• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LIMA JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM PADA PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LIMA JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM PADA PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LIMA JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN DOSIS PUPUK NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM PADA

PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

(Skripsi)

Oleh

ARI DWINARA JANUARSYAH

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGARUH LIMA JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN DOSIS PUPUK NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM PADA

PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

Oleh

ARI DWINARA JANUARSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

pada

Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : PENGARUH LIMA JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN DOSIS PUPUK

NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM PADA PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

Nama Mahasiswa : Ari Dwinara Januarsyah No. Pokok Mahasiswa : 0614011020

Jurusan : Budidaya Pertanian

Program Studi : Agronomi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc. Ir. Sugiatno, M.S.

NIP 19660304 199012 2001 NIP 19600226 1986031004

2. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc.

Sekretaris : Ir. Sugiatno, M.S.

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196008261987021001

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 02 Januari 1989 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak TjuTju Sukarsa dan Ibu Hariani, S.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Mutiara pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 25 Bandar Lampung pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) YP UNILA Bandar Lampung pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2006 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Agropala, Himadita, dan English club. Penulis juga menjadi anggota divisi satu Himpunan Mahasiswa

Budidaya Pertanian, ketua divisi hubungan antar lembaga Agropala dan pimpinan redaksi Buletin Belantara Agropala. Pada tahun 2010, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di desa Bandar Agung, Lampung Timur dengan tema Kemitraan Agribisnis Jagung Melalui Rekayasa Kelembagaan Kelompok Tani.

(6)

Semuanya telah diketahui, kecuali bagaimana cara untuk hidup (John-Paul Sartre)

Segala sesuatu dalam hidup adalah keberuntungan (Donald Trump)

(7)
(8)

Ari Dwinara Januarsyah

ABSTRAK

PENGARUH LIMA JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN PUPUK NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM PADA

PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre)

Oleh

Ari Dwinara Januarsyah

Bibit merupakan fase awal pertumbuhan tanaman kopi dan bibit memerlukan unsur hara dan air yang cukup. Lampung sebagai salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia memiliki tanah yang didominasi olleh jenis Ultisol. Tanah jenis ini dapat mengikat unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Fungi Mikoriza Arbuskular merupakan mikroorganisme yang dapat mengurai unsur hara sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.

(9)

Ari Dwinara Januarsyah

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai September 2011 di rumah kaca dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung. Penelitian disusun secara faktorial (6x2) dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) yang terdiri atas 4 kelompok. Faktor pertama adalah jenis FMA, yang terdiri dari: kontrol (m0), Glomus sp. 1 (m1), Entrophospora sp. (m2), Glomus sp. 2 (m3), Gigaspora sp. (m4), Glomus sp. 3 (m5). Faktor kedua adalah dua takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl. Takaran pertama adalah 0,5 g urea, 0,25 g SP-36, dan 0,25 g KCl (p1). Takaran kedua adalah 0,25 g urea, 0,13 g SP-36, dan 0,13 g KCl (p2). Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Data dianalisis ragam kemudian pemisahan nilai tengah diuji dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas anugerah, rahmat, ridho, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan diselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc. dan Bapak Ir. Sugiatno, M.S. selaku pembimbing pertama dan kedua atas saran, bimbingan, nasihat, kritik, arahan, koreksi, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian dan dalam rangka penyelesaian skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. selaku Pembahas dan

Pembimbing Akademik atas nasihat, saran, motivasi, dan perhatiannya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran dan koreksi kepada penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P. selaku Ketua Program Studi Agronomi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran dan bimbingannya.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

(11)

iii 6. Seluruh Dosen Jurusan Budidaya Pertanian yang telah berbagi pengetahuan,

pengalaman yang berharga, serta pembentukan pola pikir ke arah yang lebih baik selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7. Malaysian Agri Hi-Tech atas bantuan dana yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Ayahanda TjuTju Sukarsa, Ibunda Hariani, S.Pd., Ika Mulya Sari, S.S., Digita Globo Yasawara, dan Fitrianingsih, S.Psi. yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan dan perhatian kepada penulis.

9. Yayah Inayah dan Roosaria Tyara yang telah memberikan saran, motivasi,

tenaga, perhatian, dan waktunya kepada penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

10. Stenoschlaena Palustris Team: Novalim Purlasyanko, Ramadian B. Santoso,

Gustiawan, dan Virgio Koriyando yang telah memberikan dukungan, tenaga, kebersamaan, dan petualangan kepada penulis selama menjadi mahasiwa. 11. Rio Panjinata, Firmansyah, Adi Cahyadi, Yunita, Fitria Andriani, Mey

Hardiani, Wendi Saputri, Adhe P. Ningrum, Sigit Wahyudi, dan rekan-rekan Agropala lainnya yang telah memberikan keceriaan dan persaudaraan.

(12)

iv 13. Myco Family, Mbak Vida, Mbak Tri, Mbak Anggun, Bang Gerry, Ifah, Ipul,

Defky, Dayat, Ratih, Ambar, Syaifudin, dan Sinta atas bantuan, saran, motivasi, dan perhatian kepada penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan orang lain yang membacanya.

Bandar Lampung, Februari 2012

(13)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 9

1.5 Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Botani Tanaman Kopi Robusta ... 12

2.2 Syarat Tumbuh Kopi Robusta ... 13

2.3 Pembibitan Kopi ... 14

2.4 Tanah Podsolik Merah Kuning ... 15

2.5 Pupuk Nitrogen ... 16

2.6 Pupuk Fosfor ... 16

2.7 Pupuk Kalium ... 17

2.8 Mikoriza ... 17

2.9 Fungi Mikoriza Arbuskular .. ... 19

(14)

vi Halaman

III. BAHAN DAN METODE ... 21

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

3.2 Bahan dan Alat ... 21

3.3 Metode Penelitian ... 21

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 24

3.4.1 Penyemaian benih ... 24

3.4.2 Persiapan media tanam ... 24

3.4.3 Penanaman dan pemberian fungi mikoriza arbuskular ... 24

3.4.4 Pemeliharaan ... 25

3.4.5 Pemupukan ... 25

3.5 Pengamatan ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil ... 28

4.1.1 Persen infeksi akar ... 29

4.1.2 Tinggi bibit ... 29

4.1.3 Diameter batang ... 30

4.1.4 Jumlah daun ... 31

4.1.5 Bobot basah tajuk ... 32

4.1.6 Bobot kering tajuk ... 33

4.1.7 Panjang akar tunggang ... 34

4.1.8 Jumlah akar primer ... 35

4.1.9 Bobot basah akar ... 36

4.1.10 Bobot kering akar ... 37

4.1.11 Volume akar ... 38

4.2 Pembahasan ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(15)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Dosis pupuk untuk bibit kopi ... 15 2. Rekapitulasi hasil analisi ragam data penelitian ... 28 3. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada persen infeksi akar bibit kopi robusta 7 bss ... 29 4. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada tinggi bibit kopi robusta 7 bss ... 30 5. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada diameter batang bibit kopi robusta 7 bss ... 31 6. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada jumlah daun bibit kopi robusta 7 bss ... 32 7. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada bobot basah tajuk bibit kopi robusta 7 bss ... 33 8. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada bobot kering tajuk bibit kopi robusta 7 bss ... 34

9. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada panjang akar tunggang bibit kopi robusta 7 bss ... 35 10. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada jumlah akar primer bibit kopi robusta 7 bss ... 36 11. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada bobot basah akar bibit kopi robusta 7 bss ... 37 12. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

pada bobot kering akar bibit kopi robusta 7 bss ... 38 13. Pengaruh jenis FMA dan pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl

(16)

viii Tabel Halaman

15. Rekapitulasi uji bartlet untuk homogenitas ragam antarperlakuan .. 49

16. Data persen infeksi akar bibit kopi robusta 7 bss ... 49

17. Analisis ragam untuk persen infeksi akar bibit kopi robusta 7 bss . 50

18. Data tinggi tanaman bibit kopi robusta 7 bss ... 50

19. Analisis ragam untuk tinggi tanaman bibit kopi robusta 7 bss ... 51

20. Data diameter batang bibit kopi robusta 7 bss ... 51

21. Analisis ragam untuk diameter batang bibit kopi robusta 7 bss ... 52

22. Data jumlah daun bibit kopi robusta 7 bss ... 52

23. Data bobot basah tajuk bibit kopi robusta 7 bss ... 53

24. Analisis ragam untuk bobot basah tajuk bibit kopi robusta 7 bss ... 53

25. Data bobot kering tajuk bibit kopi robusta 7 bss ... 54

26. Analisis ragam untuk bobot kering tajuk bibit kopi robusta 7 bss .. 54

27. Data panjang akar tunggang bibit kopi robusta 7 bss ... 55

28. Analisis ragam untuk panjang akar tunggang bibit kopi robusta 7 bss 55

29. Data jumlah akar primer (sebelum transformasi) bibit kopi robusta 7 bss ... 56

30. Data jumlah akar primer (setelah transformasi) bibit kopi robusta 7 bss ... 57

31. Analisis ragam untuk jumlah akar primer bibit kopi robusta 7 bss . 57

32. Data bobot basah akar bibit kopi robusta 7 bss ... 58

33. Analisis ragam untuk bobot basah akar bibit kopi robusta 7 bss .... 58

34. Data bobot kering akar bibit kopi robusta 7 bss ... 59

35. Analisis ragam untuk bobot kering akar bibit kopi robusta 7 bss ... 59

36. Data volume akar bibit kopi robusta 7 bss ... 60

(17)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Tata letak percobaan di rumah kaca ... 23 2. Teknik inokulasi FMA dan penanaman ... 25 3. Bibit kopi robusta umur 7 bss, m0 (tanpa FMA), m5 (Glomus sp. 3),

p1 (0,5 g urea, 0,25 g SP-36, dan 0,25 g KCl), dan p2 (0,25 g urea,

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Tanaman kopi telah dibudidayakan di 70 negara atau lebih dan menjadi komoditas penting. Di negara berkembang seperti Indonesia, kopi secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi yang besar dalam menyumbangkan devisa dan menyerap tenaga kerja.

Tanaman kopi tergolong dalam famili Rubiaceae dan sekitar 100 spesies telah

ditemukan yang semuanya berasal dari Afrika. Di dunia, terdapat dua jenis kopi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi yaitu kopi arabika (Coffea arabica L.) dan kopi robusta (Coffea canephora Pierre) (Davis et al., 2006).

(19)

2 Pembibitan merupakan tahap awal pertumbuhan dan perkembangan menjadi bentuk tanaman yang utuh. Khusus untuk tanaman kopi jenis robusta, pembibitan lebih banyak dengan menggunakan cara vegetatif, yaitu dengan cara penyambungan. Biji kopi robusta telah terserbuki oleh tanaman yang lain, hal ini membuat biji kopi robusta yang ditanam tidak akan sama dengan induknya (Wilson, 1999).

Pada tahap pembibitan, tanaman memerlukan suplai unsur hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006), podsolik merah kuning (PMK) diklasifikasikan kedalam jenis tanah Ultisol. Jenis tanah ini paling banyak di Indonesia dan untuk daerah Lampung sendiri PMK sangat mendominasi. Jumlah tanah PMK di Lampung 1.522.336 Ha dari total luas daerah Lampung sebesar 3.320.700 Ha. Menurut Cardoso dan Kuyper (2006), jenis tanah ini sebagian besar berada pada daerah tropis, memiliki ciri-ciri nutrisi dalam tanah rendah, risiko erosi, pH rendah yang menyebabkan keracunan alumunium (Al), pengikatan unsur fosfor yang tinggi, kurangnya bahan organik dalam tanah, dan daya menahan air yang rendah.

Untuk itu, pada tanah PMK pemupukan dan penyiraman menjadi syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk fosfor pada tanaman

(20)

3 Penyerapan unsur fosfor akan meningkatkan penyerapan unsur hara yang lainnya. Unsur nitrogen dan kalium merupakan unsur terpenting sama halnya dengan fosfor. Kedua unsur ini juga menunjang pertumbuhan dan perkembangan bibit kopi robusta.

Mikoriza adalah golongan fungi yang bersimbiosis dengan akar tanaman yang banyak berada dibumi ini. Jenis yang sering dijumpai adalah fungi mikoriza arbuskular (FMA). Jenis ini mampu bersimbiosis dengan lebih kurang 90% spesies tanaman dan terdapat lebih dari 150 spesies FMA yang termasuk dalam phylum glomeromycota (Schubler, Schwarzott, dan Walker, 2001). Manfaat FMA bagi tanaman inangnya adalah untuk mempermudah penyerapan unsur hara yang immobil, terutama fosfor, membantu tanaman inangnya untuk dapat bertahan dari serangan patogen, dapat bertahan pada tanah yang memiliki logam berat karena FMA akan menyerap unsur hara disekitarnya untuk menyeimbangkan logam berat yang ada pada tanaman, dapat mengatasi keracunan logam Al, dapat meningkatkan penyerapan air, dan juga dapat memperbaiki agregat dan struktur tanah berkat hifa yang dimiliki oleh FMA (Cardoso dan Kuyper, 2006).

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Diantara jenis-jenis FMA yang diuji, jenis FMA mana yang lebih sesuai untuk bibit kopi robusta?

2. Takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl yang manakah yang terbaik untuk

(21)

4 3. Apakah respon bibit kopi robusta terhadap pemberian FMA ditentukan oleh

takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl?

4. Berapakah takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl yang terbaik untuk masing-masing FMA?

1.2Tujuan

Berdasarkan indentifikasi dan permasalahan yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan jenis FMA yang sesuai pada pembibitan kopi robusta. 2. Untuk mendapatkan takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl yang terbaik untuk

pertumbuhan bibit kopi robusta.

3. Untuk mengetahui apakah tanggapan bibit kopi robusta terhadap pemberian FMA ditentukan oleh takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl.

4. Untuk mendapatkan takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl yang terbaik untuk masing-masing jenis FMA.

1.3Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoretis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

(22)

5

Nitrogen pada tanah dan tanaman berasal dari fiksasi N2 dari atmosfer. Di dunia, fiksasi nitrogen hayati mensuplai setengah dari kebutuhan N, sisanya berasal dari fiksasi industri untuk perusahaan pupuk. Pupuk yang banyak digunakan adalah urea (CO(NH2)2). Sumber N lainnya adalah fiksasi N2 hayati dan pupuk organik. Bentuk yang diserap oleh tanaman berupa ion nitrogen: nitrat (NO3-) dan ammonium (NH4+). Tingkat mineralisasi N tidak hanya tergantung pada jumlah dan jenis bahan organik, tetapi juga kadar air tanah dan temperatur (Singers dan Munns, 1992).

Hampir semua unsur N didalam tanaman terkandung pada protein. Protein berfungsi sebagai enzim, yang mengkontrol dan mengkatalis reaksi kimia di dalam sel. Protein mengkatalis reaksi tertentu karena protein dapat berubah bentuk menjadi molekul substrat. N juga berperan dalam transfer energi, transfer elektron, dan informasi genetik (Singers dan Munns, 1992).

(23)

6 Pada tanah masam, fosfor akan bersenyawa dengan alumunium dan besi membentuk Al-P dan Fe-P sedangkan pada tanah alkali, fosfor akan bersenyawa dengan kalsium membentuk Ca-P yang sukar larut. Hal ini membuat fosfor yang tersedia bagi tanaman sedikit walaupun pemberian pupuk fosfor dilakukan terus-menerus. Hal yang terjadi di lapangan adalah fiksasi P yang berdampak pada berkurangnya P tersedia bagi tanaman. Ada 3 macam jenis fiksasi P yaitu fiksasi oleh ion Fe dan Al dalam larutan tanah, bila fosfor bertemu dengan CaCO3 dalam tanah alkalis akan diendapkan, dan reaksi lempung dengan fosfat (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Ketersediaan kalium (K) di dalam tanah meningkat bersamaan dengan K ditukarkan, tapi itu tergantung dari kapasitas tukar kation (KTK) dan sumber K lainnya. Jika KTK besar, jumlah K ditukarkan yang diberikan akan membantu kekurangan dan sedikitnya konsentrasi K dalam larutan. Tetapi jika di dalam tanah terdapat sumber K berguna lainnya, maka K ditukarkan akan berkurang. Ion K berguna untuk aktivasi enzim dan regulator osmosis (Singers dan Munns, 1992).

(24)

7 akan dibawa ke arbuskul tempat bertukarnya makanan. Tanaman akan memberikan karbohidrat dan FMA akan memberikan unsur hara dan air (Read dan Smith, 2008).

Menurut Mandelbaum dan Piche (2000), ada dua tahap yang terjadi pada saat tanaman dan FMA berinteraksi. Tahap pertama adalah tahap perkembangan

prekolonisasi fungi, tanaman akan mengeluarkan daya tarik berupa eksudat akar yang berfungsi sebagai makanan dan seleksi terhadap FMA. Eksudat akar berupa gula, asam organik, dan asam amino. Eksudat akar banyak terdapat di bagian apikal. Pada tahap ini FMA bergantung pada cadangan makanan dalam spora dan jarak spora terhadap akar untuk dapat berinteraksi dengan akar. Tahap kedua adalah

perkembangan hifa fungi secara eksternal dan internal selama kolonisasi, tergantung pada proses yang terjadi di akar. Permulaan kolonisasi FMA dimulai dengan

pertumbuhan hifa yang mengarah ke akar tanaman dan mengelilingi akar, jaringan hifa membengkak lalu membentuk apresoria pada akar, dan penetrasi muncul melalui apresoria. Setelah hifa masuk maka akan membentuk arbuskul dan dimulailah

interaksi simbiosis mutualisme antara tanaman dan FMA.

(25)

8 (Klironomos, 1996). Selain perbedaan tanaman inang, jumlah fosfor tersedia dalam tanah juga mempengaruhi simbiosis tersebut. Begitu tanaman sudah mendapatkan cukup mineral fosfat maka populasi mikoriza di dalam tanah pun ikut berkurang. Hal ini juga dapat terjadi jika terdapat banyak unsur hara fosfat di dalam tanah (Raina, Chamola, dan Mukerji, 2000).

Andrade et al. (2009), menuliskan bahwa hubungan antara FMA dengan tanaman kopi pertama kali ditemukan oleh Jansen pada tahun 1897. Jansen menemukan banyaknya mikoriza pada akar kopi di pulau Jawa, sejak itu studi mengenai hubungan simbiosis tanaman kopi dan mikoriza banyak dilakukan terutama pada cuaca yang ekstrim dan tanah yang tidak subur. Tanaman kopi telah diyakini memiliki

ketergantungan yang tinggi terhadap mikoriza terutama selama tahap pembentukan akar di pembibitan.

Penelitian yang dilakukan Muleta et al. (2007), menyebutkan bahwa tanaman kopi di habitat aslinya yaitu di Ethiopia berasosiasi dengan lima jenis FMA yang

mendominasi, yaitu Glomus, Acalauspora, Gigaspora, Entrophospora, dan Scutellospora. Diantara kelima jenis tersebut, Glomus adalah jenis yang paling

(26)

9 1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah disusun, maka dapat dikemukakan kerangka pemikiran sebagai berikut: simbiosis antara FMA dengan tanaman dimulai dengan tahap infeksi akar. Tahap infeksi akar dipengaruhi oleh jenis FMA dan unsur fosfor tersedia di dalam tanah. Masing-masing jenis FMA mempunyai karakteristik

tertentu, sehingga masing-masing FMA hanya cocok untuk beberapa tanaman inang. Jenis Glomus sp. Merupakan FMA yang dapat bersimbiosis dengan banyak tanaman inang. Selain jenis FMA, unsur fosfor tersedia di dalam tanah juga mempengaruhi simbiosis antara tanaman inang dan FMA . Jika di dalam tanah banyak unsur fosfor tersedia maka akan semakin sedikit FMA yang menginfeksi tanaman. Kecocokan antara tanaman inang dan jenis FMA berdampak pada jumlah populasi fungi mikoriza arbuskular dan pertumbuhan tanaman inang.

(27)

10 berfungsi sebagai tempat pertukaran unsur hara dan juga air kepada tanaman, begitu juga sebaliknya tanaman memberikan karbohidrat kepada mikoriza juga melalui arbuskul.

Di dalam tanaman, fosfor yang telah diberikan oleh mikoriza akan digunakan untuk banyak hal. Hal yang paling penting adalah fosfor berperan sebagai pembentuk ATP atau energi. Energi ini dibutuhkan oleh semua sel tanaman untuk melakukan

metabolisme. Jika sel tanaman semua melakukan metabolisme maka tanaman akan lebih cepat tumbuh dan berkembang. Fosfor berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama berguna pada tanaman masih dalam tahap pembibitan. Unsur ini berperan dalam mempercepat pertumbuhan akar sehingga tanaman dapat lebih cepat menyerap unsur hara dan air yang dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan. Selain itu, fosfor berperan juga dalam hal memperkuat batang tanaman. Semua keuntungan yang terjadi didalam tubuh tanaman tersebut, memiliki efek terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman menjadi lebih tinggi dan akar menjadi lebih panjang adalah akibat dari penyerapan unsur fosfor yang maksimal dari dalam tanah.

(28)

11

Dampak semakin cocok FMA dengan bibit kopi yang digunakan, maka pertumbuhan dan perkembangan bibit menjadi lebih bagus dibandingkan dengan bibit yang tidak terdapat mikoriza karena bibit akan semakin efisien dalam hal penyerapan unsur hara dan air.

1.5Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Glomus adalah jenis FMA yang lebih sesuai pada pembibitan kopi robusta. 2. Takaran pupuk anjuran memberikan pertumbuhan bibit kopi robusta yang

lebih baik dibandingkan setengah takaran anjuran.

3. Respon tanaman terhadap pemberian FMA ditentukan oleh takaran pupuk

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kopi Robusta

Tanaman kopi robusta (Coffea canephora Pierre) adalah tanaman yang berasal dari Uganda. Tanaman ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900. Tanaman ini memiliki sifat unggul dan sangat cepat berkembang, hal ini menjadikan tanaman ini

mendominasi perkebunan kopi di Indonesia. Beberapa jenis yang termasuk kopi robusta adalah Quillou, Uganda, dan Canephora (Najiyati dan Daniarti, 2006).

Sistem perakaran tanaman ini walaupun merupakan tanaman tahunan tapi

perakarannya dangkal sehingga membuat tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada saat musim kemarau yang panjang. Sedangkan sistem percabangan tanaman ini terbagi dalam beberapa jenis dan memiliki fungsi yang berbeda-beda.

1. Cabang orthrotrop. Cabang ini disebut juga cabang reproduksi karena berasal dari tunas reproduksi yang terdapat disetiap ketiak daun pada batang utama dan tumbuhnya tegak dan lurus.

(30)

13 3. Cabang sekunder. Cabang ini memiliki fungsi yang sama seperti cabang primer.

Cabang ini tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder.

4. Cabang balik. Cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal, dan arah pertumbuhannya menuju ke dalam mahkota tajuk.

5. Cabang air. Cabang reproduksi yang tumbuh pesat serta luas daun relatif panjang dan banyak mengandung air (Najiyati dan Daniarti, 2006).

Menurut Najiyati dan Daniarti (2006), tanaman kopi mulai berbunga pada umur sekitar dua tahun. Awalnya bunga akan muncul dari ketiak daun pada cabang reproduksi, tapi bunga ini tidak akan berkembang dan ini hanya dihasilkan oleh tanaman muda. Bunga yang akan berubah menjadi buah tumbuh di ketiak daun pada cabang primer. Bunga kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih, dan berbau harum. Untuk berubah menjadi buah, kopi robusta memerlukan waktu 8 – 11 bulan. Buah kopi yang sudah siap dipanen berwarna merah tua. Umumnya buah kopi mengandung dua biji kopi, tetapi terkadang hanya ada satu biji atau bahkan hampa. Hal ini dikarenakan kegagalan biji untuk berkembang sempurna.

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi

(31)

14 tepat bagi pertumbuhan tanaman kopi adalah 2000 – 3000 mm/tahun. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah 24 – 30 °C, jika berada pada suhu 15 °C pada waktu yang lama dapat membahayakan tanaman. Tanaman kopi lebih menyenangi tanah dengan pH berkisar antara 5,5 – 6,5. Hal terpenting adalah tanah untuk tanaman kopi harus bertekstur remah. Hal ini bertujuan agar drainase tanah berlangsung dengan baik dan agar akar dapat berkembang masuk untuk mencari sumber air pada musim kemarau. Air yang menggenang karena drinase buruk dapat merusak akar dan menghambat penyerapan air dan unsur hara (Wilson, 1999).

2.3 Pembibitan Kopi

Pembibitan kopi menggunakan bibit semai diawali dengan penyemaian benih pada bedengan. Benih kopi yang disemai dapat berupa benih kopi yang masih terbungkus oleh kulit tanduk atau tanpa kulit tanduk. Sebaiknya kulit tanduk dilepaskan agar bibit bebas dari penyakit, karena kulit tanduk tempat menempelnya jamur ataupun parasit lainnya. Bibit kopi dipersemaian dipelihara hingga berumur 2 bulan.

Bibit yang telah berumur 2-3 bulan dapat dipindahkan ke pembibitan. Pembibitan dapat dilakukan di bedengan atau polibag. Bedengan dibuat dengan ukuran 10 x 1,2 m dengan jarak tanam 20 x 25 cm. bibit yang sudah dipindahkan dilakukan

(32)

15 Tabel 1. Dosis pupuk untuk bibit kopi.

Umur (bln) Urea (g/m2) SP-36 (g/m2) KCl (g/m2)

3 10 5 5

5 20 10 10

7 30 15 15

9 40 20 20

12 50 25 25

Sumber : Pusat Penelitian Tanaman Kopi dan Kakao Indonesia

2.4 Tanah Podsolik Merah Kuning

Podsolik Merah Kuning (PMK) diklasifikasikan sebagai Ultisol. PMK berwarna

kuning kecoklatan hingga merah dan mempunyai penampang tanah yang dalam

sehingga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Semua tanah

PMK mempunyai kapasitas tukar kation sedang hingga tinggi (> 16 cmol/kg)

sehingga sangat menunjang dalam pemupukan dan mempunyai nilai kejenuhan basa

< 35 %. Penampang tanah yang dalam dengan kapasitas tukar kation sedang hingga

tinggi menjadikan tanah PMK dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis tanaman.

Namun demikian, faktor iklim dan relief perlu diperhatikan (Prasetyo dan

Suriadikarta, 2006).

Pada umumnya tanah PMK mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan

bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation

dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation

rendah, dan peka terhadap erosi. Berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan

penerapan teknologi seperti pengapuran, pemupukan, pengelolaan bahan organik, dan

(33)

16 lebih banyak menghadapi kendala dibandingkan dengan untuk tanaman perkebunan.

Oleh karena itu, tanah ini banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan kelapa

sawit, kopi, dan hutan tanaman industri, terutama di Sumatera dan Kalimantan

(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

2.5 Pupuk Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara yang banyak terdapat didalam senyawa penting. Pertumbuhan tanaman akan terhambat jika kekurangan unsur ini. Ada dua bentuk utama ion nitrogen yang diserap dari tanah: nitrat (NO3-) dan ammonium (NH4+). Gejala kekurangan nitrogen, yakni klorosis biasanya pada daun tua. Daun akan menguning keseluruhan lalu agak kecoklatan saat mati. Biasanya, daun gugur pada fase kuning atau kuning kecoklatan. Tanaman yang mendapatkan terlalu banyak nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau yang lebat, dengan sistem perakaran yang kecil (Salisbury dan Ross, 1995).

2.6 Pupuk Fosfor

(34)

17

Pencampuran pupuk fosfor dengan tanah di lubang tanam biasanya menghasilkan peningkatan yang signifikan terhadap pertumbuhan rata-rata tanaman muda. Pupuk fosfor yang biasa digunakan adalah triple superphosphates. Single superphosphate mempunyai kandungan yang rendah akan P2O5 tapi tidak mengandung sulfur. Double dan triple superphosphates memiliki banyak fosfor dan juga kalsium.

Pemupukan fosfor yang normal dilakukan adalah 200 kg P2O5/Ha/tahun, tetapi yang biasa diberikan oleh petani adalah 100 kg P2O5/Ha/tahun (Wilson, 1999).

2.7 Pupuk Kalium

Kalium merupakan unsur ketiga yang penting setelah nitrogen dan fosfor. Kalium mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ muda, sehingga gejala kekurangan unsur ini berupa nekrosis dapat dilihat di daun tua. Tanaman yang terserang kekurangan unsur kalium mempunyai batang yang lemah dan akarnya mudah terserang busuk akar, sehingga tanaman akan mudah rebah. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar ion yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium juga mengaktifkan enzim yang diperlukan untuk membentuk pati dan protein (Salisbury dan Ross, 1995).

2.8 Mikoriza

(35)

18 istilah untuk hubungan yang permanen antara akar tanaman dan jenis fungi tertentu dalam lingkungan yang natural atau budidaya. Pada tahun 1985, Harley dan Smith membagi mikoriza kedalam 7 kategori berdasarkan morfologi dan fisik, yaitu ektomikoriza, endomikoriza, ektendomikoriza, arbutoid mikoriza, monotropoid mikoriza, erikoid mikoriza, orkhidoid mikoriza. Namun secara garis besar, dikenal dua jenis saja yaitu endomikoriza dan ektomikoriza seperti yang dahulu pernah diungkapkan Frank hanya dengan nama yang berbeda.

Asosiasi mikoriza merupakan mekanisme bertahan hidup bagi mikoriza dan tanaman tingkat tinggi. Berikut adalah keuntungan yang biasa diperoleh tanaman dari

hubungan ini:

1. Fungi mikoriza meningkatkan penyerapan air dan nutrisi melalui peningkatan daerah serapan.

2. Hifa mikoriza mengakumulasi unsur N,P,K, dan Zn dan mentranslokasikannya ke tanaman inang.

3. Beberapa mikoriza dapat mendegradasi mineral kompleks dan organik dalam tanah dan menjadikannya tersedia bagi tanaman inang.

4. Fungi mikoriza dapat melindungi akar tanaman dari serangan patogen. 5. Menyediakan tanaman inang zat pertumbuhan seperti auksin, sitokinin, dan

giberelin.

(36)

19 2.9 Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)

Fungi mikoriza arbuskular adalah jenis mikoriza yang paling terkenal dan merupakan mikoriza dengan jenis yang tertua. Mikoriza ini diperkirakan telah bersimbiosis dengan tanaman lebih dari 1000 juta tahun yang lalu, hal ini dilihat dari

pengelompokan fungi ini di dalam tanah. Jenis ini memiliki 150 spesies yang tergabung dalam ordo Glomeromycota. Diberi nama mikoriza arbuskular karena karakteristik struktur arbuskular yang dibentuk di dalam sel akar tanaman.

Sebelumnya, fungi ini diberi nama mikoriza vesicular arbuskular, tetapi karena hanya sekitar 80% fungi jenis ini memiliki vesicular sehingga namanya pun berubah

menjadi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) (Read dan Smith, 2008).

Pada saat menginfeksi tanaman inangnya, FMA masuk kedalam sel akar tanaman. Hifa FMA menginfeksi jaringan korteks akar tanaman. Di dalam jaringan korteks tersebut terbentuk arbuskul yang merupakan kunci dari pertukaran hara dan akan aktif dalam jangka waktu 4- 15 hari. Jika tanaman terinfeksi FMA, akar masih memiliki rambut akar sehingga jaringan untuk menyerap nutrisi dalam tanah tetap banyak dan lebar (Read dan Smith, 2008).

Hal yang paling esensial dari hubungan antara FMA dengan tanaman adalah FMA mampu menyediakan unsur P yang dibutuhkan bagi tanaman. Mikoriza

(37)

20 kebutuhan tanaman dan memaksimalkan tanaman dapat pula berakibat menekan pertumbuhan mikoriza (Raina et al., 2000).

2.10 Mekanisme Serapan P

Penyerapan P pada permukaan akar lebih cepat dibandingkan pergerakan fosfat ke permukaan akar, sehingga zona terkurasnya fosfat berada disekitar akar. Fungi Mikoriza Arbuskular memiliki struktur hifa yang menjalar keluar ke dalam tanah. Hifa meluas didalam tanah melampaui jauh jarak yang dapat dicapai rambut akar. Ketika fosfat yang berada disekitar rambut akar sudah habis, maka hifa membantu menyerap di tempat-tempat yang rambut akar sudah tidak bisa menjangkau lagi. Fosfor diangkut melalui hifa eksternal dalam bentuk polifosfat. Terdapat tiga fase bagaimana hara disuplai FMA ke tanaman inangnya: (1) hifa eksternal akan

(38)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai September 2011 di rumah kaca dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, polibag, mistar, alat tulis, mikroskop majemuk, mikroskop stereo, saringan, cawan petridis, spidol, plastik, timbangan, dan oven. Bahan-bahan yang digunakan adalah kompos, pupuk SP 36, pupuk Urea, pupuk KCl, 5 jenis fungi mikoriza arbuskular (FMA), tanah, air, pasir kali, larutan KOH 10%, glycerol, trypan blue, HCl 1%, dan benih kopi robusta.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian disusun dengan perlakuan dalam rancangan faktorial (6x2) terdiri atas empat ulangan. Faktor pertama adalah lima jenis FMA (deskripsi masing-masing FMA dapat dilihat pada tabel 14 di lampiran) yaitu; Glomus sp. 1 (MV1),

(39)

22 Glomus sp. 3 (MV18), dan tanpa mikoriza (kontrol). Faktor kedua adalah dua takaran

pupuk urea, SP-36, dan KCl. Takaran pertama adalah 0,5 g urea, 0,25 g SP-36, dan 0,25 g KCl. Takaran kedua adalah 0,25 g urea, 0,13 g SP-36, dan 0,13 g KCl.

Perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS). Pengelompokan didasarkan pada waktu transplanting bibit dari bak semai. Jumlah tanaman per satuan percobaan adalah 1 tanaman dengan total pengamatan adalah 48 tanaman. Tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 1.

(40)

23

Keterangan:

m0 = Tanpa Mikoriza m1 = Glomus sp. 1 m2 = Entrophospora sp. m3 = Glomus sp. 2 m4 = Gigaspora sp. m5 = Glomus sp. 3

[image:40.612.110.540.69.670.2]

p1 = 0,5 g urea, 0,25 g SP-36, dan 0,25 g KCl p2 = 0,25 g urea, 0,13 g SP-36, dan 0,13 g KCl

Gambar 1. Tata letak percobaan di rumah kaca.

Ulangan 1 Ulangan 2

m5p1 m0p1 m4p1 m1p2

m3p2 m0p2 m2p2 m1p1

m4p2 m2p2 m0p2 m3p1

m2p1 m3p1 m5p1 m0p1

m1p1 m4p1 m5p2 m4p2

m5p2 m1p2 m3p2 m2p1

Ulangan 3 Ulangan 4

m2p1 m3p2 m2p1 m5p2

m3p1 m1p2 m1p2 m4p2

m4p1 m5p2 m2p2 m5p1

m5p1 m1p1 m3p2 m2p1

m2p1 m0p2 m3p2 m1p2

(41)

24 3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyemaian benih

Benih dipilih berdasarkan ukuran yang seragam. Benih kemudian disemai di bak yang berisikan pasir yang sudah steril dengan posisi benih bagian yang datar menghadap kebawah. Setelah itu benih dirawat dengan melakukan penyiraman menggunakan handsprayer. Penyemaian benih dilakukan selama 2 bulan sebelum dipindahkan ke polibag.

3.4.2 Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah topsoil, pasir, dan bahan organik. Tanah yang telah dikumpulkan diayak agar hanya butiran halus yang terpakai. Tanah yang telah halus disterilkan dengan cara mengukus tanah menggunakan kompor selama satu setengah jam sebanyak dua kali dengan tujuan untuk mematikan mikroorganisme yang ada di dalam tanah tersebut. Pasir dan bahan organik juga disterilkan dengan cara yang sama.

3.4.3 Penanaman dan pemberian fungi mikoriza arbuskular

(42)
[image:42.612.142.516.161.327.2]

25 (Gambar 2). Polibag yang sudah ditanami kemudian disusun di rumah kaca menurut rancangan kelompok teracak sempurna sesuai tata letak percobaan.

Gambar 2. Teknik inokulasi FMA dan penanaman.

3.4.4 Pemeliharaan

Bibit disiram setiap hari, tetapi diusahakan agar tidak lembab karena bibit dapat terserang jamur. Penyiangan gulma yang tumbuh disekitar bibit dilakukan dengan cara mencabut secara manual. Bibit dipelihara sampai berumur 7 bulan setelah semai (bss).

3.4.5 Pemupukan

Tanaman dipupuk dengan menggunakan pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Takaran anjuran yang diberikan per tanaman adalah 0.5 gram Urea, 0.25 gram SP-36, dan 0.25 gram KCl. Untuk perlakuan yang setengah takaran pupuk adalah 0.25 gram Urea,

1

2

3

a

4 Bibit Kopi

Polibag

Inokulum FMA

(43)

26 0.13 gram SP-36, dan 0.13 gram KCl. Tanaman diberi pupuk pada saat berumur 3 dan 5 bss.

3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada umur tanaman 7 bss. Pengamatan dilakukan terhadap variabel sebagai berikut:

1. Persen infeksi akar oleh FMA. Sampel akar sekunder diambil secara acak ± 20 helai/sampel kemudian dicuci bersih dan dimasukkan ke dalam botol film. Botol yang telah berisi sampel akar diisi dengan larutan KOH 10% sampai seluruh akar terendam dan dikukus dalam water bath selama ± 20 menit untuk membersihkan sel dari sitoplasma. Larutan KOH kemudian dibuang, dan akar dicuci bersih dengan air. Sampel akar kemudian direndam dalam larutan HCl 1% dan dikukus dalam water bath selama ± 20 menit. Setelah itu, larutan HCl dibuang dan akar siap untuk diwarnai dengan merendamnya dalam larutan Trypan blue 0,05% (0,5 gram Trypan blue dalam 450 ml glycerol + 50 ml HCl 1% + 500 ml aquades) dan dikukus dalam water bath selama ± 20 menit. Akar yang sudah diwarnai

dipotong-potong sepanjang ± 2 cm, kemudian diletakkan di atas preparat untuk diamati di bawah mikroskop majemuk dengan perbesaran 100 kali. Rumus yang digunakan untuk menghitung persen infeksi akar oleh FMA adalah sebagai berikut:

(44)

27 2. Tinggi tanaman. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari

permukaan media tanam sampai ujung daun tertinggi.

3. Jumlah daun. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung semua daun yang telah terbuka sempurna pada satu tanaman.

4. Diameter batang. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter batang pada posisi 5 cm di atas permukaan tanah.

5. Bobot basah tajuk. Pengamatan dilakukan dengan cara memisahkan tajuk dengan akar, lalu menimbang bobot tajuk yang masih segar.

6. Bobot basah akar. Pengamatan dilakukan denmgan cara menimbang bobot akar yang telah dibersihkan dari tanah dan kotoran lainnya.

7. Bobot kering tajuk. Pengamatan dilakukan dengan cara mengeringkan tajuk

tanaman dengan oven pada suhu 80 ºC sampai bobotnya konstan, lalu ditimbang. 8. Bobot kering akar. Pengamatan dilakukan dengan cara memisahkan akar dari

tajuk tanaman, dibersihkan dengan air keran lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 80 ºC sampai bobotnya konstan, lalu ditimbang.

9. Panjang akar tunggang. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengukur

panjang akar tunggang mulai dari pangkal batang hingga ujung akar.

10. Jumlah akar primer. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seluruh akar

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Semua jenis FMA memberikan pertumbuhan bibit kopi robusta yang baik dibandingkan tanpa FMA dan Glomus sp. 3 memberikan respon terbaik melalui peningkatan bobot segar akar dan bobot kering tajuk.

2. Takaran pupuk urea, SP-36, dan KCl tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kopi robusta.

3. Respon pertumbuhan bibit kopi robusta terhadap jenis FMA tidak ditentukan oleh pemberian pupuk urea, SP-36, dan KCl.

(46)

45 5.2 Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Andrade, S. A. L., P. Mazzafera, M. A. Schiavinato, and A. P. D. Silveira. 2009. Arbuscular mychorrizal association in coffee. Journal of Agricultural Science, 147 : 105-115.

Cardoso, I. M., and T. W. Kuyper. 2006. Mychorrizas and tropical

soil fertility. Agriculture, Ecosystems and Environment, 116 : 72—84. Davis, A. P., R. Govaerts, D. M. Bridson, and P. Stoffelen. 2006. An annotated

taxonomic conspectus of the genus coea (Rubiaceae). Botanical Journal of the Linnean Society, 152 : 465—512.

Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2011. Produktivitas Kopi Robusta

http://disbun.lampungprov.go.id/index.php?option=com_content&view=articl e&id=117&Itemid=220. Diakses pada tanggal 10 Februari 2012. 1 P. Gupta, V., T. Satyanarayana, and S. Garg. 2000. General aspects of mychorriza.

In K.G. Mukerji, B.P. Chamola, Jagjit Singh (Editors). Mychorrizal Biology. Pp 27—44. Kluwer Academic Press. New York.

Klironomos, J., 1996. Host-specificity and functional diversity among arbuscular mycorrhizal fungi. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=host-specificity%20and%20functional%20diversity%20among%20arbuscular%20 mycorrhizal%20fungi&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CCMQFjAA&url= http%3A%2F%2Fplato.acadiau.ca%2Fisme%2FSymposium26%2Fklironomo s.PDF&ei=wdE5T7XANsLLrQerkYDOCA&usg=AFQjCNFLb9iBk1ZblKk NwnK5R83q-hOM3g&cad=rja. Diakses tanggal 6 November 2010. 8 P. Pusat Penelitian Tanaman Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pedoman teknis

budidaya tanaman kopi. Jember. 96 P.

Mandelbaum, C. I., and Y. Piche. 2000. The role of root exudates in

(48)

47

Marschner, H., and B. Dell. 1994. Nutrient uptake in mycorrhizal symbiosis. In A. D. Robson, L. K. Abbott, and N. Malajczuk. Management of Mychorrhizas in Agriculture, Horticulture, and Forestry. Pp 89—102. Kluwer Academic Publishers. Netherlands.

Muleta, D., F. Assefa, S. Nemomissa, and U. Granhall. 2007. Composition of coee shade tree species and density of indigenous arbuscular

mycorrhizal fungi (AMF) spores in Bonga Natural Coee Forest,

Southwestern Ethiopia. Forest Ecology and Management, 241 : 145—154. Najiyati, S., and Danarti. 2004. KOPI: Budidaya dan Pascapanen. Penebar

Swadaya. Jakarta. 167 P.

Prasetyo, B. H., and D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25 (2) : 39—47.

Raina, S., B. P. Chamola, and K. G. Mukerji. 2000. Evolution of mychorriza. In K.G. Mukerji, B.P. Chamola, Jagjit Singh (Editors). Mychorrizal Biology. Pp 153—172. Kluwer Academic Press. New York. Read, D. J., and S. E. Smith. 2008. Mychorrizal Symbiosis. Academic Press.

Great Britain.

Rosmarkam, A., and N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 325 P.

Sastrahidayat, I. R., K. Wakidah, and Syekhfani. 1999. Pengaruh mikoriza vesikular arbuskula terhadap peningkatan enzim fosfatase, beberapa asam organik, dan pertumbuhan kapas (Gossypium hirsutum L.) pada vertisol dan alfisol. Agrivita, 21 (1) : 10—19.

Salisbury, F. B., and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Diterjemahkan oleh Diah R. Lukman. ITB Bandung. Bandung. 225 P.

Schachtman, D. P., R. J. Roberts, and S. M. Ayling. 1998. Phsphorus uptake by plants: from soil to cell. Plant Physiology, 116 : 447—453.

(49)

48 Simanungkalit, R. D. M. 2006. Cendawan mikoriza arbuskuler. In R. D. M.

Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatik (Editors). Organic Fertilizer and Biofertilizer. Pp 159—190. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat. Singer, M. J., and D. N. Munns. 1992. SOILS: An Introduction. Macmillan

Publishing Company. New York. 473 P.

Stukenbrock, H. E., and S. Rosendahl. 2005. Distribution of dominant arbuscular mycorrhizal fungi among five plant species in undisturbed vegetation of a coastal grassland. Mycorrhiza, 15 : 497—503.

Willson, K. 1999. Coffee, Cocoa and Tea. CABI Publishing. United Kingdom. 285 P.

(50)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Tata letak percobaan di rumah kaca ... 23 2. Teknik inokulasi FMA dan penanaman ... 25 3. Bibit kopi robusta umur 7 bss, m0 (tanpa FMA), m5 (Glomus sp. 3),

p1 (0,5 g urea, 0,25 g SP-36, dan 0,25 g KCl), dan p2 (0,25 g urea,

(51)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 9

1.5 Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Botani Tanaman Kopi Robusta ... 12

2.2 Syarat Tumbuh Kopi Robusta ... 13

2.3 Pembibitan Kopi ... 14

2.4 Tanah Podsolik Merah Kuning ... 15

2.5 Pupuk Nitrogen ... 16

2.6 Pupuk Fosfor ... 16

2.7 Pupuk Kalium ... 17

2.8 Mikoriza ... 17

2.9 Fungi Mikoriza Arbuskular .. ... 19

(52)

Halaman

III. BAHAN DAN METODE ... 21

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

3.2 Bahan dan Alat ... 21

3.3 Metode Penelitian ... 21

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 24

3.4.1 Penyemaian benih ... 24

3.4.2 Persiapan media tanam ... 24

3.4.3 Penanaman dan pemberian fungi mikoriza arbuskular ... 24

3.4.4 Pemeliharaan ... 25

3.4.5 Pemupukan ... 25

3.5 Pengamatan ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil ... 28

4.1.1 Persen infeksi akar ... 29

4.1.2 Tinggi bibit ... 29

4.1.3 Diameter batang ... 30

4.1.4 Jumlah daun ... 31

4.1.5 Bobot basah tajuk ... 32

4.1.6 Bobot kering tajuk ... 33

4.1.7 Panjang akar tunggang ... 34

4.1.8 Jumlah akar primer ... 35

4.1.9 Bobot basah akar ... 36

4.1.10 Bobot kering akar ... 37

4.1.11 Volume akar ... 38

4.2 Pembahasan ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

[image:52.595.124.518.95.717.2]
(53)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas anugerah, rahmat, ridho, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan diselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc. dan Bapak Ir. Sugiatno, M.S. selaku pembimbing pertama dan kedua atas saran, bimbingan, nasihat, kritik, arahan, koreksi, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian dan dalam rangka penyelesaian skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. selaku Pembahas dan

Pembimbing Akademik atas nasihat, saran, motivasi, dan perhatiannya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran dan koreksi kepada penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P. selaku Ketua Program Studi Agronomi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran dan bimbingannya.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

(54)

6. Seluruh Dosen Jurusan Budidaya Pertanian yang telah berbagi pengetahuan, pengalaman yang berharga, serta pembentukan pola pikir ke arah yang lebih baik selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7. Malaysian Agri Hi-Tech atas bantuan dana yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Ayahanda TjuTju Sukarsa, Ibunda Hariani, S.Pd., Ika Mulya Sari, S.S., Digita Globo Yasawara, dan Fitrianingsih, S.Psi. yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan dan perhatian kepada penulis.

9. Yayah Inayah dan Roosaria Tyara yang telah memberikan saran, motivasi,

tenaga, perhatian, dan waktunya kepada penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

10. Stenoschlaena Palustris Team: Novalim Purlasyanko, Ramadian B. Santoso,

Gustiawan, dan Virgio Koriyando yang telah memberikan dukungan, tenaga, kebersamaan, dan petualangan kepada penulis selama menjadi mahasiwa. 11. Rio Panjinata, Firmansyah, Adi Cahyadi, Yunita, Fitria Andriani, Mey

Hardiani, Wendi Saputri, Adhe P. Ningrum, Sigit Wahyudi, dan rekan-rekan Agropala lainnya yang telah memberikan keceriaan dan persaudaraan.

(55)

13. Myco Family, Mbak Vida, Mbak Tri, Mbak Anggun, Bang Gerry, Ifah, Ipul, Defky, Dayat, Ratih, Ambar, Syaifudin, dan Sinta atas bantuan, saran, motivasi, dan perhatian kepada penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan orang lain yang membacanya.

Bandar Lampung, Februari 2012

Gambar

Tabel 14—37 ........................................................................................
Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar 1. Tata letak percobaan di rumah kaca.
Gambar 2. Teknik inokulasi FMA dan penanaman.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang diduga dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan teknik direct sowing untuk perkecambahan embrio somatik kopi robusta adalah dengan

Salah satu cara yang diduga dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan teknik direct sowing untuk perkecambahan embrio somatik kopi robusta adalah dengan

isolat MV 27 merupakan FMA yang terbaik untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit dibandingkan dengan FMA lainnya dan tanpa FMA yang dilihat melalui nilai tengah jumlah daun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian kompos ampas tahu dan mengetahui dosis yang lebih baik untuk pertumbuhan bibit kopi

Hal ini mengindikasikan bahwa seleksi untuk mendapatkan klon kopi Robusta dengan proporsi biji normal yang tinggi mudah dilakukan karena secara otomatis proporsi biji

Lama perendaman benih juga berpengauh nyata terhadap pertumbuhan awal bibit kopi Robusta, seperti ditunjukan oleh parameter kecepatan tumbuh, persentase

Hasil penelitian aplikasi pupuk organik cair Green Pantas terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kopi robusta (Coffea sp) dengan dosis 0 ml, dan 2 ml dapat

isolat MV 27 merupakan FMA yang terbaik untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit dibandingkan dengan FMA lainnya dan tanpa FMA yang dilihat melalui nilai tengah jumlah daun sebesar 10,5