• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

CHARACTER OF TEENAGERS

(Study on Families Cengkeh Environment II, National Housing Authority Way Halim Bandarlampung)

By

AKHYARSYAH AGYA

By nature, humans as social being who always wanted live together and interact. It is prove that humans are essentially interdependent and need each other. The family as the smallest social group in society that is the set of human beings to live together and there is a reciprocal relationship of mutual influence. Family communication is a forum to resolve the problem of teenagers, one of them is character building of teenagers.

Formulation of the problem in this research is how the role of family communication in building the character of teenagers, in the Environment II Cengkeh, National Housing Authority Way Halim Bandarlampung. Research goal is to determinate the role of family communication in building the character of teenagers, in the Environment II Cengkeh, National Housing Authority Way Halim Bandarlampung.

The theory used in this research is the theory of interpersonal communication. This research used qualitative method to generate descriptive data in the form of words or spoken of people and behaviours that can be observed. The result of interviews of four informants (parents and children) show that family communication is a form of interpersonal communication, which will run according to the five elements of effective interpersonal communication. Those are openness, empathy, supportiveness, positiveness, equality.

(2)

characters of the child are anxious, insecure. (5) the parents who have a equality to children, then the characters of the children are respectful and polite. Conversely, the parent who has not equality to child, then the characters of the childr are rebels, disputer.

(3)

PERANAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA

(Studi pada Keluarga-keluarga Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung)

Oleh

AKHYARSYAH AGYA

Secara kodarti manusia adalah makhluk sosial yang selalu ingin hidup berdampingan dan berinteraksi. Hal ini membuktikkan bahwa manusia pada dasarnya terdapat saling ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Keluarga sebagai kelompok sosial terkecil dalam masyarakat yang merupakan himpunan manusia untuk hidup bersama dan terdapat hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Komunikasi keluarga merupakan suatu wadah untuk meyelesaikan permasalahan remaja salah satunya dalam pembentukan karakter remaja. Umumnya pembentukan karakter remaja tidak terlepas dari peran keluarga yang sangat besar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah peranan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung?” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung.

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Hasil penelitian dari wawancara 4 informan orang tua dan 4 informan anak menjelaskan bahwa bentuk komunikasi keluarga adalah komunikasi antarpribadi, yang akan berjalan efektif sesuai dengan kelima unsur komunikasi antarpribadi, yaitu keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, kesamaan.

(4)

malas. (4) Orang tua yang berperasaan positif pada anaknya, maka bentuk karakter anaknya yaitu terbuka, jujur. Sebaliknya orang tua yang berperasaan negatif pada anak, maka bentuk karakter anaknya yaitu cemas, merasa tidak aman, penuh rasa curiga. (5) Orang tua yang memiliki kesetaraan dengan anak, maka bentuk karakter anaknya yaitu lembut, hormat dan santun. Sebaliknya orang tua yang tidak memiliki kesetaraan dengan anak, maka karakter anaknya yaitu kasar, pemberontak, pembantah.

(5)

(Studi pada Keluarga-keluarga Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung)

Oleh

AKHYARSYAH AGYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

DAFTAR ISI

C. Tinjauan Komunikasi Keluarga ... 15

1. Pengertian Komunikasi Keluarga ... 15

2. Unsur-unsur Komunikasi Keluarga ... 17

3. Komunikasi Keluarga sebagai Komunikasi Antarpribadi ... 18

D. Tinjauan Komunikasi Antarpribadi ... 21

1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 21

(7)

3. Proses Berlangsungnya Komunikasi Antarpribadi ... 24

4. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 25

5. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 26

6. Aspek yang Mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi ... 26

E. Tinjauan Tentang Pembentukan Karakter Remaja ... 31

1. Pengertian Remaja ... 31

2. Batasan Usia Remaja ... 31

3. Pengertian Karakter... 33

4. Bentuk Karakter Remaja ... 34

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Remaja ... 34

6. Peranan Orang Tua ... 35

F. Kerangka Pikir ... 36 A. Gambaran Umum Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim ... 48

1. Potensi Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim ... 48

2. Potensi Mata Pencaharian ... 48

3. Potensi Kelembagaan dan Agama... 49

B. Sarana dan Prasarana... 49

1. Sarana dan Prasarana Transportasi Darat... 49

2. Sarana dan Prasarana Komunikasi ... 49

3. Prasarana Air Bersih dan Sanitasi ... 50

4. Prasarana Ibadah ... 50

5. Prasarana Pendidikan ... 50

6. Prasarana Penerangan... 50

V. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Informan ... 51

B. Deskripsi Profil Informan ... 52

C. Hasil Penelitian ... 54

(8)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran... 94 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel ` Halaman

1. Identitas Informan Penelitian ... 51

2. Mengenai Keterbukaan ... 55

3. Mengenai Empati ... 59

4. Mengenai Dukungan ... 64

5. Mengenai Perasaan Positif ... 68

(10)

Hidup ini memang tidak mudah. Dan jadi lebih sulit jika kita

hanya mengeluh dan menyalahkan orang lain.

(Mario Teguh)

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama

ada komitmen untuk menyelesaikannya.

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu

kaum, sampai mereka merubah keadaan yang ada pada diri

(11)

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si. ...

Penguji Utama :Dhanik Sulistyarini, S.Sos., ... M.Comn & MediaSt.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. NIP. 19580109 198603 1 002

(12)

Alhamdulillahirobbil alamiin...

Kata ini yang pertama kali terucap ketika aku berhasil melewati rintangan yang

Engkau berikan

Bersama syukur kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta tulus

Kepada :

Ibunda Aguslena

yang sangat saya cintai, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, doa serta bimbingan kepadaku

dalam menjalani hidup ini

Ayahanda Yahya AD

Yang telah memberikan spirit kepadaku untuk menjalani hidup ini

Buat seluruh keluarga yang sangat saya sayangi Terimakasih untuk semua dukungan, kasih sayang

dan supportnya selama ini

Sahabat dan Kawan-kawan terbaikku, atas bantuan, dukungan serta kebersamaannya

(13)

Perumnas Way Halim Bandarlampung)

Nama Mahasiswa : AKHYARSYAH AGYA No. Pokok Mahasiswa : 0816031017

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si. NIP. 196001221987031004

2. Ketua Jurusan

(14)

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada tanggal 16 Maret 1990, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Bapak Yahya. AD dan Ibu Aguslena, yang bernama Akhyarsyah Agya.

Pendidikan formal yang penulis tempuh adalah:

1. TK Al-Azhar 4 Perumnas Way Halim, Bandarlampung, diselesaikan pada tahun 1996.

2. SD 2 Al-Azhar Perumnas Way Halim, Bandarlampung, diselesaikan pada tahun 2002.

3. MTs.N 1 Pahoman, Bandarlampung, diselesaikan pada tahun 2005. 4. MAN. 1 Sukarame, Bandarlampung, diselesaikan pada tahun 2008.

(15)

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, karena hanya dengan izin dan kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Peranan Komunikasi Keluarga dalam Pembentukan Karakter Remaja (Studi pada Keluarga-keluarga Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung). Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Rahardjo, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga selaku dosen Pembimbing, terima kasih atas segala bimbingan, masukan dan saran yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., M.Comn & MediaSt, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga dosen Penguji Utama, terima kasih atas segala bimbingan, masukan dan saran yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(16)

atas segala cinta dan kasih sayang ”Ibu”, kesabaran serta doa yang tiada

henti-hentinya yang selalu Ibu panjatkan untuk keberhasilan Uda. ”Ibu” sosok sempurna buat Uda.

6. Abang dan Adikku, “Ari Fauzan Agya dan Ahmad Fadil Agya” yang selalu mendoakan keberhasilanku dalam setiap sujudnya dan selalu memberikan dukungan serta motivasi untuk kemajuan diriku.

7. Keluarga besarku tercinta. Terima kasih untuk semangat dan dukungannya. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari kehidupan kalian.

8. Si Merah Biru (motor gue), yang selama ini udah banyak bawa gue kemana-mana, terutama buat ngurus2 skripsi, nyampe lupa ngerawat elu Bob, tar kita Ngaspal lagi bob, Oke Bob, udah gatel juga tangan gue, hehehe, thanks ya Bob.

9. Kawan-kawan Komunikasi secara menyeluruh : bang Yosef (gimana lu bang, jadi wisuda bareng gak ? hehehe), bang Eki, bang Riko, Morian, Agung, Ewin, Duwi (lek wisuda bareng juga akhirnya), Kurap, Kembung, Arya, Ari, Aji, Yudi, Putri, Alpe, Diah, Vera, Bagus, Andi, Wily, Patrik, Hendi (lek lo mah kelamaan, sory ya gw duluan), Amal, Amri, Rizky, Rizky Dewa (kemana ja lu ez), Werenk Bastian RM, Bastian, Helda, Bocil, dan yang laennya yang gak disebutin, sory lupa, gw juga capek ngetiknya, hahaha, dan lainnya yang gak bisa disebutin, thanks semuanya, tetep semangat.

10. Kawan-kawan setongkrongan kantin bisnis, bawah pohon ceri kiyay, kiyay Ari, Topik, Ucok, Arki, Tyo, Dani, Damen, Arip, Afni, Ferdi, dan yan lain yang gak bisa disebutin, thanks semuanya.

11. Keluarga besar Ilmu Komunikasi Universitas Lampung.

12. Kawan-kawan setongkrongan satu kampung, Adi, Kausar, Windri, Nio, Axhary, Iwan, Dada, yang junior Nuril, Feri, Fuad, Mahmud, Arta, Putra, dan yang lainnya, serta seniornya, thanks semuanya.

(17)

Nyai’ dan yang lain yang gak bisa disebutin, thanks semuanya.

14. Kawan-kawan setongkrongan motor (Honda Revo Club Lampung), Ariz, Jeje, Riyan, Nopri, Dimas, Muhajir, Okta Curut, Huda, Arvan, dan yang lain yang gak bisa disebutin, thanks kawan udah ngasih pengertian dan bantuannya selama ini. 15. Kawan-kawan setongkrongan fitness, mas Yono, mbak Ulfa, lek Ragil, bang iiL,

Lian, Armes, Andre, Marga, Hap2, dan yang lain yang gak bisa disebutin, thaks semuanya.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan semua pihak yang telah bersedia memberikan bantuan sampai selesainya skripsi ini.

Semoga kiranya Allah SWT membalas dengan kebaikan dan melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kalian. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekuarangan, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis

(18)

Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama : Akhyarsyah Agya NPM : 0816031017 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Alamat : Jln. Ratudibalau Gg.Garuda no 89 Way Kandis, Bandarlampung Nomor HP : 081977920315

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Peranan Komunikasi Keluarga dalam Pembentukan Karakter Remaja”, adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat (milik orang lain) ataupun dibuat oleh orang lain. Apabila dikemudian hari ada pihak-pihak yang keberatan terhadap hasil penelitian skripsi saya, maka saya akan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku dan saya siap untuk dicabut gelar akademik saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dalam tekanan pihak manapun.

Bandarlampung, November 2012 Saya yang menyatakan,

(19)

A. Latar Belakang Masalah

Secara kodrati manusia adalah makhluk sosial, artinya makhluk yang selalu ingin hidup berdampingan, bergaul dengan sesamanya. Hal ini membuktikkan bahwa diantara manusia pada dasarnya terdapat saling ketergantungan, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hal tersebut kemudian manusia membentuk kelompok-kelompok sosial yang merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama dimana terdapat timbal balik yang saling mempengaruhi. Salah satu perwujudan dari kelompok sosial itu adalah keluarga yang merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat.

(20)

Keluarga di mana di dalamnya terdapat ayah, ibu dan anak yang sering disebut sebagai keluarga inti atau keluarga batih. Menurut Suhendi dan Wahyu (2001:54-55), keluarga batih adalah kelompok keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum memisahkan diri dan membentuk keluarga tersendiri. Keluarga ini bisa disebut sebagai keluarga konjugal (conjugal family) yaitu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri dan anak-anaknya.

Keluarga merupakan sistem sosial yang terdiri dari berbagai subsistem yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Subsistem dalam keluarga adalah fungsi-fungsi antar anggota keluarga yang ada dalam keluarga, seperti fungsi hubungan ayah dengan ibu, anak dengan ayah, anak dengan ibu, anak dengan anak yang terdiri dari fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi (Suhendi dan Wahyu, 2001:61).

(21)

Komunikasi adalah kebutuhan yang fundamental bagi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat serta merupakan sarana berinteraksi sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Menurut Rakhmat (2005:9), komunikasi berarti peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi kepada manusia lain. Komunikasi melibatkan sejumlah orang untuk menyatakan pikiran, pendapat, perasaan, kemauan dan keinginan agar seseorang dengan orang lain dapat saling memahami, mengerti, dan mempengaruhi satu sama lainnya. Seperti halnya komunikasi sebuah keluarga dalam memecahkan berbagai persoalan dan permasalahan yang ada di keluarga baik masalah anak, orang tua, atau kerabat yang berhubungan dengan keluarga itu.

Komunikasi dalam keluarga yang menjadi dasar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga sebagai wadah penyelesaian masalah-masalah keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran, kejujuran serta keterbukaan satu sama lain. Termasuk mengomunikasikan permasalahan dan penyelesaian tentang pembentukan karakter remaja dalam keluarga.

(22)

Orang tua sering tidak mengetahui atau kurang memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang selalu perlu dibantu. Biasanya orang tua kurang memahami dalam hal menyikapi keadaan yang terjadi pada anaknya, bahkan tidak jarang orang tua dan remaja sering mengalami suatu konflik dimana adanya kebiasaan yang dianggap dapat memberikan hiburan, menghilangkan kebosanan dan sebagainya.

Masa remaja merupakan suatu fenomena sosial yang sangat menarik untuk dibahas, karena pada tahap ini para remaja sedang mengalami suatu pencarian jati diri pada dirinya. Banyak dinamika kehidupan yang akan dilalui oleh seorang remaja, yang mana belum pernah dirasakan sama sekali oleh remaja, dan itu semua akan berpengaruh pada karakter remaja itu sendiri.

Seorang anak yang beranjak dewasa akan mendapat suatu pembelajaran baru di dalam kehidupannya. Pembelajaran tersebut akan didapat seorang remaja ketika remaja berada dan berinteraksi di lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat. Lingkungan sangat berperan penting dalam pembentukan dan pengembangan karakter remaja pada kondisi yang ramai dan marak akan tempat hiburan.

(23)

menghabiskan waktunya hanya untuk bersantai, berkumpul sesama teman sebaya sekedar mencari hiburan di tengah keramaian kota.

Kehidupan remaja saat ini tidak lepas dari faktor keluarga dan lingkungan sekitar mereka. Lingkungan keluarga memiliki andil dalam proses pembentukan karakter remaja. Apabila keluarga tersebut adalah keluarga yang kurang memerhatikan kondisi lingkungan masyarakat di sekitarnya, bukan tidak mungkin akan berpengaruh pada karakter remaja tersebut. Kondisi lingkungan yang bersifat heterogen, dekat dengan tempat hiburan, dapat membawa dampak positif dan negatif pada karakter seorang remaja. Kondisi remaja yang masih labil akan menerima semua yang bersifat baru. Hal ini dikarenakan remaja memiliki sifat rasa ingin tahu dan sedang mencari jati diri.

Remaja yang suka kehidupan bersantai merupakan karakter remaja yang menyukai kehidupan glamour, fun, happy. Hal ini dikarenakan masa remaja menjadi suatu pertentangan dan pemberontakan, karena terlalu menitikberatkan ungkapan-ungkapan bebas dalam remaja dan dari ketidakpatuhan seperti model berpenampilan, pakaian, gaya rambut, pola konsumtif, pergaulan bebas, bacaan, film, dan penerangan media lainnya yang menggambarkan karakter remaja secara umum dinilai kemungkinan berakibat sensasional (A. Bandura, 1981:295).

(24)

dengan suasana di kota Bandarlampung tepatnya di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim.

Berdasarkan pengamatan sementara yang penulis lakukan di lokasi penelitian di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim menunjukkan bahwa remaja yang tinggal bersama keluarganya di lingkungan ini, memiliki karakter yang berbeda-beda. Menurut keterangan salah satu ketua RT di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim, Idrus Paksi, masyarakat di lingkungan ini bersifat heterogen, baik itu dari suku, status sosial, ekonomi dan lainnya. Sehingga tak jarang budaya yang dibawa dari tiap individu berbaur ke individu yang lain dan akhirnya sampai kepada remaja yang menginginkan hal-hal yang bersifat baru. Remaja di lingkungan ini dapat dikelompokkan menjadi remaja yang memiliki karakter positif dan karakter negatif. Karakter positifnya, mereka para remaja dibina dan dibiasakan dari kecil oleh keluarganya sifat santun terhadap sesama. Sedangkan pada karakter negatifnya, beliau menambahkan, dari semua remaja, masih terdapat sebagian remaja yang memilih untuk bersantai, berkumpul sesama teman sebaya dan tidak memerhatikan kondisi di sekitarnya.

(25)

seorang remaja yang memiliki tugas dan peran penting dalam hal pengawasan terhadap remaja.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah peranan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui peranan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung”

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya berkaitan dengan permasalahan peranan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja.

(26)

A. Tinjauan Tentang Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi secara etimologis berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, atau dalam bahasa Inggris communication yaitu sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi berlangsung apabila ada orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna terhadap suatu hal yang dikomunikasikan, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung, dan sebaliknya jika ia tidak mengerti maka komunikasi tidak akan berlangsung. Hal ini terkait dengan komunikatif atau tidaknya seseorang dalam berkomunikasi (Cangara, 2006:9-11).

(27)

tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Menurut Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981), komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengetian yang mendalam. Komunikasi juga merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Tujuan dari berkomunikasi jelas untuk mencapai adanya kesamaan makna (Cangara, 2006:18-21).

Komunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaikan gagasan, harapan, melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan penyampai pesan dan ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang telah dipahami semua orang, tetapi tidak semua dapat memahami maknanya. Menurut Carl I. Hovland dalam Effendy (1993:13), bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang lain (komunikan), dengan perubahan itu akan diperoleh persamaan persepsi dan tujuan. Komunikasi dalam hal ini merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang pada orang lain dengan menggunakan lambang yang bermakna sama bagi kedua belah pihak.

(28)

A.W. Widjaja (2000:13), mendefinisikan komunikasi sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling tukar menukar pendapat. Komunikasi juga dapat diartikan hubungan kontrak antara manusia baik individu maupun kelompok.

2. Komponen-Komponen Komunikasi

Menurut Effendy (1999:16-19), komponen komunikasi meliputi:

a. Komunikator (source), orang yang membawa/menyampaikan pesan. b. Pesan (message), berita/informasi yang disampaikan oleh komunikator. c. Saluran (channel), sarana penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi.

1. Pendengaran (lambang berupa suara)

2. Penglihatan (lambang berupa sinar, pantulan sinar atau gambar) 3. Penciuman (lambang berupa bau-bauan)

4. Rabaan (lambang berupa sentuhan)

d. Komunikan (communicant), objek sasaran yang dituju dari komunikator. e. Umpan balik (feedback), arus umpan balik dalam rangka proses

berlangsungnya komunikasi.

Menurut Morissan (2006:39-46), setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan 8 elemen komunikasi yang meliputi:

1. Sumber

(29)

2. Encoding

Kegiatan yang dilakukan sumber menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indera.

3. Pesan

Ketika kita berbicara maka kata-kata yang kita ucapkan adalah pesan. 4. Saluran

Saluran atau channel adalah jalan yang dilalui pesan untuk sampai pada penerima.

5. Decoding

Kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memilki arti bagi penerima.

6. Penerima

Sasaran atau target dari pesan atau komunikan. 7. Umpan balik

Umpan balik (feedback) adalah tanggapan atau respon dari penerima yang membentuk dan mengubah pesan yang disampaikan sumber.

8. Gangguan

Elemen terakhir dalam komunikasi sebagai sesuatu yang mengintervensi proses pengiriman pesan.

(30)

3. Bentuk-bentuk Komunikasi

Menurut Cangara (2006:30-37), komunikasi terdiri dari:

a. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication)

Proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain berkomunikasi dengan diri sendiri.

b. Komunikasi antarpribadi (interpersonal coomunication)

Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

c. Komunikasi publik (public communication)

Komunikasi publik biasa disebut juga komunikasi pidato, komunikasi retorika, komunikasi kolektif dan komunikasi khalayak.

d. Komunikasi massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari beberapa bentuk dan tergantung dari sumber dan penerima yang akan dituju.

B. Tinjauan Tentang Keluarga

1. Pengertian Keluarga

(31)

pernikahan. Keterikatan sosial diantara anggita keluarga bersifat tetap. Ikatan antara anggota keluarga didasari oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab.

Dari penjelasan tersebut, keluarga muncul karena adanya unsur perkawinan, dan hubungan darah, sehingga rasa emosional dan keterikatan antar anggota keluarga menjadi sangat kuat dibandingkan dengan institusi lainnya. Individu membentuk keluarga biasanya ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah untuk mencapai kebahagiaan hidup.

2. Fungsi Keluarga

Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:66), secara hakikat, keluarga memiliki delapan fungsi yang harus diperankan secara lengkap agar dapat membentuk karakter dan kepribadian yang baik dan berbudi pekerti luhur :

1. Fungsi keagamaan, yang dapat diwujudkan dalam bentuk keimanan, ketaqwaan, dan aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Fungsi sosial budaya, yang dapat dicerminkan dari sikap saling menghargai, patuh pada kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat serta negara.

3. Fungsi cinta kasih, tercermin dalam kehidupan yang harmonis, rukun dan tanggung jawab.

(32)

5. Fungsi reproduksi, yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan untuk menyumbang kesejahteraan manusia. 6. Fungsi sosialisasi/pendidikan, yang dapat diukur dari kemampuan

membaca dan menulis serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan keluarga.

7. Fungsi ekonomis, yang dapat diwujudkan dalam bentuk mempunyai mata pencaharian dan hidup berkecukupan.

8. Fungsi pembinaan lingkungan, yang diwujudkan keluarga yang mampu menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang dalam keadaan yang berubah secara dinamis.

3. Bentuk-bentuk Keluarga

(33)

1. Keluarga batih

Keluarga batih adalah kelompok keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum memisahkan diri dan membentuk keluarga tersendiri. Keluarga ini bisa disebut sebagai keluarga konjugal (conjugal family) yaitu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri dan anak-anaknya.

2. Keluarga luas

Keluarga luas adalah keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing istri dan suami. Dengan kata lain, keluarga luas adalah keluarga batih yang ditambah kerabat lain yang memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan. Sebutan keluarga yang diperluas (extended family) digunakan dalam suatu sistem yang masyarakatnya menginginkan beberapa generasi hidup dalam satu atap rumah tangga.

Berdasarkan pengertian di atas, penelitian ini berfokus pada keluarga batih yang merupakan kesatuan terkecil dalam masyarakat dan memiliki hubungan yang erat satu sama lain dalam keluarga.

C. Tinjauan Komunikasi dalam Keluarga

1. Pengertian Komunikasi Keluarga

(34)

masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruh dan saling memperhatikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak dalam rangka memberikan kesan, keinginan, sikap, pendapat dan pengertian yang dilandasi rasa kasih sayang, kerjasama, penghargaan, kejujuran, kepercayaan dan keterbukaan diantara mereka.

Hafied Cangara (2006:62) menjelaskan fungsi komunikasi dalam keluarga ialah meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik prribadi dalam keluarga, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi dalam keluarga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memilki banyak sahabat. Melalui komunikasi dalam keluarga juga dapat dibina hubungan yang baik, sehingga dapat menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik diantara anggota-anggota keluarga.

Komunikasi dalam keluarga merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang khas. Adapun ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakan dengan komunikasi massa adalah :

a. Terjadi secara spontan

(35)

c. Terjadi secara kebetulan d. Tidak mengejat

Hafied Cangara (2006:32) mengemukakan adanya komunikasi kelompok kecil sebagai bentuk nyata dari komunikasi dalam keluarga. Proses komunikasi belangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lainnya. Ciri-cirinya yaitu :

1. Anggota-anggota keluarga terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka.

2. Pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua anggota bisa berbicara dalam kedudukan yang sama. Dengan kata lain tidak ada pembicaraan tunggal yang mendominasi.

3. Sumber dan penerima sulit diidentifikasi, artinya dalam situasi ini semua anggota keluarga dapat berperan sebagai sumber sekaligus penerima. Karena itu pengaruhnya bisa bermacam-macam.

2. Unsur-Unsur Komunikasi Keluarga

Beberapa ahli menyebutkan unsur-unsur komunikasi di dalam keluarga sama dengan unsur-unsur komunikasi pada umumnya, Hafied Cangara (2006:21-27) merangkup pendapat para ahli, beberapa unsur komunikasi yang diterapkan untuk komunikasi dalam keluarga :

a. Sumber komunikasi

(36)

b. Pesan

Pesan yang disampaikan dalam komunikasi keluarga dapat disampaikan dengan cara tatap muka di dalam rumah atau melalui media komunikasi bila tidak bertemu di rumah. Isi pesan berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi atau nasehat yang berguna.

c. Media

Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber ke penerima. Terdapat beberapa saluran atau media komunikasi, yaitu media komunikasi utama untuk komunikasi dalam keluarga adalah panca indera manusia, pada saat anggota keluarga dapat bertemu langsung. Selain indera manusia ada juga saluran komunikasi yang dapat digunakan pada saat anggota keluarga tidak dapat bertemu muka, yaitu melalui telepon, telegram, ponsel, hingga internet.

d. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan. Di dalam keluarga, penerima pesan adalah semua anggota keluarga. Unsur lain adalah pengaruh atau efek pesan dari pengetahuan, sikap, atau tingkah laku seseorang

3. Komunikasi Keluarga sebagai Komunikasi Antarpribadi

(37)

a. Keterbukaan

Kemampuan untuk membaca dan mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kita terhadap orang lain. Kita harus melihat bahwa diri kita dan pembukaan diri yang akan kita lakukan tersebut diterima orang lain. Kalau kita sendiri menolak diri kita (self rejecting), maka pembukaan diri kita akan kita rasakan terlalu riskan. Selain itu, demi penerimaan diri kita maka kita akan harus bersikap tulus dan jujur dalam membuka diri.

Pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Faktor kedekatan atau proximity bisa menyatukan dua orang yang mempunyai hubungan erat. Kedekatan antar pribadi megakibatkan seseorang bisa dan mampu menyatakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Keterbukaan disini adalah bersikap terbuka dan jujur mengenai perasaan/pemikiran masing-masing, tanpa adanya rasa takut dan khawatir untuk mengungkapkannya (Liliweri,1997:18).

b. Empati

(38)

anggota keluarga benar-benar mengenali prilaku masing-masing, dan semua elemen keluarga harus dapat belajar cara tidak menyetujui tanpa perdebatan yang deskutif.

c. Dukungan

Untuk membangun dan melestarikan hubungan dengan sesama anggota keluarga kita harus menerima diri dan menerima orang lain. Semakin besar penerimaan diri kita dan semakin besar penerimaan terhadap orang lain, maka semakin mudah pula kita melestarikan dan memperdalam hubungan kita dengan orang lain tersebut.

d. Perasaan positif

Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita pun akan berpikiran positif tentang orang lain, sebaliknya bila kita menolak diri kita, maka kita pun akan menolak orang lain. Hal-hal yang kita sembunyikan tentang diri kita, seringkali adalah juga hal-hal yang tidak kita suka dari orang lain. Bila kita memahami dan menerima perasaan-perasaan kita, maka kita pun akan lebih mudah menerima perasaan-perasaan sama yang ditujukan orang lain (Supratiknya, 1995:86).

e. Kesetaraan

(39)

dituju dan dipusatkan ke arah pemecahan persoalan, supaya tidak menyimpang dan mencari kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan masing-masing. Oleh karena itu, sebuah komunikasi harus dilakukan secara konstruktif dan dengan dasar kasih sayang.

Keakraban dan kedekatan antara orang tua dan anak-anaknya membuat komunikasi dapat berjalan secara efektif dalam meletakkan dasar-dasar untuk berhubungan secara akrab dan dekat. Kemampuan orang tua dalam melakukan komunikasi akan efektif karena orang tua dapat membaca dunia anak-anaknya (selera, keinginan, hasrat, pikiran dan kebutuhan).

D. Tinjauan Komunikasi Antarpribadi

1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Menurut Joseph A. Devito (1997:234), komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh penyampai pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) secara langsung dalam konteks tatap muka (face to face communication). Berdasarkan definisi tersebut komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok kecil dalam suatu pertemuan, misalnya dalam sebuah keluarga.

(40)

penyampaian pesan berupa lambang baik verbal maupun non verbal antara dua orang atau bersifat tatap muka dan memperoleh efek danfeedbackyang langsung.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena dapat menggunakan kelima indera untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang dikomunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting, selama manusia masih mempunyai emosi, hasrat dan keinginan. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi ataupun teknologi tercanggih pun.

(41)

maka komunikasi dalam sebuah keluarga misalnya komunikasi antar suami istri, orang tua dan anak yang terikat hubungan keluarga termasuk kedalam komunikasi kelompok kecil yang memiliki hubungan yang mantap dan jelas (Devito,1997:231).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih baik secara organisasi maupun pada sekelompok orang yaitu keluarga.

2. Ciri-Ciri Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang terjadi antar beberapa orang melalui tatap muka dan prosesnya berlangsung dari mulut ke mulut. Dengan demikian dapat dilihat ciri-ciri komunikasi tersebut adalah (Liliweri, 1997:61): a. Jumlah orang yang terlibat sangat sedikit.

b. Tingkat kedekatan fisik pada waktu berkomunikasi intim sangat pribadi yaitu antar komunikator dan komunikan tidak ada batasan dan tidak menggunakan media apapun dalam melakukan komunikasi.

c. Pesan komunikasinya informal yaitu tidak secara resmi tetapi hanya mencakup kepentingan yang terjadi antar komunikan dan komunikator.

d. Penyesuaian pesan bersifat khusus yaitu pesan hanya diketahui oleh komunikator dan komunikan saja.

(42)

Berdasarkan dari ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang cenderung memilki arus pesan dan konteks komunikasi secara dua arah. Sehingga menyebabkan tingkat umpan balik yang terjadi semakin tinggi karena umpan balik yang terjadi bersifat segera.

3. Proses berlangsungnya Komunikasi Antarpribadi

Menurut Rakhmat (2005:126), dalam hubungan interpersonal tidak bersifat statis, tetapi selalu berubah-ubah. Untuk memelihara dan meneguhkan hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Dalam hal ini ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini ; keakraban, kontrol, respon yang tepat dan nada emosional yang tepat.

Faktor pertama adalah keakraban, yang merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.

Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa dan bilamana jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan siapa, siapakah yang dominan. Konflik terjadi biasanya bila masing-masing ingin berkuasa dan tidak ada pihak yang mau mengalah.

(43)

dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berhubungan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Dalam konteks respon ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu : konfirmasi dan diskonfirmasi.

Faktor keempat yang memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi. Walaupun mungkin saja terjadi dua orang berkomunikasi dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.

4. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Ada enam tujuan komunikasi antarpribadi yang dianggap penting oleh Widjaja (2000:122), yaitu :

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain b. Mengetahui dunia luar

c. Menciptakkan dan memelihara hubungan d. Mengubah sikap dan prilaku

e. Bermain dan mencari hiburan f. Membantu orang lain

(44)

5. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Menurut Kumar dalam Wiryanto (2006:36), efektifitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut :

a. Keterbukaan (openess) yaitu kemampuan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antar pribadi.

b. Empati (emphaty), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

c. Dukungan (supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi yang efektif.

d. Rasa positif (positivness), yaitu seseorang harus memilki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakkan situasi komunikasi yang kondusif untuk interaksi yang efektif. e. Kesetaraan (equality), yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah

pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu penting untuk disumbangkan.

6. Aspek yang Mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi

Menurut Rakhmat (2005:80-129), bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal :

a. Persepsi interpersonal

(45)

verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.

b. Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu :

1. Kemampuan mengatasi masalah 2. Merasa setara dengan orang lain 3. Menerima pujian tanpa rasa malu

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu :

(46)

b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita

karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

c. Atraksi interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal :

(47)

2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memilki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan orang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

d. Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Menurut Rakhmat (2005:129-138) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah :

1. Percaya / trust, bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila terdapat faktor-faktor sebagai berikut:

a) Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memilki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu, orang itu memilki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten. b) Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai

(48)

c) Dualitas komunikasi dan sifatnya menggambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan tumbuh.

2. Prilaku suportif, beberapa ciri prilaku suportif, yaitu :

a) Deskripsi : penyampaian pesan, perasaan dan persepsi tanpa menilai atau mengecam kelemahan dan kekurangan.

b) Orientasi masalah : mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah, mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan.

c) Spontanitas : sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti mortif yang terpendam.

d) Empati : menganggap orang lain sebagai personal.

e) Persamaan : tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak menghilangkan keyakinan dan perbedaan walaupun status berbeda. Penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pendapat. f) Profesionalisme : kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri. 3. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara objektif, kemampuan

(49)

E. Tinjauan Tentang Pembentukan Karakter Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Soerjono Soekanto (1987:50) remaja adalah suatu masa dimana anak berada pada usia 14-17 tahun. Sedangkan menurut Zakiyah Derajat (1974:35) remaja adalah suatu usia manusia yang paling banyak mengalami perubahan sehingga membawa perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa dan usia anak tersebut antara 13-23 tahun.

“Remaja merupakan usia seorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang lebih kuat dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini tergantung pada tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju masyarakat, semakin panjang usia remaja karena ia harus mempersiapkan diri di dalam masyarakat yang banyak syarat dan banyak tuntutannya”(Drajat dalam S. Willis, 1981:22).

2. Batasan Usia Remaja

Batasan usia remaja dapat ditentukan saat kita melihat adanya suatu proses yang dialami seorang remaja, dimana seorang remaja yang sedang beranjak dari masa peralihan atau transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa akan cenderung untuk dapat mengontrol diri mereka sendiri.

(50)

berbagai suku, adat, dan tingkat sosial ekonomi maupun pendidikannya. Walaupun demikian dapat menggunakan batasan usia remaja berkisar antara 11-24 tahun dikarenakan:

1. Usia 11 tahun adalah usia pada umumnya ditandai seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik)

2. Banyaknya masyarakat Indonesia usia 11 tahun dianggap akil baligh baik adat maupun agama sehingga masyarakat tidak memperlakukan sebagai anak-anak (kriteria sosial)

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya segala identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.

4. Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk memberikan peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, namun belum bisa memberikan pendapatan sendiri serta belum mempunyai hak sebagai orang dewasa. 5. Status perkawinan juga sangat menentukan karena arti perkawinan masih

(51)

3. Pengertian Karakter

Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi (Horby dan Parnwell, 1972:49) dalam Hamka (2011:197). Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa, 1997:21) dalam Hamka (2011:197).

Karakter menurut Alwisol (dalam Zubaedi, 2011:11) diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian, karena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan sosial. Keduanya relatif permanen serta menuntun, mengarahkan, dan mengorganisasikan aktivitas individu.

(52)

4. Bentuk Karakter Remaja

Menurut pakar pendidikan dan psikologi anak, Ratna Megawangi (dalam Rohinah, 2012:87) menjelaskan bahwa, pada zaman globalisasi ini remaja memiliki peran penting untuk meneruskan perjuangan Indoneia tercinta ini. Tetapi dengan seiring berkembangnya zaman banyak perubahan karakter yang terjadi pada remaja Indonesia. Baik positif maupun negatif. Karakter positif antara lain : 1. Semakin kreatif, karena semakin banyaknya fasilitas yang mendukung

2. Semakin berani untuk berpendapat (percaya diri untuk beragumen)

Kemudian di bawah ini ada beberapa karakter negatif dari remaja Indonesia antara lain :

1. Cenderung Malas karena dimanjakannya dengan teknologi 2. Semakin Boros karena banyaknya fasilitas yang diinginkan 3. Kurang menghargai diri sendiri

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Remaja

Pembentukan karakter remaja berawal dari dua faktor yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya/masyarakat :

1. Faktor keluarga

(53)

Peran keluarga disini didasarkan pada anggapan umum bahwa waktu terbanyak berada bersama orang tua, saudara-saudaranya di lingkungan yang disebut keluarga. Lingkungan keluarga yang harmonis, saling asih, asah, asuh akan dijadikan sosialisasi awal remaja untuk mengenal dunia di luar keluarga. Lingkungan keluarga yang membudayakan sikap sopan santun, penuh tata krama, saling menghormati akan terbawa pada kepribadian remaja.

2. Faktor lingkungan masyarakat

Di luar lingkungan keluarga dalam proses sosialisasi, seorang remaja mau tidak mau mengadakan interaksi dengan masyarakat sebagai bagian dari hidupnya. Oleh karenanya, peran masyarakat baik itu lingkup sepermainan. Teman dalam kelompok atau pada lingkup masyrakat punya andil terhadap perkembangan si remaja.

6. Peranan Orang Tua

(54)

2. Menjadi panutan yang positif bagi anak sebab anak belajar terbanyak dari apa yang dilihatnya, bukan dari apa yang didengarnya.

3. Mendidik anak, artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar berperilaku dengan apa yang diajarkannya (dalam Zubaedi, 2011:144).

Secara perinci, setidaknya terdapat 10 cara yang dapat dilakukan ayah-ibu untuk melakukan pengasuhan yang tepat dalam rangka pembentukan karakter yang baik pada anak, antara lain :

1. Menempatkan tugas dan kewajiban ayah-ibu sebagai agenda utama.

2. Mengevaluasi cara ayah-ibu dalam menghabiskan waktu selama sehari/seminggu.

3. Menyiapkan diri menjadi contoh yang baik.

4. Membuka mata telinga terhadap apa saja yang sedang mereka serap atau mereka alami.

5. Menggunakan bahasa karakter.

6. Memberikan hukuman dengan kasih sayang. 7. Belajar untuk mendengarkan anak.

8. Terlibat dalam kehidupan sekolah anak.

9. Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja, dalam hal kegiatan, seperti makan bersama.

10. Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja, dalam hal bersikap dan kebiasaan yang bisa dicontoh anak (dalam Zubaedi, 2011:145).

F. Kerangka Pikir

(55)

juga sebagai wadah dari setiap usaha pemecahan suatu masalah yang ada termasuk kaitannya dalam masalah pembentukan karakter remaja.

Remaja merupakan aset bangsa. Hal ini sudah dimaklumi oleh khalayak. Roda pembangunan nasional kelak akan diambil alih oleh mereka yang kini masih remaja. Oleh karenanya, remaja saat ini menjadi bagian permasalahan yang komplek apabila di latar belakangi oleh kenyataan karakter remaja saat ini.

Keluarga sebagai wahana pertama dan utama bagi pembentukan dan perkembangan karakter seseorang. Mengutip pendapat Rizal, karakter seseorang tidak dapat diubah, namun lingkungan dapat menguatkan dan memperlemah karakter tersebut. Oleh karena itu, orang tua sebagai acuan pertama anak dalam membentuk karakter perlu dibekali pengetahuan mengenai perkembangan anak dengan melihat harapan sosial pada usia tertentu, sehingga anak akan tumbuh sebagai pribadi yang berkarakter (dalam Zubaedi, 2011:154).

Menurut Taryana dan Rinaldi, karakter terbentuk dari proses meniru, yaitu melalui proses melihat, mendengar, dan mengikuti. Untuk itu, karakter sesungguhnya dapat diajarkan secara sengaja. Oleh karena itu, seorang anak dalam hal ini remaja, dapat memiliki karakter yang baik atau juga karakter buruk, tergantung yang ia pelajari, salah satu yang paling utama adalah melalui keluarga (dalam Zubaedi, 2011:154).

(56)

mengontrol dan tidak mengetahui karakter atau tabiat anaknya, bisa saja remaja tersebut menjadi berandal yang selalu membuat keonaran dalam masyarakat. Dibutuhkan perhatian yang ekstra dan komunikasi yang bisa mengembalikan karakter remaja ini kepada keribadian yang baik.

Pada umumnya komunikasi yang dilakukan dalam keluarga sama halnya dengan komunikasi antarpribadi. Menurut Joseph A. Devito (1997:234), komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh penyampai pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) secara langsung dalam konteks tatap muka (face to face communication). Dari definisi tersebut komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok kecil dalam suatu pertemuan.

(57)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun sebuah bagan kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan Kerangka Pikir

PERANAN KOMUNIKASI KELUARGA

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI : 1. KETERBUKAAN

2. EMPATI 3. DUKUNGAN 4. RASA POSITIF 5. KESETARAAN

(58)

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut Moleong (2005; 6), penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi (perhitungan) lainnya.

(59)

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus penelitian karena fokus penelitian akan dapat membatasi studi yang akan diteliti. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Penerapan fokus penelitian berfungsi dalam memenuhi kriteria-kriteria, inklusi-inklusi, atau masukan-masukannya, menjelaskan informasi yang diperoleh di lapangan. Dengan adanya fokus penelitian, akan menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah. Oleh karena itu, fokus penelitian dalam penelitian ini, yaitu:

“Apakah peranan komunikasi keluarga berjalan secara efektif sesuai dengan

indikator komunikasi antar pribadi (keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, kesamaan), khususnya berperan dalam pembentukan karakter remaja”.

C. Penentuan Informan

Teknik pemilihan informan adalah teknik purposive (disengaja). Menurut Sigarimbun dan Sofyan Effendi (2000:35), teknik purposive bersifat tidak acak, dimana subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang digunakan dalam penentuan informan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Subjek yang telah lama dan intensitas dengan satu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran perhatian peneliti.

(60)

3. Subjek yang mempunyai cukup informasi, banyak waktu dan kesempatan untuk diminta keterangan dan data yang dibutuhkan terkait masalah penelitian.

4. Teknik dengan penelitian ini yaitu subjek yang memenuhi kriteria memiliki unsur kedekatan secara personal dan terlihat langsung hubungan interpersonal yang terjadi.

Berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas dan pra riset yang dilakukan penulis, maka informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Keluarga batih yang memiliki remaja yang tinggal dalam satu rumah di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim, Bandarlampung.

2. Orang tua yang memiliki latar belakang, status sosial, ekonomi yang berbeda.

3. Orang tua yangsingle parent, yang mengurus anaknya sendiri.

4. Remaja sesuai dengan batasan usia remaja yang memiliki karakter baik dan karakter buruk.

Alasan pemilihan informan dalam penelitian ini adalah :

1. Para informan diketahui mempunyai informasi terkait dengan permasalahan mengenai peranan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja.

(61)

terkadang tidak ada waktu untuk berkumpul bersama anak tetapi jalinan komunikasi tetap baik. Ditemukan juga orang tua yang tidak sempat memberikan perhatiannya pada anak dandalam komunikasinya dengan anak selalu menganggap dan menanggapi dengan bahasa penolakan.

3. Dalam penelitian ini, ditemukan keluarga yang memiliki anak remaja lebih dari satu. Penulis mengambil satu di antaranya dengan alasan anak tersebut memiliki karakter yang berbeda dengan saudaranya yang masih tergolong masa remaja awal. Diketahui anak tersebut mandiri dalam keluarganya dan tidak ingin menyusahkan orang tuanya. Meskipun orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya, sehingga menyita waktu untuk mengalihkan perhatiannya pada anak tersebut, anak ini berusaha untuk lebih membuka diri untuk lebih membangun komunikasi yang baik dengan orang tuanya, sehingga hubungan anak dengan orang tua tidak terhambat begitu saja dengan pekerjaan orang tua. Terlebih lagi anak ini menyempatkan waktu untuk berkumpul dan meinginkan nasehat dari orang tuanya.

(62)

Pendekatan yang dilakukan terhadap informan dalam penelitian ini disesuaikan dengan pendapat Moleong (2005: 199-200), yaitu sebagai berikut:

1. Menemukan siapa yang akan diwawancarai. Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar diantara beberapa orang yang memenuhi persyaratan. Mereka adalah yang berperan, yang pengetahuannya luas tentang daerah atau lembaga tempat penelitian, dan yang suka bekerjasama untuk kegiatan penelitian yang sedang dilakukan. Pada dasarnya masalah penelitianlah yang membimbing pewawancara untuk menentukan responden yang diwawancarai. Jika ditemukan hanya satu atau dua orang, sedangkan oleh pewawancara dirasakan masih kurang, maka pewawancara dapat menanyakan kepada terwawancara siapa-siapa lagi yang kiranya memenuhi persyaratan untuk keperluan itu.

2. Mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan informan, karena informan adalah orang-orang pilihan, maka peneliti sendirilah yang melakukannya.

(63)

beberapa alternatif pertanyaan yang didasarkan atas beberapa kemungkinan jawaban.

D. Lokasi Penelitian

Dalam usaha mencari data yang diperlukan pada penelitian ini, dipilih Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim, Bandarlampung sebagai daerah penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui : 1. Observasi

Observasi adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yeng diinginkan atau suatu studi dengan sengaja dan sistematis tentang keadaan fenomena sosial dan gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. (Arikunto, 1989:63)

(64)

penulis mengamati beberapa remaja yang memiliki karakter baik dan buruk dan bagaimana komunikasinya dengan orang tua.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu pencatatan yang diarahkan kepada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan. Dimana dua orang atau lebih dapat berhadapan-hadapan secara fisik. Metode wawancara mendalam ini digunakan untuk mendapatkan keterangan secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan. Dengan menggunakan metode ini diharapkan akan memperoleh data primer yang berkaitan dengan penelitian, dan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dalam menganalisa data selanjutnya. Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang sifatnya depth interview. Narasumber adalah para informan orang tua dan remaja yang tinggal satu rumah di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencari atau mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian untuk melengkapi data primer. Pada penelitian ini, penulis menambahkan data sekunder dengan studi literatur, referensi, jurnal dan hasil penelitian sebelumnya.

F. Teknik Analisis Data

(65)

sehingga mudah untuk dibaca. Teknik analisis data digunakan untuk analisis kualitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Data diperoleh di lapangan dituangkan ke dalam laporan, selanjutnya direduksi, dirangkum, difokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya atau disusun secara sistematis. Data yang direduksi memberi gambaran yang tajam sebagai hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan.

2. Display(Penyajian Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lebih baik adalah merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid untuk melihat gambaran keseluruhan dari penelitian ini, maka akan diusahakan membutuhkan interpretatif yang baik pada peneliti, sehingga dapat menyajikan secara baik.

3. Verifikasi(Menarik Kesimpulan)

(66)

1. Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini adalah warga Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim, Kelurahan Way Halim, Kecamatan Kedaton, Bandarlampung. Informan terdiri dari 4 informan orang tua dan 4 informan anak remaja. Dalam hal ini para informan memberikan penjelasan yang berkaitan dengan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja. Adapun identitas informan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: 1 Rosinawati Perempuan 55 Ibu Rumah

Tangga

SMA 1 orang 2 Syamsul

Arifin

Laki-Laki 45 Guru S1 2 orang 3 Ahmad

Riyanto

(67)

2. Deskripsi Profil Informan

a. Informan I

Informan pertama adalah ibu Rosinawati, berusia 55 tahun. Ibu Rosinawati merupakan orang tua tunggal. Sehari-hari ibu Rosinawati bekerja sebagai ibu rumah tangga dan menghidupi keluarganya dengan membuat kue dan menitipkannya ke pedagang di pasar. Ibu ros mempunyai anak tunggal yang bernama Rizky berusia 16 tahun.

b. Informan II

Informan kedua adalah bapak Syamsul Arifin berusia 45 tahun. Mempunyai istri bernama Yenni Amirah berusia 41 tahun, anak laki-laki bernama Zulfikri Arif berusia 17 tahun dan anak perempuan bernama Monita Ratnasari berusia 14 tahun. Bapak Syamsul bekerja sebagai guru di salah satu sekolah negeri di Bandarlampung dan Ibu Yenni bekerja adalah ibu rumah tangga. Sebagai bapak yang mencari nafkah untuk keluarga, disibukkan oleh pekerjaan, terkadang waktu bersama keluarga itu kurang bagi bapak Syamsul.

c. Informan III

(68)

d. Informan IV

Informan keempat adalah ibu Ani Salamah berusia 38 tahun. Mempunyai suami bernama Supendi berusia 40 tahun, anak laki-laki yang pertama bernama Dedi Supriyadi berusia 16 tahun dan anak perempuan bernama Intan Rahayu berusia 14 tahun. Ibu Ani Salamah dan suaminya pak Supendi bekerja sebagai pedagang di pasar.

e. Informan V

Informan kelima adalah Rizky berusia 16 tahun. Risky adalah anak tunggal dari ibu Rosinawati. Rizky putus sekolah sejak kelas 2 SMP dan tidak ingin melanjutkan sekolahnya. Tetapi Rizky tidak patah semangat untuk terus bekerja dan membanggakan orang tuanya.

f. Informan VI

Informan keenam adalah Zulfikri Arif berusia 17 tahun, yaitu anak pertama dari pasangan bapak Syamsul Arifin dan ibu Yenni Amirah. Fikri masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Di usianya saat ini, Zulfikri sangat membutuhkan perhatian dari orang tuanya. Oleh karena itu, Zulfikri lebih berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik pada orang tuanya.

g. Informan VII

(69)

h. Informan VIII

Informan kedelapan adalah Dedi Supriyadi berusia 16 tahun, yaitu anak pertama dari pasangan bapak Supendi dan ibu Ani Salamah. Dedi masih duduk di bangku sekolah kelas 3 SMP. Dedi tergolong anak yang tertutup, tidak perhatian kepada keluarganya.

C. Hasil Penelitian

Hasil wawancara dengan para informan mengenai peranan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung meliputi efektivitas komunikasi antarpribadi, yaitu keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, dan kesetaraan. Berikut deskripsi hasil wawancara mengenai peranan komunikasi keluarga dalam pembentukan karakter remaja di Lingkungan II Cengkeh Perumnas Way Halim Bandarlampung.

a. Keterbukaan

(70)

Tabel 2. Mengenai Keterbukaan

Pertanyaan

Orang Tua: Apakah bapak/ibu sudah sepenuhnya terbuka pada anak?

Anak: Menurut kamu, apakah kamu sudah sepenuhnya terbuka dengan orang tua?

Informan

Pada saat ngobrol biasa apa waktu saya kasih nasehat sama anak, saya udah bilang berkali-kali, kalo ada masalah apa pengen sesuatu tinggal ngomong

Saya sih gak da yang ditutup-tutupin sama ibu, kalo

Pada waktu ngobrol sehari-hari sama anak sebagai orang tua saya harus terbuka, biar anak itu lebih nyaman dan ada yang ngertiin

Kalo waktu ngobrol sama ayah pa ibu, saya selalu ngeluarin semua masalah saya, karena saya lebih percaya orang tua, dan mereka juga ngasih masukan

Ahmad

saya lebih menanamkan sifat keterbukaan sama anak-anak, karena secara tidak langsung akan menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga

Saya selalu ngomong terus terang kalo ada unek-unek, kalo dipendem malah saya yang susah

Ani Salamah kadang dia maksa mau minta uang, ya saya bilang ja gak da

Saya males mas mau ngomong terbuka sama orang tua saya, takut dimarahin, apa lagi mau ngomong jujur, malah tambah dimarahin

Sumber: Hasil wawancara

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa menurut pernyataan ibu Rosinawati:

Gambar

Tabel 1. Identitas Informan Penelitian
Tabel 2. Mengenai Keterbukaan

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan bagi orang tua untuk terus mempertahankan dan meningkatkan komunikasi keluarga khususnya dengan anak-anak remajanya, karena melalui komunikasi dalam

Teknik Pengolahan dan Analisis Data Telah dijelaskan bahwa penelitian ini akan mengungkapkan upaya pendidikan karakter pada anak usia dini oleh keluarga dengan demikian yang

Karakter Anak yang terjadi Dalam Jemaat GPM Eden karena Peran keluarga dalam menumbuhkan karakter peduli lingkungan bagi Anak masih jauh dari apa yang diharapkan atau

Karena itu penulis tertarik untuk meneliti proses komunikasi itu dan mengangkatnya dalam judul: GAP KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM KELUARGA ANTARA ORANG TUA DAN ANAK (Studi

Penelitian ini berjudul Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja: Sebuah studi Kasus Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, karena keluarga merupakan tempat tumbuh dan berkembang yang pertama bagi anak, dimana anak akan mendapatkan

Keberhasilan dari Pendidikan karakter tidak hanya besar pada pendidikannya disekolah , tetapi peranan besar dalam Pendidikan karakter dipegang kuat oleh peranan keluarga karena mereka

Tabel 1.3 Pendekatan yang digunakan dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini di Lingkungan Keluarga Subjek Penelitian Keluarga Pendekatan Pelaksana Peran W Penggunaan Media