perceraian sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung.
13 Imron muttaqin Analisis Faktor Penyembab Dan Dampak Keluarga Broken Home ,Jurnal Studi Gender Dan Anak, vol.6, no.2 (2019), hlm.247
14 Ika Wahyu Pratwi, Putri Agustin Larastin Handayani, Konsep Diri Remaja Yang Berasal Dari Keluarga Broken Home, Vol.9, No.1, 2020, hlm.21.
15 Sofyan Wilis, Konseling Keluarga( Family Conseling), (Bandung:
Alfabeta. 2008), Hlm. 66.
13
b. Aspek-Aspek Keluarga Broken Home
Menurut Sofyan S. Wilis broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
1. Keluarga pecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga meninggal dunia atau bercerai.
2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga tidak utuh lagi karena ayah dan ibu s ering tidak dirumah , atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi. Seperti sering bertengkar sehinga menimbulkan ketidak sehatan secara psikologis.16
c. Faktor-Faktor Penyebaba Keluarga Broken Home 1) Terjadinya perceraian
2) Salah satu atau kedua orang tua meninggal 3) Ketidak dewasaan sikap orang tua
4) Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab 5) Adanya masalah ekonomi
6) Kehilangan kehangatan dalam hubungan keluarga antara orang tua dan anak.17
2. Perilaku Keagamaan
a. Pengertian perilaku keagamaan
Perilaku menurut W.J.S. Poerwadaminta yaitu tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan dan sikap yang muncul dalam perbuatan nyang nyata atau ucapan.18 Sedangkan menurut Hasan Langgulung yang dikutip dari pendapat Al-Ghazali, perilaku merupakan sebuah penggerak atau motivasi, pendorong, tujuan, dan objektif
16 Ibid.
17 https://rahayuismaio.wordpress.com/2011/12/12/faktor-faktor- penyebab-terjadinya-broken-home/(Diakses 2 April 2022)
18 Bimo Walgito, Pengatar Psikologi Umum (Yogyakarta: andi offset, 2010), hlm.11.
14
dimana dengan adannya motivasi tersebut seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu yang bersifat individual.19
Dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah reaksi individu untuk bertindak, berbuat, berperilaku sesuai dengan lingkungannya. Perilaku keagamaan adalah perilaku yang didasari atas kesadaran tentang adanya Tuhan, minsalnya aktivitas keagamaan. Menurut Jalaludin perilaku keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.20 Menurut Abdul Aziz Ahyadi perilaku keagamaan atau tingkah laku keagamaan merupakan pernyataan atau ekspresi kehidupan kejiwaan manusia yang diukur, dihitung dan dipelajari yang diwujudkan dalam bentuk kata-kata, perbuatan atau tindakan jasmaniah yang berkaitan dengan pemahaman ajaran agama islam.21
Sedangkan menurut Djamaludin Ancok dan Fuad Anshori Suroso bahwa perilaku keagamaan bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Tidak hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang terlihat dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tidak terlihat oleh mata, tetapi juga aktivitas yang tidak terlihat oleh Mata dan terjadi dalam hati seseorang, seperti dzikir dan do‟a .22
Dari beberapa definisi perilaku keagamaan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini lebih merujuk pada definisi perilaku keagamaan menurut Djamaludin Ancok dan Fuad Anshori Suroso.
19 Azizah sholiha, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Keagamaan Anak, Jurnal Kajian Dan Penelitian Islam, Vol. 11, no.1, juni 2017, hlm.21-23
20 Jalaluddin, Psikologi Agama,(jakarta: raja grafindo persada,2002), hlm.11
21 Nafaidatus Sholihah dkk, Perilaku Keagamaan…, hlm. 458.
22 Siti makhmudah, Medsos Dan Dampak Pada Perilaku Keagamaan Remaja,(Guepedia, 2019), hlm.55
15 b. Dimensi Perilaku Keagamaan
Perspektif islam tetang keagamaan, islam menyuruh umatnya untuk beragama (atau berislam) secara menyeluruh.
Setiap munslim baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk sesuai dengan islam. Dalam melakukan segala aktivitas seorang muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah.
Esensi islam adalah tahuid atau pengesaan Tuhan, tidak ada satupun perintah dalam islam yang bisa dilepaskan dari Tahuid. Seluruh agama itu sendiri, kewajiban untuk menyembah Tuhan, untuk mematuhui perintah-perintah-Nya dan menjahui larangan-larangan-Nya, dapat disimpulkan bahwa tahuid adalah intisari islam dan satu tindakan tak dapat disebut sebagai bernilai islam tanpa dilandasi oleh kepercayaan kepada Allah.
Menurut Djamaluddin dan suroso ada beberapa dimensi yang meliputi perilaku keagamaan yaitu:
1) Dimensi peribadatan/ibadah
Dimensi ini mengacu pada ritus keagamaan yang dianjurkan dan dilaksanakan oleh penganut agama dan erat kaitannya dengan ketaatan pemeluk suatu agama.
Dimensi ini meliputi pedoman utama pelaksanan ritus dan pelaksanaanya, frekuensi tata cara dan makna ritus penganut agama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam agama islam tingkat kepatuhan umat islam dalam menjalnkan kegiatan ibadah sesuai yang diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, membaca al-qur‟an, doa dan dzikir.
2) Dimensi pengalaman atau akhlak
Dimensi ini mengacu pada penilaian berdasarkan keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari keseharianya. Jadi dalam dimensi ini pengalaman atau konsekuensi komitmen ini adalah praktek-praktek pengalaman diwujudkan dengan keyakinan agamanya, baik yang berhubungan khusus maupun umum. Dalam islam bagaimana seorang muslim
16
berperilaku dilatarbelakingi oleh ajaran agama islam, yaitu bagaimana individu bersosialisasi dengan lingkunganya.
Dalam dimensi ini meliputi, suka tolong menolong, bekerja sama, bersikap jujur, amanah, pemaaf, mematuhui norma-norma islam,tidak mencuri, tidak minum yang memabukkan berdamai, saling menghargai antar sesama.23
Jadi perilaku keagamaan dalam penelitian ini, penulis maksud merupakan tingkah laku seorang individu yang berhubungan erat dengan norma-norma ajaran agama islam. Maka perilaku keagamaan dalam ajaran agama islam merupakan pelaksanaan dari seluruh ajaran agama islam bagaiman seorang muslim dalam berhubungan dengan Allah (Hablumminallah) atau berhungan dengan sesama manusia (Hablumminanas) yang didasari syariat agama islam dan dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengarhui Perilaku Keagamaan Remaja
Perilaku keagamaan dipengaruhi oleh dua faktor ini bisa menciptakan keperibadian dan perilaku keagamaan seseorang. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor ekstrnal.
1) Faktor internal.
Faktor internal adalah pengaruh emosi (perasaan) dari pengaruh emosi tersebut akan memuculkan selektifitas. Selektifitas disini merupakan adanya pilih atau minat perhatian uuntuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar diri manusia.
Emosi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pembentukan perilaku keaagamaan.
2) Faktorn eksternal
Faktor ekstren adalah segala sesuatu yang berada diluar diri seseorang dan mempunyai pengaruh terhadap
23 Anclok, Jamaludin dan Surso, Psikologi Islami, solusi islam dan problem psikologi(Yogyakarta:pusraka pelajar, 1995),hlm. 80.
17
perkembangan keperibadian dan keagamaan seseorang.
Faktor ekstren diantaranya meliputi:
i. Lingkungan keluar Pengaruh keluarga besar sekali terhadap tingkah laku anggotanya karena lingkungan keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama bagi para anak atau anggotanya. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam islam sudah disadari. Keluarga dinilai sebagai faktor paling dominan dalam meletakan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan. Jelas bahwa faktor keluarga sangat penting untuk mendidik anak dimasa pertumbuhan dalam agama islam memberikan perhatian besar agar manusia mejaga kelaurganya.
Situasi pendidikan dalam keluarga akan terwujud dengan baik berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi cara timbal baik antara orang tua dan anak. Sesuasana keluarga yang terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan meninggalkan yang tercela akan menyebabkan anak atau anggota keluarga yang lain tembuh dengan wajar dan terciptanya keserasian didalam keluarga. Sehinga pengaruh keluarga akan membekas sekali bukan hanya pribadi keluarganya tetapi juga dalam sikap perilaku keagamaan anak. Karena jika orang tua menujukan sikap dan tingkah laku yang baik, maka anak akan cendrung mengikuti sikap perilaku orang tuan yan.
Dan demikian juga, jika kedua orang tuan menujukan sikap yang buruk, maka anaknya pun akan demikian pula.
ii. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosio dan sosial budaya yang potensial mempengaruh perkembangan fitrah keagamaan anak. Dalam masyarakat anak melakukan
18
interaksi sosial kepada teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Corak perilaku anak atau remaja merupakan cerminan dari perilaku lingkungan masyarakat. Jika teman sepergaulan itu menujukan perilaku yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai agama atau berakhlak mulia, maka anak cenderung berakhlak mulia, begitu pula sebaliknya jika teman-temanya berprilaku buruk. Oleh karena itu kualitas pribadi, perilaku atau akhlak anggota masyarakat yang mendukung perkembangan perilaku keagamaan anak atau remaj adalah mereka yang taat dan tekun dalam menjalankan ajaran agama seperti ibadah ritual, menjalin persaudaraan, saling menolong, bersikap jujur dan selalu menunjukkan perilaku moral yang baik.
iii. Lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang mempunyai program sistematis dalam menyelengarakan bimbingan pengajaran dan latihan bagi anak, agar mereka berkembang sesuai dengan potensiny yang optimal, baik menyangkut aspek fisik, psikis (intelektual dan emosional), sosial dan spiritual.
Dari penjelasan di atas baik dari keluarga, masyarakat, sekolah sangatlah berpengaruh dalam pembentukan perilaku keagamaan Ketiganya berkontribusi dalam pembentukan perilaku keagamaan remaja. Namun lingkungan keluarga adalah yang paling penting karena keluarga adalah pusat pendidikan yang utama , pertama dan mendasar.
Kesimpulannya, perilaku keagamaan adalah perilaku seseorang sebagai reaksi atau respon yang dilandasi oleh keyakinan dan kesadaran akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
d. Bentuk-Bentuk Perilaku Keagamaan
Bentuk dari perilaku ibadah keagamaan yang sering dilakukan individu seperti: pelaksanaan shalat, puasa, zakat,
19
membaca Al-qur‟an, dan berdoa. Adapun bentuk dari perilaku ibadah keagamaan itu meliputi:
1) Shalat
Shalat menurut bahasa berarti doa. Sedangkan menurut istilah syara‟ ialah suatu macam ibadah yang terdiri dari beberapa bacaan dan perbuatan, yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Shalat menurut syariat yaitu segala ucapan dan gerakan- gerakan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.24
Shalat merupakan ibadah yang dapat membawa manusia dekat dengan Allah. Dalam melaksanakan shalat seseorang memuja kemahasucian Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, memohon perlindungan dari godaa setan, mohon pentunjuk kejalan yang benar dan dijauhkan dari segala kesesatan dan perbuatan yang tidak baik. Shalat juga dapat menjahukan dari perbuatan keji dan mungkar, yang bila dibersihkan dari kedua sifat itu sejahtera dan untuk umat. Firman Allah SWT dalam surah Al-Ankabut ayat 45: Artinya:” Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al- Kitab(Al- Qur’an) dan dirikan shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya meningat Allah (shalat) adalah lebih besar(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.25 2) Puasa
Puasa merupakani badah yang dapat menanamkan rasa kebersamaan dengan orang-orang fakir dalam menahan lapar dan kebutuhan pada makanan. puasa menmbangkitkan dorongan untuk menolong orang, rasa simpati dan menguatkan keutamaan jiwa seperti taqwa, mencintai Allah, amanah,
24 Yulita futria ningsih, dkk, Fiqih Ibadah,(Bandung: Media Sains Indonesia 2 021), hlm.3
25 QS. An-Ankabut [29]: 45
20
sabar, dan tabah menghadapi kesulitan. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan, minum, dan kebutuhan biologis lainnya dalam waktu tertentu. Tetapi puasa merupakan langkah-langkah yang dicapai dalam mengekang diri dari keinginan-keinginan yang haram dan perbuatan onar. Buat ibadah puasa baru dapat dicapai dengan kmembiasakan keutamaan dan meninggalkan perbuatan tercela.
3) Membaca al- qur‟an
Henry Guntur Tarigan membaca adalah “suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan melalui bahasa tulis”. Al-qur‟an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, yang dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia.
Mengajarkan membaca Alqur‟an adalah fardhu kifayah dan merupakan ibadah utama. Tak dapat dipungkiri adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, perasaan dan daya nalar seseorang disebabkan oleh perbedaan pendidikan yang dia terimanya.26
Semakin sering seseorang mendapat pendidikan agama dan praktek keagamaan yang dialami seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan dan pengalaman tentang agama. Rasa keagamaannya tambah. Sebaliknya, jika seseorang tidak pernah mendapatkan pendikan agama mulai dari rumah dan masyarakat, maka pengetahuan dan pengalaman terhadap nilai-nilai agama berkurang bahkan mungkin menentang ajaran agama.
4) Zakat
Secara istilah zakat yaitu pengeluarkan harta tertentu dengan cara tertentu dengat maksud tertentu
26Ayu Rosita Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Prumnas Alfatindo Block C rt Bebgkulu, Skripsi Institut Agama Islam Negri Bengkulu, 2021, hlm.32.
21
untuk dibagikan kepada golongan tertentu pula.27Zakat merupakan kewajiban harta benda yang berfungsi sebagai bantuan sosial yang hasilnya dibagikan kepada fakir miskin yang keringatnya tidak dapat memberikan kehidupan yang layak. Dalam ibadah banyak terdapat pendidikan akhlak mulia. Zakat tidak hanya sekedar pengeluaran harta untuk menolong fakir miskin, tetapi mengandung pendidikan jiwa yang luhur. Zakat dapat menyucikan jiwa seseorang keserakahan akan kekayaan, keegoisan dari materialis. Zakat juga menumbuhkan rasa persaudaraan, rasa kasih sayang dan suka membantu anggota masyarakat yang membutuhkan.
5) Membaca doa
Kata-kata Doa disebutkan berkali-kali dalam Al- Qur‟an dan masing-masing memiliki arti. Adapun doa yang dimaksud disini adalah doa dengan makna ibadah.
Doa yang dimaksud disini adalah ibadah dan paling bearti dari sesuatu (ibadah), karena bacaan doa dalam setiap ibadah kita mengandung doa. Doa juga merupakan ibadah yang mereflesikan permohonan pertolongan dan harapan akan kecintaan seorang manusia sebagai hamba dengan menujukan sikap membutuhkan dan tidak berdaya kecuali atas pertolongan Allah SWT.28
Pemahaman pada anak bahwa orang yang selalu membiasakan berdoa akan menjadi mulia, begitu pula sebaliknya orang yang tidak pernah berdoa akan menjadi lemah. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa bentuk perilaku keagamaan dan pelaksanaan ibadah tersebut merupakan kebutuhan manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT yang sudah menjadi kewajibannya sebagai manusia yang lemah.
27 Ainul yaqin, Fiqih I badah, (Jawa Timur : Duta Media Publising 2016), hlm. 114.
28Andi Fauzi, dkk, Melatih Bacaan Doa Sehari-Hari Pada Remaja Di Rt 007/04 Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, E-ISSN: 2714-6286
22
Pelaksanaan ibadah tersebut diharapkan semakin meningkat, karena dengan semangatnya kita beribadah kepada Allah SWT maka semakin banyak kegiatan yang dikerjakan.
Menurut Jalaluddin dan walgito adapun bentuk- bentuk perilaku sosial keagamaan sebagai berikut:
i. Aktif dalam organisasi keagamaan bentuk-bentuk perilaku sosial terkait diantaranya aktif dalam organisasi keagamaan, dimana pada pembahasan dalam penelitian ini tentang remaja. Remaja yang memiliki perilaku sosial yang baik termasuk ditandai dengan seorang aktif dalam organisasi keagamaan dimana ia tinggal, karena suatu organisasi itu sangat penting bagi pembentukan sosial seseorang, dengan berorganisasi seseorang dapat berlatih cara berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang baik, bersosial, dan berlatih untuk dapat menghargai sesama.
ii. Ahlak mulia bentuk lain dari perilaku sosial keagamaan adalah akhlak mulia. Seorang yang berakhlak baik, suka memberi, menolong, mudah memaafkan kesalahan orang lain, dapat menghargai orang lain, menunjukkan bahwa seorang memiliki rasa sosial keagamaan yang tinggi.
iii. Menghargai sesama dan tidak sombong Manusia yang hidup di muka bumi ini tidak hidup sendiri, tetapi selalu membutuhkan orang lain, oleh karena itu dalam interaksi sosial kita harus saling menghargai, tidak mudah menyakiti orang lain. Kita diciptakan Tuhan dalam berbagai keadaan, berbeda satu sama lain, karena dengan perbedaan itu manusia bisa saling melengkapi, oleh karena itu harus bisa saling menghargai terhadap sesama yang mungkin kadang tidak sama dengan kita.
iv. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan di masyarakat.
23
Hidup dalam masyarakat kita dituntut untuk dapat berinteraksi dengan orang lain, dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan menunjukkan bahwa kita benar-benar hidup dalam lingkungan masyarakat. Masa remaja merupakan masa yang paling baik untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. seorang remaja harus dapat memanfaatkan masa remajanya dengan baik sebelum masa tua datang yaitu dengan hal-hal yang bermanfaat antara lain mengikuti berbagai kegiatan, baik kegiatan di sekolah maupun kegiatan di masyarakat, karena mengikuti kegiatan tersebut dapat menambah wawasan ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan. Perubahan perilaku individu terjadi seiring dengan bertambahnya usia, latihan pembiasaan, pengalaman yang diperoleh baik dari individu maupun lingkungan, sehingga individu akan membentuk sikap yang kuat untuk mendalami ajaran agama dalam dirinya.29
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian yang berjudul pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan anak remaja di yayasan anak bangsa Indonesia ini, dibuat agar penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, kerangka berpikir adalah sebagai beriku
29 Ayu Rosita, Pengaruh Peran Keluarga …, hlm.30.
24
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Perilaku keagamaan remaja yang dipengarhui oleh keluarga broken home. Dimana keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkah laku seorang orang anak, keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama bagi para anak dan anggota lainnya.
Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan anak. Pengaruh kedua oarang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan anak dalam islam sudah disadari dinilai sebagai faktor yang paling dominan meletakan dasar bagi perkembangan jia keagamaan. Situasi pendidikan dalam keluarga akan terwujud dengan baik berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengarhui cara timbal balik antara orang tua dan anak.
Suasana keluarga yang terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan meningalakn yang tercela akan menyebabkan anak tumbuh juga dengan berperilaku baik. Sehinga apabila keluarga broken home tidak lagi mampu memberikan pendidikan yang terbaik seperti memberikan pengasuhan pendidikan dan pengetahunan agama akan memiliki pengaruh terhadap perilaku keagamaan reamaja.
Dari kerangaka berpikir diatas penulis akan menggunaka satu Variabel independen yakni keluarga broken home, dan variabel dependennya yakni perilaku keagamaan remaja. Keraka berpikir tersebut menujukan bentuk asosiatif/hubunganpengaruh, maka dapat
Y
Perilaku Keagamaan
a. Dimensi
peribadatan atau ibadah
b. Dimensi
pengalaman atau akhlak
X
Pengaruh Keluarga Broken Home
a. Orang tua bercerai atauKedua orang tua meningal dunia/ salah satu
b. Hubungan keluarga yang tidak harmonis
25
digambarkan yaiti pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan dengan pendekatan analisis regresi sederhana.
D. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ha: Ada pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja.
Ho: Tidak ada pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja.
26 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Penelitian yang mengenai pengaru keluarga brokrn home terhadap perilaku keagamaan remaja Di SMK Anak Bangsa Indonesia NTB” merupakan penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang berlandaskan positivistic (data konkrit), yang berupa angka-angka yang akan diukur mengunakan statistic sebagai alat uji penghitungan, berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan.30 Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka).
Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan mengelompokan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan perbedaan antar kelompok data. Instrument dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat. Dengan demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.
Penggunaan metode penelitian kuantitatif pada penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh dan seberapa besar pengaruh dari keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja di SMK Anak Bangsa Indonesia, Praya Tengah, kecamatan Lombok Tengah, Nusa Tengara Barat.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel penelitian merupakan yang utama atau dasar dalam mencari dan mengumpulkan data baik itu penelitian kuantitatif dan maupun kualitatif, hanya saja tehnik yang digunakan antara keduanya berbeda.
30 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung:
CV Alfabeta 2018), Hlm, 206.
27 1. Populasi
Populasi adalah wiliyah umum yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai jumlah dan karakterstik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang , tetapi juga objek dan benda-benda lainya.31. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang di pelajari tetapi, meliputi seluruh karakterstik/ sifat yang memiliki oleh objek/subjek itu. Populasi dalam penilitian ini adalah semua siswa-siswi SMK Yayasan Anak Bangsa Indonesia NTB yang berlatar belakang dari keluarga yang broken home yang berjumlah 40 orang.
Tabel 3.1
Jumlah sisawa-siswi yang berlatar belakang dari keluarga broken home di SMK Anak Bangsa Indonesia
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 17
2 Prempuan 23
Total 40
2. Sampel
Sampel dalah bagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu yang juga mempunyai ciri-ciri tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap mewakili populasi. Kemudian berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Arikunto bahwa: Untuk perkiraan saja, jika objeknya kurang dari 100, lebih baik seluruh populasi dijadikan sampel, sehingga penelitian tersebut dijadikan penelitian populasi, maka jika jumlah objek yang akan diteliti
31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (BANDUNG: CV ALFABETA, 2016), Hlm, 80.
28
lebih dari 100 maka akan diambil sebagai sampel antara 10-15%, 20-25% atau lebih.32
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMK Yayasan Anak Bangsa Indonesia NTB yang berlatar belakang dari keluarga broken home yang berjumlah 40 orang karena populasinya kurang dari 100.
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan tehnik sampling jenuh, sampling jenuh merupakan tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel 40 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus.33
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkan izin penelitian dalam kurun waktu 1 bulan pengumpulan data dan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbimbingan berlansung.
Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMK Anak Bangsa Indonesia, Kecamatan. Praya Tengah, Kebupaten Lombok Tengah, Nusa Tengara Barat.
D. Variabel Penelitian
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi”antara satu orang dengan yang lainatau suatu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk(constructs) atau sifat yang akan dipelajari.34 Jadi variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian menarik kesimpulan. Variabel penelitian memiliki berbagai macam, namun dalam penelitian ini penulis hanya
32 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Prosedur Praktek,Cet, Ke 03, (Jakarta:Bumi Aksara,1992), hlm.116
33 Ibid, sugiyono,hlm, 85
34 Made Indra & Ika Cahyaningrum, Cara Mudah Memahami Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Grup Penerbit CV BUDI UTAMA, 2019), hlm.2
29
menguraikan dua variabel sesuai dengan tujuan penelitian, sehinga variabel penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Variabel bebas (Independent variabel) adalah variabel utama atau inti yang menyebabkan timbulnya dan berubahnya suatu objek, artinya variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi.
Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adah pengaruh keluarga broken home (X)
2. Variabel terikat (Dependent variabel) meupakan variabel yang dipengaruhi atau hasil yang ditimbulkan dari variabel bebas.
Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku keagamaan remaja (Y).
E. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah strategi dalam mengatur penelitian agar penelitian memperoleh data yang valid sesuai karakterstik variable dan tujuan penelitian.35 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen.36
Pengunaan desain penelitian kausalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku keagamaan remaja di smk anak bangsa Indonesia.
Dalam menyelsaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka). Kemudian peneliti mencari teori yang terkait dengan variabel, sehingan ditemukan apa yang menjadi dasar penelitian untuk dapat menemukan permasalahan dalam peneliti yang ingin diteliti.
F. Instrument/Alat dan Bahan Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fonemena alam maupun sosial yang diamati. Secara
35 Masnun, pedoman penulisan sekripsi UIN Mataram 2021, hlm.33
36 Sugiyono, metode penelitian kombinasi (mixwd methods) (bandung: CV Alfabeta. 2018), hlm.135