• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KORBAN KELUARGA BROKEN HOME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KORBAN KELUARGA BROKEN HOME"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

64 | Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc) POLA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KORBAN KELUARGA BROKEN

HOME

Qurrota A’yuni, Syafira Maharany, Nonik Kasiari, Wildani Firdaus

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyyah Kota Probolinggo Jl. Sukarno Hatta 94-B, Kota Probolinggo

Email: 0307qurrotaayuni@gmail.com, syafiramaharany26@gmail.com,

kasiarinonik@gmail.com, wildanifirdaus10@gmail.com

Abstrak

Pernikahan merupakan Langkah awal dalam membentuk suatu keluarga. Keluarga yang diharapkan tentunya keluarga yang dipenuhi keharmonisan dengan kehadiran anak yang menjadi perhiasaan dan penyejuk hati semua orangtua. Timbulnya keretakan dan gesekan didalam keluarga adalah hal yang lumrah. Namun kadar kemampuan setiap orang berbeda- beda. Keluarga yang harmonis hinggs lanjut usia merupakan hasil usahanya dalam menjaga serta mempertahankan hubungan. Sebaliknya, ketika suatu keluarga yang mengalami kerusakan yang berujung perceraian, maka itu merupakan kegagalannya dalam mempertahankan hubungan. Dalam hal ini pihak utama yang dirugikan adalah anak.

Dimana ia harus mengalami banyak perubahan dalam hidupnya terutama dari sisi social- emosionalnya. Namun segala permasalahan pasti terdapat upaya penyelesaiannya. Begitu pula bagi anak korban broken home, baik orangtua,tetangga,teman maupun guru memiliki andil masing-masing dalam bagaimana mengatasi dan memperlakukan anak korban broken home. Namun pada dasarnya orang tualah yang memiliki peran krusial dan paling

vital dalam menentukan nasib anak. Keluarga dapat menjadi madrasah bagi anak-anaknya.

Kata kunci: Pendidikan agama islam, broken home

Abtract

Marriage is the first step in forming a family. The expected family is, of course, a family filled with harmony with the presence of children who become jewelry and conditioning the hearts of all parents. The emergence of rifts and friction in the family is commonplace. However, the level of ability of each person is different. A harmonious family to old age is the result of his efforts in maintaining and maintaining relationships. On the other hand, when a family is damaged which leads to divorce, it is a failure to maintain relationships. In this case, the main party who is harmed is the child. Where he had to experience many changes in his life, especially from the social-emotional side. However, all problems must have a solution.

Likewise for children who are victims of broken homes, both parents, neighbors, friends and teachers have their respective roles in how to deal with and treat children who are victims of a broken home. But basically it is parents who have an important and mosttimportant role in

determining the fate of youngsters. The family is a madrasa for their children.

Keywords: Islamic religious education, broken home

(2)

Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc) | 65 PENDAHULUAN

Peran keluarga dalam upaya mengembangkan kepribadian anak sangatlah penting,

pengasuhan orang tua mengenai pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan yang penuh dengan cinta kasih, baik dari segi keimanan maupun sosial budaya yang mungkin menjadi pemikiran yang kondusif tentang pemberian dan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi anggota masyarakat yang sehat dan kepribadian yang lebih kuat. Dalam memenuhi kebutuhan insan, keluarga dipandang sebagai institusi untuk berkembangnya kepribadian serta berkembangnya ras manusia. Apabila dikaitkan antara peranan keluarga dan usaha dalam memenuhi kebutuhan pribadi maka Lembaga pertama yang mampu melengkapi kebutuhan tersebut adalah keluarga (Islam et al., 2021; Prasetiya, 2018).

Munculnya berbagai masalah merupakan akibat dari kondisi keluarga yang kurang baik yang mana akan berdampak padaaanak maupunnorang lainn. Selain itu adanya dukungan pula dari perkembangan zaman yang saat ini semakin maju sehingga transaksi dan interaksi menjadi lebih mudah, juga karena dampak negatif dari kebebasan dari lingkungan permukaan sehingga menimbulkan penyimpangan terhadap anak yang menimbulkan kenakalan (Islam et al., 2021). Dengan berbekal pendidikan yang matang akan menjadi tameng diri ketika dihadapkan pada situasi atau lingkungan yang memberikan pengaruh negative. Anak akan mempertimbangkan situasinya dengan sebab akibatnya. Dengan ini kedewasaanpun akan perlahan tumbuh dan berkembang dengan semestinya.

Menurut Echolis (Wardhani, 2016: 3), broken homeeadalah suatu kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal, seringkali karena perceraian, sehingga anak hanya hidup dengan satu anak kandung. induk. Keluarga broken home cenderung membekali anak dengan masalah dan mempengaruhi tumbuh kembang anak, terutama pada perkembangan agama dan moral anak. Kondisi yang kacau dan tidak harmonis dalam keluarga menghambat perkembangan moral anak. Dalam hal ini interaksi dan kebersamaan dalam keluarga berkurang, sedangkan anak akan merasa tidak diperhatikan sehingga anak juga akan sering mendengar suara verbal dan nonverbal serta teriakan. Pengalaman sejak kecil selama keluarga yang penuh dengan konflik dan kurangnya bimbingan spiritual, nilai moral dan nilai moral akan berdampak negatif pada peristiwa nilai agama dan moral anak bahkan hingga dewasa. Broken home khususnya bagi seorang anak sangat tidak baik untuk pertumbuhan atau perkembangan mereka sehimgga menjadi jenuh dengan kehidupannya sendiri dan kurangnya perhatian orangtua. Pendidikan sangat minim sehingga timbul beberapa konfilk di lingkungan sekitar

Menurut Sjarkawi (2006) nilai agama dan moral adalah ukuran baik buruknya seseorang, yanggdapattdilihat melalui perbuatan dan perbuatannya. kebiasaan seseorang menentukan bagaimana nilaii agama dan moral yang dimilikinya. Perkembangan moral mendorong manusia untuk menuntut perbuatan baik sebagai norma. Manusia bermoral dikatakan sebagai manusia yang memiliki kualitas akhlak yang baik dan memiliki kepribadian yang jujur. Pada masa bayi sangat ditekankan untuk siap menumbuhkan nilai- nilai agama dan moral dalam diri untuk membentuk anak menjadi anak yang baik dan berkarakter kuat. Diperkuat dengan kedudukan anak muda karena generasi penerus keluarga dan bangsa sehingga sangat perlu untuk mendorong pendidikan yang optimal.

Pentingnya nilai-nilai etika menurut Prasetiya et al.( 2019) bagi anak-anak harus

(3)

66 | Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc)

ditanamkan sejak dini. Dalam hal ini tanggung jawab orang tua yang paling utama, karena

pendidikan yang paling utama adalah pendidikan di dalam keluarga, yang bahkan harus diselingi dengan pendidikan di dalam lembaga.

Setiap orang dalam keluarga memiliki tugas dan perannya masing-masing. tugas orang tua adalah menuntut dan mendidik anak-anaknya, baik di dalam maupun di luar rumah. Pengajaran tata cara, tata krama, dan perbuatan baik dan buruk selesai karena anak dititipkan oleh Allah SWT yang harus memelihara petunjuk untuk mengukur di dunia, diberi cinta dan kasih sayang, memenuhi segala kebutuhan lahir dan batin (Chalim et al., 2020; Hasanah, 2020). Hal ini juga telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa bagaimanapun juga, setiap anak yang lahir ke dunia ini dalam keadaan suci (fitrah, Islam).

dan sejak orang tuanya, anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Maka darii itu, pola pedidikan yangg baik sangatlah dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. Bagaimanapun keadaan si anak maupun orangtuanya, tetaplah membutuhkan Pendidikan yang baik. Sebisa mungkin kita sebagai pendidik harus memperhatikan kebutuhan Pendidikan anak. Khususnya sebagai orangtua hendaknya memprioritaskan pikirannya dalam merawat serta membimbing anak untuk terus berkembang dengan baik. Menjadi keluarga yang harmonis juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan Pendidikan anak dan menjadi pendorong semangat anak dalam melaksanakan kewajiban mencari ilmu terutama ilmu Pendidikan agama islam.

Orang tua berperan penuh dalam mendidik anak-anaknya. Tentunya selain pendidikan yang didapat anak-anak selain di bangku kuliah. Ilmu yang didapat anak-anak di bangku kuliah tidak hanya ilmu umum tetapi juga ilmu agama Islam (Nurulloh et al., 2020). Hal ini sering menjadi perhatian khusus bagi orang-orang yang memiliki tanggung jawab lebih untuk urusan pendidikan anak. Jika anak tidak diperkenalkan dengan pendidikan agama Islam, orang tua akan kehilangan kesempatan untuk menuai hasil dan kehidupan anak tidak akan berjalan dengan baik, terutama bagi seorang Muslim di mana pendidikan agama Islam dapat menjadi cara hidup bagi umat Islam (Ma'arif & Cahyani, 2019).

Orang tua akan menjadi contoh bagi anak-anak, anak-anak biasanya meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak tidaklah sepele karena pendidikan agama Islam merupakan modal utama yang harus dimiliki setiap muslim, demi keselamatan bumi dan akhirat.Hal ini juga yang dapat menguatkan serta mengokohkan iman seseorang. Karena pada dasarnya iman dapat bertambahhdengannketaatanndan akan berkuranggdengannkemaksiatannKetika keimanan anak telah dibentuk sejak kecil, maka iman tersebut akan tertanam dan berkembang hingga dewasa yang mana diselingi dengan didikan keagamaan yang optimal baik dari orangtuanya maupun orang lain. Walaupun keadaan keluarga yang terpecah belah yang disebabkan oleh perceraian, ataupun konflik lainnya, sebagai orangtua janganlah menjadi orangtua yang egois yang hanya memikirkan diri sendiri dan lupa terhadap kewajibannya dalam membimbing serta mendidik anak.

Pendidikan Islam adalah upaya orang dewasa muslim yang saleh untuk secara

sadar mengarahkan dan membimbing perluasan dan pengembangan karakter ulama

melalui ajaran Islam menuju titik pertumbuhan dan perkembangan yang setinggi-tingginya

(Priatmoko, 2018:224). Akhlak adalah segala proses atau upaya pendidikan yang harus

dilakukan untuk membimbing perilaku manusia baik secara individu maupun sosial, baik

(4)

Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc) | 67

potensi dasar maupun potensi pengajaran dengan fitrahnya melalui proses spiritual dan intelektual yang didukung nilai-nilai agama Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. dan karena itu akhirat (Septiani, 2017:15).

Dampak dari krisis sosial yang terjadi saat ini dapat berupa krisis nilai-nilai etika.

Sedangkan pendidikan sebagai agen penanaman nilai, moral dan budaya, belum mencerminkan arah yang penting. Akibatnya, ikatan moral menjadi lebih longgar dan nilai- nilai positif menjadi relatif. Selain itu nilai hidup semakin besar karena kebutuhan yang semakin meningkat, maka tidak heran bila pada masyarakat yang sedang mengalami pembangunan seperti di Indonesia, terdapat berbagai permasalahan, termasuk permasalahan yang dialami oleh mahasiswa, karena ini seringkali merupakan masa-masa khusus, bergejolak karena ada ketidakseimbangan dalam pertumbuhan fisik (Djajasudarma, 1999).

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa anak laksana kertas yang kosong yang apabila diisi dengan coretan maka yang terlihat tidak dapat terbaca dengan baik.

Tetapi jika diisi dengan tulisan yang benar maka akan terbaca dengan baik pula. Terutama pada anak yang membutuhkan Pendidikan ekstra seperti korban keluarga broken home. Ia akan mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik, karna kurangnya perhatian dari orang tua dan tidak akan memperdulikan keadaan yang kuarang baik. Oleh karena itu para orangtua yang sudah berpisah harus berhati-hati dalam memberikan bimbingan. Agar sang anak tidak cenderung mendapatkan dampak negativenya melainkan sang anak mampu berkembang dengan optimal baik fisik, psikis serta moralnya. Dan anak tetap termotivasi dalam belajarnya.

DEFINISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMm

Pendidikan dapat berupa usaha sadar untuk membentuk dan mengembangkan potensi diri melalui usaha belajar atau mengajar. Pengertian pendidikan sesuai dengan salah satu pakar pendidikan. Yaitu Ki Hajar Dewantara, beliau menyatakan bahwa pendidikan dapat menjadi pedoman bagi pemekaran dan perkembangan generasi muda.

Maksudnya adalah Pendidikan menjadi sarana dalam proses tumbuh berkembangnya setiap anak. Agar dengannya dapat mewujudkan manusia yang beradap serta berpengetahuan sehingga mampu memiliki kehidupan yang bahagia dan sejahtera.

Pendidikan yang diselenggarakan secara sadar dan terencana dalam mempersiapkan peserta didik atau pendidikan untuk mengenal, memahami, menghayati, beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber yang paling utama yaitu Al-Qur'an Karim adalah pendidikan agama Islam. Suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan orang-orang yang religius yang berdedikasi untuk menanamkan karakter dan karakter seseorang (Nugroho, 2018). Pentingnya akhlak dapat menjadi sandaran dalam memilih Pendidikan bagi anak ketika orangtua menginginkan adanya interaksi yang baik tertanam dalam diri anak. Intersksi ini harus terus dilatih dalam pembiasaan melakukan amal baik, seperti sadaqoh, mengaji, shalat, puasa dll. Yang mana dengan pembiasaan ini akan semakin terbentuk karakter baik pada diri anak.

Islam sendiri mungkin merupakan agama yang komprehensif, menggambarkan

kemaslahatan dan kepentingan masyarakat secara integral dan holistik, yaitu Islam, agama

yang mengatur pranata sosial, sistem yang tidak selektif, menjaga dan melindungi

keamanan, dan hak asasi manusia. Islam memiliki ajaran yang kompleks, mengatur

hubungan baik antar sesama umat beragama dan lingkungan sosial, serta hubungan baik

(5)

68 | Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc)

secara vertikal dengan khaliqul basyar. Sedangkan agama itu sendiri adalah segala

tindakan yang menyangkut agama. Agama berarti kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran dan kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Pengertian agama dilihat sebagai forum eksternal atau sebagai suatu pendirian yang mengatur pernyataan iman dalam forum terbuka atau komunitas dan dapat dilihat dalam aturan, ritus, doa-doa dan lainnya (Sholihah et al., 2020).

KELUARGA BROKEN HOME

Mengingat kasus yang saat ini mudah ditemukan dimana-mana, yakni kasus perceraian. Perceraian menjadi kejadian yang sangat menghawatirkan dalam keluarga saat ini. Dari perspektif sosiologis, keluarga adalah kelompok terkecil yang dicirikan oleh kehidupan bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi. Keluarga dapat merupakan suatu kelompok yang disatukan oleh ikatan kekerabatan, perkawinan, atau adopsi, yang disetujui secara sosial, yang pada umumnya secara bersama-sama menempati suatu wilayah tempat tinggal dan berinteraksi satu sama lain sesuai dengan peran sosial yang ditetapkan dengan baik (Sholihah et al., 2020) . Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan atau terjadinya perpisahan pasangan suami istri yang gagal menjalin rumah tangga.

Broken Home sendiri telah menjadi berita hangat di Indonesia. Kata Broken home berasal dari kata broken dan home. Broken memiliki kata dasar break yang berarti keretakan, sementara home memiliki arti rumah atau rumah tangga. dengan ini broken home merupakan konflik dalam rumah tangga. Kasus ini berdampak pada anak, sehingga perilaku mereka banyak yang menyimpang dan menyebabkan kebodohan terutama dalam lingkup Pendidikan sekolah. Save M. Dagun (2002:113) menyatakan bahwa perceraian yang terjadi dalam sebuah keluarga akan berdampak besar pada semua hubungan.

didukung data yang dilansir detikcom dari situs web Mahkamah Agung (MA), Rabu (3/4/2019), sebanyak 419.268 pasangan bercerai sepanjang 2018. Dari jumlah itu, ada 307.778 wanita yang digugat dan diceraikan ( perceraian). sisi pria) 111,490 menit.

Sementara itu, angka perceraian bagi pasangan suami istri (pasutri) di wilayah kerja Pengadilan Agama Jakarta Pusat mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir. Sejak Januari hingga pertengahan Juli 2019, telah terjadi 850 kasus gugatan cerai bagi pasangan.

Jumlah itu meningkat 169 kasus dibandingkan periode tahun lalu. Pada tahun 2018, sejak Januari hingga Juli telah ada 681 perkara perceraian yang masuk ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Jika dihitung hingga akhir Desember 2018, sudah ada 1.505 kasus perceraian.

Faktor perceraian adalah pertama disorientasi tujuan suami istri dalam membangun mahligai rumah tangga; dan faktor kedewasaan yang meliputi intelektualitas, emosionalitas, kekuatan untuk mengelola dan mengatasi berbagai masalah keluarga, pengaruh perubahan dan norma yang berkembang di masyarakat (Dagun, 2013).

Perceraian bukanlah cara yang paling sederhana untuk menyelesaikan masalah, tetapi itu

hanya akan menambah masalah, karena setelah perceraian orang tua biasanya anak-anak

menjadi terabaikan dan tidak terurus dengan baik. Anak adalah korban dari pilihan yang

dipilih oleh orang tuanya, ketika orang tua berencana untuk bercerai atau terjadi

pertengkaran, itu menjadi kenangan yang tidak bisa dilupakan oleh anak, dan menjadi

kenangan yang menyakitkan bagi mereka. Anak yang menjadi korban perceraian atau anak

dari keluarga broken home akan menderita secara psikologis, sedih, kecewa, tertekan dan

(6)

Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc) | 69

tidak nyaman hidup dalam masyarakat (Afriadi et al., 2020). Hidup dalam keluarga broken home sangat berdampak buruk terhadap kemajuan kemasyarakatan anak. Oleh karena itu perlu dibangun tumpuan pola berfikir yang positif untuk keluar dari permasalahan orangtua yang berpisah maupun masalah lingkungan.

Anak merupakan anugrah yang paling berharga dari Allah SWT sebagai titipan dan amanah agar orang tua berkewajiban memelihara, mendidik dan menanamkan akhlak yang terpuji.Betapa sedihnya ketika melihat beberapa anak dengan perkembangan psikologisnya yang lebih mengacu pada hal negative karena kurangnya bimbingan para orangtua yang mengalami kerusakan dalam keluarga. Anak harus mengalami penekanan hebat akibat masalah orangtuanya. Ia menjadi tidak terkendali terutama ketika berada dilingkungan sekolah. Permasalah mulai dimunculkannya. Pengendalian diri yang tidak bisa diatur membuat ia diselimuti oleh tekanan dalam ketidaktahuan. Yaqin menjelaskan bahwa siswa nakal adalah siswa yang bermasalah dengan ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungannya sehingga mereka akan melakukan tindakan yang tidak wajar, padahal bagaimanapun remaja nakal adalah manusia biasa seperti kita, mereka bahkan memiliki jenis manusia yang esensial, yaitu makhluk yang baik dan selalu berpihak pada kenyataan. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa siswa yang nakal atau menyimpang, yang hidup tidak wajar secara harafiah bukan karena kodratnya, tetapi ada alasan yang melatarbelakangi atau mendorong mereka untuk berusaha nakal, yaitu faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu adanya proses internalisasi pendidikan agama Islam yang tiada henti (Yaqin, 2016).

Adapun beberapa kenakalan, yaitu: pertama, setiap perbuatan kenakalan siswa, sekecil apapun, jika tidak mendapat bukti, teguran, dan pengendalian untuk memperbaikinya, akan berakhir pada seseorang yang melakukan sesuatu yang lebih berbahaya lagi sehingga itu sering dikategorikan sebagai tindak pidana. Kenakalan anak sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan dalam kehidupan bermasyarakat bermacam-macam. Kedua, kenakalan siswa yang menyentuh atau dikatakan masalah materi atau materi, seperti perusakan bangunan. Ketiga, kenakalan yang menyentuh norma agama, sosial, atau adat yang berlaku di masyarakat, seperti mencuri, berkelahi, atau berhubungan seks di luar nikah (Hirdayadi & Susanti, 2018).

UPAYA DALAM MENGATASI ANAK KORBAN BROKEN HOME

Iman itulah yang menjadi landasan utama penanaman jiwa anak selama ini untuk menjadikan akhlak mulia di masa depan. Inspirasi agama dalam fase perkembangan anak seringkali terbentuk melalui interaksi orang tua dengan anak. Adapun agama yang harus ditanamkan pada anak dengan mengenalkan nama-nama Allah dan Rasul-Nya sejak dini.

Memberikan rangkuman tentang siapa pencipta alam semesta melalui kisah-kisah teladan (Karimah & Sholihah, 2020).

Mudzakir dkk (2001; 150) mengungkapkan bahwa upaya yang dilakukan untuk memukul siswa yang mengalami broken home adalah psikoterapi yang berorientasi Islam.

Psikoterapi Islam mungkin merupakan teknik pengobatan psikologis setelah mengalami psikopatologi di dunia nyata. Adapun psikoterapi berwawasan Islam berupa:

memperbanyak rutinitas membaca Al-Qur'an, bergaul dengan orang baik dan shaleh, shalat malam dan memperbanyak saum atau puasa.

Masalah Pendidikan orangtua yang dapat dikatakan rendah akan ikut andil dalam

(7)

70 | Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc)

ketegangan keluarga. Ketika dihadapkan pada suatu masalah rumah tangga, mereka akan

merasakan kesulitan dalam memecahkannya. Sehingga konflik hebat akan rentan terjadi.

Bahkan tak sedikit dari mereka yang memilih jalan tengah yaitu perceraian. Hal ini akan terus menerus terjadi pada pasangan yang kurang dalam hal pendidikan. Oleh karena itu, untuk mencegah kesalahan yang berkelanjutan, alangkah baiknya sebagai orangtua harus menyeimbangkan antara pendidikan umum maupun pendidikan agama. Karena keduanya sangat berkesinambungan terutama dalam proses pertumbuhan anak. Dengan ini anak akan mendapatkan bekal untuk masa depannya. Anak akan merasakan kepedulian dan kasih sayang orangtuanya lewat tanggung jawab yang orangtua berikan. Walaupun keadaan hubungan antara ayah dan ibunya yang berpisah. Jangan sampai Pendidikan anak dan perkembangannya terbengkalai yang membuat anak akan merasakan kegagalan dalam menjalani hidupnya.

Anak yang tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari orang tua akibat perceraian orang tua atau Broken Home akan mengalami gejala psikologis yang cukup mengkhawatirkan. Keadaan ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan sosial psikologis anak di masyarakat. Anak biasanya mengalami tekanan kejiwaan yang cukup parah sehingga anak sering menjadi tertutup, pendendam dan penuh kebencian.

Oleh karena itu orang tua yang berpisah harus benar-benar bertanggung jawab untuk mengatasi hal tersebut. Diantaranya yang perlu dilakukan adalah Pertama, Menyembunyikan Kenyataan (Masalah Orang Tua), Kedua, Tetap Memberi Kasih Sayang Secara Langsung atau Tidak Langsung, Ketiga, Mendorong Anak Berpikir Positif (Faisal et al., 2020). Paparan diatas menjelaskan betapa anak sangat membutuhkan banyak bimbingan serta kasih sayang. Siapa lagi yang dapat memahami serta memiliki hak penuh terhadapnya, melainkan orantuanya sendiri. Memang terkadang tidak semua orangtua dapat memahami anak dengan menyeluruh. Namun melalui pendekatan-pendekatan yang bijak hal itu mampu untuk dilakukan. Buatlah anak merasa bahwa kita sebagai orangtua juga mampu menjadi temannya. Sehingga anak akan lebih terbuka dan merasa nyaman ketika sedang berinteraksi hingga komunikasi.

Selain perlunya tanggung jawab orangtua pada anak khususnya korban broken home, adanya sikap mengerti dan memahami dari orang-orang sekitar baik tetangga, teman, maupun guru juga tidak kalah penting. Jika hal ini disepelekan, tentu dampak yang terjadi pada anak korban broken homepun sangat besar. Pasalnya orang-orang sekitar juga memiliki hubungan yang cukup serius dengan si anak. Setiap hari tidak mungkin tidak bertemu dengan tetangga, teman maupun guru. Karena kehadiran mereka juga sangat diperlukan dan sangat membantu dalam perkembangan anak korban broken home. Jadi mereka harus memahami dan memberikan sikap yang semestinya yang mana tidak menimbulkan serta menambah ketegangan dan tekanan dalam diri anak.

Keterlibatan dan tindakan guru dalam menangani siswa yang menjadi korban broken home. konsisten dengan Prayitno, upaya untuk mengatasi permasalahan siswa dari keluarga broken home adalah melalui kegiatan layanan konseling atau kunjungan rumah.

Kunjungan rumah dilakukan kepada siswa yang memiliki masalah belajar Ifdil (2007:15).

Kunjungan rumah merupakan upaya yang dilakukan pihak universitas untuk mendeteksi

kondisi keluarga yang bersentuhan dengan permasalahan anak sehingga diperoleh

berbagai yang akan dimanfaatkan secara lebih efektif (Widyastuti Gintulangi, Jusdin

Puluhulawa, 2019). Jika guru berada dalam posisi untuk mengetahui keadaan dan kondisi

(8)

Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc) | 71

para ulama, akan lebih mudah baginya untuk mengadakan proses belajar mengajar. agar siswa mengetahui dan membentuk perilaku belajar yang efektif.

Pada saat didalam kelas, guru harus mengupayakan untuk membentuk pengelolaan kelas yang baik dan kondusif. Biasanya Tindakan-tindakan yang cenderung negative akan menjangkiti anak-anak dari korban broken home. Mereka terkadang merasa kesepian, keterasingan hingga merasa dirinya berbeda dari yang lain. Selain itu mereka juga cenderung menutup diri dan sulit bergaul. Hal ini yang membuat mereka melampiaskan perasaan tersebut dengan membuat kegaduhan yang memicu siswa lain merasa terganggu.

Yang mana kegaduhan dibuat agar mendapatkan perhatian atau hanya ingin menenangkan diri. Ini menunjukkan bahwa kejiwaan anak-anak korban keluarga broken home sensitive.

Disini guru hendaknya melakukan pendekatan dengan mengajak mereka mengobrol diluar jam-jam kelas. Dimulai dengan hal-hal yang mereka sukai atau segala sesuatu yang membuat perasaannya bahagia. Dengan begitu, sikap keterbukaan akan perlahan terbentuk. Dan seiring berjalannya waktu mereka akan dengan sendirinya menceritakan berbagai kejadian ataupun masalahnya. Sebisa mungkin buatlah kepercayaan mereka muncul terutama kepercayaan pada diri sendiri.

METODE

Dalam penelitian ini menggunakannpenelitiannlapangann(Field Research), yaitu metode pendekatan kualitatif. konsisten dengan Nasution (2003:5) penelitian kualitatif adalah pengamatan individu dalam lingkungan, berinteraksi dan menafsirkan penilaian mereka tentang planet di sekitar mereka. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus.

Metode ini dipilih karena dapat menghasilkan informasi yang mendalam didukung kebenaran yang dialami oleh subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Penulis melakukan observasi dengannmewawancarai obyek penelitian yang berjumlah 5 narasumber dengan rincian: 2 ibu dan 3 anak. Berbagai pertanyaan menjadi dasar untuk mendapatkan informasi mengenai pola Pendidikan agama islam pada anak korban keluarga broken home. Adapun alat bantu dalam penelitian ini berupa rekaman suara yang terdapat pada handphone.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan Bahasa yang mudah dipahami sehingga memudahkan interaksi antara peneliti dan subyek penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan tidak selalu diartikan dengan belajar di sekolah atau pendidikan formal.

Karena pendidikan hanya menyediakan kebutuhan esensial anak. proses belajar yang penting berada di tengah-tengah kehidupan sosial ketika manusia berhubungan sosial (pendidikan nonformal). dan oleh karena itu pendidikan yang paling vital adalah penerimaan (pendidikan informal) (Karimah & Sholihah, 2020) . bagaimana cara manusia terjun dalam masyarakat dan mampu dalam bersosialisasi dengan dibekali oleh Pendidikan dikelas ataupun Pendidikan formal lainnya. Dengan diselingi oleh Pendidikan dalam kelurga.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan mewarnai pola asuh setiap

keluarga. Mereka memiliki cara tersendiri untuk mendidik generasi yang lahir dari

keluarganya. Dari hasil field research atau penelitian lapangan melalui observasi dan

(9)

72 | Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc)

wawancara pada ke-5 narasumber, peneliti dapat mengetahui bagaimana kronologi

terjadinya perceraian, Pola Pendidikan agama islam, hingga kehidupan anak koban broken home, sebagi berikut:

SEBAB PERCERAIAN

Sangat disayangkan perkawinan yang sudah terjalin cukup lama berakhir dengan perceraian. 5 tahun, 8 tahun bahkan hingga 25 tahun lamanya pernikahan. Yang awalnya bermimpi untuk membangun rumah tangga dengan penuh kebahagiaan. Namun akhirnya mimpi itu harus hancur dengan penuh kepedihan. Berbagai alasanpun menjadi sebab terjadinya hal tersebut. Dari penjelasan narasumber yang telah diwawancarai, mereka mengungkapkan bahwa adanya orang ketiga didalam penikahan mereka, akibat pernikahan dini, perangai yang buruk pada suami, tidak menafkahi keluarga, hingga kurangnya komunikasi yang baik yang menyebabkan pertengkaran sering terjadi menjadi alasan timbulnya perceraian.

Dalam kasus ini perselingkuhan kerap terjadi. Pelanggaran ini dilakukan baik dari pihak suami maupun istri yang tidak ada rasa tanggung jawab terhadap keluarganya.

Sebagai tulang punggung dan pemimpin keluarga, harusnya suami mampu mengatasi konflik yang mereka alami tanpa memutuskan untuk bercerai. Begitupun istri, sebagai seorang ibu harusnya ia bisa memnjadi panutan bagi anak-anaknya. Keegoisan lebih diutamakan tanpa memikirkan dampak dari tindakan tersebut. Hal ini menyebabkan ketidakcocokan terjadi. Bahkan dari salah satu narasumber (istri) menyatakan sebagai berikut:

“Dari anak saya juga menerima bahkan mendukung perceraian ini. karena mau bagaimana lagi, orang bapaknya kelakuannya seperti itu.”

Berdasarkan ungkapan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kelurga tersebut telah lama mengalami sikap yang kurang mengenakkan dari pihak bapak atau suami. Sehingga anak yang mengetahui kejadian tersebut mendukung pilihan dari ibunya untuk bercerai.

Yang mana pada tahun 2013 mulai pisah ranjang tepatmya di bulan agustus.

Terdapat pula anak dari pihak keluarga lainnya yang menceritakan penyebab perceraian kedua orangtuanya, yakni kesalahpahaman muncul dari pihak istri yang menduga suaminya memiliki hubungan dengan wanita lain. Karena kecurigaannya yang terus berlangsung dan ketidakpuasaan istri pada penghasilan suaminya, istripun memilih bercerai.

MODEL PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dalam mendidik generasi muda, orangtua dan para pendidik lainnya perlu adanya evaluasi diri. Mereka harus memikirkan kembali apa saja kesalahan serta kekurangan dalam mendidik dan merawat anak. Terutama dalam keluarga broken home. Yang mana dampak dari rusaknya sebuah keluarga atau perceraian orangtua sangat mempengaruhi psikologis anak. Sikap yang buruk akan mendominasi pikiran anak broken home dan mereka akan menjadi anak nakal diluar rumah maupun di lingkungan sekolah.

Dari informasi yang penulis dapatkan mengenai pola asuh anak, dapat dikatakan bahwa

semangat orangtua untuk terus memberikan Pendidikan yang terbaik bagi anaknya tak

hanya omongan belaka. Pasca bercerai tentu anak akan mendapatkan pilihan dengan siapa

ia akan tinggal. Beberapa memilih tinggal dengan ibunya, sebagaimana paparan berikut:

(10)

Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc) | 73

“Kalau saya sebenarnya suka tinggal dengan mereka berdua bak, tapi setelah tau ayah saya selingkuh saya lebih memilih tinggal dengan ibu.”

Jika demikian, lalu bagaimana cara ibu memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua tanpa adanya seorang ayah. Yang mana kewajiban mencari nafkah adalah tugas bagi seorang ayah. Paparan seorang anak korban broken home diatas menjelaskan Kembali bahwa ibunya tidak pernah kurang dalam mencukupi kebutuhannya. Ia selalu berusaha yang terbaik bai anaknya. Bahkan sampai saat ini anak tersebut mengenyam Pendidikan di pondok pesantren. Dan ibunya berjanji akan melanjutkan pendidikannya hingga ke perguruan tinggi. Selain itu para ibu yang lain berusaha mendidik anaknya yang masih balita dengan mengajarkan kebaikan-kebaikan sejak dini. Seperti bersedekah, mengaji baik di Lembaga, masjid atau musholla, hingga diajarkan langsung oleh ibunya sendiri. Tetapi dari beberapa hasil wawancara terdapat informasi bahwa adanya kelalaian dalam Pendidikan yang diberikan orangtua terutama pada aspek keagamaan. Ini dibuktikan dengan adanya seorang pengasuhan oleh pihak ayah yang tidak memperhatikan kewajiban dalam melaksanakan sholat pada anaknya. Ayah tersebut hanya menjalankan kewajibannya untuk memenuhi nafkah anaknya. Hal ini tak jarang ditemukan, bahkan mandarah daging pada keluarganya yang lain.

Namun terlepas dari itu, mengenai para ibu yang terus berusaha dalam menghidupi anaknya tentu mengalami kendala juga dalam mendidik anak. Seperti halnya yang dialami oleh salah satu narasumber, ia adalah seorang ibu dengan inisial IC yang memiliki satu anak yang berumur 5 tahun. Ia menikah pada tahun 2016 dan bercerai pada tahun 2020 dikarenakan suaminya yang selingkuh. Hak asuh anakpun diberikan kepada suaminya.

Tapi ada waktu tertentu untuk ibu IC diperbolehkan bertemu dan merawat anaknya yaitu pada hari sabtu dan minggu. Pada pagi hari ibu IC menjemput anaknya untuk dibawa pulang dan malam hari tepatnya setelah maghrib, ia mengantar anaknya kemabali ke rumah ayahnya. Waktu yang terbatas ini diberikan oleh mantan mertuanya sendiri karena tidak ingin cucunya terlalu lama berada didekat ibunya. Keadaan ibu IC yang menyemir rambutnya menjadi alasan mantan mertuanya membatasi pertemuan antara ibu IC dan anaknya. Hal ini karena menurut pandangan mantan mertuanya menyemir rambut merupakan perilaku orang yang memiliki sifat atau perangai yang buruk. Namun ibu IC tetap berusaha mendidik anaknya supaya menjadi orang yang lebih baik darinya kelak.

Tak hanya itu, kendala dalam mendidik anak juga terletak pada tingkatan Pendidikan orangtua yang minim. Terdapat narasumber merupakan seorang ibu yang masih tergolong muda. Ia menikah diusia dini dan menamatkan pendidikannya hanya hingga SMP. Yang mana untuk menjadi seorang istri bahkan ibu, Pendidikan akhir tersebut belum mencapai batas maksimal. Hingga ketika dihadapkan pada permasalahan rumah tangga tak jarang berakhir perceraian. Dan dalam bimbingannya, anak mendapatkan Pendidikan yang kurang juga.

KEADAAN ANAK KORBAN BROKEN HOME

Ketika anak memasuki fase remaja, perkembangan psikologisnya baik dari sisi

emosional maupun sosial akan mulai tampak. Yang mana ia akan mengembangkan

identitas dirinya, beradaptasi agar dapat diterima oleh lingkungannya, serta berkomitmen

pada tujuan yang telah ia buat dll. Walaupun anak mulai membentuk karakter

kemandiriannya, tidak dapat dipungkiri bahwa pada fase ini anak masih memiliki

(11)

74 | Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc)

ketergantungan pada orangtuanya. Namun sesuai bertambahnya usia remajanya,

kedewasaan dan kemandirian akan terbentuk secara bertahap. Dan ia akan mulai mengenal banyak hal baru baik didalam atau diluar rumah. Hal yang perlu digaris bawahi yakni bimbingan orangtua harus selalu aktif menemani tumbuh kembang anak. Karena rasa ingin tahu yang semakin menjadi-jadi akan menghampiri pikiran anak.

Lain halnya pada remaja korban broken home. Kesedihan dan rasa kehilangan pasti dirasakan anak korban broken home. Iri hatipun turut menyelimuti perasaannya ketika melihat keluarga yang bahagia dan penuh kasih sayang kedua orangtuanya. Disinilah dapat terlihat jelas bahwa dampak sebuah perceraian memanglah sangat sensitive terutama pada psikologis anak. Seperti yang diungkapkan salah satu narasumber (anak) korban broken home berikut:

“Setelah kedua orangtua saya pisah, saya merasa kehilangan hidup yang tentram.

Dan kadang lebih mudah marah ke orangtua. Saya berfikir, kenapa mereka memberikan hidup yang seperti ini pada anaknya. Selain itu saya juga sedikit down, iri melihat keluarga lainnya yang akur dan tidak seperti keluarga saya. Di saat saya sedang mengalami masalah dan butuh tempat curhat, saya bingung harus bagaimana. Karena tidak ada waktu untuk menceritakannya kepada orangtua yang selalu bertengkar.”

Paparan diatas menggambarkan tekanan batin yang dialami remaja tersebut.

Berbagai pertanyaan terlintas dalam pikirannya yang kacau. Mereka bertanya-tanya mengapa hal ini terjadi padanya? Mengapa keluargaku tak seperti keluarga lainnya? dan lain sebagainya. Mereka merasakan kurangnya kasih sayang dan ekonomi yang menurun.

Akibatnya sisi negative pada anak akan muncul terutama ketika remaja. Yang mana pergaulan bebas merajalela mempengaruhi pikiran anak. Terutama pada lingkungan sekolah, anak akan menimbulkan berbagai masalah akibat permasalahan keluarga yang diterimanya.

Membangun kedekatan dengan anak mungkin merupakan hal yang baik dan positif bagi peristiwa kepribadian dan konsep diri anak (Nurmaisaroh et al., 2017). Namun, tidak semua anak yang menjadi korban broken home memiliki perilaku negatif. Hal ini sering terjadi karena ada beberapa anak atau siswa yang siap menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa menimbulkan kekacauan. Reivich & Shatte (2002: 3-4) mengungkapkan bahwa individu yang tangguh memahami bahwa rintangan dan rintangan bukanlah puncak dari segalanya. Untuk itu penting bagi seorang pribadi yang mungkin menjadi korban perceraian untuk memiliki ketahanan dalam dirinya untuk siap melanjutkan hidupnya.

Setiap individu memiliki caranya masing-masing dalam menyikapi permasalahan yang terjadi pada dirinya, ada individu yang siap menjawab soal secara positif namun tidak jarang individu yang menjawab soal tersebut dengan cara yang negatif.

Kemampuan menjawab masalah dengan baik sering digambarkan melalui beberapa karakteristik seperti mandiri, kreatif, terbuka, siap menerima kebenaran atas apa yang terjadi pada individu, dan memiliki nilai moral yang positif. Seperti dalam kasus yang dijelaskan sebelumnya. Misalnya, seorang remaja yang mengalami perceraian dalam keluarganya tetap siap untuk bertahan hidup, unggul, dan menjadi orang yang jujur, sering dikatakan bahwa dia adalah pribadi yang dapat menanggapi masalah secara positif.

Namun, ada juga remaja yang memanfaatkan perceraian orang tuanya karena alasan sering

bolos sekolah, berkelahi, bahkan melakukan hal-hal yang tidak sopan di bangku kuliah. ini

akan menggambarkan bahwa dia belum siap untuk menjawab masalah secara positif atau

(12)

Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc) | 75

belum memiliki fleksibilitas yang baik dalam menangani masalahnya (Matin & Surakarta, 2019). Dan menjadi tugas guru maupun orangtua dalam menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah dalam diri anak.

KESIMPULAN

Bagi semua orang Pendidikan tentu sangat penting dalam keberlangsungan hidup.

Terutama Pendidikan agama islam yang mana mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama itu. Sudah merupakan kewajiban orangtua untuk memberikan Pendidikan yang maksimal pada anaknya tidak terkecuali bagi keluarga yang broken home. Keluarga atau orangtua harus memberikan Pendidikan yang baik karena pada anak korban broken home cenderung memiliki sikap yang negative. Maka

yang

utama adalah menjamin kasih sayang serta perhatian yang cukup bagi anak tersebut. Supaya kondisi kejiwaannya tetap terkontrol dengan baik. Karena sejatinya Remaja membutuhkan keluarga sebagai pembimbing dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan yang sulit. Keluarga sangat penting untuk membimbing remaja melalui tugas-tugas perkembangan menuju dewasa (Fatchurrahmi, R., & Sholichah, 2020). Selain itu, Tanamkan kebaikan sejak dini pada anak agar setelah dewasa mereka terbiasa dengan kebaikan. Orang tua yang memahami posisinya akan berusaha menjadikan anak sebagai warga negara yang bahagia dunia dan akhirat serta menjadi warga negara yang bermanfaat bagi orang lain dan tentu saja nasibnya jauh lebih baik dari orang tuanya. Karena anak adalah anugrah dari Allah SWT yang harus dididik dan dibimbing.

REFERENSI

Afriadi, A. I., Juhaepa, J., & Sarmadan, S. (2020). Catatan Keluarga Broken Home Dan

Dampaknya Terhadap Mental Anak Di Kabupaten Kolaka Timur. WELL-BEING: Journal of Social Welfare, 1(1), 31. https://doi.org/10.52423/well-being.v1i1.12136

Faisal, M., Hood, H. S., Said, K., Maskur, S., Faisal, M., Hood, H. S., & Said, K. (2020). the Social Psychological of Children of Broken Home Family and Its Problem Solving. 17(7), 4918–

4925.

Fatchurrahmi, R., & Sholichah, M. (2020). Mindfulness for Adolescents from Broken Home Family. Nternational Journal of Latest Research in Humanities and Social Science (IJLRHSS), 04(02), 60–65.

Islam, F. A., Palu, U. M., & Home, B. (2021). Peran Guru Pendidikan Islam terhadap Siswa Broken Home di Madrasah Aliyah Haji Hayyun Salumpaga The Role of Islamic Education Teachers on Broken Home Students at Madrasah Aliyah Haji Hayyun Salumpaga. 16, 65–

70.

Karimah, M., & Sholihah, H. (2020). Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Broken Home ( Studi Kasus Di Desa Jembangan Kecamatan Batangan Kabupaten Pati ). Prosiding KONFERENSI ILMIAH MAHASISWA UNISSULA (KIMU)4, 632–640.

Matin, A., & Surakarta, I. (2019). Academica. 3.

Prasetiya, B. (2018). Dialektika Pendidikan Akhlak dalam Pandangan Ibnu Miskawaih dan Al-Gazali. Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, 9950(December), 249–267.

Prasetiya, B., Safitri, M. M., & Yulianti, A. (2019). Perilaku Religiusitas: Analisis Terhadap

Konstribusi Kecerdasan Emosional Dan Spiritual. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan

Islam, 10(2), 303–312. https://doi.org/10.24042/atjpi.v10i2.5015

(13)

76 | Pola Pendidikan Agama Islam Pada Anak Korban Keluarga ... (

Qurrota A’yuni

, etc)

Sholihah, N., Wahyudi, W. E., & Lamongan, U. I. (2020). PERILAKU KEAGAMAAN PESERTA

DIDIK DALAM KELUARGA BROKEN HOME ( Studi Kasus Siswa Berlatar Belakang Keluarga Broken Home di SMKN 1 Lamongan ).

Referensi

Dokumen terkait

Laporan metabolit sekunder dari spesies ini sejauh ini lebih banyak mengenai kandungan minyak atsirinya (Shibuya, et al ., 1999), sedangkan kandungan non-atsirinya

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan

Komunikasi interpersonal yang berhasil dilakukan keluarga broken home dilihat dari faktor pendukungnya seperti, penyampaian pesan yang dilakukan orangtua dengan

Dalam kaitan dengan ini (Soeharto, 1999:232) mengungkapkan suatu pengendalian proyek/program yang efektif ditandai hal-hal berikut ini; 1) tepat waktu dan peka

Telesno kaznovani v otroštvu Zgodba 2 Luka Zmerjanje, vlečenje za ušesa Kričanje, vlečenje za ušesa, lasanje Kričanje, vlečenje za ušesa, zaprtje v sobo brez večerje.. da

To lahko ugodno vpliva na plasma celotnega programa podjetja in pomeni doseganje dolgoročne konkurenčne prednosti na tržišču tako za Thermomix kot tudi za podjetje Parnad.... V

Pada penelitian ini digunakan imbal hasil rata-rata yang dihitung dimulai dari imbal hasil ( t-2 ). Oleh karena itu, penelitian ini membutuhkan perusahaan yang memiliki daftar