PERAN KELURAHAN NGROWO DALAM OPTIMALISASI PEMASUKAN PBB DI KABUPATEN BOJONEGORO DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH DEMI
TERCAPAINYA KESEJAHTERAAN YANG BERKELANJUTAN
I. PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya pengelolaan pajak tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah. Ada berbagai jenis pajak yang dikenakan kepada masyarakat, namun dari beberapa diantaranya Pajak Bumi dan Bangunan merupakan jenis-jenis pajak sangat potensil dan strategis sebagai sumber penghasilan Negara dalam rangka membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak Bumi dan Bangunan merupakansalah satu faktor pemasukan bagi Negara yang cukup potensil dan kontribusi terhadap pendapatan negara jika
dibandingkan dengan sektor pajak lainnya sangat besar. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Strategisnya Pajak Bumi dan Bangunan tersebut tidak lain karena objeknya meliputi seluruh bumi dan bangunan yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Penyediaan kebutuhan seperti jalan, taman, sarana pelayanan umum lainnya memerlukan biaya yang dipungut dari warga negara/ masyarakat yang memanfaatkan dalam bentuk pajak.
Pajak mempunyai fungsi antara lain untuk:
1. Penerimaan negara dalam rangka membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah
2. Pemerataan pendapatan masyarakat;
3. Stabilitas ekonomi (misalnya pengendalian inflasi) dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan/atau bangunan, sehingga hal ini tidak jauh berbeda dengan Ipeda. Yang dimaksud dengan bumi adalah permukaan dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi
meliputi tanah, perairan, pendalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan-perairan.
Dengan demikian yang menjadi objek pajak dalam pajak bumi dan bangunan yaitu Bumi dan Bangunan.Bumi merupakan permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, meliputi tanah, perairan pedalaman(termasuk rawa-rawa tambak perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Sedangkan Bangunan merupakan kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan untuk tempat tinggal , tempat usaha dan tempat yang diusahakan .Meliputi jalan tol, kolam renang, pagar mewah, Tempat olahraga, taman mewah, galangan kapal, dermaga, tempat penampungan /kilang minyak,air,gas,pipa minyak, dan fasilitas lainnya yang memberikan manfaat.
Sedangkan yang menjadi subjek pajak yaitu orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manfaat atas bangunan .Dengan demikian tanda pembayaran /pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0.5%. II. PERMASALAHAN
mengetahui bagaimana cara untuk mendaftarkannya. Hal ini menyebabkan banyak wajib pajak yang tidak diketahui identitas dan alamatnya saat akan dilakukan penagihan. Masalah ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang sebagian masih relatif kurang. Hasilnya banyak sekali tanah-tanah kapling yang kosong tidak diketahui alamat wajib pajaknya. Padahal penarikan Pajak Bumi dan Bangunan sangat penting untuk pembangunan Daerah. Ini sangat merugikan Daerah, tetapi dalam hal ini terkadang tidak sepenuhnya kesalahan masyarakat , tetapi kurang pengsosialisasian tentang pajak bumi dan bangunan juga bisa menjadi faktor penyebab rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya mendaftarkan obyek pajak dan membayar tagihan Pajak Bumi dan Bangunan yang dikenakan padanya.
III. PEMBAHASAN
III.1 PERAN KELURAHAN
Kelurahan merupakan komponen terdepan dan menentukan dalam tata kelola PBB. Oleh karena itu lurah mempunyai tugas diantaranya menerima SPPT dari camat . Menugaskan kepada para pemungut di lingkungan kelurahan dalam bentuk surat tugas, melaksanakan fungsi kontrol dan lainnya.
Petugas pemungut atau kolektor PBB di kelurahan merupakan ujung tombak capaian realisasi penerimaan PBB, karena itu petugas pemungut/kolektor PBB di kelurahan mempunyai
tugas, menerima dan merekapitulasi SPPT yang harus didistribusikan kepada WP dan mencatat penyetoran penerimaan PBB kelurahan yang dituangkan dalam laporan.
Menyampaikan SPPT kepada WP dan melaksanakan pemungutan PBB, menghimpun dan melaporkan tanda terima penyampaian SPPT dan WP ke kelurahan,
memberikan TTS kepada WP sebagai tanda terima sementara, untuk selanjutnya ditukarkan kembali dengan STTS, dan menyampaikan STTS
dari kelurahan kepada WP sebagai bukti pembayaran PBB yang sah.
III.2 Kesadaran dan Kepedulian Masyarakat dalam Membayar PBB
System pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment
system, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang dan
tanggung jawab kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak terutang yang harus dibayar WP.
Tetapi untuk PBB, self assessment system belum dapat diterapkan. Ini terjadi
dikarenakan karena tingkat pengetahuan WP tentang perpajakan masih
sangat minim. Maka untuk sementara ini system pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk menentukan
besarnya pajak terhutang seorang WP (fiscan).
Berdasarkan Surat Keputusan bersama antara Menteri Keuangan dan Menteri
Dalam Negri mengenai pelaksanaan pemungutan PBB di desa dan kota
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Hal ini menjadi suatu penilaian
bagi pemerintah daerah untuk melihat sampai dimana pemerintah daerah
mampu meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam
memenuhi kewajibannya membayar PBB.
Pembayaran PBB di Kelurahan Ngrowo pelaksanaan penagihannya dilakukan
oleh Lurah dan jajarannya dengan bantuan dari ketua RT/RW di Kelurahan
Ngrowo.
Dari pengalaman penulis selama mengemban amanah sebagai Lurah
Ngrowo faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran WP, antara lain :
1. Keadaan Ekonomi Masyarakat.
sulit bagi mereka untuk sadar dalam melunasi pajak terutang atas objek
bumi dan bangunan yang dimilikinya.
2. WP yang tidak berada ditempat dalam waktu yang lama.
Hal ini seringkali terjadi pada WP yang sering tidak berada di tempat
dikarenakan kondisi mata pencaharian wajib pajak yang berpindah-pindah
dalam kurun waktu yang lama. Hal ini menyebabkan WP lupa dan kurang
peduli dalam membayar PBB. Dengan demekian cukup menyulitkan petugas
pemungut PBB menemui WP dalam meminta pelunasan PBB.
3. Tanah Kosong Yang Tidak Diusahakan
Ini terjadi pada tanah kosong yang dibiarkan oleh pemiliknya dan tidak
dimanfaatkan. Hal ini menyebabkan WP tidak sadar kewajibannya dalam
membayar PBB. Ini cukup menyulitkan petugas pemungut PBB untuk
mengetahui dengan jelas pemilik tanah kosong tersebut dalam meminta
pajak terutang atas tanah tersebut.
4. Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat yang masih sangat minim.
Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Pasar
Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi.masih sangat rendah.
Diman hal tersebut mengakibatkan minimnya tingkat pengetahuan WP
tentang pentingnya pajak tersebut bagi kelangsungan perekonomian di
Negara khususnya daerah tersebut.
5. Frekuensi Penyuluhan
Penyuluhan Pajak di Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kota,
Kota Tebing Tinggi belum dilakukan. Hal ini harus mendapat perhatian yang
penting dari pemerintah daerah, terutama Lurah Pasar Baru Kecamatan
Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi. Lurah dan Kepala Lingkungan harus
memperhatikan letak ketidaktahuan WP PBB dalam memahami PBB. Hal
iniberguna untuk menunjang kesadaran WP dan keberhasilan target
penerimaan PBB yang telah ditetapkan tiap tahun anggaran.
Adapun Upaya-Upaya yang selama ini dilakukan pihak fiskus dalam hal ini
Lurah Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing
Tinggi untuk mencapai target dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat antara lain :
1. Penagihan secara langsung oleh fiskus kepada WP
Penagihan secara langsung adalah cara yang digunakan oleh petugas PBB di
Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi
untuk meningkatkan penerimaan PBB. Cara ini dianggap lebih efektif oleh
Lurah, sekaligus mengingatkan WP dalam pelunasan PBB terhutangnya.
2. Lurah menghimbau Kepala Lingkungan agar mengingatkan warganya
dalam melunasi PBB.
Agar penagihan PBB lebih efisien dan terkoordinir, maka Lurah
mengkoordinasikan tugasnya kepada Lingkungan dalam hal menagih PBB
kepada WP. Hal ini dilakukan, untuk memperkecil ruang lingkup kerja serta
mempermudah dalam mengingatkan WP untuk membayar PBB. Cara ini
dianggap efektif oleh Lurah dalam menngkatkan penerimaan PBB di
Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi.
Melalui cara ini tidak ada lagi alasan bagi WP untuk lupa dalam memmbayar
PBB, cara mengisi SPOP, serta sanksi yang akan dikenakan apabila WP tidak
melunasi PBB sebelum tanggal jatuh tempo.
Pembuatan spanduk-spanduk dilingkungan setempat terutama ditempat
yang strategis untuk dilihat dan dibaca, dianggap cukup efektif untuk
mengingatkan pentingnya membayar pajak serta sekaligus mengingatkan
WP alan batas waktu jatuh tempo dalam melunasi PBB. Spanduk ini juga
diupayakan semenarik mungkin dalam hal ini tulisa, warna gambar. Hal ini
akan mengundang simpatik WP yang membacanya.
4. Setiap masyarakat yang mempunyai kepentingan ke kantor Camat melalui
Kelurahan harus melampirkan Surat Tanda Setoran PBB. Bila bukti tersebut
tidak dilampirkan maka masyarakat tersebut akan kesulitan untuk
menyelesaikan kepentingannnya. Dengan demikian WP aka berusaha untuk
melunasi pajak terhutangnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala kantor urusan pemerintahan di
Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi Kota,
ditempat ini belum pernah diadakan penyuluhan tentang perpajakan oleh
petugas pajak. Hal ini mengakibatkan pengetahuanmasyarakat tentang
pajak sangat minim. Padahal lewat penyuluhan kita dapat memberitahukan
pentingnya membayar PBB.
Selama ini warga masyarakat menganggap bahwa membyar pajak adalah
merupakan beban bagi mereka, sehingga dengan berbagai cara mereka
lakukan untuk menghindari kewajiban dalam membayar pajak. Hal ini terjadi
karena masih sulitnya keadilan dalam membayar pajak serta transparasi
yang dilakkukan oleh aparat wajib pajak.Keikutsertaan masyarakat secara
langsung sangat diperlukan, sepanjang dalam rambu-rambupenegakan
prinsip perpajakan. Ini sebagai dukungan yang konstruktif dalam menunjang
keberhasilan penariakan pajak. Oleh sebab itu aparat pajak harus mampu
menyakinkan,sehingga WP tidak merasa dirugikan pada saat melakukan
kewajibannya membayar pajak tetapi masyarakat juga mengetahui yang
menjadi hak nya sebagai WP. Misalnya hak untuk menghirup udara yang
bersih, tersedianya jalan sebagai sarana transportaasi, irigasi untuk
pertanian. Aapbila teerjadi bencana alam, rumah-rumah penduduk segera
dapat direkonstruksi dan direhabilitasi. Bahkan jika memungkinkan untuk
sekolah gratis, berobat gratis.
Dengan adanya penyuluhan dan keterbukaan antara rapat pajak dan WP,
diharapkan kedepannya terjadi kerjasama yang baik. Sehingga kesulitan
dalam pelunasan pajak akan semakin minim ditemukan.
PENUTUP
Kelebihan dari penarikan pajak bumi bangunan yaitu penarikan dari pajak ini dapat membantu Negara untuk membiayaan pembangunan nasional dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain kelebihan penarikan pajak bumi dan bangunan juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu terkadang penarikan pajaknya tidak sesuai dengan
objeknya,maksudnya bila seorang wajib pajak memiliki objek tanah yang lebih kecil, tetapi wajib pajak harus membayar PBB lebih dari objek pajak yang dimiliki.
Sedangkan jika wajib pajak ingin mengukur kembali objek tanahnya , maka wajib pajak harus mengeluarkan biaya yang lebih besar.Maka dari itu banyak wajib pajak yang membiarkan hal tersebut, karena tidak ingin mengeluarkan biaya kembali. Selain itu , terkadang Wajib Pajak tidak tepat waktu untuk membayarkan pajaknya. Jadi Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dipungut atas tanah dan
mempunyai kelebihan juga kekurangan yang ers mempengaruhi keadaan suatu Negara.
Dengan memperhatikan kekurangan dan kelebihan dari penarikan Pajak Bumi dan Bangunan maka ada beberapa hal yang harus ditingkatkan yaitu partisipasi
masyarakat untuk membangkitkan kesadaran mereka dalam melakukan pembayaran secara tetapt waktu. Sehubungan dengan hal tersebut pimpinan instansi terdepan dalam melakukan pemungutan pajak bumi dan bangunan adalah kepala desa dan kepala lurah. Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, ada
beberapa persuasiv yang perlu mendapat perhatian yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Aspek perencanaan dalam hal ini petugas perlu melihat waktu yang tepat dalam melakukan penagihan pada masyarakat bagi masyarakat pada umumnya yang menggantungkan hidup di persua pertanian, maka momen yang tepat melakukan penagihan adalah pada saat mereka telah panen atau hasil prosduksi pertaniannya telah terjual. Sementara dari aspek pelaksanaan dalam hal ini aparat perlu
melakukan pendekatan persuasive, memberikan pengertian kepada masyarakat mengenani pentingnya pajak tersebut dibayarkan, dan yang terakhir adalah pengawasan dalam hal ini perlu dilakukan pengawasan terhadap petugas. Yang memungut maupun masyarakat. Dalam hal ini perlu diperhatikan adalah tertib administrasi dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan tersebut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA