BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Demam yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan oleh
kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu (Guyton, 2008). Demam merupakan mekanisme dalam
menanggapi beberapa penyakit misalnya penyakit karena infeksi bakteri, virus,
dan lain-lain (Kaneshiro, 2010). Pada penelitian terhadap 2470 pasien influenza,
dilaporkan sebanyak 68% disertai dengan demam (Monto et al, 2000). Apabila
demam tidak segera ditangani, dikhawatirkan dapat menjadi kejang pada
anak-anak (Silbernagl, 2006). Kejadian ini dilaporkan pada penelitian yang dilakukan
di RSI Ibnu Sina Pekanbaru, dari 309 total sampel, didapatkan sebanyak 142 anak
mengalami kejang pada suhu 39C (Yanti, 2012). Kejadian kejang demam juga
dapat disebabkan oleh pemberian vaksin DPT dan MMR yang diperkirakan
masing-masing sekitar 6-9 dan 25-34 per 100.000 anak (Barlow et al, 2001).
Demam disebabkan karena pirogen eksogen atau endogen (Sullivan, 2011).
Beberapa pirogen eksogen (lipopolisakarida, toksin, atau beberapa agen
infeksius) akan menginduksi makrofag untuk memproduksi sitokin pro-inflamasi
(IL-1, IFN, IL-6 dan TNF-α) yang masuk ke sirkulasi hipotalamus. Sitokin ini akan merangsang pengeluaran asam arakidonat dan akan dirubah menjadi
prostaglandin E2 (PGE2) oleh enzim cyclooxigenase-2 (COX-2) sehingga terjadi
peningkatan set-point pada hipotalamus dan terjadilah demam (Dalal, 2006; Netea
2
Saat demam terjadi, biasanya seseorang akan melakukan hal-hal seperti
meningkatkan asupan cairan sampai menggunakan antipiretik seperti
asetaminofen, ibuprofen, asam asetilsalisilat. Asetaminofen (parasetamol) banyak
digunakan oleh masyarakat, karena pada umumnya dianggap sebagai zat untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri) (Tjay, 2007). Namun beberapa orang
didapatkan mengalami reaksi alergi dalam penggunaan parasetamol. Pada
penelitian, didapatkan sebanyak 50% dari 32 pasien suspek alergi parasetamol
menunjukkan adanya reaksi hipersensitivitas terhadap parasetamol (Krzysztof,
2012). Oleh karena itu, diperlukan terapi adjuvant dengan menggunakan
obat-obat herbal.
Penggunaan obat-obat herbal (tanaman obat) menjadi pengobatan alternatif
oleh masyarakat saat ini dikarenakan obat herbal memiliki beberapa kelebihan
saperti efek samping yang relatif kecil, serta memiliki kandungan bahan aktif
lebih dari satu yang memberikan efek saling mendukung (Katno, 2008). Menurut
WHO, sekitar 80% dari populasi penduduk di dunia menggunakan obat herbal
sebagai penanganan kesehatan primer (primary health care) (Bauer, 2003). Salah
satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat herbal ialah bunga matahari.
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) termasuk famili Asteraceae. Bagian
yang dapat dimanfaatkan sebagai antipiretik adalah bunga. Bagian bunganya
diduga memberikan efek antipiretik yang lebih daripada bijinya. Hal ini
dikarenakan biji bunga matahari mengandung asam linoleat yang dapat
meningkatkan kadar PGE2 yang berfungsi sebagai proinflamasi terhadap demam
3
enzim COX akan menghasilkan PGE1 yang berguna sebagai antiinflamasi
(Monograph, 2004; Kapoor, 2006).
Kandungan bunga matahari yang diduga memberikan efek antipiretik yakni
quercimeritrin (flavon glikosida), antosianin, dan choline (Saini, 2011).
Quercimeritrin (Quercetin-7-O-β-D-glucoside) merupakan salah satu golongan
flavonoid yang terbukti memiliki efek antiinflamasi diduga dengan cara
menghambat COX-2 (Legault et al, 2011). Antosianin juga terbukti dapat
menghambat ekspresi COX-2 pada aktivitas makrofag yang diinduksi dengan LPS
(Hou et al, 2005). Choline juga terbukti memiliki efek antiinflamasi pada tikus
nyeri pasca operasi dengan cara menghambat pelepasan TNF-α (Rowley et al,
2010).
Berdasarkan hal tersebut diatas, minyak bunga matahari mengandung zat yaitu
quercimeritrin, antosianin, dan choline yang diduga mempunyai efek untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penghambatan COX-2 dan TNF-α sehingga pembentukan PGE2 dapat dihambat dan tidak terjadilah demam. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efek antipiretik
minyak bunga matahari pada tikus putih strain wistar (Rattus norvegicus) yang
diinduksi ragi roti.
1.2Rumusan Masalah
Apakah minyak bunga memiliki efek antipiretik pada tikus putih strain
wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi ragi roti?
1.3Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan efek antipiretik minyak bunga matahari pada tikus
4
1.4Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis
Diketahuinya informasi bahwa minyak bunga matahari memiliki efek
antipiretik dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang
kedokteran.
2. Manfaat Penelitian Secara Praktis
a. Masyarakat dapat menggunakan minyak bunga matahari sebagai terapi
adjuvant pada demam, serta pelestarian sumber daya alam hayati dapat
ditingkatkan.
b. Masyarakat dapat menggunakan minyak bunga matahari sebagai
tindakan preventif pada demam-demam yang dapat diprediksi seperti
KARYA TULIS AKHIR
EFEK ANTIPIRETIK MINYAK BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (Rattus norvegicus) YANG
DIINDUKSI RAGI ROTI
Oleh :
Nindya Puspita Sari 2010103303111087
FAKULTAS KEDOKTERAN
HASIL PENELITIAN
EFEK ANTIPIRETIK MINYAK BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR (Rattus norvegicus) YANG
DIINDUKSI RAGI ROTI
KARYA TULIS AKHIR Diajukan Kepada
Universitas Muhammadiyah Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran
Oleh:
NINDYA PUSPITA SARI 201010330311087
FAKULTAS KEDOKTERAN
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
Telah disetujui sebagai hasil penelitian
untuk memenuhi persyaratan
Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
Tanggal : 16 Agustus 2014
Pembimbing I
dr. Fathiyah Safithri, M.Kes
Pembimbing II
dr. Aulia Syavitri Damayanti
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Akhir oleh Nindya Puspita Sari ini
telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
Pada tanggal : 16 Agustus 2014
Tim Penguji
dr. Fathiyah Safithri, M.Kes
dr. Aulia Syavitri Damayanti
dr. Isbandiyah, Sp. PD
, Ketua
, Anggota
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah dan karuniaNya sehingga penulis data menyelesaikan karya
tulis akhir yang berjudul ―Efek Antipiretik Minyak Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.) Pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus Norvegicus) yang Diinduksi Ragi Roti‖. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW karena atas kerja keras dan suri tauladan beliau, kita mampu menuju jalan yang telah diridhoi oleh Allah SWT.
Penulisan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan penelitian ini, sangatlah tidak mudah. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibunda Hj. Mujamilatin, Ayahanda H. Rifa’I dan saudara-saudara penulis Ika Dewi Subandiyah, M. Fahmi Ibrahim yang telah memberikan dorongan motivasi dan kasih sayang, sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis ini.
2. dr. Fathiyah Safithri, M.Kes selaku pembimbing I atas segala dukungan, masukan dan saran yang sangat membangun serta luar biasa dalam penyusunan karya tulis akhir ini.
3. dr. Aulia Syavitri Damayanti sebagai pembimbing II dan dosen wali atas segala bimbingan, koreksi serta motivasi yang diberikan demi kesempurnaan karya tulis ini.
4. dr. Isbandiyah, Sp.PD selaku penguji atas berbagai saran, kritik dan inspirasi yang begitu membangun.
5. dr. Irma Suswati, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran.
6. dr. Mochammad Ma’roef, Sp.OG selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran.
7. dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.Kj selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran atas segala bimbingan dalam kuliah dan organisasi yang begitu luar biasa.
8. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Lab Terpadu Fakultas Kedokteran (Pak Yono, Mas Miftah, Bu Endang, Pak Chusnan, Mas Didit, Mas Faisal, Mas Nyono, Mbak Emy, Mbak Dilla, Mbak Tyas dan Mbak Fat). Terima kasih atas segala dukungan yang telah diberikan
10. Sahabat Penulis Indah Ika S.H, Frida Neila Rahmatika, Indro Catur Raharjo, Rischa Intan A.K, Mia Puteri Rahayu, Nur Indah Permatasari, Puannita Sari Santoso dan Rezky Ami Cahyaharnita yang telah banyak memberi doa dan dukungannya.
11. Teman-teman penulis yang membantu menyukseskan penelitian ini, Yusrin Aulia, Risky Kukuh Widadi, Tristy Yunita Pratiwi, Siti Aisyatunnasiha serta seluruh mahasiswa angkatan 2010.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian penelitian ini.
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, 16 Agustus 2014
ABSTRAK
Sari, Nindya Puspita. 2014. Efek Antipiretik Minyak Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) pada Tikus Putih Strain Wistar (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Ragi Roti. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Fathiyah Safithri (2) Aulia Syavitri Damayanti.
Latar Belakang: Demam merupakan respon tubuh dalam menanggapi beberapa pirogen. Untuk menurunkan demam, biasanya digunakan asetaminofen sebagai obat antipiretik. Minyak bunga matahari yang mengandung quercimeritrin, antosianin, dan choline diduga dapat digunakan sebagai antipiretik.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antipiretik minyak bunga matahari (Helianthus annuus L.) pada tikus putih strain wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi ragi roti.
Metode: Penelitian ini menggunakan 28 ekor tikus, yang dibagi menjadi 4 kelompok. Setelah 4 jam diinduksi ragi roti, kelompok pertama diberikan aquades per oral. Kelompok kedua, ketiga, dan keempat diberikan dosis minyak bunga matahari sebesar 100 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB per oral.
Hasil Penelitian dan Diskusi: Minyak bunga matahari dosis 100 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB menunjukkan hasil yang signifikan dalam menghambat peningkatan suhu tubuh tikus yang diinduksi ragi roti (p < 0,05), namun tidak signifikan menurunkan suhu tubuh tikus yang demam karena induksi ragi roti (p > 0,05). Dosis maksimum dalam menghambat peningkatan suhu tubuh tikus yakni dosis 500 mg/kgBB jika dibandingkan dengan dosis 100 mg/kgBB dan 300 mg/kgBB.
Kesimpulan: Minyak bunga matahari (Helianthus annuus L.) terbukti memiliki efek antipiretik pada tikus putih strain wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi ragi roti.
ABSTRACT
Sari, Nindya Puspita. 2014. Antipyretic Effects of The Sunflower Oil (Helianthus annuus L.) at Wistar Strain Albino Rats (Rattus norvegicus) Induced by
Baker’s Yeast. Final Assignment, Medical Faculty of University of Muhammadiyah Malang. Counselor: (1) Fathiyah Safithri (2) Aulia Syavitri Damayanti.
Background: Fever is the body’s response to some pyrogens. To reduce fever, commonly used acetaminophen as an antipyretic. Sunflower oil contains quercimeritrin, anthocyanin, and choline which may be useful as an antipyretic agent.
Objective: This research aims to prove the antipyretic effects of sunflower oil (Helianthus annuus L.) at Wistar strain rats (Rattus norvegicus) induced by
Baker’s yeast orally.
Methods: This research used 28 rats, divided into four group. After 4 hours of
injection Baker’s yeast-induced fever, the first group was given aquades orally. The second, third, and fourth group were given sunflower oil at doses 100 mg/kg b.w, 300 mg/kg b.w, and 500 mg/kg b.w orally.
Result and Discussion: Sunflower oil at doses 100 mg/kg b.w, 300 mg/kg b.w, and 500 mg/kg b.w significantly inhibited the increase body temperatures of rats (p < 0,05) but no significant to lowering the body temperatures of rats (p > 0,05)
that induced by Baker’s yeast. The maximum to inhibited the increase body temperatures of rats achieved at dose 500 mg/kg b.w when compared to doses 100 mg/kg b.w and 300 mg/kg b.w.
Conclusion: Sunflower oil (Helianthus annuus L.) has an antipyretic effect at Wistar strain rats (Rattus norvegicus) induced by Baker’s yeast.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PENGUJIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Suhu Tubuh ... 5
2.1.1 Suhu Tubuh Normal ... 5
2.1.2 Pengaturan Suhu ... 5
2.1.3 Konsep “Set-Point” ... 8
2.2.1 Definisi Demam ... 9
2.2.2 Penyebab Demam... 9
2.2.3 Fisiologi Demam ... 10
2.2.4 Patofisiologi Demam ... 11
2.2.5 Komplikasi Demam ... 13
2.2.6 Terapi Demam ... 14
2.3 Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) ... 15
2.3.1 Taksonomi Bunga Matahari ... 15
2.3.2 Uraian Tanaman ... 15
2.3.3 Kandungan Bunga Matahari ... 17
2.3.4 Efek Antipiretik Bunga Matahari ... 17
2.4 Induksi Ragi Roti ... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 21
3.1 Kerangka Konseptual ... 21
3.2 Hipotesis ... 23
BAB 4 METODE PENELITIAN... 24
4.1 Rancangan Penelitian ... 24
4.2 Lokasi danWaktu Penelitian ... 24
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
4.3.1 Populasi ... 24
4.3.2 Sampel Penelitian ... 24
4.3.3 Teknik Sampling ... 24
4.3.4 Estimasi Besar Sampel ... 25
4.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 26
4.4.1 Variabel ... 26
4.4.2 Definisi Operasional... 26
4.5 Dasar Penentuan Dosis ... 27
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian... 28
4.6.1 Bahan ... 28
4.6.2 Instrumen Penelitian... 28
4.7 Prosedur Penelitian... 29
4.7.1 Proses Adaptasi ... 29
4.7.2 Pembagian Kelompok Tikus ... 30
4.7.3 Pembuatan Minyak Bunga Matahari ... 30
4.7.4 Pembuatan Dosis Minyak Bunga Matahari... 31
4.7.5 Induksi Panas ... 31
4.7.6 Pengukuran Suhu Tikus ... 32
4.7.7 Skema Alur Penelitian... 33
4.8 Analisis Data ... 34
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 36
5.1 Hasil Penelitian ... 36
5.2 Analisis Data ... 38
5.2.1 Analisis Data Peningkatan Suhu Rektal Tikus... 38
5.2.2 Analisis Data Penurunan Suhu Rektal Tikus ... 40
BAB 6 PEMBAHASAN ... 42
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
7.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Taksonomi Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) ... 15
2.2 Perkiraan komposisi ekstrak heksana dari Helianthus annuus L. ... 17
5.1 Hasil ∆T peningkatan suhu rektal tikus pada T1 (o
C) ... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Konsep ―set-point‖ tubuh ... 8
2.2 Mekanisme Patofisiologi Demam ... 13
2.3 Morfologi Bunga Matahari ... 16
2.4 Dua Tipe Bunga Matahari : (a) Bunga Lidah (b) Bunga Tabung ... 17
2.5 Struktur Kimia Quercimeritrin ... 18
2.6 Struktur Kimia Antosianin ... 19
2.7 Struktur Kimia Choline ... 19
3.1 Kerangka Konseptual ... 21
4.1 Diagram Alur Penelitian ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Identifikasi Tanaman Bunga Matahari oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia – UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Purwodadi ... 52
Lampiran 2 Petunjuk Penggunaan ThermoOne Alpha 1 ... 53
Lampiran 3 Data Suhu Rektal Tikus ... 54
Lampiran 4 Uji Normalitas dan Homogenitas (Peningkatan Suhu) 1... 55
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Homogenitas (Peningkatan Suhu) 2... 56
Lampiran 6 Uji Kruskal-Wallis (Peningkatan Suhu) ... 57
Lampiran 7 Uji Mann-Whitney (Peningkatan Suhu) ... 58
Lampiran 8 Uji Korelasi (Peningkatan Suhu) ... 61
Lampiran 9 Uji Regresi Linier (Peningkatan Suhu) ... 62
Lampiran 10 Uji Normalitas dan Homogenitas (Penurunan Suhu) ... 63
Lampiran 11 Uji Kruskal-Wallis (Penurunan Suhu) ... 64
Lampiran 12 Uji Korelasi (Penurunan Suhu) ... 65
Lampiran 13 Uji Regresi Linier (Penurunan Suhu) ... 66
Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian ... 67
Lampiran 15 Kartu Konsultasi Tugas Akhir ... 68
DAFTAR SINGKATAN
C : Celcius
cAMP : Cyclic Adenosine Monophosphate
COX-2 : Cyclooxygenase-2
D6D : Delta-6-desaturase
DGLA : Dihomo gamma-linoleic Acid
DPT : Difteri Pertusis Tetanus
GLA : Gamma Linoleic Acid
IFN : Interferon
IgE : Immunoglobulin E
IL-1 : Interleukin-1
IL-1α : Interleukin-1α
IL-1β : Interleukin-1β
IL-6 : Interleukin-6
kJ : Kilo Joule
LBP : Lipopolysaccharide-Binding Protein
LPS : Lipopolysaccharide
MMR : Measles, Mumps, Rubella
NaCl : Natrium Chlorida
Na-K-ATPase : Sodium-Potassium-Adenosine Triphosphatase
NSAID : Non Steroid Anti-inflammatory Drugs
OVLT : Organo Vaskulosa Lamina Terminalis
PGE2 : Prostaglandin E2
RSI : Rumah Sakit Islam
TBC : Tuberkulosis
DAFTAR PUSTAKA
Barlow WE, Davis RL, Glasser JW, et al, 2001, The Risk of Seizures After Receipt of Whole-Cell Pertussis or Measles, Mumps, and Rubella Vaccine, New England Jeournal of Medicine, 345, pp. 656-661.
Bauer Brent A, 2003, Herbal Medicine The Good, The Bad, and The Ugly, SoCRA Source, pp. 27-30.
Dalal S, Zhukovsky DS, 2006, Pathophysiology and Management of Fever, The Journal of Supportive Oncology, 4, pp. 009 – 016.
Dalimartha S, 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, Pustaka Bunda, Jakarta, (Online) (http://books.google.co.id/books?id, diunduh pada tanggal 7 Januari 2014).
Dahlan S, 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta.
Danquah CA, Woode E, Gyasi EB, et al, 2011, Anti-Inflammatory and Antipyretic Effects of an Ethanolic Extract of Capparis erythrocarpos Isert Roots, Research Journal of Medicinal Plant, 5 (2), pp. 158-168.
Despopoulos A, 2003, Thermal Balance and Thermoregulation, Dalam : Despopoulos A, Silbernagl S, Color Atlas of Physsiology 5th Edition,: Thieme, New York, 9, pp. 222-225.
Dubey N, Dubey N, Mehta RS, et al, 2009, Physicochemical and Pharmacological Assessment of A Traditional Biomedicine : Mukta Shouktic Bhasma, Songklanakarin Journal of Science and Technology, 31 (5), pp. 501-510.
Furst, Ulrich RW, 2010, Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid; Obat Antireumatik Pemodifikasi Penyakit, Analgesik Nonopioid, Obat yang Digunakan pada Gout, Dalam : Katzung B G, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 10, EGC, Jakarta, 36, pp. 608.
Gerard C, C Gruyns, A Marchant, et al, 1993, interleukin 10 reduce the release of tumor necrosis factor and prevent febrile lethality in experimental endotoxemia, J Exp Med, 177, pp. 547-550, Dalam : Leon, Lisa R, Wieslaw Kozak, et al, 1999, An antipyretic role for interleukin-10 in LPS fever in mice, American Journal Physiology, 276, pp. R81-R89.
Helmenstine AM, 2003, Choline, (Online) (http://chemistry.about.com/od/ factsstructures/ig/Chemical-Strustures—C/Choline.htm, diunduh pada tanggal 6 Maret 2014).
Hou DX, Yanagita T, Uto T, et al, 2005, Anthocyanidins Inhibit Cyclooxygenase 2 Expression in LPS-evoked Macrophages : Structure-activity Relationship and Molecular Mechanisms Induced, Biochemical Pharmacology, 70 (3), pp. 417 – 25.
Imasato A, Desbois-Mouthon C, Han J, Kai H, et al, 2002, Inhibition of p38 MAPK by glucocorticoids via induction of MAPK phosphatase-1 enhances nontypeable Haemophilus influenza-induced expression of Toll-like receptor 2, Journal Biology Cehemical, 49, pp. 47444-47450, Dalam : Stickler T, Kalin H.N, Reul J.M.H.M, 2005, Endogenous antipyretics, Dalam : Handbook of Stress and the Brain : Stress: integrative and clinical aspects, Elsevier, 2 : pp. 213-227 (diunduh 06 Juli 2014 pada http://books.google.co.id/books?id=HihP_D6neBQC&pg=PA214&lpg=P A214&dq=endogenous+antipyretics&source=bl&ots=VZVliGQtQJ&sig= 4P_bSN4WP8iVHA4z8TCVJQnSIKM&hl=id&sa=X&ei=r025U6_RK9H t8AXrhIG4Dg&ved=0CEIQ6AEwBDgK#v=onepage&q=endogenous%20 antipyretics&f=false)
Inparuban K, Vasantharuba S, Balakumar S, et al, 2009, Optimization of Culture Conditions for Baker’s Yeast Cell Mass Production – A Preliminary Study, JSc-EUSL, 6 (1), pp. 34-35.
Kaneshiro NK, 2010, Fever, (Online) (http://www.nlm.nih.gov/, diunduh tanggal 04 Juni 2013).
Kapoor R, 2006, Gamma-Linoleic Acid : A Natural Anti-Inflammatory Agent-Part I, Natural Pharmacy.
Katno, 2008, Tingkat Manfaat Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI.
Konczak I, Zhang W, 2004, Anthocyanins : More Than Nature’s Colours. Journal of Biomedicine and Biotechnology, 5, pp. 239-240.
Kumar CM, Gowda TV, 2010, Sunflower (Helianthus annuus L.) Petals : A New Biological Source of Lutein, Research Journal of Pharmaceutical, Biological, and Chemical Sciences, 1 (4), pp. 438-448.
Legault J, Perron T, Mshvildadze V, et al, 2011, Antioxidant and Anti-inflammatory Activities of Quercetin 7-O-β-D-Glucopyranoside from the Leaves of Brasenia schreberi, Journal of Medicinal Food, 14 (10).
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia – UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, 2013, Surat Keterangan Identifikasi Tanaman No. 1750/IPH.3.04/HM/XI/2013, Purwodadi.
Leon L R, Kozak W, dan Kluger M J, 2006, Role of IL-10 in inflammation : Studies Using Cytokine, Knockout Mice, Annals of the New York Academy of Sciences, 856, pp. 69-75.
Mahalakshmi K, Natesan SK, Parthiban KG, Sekar G, 2013, Anti-inflammatory and antipyretic activity of Fioria vitifolia, International Current Pharmaceutical Journal, 2 (7), pp. 119-121.
Miquel MG, 2011, Anthocyanins : Antioxidant and/or Anti-Inflammatory Activities, Journal of Applied Pharmaceutical Science, 01 (06), pp. 07 – 15.
Monograph. 2004. Gamma-Linoleic Acid (GLA). Alternative Medicine Review, 9 (1), pp. 70-78.
Monto AS, Gravenstein S, Elliott M, et al, 2000, Clinical Signs and Symptoms Predicting Influenza Infection, Arch Intern Med, 160.
Nava F, G Calapai, G Facciola, et al, 1997, Effects of interleukin-10 on water intake, locomotor activity, and rectal temperature rat treated with endotoxin, Int J Immunopharmacol, 19, pp. 31-38, Dalam : Leon, Lisa R, Wieslaw Kozak, et al, 1999, An antipyretic role for interleukin-10 in LPS fever in mice, American Journal Physiology, 276, pp. R81-R89.
Nelwan RHH, 2009, Demam : Tipe dan Pendekatan. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V, InternaPublishing, Jakarta, 424, pp. 2767
– 2772.
Netea MG, Kullberg BJ, Meer JWM Van der, 2000, Circulating Cytokines as Mediators of Fever, Clinical Infectious Disease, 31, pp. S178-184.
OAAD, 2011, Antipyretic, (http://oaadonline.oxfordlearnersdictionaries.com/ dictionary, diunduh pada tanggal 14 Juli 2014)
PubChem, 2005, Quercimeritrin. (Online) (http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov, diunduh pada tanggal 25 Februari 2014)
Saini S, Sharma S, 2011, Helianthus annuus (Asteracea) : A review, International
journal of Pharma Professional’s Research, 2 (4).
Silbernagl S, 2006, Suhu, Energi, Dalam : Silbernagl S, Florian Lang, Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi, EGC, Jakarta, pp. 21.
Sini KR, Karpakavalli M, Sangeetha PT, 2010, Analgesic and Antipyretic Activity of Cassia occidentalis Linn, World Applied Sciences Journal, 11 (10), pp. 1216-1219.
Smith SR, C Terminelli, J Kenworthy-Bott, et al, 1994, The cooperative effects of TNF-α and IFN-ɣ are determining factors in the ability of IL-10 to protect mice from lethal endotoxemia, J Leukoc Biol, 55, pp. 711-718, Dalam : Leon, Lisa R, Wieslaw Kozak, et al, 1999, An antipyretic role for interleukin-10 in LPS fever in mice, American Journal Physiology, 276, pp. R81-R89.
Sullivan JE, Farrar HC, 2011, Fever and Antipyretic Use in Children, Pediatrics Official Journal of The American Academy of Pediatrics, 127 (3).
Tjay TH, Rahardja K, 2007, Analgetika Perifer, Dalam : Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Elex Media Komputerindo, Jakarta, 20, pp. 295 – 302.
Tutorvista, 2014, Family Asteraceae, (Online) (http://tutorvista.com, diunduh pada tanggal 5 Maret 2014).
Van der Poll T, P M Jansen, W J Montegut, et al, 1997, Effects of IL-10 on systemic inflammatory responses during sublethal primate endotoxemia, J Immunol, 158, pp. 1971-1975, Dalam : Leon, Lisa R, Wieslaw Kozak, et al, 1999, An antipyretic role for interleukin-10 in LPS fever in mice, American Journal Physiology, 276, pp. R81-R89.
Vossen HAM Vander, Duriyaprapan S, 2013, Helianthus annuus Linn, Flora Kita, Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Indonesia.
Yanti R, Ananda RR, 2012, Karakteristik Kejang Demam Pada Anak Tahun 2008-2010 di RSI Ibnu Sina Pekanbaru, Jurnal Photon, 3(1).