• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Performansi Internet Berbasis Code Division Multiple Acces Pada Sistem Internet Mobile

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Performansi Internet Berbasis Code Division Multiple Acces Pada Sistem Internet Mobile"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PERFORMANSI INTERNET BERBASIS

CODE DIVISION MULTIPLE ACCES PADA SISTEM

INTERNET MOBILE

TESIS

MUFRIA J PURBA

117038004

PROGRAM STUDI MAGISTER S2 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERBANDINGAN PERFORMANSI INTERNET BERBASIS CODE

DIVISION MULTIPLE ACCES PADA SISTEM

INTERNET MOBILE

TESIS

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Magister Teknik Informatika

MUFRIA J PURBA

117038004

PROGRAM STUDI MAGISTER S2 TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN

Judul Tesis : PERBANDINGAN PERFORMANSI INTERNET

BERBASIS CODE DIVISION MULTIPLE ACCES PADA SISTEM INTERNET MOBILE

Kategori : TESIS

Nama : MUFRIA J. PURBA

Nomor Induk Mahasiswa : 117038004

Program Studi : S2 TEKNIK INFORMATIKA

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Mahyudin K.M Nasution, M.IT Prof. Dr. Opim Salim Sitompul

Diketahui/disetujui oleh

(4)

Prof. Dr. Muhammad Zarlis 19570701 198601 1 003

PERNYATAAN

PERBANDINGAN PERFORMANSI INTERNET BERBASIS CODE

DIVISION MULTIPLE ACCES PADA SISTEM

INTERNET MOBILE

TESIS

Saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, 12 Februari 2015

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Mufria J. Purba

NIM : 117038004

Program Studi : S2 Teknik Informatika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalti

Free Right) atas tesis saya yang berjudul:

PERBANDINGAN PERFORMANSI INTERNET BERBASIS CODE

DIVISION MULTIPLE ACCES PADA SISTEM

INTERNET MOBILE

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan/atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

(6)

Mufria J. Purba 117038004 Telah diuji pada

Tanggal: Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS:

KETUA : Prof. Dr. Opim Salim Sitompul

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Mufria J. Purba, S. Kom

Tempat dan Tanggal Lahir : Sijarango, 20 November 1984

Alamat Rumah : Kiwi Raya blok L no 2, Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang

Telepon : 0852 9616 6204

E-Mail : jonatan.purba@gmail.com

Instansi tempat bekerja : SMK Swasta Teladan Medan

Alamat Kantor : Jl. Bersama No.268A / Jl. Pertiwi No.95 Medan

Telepon kantor : 061-7382218

DATA PENDIDIKAN

SD : Inpres 176361 Tamat: 1998

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat selesai.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Prof. Dr. Opim Salim Sitompul selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Mahyudin K.M Nasution, M. IT, selaku pembimbing II, yang selama ini telah memberikan waktu dan bimbingan, saran dan masukan yang membangun untuk mengarahkan penulisan ini ke arah yang lebih baik. Terima kasih kepada dosen penguji Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis, dan Dr. Syahril Efendi, S.Si., M.IT yang telah memberikan kritikan dan saran yang membangun yang sangat berguna dalam perbaikan penulisan tesis ini.

Terima kasih kepada para dosen yang selama duduk dibangku perkuliahan telah memberikan ilmunya kepada Penulis yang dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki oleh Penulis. Dan kepada para pengawai di Fakultas Ilmu Komputer khususnya Program Studi S2 Teknik Informatika yang telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi.

Terima kasih sebesar-besarnya untuk keluarga kecilku yang selalu setia menemani dan menjadi penyemangat untuk menyelesaikan tesis ini. Istri Meida Alina Friska Sitanggang, Anakku Gabriel Alvaro Purba dan Gian Aldrik Bisuk Purba,dan yang banyak membantu dalam pengolahan data, Adek Sudianto Purba dan Hotmaria Sitanggang serta orang tua Penulis Bapak S.Purba, Ibu L.Nainggolan, Mertua B.Sitanggang dan Ibu Mertua M. Naibaho yang slalu mendoakan dan memberikan nasehat yang mampu menguatkan penulis.

(9)

ABSTRAK

Penggunaan internet secara bersama dalam waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi performansi jaringan, dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya nilai throughput dan tingginya nilai delay. Penggunaan teknologi CDMA dalam mengakses data pada jaringan internet dapat lebih optimal, namun perlu dilakukan analisa kualitas jaringan, untuk mengetahui seberapa besar kualitasnya. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap performansi jaringan internet berbasis CDMA pada sistem internet mobile untuk mengetahui seberapa besar pengaruh waktu jam sibuk atau jam tidak sibuk terhadap performansi jaringan internet CDMA pada sistem

internet mobile. Performansi jaringan internet dengan teknologi CDMA menggunakan

internet mobile menghasilkan nilai throughput sangat baik saat menggunakan provider

A dan buruk saat menggunakan provider B, dan menghasilkan nilai delay dan packet loss buruk walau digunakan saat jam sibuk maupun saat jam tidak sibuk.

(10)

THE COMPARISON OF INTERNET BASED

ON CODE DEVISION MULTIPLE ACCES

ON INTERNET MOBILE SYSTEM

ABSTRACT

The usage of internet in all accession in the same time can influence performance of network, it is one of impact which can cause throghput value lower and delay value higher. The usage of CDMA technology in accessing the data in internet network can be optimalizet, however it needs to analyze the quality of network, to find out the number of quality. The aim of this research is to analyze the performance of internet network based on CDMA in internet mobile system to find out how far it influences in rush hour or normal hour on CDMA internet network to internet mobile. Performance of internet network with CDMA technology using internet mobile produce the best throughput value while using provider A and worse while using provider B and it results band delay value and packet loss eventhough it is used in rush hour or normal hour.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

PANITIA PENGUJI ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 3

1.3 Batasan masalah ... 3

1.4 Tujuan penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Performansi Jaringan Internet ... 5

2.2 Quality Of Service ... 6

2.3 Bandwidth ... 7

2.3.1 Manajemen Bandwidth ... 7

2.3.2 Menghitung Besar Bandwidth ... 8

2.3.3 Blok Diagram Manajemen Bandwidth ... 9

(12)

2.5 Delay atau Latency... 11

2.6 Packet Loss ... 12

2.7 Teknologi Code Devision Multiple Accsess ... 13

2.7.1 Arsitektur Jaringan Sistem Telekomunikasi Selular CDMA 15 2.7.2 Kapasitas Sistem CDMA ... 16

2.7.3 Perkembangan Teknologi CDMA ... 17

2.7.4 Fitur Penting ... 19

2.8 Penelitian Terkait ... 20

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Kerangka Kerja ... 26

3.2 Uji Coba atau Pelaksanaan Penelitian ... 27

3.3 Analisa ... 27

3.3.1 Analisis Bandwidth ... 27

3.3.2 Analisis Throughput ... 28

3.3.3 Analisis Delay ... 28

3.3.4 Analisis Packet Lost ... 29

3.4 Nilai Quality of Service ... 29

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5.1 Metode Pengumpulan Data Primer... 30

3.5.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder ... 30

3.5.3 Langkah-langkah Penelitian ... 31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil Pengukuran Quality of Service ... 33

4.1.1 Bandwidth ... 33

4.1.2 Throughput ... 38

4.1.3 Delay ... 53

4.1.4 Packet Lost ... 58

4.2 Pembahasan ... 64

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

(13)
(14)

ABSTRAK

Penggunaan internet secara bersama dalam waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi performansi jaringan, dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya nilai throughput dan tingginya nilai delay. Penggunaan teknologi CDMA dalam mengakses data pada jaringan internet dapat lebih optimal, namun perlu dilakukan analisa kualitas jaringan, untuk mengetahui seberapa besar kualitasnya. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap performansi jaringan internet berbasis CDMA pada sistem internet mobile untuk mengetahui seberapa besar pengaruh waktu jam sibuk atau jam tidak sibuk terhadap performansi jaringan internet CDMA pada sistem

internet mobile. Performansi jaringan internet dengan teknologi CDMA menggunakan

internet mobile menghasilkan nilai throughput sangat baik saat menggunakan provider

A dan buruk saat menggunakan provider B, dan menghasilkan nilai delay dan packet loss buruk walau digunakan saat jam sibuk maupun saat jam tidak sibuk.

(15)

THE COMPARISON OF INTERNET BASED

ON CODE DEVISION MULTIPLE ACCES

ON INTERNET MOBILE SYSTEM

ABSTRACT

The usage of internet in all accession in the same time can influence performance of network, it is one of impact which can cause throghput value lower and delay value higher. The usage of CDMA technology in accessing the data in internet network can be optimalizet, however it needs to analyze the quality of network, to find out the number of quality. The aim of this research is to analyze the performance of internet network based on CDMA in internet mobile system to find out how far it influences in rush hour or normal hour on CDMA internet network to internet mobile. Performance of internet network with CDMA technology using internet mobile produce the best throughput value while using provider A and worse while using provider B and it results band delay value and packet loss eventhough it is used in rush hour or normal hour.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan salah satu teknologi yang pertumbuhannya cepat sekali. Salah satunya ditandai oleh bertambahnya jutaan pelanggan sistem selular(wireless) di dunia setiap tahunnya. Pertumbuhan pelanggan selular yang cepat ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar melainkan sudah sampai ke pedesaan. Hal ini tentu saja memerlukan tersedianya infrastuktur jaringan yang mampu melayani pelanggan dengan kualitas yang baik dan memuaskan. Parameter untuk melihat kualitas layanan diantaranya adalah persentase berhasilnya panggilan yang dilakukan (call success ratio) dan tidak terputusnya hubungan pada saat berkomunikasi (call completion ratio).

Pada saat ini sistem selular telah memasuki generasi ketiga dimana telepon mobile tidak hanya untuk komunikasi suara, melainkan juga untuk mengakses data

(internet mobile). Hal ini menuntut jaringan sistem telekomunikasi yang dibangun

harus mampu melayani komunikasi data dengan kecepatan yang tinggi. (Sustika, 2013).

(17)

Secara teknis untuk mendapatkan akses internet dilakukan dengan infrastruktur berbasis wireline maupun wireless. Sistem wireline mengunakan jaringan kabel yang tergelar sampai ke rumah pelanggan. Sistem wireline mempunyai keunggulan yaitu dapat menyalurkan lebih besar bandwidth serta lebih stabil untuk digunakan sebagai infrastruktur internet. Sedangkan sistem wireless mengunakan sistem radio dan dipakai pada sistem cellular baik berbasis GSM maupun CDMA. Sistem wireless

mempunyai keunggulan yaitu kemudahan penyediaan layanan internet, karena pihak provider tidak lagi memasang kabel internet ke rumah pelanggan, tetapi pelanggan dapat langsung membeli dan memasang perangkat internet mobile ke komputernya, bahkan pelanggan dapat memasang perangkat internet mobile dan mengakses internet,

dimana saja di seluruh area yang terjangkau sinyal jaringan internet. Sistem wireless

juga memiliki kelemahan yaitu terjadinya sharing resources diantara pengguna, sehingga apabila makin banyak pengguna pada suatu wilayah maka kecepatan akses internetnya akan semakin menurun.

Perkembangan Telekomunikasi menggunakan akses radio saat ini sangat pesat, bahkan layanan seperti internet dan multimedia mempunyai banyak kecenderungan untuk bertumpu pada jaringan radio. Sampai saat ini sudah dikembangkan teknologi telekomunikasi akses radio, diantaranya yang berbasis pada Frekuensi Division Multiple Acces (FDMA), Time Division Multiple Acces (TDMA) dan Code Division Multiple Acces (CDMA).

Teknik akses ganda CDMA dewasa ini sangat banyak dikembangkan khususnya pada komunikasi bergerak selular. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa teknologi CDMA memiliki kualitas yang jauh di atas FDMA dan TDMA, sehingga berpotensi untuk berkembang menjadi standart telekomunikasi digital global. Namun dalam kenyataannya CDMA memiliki kendala-kendala operasional sehingga kualitas yang semula diperhitungkan tidaklah tepat. (Arif, 2012).

(18)

Penggunaan internet secara bersama dalam waktu yang bersamaan juga dapat mempengaruhi performansi jaringan seiring dengan peningkatan jumlah pengguna. Performansi jaringan memegang peranan penting dalam pengaturan kebutuhan

bandwidth untuk tiap layanan aplikasi internet yang beraneka-ragam. Ketersediaan

bandwidth jaringan merupakan faktor penting dalam proses layanan akses internet.

Penggunaan teknologi CDMA dalam mengakses data pada jaringan internet dapat lebih optimal, namun perlu dilakukan analisa kualitas jaringan, untuk mengetahui seberapa besar kualitasnya. Pokok permasalahan yang akan diteliti dalam tesis ini adalah “Perbandingan performansi internet berbasis code division multiple acces pada sistem internet mobile” dengan mengukur parameter Bandwidth, Throughput, Delay,

dan Packet Loss pada sistemjaringan internet mobile.

1.2 Perumusan Masalah

Teknologi CDMA merupakan teknologi dimana transmisi informasi dilakukan melalui gelombang radio, dan kanal radio yang tersedia digunakan secara bersama-sama dalam frekuensi yang sama dan dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut akan mengakibatkan tingginya interferensi yang dapat menurunkan kwalitas jaringan. Besarnya interferensi akan mengakibatkan peningkatan delay dan packet loss, serta menurunkan nilai throughput. Tingginya nilai delay dan packet loss serta rendahnya nilai throughput akan mengakibatkan rendahnya kwalitas jaringan.

1.3Batasan Masalah

Ada beberapa hal yang perlu dibatasi agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Provider yang akan dianalisa adalah sebanyak 2 (dua) provider yang disebut dengan provider A dan provider B dengan paket Unlimited Internet.

2. Pada penelitian akan dilakukan perhitungan kualitas jaringan CDMA dengan mengamati proses download dan upload.

(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah melakukan analisis pengaruh penggunaan frekwensi yang sama pada waktu yang bersamaan, dan membandingkan performansi jaringan internet berbasis CDMA pada sistem internet mobile.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini:

1. Diharapkan mampu membantu pengguna untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan internet khususnya pengguna sistem jaringan internet mobile, dengan mempertimbangkan waktu yang tepat untuk melakukan akses internet.

2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, secara teoritis akan memberikan gambaran yang konkrit tentang performansi jaringan internet dinilai dari Quality

of Service.

(20)

B

AB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Performansi Jaringan Internet

Internet merupakan jaringan global yang terdiri dari orang, komputer, dan informasi elektronik yang terhubung dari seluruh dunia oleh protokol umum untuk berkomunikasi satu sama lain (Max & Stickle, 1997). Diperkirakan internet terdiri atas jutaan web server, mengandung milliaran halaman web yang dilihat oleh milliaran pengguna internet di seluruh dunia.

Aplikasi yang beraneka ragam mensyaratkan yang berbeda-beda pula. Misalnya, pengiriman data sangat peka pada distorsi tetapi kurang peka pada tundaan, sebaliknya komunikasi suara sangat peka pada tundaan tetapi kurang peka pada distorsi. Performansi jaringan merujuk ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu sistem komunikasi (Alwayn & Vivick, 2002).

(21)

Jika dilihat dari ketersediaan suatu jaringan, terdapat karakteristik kuantitatif yang dapat dikontrol untuk menyediakan suatu layanan dengan kualitas tertentu. Kinerja jaringan dievaluasi berdasarkan parameter-parameter kualitas layanan, yaitu delay, jitter, Packet Loss dan throughput.

2.2 Quality of Service

Quality of Service (QoS) merupakan kemampuan jaringan untuk menyediakan

layanan yang lebih baik pada trafik jaringan. (TIPHON, 1998). QoS dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan baik atau buruknya kinerja suatu jaringan internet.

Kualitas suatu jaringan dinyatakan dalam QoS. QoS merupakan istilah umum untuk menyatakan efek dari kualitas layanan secara keseluruhan dari sudut pandang user. (Riyasa et al, 2012).

QoS biasanya digunakan untuk mengukur sekumpulan atribut performansi yang telah dispesifikasikan dan biasanya diasosiasikan dengan suatu servis. Pada jaringan berbasis IP, IP QoS mengacu pada performansi dari paketpaket IP yang lewat melalui satu atau lebih jaringan. QoS didesain untuk membantu pengguna akhir menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa mendapatkan performansi yang handal dari aplikasiaplikasi berbasis jaringan. QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada lalu lintas jaringan tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda. QoS merupakan suatu tantangan yang cukup besar dalam jaringan berbasis IP dan internet secara keseluruhan. (Gheorghe & Lucian, 2006).

QoS adalah teknologi yang diterapkan pada jaringan Wide Area Network

(WAN) yang memungkinkan administrator jaringan untuk dapat menangani berbagai efek akibat terjadinya kemacetan (congestion) pada lalu lintas aliran paket di dalam jaringan.

Parameter QoS adalah Bandwidth, throughput, delay/latency, jitter, dan Packet Loss. QoS dibutuhkan untuk meminimalkan Packet Loss, delay, latency dan delay

variation (jitter), menyakinkan performance, mixing paket data dan suara pada

(22)

2.3 Bandwidth

Bandwidth adalah kapasitas atau besaran yang menunjukkan seberapa banyak data

yang dapat dilewatkan dalam koneksi melalui sebuah network dalam suatu waktu tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per second (bps). Bandwidth internet disediakan oleh Internet Service provider (ISP) dengan jumlah tertentu tergantung sewa pelanggan (Kustanto, 2008). Dengan QoS dapat diatur agar user tidak menghabiskan bandwidth yang disediakan oleh provider. Istilah bandwidth muncul dari bidang teknik elektro, dimana bandwidth mempresentasikan jarak keseluruhan atau jangkauan diantara sinyal tertinggi dan terendah pada kanal (band) komunikasi.

Pada dasarnya bandwidth mempresentasikan kapasitas dari koneksi, semakin tinggi kapasitas, maka umumnya akan diikuti oleh kinerja yang lebih baik, meskipun kinerja keseluruhan juga tergantung pada faktor-faktor lain, misalnya latency yaitu waktu tunda antara masa sebuah perangkat meminta akses ke jaringan dan masa perangkat itu member izin untuk melakukan transmisi.

Terdapat dua jenis bandwidth, yaitu:

1. Digital Bandwidth, adalah jumlah atau volume data yang dapat dikirimkan melalui sebuah saluran komunikasi dalam satuan bits per second tanpa distorsi.

2. Analog Bandwidth, adalah perbedaan antara frekuensi terendah dengan frekuensi tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang diukur dalam satuan Hertz (Hz) atau siklus per detik, yang menentukan berapa banyak informasi yang bisa ditransimisikan dalam satu saat.

2.3.1 Manajemen Bandwidth

Manajemen bandwidth adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk managemen dan mengoptimalkan berbagai jenis jaringan dengan menerapkan layanan QoS untuk menetapkan tipe-tipe lalu lintas jaringan.

(23)

dan memberikan level layanan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas sesuai dengan permintaan pelanggan.

Istilah management bandwidth sering tertukarkan dengan istilah traffic control, yang dapat didefinisikan sebagai pemanajemenan yang tepat dari suatu bandwidth

untuk mendukung kebutuhan atau keperluan aplikasi atau suatu layanan jaringan. Istilah bandwidth dapat didefinisikan sebagai kapasitas atau daya tampung suatu

channel komunikasi (medium komunikasi) untuk dapat dilewati sejumlah traffic

informasi atau data dalam satuan waktu tertentu. Pada umunya bandwidth dihitung dalam satuan bit, kbit atau bps (byte per second). Manajemen bandwidth yang tepat dapat menjadi salah satu metode dalam memberikan jaminan kualitas suatu layanan jaringan (QoS = Quality Of Services). (Stalling, 2007).

Maksud dari management Bandwidth di mikrotik adalah bagaimana menerapkan manajemen atau pengaturan bandwidth dengan menggunakan sebuah komputer linux. Umumnya komputer mikrotik dapat digunakan sebagai gateway/router sehingga memungkinkan untuk mengatur traffic data atau mengmanagementkan bandwidth dari

traffic data yang melewati komputer mikrotik tersebut untuk memberikan jaminan

kualitas akses layanan internet bagi komputer dalam jaringan lokal (Trimantaraningsih).

2.3.2 Menghitung Besar Bandwidth

Konsep bandwidth tidak cukup untuk menjelaskan kecepatan jaringan dan apa yang terjadi di jaringan. Untuk itulah konsep Throughput muncul. Throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedang mendownload suatu file. Bandwidth adalah jumlah bit yang dapat dikirimkan dalam satu detik.

Berikut adalah rumus dari bandwidth:

∑ (2.1)

(24)

2.3.3 Blok Diagram Manajemen Bandwidth

Manajemen bandwidth merupakan pengalokasian bandwidth untuk mendukung kebutuhan aplikasi layanan jaringan. Manajemen bandwidth diperlukan bagi jaringan multi layanan dengan menerapkan layanan Quality of Service (QoS) yang menggambarkan tingkat pencapaian pada suatu sistem komunikasi data. (Stalling, 2007).

Gambar 2.1 Blok Diagram Proses Aliran Sistem Manajemen Bandwidth Sumber (Saniya et al, 2013)

1) Filtering

Filtering berfungsi untuk memfilter paket data berdasarkan alamat IP atau alamat port dan mengarahkan paket data ke tujuan yang benar.

2) Classifier

Classifier bertugas untuk mengarahkan paket-paket yang datang ke kelas-kelas yang bersesuaian untuk mempermudah penanganan paket data menuju antrian atau buffer. Pada classifier terdapat estimator yang bertugas mengestimasi bandwidth yang digunakan oleh klasifikasi kelas.

3) Buffer

Buffer merupakan tempat penyimpanan paket data sementara. Buffer menyesuaikan waktu dengan menerapkan teknik antrian.

4) Scheduler

Scheduler bertugas untuk menentukan penjadwalan paket data yang akan dikirim ke tujuan dari tempat antrian atau buffer.

2.4 Throughput

Throughput merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui bandwidth yang

benar-benar diterima oleh client atau jumlah data yang diterima dalam keadaan baik terhadap waktu total transmisi yang dibutuhkan dari sumber ke penerima. (Priyambudi & Henri, 2013).

Throughput, adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu

tertentu dalam suatu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedang

download suatu file. (Park, 2005). Walau pun memiliki satuan dan rumus yang sama

Filtering Classifier Buffer Scheduler Paket

Data Paket Data

(25)

dengan bandwidth, tetapi throughput lebih pada menggambarkan bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu waktu tertentu dan pada kondisi dan jaringan internet tertentu yang digunakan untuk mendownload suatu file dengan ukuran tertentu. Berikut adalah formula pembanding throughput dengan bandwidth:

(2.2)

Throughput adalah ukuran dari kecepatan dimana data dapat dikirim melewati

jaringan dalam bit per second (bps). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Kemampuan throughput dalam menopang hardware

(perangkat keras) disebut dengan bandwidth.

Throughput adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui banyaknya jumlah data yang diterima dalam keadaan baik yang ditransmisikan dari sumber data ke penerima (Schwartz, & Mischa, 1987).

[ ] (2.3)

Dimana:

= konstanta perbandingan

Hasil perhitungan throughput kemudian dibagi dengan kecepatan yang ditawarkan oleh operator dan dikalikan dengan 100% untuk mengetahui besarnya persentase nilai throughput yang sebenarnya yang didapatkan pelanggan jika dibandingkan dengan kecepatan yang ditawarkan. Persentase nilai throughput dirumuskan dalam persamaan berikut:

(26)

Dimana

= Throughput

= Kecepatan yang ditawarkan oleh operator

2.5 Delay atau Latency

Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu

titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Titik-titik ini dapat berupa perangkat komputer, atau perangkat jaringan lainnya seperti router, modem dan sebagainya yang dilewati oleh paket informasi. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama.

Delay dari pengirim ke penerima pada dasarnya tersusun atas hardware latency,

delay akses, dan delay transmisi. (Park, 2005). Delay yang paling sering dialami oleh

lalu lintas jaringan yang lewat adalah delay transmisi. Untuk aplikasi aplikasi suara dan video interaktif, kemunculan dari delay akan mengakibatkan sistem seperti tak merespon.

Delay end-to-end ditentukan berdasarkan arsitektur sistem dan merupakan penjumlahan delay yang ada dalam perjalanan paket dari host sumber ke host tujuan penjumlahan delay dari host ke sumber adalah sebagai berikut (ITU-T, 2001):

1. Delay enkapsulasi

Delay enkapsulasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses pemaketan data

sebelum dikirim ke host tujuan. 2. Delay transmisi

Delay transmisi adalah waktu yang dibutuhkan untuk meletakkan sebuah paket

multimedia ke media transmisi.

3. Delay propagasi

Delay propagasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk merambatkan paket

multimedia melalui media transmisi dari server ke client.

4. Delay antrian

Delay antrian adalah waktu di mana paket data berada dalam antrian untuk

(27)

5. Delay dekapsulasi

Delay dekapsulasi adalah waktu yang digunakan paket data dalam pelepasan

header.

Delay end-to-end dapat dituliskan seperti rumus berikut ini:

+ + + (2.5)

Dimana:

= delay jaringan (ms) = delay enkapsulasi (ms)

= Delay transmisi (ms) = Delay propagasi (ms)

= Delay Antrian (ms)

= Delay dekapsulasi (ms)

2.6 Packet Loss

Packet Loss merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya jumlah paket yang

hilang atau tidak sampai ke tujuan ketika melakukan pengiriman data dari sumber ke tujuan. (ITU-T. 2001). Semakin kecil nilai Packet Loss dalam suatu jaringan maka semakin baik pula kinerja yang dimiliki jaringan tersebut.

Packet Loss merupakan penyebab utama pelemahan audio dan video pada

multimedia streaming maupun pelemahan proses download dan upload data atau file. Paket hilang dapat disebabkan oleh pembuangan paket di jaringan (network Lost) atau pembuangan paket di gateway/terminal sampai kedatangan terakhir (late Lost).

Network Lost secara normal disebabkan kemacetan (router buffer overflow),

perubahan rute secara seketika, kegagalan link, dan Losty link seperti saluran nirkabel. Kemacetan atau kongesti pada jaringan merupakan penyebab utama dari paket hilang (ITU-T G.114, 2000).

Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama buffer akan penuh dan data baru tidak akan diterima. Packet Loss (kehilangan paket data pada proses transmisi) dan

desequencing merupakan masalah yang berhubungan dengan kebutuhan bandwidth,

(28)

antrian yang efisien, pengaturan pada router, dan penggunaan kontrol terhadap kongesti (kelebihan beban data) pada jaringan (Patih, 2012)

Packet Loss dapat dihitung dengan rumus :

(2.6)

Keterangan:

NPacket Loss = jumlah paket multimedia yang hilang (paket) Npaket = jumlah paket multimedia rata-rata (paket)

2.7 Teknologi Code Division Multiple Access

Pada saat ini sistem selular juga telah memasuki generasi ketiga dimana telepon mobile tidak hanya untuk komunikasi suara, melainkan juga untuk mengakses data

(internet mobile). Hal ini menuntut jaringan sistem telekomunikasi yang dibangun

harus mampu melayani komunikasi data dengan kecepatan yang tinggi. Untuk bisa membangun suatu jaringan atau infrastuktur yang dapat melayani pelanggan dengan kualitas yang baik diperlukan perencanaan yang baik pula sehingga nilai investasi yang ditanamkan bisa optimal. Dalam suatu perencanaan sistem selular, spektrum frekuensi merupakan salah satu faktor yang harus mendapat perhatian karena selama ini alokasi frekuensi untuk suatu sistem selular sangat terbatas. Salah satu metoda akses yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan frekuensi sehingga lebih banyak kapasitas, lebih baik kualitas, dan dapat mendukung kebutuhan komunikasi generasi ketiga adalah CodeDivision Multiple Access (Sustika, 2013).

(29)

mempunyai pita yang berbeda yang dapat memisahkan antara pengguna satu dengan pengguna yang lainnya (Prasetya, 2007).

Beberapa keunggulan sistem CDMA: 1. Pembangkitan kode sinyal sangat mudah 2. Tidak ada sinkronisasi antar pengguna

3. Meningkatkan kualitas suara dan kapasitas sel 4. Tahan terhadap interferensi frekuensi lain

5. Tidak dapat disadap sehingga keamanan dalam berkomunikasi terjaga.

Kelemahan akses multiganda pembagi kode CDMA:

a. Untuk penerimaan yang besar, kesalahan sinkronisasi dari urutan kode yang dibangkitkan dan urutan kode yang diterima sangat kecil.

b. Daya yang diterima oleh stasiun utama dari pengguna dekat lebih tinggi dibandingkan dengan daya yang diterima dari pengguna yang lokasinya jauh. c. Pengguna yang dekat dengan stasiun utama akan membangkitkan interferensi

yang besar bagi pengguna yang jauh dari stasiun utama sehingga menyulitkan penerimaan sinyal. Efek jauh dekat ini dapat dicegah dengan menerapkan algoritma pengontrolan daya sehingga daya rata–rata sinyal pengguna diterima oleh stasiun utama dengan daya rata–rata yang sama, tetapi pengontrolan daya sulit dilakukan kerena adanya waktu tunda arus balik, estimasi daya yang kurang sempurna pada stasiun bergerak dan kesalahan kanal bias mundur

(30)

Gambar 2.2Prinsip dasar penyebaran sinyal DS-CDMA

2.7.1 Arsitektur Jaringan Sistem Telekomunikasi Selular CDMA

Arsitektur jaringan sistem selular CDMA dapat digambarkan secara sederhana pada gambar 2.3 (Budianto & Setyo, 2001)

Gambar 2.3 Arsitektur jaringan sistem selular CDMA

SCBS-408L, Base Transceiver Station (BTS) di jaringan, berfungsi menghubungkan CDMA 2000 1X dengan Mobile Station (MS) di bawah kendali

[image:30.595.116.518.363.644.2]
(31)

udara, dan mendukung IS-2000 dengan Common Air Interface (CAI). Dengan kata lain, SCBS-408L menyediakan suatu layanan dengan standar IS-2000. SCBS-408L menggunakan teknologi ATM untuk berkomunikasi dengan BSC. Protokol komunikasi ATM menambahkan addressed overhead bit pada setiap pesan agar penggunaan link terbatas dapat secara efisien. Selain itu, SCBS-408L menggunakan link E1/T1 dengan BSC, dengan demikian semua sinyal kendali dan sinyal traffic

diproses dengan stabil dan cepat, maka SCBS-408L dapat menyediakan jaringan yang lebih dapat diandalkan.

2.7.2 Kapasitas Sistem CDMA

Dalam sistem CDMA, setiap pengguna dibedakan dengan kode-kode yang unik, sehingga pengguna dapat melakukan panggilan dalam band frekuensi yang sama dan dalam waktu yang bersamaan. Meskipun demikian tidak berarti jumlah pelanggan yang bisa melakukan panggilan secara bersamaan dalam sistem CDMA menjadi tidak terbatas.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas maksimum pada sistem CDMA, diantaranya adalah faktor interferensi pada reverse link, faktor pembebanan dari sel lain, sektorisasi antena, dan deteksi terhadap aktivitas suara.

Pada umumnya setiap vendor penyedia infrastruktur telah menyatakan besar jumlah kanal maksimum yang dapat disediakan dalam satu sinyal pembawa (1,25 MHz). Kapasitas trafik tergantung pada jumlah kanal, sektorisasi antena, dan grade of

service (GOS) yang ditawarkan. Grade of service menyatakan besarnya probabilitas

panggilan yang ditolak pada jam sibuk. (Rappaport & Theodore, 1996).

(32)

Faktor yang tak kalah penting adalah layanan data. Dengan layanan data yang memadai, maka penurunan Average Revenue Per User (ARPU) akibat berkurangnya pemakaian layanan suara dapat diantisipasi. Layanan data juga dapat memberikan pengaruh langsung pada peningkatan ARPU secara keseluruhan.

Kapasitas atau jumlah pelanggan yang bisa ditransmit secara simultan pada sistem CDMA dibatasi oleh besarnya interfensi yang terjadi pada pengguna. Pada kenyataannya, kapasitas dari sel CDMA tergantung pada beberapa faktur seperti demodulasi penerima, ketelitian power control, interferensi user lain pada sel yang sama maupun yang berdekatan serta thermal noise. Untuk menghitung besarnya kapasitas sistem CDMA, sebagai permulaan akan ditinjau satu sel dimana thermal noise diabaikan. Sistem CDMA merupakan sistem digital, maka perbandingan antara daya dan interferensi dinyatakan dengan Eb/No (energy per bit to noise power

density) (Arif, 2012).

2.7.3 Perkembangan Teknologi CDMA

Sejak pertama kali dibuat teknologi komunikasi seluler berbasis CDMA sudah banyak pengembangan yang dilakukan yang mengantar CDMA menjadi salah satu teknologi yang paling handal dan kompetitif.

Tidak seperti konsep pendahulunya yaitu FDMA dan TDMA yang mengalokasikan frekuensi tertentu (ditambah alokasi slot waktu untuk TDMA) dalam proses transmisi data, pada CDMA data dibagi menjadi potongan-potongan kecil, kemudian disebar sehingga menduduki banyak frekuensi diskrit dalam jangkauan tertentu. Proses penyebaran (spreading) ini dilakukan menggunakan spreading code

untuk menyebar data sebelum transmisi dilakukan.

Tiap potongan data yang tersebar memiliki kode unik yang disebut Pseudo

Random Noise Code atau disebut juga PN Code untuk mengidentifikasi tiap sinyal

(33)

Berdasarkan spesifikasi teknisnya, ITU-T menggolongkan varian CDMA mulai dari CDMA 2000 1X sebagai teknologi 3G. ITU-T tidak memberikan pengakuan resmi terhadap istilah seperti “2,5G”, “3,5G”, dan “4G” karena belum adanya standar baku mengenai istilah itu walaupun sering digunakan sebagai istilah dagang.

Tabel 2.1 Data Varian CDMA

Teknologi Downlink Uplink

CDMA One 9.6 kbps 9.6 kbps

CDMA2000 1X 144 kbps 144 kbps

CDMA 2000 1X EVDO 2.5 Mbps 0.15 Mbps

CDMA2000 1X EVDV (EV-DO Rev.A) 3.10 Mbps 1.80 Mbps CDMA 2000 3X (EVDO Rev.B) 9.3 Mbps 3.6 Mbps

Sumber: (Wisanggeni et al, 2008)

Berdasarkan data dari CDMA Development Group (CDG), sampai pada bulan Desember tahun 2007, terdapat 431.100.000 pelanggan CDMA di dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara yang dilayani oleh 70 perusahaan operator. Jumlah ini terus bertambah dan memiliki nilai tingkat pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 2000, yaitu sebesar 27%.

Jumlah ini terlihat kontras jika dibandingkan dengan jumlah pelanggan jaringan seluler berbasis GSM yang mencapai 2.881.123.146 (termasuk pelanggan W-CDMA) berdasarkan data dari GSM Association pada akhir kuartal keempat tahun 2007.

(34)

Perbandingan ini tidak dibuat untuk menyatakan bahwa jumlah pengguna layanan 3G CDMA akan terus diatas W-CDMA, melainkan untuk menerangkan bahwa berdasarkan data ini, terlihat bahwa operator-operator CDMA memiliki kemudahan dalam melakukan transisi dari 2G ke 3G.

2.7.4 Fitur Penting CDMA

Beberapa fitur berikut merupakan faktor pendukung penting yang dapat menjadi penentu dari diterimanya CDMA sebagai teknologi komunikasi utama di masyarakat terutama dalam menentukan teknologi 3G yang akan dituju saat proses transisi dari teknologi 2G.

Data yang dikirimkan pada proses transmisi pada CDMA akan dibagi menjadi data diskrit berupa potongan-potongan kecil yang akan disebar pada rentang frekuensi pembawa (carrier) tertentu .

Dikarenakan penyebaran data untuk beberapa kanal yang berbeda tetap dilakukan pada rentang frekuensi yang sama, maka tidak diperlukan adanya alokasi frekuensi pada tiap sel pada jaringan CDMA .

Sejak diciptakannya standar IS-95 atau CDMAOne, digunakan Radio Transmission Technology (RTT) dengan bandwidth sebesar 1,25 MHz untuk frekuensi 1900 MHz dan 1,23 MHz untuk frekuensi 800 MHz sebagai lebar kanal radio yang digunakan untuk mengirim sinyal suara dan data dari mobile station ke base station (forward link) dan sebaliknya (reverse link). Penggunaan lebar kanal radio yang relatif kecil ini membuat pengalokasian spektrum menjadi lebih efisien. Lebar pita ini tidak berubah setidaknya sampai EVDO Rev.B (Wisanggeni, 2008).

Dilihat dari sisi teknis, teknik CDMA memberikan lebih banyak kanal komunikasi untuk tiap satuan waktu dibandingkan teknik FDMA dan TDMA. Berdasarkan pengukuran data dari CDMA Development Group, diketahui bahwa kapasitas suara 1X mencapai hampir dua kali lipat dari IS-95 dan melampaui teknologi 3G lainnya. Simulasi yang dilakukan pada lebar pita 5 MHz dan 10 MHz juga menunjukkan bahwa kapasitas suara CDMA2000 melampaui WCDMA dan hampir 3 kali lebih banyak dari GSM (CDMA, 2005).

(35)

dalam penyediaan layanan data pita lebar dapat dicermati dari statistik ARPU operator KDDI.

2.8 Penelitian Terkait

Berdasarkan spesifikasi teknisnya, teknologi komunikasi seluler berbasis CDMA dapat memenuhi semua persyaratan yang diperlukan sebagai solusi bagi penyediaan akses suara dan data yang berkualitas dan sebagai teknologi pilihan bagi pengembangan jaringan 3G. Melalui data di lapangan dan simulasi yang dilakukan, diketahui pula bahwa secara teknis, performa CDMA 2000 1X dan EV-DO mampu melampaui jaringan yang berbasis GSM dan WCDMA. Beberapa karakteristik pada CDMA juga membuat proses evolusi menuju teknologi selanjutnya menjadi lebih mudah dilakukan. Teknologi seluler berbasis CDMA memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia khususnya di daerah dengan kondisi geografis yang sulit (Wisanggeni et al, 2008).

Dari hasil analisa dan perhitungan arus pembicaraan dengan akses multiganda pembagi kode (CDMA) pada SCBS_408L yang dilakukan oleh Prasetya dan Rachmawati (2007), maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam analisa ini tingkat dropcall tinggi hal ini diakibatkan karena masalah area cakupan. Bila semua BTS bekerja dengan daya maksimal, maka akan terjadi overlap yang sangat besar antar sitenya sehingga diperlukan adanya pengurangan radius cakupan untuk masing-masing BTS.

2. Pengurangan radius cakupan ini dilakukan dengan melakukan penurunan daya pancar untuk masing-masing BTS.

(36)

pemakaian bandwidth dengan menggunakan Mikrotik lebih kecil, artinya proses pertukaran data lebih stabil bila dibandingkan dengan yang tidak menggunakan Mikrotik.

Menurut Christianti (2006) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perangkat handset CDMA, yaitu:

1. Jaringan yang digunakan oleh operator Faktor jaringan cukup erat kaitannya dengan frekuensi dan jenis layanan CDMA, karena di Indonesia diberlakukan sistem pembagian frekuensi, sehingga tiap wilayah mempunyai frekuensi yang bisa sangat berbeda.

2. Kemampuan akses data

Teknologi CDMA juga memiliki fasilitas akses data, seperti layanan koneksi internet, e-mail dan MMS. Sehingga bagi para pengguna GSM yang sering menggunakan layanan tersebut ingin bermigrasi ke CDMA. Pada tahun 1999, International Telecommunications Union (ITU) menetapkan CDMA sebagai basis dari sistem wireless 3G. Saat ini pelanggan CDMA di dunia mencapai lebih dari 180 juta orang.

Saniya et al (2013) menyarankan pada saat pengujian sistem manajemen bandwidth menggunakan koneksi internet yang stabil. Menganalisis performansi sistem manajemen bandwidth dengan prioritas port seperti untuk penggunaan video streaming, game online, VoIP pada masing-masing client. Menganalisis performansi sistem manajemen bandwidth dengan membandingkan kondisi jam sibuk dan jam tidak sibuk pada aplikasi layanan internet sesuai dengan kebutuhan client. Menganalisis performansi sistem manajemen bandwidth dengan menambahkan jumlah client.

Kesimpulan dari analisis kualitas jaringan internet berbasis HSDPA pada wilayah urban di Kota Malang, yaitu:

1. Semakin tinggi gedung yang menjadi penghalang dalam propagasi gelombang, maka semakin besar nilai pathLost atau redaman propagasi yang didapatkan. 2. Semakin besar faktor utilisasi, maka semakin besar nilai delay jaringan atau

(37)

3. Besarnya nilai delay end-to-end dari hasil perhitungan berdasarkan standar TIPHON memiliki kualitas sedang, sedangkan nilai delay end-to-end lebih dari 450 ms, sehingga memiliki kualitas buruk. Besarnya nilai delay end-to-end dari hasil pengukuran dengan menggunakan metode drive test berdasarkan standar TIPHON memiliki kualitas baik, sedangkan nilai delay end-to-end yang berada pada range 300 ms < tend-to-end < 450 ms, sehingga memiliki kualitas sedang.

4. Semakin besar nilai pathLost, maka semakin besar nilai probabilitas Packet Loss yang terjadi. Besarnya nilai probabilitas Packet Loss dari hasil perhitungan berdasarkan standar TIPHON untuk nilai pathLost 129,79 dB sampai dengan 138,68 dB berada pada range 0 % < F < 3 %, sehingga memiliki kualitas sangat baik, sedangkan untuk nilai pathLost 142,17 dB berada pada range 15 %< F < 25 %, sehingga memiliki kualitas sedang dan untuk nilai pathLost 142,74 dB memiliki nilai probabilitas Packet Loss lebih dari 25 %, sehingga memiliki kualitas buruk.

5. Besarnya nilai probabilitas Packet Loss hasil pengukuran dengan menggunakan metode drive test berdasarkan standar TIPHON memiliki kualitas sangat baik, sedangkan untuk nilai pathLost memiliki kualitas baik. 6. Semakin besar nilai pathLost, maka semakin kecilnilai throughput yang

didapatkan.

7. Besarnya nilai throughput berdasarkan standar TIPHON dari hasil perhitungan untuk nilai pathLost 129,79 dB sampai dengan 138,68 dB memiliki kualitas sangat baik. Besarnya nilai throughput berdasarkan standar TIPHON dari hasil pengukuran dengan menggunakan metode drive test untuk nilai pathLost 129,79 dB sampai dengan 142,17 dB memiliki kualitas sangat baik (Riyasa et al, 2012).

Dalam penelitian yang berjudul “Deskripsi Kualitas Layanan Jasa Akses Internet di Indonesia dari Sudut Pandang Penyelenggara Description of Internet

(38)

ternyata akurasi data belum maksimal, seperti tidak semua informasi terisi dengan lengkap dan terdapat beberapa kesalahan dalam mengisi informasi yang diminta. Keterbatasan regulator untuk memeriksa laporan tersebut menyebabkan kinerja operator kurang terkontrol. Hal ini dapat diantisipasi dengan melakukan survey berkala kepada pengguna/pelanggan internet untuk menilai kualitas layanan yang dirasakan (Quality of Experience).

Ruth juga menyarankan kualitas layanan (quality of service) jasa akses internet di Indonesia dapat ditingkatkan melalui pengaturan standar kualitas layanan penyelenggaraan jasa akses internet. Hal ini sangat diperlukan oleh melindungi kepentingan masyarakat, dan didukung oleh pihak penyelenggara jasa. Pengaturan standar kualitas tersebut perlu dibedakan antara akses mobile dan fixed. Standar juga perlu mengatur parameter wajib yang harus dimiliki oleh operator dan dilaporkan secara berkala, serta parameter pengukuran yang dapat dilakukan oleh regulator untuk menguji performansi operator. Parameter kualitas layanan yang berkaitan dengan pelanggan, dapat merujuk pada standar ISO 9001 tentang quality management, untuk keamanan jaringan dapat merujuk pada standar ISO 27001.

Selain itu, hasil monitoring pemerintah terhadap kinerja jaringan yang disediakan oleh para penyelenggara jasa akses internet sebaiknya dapat dipublikasikan kepada masyarakat untuk melindungi hak konsumen dan meningkatkan persaingan usaha.

Dari seluruh percobaan terhadap empat parameter QoS, yaitu throughput, delay,

jitter, Packet Loss yang dilakukan terhadap topologi yangsama, dapat diketahui

bahwa kinerja dari routing protocol OSPF lebih baik dibandingkan dengan kinerja dari routing protocol RIP. Hal itu dapat dibuktikan dari adanya perbedaan hasil perhitungan throughput, delay, jitter, sedangkan untuk Packet Loss tidak terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut diketahui dari rata-rata setiap performance pada

routing protocol RIP dan OSPF. Rata-rata tersebut diambil dari pengiriman paket dari

node awal, yaitu node 0 sampai node destimation atau node 5 (Setiawan, & Sevani, 2012).

Dari penelitian dan analisa data yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut (Patih, 2012):

(39)

2. Pemilihan jenis codec yang tepat perlu untuk meminimalisasi nilai QoS yang terjadi pada jaringan VoIP karena pemilihan codec sangat menentukan kualitas suara.

3. Penggunaan VPN dapat mencegah penyadapan pada VoIP.

4. Terbukti bahwa dengan menggunakan VoIP biaya telekomunikasi menjadi hemat.

5. Nilai throughput menggunakan VPN lebih besar dibandingkan tanpa VPN

Dari analisa yang dilakukan oleh Widhiatmoko, (2010) pada hasil penelitian performansi VoIP (Voice over Internet Protocol) dapat disimpulkan antara lain:

1. VoIP layak untuk di aplikasikan ke dalam jaringan WiMAX.

2. Secara keseluruhan nilai delay, jitter dan Packet Loss pada pengukuran baik dengan menggunakan codec G.711 maupun codec G.723.1 masih berada dalam kategori yang diperbolehkan untuk komunikasi VoIP.

3. Nilai throughput bergantung terhadap jenis modulasi yang digunakan, untuk nilai maksimal throughput bisa mencapai 2,8 Mbps untuk downlink dan 0,575 Mbps sedangkan persentase nilai throughput untuk downlink 83% dan untuk

uplink adalah 17%.

4. Nilai Packet Loss terbesar terjadi di PT. Sinar Roda Kencana Mas, hal ini dikarenakan kondisi propagasi antara Base Station dan Subscriber Station

adalah NLOS yang menyebabkan keutuhan paket banyak yang hilang karena pengaruh pantulan.

5. Selain kondisi propagasi antara Base Station dan Subscriber Station, nilai

Signal Quality Index (SQI) berpengaruh terhadap nilai Signal to Noise Ratio

(SNR). Nilai SNR yang diterima oleh Costumer Promises Equipment (CPE) menentukan jenis modulasi yang akan digunakan. Nilai SQI berpengaruh terhadap nilai Received Signal Strength Indicator (RSSI) yang diterima oleh CPE.

(40)

Putra (2010) melakukan penelitian Performansi Layanan Video Conference

Pada Jaringan Wide Area Network (WAN) Di Chevron Indonesia Company . Dari hasil perhitungan dan analisis, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Teknologi Personal Video untuk video conference di Chevron Indonesia Company perlu dilakukan pengembangan terhadap nilay delay yang terjadi. 2. Berdasarkan rekomendasi Packet Loss dari TIPHON, maka teknologi Personal

Video direkomendasikan untuk diaplikasikan.

3. Nilai MOS secara matematis mencapai 3,86. Sedangkan hasil MOS dengan metode kuesioner sebesar 3,75 Menurut standar ITU-T P800, kedua nilai ini dikategorikan C atau Acceptable. Kategori ini menjelaskan bahwa teknologi

Personal Video akan mengalami sedikit gangguan, namun tidak mengganggu

kerja dari layanan lainnya seperti IP telephony atau conference phone.

(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Kerja

Untuk lebih mengarahkan dalam penulisan proposal ini maka diperlukan kerangka kerja. Dengan kerangka kerja ini akan memandu dan mengidentifikasi tahapan apa saja yang sudah selesai dikerjakan, tahapan yang sedang diproses maupun tahapan yang akan dilalui. Dimana kerangka kerja dalam penulisan Tesis ini seperti yang terlihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Uji Coba/Pelaksanaan Penelitian

Upload / Download File

Rekam Data Bandwidth, Delay, Packet Loss

Hitung Throughput, % Throughput

(42)

3.2 Uji Coba atau Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan persiapan, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah uji coba atau pelaksanaan penelitian, yaitu mencoba langsung meneliti performasi jaringan dengan mentode akses CDMA.

Penelitian analisis performansi bandwidth internet service provider CDMA dilakukan dalam waktu-waktu tertentu. Penelitian akan membandingkan hasil dari segi waktu, yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu antara pukul 08.00-12.00, antara pukul 12.00-14.00, antara pukul 14.00-19.00 dan antara pukul 19.00-24.00, berdasarkan Waktu Indonesia Barat (WIB), dimana asumsinya dibagi atas dua yaitu: 1. Pukul 08.00-12.00 dan 14.00-19.00 merupakan jam-jam sibuk dimana para

pengguna layanan jasa internet mulai melakukan pekerjaannya baik di kantor, sekolah maupun instansi.

2. Pukul 12.00-14.00 dan 19.00-24.00 merupakan waktu tidak sibuk, dimana para pengguna layanan jasa internet pada pukul 12.00-14.00 sedang istrahat makan siang, dan 19.00-24.00 waktunya selesai berkerja, proses menuju pulang ke rumah dan istrahat dirumah.

Proses uji coba akan dilakukan dengan mendownload 1 buah file dan

mengupload file yang sama untuk setiap waktu percobaan.

3.3 Analisa

Pada tahap ini Penulis akan melakukan analisa terhadap uji coba yang sudah dilakukan sebelumnya. Analisa yang akan dilakukan adalah dengan mengukur paramater QoS yaitu Bandwidth, Throughput, Delay, Jitter dan Packet Loss, setiap waktu pelaksanaan uji coba. Untuk masing-masing parameter Penulis akan menganalisa kwalitas jaringan dengan menggunakan standar Telecommunications and

Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON).

3.3.1 Analisis Bandwidth

Bandwidth mempunyai batasan-batasan tertentu, batasan tersebut adalah hukum fisika dan teknologi yang digunakan untuk menempatkan informasi di dalam suatu media. Secara digital, unit paling kecil dari bandwidth adalah bits per second (bps).

(43)
[image:43.595.102.522.102.345.2]

Tabel 3.1 Satuan bandwidth

Unit Definisi Bytes Bits

Bit (b) Digit Binari (1 atau 0) 1 bit 1 bit

Byte (B) 8 bit 1byte 8 bit

Kilobyte (KB) 1 KB = 1024 bytes 1000 byte 8 x bit Megabyte (MB) 1 MB = 1024 Kilobyte =

1.048.576 Megabyte

1 juta byte 8 x bit

Gigabyte (GB) 1 GB = 1024 Megabyte = 1.073.741.824 bytes

1 milyar byte

8 x bit

Terabyte (TB) 1 TB = 1024 Gigabyte 1 triliun byte

8 x bit

3.3.2 Analisis Throughput

Analisis throughput dilakukan untuk mengetahui banyaknya jumlah data yang diterima dalam keadaan baik yang ditransmisikan dari sumber data ke penerima. Untuk menghitung throughput penulis akan menggunakan rumus 2.3. Setelah melakukan penghitungan maka Penulis akan menghitung besarnya persentase nilai

throughput yang sebenarnya yang didapatkan pelanggan jika dibandingkan dengan

kecepatan yang ditawarkan dengan menggunakan rumus 2.4.

Dengan demikian Penulis dapat menganalisa kwalitas throughput dengan menggunakan standar TIPHON seperti pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kualitas nilai throughput

Kategori Kualitas Throughput (%) Indeks

Sangat Baik 4

Baik 3

Sedang 2

(44)

3.3.3 Analisis Delay

Analisis delay dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Dengan demikian Penulis dapat menganalisa kwalitas jaringan berdasarkan Delay dengan menggunakan standar TIPHON seperti pada tabel 3.3 .

Tabel 3.3. Kualitas nilai delay

Kategori Kualitas Delay (ms) Indeks

Sangat Baik 4

Baik 3

Sedang 2

Buruk 1

Sumber: TIPHON, 1999

3.3.4 Analisis Packet Loss

Merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi karena collision dan congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk aplikasi-aplikasi tersebut.

Analisis Packet Loss dilakukan untuk mengetahui kwalitas jaringan ditinjau dari besarnya paket data yang hilang baik pada saat proses download maupun saat proses upload. Dengan demikian Penulis dapat menganalisa kwalitas jaringan berdasarkan

Packet Loss dengan menggunakan standar TIPHON seperti pada tabel 3.4 .

Tabel 3.4. Kualitas nilai Packet Loss

Kategori Kualitas Packet Loss (%) Indeks

Sangat Baik 4

(45)

Sedang 2

Buruk 1

Sumber: TIPHON, 1999

3.4 Nilai Quality of Service

Setelah melakukan analisa terhadap parameter-parameter Quality of Service (QoS), langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh Penulis adalah menghitung nilai

Quality of Service (QoS), berdasarkan kwalitas masing-masing parameter. Langkah

yang akan dilakukan untuk menghitung QoS adalah dengan cara menjumlahkan semua nilai index dari masing-masing parameter QoS, kemudian membagi rata hasil penjumlahan tersebut. Dengan demikian analisis kwalitas berdasarkan QoS dari sebuah jaringan dapat dilakukan dengan menggunakan standar TIPHON. Adapun standar yang dimaksud tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Indeks parameter QoS

Indeks Presentasi (%) Nilai

Sangat Baik 95-100

Baik 75-94,75

Sedang 50-74,75

Buruk 25-49,75

Sumber: TIPHON, 1999

3.5 Metode Pengumpulan Data

(46)

3.5.1 Metode Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu/perorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh Peneliti. Misalnya produsen suatu produk kosmetik ingin mengetahui perilaku konsumen terhadap para konsumennya untuk mendapatkan informasi yang diharapkan. Dalam metode pengumpulan data primer, peneliti melakukan uji coba langsung, yaitu Peneliti mengupload dan mendownload file, lalu mengamati prosesnya. Setelah proses selesai maka Penulis akan merekam data bandwidth, delay dan packet loss, serta menghitung data throunghput dari setiap proses uji coba.

3.5.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder

Metode pengumpulan data sekunder sering disebut metode penggunaan bahan dokumen. Dalam hal ini Penulis akan menggunakan data yang sudah didapat. Data tersebut akan di rekapitulasi untuk setiap harinya, dari masing-masing waktu percobaan yaitu waktu jam sibuk dan waktu jam tidak sibuk. Setelah proses rekapitulasi maka penulis akan menghitung index dan kategori untuk setiap hari percobaan sesuai dengan standar TIPHON.

3.5.3 Langkah-langkah penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini adalah menggunakan metode Action Research (AR). Dengan mengacu pada model penelitian ini penulis melakukan pendekatan dalam kegiatan penelitian

yaitu:

a. Melakukan diagnosa (diagnosing) yaitu melakukan identifikasi masalah-masalah b. Membuat rencana tindakan (action planning) yaitu menyusun rencana tindakan

yang tepat untuk analisa pengujian terhadap kinerja jaringan intenet, c. Melakukan tindakan (action taking)

Pada tahap ini peneliti mengimplementasikan rencana tindakan dengan melakukan pengujian performa jaringan internet dengan metode CDMA pada dengan menggunakan mobile internet dengan standar parameter kualitas jaringan

(47)

d. Melakukan analisis (analyzing)

(48)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa yang telah dilakukan mulai dari data pengujian, dan hasil percobaan yang dilakukan untuk pengukuran parameter dari QoS. Mekanisme pengukuran parameter QoS adalah dengan menggunakan jaringan

internet mobile dengan cara mengupload dan mendownload sebuah paket, kemudian

mengambil dan menghitung informasi nilai parameter-parameter QoS dari lalu lintas paket data.

Alamat IP yang digunakan untuk melakukan percobaan adalah 199.101.134.234 (www.4shared.com), dan IP dinamis untuk modem yang digunakan untuk mengakses jaringan internet, sedangkan paket data yang di proses pada penelitian ini adalah file dengan nama setup_turbo_7_v2.1 dengan besar file 3.514 Kilo byte (KB) atau 28786688 bits. Paket tersebut akan di upload dan di download pada setiap percobaan. Lama penelitian ini dilakukan selama masa berlaku paket internet yang diberikan oleh masing-masing provider yaitu:

1. Provider A 30 hari mulai dari tanggal 11 November 2014 hingga 10 Desember 2014

2. Provider B 30 hari mulai dari tanggal 11 November 2014 hingga 10 Desember 2014

(49)

4.1Hasil Pengukuran Quality of Service

Setelah melakukan uji coba selama satu bulan, maka Penulis mendapat data-data dari masing-masing parameter yaitu Bandwidth, Throughput , Delay, dan Pacet Lost, baik menggunakan Provider A maupun menggunakan Provider B. Penelitian tersebut dilakukan 4 (empat) kali dalam satu hari, yang dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu jam sibuk dan jam tidak sibuk.

Data-data yang telah di dapat dari hasil percobaan akan di hitung rata-ratanya masing-masing pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk untuk setiap harinya yang bertujuan untuk untuk mendapat kwalitas jaringan sesuai dengan standart TIPHON. Dengan demikian peneliti mendapatkan hasil dari kwalitas jaringan menggunakan CDMA pada mobile internet.

4.1.1 Bandwidth

Data bandwidth dihasilkan saat melakukan proses upload dan download, dimana saat proses tersebut sedang berjalan maka aplikasi akan merekam ukuran terendah dan tertinggi lalulintas data dan menghasilkan rata-rata selama proses sedang berjalan dalam satu kali transfer data. Contoh saat percobaan transfer data yang dilakukan pada tanggal 11/11/2014 pukul 10.43 dihasilkan data bandwidth terendah sebesar 2094 Byte per secend (Bps), dan tertinggi sebesar 6538 Bps, dengan rata-rata 4630 Bps.

Data bandwidth yang di dapat dari hasil pengukuruan adalah: 1. Menggunakan Provider A

Data bandwidth menggunakan Provider A yang didapat selama uji coba dihitung rata-rata setiap hari dari masing-masing jam sibuk dan jam tidak sibuk. hasil perhitungan tersebut disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perhitungan data bandwidth setiap harinya menggunakan Provider A

No Tanggal

Bandwidth pada jam sibuk (Bps)

Bandwidth pada jam tidak sibuk (Bps)

Min Maks

Rata-rata Min Maks

Rata-rata

1 11/11/2014 2048 6471 4458 2776 5707 4356

2 12/11/2014 2003 6667 4788 2744 5081 4358

3 13/11/2014 2091 6121 4380 3117 5727 4605

4 14/11/2014 2014 6077 4276 2078 5818 4471

(50)

No Tanggal

Bandwidth pada jam sibuk (Bps)

Bandwidth pada jam tidak sibuk (Bps)

Min Maks

Rata-rata Min Maks

Rata-rata

6 16/11/2014 2037 6268 4275 2968 4931 3623

7 17/11/2014 2028 5972 4372 2020 5386 4484

8 18/11/2014 2013 5568 4080 2059 5432 4263

9 19/11/2014 2058 5577 3971 2006 5909 4026

10 20/11/2014 2027 6022 4163 2008 6428 4044

11 21/11/2014 2007 5723 4257 2001 6351 4237

12 22/11/2014 2014 5075 3677 2002 5563 4235

13 23/11/2014 2002 5533 3945 2004 6391 4046

14 24/11/2014 2137 5862 4373 2027 5628 3729

15 25/11/2014 2741 5776 4414 2222 4768 4013

16 26/11/2014 2005 6320 4267 2026 5823 4474

17 27/11/2014 2043 5858 4330 2113 5456 4430

18 28/11/2014 2014 5553 4041 2006 6284 4613

19 29/11/2014 2010 5922 4237 2009 5085 3777

20 30/11/2014 2040 5331 4131 2004 6172 4272

21 01/12/2014 2031 5944 4560 2033 5236 3917

22 02/12/2014 2038 5278 4013 2011 6147 4436

23 03/12/2014 9500 24262 19933 2033 5824 4097

24 04/12/2014 2032 6079 4295 2009 6158 4135

25 05/12/2014 1020 2625 1903 2051 6138 4414

26 06/12/2014 2076 5739 4533 1984 5347 4321

27 07/12/2014 2075 5849 4322 2012 6239 4199

28 08/12/2014 2511 5114 4334 2060 5546 4243

29 09/12/2014 2005 5752 4526 1999 6581 3889

30 10/12/2014 2022 5154 4101 2012 5123 3684

Berdasarkan tabel 4.1 dapat di lihat bahwa dengan menggunakan Provider A pada jam sibuk nilai Bandwidth terendah terjadi pada tanggal 05/12/14 dengan nilai minimun 1020 Bps dan nilai maksimun 2625 Bps dengan nilai rata-rata 1903 Bps, sedangkan nilai rata-rata Bandwidth tertinggi terjadi pada tanggal 03/12/14 dengan nilai minimum 93500 Bps dan nilai maksimum 24262 Bps dengan nilai rata-rata 19933 Bps, sedangkan pada jam tidak sibuk nilai Bandwidth terendah terjadi pada tanggal 16/11/14 dengan nilai minimun 2968 Bps dan nilai maksimun 4931 Bps dengan nilai rata-rata 3623 Bps, sedangkan nilai rata-rata Bandwidth

(51)

Untuk lebih jelas hasil pengukuran Bandwidth pada jam sibuk menggunakan

Provider A dapat di dilihat pada gambar 4.1, sedangkan pada jam tidak sibuk

dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.1. Data bandwidth minimun, maksimun dan rata-rata yang dihasilkan di jam sibuk menggunakan Provider A

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 11 /11/1 4 13 /11/1 4 15 /1 1/ 1 4 17 /11/1 4 19 /11/1 4 21 /11/1 4 23 /11/1 4 25 /11/1 4 27 /11/1 4 29 /11/1 4 01 /12/1 4 03 /12/1 4 05 /12/1 4 07 /12/1 4 09 /12/1 4 N il ai

Bandwidth di jam sibuk

Min Maks Rata-rata 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 11 /11/1 4 13 /11/1 4 15 /11/1 4 17 /11/1 4 19 /11/1 4 21 /11/1 4 23 /11/1 4 25 /11/1 4 27 /11/1 4 29 /11/1 4 01 /12/1 4 03 /12/1 4 05 /12/1 4 07 /12/1 4 09 /1 2/ 1 4 N il ai

Bandwidth di jam tidak sibuk

Min

Maks

(52)

Gambar 4.2. Data bandwidth minimun, maksimun dan rata-rata yang dihasilkan di jam tidak sibuk menggunakan Provider A

2. Menggunakan Provider B

[image:52.595.130.500.251.768.2]

Data bandwidth menggunakan Provider B yang didapat selama uji coba dihitung rata-rata setiap hari dari masing-masing jam sibuk dan jam tidak sibuk. hasil perhitungan tersebut disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Perhitungan data bandwidth setiap harinya menggunakan Provider B

No Tanggal

Bandwidth pada jam sibuk

Bandwidth pada jam tidak sibuk Min Maks Rata-rata Min Maks

Rata-rata 1 11/11/2014 2079 6470 4372 2061 5667 4091 2 12/11/2014 2064 6736 5294 2002 5754 4309 3 13/11/2014 2030 6664 4794 2036 4937 3054 4 14/11/2014 2007 6338 4005 2015 6515 4220 5 15/11/2014 2000 6675 4386 2161 5632 4170 6 16/11/2014 2008 6419 4345 2000 5862 3209 7 17/11/2014 2006 6155 4161 2020 36029 4411 8 18/11/2014 2001 5737 4116 2023 6299 2992 9 19/11/2014 2016 6446 4548 2039 6420 3932 10 20/11/2014 2009 6473 4176 2037 6428 4092 11 21/11/2014 2005 6089 4093 2004 6053 4020 12 22/11/2014 2013 5980 3925 2013 6028 4305 13 23/11/2014 2002 5970 3917 2013 6391 4177 14 24/11/2014 2006 6208 4153 2009 6634 4284 15 25/11/2014 2023 6246 3699 2014 6317 4158 16 26/11/2014 2023 6325 4187 2005 6160 4224 17 27/11/2014 2002 5858 4246 2026 5746 4169 18 28/11/2014 2007 6204 4073 2082 6402 4487 19 29/11/2014 2013 5962 4276 2019 6186 4053 20 30/11/2014 2051 5844 4276 2024 6511 4537 21 01/12/

Gambar

gambar 2.3 (Budianto & Setyo, 2001)
Tabel 3.1 Satuan bandwidth
Tabel 4.2 Perhitungan data bandwidth setiap harinya menggunakan Provider B
Gambar 4.3. Data bandwidth minimun, maksimun dan rata-rata yang dihasilkan di jam sibuk menggunakan Provider B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses produksi biodiesel secara transesterifikasi in situ banyaknya rendemen yang diperoleh ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya perbandingan rasio bahan

Risk factors for severe early childhood caries in children younger than 4 years old in Bejing, China.. Efficiency of caries risk assessment in young adults

untuk kiranya dapat menginformasikan pelaksanaan Seleksi Terbuka Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan Kementerian Desa,

[r]

a) Kemampuan mengindera peluang usaha, yakni kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan menuju masa depan yang lebih baik.

yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan yang selanjutnya disingkat TSP adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang

For selected classes (open water, skim ice, juxtaposed skim ice, agglomerated skim ice, frazil run and consolidated ice) we compared backscattering values in HH and VV

Seiring dengan semakin berkembangnya pesanan yang diterima bapak Bolas Lumbanbatu, pada tahun 2012 usahanya tidak hanya memproduksi bantal biasa, tetapi juga memproduksi