PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
OLEH:
SHINTA SONIA GULTOM NIM : 8146175034
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Shinta Sonia Gultom. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif Dan Sikap Ilmiah Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung, dan keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memliki sikap ilmiah diatas rata-rata akan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah siswa di bawah rata-rata, kemudian ada tidaknya interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif dan model pembelajaran langsung dengan sikap ilmiah siswa terhadap keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Methodist Berastagi dengan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dan pengambilan sampel dengan cluster random sampling yaitu kelas IX-2 sebagai kelas kontrol dan kelas IX-1 sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen keterampilan untuk keterampilan proses sains dan tes kuesioner untuk mengukur sikap ilmiah siswa. Dari penelitian yang dilakukan didapatlah hasil penelitian yang dianalisis dengan menggunakan uji ANAVA 2 jalur yaitu keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung, dan keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan sikap ilmiah siswa di bawah rata-rata, kemudian ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif dan model pembelajaran langsung dengan sikap ilmiah siswa terhadap keterampilan proses sains siswa
ii ABSTRACT
Shinta Sonia Gultom. The effect of Inquiry Training-based Collaborative Model and Scientific Attitude To Students’ Science process skill. Postgraduate School of the State University of Medan, 2017
The aimed of the research is to analyzed: students’ science process skill using inquiry training-based collaborative model is better than direct instruction model, students’ science process skill who had scientific attitude above average are better than under average, and to know the interaction between inquiry training -based collaborative model and direct instrunction with scientific attitude to increase students’ science process skill. The experiment was conducted in SMP Methodist Berastagi used in the research is quasi experiment as population, class IX-2 as a control class and IX-1 as a experiment class were chosen trough cluster random sampling. Science process skilss used test of skill and scientific attitude used questioner test . Result of the data was analyzed by using two eays ANAVA. The results is students’ science process skill using inquiry training-based collaborative model is better than direct instruction model, students’ science skill who have above average better than under average, and there is an interaction between inquiry training-based collaborative model and abilty scientific attitude to increase students’ science process skill
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis kolaboratif dan sikap ilmiah terhadap keterampilan proses sains siswa SMP” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan gelar Magister Pendidikan pada program studi pendidikan fisika di program pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang membantu penyusunan tesis ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana dan Ibu Dr. Derlina, M. Si selaku Skretaris Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan tesis ini.
2. Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing I dan Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku pembimbing II yang selalu memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis. 3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku narasumber I, ibu Dr. Betty M
Turnip, M.Pd selaku narasumber II, dan Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku narasumber III yang telah memberikan masukkan guna kesempurnaan tesis ini.
4. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Pps Unimed yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.
iv
Lusia Maria Gultom, Grasella Gultom, Hotnita Gultom dan Sarah Gultom yang telah memberikan motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Pps Unimed hingga selesainya tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terkasih Martinus Sinaga atas motivasi, doa, serta kasih sayang yang telah menjadi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Pps Unimed.
. Teman-teman seperjuangan semasa perkuliahan Pps Pendidikan fisika kelas A1 2014 : Kak Dela, Anggi, Muliani, Riska, Kak Nazila, Kak Fatma, Bang Bakti, Jefri, Andri, Bang Sumihar, Preti, Bima, Saanatun, Haflah, Kak Dewi, dan Indah Jait juga semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.
Medan, 23 Januari 201
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 10
1.3. Batasan Masalah ... 10
1.4. Rumusan Masalah ... 11
1.5. Tujuan Penelitian ... 11
1.6. Manfaat Penelitian ... 12
1.7. Definisi Operasional ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
2.1. Kerangka Teoritis ... 15
2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran ... 15
2.1.2. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ... 16
2.1.3. Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry Training ... 21
2.1.3.1 Kondisi Kelas Model Pembelajaran Inquiry Training. ... 24
2.1.3.2 Tugas Guru Dalam Model Pembelajaran Inquiry Training. . ... 25
2.1.3.3 Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training. . ... 26
2.1.3.4 Teori Belajar Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training. . ... 28
2.1.4. Pembelajaran Kolaboratif ... 34
2.1.5. Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif ... 41
2.1.6. Model Pembelajaran Langsung ... 44
2.1.7. Ciri- ciri Khusus Pembelajaran Langsung ... 44
2.1.8. Manfaat Pembelajaran Langsung ... 46
2.1.9. Sintaks Pembelajaran Langsung ... 47
2.1.10. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Pembelajaran Langsung ... 47
2.1.11. Sikap Ilmiah ... 48
2.1.12. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 53
2.2. Penelitian Yang Relevan ... 60
2.3. Kerangka Konseptual ... 67 2.3.1 Keterampilan Proses Sains kelompok Siswa yang
Inquiry Training berbasis Kolaboratif lebih baik dari pada keterampilan proses sains kelompok siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran langsung ... 67
2.3.2. Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelompok Siswa yang Memiliki Sikap Ilmiah Diatas Rata-Rata Lebih Baik Dari Keterampilan Proses Sains Kelompok yang Memiliki Sikap Ilmiah Dibawah Rata-Rata ... 69
2.3.3. Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif dan model pembelajaran langsung dengan tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi Keterampilan Proses Sains Siswa ... 70
2.4. Hipotesis Penelitian ... 71
BAB III METODE PENELITIAN ... 73
3.1. Tempat Dan aktu Penelitian ... 73
3.2. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 73
3.2.1. Populasi Penelitian ... 73
3.2.2. Sampel Penelitian ... 73
3.3. ariabel Penelitian ... 74
3.4. Jenis Dan Desain Penelitian ... 74
3.4.1. Jenis Penelitian ... 74
3.4.2. Desain Penelitian ... 75
3.5. Instrumen Penelitian ... 77
3.5.1. Angket Sikap Ilmiah ... 78
3.5.2. Tes Keterampilan Proses Sains ... 78
3.6. Prosedur Penelitian ... 78
3.7. Alat Pengumpul Data ... 82
3.7.1. alidasi Isi ... 82
3.8. Tekhnik Analisis Data ... 82
3.8.1. Menghitung Nilai Rata- rata dan Simpangan Baku .... 82
3.8.2. ji Normalitas ... 83
3.8.3. ji Homogenitas ... 85
3.8.4. ji Signifikansi ... 85
3.8.5. Menghitung N-gain ... 85
3.8.6. Pengujian Hipoteisi Penelitian ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91
4.1. Hasil Penelitian ... 91
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 91
4.1.2. Deskripsi Data Tes Keterampilan Proses Sains (KPS) . 91 4.1.3 Deskripsi Observasi Pembelajaran Berbasis Kolaboratif ... 93
Indikator ... 97
4.1.6 Deskripsi Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Tiap Kelas ... 100
4.1.7 Deskripsi Hasil Keterampilan Proses Sains Melalui Tingkat Sikap Ilmiah ... 102
4.1.8 Deskripsi Indikator Keterampilan Proses Sains Siswa Masing- Masing Kelas ... 103
4.1.9 Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes ... 110
4.1.9.1 Deskripsi Data Pretes ... 110
4.1.9.2. ji Normalitas Data Pretes ... 112
4.1.9.3. ji Homogenitas Data Pretes ... 112
4.1.9.4. ji Kesamaan Rata- Rata Data Pretes ... 113
4.1.10 Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes ... 114
4.1.10.1 Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian ... 114
4.1.10.2 Deskripsi Data Postes Keterampilam Proses Sains ... 116
4.1.10.3. ji Normalitas Data Postes ... 117
4.1.10.4. ji Homogenitas Postes ... 118
4.1.11 Pengujian Hipotesis ... 119
4.2. Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains .... 128
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 129
4.3.1. KPS Siswa Antara Kelas yang Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif lebih baik Dibandingkan dengan kelas yang menggunakan Model Pembelajaran Langsung ... 130
4.3.2. KPS Siswa yang Memilki Sikap Ilmiah Diatas Rata- rata Lebih Baik Dari KPS yang Memiliki Sikap Ilmiah Dibawah Rata- rata ... 132
4.3.3. Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif dan Model Pembelajaran Langsung dengan Sikap Ilmiah Terhadap KPS Siswa 134
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 141
5.1. Kesimpulan ... 141
5.2. Saran ... 141
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training ... 21
Tabel 2.2. Kegiatan guru pada setiap fase pembelajaran Inquiry Training ... 26
Tabel 2.3. Pengembangan Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif ... 42
Tabel 2.4. Sintaks Pembelajaran Langsung ... 47
Tabel 2.5. Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah dalam Penelitian ... 51
Tabel 2.6. Penelitian Terdahulu ... 61
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ... 76
Tabel 3.2. Desain Penelitan ANAVA 2x2 ... 76
Tabel 3.3. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 87
Tabel 4.1. Data Pretes Kelas IT Berbasis Kolaboratif dan Model Pembelajaran langsung ... 92
Tabel 4.2. Data Postes Kelas IT Berbasis Kolaboratif dan Model Pembelajaran langsung ... 93
Tabel 4.3. Hasil Observasi Pembelajaran Berbasis Kolaboratif ... 94
Tabel 4.4. Data Tes Sikap Ilmiah Siswa ... 96
Tabel 4.5. Hasil Sikap Ilmiah Melalui Indikator Sikap Ilmiah ... 98
Tabel 4.6. Pengelompokan Nilai Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Tiap Kelas ... 100
Tabel 4.7. Pengelompokan Nilai Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 102
Tabel 4.8. Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Setiap Indikator ... 104
Tabel 4.9. Data Pretes Keterampilan Proses Sains ... 110
Tabel 4.10. Uji Normalitas Data Pretes KPS Pembelajaran Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 112
Tabel 4.11. Uji Homogenitas Data Pretes ... 112
Tabel 4.12. Uji Kesamaan Pretes KPS Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ... 113
Tabel 4.13. Nilai Tes KPS Pada Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 116
Tabel 4.14. Normalitas Distribusi Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 118
Tabel 4.15. Uji Homogenitas Data Postes ... 118
Tabel 4.16. Desain Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur ... 119
Tabel 4.17. Data Faktor Anatar Subjek ... 120
Tabel 4.18. Uji Homogenitas Antar Kelompok ... 121
Tabel 4.19. Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 121
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Dampak- dampak Instruksional dan Pengiring dalam
Model Pembelajaran Inquiry Training ... 27
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian ... 81
Gambar 4.1. Hasil Observasi Pembelajaran Berbasis Kolaboratif ... 95
Gambar 4.2. Nilai Rata- rata Pembelajaran Berbasis Kolaboratif ... 95
Gambar 4.3. Persentase Sikap Ilmiah Berdasarkan Setiap Indikator .... 99
Gambar 4.4. Data KPS Sampel Kelas Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 101
Gambar 4.5. Persentase indikator KPS siswa ... 105
Gambar 4.6. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ... 111
Gambar 4.7. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen ... 111
Gambar 4.8. Histogram Data Postes Kelas Kontrol ... 117
Gambar 4.9. Histogram Data Postes Kelas Eksperimen ... 117
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 149
Lampiran 2 Bahan Ajar ... 174
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 186
Lampiran 4 Instrumen Penelitian Sikap Ilmiah ... 198
Lampiran 5 Lembar Indikator Angket Sikap Ilmiah ... 200
Lampiran 6 Instrumen KPS... 202
Lampiran 7 Rubrik Penilaian KPS ... 205
Lampiran 8 Rubrik Observasi KPS ... 213
Lampiran 9 Lembar Kegiatan Observasi Pembelajaran Berbasis Kolaboratif ... 215
Lampiran 10 Hasil KPS Kelas Eksperimen ... 219
Lampiran 11 Hasil KPS Kelas Kontrol ... 221
Lampiran 12 Hasil Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen ... 223
Lampiran 13 Hasil Sikap Ilmiah Kelas Kontrol... 225
Lampiran 14 Deskripsi Perhitungan Data Pretes dan Postes ... 227
1
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan masyarakat Indonesia berjalan kian hari kian cepat. Salah
satu faktor yang berpengaruh sangat besar terhadap kecepatan ini adalah
pembangunan nasional dan pengaruh yang sangat menonjol berasal dari
perkembangan ilmu sains dan teknologi (Semiawan, 1996). Perkembangan sains
dan teknologi telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan
sains khususnya fisika sebagai bagian dari pendidikan. Melalui pendidikan kita
berharap semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa
dikembangkan secara maksimal agar kita bisa mandiri dalam proses
pembangunan pribadi sebagai manusia (Sunariyati, 2014)
Kenyataannya, pendidikan hingga saat ini masih merupakan suatu
permasalahan dalam pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, khususnya kualitas
pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendapat perhatian besar untuk
memajukan pengetahuan dan teknologi. IPA memuat hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
diperoleh dari serangkaian proses ilmiah. Salah satu cabang dari mata pelajaran
IPA adalah fisika (Kemdikbud, 2013). Fisika berkaitan dengan 3 dimensi, yaitu :
produk, proses dan sikap. Dimensi produk terdiri dari fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori. Fisika bukan hanya produk berupa pengetahuan tetapi juga
2
disini adalah proses aktivitas ilmiah. Proses dalam melakukan aktivitas- aktivitas
yang terkait dengan sains biasa disebut dengan keterampilan proses sains.
Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuwan ketika mengerjakan
aktivitas sains. Dimensi yang ketiga adalah dimensi yang terfokus pada
karakteristik sikap ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan seseorang dan
besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi untuk
mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan (Liliasari, 2014)
Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya
memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar siswa berpikir
konstruktif melalui fisika sebagai Keterampilan Proses Sains (KPS). Dengan
mengembangkan keterampilan- keterampilan proses, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan
dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut (Semiawan, 1996).
Keterampilan ini dapat ditingkatkan dengan melalui aktivitas pembelajaran sains
siswa .Oleh sebab itu keterampilan proses sains (KPS) penting dimiliki oleh siswa
untuk menentukan sikap dan tindakan yang benar pada saat dihadapkan dengan
masalah- masalah yang terjadi di masyarakat (Aktamis , 2008).
Sikap didefenisikan sebagai kecenderungan psikologis yang
dicenderungkan oleh penilaian sebuah keberadaan khusus den beberapa tingkat
suka atau tidak suka (Eagly, 1993). Sikap melibatkan elemen pengetahuan,
perasaan dan tingkah laku serta sikap saling mempengaruhi perilaku (Khine,
2015). Sikap merupakan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar. Jadi sikap
3
melakukan suatu kegiatan ilmiah (Slameto, 2003). Lebih luas lagi sikap ilmiah
dapat dikembangkan langsung dari pengalaman dan kegiatan ilmiah ( arlen
dalam Anwar, 2009)
asil dari observasi awal dan wawancara dilakukan peneliti di SMP
Methodist Berastagi, bahwa pelaksanaan pembelajaran fisika pada umumnya
dilakukan dengan pembelajaran langsung yang masih menggunakan metode
ceramah tanpa melakukan praktikum dan hanya menekankan pada penghapalan
konsep-konsep dan rumus fisika sehingga membuat siswa merasa jenuh dan
merasa bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan
diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari. uru juga masih melakukan
pembelajaran yang kurang berinovasi dan belum memperhatikan aspek
keterampilan proses sains. al ini menyebabkan rendahnya nilai hasil belajar
fisika. al terlihat dari nilai rata- rata mata pelajaran fisika kelas I SMP
Methodist Berastagi yaitu pada tahun 2012/2013 nilai rata- rata 64,00, pada tahun
2013/2014 nilai rata- rata 65,00 dan terakhir pada tahun 2014/2015 68,00.
Sedangkan nilai rata- rata KKM yaitu 70,00. Perolehan hasil belajar berkaitan erat
dengan aspek kemampuan lainnya yaitu kemampuan psikomotorik siswa dan
sikap siswa sebagai danpak dari kegiatan belajar dan kemampuan guru mrngelola
pembelajaran yang bermakna.
Pada proses pembelajaran fisika, peran guru berlangsung masih sangat
dominan dengan menerapkan model pembelajaran yang belum mengoptimalkan
aktivitas siswa dam tidak adanya laboratorium sebagai penunjang pelaksanaan
4
memberikan pengalaman langsung kepada siswa (Muhaimin, 2015),. Pendapat
lain mengatakan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan metode tradisional
cenderung pasif dikarenakan semua informasi berasal dari guru dan hanya
mengikuti informasi yang diberikan dari buku pegangan mereka, pengajaran
tradisional juga hanya menekankan belajar dengan hafalan yang menyebabkan
hasil yang tidak memuaskan ( aishnav, 2013). Ada prinsip pokok dalam
pembelajaran yaitu peningkatan, mempertahankan, dan mengembangkan
ketertarikan dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa lebih bersemangat
untuk memperdalam pengetahuan dan membuat pelajaran yang dilaksanakannya
lebih bermakna. Dengan kata lain, siswa haruslah diberikan kesempatan untuk
mencoba sesuatu hal yang baru, sehingga mereka dapat berinovasi dan langsung
menghasilkan sesuatu yang terbaik yang telah mereka lakukan.
Fakta berdasarkan hasil observasi menunjukkan masih perlu diadakan
perbaikan pada kegiatan pembelajaran Fisika, guru dituntut mencari dan
menemukan suatu cara yang dapat membantu siswa memahami konsep fisika
sehingga secara tidak langsung dapat menumbuhkan keterampilan proses sains
siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah merancang kegiatan
pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah dan melakukan
penyelidikan. Dengan pengertian yang lebih luas bahwa guru diharapkan dapat
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
menemukan, mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide siswa
5
Berdasarkan Permendikbud No. 59 tahun 2014 Dalam rangka
mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif maka
diperlukan pembelajaran yang mengarah untuk mendorong siswa mencari tahu
dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan masalah (menanya) bukan
hanya menyelesaikan masalah. maka pembelajaran diarahkan untuk melatih siswa
berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin) serta
mampu kerjasama dan Kolaboratif dalam menyelesaikan masalah. Maka
pembelajaran yang disarankan dalam Permendikbud no 59 tahun 2014 adalah
pembelajaran yang berbasis penyingkapan/penelitian (discovery / inquiry
learning) agar dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Berdasarkan penjabaran Permendikbud tersebut, maka diperlukanlah
inovasi dalam pelajaran, seperti halnya yang diutarakan oleh Jazzar (2004), untuk
meningkatkan hasil belajar yang baik untuk siswa yaitu guru harus mampu untuk
menggunakan suatu model pembelajaran yang dalam hal ini adalah model
pembelajaran Inquiry Training yang akan mampu meningkatkan kesempatan
siswa untuk lebih memahami pembelajaran. Jazzar juga mengatakan bahwa
penggunaan model pembelajaran Inquiry Training mampu meningkatkan
pemahaman suatu konsep, kreatif dan memiliki keterampilan untuk mengolah
informasi yang didapatkan.
Model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa
6
memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam waktu yang singkat. Tujuannya
adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual
yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya
berdasarkan rasa keingintahuannya. Salah satu dampak instruksional dari
penerapan model pembelajaran Inquiry Training adalah keterampilan proses sains
siswa. Keterampilan proses dapat diartikan sebagai keterampilan-keterampilan
intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan
mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Joyce, 2011).
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai model pembelajaran Inquiry
Training melakukan penelitian yang bertujuan unntuk mengetahui pengaruh yang
diberikan metode pembelajran Inquiry terhadap pencapaian pembelajaran sains,
(Abdi, 2014), menyatakan bahwa hasil belajar yang didapatkan siswa lebih
meningkatkan dibanding dengan yang dibelajarkan dengan metode tradisional.
Pengajaran di sekolah umumnya sesuai dengan metode traditional dan terus
didominasi oleh guru dengan menjadikannya membosankan seperti sebelumnya.
Pembelajaran fisika dengan Inquiry secara signifikan lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional. Dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri ini guru dapat menciptakan suasana yang kreatif di kelas dimana siswa
diminta untuk merumuskan ide- ide mereka sendiri, menyatakan pendapat mereka
pada isu- isu penting atau untuk menemukan hal-hal sendiri. ( aishnav R, 2013),
Meskipun guru berupaya memaksimalkan pelaksanaan model, masih ada
beberapa masalah yang muncul diantaranya penggunaan waktu yang cukup lama
7
meningkatkan prestasi belajar (Avsec, 2014). Manfaat pembelajaran inkuiri siswa
mengalami peningkatan penyelidikan umum dan keterampilan meneliti (Pedaste,
2014). Berdasarkan hasil analisis data pembelajaran fisika menggunakan model
pembelajaran Inquiry Training lebih efektif dibandingkan pembelajaran
menggunakan metode konvensional dilihat dari hasil belajar akademik siswa di
India (Pandey, 2011). Pembelajaran inkuiri juga meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa melalui pengajaran dan pembelajaran dengan pembelajaran
berbasis Inquiry menggunakan jejaring sosial dan komputasi cocok untuk praktek
nyata dan membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan siswa untuk mencapai sukses Thaiposri dan annapiroon
(2015). Penelitian yang dilakukan utapea (2015) membuktikan bahwa model
pembelajaran Inquiry Training dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
berupa keterampilan proses sains. Namun, untuk mencapai hal yang maskimal
guru harus mempersiapkan dan mengaplikasikan pembelajaran secara aktif.
Penggunaan model Inquiry dalam pembelajaran bekontribusi untuk belajar
memahami karena pembelajaran Inquiry menunjukkan bahwa teori belajar
konstruktivisme, penilaian formatif, dan penemuan memiliki karakterisitik yang
hampir sama namun, masing-masing memberikan hasil yang unik terhadap siswa
( arlen, 2014). arlen juga mengatakan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Inquiry akan mengajarkan siswa untuk mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya, selain itu pengembangan keterampilan
inquiry tidak hanya akan memungkinkan anak- anak untuk membangun
8
inkuiri sains dan penalaran, mengembangkan sikap positif terhadap ilmu
pengetahuan dan apresiasi terhadap konstribusi ilmu pengetahuan kepada
masyarakat dan penggunaan ilmu dalam teknologi dan rekayasa. Begitu juga
dengan peneliti Ergul (2011) menyatakan bahwa pembelajaran sains dengan
inkuiri memberikan pengaruh nyata terhadap keterampilan proses sains siswa dan
sikap ilmiah siswa dan didukung oleh penelitian Aktamis (2008) menyatakan
dalam penelitian mereka bahwa dengan mengajarkan keterampilan proses sains
dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dan prestasi siswa. al yang sama oleh
Akpullukcu (2011) yang menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa lingkungan
pembelajaran berbasis metode Inquiry yang diaplikasikan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan
keberhasilan akademik. Tanjung (2012) menunjukkan bahwa dengan
melaksanakan pembelajaran dengan model Inquiri Training berbasis JITT dan
sikap ilmiah siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
mahasiswa fisika. Penelitian sikap ilmiah yang lain adalah Pitafi dan Faroq (2012)
yang telah melakukan pengukuran sikap ilmiah pada siswa di Pakistan dan
hasilnya sikap ingin tahu adala sikap ilmiah yang paling dominan pada siswa di
Pakistan dan diteruskan dengan sikap ilmiah yang lain. Penelitian ini dilakukan
dengan memberikan memberikan angket berisi pertanyaan – pertanyaan yang
memuat indikator sikap ilmiah.
Beberapa saran dari peneliti terdahulu diantaranya Sirait (2012) dan
Damanik (2013) menyatakan bahwa penerapan model Inquiry Training akan
9
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta fasilitas praktikum dan
eksperimen yang memadai, selain itu penggunaan waktu dalam pembelajaran
perlu diperhatikan sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan penerapan
Inquiry Training sebaiknya dilakukan dalam kelompok sehingga semua siswa
dapat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penerapan Inquiry Training pada
mata pelajaran Fisika dikombinasikan dengan pembelajaran Kolaboratif agar
siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Laal (2012) menyatakan pembelajaran
kolaboratif memiliki banyak manfaat dan biasanya menghasilkan prestasi yang
lebih tinggi dan produktivitas yang lebih besar, hubungan yang saling mendukung
dan berkomitmen lebih peduli, kesehatan psikologi yang lebih besar, kompetensi
sosial dan harga diri.
Penerapan model Inquiry Training berbasis Kolaboratif pada mata
pelajaran Fisika dilakukan untuk melihat pengaruhnya pada keterampilan proses
sains siswa. Melalui metode ilmiah pada tahapan model Inquiry Training dapat
melatih keterampilan siswa dalam melakukan penelitian dan menggunakan alat
peraktikum sehingga diharapkan dapat meningkatakan keterampilan proses sains
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai model pembelajaran Inqury Training, dengan judul: “Pengaruh Model
Pembelajaran Inqury Training Berbasis Kolaboratif dan Sikap Ilmiah terhadap
10
1. . Ident f kas Masalah
Dari latar belakang di atas diatas, maka masalah yang ditemukan dalam penelitian
ini adalah:
1. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pembelajaran fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek
menghapal konsep- konsep, prinsip- prinsip atau rumus.
3. uru belum memperhatikan aspek keterampilan proses sains.
4. Kurangnya sikap ilmiah siswa dalam kegiatan pembelajaran
1. . Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, keterbatasan waktu, dana serta
kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah pada penelitian ini.
Pembelajaran yang digunakan adalah Model pembelajaran Inquiry Training
berbasis Kolaboratif pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung
pada kelas kontrol. ariabel moderator dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah
yang dimiliki siswa. asil yang diamati adalah Keterampilan Proses Sains sebagai
variabel terikat yang terlihat dari hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis
11
1. . Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan latar belakang diatas, penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Keterampilan proses sains kelompok siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif lebih baik dari
pada keterampilan proses sains kelompok siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran langsung?
2. Apakah keterampilan proses sains kelompok siswa memiliki sikap ilmiah
diatas rata- rata lebih baik dari kelompok siswa memiliki sikap ilmiah
dibawah rata- rata ?
3. Apakah terdapat interaksi model pembelajaran Inquiry Training berbasis
Kolaboratif dan model pembelajaran langsung dengan sikap ilmiah dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa?
1. . Tu uan Penel t an
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah keterampilan proses sains kelompok siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training berbasis
kolaboratif lebih baik dari pada keterampilan proses sains kelompok siswa
12
2. Mengetahui apakah keterampilan proses sains kelompok siswa memiliki
sikap ilmiah diatas rata- rata lebih baik dari kelompok siswa memiliki
sikap ilmiah dibawah rata- rata.
3. Terdapat interaksi model pembelajaran Inquiry Training berbasis
Kolaboratif dan model pembelajaran langsung dengan sikap ilmiah dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
1. . Manfaat Penel t an
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Bagi bidang pendidikan bermanfaat untuk memberikan inspirasi dalam
mengembangkan model model pembelajaran kreatif dan inovatif untuk
meningkatkan KPS.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk guru, sebagai informasi untuk menerapkan model
pembelajaran inquiri training.
b. Untuk siswa, untuk membantu siswa agar termotivasi siswa untuk
terus meningkatkan keterampilan proses sains khususnya bagi
pelajaran fisika.
c. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model
pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.
1. . Defen s O eras nal
Agar tidak terjadi kerancuan, berikut adalah defenisi oprasional yang
13
a. Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Kolaboratif
Model Pembelajaran inquiry training berbasis Kolaboratif adalah salah
satu model pembelajaran latihan untuk mencari, menemukan dan menggali
informasi ilmu penetahuan secara bersama (Kolaboratif). Dimana dalam
proses pembelajaran ini, siswa harus saling membantu dalam memberikan
informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa lain yang belum
mengerti. Untuk mengangkat jiwa Kolaboratif siswa diperlukan peran
guru. Jadi guru memberikan masalah dan membimbing siswa untuk aktif
dalam kegiatan Kolaboratif/ bekerjasama dengan membentuk denah
ruangan belajar seperti pola huruf “U” dan memberi bantuan apabila siswa
ada yang tidak aktif dalam kegiatan Kolaboratif, sedangkan siswa
memecahkan masalah melalui pengamatan, percobaan atau prosedur
penelitian, jadi kelas yang diharapan guru adalah kelas yang ribut, dimana
masing- masing siswa harus memberikan komentarnya. (Trianto, 2007 )
b. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model Pembelajaran Langsung pada penelitin ini adalah suatu model
pengajaran aktif yang bersifat teacher center yaitu salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan dekleratif dan pengetahuan prosedural
yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
yang bertahap, selangkah demi selangkah. (Trianto, 2007 )
14
Sikap ilmiah merupakan kecenderungan siswa untuk belajar memecahkan
masalah, menilai ide dan informasi, membuat keputusan berdasarkan bukti
yang telah dikumpulkan dan dievaluasi secara objektif. Siswa yang
memiliki prosedur ini dikatakan memiliki sikap ilmiah. (Brossard, 2005 )
d. Keterampilan Proses Sains (KPS)
Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah mengamati,
menafsirkan, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan,
membuat hipotesis, merancang penyelidikan, menerapkan konsep atau
1
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. (2014). The effect of inquiry-based learning method on students’ academic achievement in science course. Universal Journal of Educational Research, 2(1), 37-41 diakses tanggal 25 November 2015 http:/www.hrpub.org
Abungu, H. E., Okere, M. I., & Wachanga, S. W. (2014). The effect of science process skills teaching approach on secondary school students’ achievement in chemistry in Nyando district, Kenya. Journal of Educational and Social Research.
Ali, M. (2014). Fundamental School Reform Through Lesson Study for Learning Community (LSLC): A Study of CollaborativeE Learning In Indonesia and Japan. In International Conference on Fundamentals and Implementation of Education (ICFIE) 2014. Pascasarjana UNY. diakses tanggal 28 November 2015 http://eprints.uny.ac.id/24993/
Akpullukcu S,. & Gunay F.Y. (2011). The Effect of Inquiry Based Learning environment In Science and Technology Course On The Students’ Academic Achievement. Western Anatolia Journal Of Education Science. ISSN 1308- 8971, 417-422. diakses tanggal 25 November 2015 http://acikerisim.deu.edu.tr/xmlui/handle/12345/5200
Aktamis, H., & Ergin, O. (2008,). The effect of scientific process skills education on students’ scientific creativity, science attitudes and academic achievements. In Asia-Pacific forum on science learning and teaching (Vol. 9, No. 1, pp. 1-21). Hong Kong Institute of Education. 10 Lo Ping Road, Tai Po, New Territories, Hong Kong diakses tanggal 15 Januari 2016 http://www.ied.edu.hk/apfslt/download/v9_issue1_files/aktamis.pdf
Anwar, H. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu,2 (5) diakses tanggal 18 Januari 2016 http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jpi/article/download/593/544
Arends, R. (2012). Learning To Teach Nine Edition. New York : The McGrow Hill Comapanies
Arikunto. (2009). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
1
Avsec, S., & Kocijancic, Slavko. (2014). Effectiveness of inquiry-based learning: Ho do middle school students learn to ma imize efficacy of ater turbine. International Journal of Engineering Education, 30(6A), 1436-1449 diakses tanggal 12 November 2015 http://pefprints.pef.uni-lj.si/2623/1/Avsec_Kocijancic_Effectiveness.pdf
Barkley, E. Elisabeth, Cross.Patricia., Howel, C Major. 2012. Collaborative Learning Techniques. Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung : Penerbit Nusa Media
Blalock, C. L., Lichtenstein, M. J., Owen, S., Pruski, L., Marshall, C., & Toepperwein, M. (2008). In pursuit of validity: A comprehensive revie of science attitude instruments 935–2 5. International Journal of Science Education, 30(7), 961-977 diakses tanggal 12 November 2015 http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500690701344578
Brossard, D., Lewenstein, B., & Bonney, R. (2005). Scientific kno ledge and attitude change: The impact of a citizen science project. International Journal of Science Education, 27(9), 1099-1121 diakses tanggal 12 November 2015 http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500690500069483
Brotosiswoyo. (2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas.
Dahar, (1989). Teori- Tori Belajar . Jakarta : Erlangga
Damanik, D. P. (2013). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training (IT) dan Direct Instruction (DI). Jurnal Online Pendidikan fisika. 2 (1) : 2301-7651 diakses tanggal 20 November 2015 http://dikfispasca.org/wp-content/uploads/2013/08/3.-Artikel-Dede-16-23.pdf
Darmayanti, N. W. S., Sadia, W., & Sudiatmika, A. A. I. A. R. (2013). Pengaruh Model Collaborative Teamwork Learning terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Ditinjau dari Gaya Kognitif. Jurnal Pendidikan IPA. Dimyati, M. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Eagly, A. H., & Chaiken, S. (1993). Process theories of attitude formation and change: The elaboration likelihood and heuristic-systematic models. The psychology of attitudes.
1
Education Policy (BJSEP), 5(1), 48-68 diakses tanggal 20 November 2015 http://see-articles.ceon.rs/data/pdf/1313-1958/2011/1313-19581101048E.pdf Ginting,FW, Bukit, N. (2015). Efek model pembelajaran inquiry training
menggunakan media Phet terhadap keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir logis sis a. Jurnal Online Pendidikan Fisika. Pascasarjana Unimed. Vol 4 No 2
Hamzah, B.U. (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Aktif dan Kreatif. Jakarta : Bumi Aksara.
Hake. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics ith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial isualization. Indiana niversity (Emeritus), 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA 91367.
Harlen, W., Elstgesst, J. (1992). nesco Sourcebook For Science in The Primary School. A orkshop approach to teacher education. nited Nation Education. Paris. Scientific and Cultural Organization
Harlen, W. (2014). Helping children’s development of inquiry skills. Inquiry in primary science education (IPSE) 1: 5-19, 2014 diakses tanggal 20 November 2015
http://www.prisci.net/IPSE/papers/3%20IPSE%20Volume%201%20No%201 %20Wynne%20Harlen%20p%205%20-%2019.pdf
Hifni, M. Turnip, BM (2015). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Media Macromedia Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Logis. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 4. No 1 Hutapea, F. (2015). The Effect of Inquiry Training Learning Model And Critical
Thinking Ability Toward Science Process Skills of SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(2), 55-62 diakses tanggal 12 November 2015 http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpf/article/view/3239
Idris. 2012. Pembelajaran Kolaborasi. Academia Research. http://academia/artikel_nju/pembelajaran kolaborasi/1105
Jazzar, M., & Kimball, D. P. (2004). Lonely at the Top: The Greatest Challenge for Some Superintendents Is the Professional Isolation They Feel. School Administrator, 6 (2), 10 diakses tanggal 18 Oktober 2015 http://eric.ed.gov/?id=EJ700642
1
Joyce, B. (2011). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Khine, M. S. (2015). Attitude Research in Science Education Contemporary Measurement. IAP.
Laal, M., & Ghodsi, S. M. (2012). Benefits of collaborative learning. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 3 , 486-490 diakses tanggal 18 Oktober 2015 http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042811030205
Liliasari, M. Thawil. (2014). Keterampilan- keterampilan Sains dan Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Makasar; Penerbit UNM.
Masaaki, S. 2012. Dialog dan Kolaborasi di Sekolah: Praktek Learning Community. Terjemahan. Tokyo: Pelita JICA.
Meltzer, D. E. (2002). The relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: A possible “hidden variable” in diagnostic pretest scores. American journal of physics.
Muhaimin, A., Susilawati, S., & Soeprianto, H. (2015). Pengembangan Media Kapasitor Dan Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Konsep Dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Indonesian Journal of Physics Education), (1), 59-72 diakses tanggal 12 Oktober 2015 http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/JPFI/4004
Nasution, A.M (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMK. Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Medan
Osborne, J., Simon, S., & Collins, S. (2003). Attitudes to ards science: A revie of the literature and its implications. International journal of science education, 25(9), 1049-1079 diakses tanggal 20 Oktober 2015 http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/0950069032000032199
Pandey, A., Nanda, G. K., & Ranjan, V. (2016). Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education,1(1) diakses tanggal 13 Oktober 2015 http:/www.grpjurnal.net/index.php/joire/article/download/56/59.
Pedaste, M., & Kori, K. (2014). hen Students Benefit from Analyzing Their Inquiry. In HCI International 2014-Posters’ Extended Abstracts (pp. 139-144). Springer International Publishing diakses tanggal 18 Oktober 2015 http://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-07854-0_25
1
Pitafi, A. I., & Farooq, M. (2012). Measurement of scientific attitude of secondary school students in Pakistan. Academic Research International, 2(2), 379. diakses tanggal 29 Oktober 2015 http:/www.journals.savap.org.pk
Puspandini, R. (2014). Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang tahun ajaran 2013/2014. SKRIPSI Jurusan Fisika-Fakultas MIPA M.
Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. (2011). Pembelajaran sains dengan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif sis a. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (Indonesian Journal of Physics Education), 7(2) diakses tanggal 18 Oktober 2015 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1081
Reid, N. (2003). Thoughts on attitude measurement. Research in Science & Technological Education.
Rustaman, N. (2003). Keterampilan Proses Sains. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana PI http:// . keterampilan_proses_sains. upi. com
Sani, R. A. (2013) Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2 3. Jakarta: Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Santoso, S. (2013). Pengaruh model pembelajaran kolaboratif dan motivasi belajar terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia.
Semiawan, C. (1996). Prinsip Teknik Pengukuran dan Penilaian dalam Dunia Pendidikan.
Sirait, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Sis a Pada Materi Pokok saha Dan Energi Kelas III MTS N-3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1), 21-26 diakses tanggal 29 Oktober 2015 http://www.dikfispasca.org/wp-content/uploads/2013/04/ARTIKEL-RATNI-21-26.pdf
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
1
Subagyo Y, Wiyanto, P. Marwoto. (2009). Pembelajaran Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains ntuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5, 42-46 diakses tanggal
20 Oktober 2015
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/viewFile/999/917 Sudjana, (2009), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sumarna, S. 2006. Pedoman Pengembangan Penilaian Portofolio. Jakata : Puspendik Balitbang Depdiknas.
Sunariyati, N. L. P., Agung, A. A. G., & Dantes, N. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL) Terhadap Hasil Belajar, Keterampilan Berfikir Kritis dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Fisika Pada Sis a Kelas I IPA SMA NEGERI K TA Tahun Pelajaran 2 4/2 5. Jurnal Administrasi Pendidikan, 5(1) diakses tanggal 15 Oktober 2015 http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ap/article/view/1450
Tanjung, Y. (2014). Efek model pembelajaran inquiry training berbasis just in time teaching dan sikap ilmiah terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika mahasis a. Jurnal Online Pendidikan Fisika. Pascasarjana Unimed diakses
tanggal 15 Oktober 2015
http://digilib.unimed.ac.id/bookmark/32612/Model%20pembelajaran
Thaiposri, P., & Wannapiroon, P. (2015). Enhancing Students’ Critical Thinking Skills through Teaching and Learning by Inquiry-based Learning Activities sing Social Net ork and Cloud Computing. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 174, 2137-2144 diakses tanggal 12 Oktober 2015 http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187704281501321X
Trianto, S. P., & Pd, M. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Vaishnav, R. S.(2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. An International Peer Reviewed. Scholarly Research Journal For Interdiciplinary Studies. ISSN 2278-8808 diakses tanggal 25 Oktober 2015 http:/www.srjis.com Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA (Disesuaikan
dengan Pembelajaran Kurikulum 2013).