PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DAN STAD DI SMP NEGERI 1 BINJAI
TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh:
M. Rahmatsyah Putra NIM. 4123111043
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
M. Rahmatsyah Putra lahir di Medan, pada tanggal 5 Maret 1994. Ayah
bernama Suherman, Ibu bernama Juliar dan merupakan anak semata wayang atau
anak tunggal. Pada tahun 2000 penulis masuk SD Negeri 064988 Medan dan lulus
pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di SMP Negeri 28 Medan dan
lulus pada tahun 2009. Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 13 Medan dan
selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
iii
Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Belajar dengan Menggunakan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan
STAD di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017
M. Rahmatsyah Putra (4123111043) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa SMP N 1 Binjai Kelas VIII sebanyak 10 kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang bersifat homogen yaitu siswa kelas VIII-8 sebagai kelas eksperimen I (belajar dengan model STAD) sebanyak 35 siswa dan siswa kelas VIII-7 sebagai kelas eksperimen II (belajar dengan model TSTS) sebanyak 36 siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan komunikasi matematis, yang terdiri dari 4 butir soal uraian. Tes diberikan sebanyak 2 kali yaitu pretest sebelum diberikan pembelajaran dan posttest diberikan setelah pembelajaran di kedua kelas berakhir.
Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa pada hasil pretest diperoleh 58,5714 untuk kelas eksperimen I dan 55,9028 untuk kelas eksperimen II. Sedangkan pada posttest rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 73,9286 untuk kelas eksperimen I dan 64,2361 untuk kelas eksperimen II.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu dengan mengggunakan uji t dengan
0
,
05
diperoleht
hitung(2,1615) >t
tabel(1,6685). Hal ini menunjukkan bahwat
hitung berada di luar penerimaan H0 maka berdasarkan pengujian tersebut diperoleh bahwa H0 ditolak berartiH
aditerima sehingga dapat dinyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017.iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan STAD di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Izwita Dewi, M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Syafari, M.Pd, Bapak Dr. Togi, M.Pd.,
Ibu Prihatin Ningsih Sagala, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga
kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D., selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd
selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd., selaku Dekan FMIPA
UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak
Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED,
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis dan memberikan
kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Binjai dan seluruh Bapak/ Ibu guru beserta Staf Pegawai SMP
v
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang
tersayang Suherman, Ibunda tercinta Juliar. yang selalu memberikan limpahan
kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai
harganya yang begitu banyak memberikan do’a dan motivasi, semangat serta
dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed serta
seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan
kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu
Rizki Ramadhana, Rizky Ikhwan Permana, Khairul Sipahutar, Iswa Okataya,
Kanura, Ihsan Irfandi Pakpahan, Fadhlan Almurtadho, Prasetio, Mimi Silvianti
dan semua teman-teman sekelas Matematika Reguler Dik B’12 yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis
dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa. Terima kasih juga kepada
teman-teman PPLT Unimed 2015 di SMP Swasta Karya Bakti Selesai yang selalu
memberi dukungan dan berbagi pengalaman bersama penulis.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis
berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Agustus 2016 Penulis
vi
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Batasan Masalah 8
1.4. Rumusan Masalah 8
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 8
1.7. Definisi Operasional 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Komunikasi Matematis 10
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi 10
2.1.1.2. Pengertian Komunikasi Matematis 12
2.1.1.3. Kemampuan Komunikasi Matematis 15
2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif 21
2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) 28 2.1.4. Model Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) 32
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 46
3.1.1. Lokasi Penelitian 46
3.1.2. Waktu Penelitian 46
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 46
vii
3.6.1. Pretest dan Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 52
3.7. Teknik Analisis Data 56
3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif 56
3.7.2. Analisis Statistika Inferensial 57
3.7.2.1. Menghitung Rata-Rata Skor 57
3.7.2.2. Menghitung Standard Deviasi 57
3.7.3. Uji Normalitas 57
3.7.4. Uji Homogenitas 58
3.7.5. Pengujian Hipotesis 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 62
4.1.1. Data Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis 62 4.1.2. Data Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis 65
4.2. Hasil Data Penelitian 68
4.2.1. Uji Normalitas 68
4.2.2. Uji Homogenitas 69
4.2.3. Uji Hipotesis 70
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 75
5.2. Saran 75
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Diskusi Model Dua Tinggal Dua Tamu 31
Gambar 2.2. Fungsi yang Menyatakan Himpunan A ke Himpunan B 38
Gambar 2.3. Penyajian Fungsi dengan Diagram Panah 39
Gambar 2.4. Penyajian Fungsi dalam Tabel Nilai Fungsi 40
Gambar 2.5. Penyajian Fungsi dalam Bentuk Grafik 40
Gambar 2.6. Fungsi yang Menyatakan
x
Anggota Himpunan A key
Anggota Himpunan B 40
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 51
Gambar 4.1. Nilai Rata-Rata Komunikasi Matematis Tiap Skor Data Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 64
Gambar 4.2. Nilai Rata-Rata Pretest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 64
Gambar 4.3. Nilai Rata-Rata Komunikasi Matematis Tiap Skor Data Posttest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 66
Gambar 4.4. Nilai Rata-Rata Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 67
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis 17
Tabel 2.2. Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematis 20
Tabel 2.3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 27
Tabel 2.4. Perhitungan Skor Perkembangan Individu 35
Tabel 2.5. Kriteria Pemberian Penghargaan Kelompok 35
Tabel 2.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 36
Tabel 3.1. Desain Penelitian two group pretest and posttest design 48
Tabel 3.2. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis 53
Tabel 3.3. Pedoman Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis 53
Tabel 3.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 56
Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Pretest Kelas Eksperimen I 63
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Pretest Kelas Eksperimen II 63
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Posttest Kelas Eksperimen I 65
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Posttest Kelas Eksperimen II 65
Tabel 4.5. Hasil Analisis Normalitas Pretest 69
Tabel 4.6. Hasil Analisis Normalitas Posttest 69
Tabel 4.7. Hasil Analisis Homogenitas Data Penelitian 70
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP I (Eksperimen 1 STAD) 79
Lampiran 2. RPP II (Eksperimen 1 STAD) 93
Lampiran 3. RPP I (Eksperimen 2 TSTS) 110
Lampiran 4. RPP II (Eksperimen 2 TSTS) 122
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 137
Lampiran 6. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I 140
Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa II 142
Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II 150
Lampiran 9. Kisi-Kisi Pre-Test 157
Lampiran 10. Kisi-Kisi Post-Test 158
Lampiran 11. Lembar Validasi Soal Pre-Test 159
Lampiran 12. Lembar Validasi Soal Pots-Test 162
Lampiran 13. Pre-Test 165
Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Pre-Test 166
Lampiran 15. Pedoman Penskoran Pre-Test 169
Lampiran 16. Post-Test 171
Lampiran 17. Alternatif Penyelesaian Post-Test 173
Lampiran 18. Pedoman Penskoran Post-Test 177
Lampiran 19. Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen I 179
Lampiran 20. Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen II 181
Lampiran 21. Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen I 183
xi
Lampiran 23. Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi Pretest 187
Lampiran 24. Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi Posttest 194
Lampiran 25. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen I 201
Lampiran 26. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen II 205
Lampiran 27. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen I 208
Lampiran 28. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen II 212
Lampiran 29. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest 216
Lampiran 30. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest 217
Lampiran 31. Perhitungan Uji Hipotesis Pretest 218
Lampiran 32. Perhitungan Uji Hipotesis Posttest 220
Lampiran 33. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 223
Lampiran 34. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 224
Lampiran 35. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 225
Lampiran 36. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 226
Lampiran 37. Lembar Observasi Proses Pembelajaran 228
Lampiran 38. Jadwal Kegiatan Penelitian 236
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
pendidikan. Berbagai aplikasi matematika dapat digunakan untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari. Seperti diungkapkan Cornelius (dalam
Abdurrahman, 2012:204) bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas. Dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Matematika sebagai ilmu yang sangat penting harusnya menjadi
pelajaran yang disenangi oleh siswa yang sedang mempelajarinya. Namun, pada
kenyataannya matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai banyak siswa.
Ketakutan-ketakutan dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri,
melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat
membawa siswa tertarik pada matematika.
Matematika tidak hanya sebagai ilmu, tetapi juga sebagai dasar logika
penalaran dan penyelesaian kuantitatif yang dipergunakan dalam ilmu lain. Ini
berarti matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga penguasaan matematika sejak dini diperlukan
siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa depan. Oleh karena itu,
mata pelajaran matematika perlu diberikan untuk membekali siswa agar dapat
mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam
mengkomunikasikan ide atau gagasan (Muzayyanah, 2009).
Komunikasi suatu aktivitas yang tidak mungkin lepas dari kehidupan
manusia. Dengan komunikasi seseorang dapat mengekspresikan ide dan
pemikirannya, saling bersosialisasi, serta menerima dan melakukan pembelajaran,
2
Sebaliknya banyak juga masalah yang dapat ditimbulkan karena kesalahan
komunikasi. Seringkali seseorang tidak menyadari pentingnya bahasa sampai
pada saat dia menemui jalan buntu ketika berkomunikasi dengan orang lain yang
tidak memahami bahasa yang digunakannya, sehingga membuatnya menjadi
frustasi (Dewi, 2014).
Menurut Toliver (dalam Dewi, 2014) menyatakan bahwa “kelas
matematika tidak hanya dapat saya gunakan untuk membangun kemampuan siswa
membaca, menulis, dan mendengar, tetapi dengan menekankan pada
aktivitas-aktivitas komunikasi tersebut saya dapat menjadi guru matematika yang lebih
baik.” Pernyataan tersebut secara implisit mengatakan bahwa dengan menekankan aktivitas komunikasi dalam kelas matematika dapat membangun kemampuan
siswa membaca, menulis dan mendengar dan juga dapat menjadikan seorang guru
merasa menjadi seorang guru yang baik (Dewi, 2014).
Melalui aktivitas komunikasi juga, ide-ide menjadi objek komunikasi
untuk selanjutnya dilakukan diskusi, refleksi, dan perbaikan pemahaman. Ketika
siswa ditantang untuk berfikir dan beralasan tentang ide matematis dan kemudian
mengkomunikasikan hasil pemikirannya kepada siswa lain, baik secara lisan
maupun tulisan maka ide itu semakin jelas dan mantap bagi diri siswa tersebut.
Selain itu bagi siswa lain yang mendengarkannya akan berkesempatan untuk
membangun pengetahuan dari hasil menyimak penjelasan tersebut (Suhaedi,
2012).
Menurut Guerreiro (dalam Izzati dan Suryadi, 2010), komunikasi
matematis merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau
sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Menurut MES
(dalam Izzati dan Suryadi, 2010), komunikasi matematis merupakan salah satu
komponen proses pemecahan masalah matematis. Komunikasi merupakan
kemampuan untuk menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan
gagasan matematis dan argumen dengan tepat, singkat dan logis. Komunikasi
membantu siswa mengembangkan pemahaman mereka terhadap matematika dan
3
Mengembangkan kemampuan komunikasi matematis sejalan dengan
paradigma baru pembelajaran matematika. Pada paradigma lama, guru lebih
dominan dan hanya bersifat mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa.
Sedangkan para siswa dengan diam dan pasif menerima transfer pengetahuan dari
guru tersebut. Namun pada paradigma baru pembelajaran matematika, guru
merupakan manajer belajar dari masyarakat belajar didalam kelas, guru
mengkondisikan agar siswa aktif komunikasi dalam belajarnya. Guru membantu
siswa untuk memahami ide-ide matematis secara benar serta meluruskan
pemahaman siswa yang kurang tepat (Qohar, 2009).
Menurut Hatano dan Ingaki (dalam Suhaedi, 2009) menyatakan bahwa :
Siswa yang mendapatkan kesempatan, semangat dan dorongan untuk bicara,
menulis, dan mengajar matematika, akan memiliki dua keuntungan yaitu mereka
berkomunikasi untuk belajar matematika dan mereka belajar untuk berkomunikasi
matematis.
Kemampuan komunikasi matematis siswa sangat perlu untuk
dikembangkan, karena melalui komunikasi matematis siswa dapat melakukan
organisasi berpikir matematisnya baik secara tulisan, siswa bisa memberi respon
dengan tepat, baik di antara siswa itu sendiri maupun antara siswa dengan guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Komunikasi matematis berperan untuk
memahami ide-ide matematis secara benar. Siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis yang baik, cenderung dapat membuat berbagai representasi
yang beragam, sehingga lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan
alternatif-alternatif penyelesaian berbagai permasalahan matematis (Suhaedi, 2012).
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
matematika di Indonesia dalam aspek komunikasi matematis masih rendah.
.Sebagaimana yang terdapat dalam http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf :
“Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ditunjukkan dalam studi
4
Izzati (dalam Prayitno, 2013) mengungkapkan bahwa gambaran
lemahnya kemampuan komunikasi siswa dikarenakan pembelajaran matematika
selama ini masih kurang memberi perhatian terhadap pengembangan kemampuan
ini. Hal yang sama juga ditemukan oleh Kadir (dalam Prayitno, 2013), bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa SMP di pesisir masih rendah, baik
ditinjau dari peringkat sekolah, maupun model pembelajaran. Begitu juga dengan
yang diungkapkan Qohar (dalam Prayitno, 2013), bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa SMP (terutama di daerah bukan perkotaan) masih kurang, baik
lisan maupun tertulis. Turmudi (2009:7) mengungkapkan bahwa “Siswa tidak
diberi kesempatan untuk mengemukakan idenya menyampaikan gagasannya,
bahkan mengomentari kesalahan penyajian sekalipun.”
Berbagai perlakuan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis tetapi tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang signifikan. Dengan kata lain, pengaruh
perlakuan yang diberikan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dalam kegiatan diskusi
ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menyampaikan hasil pemikirannya,
siswa kurang memahami apa yang disampaikan siswa lain, siswa hanya mampu
menyelesaikan soal sejenis dengan soal yang sudah diselesaikan oleh guru. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis beberapa siswa masih
kurang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (dalam Izzati,
2010) menunjukkan bahwa :
Kemampuan berkomunikasi secara matematis masih menjadi titik lemah siswa dalam pembelajaran matematika. Jika kepada siswa diajukan suatu pertanyaan, pada umumnya reaksi mereka adalah menunduk, atau melihat kepada teman yang duduk di sebelahnya. Mereka kurang memiliki kepercayaan diri untuk mengkomunikasikan ide yang dimiliki karena takut salah dan ditertawakan teman.
Dari beberapa hal di atas, menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa masih rendah khususnya komunikasi matematis tulis.
5
menggunakan kosa kata-nya, notasi, dan struktur matematis baik dalam bentuk
penalaran, koneksi, maupun dalam problem solving. Oleh karena itu, sangat
penting arti dan peranan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
Peningkatan kemampuan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan
mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perlu
dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan
serta mampu mengkomunikasikan pemikirannya baik dengan guru, teman
maupun terhadap materi matematika itu sendiri. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi
matematis siswa adalah dengan melaksanakan model pembelajaran yang relevan
untuk diterapkan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru bidang
studi matematika di SMP Negeri 1 Binjai menyatakan bahwa:
“Metode pembelajaran yang sering saya terapkan adalah metode
pembelajaran langsung, saya langsung menyampaikan materi dan siswa memperhatikan. Hanya sekali-sekali menggunakan metode diskusi,
kelompok”.
Dalam pembelajaran, guru hendaknya memilih alternatif model
pembelajaran secara tepat, mampu mengembangkan dan menerapkan dalam
proses pembelajaran serta harus memperhatikan faktor siswa sebagai subyek
belajar. Hari Suderadjat (dalam Muzayyanah, 2009) mengemukakan bahwa semua
kegiatan pembelajaran dalam bentuk eksplorasi, menjelaskan, menyelidiki,
menguraikan dan menetapkan suatu putusan, dapat mendorong siswa dalam
pengembangan berkomunikasi. Berkaitan dengan masalah di atas maka
komunikasi matematis siswa diartikan sebagai kesanggupan siswa dalam
menafsirkan dan menyatakan gagasan atau ide-ide matematika secara tertulis
melalui tiga aspek yakni: (1) menjelaskan matematika, (2) menggambar
matematika, (3) ekspresi matematika.
Berkaitan dengan uraian tersebut maka perlu dipikirkan cara dan strategi
6
dijadikan alternatif adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa tipe dan dalam hal ini penulis tertarik meneliti
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD). Pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), siswa belajar bersama kelompok kecil yang heterogen sehingga
menghindari rasa bosan yang disebabkan pembentukan kelompok yang permanen
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan kelompok lain.
Selain itu adanya interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya intelektual siswa (Lie, A, 2008).
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) mudah dipecah
menjadi berpasangan, lebih banyak tugas yang biasa dilakukan, guru mudah
memonitor, dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar
siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, diharapkan
siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, menambah kekompakan dan
rasa percaya diri siswa, dan membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok secara heterogen, baik jenis kelamin, ras,
etnik, maupun kemampuan dalam satu kelompok, siswa menggunakan lembar
kerja akademik, kemudian siswa saling membantu untuk menguasai pelajaran
melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Dalam
kelompok-kelompok kecil siswa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan
anggota kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) memberikan arah pelajaran akan lebih jelas karena pada tahap awal guru
terlebih dahulu menjelaskan uraian materi yang dipelajari, membuat suasana
belajar lebih menyenangkan karena siswa dikelompokkan dalam kelompok yang
heterogen, pembelajaran lebih terarah sebab guru terlebih dahulu menyajikan
materi sebelum tugas kelompok dimulai, meningkatkan kerjasama diantara siswa
sebab dalam pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam
7
semangat anak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, mengetahui
kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar sebab guru memberikan
pertanyaan kepada seluruh siswa, dan sebelum kesimpulan diambil guru terlebih
dahulu melakukan evaluasi pembelajaran.
Berdasarkan hal di atas, perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terletak pada pembagian
kelompok dan proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
dibagi menjadi 4 kelompok, sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat dibagi menjadi 4-5 kelompok. Proses pembelajaran pada model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS guru hanya memberikan konsep umum pada
materi fungsi, sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru
menjelaskan materi fungsi terlebih dahulu. Oleh sebab itu, dari kedua model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD diharapkan dapat memperbaiki
kemampuan komunikasi matematis siswa yang rendah khususnya pada materi
fungsi. Mempelajari fungsi bukan hanya kemampuan menemukan kebenaran
jawaban akhir dan mutlak tetapi juga untuk memperoleh ketangkasan dan
keterampilan komunikasi.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan diatas peneliti merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan STAD di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang disusun penulis, masalah yang
akan diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
3. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
8
1.3Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan terarah, maka
penelitian ini dibatasi pada:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
2. Model pembelajaran masih bersifat konvensional.
1.4Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari
kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan mengguanakan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran
2016/2017?
1.5Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP Negeri 1 Binjai
Tahun Ajaran 2016/2017.
1.6Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi guru, sebagai bahan masukan kepada guru matematika tentang
perbedaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD).
2. Bagi siswa, sebagai pengalaman belajar dan memberikan variasi
pembelajaran guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
dalam memahami dan menguasai konsep demi mencapai prestasi yang lebih
9
3. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan untuk
peneliti yang nantinya akan menjadi guru, serta sebagai bahan pertimbangan
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian di kemudian hari.
1.7Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul perbedaan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan tipe
STAD di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017.
Untuk menghindari kesalahpahaman penelitian ini memberi batasan
definisi operasional sebagai berikut:
1 Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan struktur dua tinggal dua tamu yang
dilaksanakan melalui tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan kelompok,
tes, dna penghargaan kelompok.
2 Model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah
model pembelajaran dimana tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
3 Komunikasi matematis adalah proses menafsirkan dan menyatakan gagasan
atau ide-ide matematika melalui aspek menjelaskan, menggambar dan
ekspresi matematika dalam bentuk tulisan.
4 Kemampuan komunikasi matematis diartikan sebagai kesanggupan siswa
dalam menafsirkan dan menyatakan gagasan atau ide-ide matematika secara
tertulis melalui tiga aspek yakni: (1) menjelaskan matematika, (2)
75 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP
Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017. Aspek kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mempunyai selisih paling tinggi pada pembelajaran dengan model
kooperatif tipe STAD adalah aspek kemampauan membaca gambar, sedangkan aspek
kemampuan komunikasi matematis siswa yang mempunyai selisih paling tinggi pada
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TSTS adalah aspek
kemampuan membaca gambar dan ekspresi matematika.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka disampaikan beberapa
saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian ini.
1. Bagi guru khususnya guru matematika agar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan selalu melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan melatih siswa untuk
belajar aktif.
2. Pada pembelajaran, guru hendaknya lebih banyak melatih siswa untuk
membuat gambar dan ekspresi matematika.
3. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih
memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana dalam melancarkan proses
pembelajaran.
4. Bagi peneliti lanjutan, hendaknya penelitian dapat dilengkapi dengan meneliti
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rieka Cipta Jakarta.
Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematika (Konsep dan Aplikasi), Penerbit Pena, Banda Aceh.
Ambarjaya, Beni.s., (2012), Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan Praktik, CAPS, Jakarta.
Dewi, Izwita, (2014), Profil Keakuratan Matematis Mahasiswa Calon Guru Ditinjau dari Perbedaan Jeender, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1, No.2, September 2014, ISSN : 2355-4185
Fachrurazi, (2011), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, [diakses 6 Januari 2016].
Februeny, Tri, (2014), Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dan Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berbasis Kontekstual Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Ajaran 2013/2014, Skripsi, FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fitriani, dan Lina, (2013), Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP N 2 Depok Tahun Ajaran 2012/2013, Dalam Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains UNY.
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
, (2011), Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Alfabeta, Bandung.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan
77
Jufri, Wahab, (2013), Belajar dan Pembelajaran Sains, Pustaka Reka Cipta, Bandung.
Lie, A., (2008), Cooperative Learning, Penerbit Grasindo, Jakarta.
, (2010), Cooperative Learning (Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang Kelas), PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia, Jakarta.
Mahmudi, Ali, (2009), Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal MIPA UNHALU Vol 8 No.1, ISSN 1412-2318.
Mayasari, Dian, (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari Pasuruan, Jurnal , Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang.
Muzayyanah, Arifah, (2009), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) di SMA Negeri 1 Godean, Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah, Yogyakarta, FMIPA UNY, 6 Desember 2009, ISBN: 978-979-16353-4-9. Nida, J, (2011), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievment Divisions) dalam Meningkatkan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa pada Pokok Bahasan Bangun Ruang, http://a-research.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=568, [diakses 29 Agustus 2016].
Prayitno, S.,Suwarsono, St., Siswono, T.Y.E., (2013) Komunikasi Matematis Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang Ditinjau Dari Perbedaan Gender, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, 9 November 2013, ISBN: 978-979-16353-9-4.
Qohar, Abd., (2009), Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Pada Pembelajaran Dengan Model Reciprocal Teaching, Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah, Yogyakarta, FMIPA UNY, 6 Desember 2009, ISBN: 978-979-16353-4-9. Rachmayani, Dwi, (2014), Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa, Jurnal Pendidikan UNSIKA Vol 2 No. 1, ISSN: 2338-2996.
78
Saputra, H., (2013), Jurnal Sain Riset, Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Talk-Write, Volume 3 – No. 1: 1-5
(ejournal.unigha.ac.id/data/journal%20%20SAINS%20Riset%20vol%203% 20no%2094.pdf diakses 16 Januari 2016)
Shafridla, (2012), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik, Tesis, FMIPA UNIMED.
Siregar, E., Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Bogor.
Slavin, R., (2005), Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
Suhaedi, Didi, (2012), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Yogyakarta, FMIPA UNY, 10 Desember 2012, ISBN: 978-979-16353-8-7.
Suprijono, Agus, (2010), Cooperatif Learning – Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Turmudi, (2009), Taktik Dan Strategi Pembelajaran Matematika (Referensi Untuk Guru SMA/Ma, Mahasiswa, dan Umum Cetakan I), Leuser Cita Pustaka, Jakarta.