• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA SMP."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN K ONVENSION AL PADA S ISWA SM P

Oleh : Irma Sintia Dewi NIM 4123111034

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Irma Sintia Dewi dilahirkan di Kabanjahe, Kab. Karo, pada tanggal 7 Mei 1994.

Dibesarkan oleh Ayahanda tercinta T.Sinaga dan Ibunda tercinta bernama

D.Simbolon. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dan merupakan

saudara kandung dari Marthin Luther Sinaga dan Monalisa Sinaga. Pada tahun

2000, penulis masuk SD Negeri 030328 Bandar Huta Usang Kab. Dairi, dan lulus

pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 1 Sidikalang Kab. Dairi, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009,

penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Sidikalang Kab. Dairi dan lulus

pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

(4)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

PADA SISWA SMP

Irma Sintia Dewi (NIM : 4123111034) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning lebih tinggi daripada pembelajaran Konvensional pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Etis Landia Medan T.A 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Semester I SMP Etis Landia Medan yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah keseluruhan siswa 144 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 4 kelas secara acak yaitu kelas VIII-1 sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning yang berjumlah 36 orang dan kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional yang berjumlah 36 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa adalah tes kemampuan berpikir kreatif yang telah divalidasi dalam bentuk uraian. Dari hasil penelitian yang diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan kelas kontrol dengan pembelajaran Konvensional diperoleh nilai rata-rata siswa kelas eksperimen sebesar 72,528 dan nilai rata-rata siswa kelas kontrol sebesar 64,94. Hasil uji t pihak kanan dengan dk = 70 dan  = 0,05, diperoleh thitung = 2,333 dan ttabel =

1,668 sehingga thitung > ttabel yaitu 2,333 > 1,668 maka Ha diterima, dengan

demikian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari pembelajaran Konvensional pada siswa SMP Etis Landia Medan T.A 2016/2017.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah menitipkan setitik ilmu serta melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “ Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa yang Menerapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Pembelajaran Konvensional pada Siswa SMP”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

Bapak Prof. Dr Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran

guna kesempurnaan skripsi ini, Dr. Yasifati Hia, M.Si, Prof. Dr Asmin, M.Pd,

Denny Haris, S.Si, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran

mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Asrin Lubis M.Pd, selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama

perkuliahan.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED,

Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy

Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si

selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia,

M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu

dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam

dan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Bapak Drs. Jatogi Sihotang, SH, MH, M.Pd selaku Kepala

Sekolah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian di SMP Etis Landia Medan. Serta guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi

(6)

v

membantu penulis selama penelitian. Teristimewa rasa terima kasih penulis

sampaikan kepada Ayahanda tercinta T.Sinaga dan Ibunda tercinta D.Simbolon

orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, mendoakan, senantiasa

memberi kasih sayang, semangat serta dukungan moral dan materi yang tak

ternilai harganya hingga skripsi ini selesai. Semoga Tuhan memberikan kebaikan

dunia dan akirat kepada Ayahanda dan Ibunda, Amin. Terima kasih juga penulis

ucapkan kepada adik-adikku Marthin Sinaga dan Monalisa Sinaga yang selalu

memberikan dukungan, motivasi dan doa. Terima kasih untuk sahabat

seperjuangan yang selalu membantu dan memberi motivasi. Terima kasih juga

untuk teman-teman PPLT SMA Negeri 1 Siantar Narumonda, Tirma Putri

Simanungkalit, Winro A. Samosir dkk. Tak lupa terima kasih spesial kepada

teman-teman seperjuangan Mat Dik A 2012 Cinde Claudi Sihite, Novi Ryanti,

Dwi Nur Evaini, Khairunissa L.G, San Friska Br Sitepu, serta teman-teman lain

yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu,

membangkitkan semangat dan memotivasi untuk sukses bersama.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi

ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan kita.

Medan, Agustus 2016

Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Dartar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Definisi Opersional 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belajar dan pembelajaran Matematika 10

2.2. Berpikir Kreatif 12

2.2.1.Pengertian Berpikir 12

2.2.2.Berpikir Kreatif 13

2.2.3.Berpikir Kreatif dalam matematika 15

2.3. Model Pembelajaran Kontekstual 17

2.3.1.Pengertian Model Pembelajaran 17

2.3.2.Model Pembelajaran Kontekstual 17

2.3.2.1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual 17 2.3.2.2. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual 19 2.3.2.3. Kontekstual dalam pembelajaran matematika 24 2.3.2.4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 26 2.3.2.5. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kontekstual 27

(8)

vii

2.5. Kubus dan Balok 31

2.5.1.Unsur-unsur Pada Kubus dan Balok 31

2.5.2.Jaring-Jaring Kubus dan Balok 35

2.5.3.Luas Permukaan Kubus dan Balok 37

2.5.4. Volume Kubus dan Balok 38

2.6. Hasil Penelitian Yang Relevan 39

2.7. Kerangka Konseptual 40

2.8. Hipotesis Penelitian 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan lokasi Penelitian 42

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 42

3.3. Populasi dan Jenis Penelitian 42

3.3.1. Populasi penelitian 42

3.3.2. Sampel Penelitian 42

3.4. Desain Penelitian 43

3.5. Prosedur Penelitian 44

3.6. Variabel Penelitian 46

3.6.1. Variabel Bebas 46

3.6.2. Variabel Terikat 46

3.7. Instrumen Pengumpulan Data 46

3.7.1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 46 3.7.2. Teknik Analisis Uji Coba Instrument Penelitian 49

3.7.2.1. Validitas Isi 49

3.7.2.2. Validitas Konstruk 52

3.7.2.3. Reabilitas Tes 53

3.7.2.4. Taraf Kesukaran Soal 54

3.7.2.5. Daya Pembeda Soal 56

3.8. Teknik Analisis Data 59

3.8.1. Uji Normalitas 58

3.8.2. Uji Homogenitas 59

3.9. Analisis Pengujian Hipotesis 59

3.10 Kriteria Tingkat kemampuan Berpikir kreatif Siswa 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 62

4.2. Statistika Deskripsi Hasil Penelitian 62

4.2.1.Kelas Eksperimen 62

(9)

viii

4.3. Analisis Hasil Penelitian 67

4.3.1.Uji Normalitas 67

4.3.2.Uji Homogenitas 67

4.3.3.Uji Hipotesis 68

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 69

4.5. Keterbatasan Penelitian 71

4.6. Temuan-Temuan dalam Penelitian 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 73

5.2. Saran 73

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 16

Tabel 2.2. Perbedaan Pola Pembelajaran Konvensional

dengan Pembelajaran Kontekstual 28

Tabel 3.1. Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Post-test) 43

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pretest (Tes Kemempuan Berpikir Kreatif) 47

Tabel 3.3. Kisi-kisi Postest (Tes Kemempuan Berpikir Kreatif) 48

Tabel 3.4. Penjelasan Skala Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 49

Tabel 3.5. Validitas Butir Soal Pre-test 53

Tabel 3.6. Validitas Butir Soal Pos-test 53

Tabel 3.7. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal 55

Tabel 3.8. Tingkat Kesukaran Butir Soal Pre-test 55

Tabel 3.9. Tingkat Kesukaran Butir Soal Pre-test 55

Tabel 3.10. Klasifikasi Daya Pembeda 56

Tabel 3.11. Daya Pembeda Soal Pre-test 56

Tabel 3.12. Daya Pembeda Soal Post-test 57

Tabel 3.5. Kriteria Tingkat kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 61

Tabel 4.1. Kriteria Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Kelas Eksperimen 63

Tabel 4.2. Kriteria Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Kelas Kontrol 63

Tabel 4.3. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa untuk Setiap Indikator 66

Tabel 4.4. Ringkasan Uji Normalitas kemampuan berpikir kreatif siswa 67

Tabel 4.5. Data Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir

(11)
(12)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 16

Tabel 2.2. Perbedaan Pola Pembelajaran Konvensional

dengan Pembelajaran Kontekstual 28

Tabel 3.1. Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Post-test) 43

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pretest (Tes Kemempuan Berpikir Kreatif) 47

Tabel 3.3. Kisi-kisi Postest (Tes Kemempuan Berpikir Kreatif) 48

Tabel 3.4. Penjelasan Skala Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 49

Tabel 3.5. Validitas Butir Soal Pre-test 53

Tabel 3.6. Validitas Butir Soal Pos-test 53

Tabel 3.7. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal 55

Tabel 3.8. Tingkat Kesukaran Butir Soal Pre-test 55

Tabel 3.9. Tingkat Kesukaran Butir Soal Pre-test 55

Tabel 3.10. Klasifikasi Daya Pembeda 56

Tabel 3.11. Daya Pembeda Soal Pre-test 56

Tabel 3.12. Daya Pembeda Soal Post-test 57

Tabel 3.5. Kriteria Tingkat kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 61

Tabel 4.1. Kriteria Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Kelas Eksperimen 63

Tabel 4.2. Kriteria Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Kelas Kontrol 63

Tabel 4.3. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa untuk Setiap Indikator 66

Tabel 4.4. Ringkasan Uji Normalitas kemampuan berpikir kreatif siswa 67

Tabel 4.5. Data Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir

(13)
(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Salah satu tes diagnostik 4

Gambar 1.2. Salah Satu Cara Jawaban Siswa 4

Gambar 2.1. Kubus ABCD.EFGH 31

Gambar 2.2. Diagonal Sisi Kubus 32

Gambar 2.3. Diagonal Ruang Kubus 32

Gambar 2.4. Bidang Diagonal Kubus 33

Gambar 2.5. Balok ABCD.EFGH 33

Gambar 2.6. Diagonal Sisi Balok 34

Gambar 2.7. Diagonal Ruang Balok 34

Gambar 2.8. Bidang Diagonal Balok 35

Gambar 2.9. Jaring-jaring Kubus 36

Gambar 2.10. Beberapa Contoh Jaring-jaring Kubus 36

Gambar 2.11. Jaring-Jaring Balok 36

Gambar 2.12. Beberapa Contoh Jaring-jaring Balok 37

Gambar 2.13. Kubus dengan Rusuk s 37

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian 45

Gambar 4.1. Kriteria Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 64

Gambar 4.2. Kesalahan Siswa dalam Melakukan Perhitungan 65

Gambar 4.3 Penyelesaian Hanya Menggunakan Satu Cara 65

Gambar 4.4. Kesalahan dalam Memahami Soal 65

Gambar 4.5 Kesalahan dalam Memahami Konsep 66

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rpp I (Kelas Eksperimen) 77

Lampiran 2 : Rpp II (Kelas Eksperimen) 89

Lampiran 3 : Rpp III (Kelas Eksperimen) 95

Lampiran 4 : Rpp I (Kelas Kontrol) 101

Lampiran 5 : Rpp II (Kelas Kontrol) 107

Lampiran 6 : Rpp III (Kelas Kontrol) 111

Lampiran 7 : Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 115

Lampiran 8 : Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 119

Lampiran 9 : Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 123

Lampiran 10 : Alternatif Penyelesaian LAS I 127

Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian LAS II 131

Lampiran 12 : Alternatif Penyelesaian LAS III 135

Lampiran 13 : Kisi Kisi Tes Diagnostik 139

Lampiran 14 : Tes Diagnostik 140

Lampiran 15 : Alternatif Jawaban Tes Diagnostik 141

Lampiran 16 : Pedoman Penskoran Tes Diagnostik 143

Lampiran 17 : Kisi Kisi Pretest 144

Lampiran 18 : Soal Pretest 145

Lampiran 19 : Alternatif Jawaban Pretest 146

Lampiran 20 : Pedoman Penskoran Pretes 150

Lampiran 21 : Lembar Validitas Tes (Pretest) 152

Lampiran 22 : Kisi Kisi Postest 155

Lampiran 23 : Soal Postest 156

Lampiran 24 : Alternatif Jawaban Posttest 157

Lampiran 25 : Pedoman Penskoran Postes 161

Lampiran 26 : Lembar Validitas Tes (Posttest) 163

Lampiran 27 : Daftar Validator Soal Pretest dan Postest Siswa 166

Lampiran 28 : Skala Penilaian Pengamat 167

(16)

xii

Lampiran 30 : Perhitungan Validitas Tes 170

Lampiran 31 : Perhitungan Reliabilitas 174

Lampiran 32 : Tabel Persiapan Perhitungan Indeks Kesukaran

dan Daya Beda Soal 177

Lampiran 33 : Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya

Pembeda Soal 179

Lampiran 34 : Data Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 182

Lampiran 35 : Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians Dan

Simpangan Baku 185

Lampiran 36 : Perhitungan Uji Normalitas 186

Lampiran 37 : Perhitungan Uji Homogenitas 191

Lampiran 38 : Perhitungan Uji Hiputesis 193

Lampiran 39 : Tabel Harga Kritik dan r Product Moment 195

Lampiran 40 : Daftar Nilai Kritis untuk Uji Liliefors 196

Lampiran 41 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 Ke z 197

Lampiran 42 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 198

Lampiran 43 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 199

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

memberikan dampak bagi kemajuan hidup dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Sehingga untuk mengelola dan memanfaatkannya diperlukan sumber daya

manusia yang mempunyai kreativitas. Hal serupa juga ditekankan Munandar

(2012:12) yang mengungkapkan bahwa :

Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta kepada kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan masayarakat dan negara.

Perkembangan IPTEK menuntun seseorang menjadi kreatif. Tanpa

kreativitas seseorang tidak bisa menjadi kompetitor bagi yang lain dan selalu

tertinggal. Demikian juga disampaikan Munandar (2012:31) bahwa alasan

memiliki kreativitas dalam hidup, yaitu:

(1) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia, kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.; (2) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; (3) bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi individu dan lingkungannya tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu; (4) kreativitas yang memungkinkan seseorang untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Kreativitas sangat dibutuhkan dalam berbagai sektor kehidupan karena

dapat memberikan berbagai solusi dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

dan menjadi faktor penting untuk kemajuan suatu negara. Salah satu masalah yang

membutuhan kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikannya adalah dalam

memecahkan masalah matematika. Matematika memberikan banyak manfaat

(18)

2

peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal

serupa juga diungkapkan Hudojo (2005:37) bahwa:

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada satiap peserta didik sejak SD, bahkan TK.

Matematika merupakan sarana berpikir logis untuk memecahkan masalah

kehidupan sehari-hari, sehingga diperlukan kemampuan berpikir kreatif dalam

menyelesaikannya. Matematika merupakan landasan dan wahana pokok yang

menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai untuk dapat melatih siswa bepikir

dengan jelas, logis, sistematis, dan kreatif, serta memiliki kepribadian dan

keterampilan untuk menyelesaikan masalah.

Ketika belajar matematika, siswa akan menemukan masalah yang menuntut

penyelesaian siswa. Dalam hal ini siswa memerlukan dua keterampilan berpikir

matematika, yaitu berpikir kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi dan

kemampuan berpikir analitis yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis.

Berdasarkan paparan tersebut, jelaslah bahwa dalam belajar matematika siswa

memerlukan berpikir kreatif. Pratinuari (2003:11) mengungkapkan tiga indikator

kemampuan berpikir kreatif matematika siswa, yaitu (1) Kefasihan (fluency);

(2)fleksibilitas (flexibility) dan; (3)kebaruan (novelty), sehingga melalui

pembelajaran matematika diharapkan peserta didik dapat mengembangkan

kemampuan berfikir kreatif dalam memecahkan masalah.

Proses pembelajaran di sekolah merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Pada saat proses pembelajaran, siswa

tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi

mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah yang tidak

inovatif, kurang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan

kreatifnya. Senada dengan Munandar (2012 : 12) menyatakan bahwa “penelitian

(19)

3

untuk bekerjasama dengan yang lain dan mampu mengaitkan pembelajaran

dengan kehidupannya, maka dalam hal inilah kreativitas peserta didik dapat

tumbuh dan berkembang. Proses pembelajaran disekolah yang monoton akan

kurang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Menurut Trianto (2011: 90) “sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru”. Situasi baru ini bisa saja dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga guru perlu mengaitkan

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, karena belajar akan lebih

bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar

mengetahuiya.

Guru sebagai pengajar mata pelajaran matematika di sekolah, tentu saja

tidak bisa dipersalahkan secara sepihak jika masih ada siswa yang bersikap

negatif terhadap matematika. Untuk mengantisipasi kondisi yang demikian, model

pembelajaran di kelas perlu direformasi. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai

pemberi informasi tetapi sebagai pendorong siswa belajar agar dapat

mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan

masalah, penalaran dan berkomunikasi sebagai wahana pelatihan berpikir kritis

dan kreatif.

Model pembelajaran yang monoton akan mempengaruhi minat siswa dalam

belajar matematika sehingga menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa

rendah. Hal yang sama juga terjadi pada siswa SMP dimana peneliti melakukan

observasi. Peneliti telah melakukan observasi di SMP Etis Landia Medan pada

tanggal 25 Januari 2016. Hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika

kelas VIII, Jatogi Sihotang mengatakan bahwa:

(20)

4

Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika

siswa di SMP Etis Landia Medan, peneliti memberikan tes diagnostik kepada

siswa kelas VIII-1 yang berjumlah 38 siswa. Tes diagnostik yang diberikan terdiri

dari 2 soal yang mana soal tersebut mewakili aspek kemampuan berpikir kreatif

matematika (kelancaran, keluwesan, dan kebaruan). Berikut salah satu soal yang

diberikan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif siswa :

Gambar 1.1 Salah Satu Tes Diagnostik

Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan sebagian besar siswa

hanya terfokus mencari luas bangun dengan menggunakan satu cara saja tanpa

mampu memikirkan cara lain untuk menyelesaikannya. Tidak seorangpun bisa

menjawab soal yang diberikan peneliti dengan benar. Padahal materi tentang soal

tersebut adalah materi yang telah pernah dipelajari sebelumnya, yakni bangun

datar. Dari 38 siswa yang hadir hanya 2 orang yang mampu memberikan cara

menyelesaikan soal tersebut tetapi terjadi kesalahan dalam perhitungan dan

masing-masing memberikan satu cara penyelesaian dan 36 siswa tidak mampu

memberikan cara untuk menyelesaikan soal tersebut. Berikut salah satu jawaban

siswa:

Gambar 1.2 Salah Satu Cara Jawaban Siswa

Dalam menyelesaikan tes tersebut, siswa mengalami kesulitan dalam

(21)

5

antara merencanakan dan melaksanakan penyelesaiaanya, siswa mengalami

kesulitan dalam melakukan perhitungan, siswa tidak bisa mengerjakan soal

tersebut dengan cara yang tidak biasa, dan banyak siswa tidak bisa mengerjakan

soal tersebut. Kondisi ini menunjukkan kemampuan berpikir kreatif matematika

siswa masih rendah.

Dengan demikian terlihat bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal di atas yang menuntut kemampuan berpikir kreatif, sehingga

ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP Etis Landia Medan masih rendah.

Kemampuan berpikir kreatif menuntut siswa untuk memiliki keterampilan

berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, dan keterampilan berpikir original.

Guru biasanya menempatkan kemampuan komputasi (hitung-menghitung) sebagai

prioritas utama dalam pembelajaran matematika dan kurang memperhatikan

kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir kreatif akan muncul dan

berkembang jika proses pembelajaran matematika didalam kelas menggunakan

model pembelajaran yang tepat. Proses pembelajaran yang inovatif dapat

meningkatkan kreativitas peserta didik. Hal serupa diungkapkan oleh Trianto

(2011: 8-9) bahwa “sangatlah penting bagi pendidik dalam memilih model

pembelajaran yang lebih variatif, inovatif, dan konstruktif sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik”.

Kurang tepatnya menggunakan model pembelajaran dapat menimbulkan

kebosanan dan sikap acuh terhadapa pelajaran matematika. Sehingga guru harus

tepat dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran. Namun kenyataan

disekolah menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran matematika masih

menerapkan pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sudah biasa

diterapkan di sekolah. Pembelajaran ini lebih berorientasi pada guru, guru aktif

dalam menyampaikan materi, sedangkan siswa hanya duduk, mendengar dan

mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Penyampain materi yang dilakukan

oleh guru kepada siswa masih secara verbal dengan maksud agar siswa dapat

(22)

6

Pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal yang penting dalam

kegiatan pendidikan secara umum. Oleh karena itu pembelajaran haruslah

berpusat pada siswa bukan lagi berpusat pada guru. Untuk memperoleh

kemampuan berpikir kreatif dimungkinkan bila proses pembelajaran merangsang

terciptanya partisipasi siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu

meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran adalah

model pembelajaran Contxtual Teaching and Learning (CTL). Sanjaya

(2009:253) Mengatakan bahwa :

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Oleh sebab itu melalui model pembelajaran kontekstual, mengajar bukan

mentrasformasikan pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghapal

sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata. Model

pembelajaran CTL mengaitkan pembelajaran terhadap kegunaan praktis dalam

kehidupan sehari-hari. Kesadaran terhadap adanya kegunaan matematika dalam

kehidupan sehari-hari akan meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika.

Sehingga melalui model pembelajaran CTL diharapkan adanya peningkatan

kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan permasalahan

matematika. Adapun komponen yang menjadi tahapan Contextual Teaching and

Learning (CTL) menurut Sanjaya (2011) adalah: “(1)Konstruktivisme,

(2)Menemukan, (3) Bertanya, (4)Masyarakat belajar, (5)Pemodelan (6)Refleksi, (7)Penilaian yang sebenarnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul : Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa yang

Menerapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

(23)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran matematiika

sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran di sekolah kurang mendukung siswa

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

2. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

3. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal baru yang berbeda

dengan contoh yang disajikan guru.

4. Proses pembelajaran di sekolah kurang inovatif.

5. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru, guru masih jarang

menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar balakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu

adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terarah dan jelas. Penelitian ini

dibatasai hanya pada:

1. Proses pembelajaran di SMP Etis Landia Medan kurang mendukung siswa

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

2. Proses pembelajaran di SMP Etis Landia Medan masih berpusat pada

guru, guru masih jarang menggunakan pendekatan pembelajaran yang

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada batasan masalah diatas maka rumusan masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Apakah kemampuan berpikir

kreatif siswa yang menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching

(24)

8

1.5. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) lebih

tinggi daripada Pembelajaran Konvensional pada materi Kubus dan Balok kelas

VIII SMP Etis Landia Medan, berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif

matematika (kelancaran, keluwesan dan kebaruan).

1.6. Manfaat Penelitian

Keberhasilan pencapaian tujuan penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa: meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui

model pembelajaran kontekstual.

2. Bagi guru: sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan inovasi

pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran

kontekstual.

3. Bagi sekolah: mengambil keputusan yang tepat dalam peningkatan

kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam

mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti : dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

peneliti lain atau pembaca dalam penelitian yang sejenis.

1.7. Definisi Opersional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah pada judul

penelitian ini maka penulis perlu menjelaskan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam membangun

ide atau gagasan dalam memecahkan masalah secara lancar, luwes dan

baru atau unik. Adapun indikator kemampuan berpikir kreatif matematis

yang digunakan yaitu komponen kelancaran (fluency): siswa dapat

menghasilkan sebagian besar ide, gagasan atau alternatif dalam

(25)

9

manghasilkan ide-ide beragam; kebaruan (originality): siswa mampu

membuat sesuatu yang baru atau belum pernah ada sebelumnya.

2. Model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang diterapkan guru

dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses dan hasil

belajar siswa.

3. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang

membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran dan diajarkannya

dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan

keterampilan dari konteks yang terbatas demi sedikit dan dari proses

mengkonstruksikan sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah

dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

4. Pembelajaran secara konvensional diartikan sebagai pembelajaran yang

ditemukan di sekolah dengan karakteristik pembelajaran yang berpusat

pada guru, komunikasi berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa,

metode pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah dan

(26)

73 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh hasil uji hipotesis

memberikan nilai thitung = 2,333 dan ttabel = 1,668 dengan dk = 70 dan taraf

signifikan  = 0,05 sehingga terlihat ℎ� �� > �� yaitu 2,333 > 1,668 yang

berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. dapat disimpulkan bahwa kemampuan

berpikir kreatif siswa yang menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning lebih tinggi dari pada pembelajaran Konvensional. Secara deskriptif diperoleh bahwa pada kelas dengan pembelajaran Contextual Teaching

and Learning, terdapat 21 (58,33%) siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimum, dan 15 (41,67%) siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimum.

Sedangkan pada kelas dengan pembelajaran Konvensional diperoleh 11 (30,56%)

siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimum dan 15 (69,44%) siswa belum

mencapai kriteria ketuntasan minimum.

5.2. Saran

1. Kepada guru matematika SMP, pada saat menerapkan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning agar lebih memperhatikan siswa dalam berdiskusi dan setelah diskusi selesai sebaiknya dilakukan presentase

sehingga tidak ada siswa yang salah memahami konsep.

2. Contextual Teaching and Learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif iswa, sehingga guru matematika dapat menggunakan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning sebagai salah satu

alternatif pembelajaran dalam menyampaikan materi lainnya.

3. Pada saat menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning, sebaiknya guru atau peneliti lain memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai agar setiap anggota

kelompok mampu saling berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran

(27)

74

74

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat diterapkan

secara maksimal.

4. Kepada guru ataupun peneliti selanjutnya sebaiknya lebih memperhatikan

alokasi waktu, agar seluruh tahapan-tahapan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning dapat terlaksana dengan baik sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

5. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang menerapkan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning lebih tinggi dari pembelajaran Konvensional, sehingga guru atau peneliti lain dapat mengembangkan

RPP, LAS berdasarkan model pembelajaran Contextual Teaching and

(28)

75

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2012). Pendidikan bagi Anak yang Berkesulitan

Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Asmin dan Abil Mansyur. (2014) Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa

Ekowati, dkk. (2015). The Application of Contextual Approach in Learning

Mathematics to Improve Students Motivation At SMPN 1 Kupang. International Education Studies Vol 8, No.8;2015 : Published by Canadian

Center of Science and education. [online] http://www. ccsenet.org/

journal /index. php/ies/ article/viewFile/51498/27592 [diakses 24 Februari

2016]

HRP, Irfan. (2014). Peningkatan Kemampuan Penalaran Logis dan Pemecahan

Masalah Siswa SMA Laksana Martadinata Melalui Pendekatan Kontekstual. Tesis UNIMED : Medan

Hamalik , Oemar. (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hudojo, H. (2005) Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

UM PRESS : Surabaya

Mahmudi, Ali. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika.

Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika UNIMA

pada tanggal 30 Juni 2010. [on-line]. http://staff.uny.ac.id/sites

/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./Ma

kalah%2014%20ALI%20UNY%20Yogya%20for%20KNM%20UNIMA

%20_Mengukur%20Kemampuan% 20Berpikir%20Kreatif%20_.pdf [12

Januari 2016]

Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta

Nuraini. (2003). Kemampuan Komunikasi Matematis dan Metakognisi Siswa

(29)

76

dan Konvensional Di SMPN 2 Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Tesis UNIMED : Medan

Pratinuari, Karina. (2013). Keefektifan Pendekatan Open-Ended dengan

Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes journal of Mathematics Education: FMIPA UNNES. [on-line]

jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/s2math/article/download/3508/2443 [16

Februari 2016]

Rulam. (2012). Mengembangkan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika.

[on-line].http://Mengembangkan%20Kreativitas%20dalam%20Pembelajar

an%20Matematika%20_%20infodiknas.com.html [15 Januari 2016]

Rusyna, Adun. (2014). Keterampilan Berpikir: Pedoman Praktis Para Peneliti

Keterampilan Berpikir. Jakarta: Ombak

Salamah, Umi. (2009). Berlogika dengan Matematika II untuk Kelas VIII

SMP/MTS. Solo: Platinum

Sanjaya, W., (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT

Grafindo Persada

Sari, I. (2014). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Berpikir Kreatif

Siswa Melalui Pembelajaran Open Ended di SMP Muhammadiyah 03 Medan. Tesis UNIMED : Medan

Simanjuntak, H. (2013). Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik dan

Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Langsung. Tesis UNIMED : Medan

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta

Sudjana, N. (2012). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Gambar

Gambar 1.1 Salah Satu Tes Diagnostik

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai tindak lanjut dari pengumuman ini akan diterbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan ketentuan:a.

Saya memiliki tato gambar anak kecil, yang berhiaskan hati di dekat kepalanya, saya memiliki tato ini hanya sebagai identitas diri saya kalau saya sudah mempunyai anak,

atau muatan listrik yang terjadi di antara kutub positif dan kutub negatif sumber listrik “, misalnya : Accumulator atau AKI. “ Arus listrik adalah besarnya muatan listrik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan profesionalisme guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama

Kontrak/surat perjanjian/SPMK/referensi kerja dan pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis sesuai LDK, Berita Acara Serah Terima Pekerjaan serta bukti setor pajak PPN

L’utilisation De La Technique Asosiasi Dans L’apprentissage De La Production Écrite Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Penelitian tentang “ Penguatan Pendidikan Karakter melalui Model Pembelajaran „Berkat Anang‟ (Berkarakter, Aktif, dan Menyenangkan) di Kalangan Siswa Pendidikan Dasar

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitri Fiddini (2010) dengan judul Gambaran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu yang Bekerja Terhadap Pemberian ASI Eksklusif