SUMATERA UTARA
T E S I S
Oleh
HASLINDA LUBIS 077017014/Akt
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2009
SUMATERA UTARA
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HASLINDA LUBIS 077017014/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Nama Mahasiswa : Haslinda Lubis Nomor Pokok : 077 017 014 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)
Tanggal lulus : 30 Maret 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak.
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak.
2. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak.
3. Drs. Rasdianto, MA, Ak.
4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak.
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
“Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecakapan Profesional dan Kepatuhan pada Kode Etik
terhadap Kualitas Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
benar dan jelas.
Medan, April 2009
Yang Membuat Pernyataan :
(Haslinda Lubis)
bukti empiris tentang pengaruh keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik terhadap kualitas auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi sampai dengan tingkat Pusat.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik. Untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas auditor. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung kepada seluruh auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi linier berganda, analisis ini didasarkan pada data dari 73 responden yang penelitiannya melalui kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas auditor, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah independensi.
Kata Kunci : Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional dan Kepatuhan pada Kode Etik, dan Kualitas Auditor.
relation to the effect of proficiency, independency, due professional care, and act upon code of ethics for the auditor’s quality in the Inspectorate of North Sumatera Province. The supervising of local government implementation is performed gradually initiate from regency/city, Province until to the center levels.
The independent variables in this research are proficiency, independency, due professional care, and act upon code of ethics. The dependent variable, on the other hand, in this research is the auditor’s quality. Data of this research is primer data obtained from questionnaires circulated to all auditors in Inspectorate of North Sumatera Province directly.
Analysis model that used is multiple linear regression, these analysis based on valid questionnaires taken from 73 respondents.
These research outcomes represent the proficiency, independency, due professional care, and act upon code of ethics that have significant impacts to the quality of auditors in Inspectorate of North Sumatera Province simultaneously. Partially, the proficiency, independency, due professional care, and act upon code of ethics are have significant impacts to the quality of auditors in Inspectorate of North Sumatera Province ; however, the independency has the bigger impact to the auditor’s quality than others.
Keywords : Proficiency, Independency, Due Professional Care, Act Upon Code of Ethics and Auditor’s quality.
Alhamdulillahi Rabbil’ Alamin
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat merampungkan studi dan menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecakapan Profesional dan Kepatuhan pada Kode Etik terhadap Kualitas Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara” sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Akuntansi pada Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan penulisan ini, segala upaya maksimal telah penulis berikan untuk mendapatkan hasil yang terbaik agar kelak dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, usaha, bimbingan, serta dorongan moral serta spiritual, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak membantu dan mengarahkan, membimbing serta memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
saran-saran kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
5. Bapak Hasan Sakti Siregar, Msi, Ak, Bapak Drs. Rasdianto MA, Ak, dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.
6. Seluruh dosen yang telah menyumbangkan ilmunya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda Hasanuddin Lubis dan Ibunda Rosma Nasution, yang telah memberikan dukungan, doa, cinta, dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.
8. Suamiku tercinta Khozali Mar’i Manurung S.Ag, yang juga telah memberikan dukungan, doa, cinta, dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.
9. Yang tersayang anak-anakku (Sayid Hafiz Parlindungan Manurung, Muqaffi Arrazy Manurung dan Faatih Mundzir Aulia Manurung) yang telah memberikan semangat dan pengertiannya, semoga menjadi anak-anak yang sholeh, dan rajin belajar agar tercapai cita-citanya.
10. Saudaraku, Abangda Drs. Herizal Lubis, dan Adinda Irwansyah Lubis yang selalu memberikan dukungan moral dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan program Pascasarjana ini.
11. Kepada uak dan tanteku, Asmah Nasution, Dra, Hj. Deliana Nasution dan Masnun Nasution, yang telah memberikan perhatiannya selama ini kepada penulis.
12. Bapak H. Nurdin Lubis, SH, MM, selaku Inspektur Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak mensupport dan memberikan izin untuk melaksanakan tugas belajar di Sekolah Pascasarjana USU.
14. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran yang berarti bagi penulis.
Akhirnya semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan hidayah-NYA, serta memberikan kemudahan bagi kita semua dalam melaksanakan kebaikan dan amal sholeh. Amin.
Medan, April 2009 Penulis,
Haslinda Lubis
1. Nama : Haslinda Lubis
2. Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 22 September 1972
3. Agama : Islam
4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
5. Suami : Khozali Mar’i Manurung, S.Ag
6. Anak-anak : 1. Sayid Hafiz Parlindungan Manurung
2. Muqaffi Arrazy Manurung
3. Faatih Mundzir Aulia Manurung
7. Orang Tua
a. Ayah : Hasanuddin Lubis
b. Ibu : Rosma Nasution
8. Alamat : Jl. Puyuh XI No. 219 Perumnas Mandala Medan
9. Pendidikan
a. SD : SD Inpres Medan, Lulus Tahun 1985
b. SMP : SMP Negeri 25 Medan, Lulus Tahun 1988
c. SMA : SMA Swasta Tunas Kartika-1 Medan,
Lulus Tahun 1991
d. S1 : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMSU-
Jurusan Administrasi Negara, Lulus Tahun 2001.
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Originalitas Penelitian... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12
2.1 Landasan Teori... 12
2.1.1 Kualitas Auditor ... 12
2.1.2 Keahlian ... 14
2.1.3 Independensi ... 17
2.1.4 Kecermatan Profesional ... 19
2.1.5 Kepatuhan pada Kode Etik ... 20
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
BAB IV METODE PENELITIAN ... 29
4.1 Jenis Penelitian ... 29
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
4.3 Populasi dan Sampel ... 30
4.4 Metode Pengumpulan Data ... 31
4.5 Instrumen Penelitian... 32
4.6 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 32
4.7 Model dan Teknik Analisis Data ... 36
4.7.1 Model Analisis Data ... 36
4.7.2 Teknik Analisis Data ... 37
4.7.3 Uji Kualitas Data ... 38
4.7.4 Uji Asumsi Klasik ... 39
4.7.5 Statistik Deskriptif ... 41
4.7.6 Uji Hipotesis ... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
5.1 Deskripsi Data ... 45
5.1.1 Deskripsi Lokasi ... 45
5.1.2 Karakteristik Responden ... 46
5.2 Hasil Analisis Data ... 48
5.2.1 Uji Kualitas Data ... 48
5.2.1.1 Uji Validitas ... 48
5.2.1.2 Uji Reliabilitas ... 51
5.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 52
5.2.2.1 Uji Normalitas Data ... 52
5.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 54
5.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 55
5.2.3.3 Variabel Kecermatan Profesional (X3) ... 59
5.2.3.4 Variabel Kepatuhan Pada Kode Etik (X4) . 60 5.2.3.5 Variabel Kualitas Auditor (Y) ... 61
5.3. Pengujian Hipotesis... 62
5.3.1 Pengujian Hipotesis dengan Uji F... 62
5.3.2 Pengujian Hipotesis dengan Uji t... 63
5.4. Hasil Persamaan Regresi... 65
5.4.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 66
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 67
5.5.1 Pengaruh Keahlian Terhadap Kualitas Auditor .... 69
5.5.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Auditor ... 69
5.5.3 Pengaruh Kecermatan Profesional Terhadap Kualitas Auditor ... 70
5.5.4 Pengaruh Kepatuhan Kode Etik pada Kualitas Auditor ... 70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
6.1 Kesimpulan ... 72
6.2 Keterbatasan Penelitian... 73
6.3 S a r a n ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
Nomor Judul Halaman
2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu ... 24
4.1. Defenisi Operasional Variabel ... 35
5.1. Pengumpulan Data ... 45
5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 46
5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 47
5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 47
5.6. Uji Validitas Variabel Penelitian ... 49
5.7. Uji Reliabilitas Variabel Penelitian... 51
5.8. Uji Multikolinieritas... 54
5.9. Deskripsi Variabel Keahlian (X1)... 56
5.10. Deskripsi Variabel Independensi (X2)... 58
5.11. Deskripsi Variabel Kecermatan Profesional (X3)... 59
5.12. Deskripsi Variabel Kepatuhan pada Kode Etik (X4) ... 60
5.13. Deskripsi Variabel Kualitas Auditor (Y) ... 61
5.14. Hasil Uji F ... 62
5.15. Nilai t hitung ... 64
5.16. Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 67
Nomor Judul Halaman
3.1. Kerangka Konseptual ... 26
5.1. Grafik Uji Normalitas ... 53
5.2. Grafik Uji Heteroskedastisitas ... 55
Nomor Judul Halaman
I Kuesioner Penelitian ... 78
II Data Hasil Penelitian Pada Inpektorat Provinsi Sumatera Utara ... 82
III Frekuensi Jawaban Responden ... 88
IV Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen ... 97
V Regression ... 105
VI Waktu Penelitian ... 111
VII Tabel t dan r Product Moment dengan signifikan 5%... 112
Haslinda Lubis : Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional Dan Kepatuhan Pada Kode Etik
1.1 Latar Belakang Penelitian
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagaimana yang tercantum dalam diktum
kedua menegaskan bahwa standar audit APIP wajib dipergunakan sebagai acuan bagi
seluruh APIP untuk melaksanakan audit sesuai dengan mandat audit masing-masing,
dalam rangka peningkatan kualitas auditor pada saat melakukan pemeriksaan.
Menurut peraturan Menpan tersebut kualitas auditor dipengaruhi oleh :
1. Keahlian, menyatakan bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan
tanggungjawabnya dengan kriterianya auditor harus mempunyai tingkat
pendidikann formal minimal Strata Satu (S-1) atau yang setara, memiliki
kompetensi teknis dibidang auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan
komunikasi dan telah mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA)
dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing
professional education).
2. Independensi, menyatakan bahwa auditor APIP harus objektif dalam pelaksanaan
tugasnya dengan kriterianya auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak
4. Kecermatan profesional, menyatakan bahwa auditor harus menggunakan
keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan
seecara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan, dengan kriterianya
menentukan formulasi tujuan audit (KKP), penentuan ruang lingkup audit,
termasuk evaluasi resiko audit, pemilihan pengujian dan hasilnya, pemilihan
jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit, dan
lain-lain.
5. Kepatuhan pada kode etik, menyatakan bahwa auditor wajib mematuhi kode etik
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit APIP, dengan
kriterianya kode etik pejabat pengawas pemerintah/auditor dengan rekan
sekerjanya, auditor dengan atasannya, auditor dengan objek pemeriksanya, dan
auditor dengan masyarakat.
DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas auditor sebagai probabilitas bahwa
auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien
(dalam Deis dan Giroux, 1992). Deis dan Giroux (1992) menjelaskan bahwa
probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada independensi auditor.
Penelitian mereka bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
auditor, yaitu dari faktor kemampuan teknis atau keahlian (expertise) dan faktor
Kualitas auditor menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 adalah auditor yang
melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja
pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak
lanjut audit, serta konsistensi laporan audit. Hogan (1997) menunjukkan bahwa
kantor akuntan besar dapat memberikan kualitas auditor yang baik yaitu dengan
mengurangi terjadinya underpricing pada saat perusahaan melakukan penawaran
perdana (initial public stock offering, IPO). Hal ini disebabkan atestesi yang
dilakukan auditor yang berkualitas baik akan mengurangi asimetri informasi yang
semakin besar dibandingkan auditor yang berkualitas rendah.
Dopuch dan Simunic (1980) dan DeAngelo (1981) dalam Komalasari (2003)
berargumentasi bahwa ukuran auditor berhubungan positif dengan kualitas auditor.
Economies of scale KAP yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk
mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP
tersebut. KAP diklasifikasikan menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang
berafiliasi dengan KAP Big Five, dan kantor akuntan publik lainnya. Auditor
beroperasi dalam lingkungan yang berubah, ketika biaya keagenan tinggi, manajemen
mungkin berkeinginan pada kualitas audit yang lebih tinggi untuk menambah
Sarundajang (2004) mengatakan kondisi Sumber Daya Manusia (SDM)
pengawasan saat ini masih memprihatinkan. Khususnya pada Bawasda kabupaten dan
kota. Pada masa lalu (Itwil Prop/Kab/Kota) merupakan tempat pembinaan
aparat-aparat yang bermasalah. Berdasarkan hasil survey ADB tahun 2003 bahwa tenaga
auditor yang berlatar belakang pendidikan akuntansi di Bawasda sedikit sekali
(kurang dari 1 %). Sementara Bawasda juga melakukan pemeriksaan terhadap
laporan keuangan di daerah dan hasilnya belum memenuhi prinsip akuntansi. Untuk
mengatasi hal ini tentu ada program peningkatan sumber daya manusia dibidang
akuntansi dan diperlukan rekrutmen tenaga baru untuk dijadikan auditor.
Independensi auditor dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi
kualitas hasil pemeriksaan. Menurut Harahap (1991), auditor harus bebas dari
kepentingan terhadap perusahaan dan laporan keuangan yang dibuatnya. Sejalan
dengan peraturan Menpan tersebut, berdasarkan peraturan BPK No. 1 tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara diatur mengenai standar umum
pemeriksaan yaitu :
1. Persyaratan kemampuan/keahlian
2. Independensi
3. Penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama.
Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang
dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit,
untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan
auditor adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional
auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi
pemerintah untuk dan atas nama Aparat Pengawasan Internal Pemerintah.
Menurut Elim (2006) peran auditor internal adalah :
1. Terlibat dalam pengelolaan risiko membantu manajemen
2. Berperan sebagai pihak yang melaksanakan control self assessment atas
pengendalian manajemen.
3. Melakukan audit berbasis resiko.
Penelitian mengenai pengalaman/keahlian telah dilakukan Abdomohammadi
(1991) yang menyatakan pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang
kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur.
Penelitian yang dilakukan oleh Alia (2001) menyatakan ternyata pengalaman
tidak berpengaruh terhadap keahlian auditor, sehingga pengalaman tidak berpengaruh
pula terhadap kualitas auditor. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hendro dan Aida (2006) yang menyatakan profesionalisme yang tinggi akan
membuat kebebasan auditor semakin terjamin. Choo dan Trotman (1991) menyatakan
auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum
(atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman. Sejalan dengan
paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era otonomi
daerah, telah mengalami perubahan yang sangat signifikan terutama di era UU No. 22
pengawasan secara berjenjang dengan adanya pemahanan otonomi pada
Kabupaten/Kota yang beragam sehingga berdampak pada lahirnya pemahaman
bahwa pengawasan juga berotonomi. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya informasi
hasil pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah khususnya dilingkungan
internal pemerintah, sehingga kebijakan nasional yang ditetapkan kurang mendapat
masukan dari aspek pengawasan.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 800/1060/2004
tanggal 31 Maret 2004, Inspektorat Provinsi Sumatera Utara telah mengangkat para
auditor untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan perannya dibawah
pembinaan BPKP melalui beberapa pelatihan dan pendidikan yang
berkesinambungan secara terus-menerus, berdasarkan kecakapan dan kompetensinya
untuk melaksanakan tugas rutin pemeriksaan secara komprehensif pada seluruh
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada pada Provinsi, Kabupaten dan
Kota.
Independensi dalam fakta yang diperoleh (independence in fact) adalah
independensi nyata yang diperoleh dan dipertahankan oleh auditor dalam seluruh
rangkaian kegiatan audit, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap
pelaporan. Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya
auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan
Independensi dalam penampilan (independence in appearance) atau
independensi profesi adalah independensi yang ditinjau menurut citra (image) auditor
dari pandangan publik atau masyarakat umum terhadap auditor yang bertugas.
Independensi ini adalah hasil interpretasi dari pihak lain mengenai independensi.
Penelitian mengenai independensi telah banyak dilakukan, diantaranya oleh
Fogarty (1996), Pany dan Reckers (1980), Supriyono (1988). Banyaknya penelitian
mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor
penting dalam menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang baik. Penelitian tersebut
dilakukan terutama untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
independensi auditor.
Berdasarkan Perda No. 4 Tahun 2001 tanggal 21 Mei 2001 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah, Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintah daerah yang mempunyai
tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah
Provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota.
Inspektorat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud menyelenggarakan
fungsi :
a. Perencanaan program pengawasan
b. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan dan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggungjawab langsung kepada
Gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris
Daerah.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, faktor pengalaman yang
merupakan indikator dari variabel kecakapan profesional berpengaruh terhadap
kinerja auditor (Ashton, 1991; Choo dan Trotman, 1991; dan Tubbs, 1992). Peneliti
lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang
signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Hubungan antara
pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel ”intervening” efek pengetahuan
mengenai pekerjaan (job knowledge) (Bonner dan Lewis, 1990 dan Schmidt et al.,
1986), terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (bonner, 1990).
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2007 tanggal 30 Mei 2007
tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah dalam
ketentuan umum pasal 1 point 2 menyebutkan kode etik pejabat pengawas pemerintah
adalah seperangkat prinsip moral atau nilai yang dipergunakan oleh pejabat pengawas
pemerintah sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan tugas pengawasan.
Auditor dalam melaksanakan tugas mentaati peraturan perundang-undangan
dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab dengan cara wajib bersikap
dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Kode etik sebagaimana yang dimaksud
meliputi :
a. Pejabat pengawas pemerintah dengan organisasi intern
c. Pejabat pengawas pemerintah dengan pemeriksa/auditor
d. Pejabat pengawas pemerintah dengan penyidik
e. Pejabat pengawas pemerintah dengan yang diawasi dan
f. Pejabat pengawas pemerintah dengan masyarakat
Pemahaman kode etik akan mengarah adanya perubahan positif terhadap pola
pikir, sikap, perilaku para pejabat pengawas agar martabat pengawas di masyarakat
mendapat tempat yang terhormat dan mampu memberikan outcome/hasil pengawasan
yang diharapkan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dan fenomena yang terjadi pada Inspektorat
Provinsi Sumatera Utara dimana auditor yang memiliki kompetensi teknis sangat
sedikit, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional dan Kepatuhan pada
Kode Etik terhadap Kualitas Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian-penelitian sebelumnya,
peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah keahlian,
independensi, kecermatan profesional, dan kepatuhan pada kode etik berpengaruh
secara simultan dan parsial terhadap kualitas audior pada Inspektorat Provinsi
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian untuk
mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh keahlian,
independensi, kecermatan profesional, dan kepatuhan pada kode etik secara simultan
dan parsial terhadap kualitas auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman,
kemampuan intelektual tentang pengaruh keahlian, independensi, kecermatan
profesional, kepatuhan pada kode etik terhadap kualitas auditor.
2. Bagi Inspektorat Provinsi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran tentang kualitas auditor, pelatihan, tuntutan kecakapan
profesional yang dibutuhkan yang dapat meningkatkan kinerja auditor
Inspektorat Provinsi di masa yang akan datang.
3. Bagi pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, khususnya Provinsi Sumatera
Utara penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam
memahami fungsi, peran, tanggungjawab dan tugas Inspektorat Prop/Kab/Kota.
4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rizal Iskandar Batubara
tahun 2008 dengan judul Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan
Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan), namun peneliti
menambah satu variabel penelitian yaitu kepatuhan pada kode etik berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan
Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah, serta berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kualitas Auditor
Beberapa penulis memberikan pengertian mengenai auditing antara lain
sebagai berikut :
Menurut Committee of Auditing Concepts (2005) auditing adalah suatu
proses sistemik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif
mengenai suatu pernyataan tentang kegiatan atau kejadian ekonomis untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Menurut Arrens and Loebbecke (2005) auditing adalah suatu kegiatan
pengumpulan dan penilaian bukti-bukti yang menjadi pendukung informasi
kuantitatif suatu entitas untuk menentukan dan melaporkan sejauhmana kesesuaian
antara informasi kuantitatif tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit
harus dilakukan oleh institusi atau orang yang kompeten dan independen.
Menurut Leo Hebert (2005) auditing adalah suatu proses kegiatan selain
bertujuan untuk mendeteksi kecurangan atau penyelewengan dan memberikan
Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih
besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Mereka melakukan penelitian tentang
empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu
auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin
lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit
yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien
maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang
banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) Kesehatan keuangan klien, semakin
sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk
menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga,
kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil
pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Widagdo (2002) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas auditor
oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan klien.
Terdapat 12 (dua belas) atribut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1)
pengalaman melakukan audit, 2) memahami industri klien, 3) responsiff atas
kebutuhan klien, 4) taat pada standar umum, 5) independensi, 6) sikap hati-hati, 7)
pekerjaan lapangan dengan tepat, 10) keterlibatan komite audit, 11) standar etika
yang tinggi, dan 12) tidak mudah percaya.
Hasil penelitian Widagdo (2002) menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas
auditor yang berpengaruh terhadap kepuasan klien, antara lain pengalaman
melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada
standar umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit.
Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, melakukan pekerjaan
lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak
berpengaruh terhadap kepuasan klien.
2.1.2. Keahlian
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan Auditor harus mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.
Pimpinan APIP harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis
auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,
pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan
pengalaman dalam mengisi posisi auditor di lingkungan APIP.
Auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata
Satu (S-1) atau yang setara. Agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus
mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit,
dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang
dilayani oleh APIP. Untuk itu APIP juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum
tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses rekrutmen. Aturan tentang
tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi
secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit
yang dilayani oleh APIP.
Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh auditor adalah auditing,
akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Di samping wajib memiliki
keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik audit, auditor
harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP. Dalam hal auditor
melakukan audit terhadap sistem keuangan, catatan akuntansi dan laporan keuangan,
maka auditor wajib mempunyai keahlian atau mendapatkan pelatihan di bidang
akuntansi sektor publik dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas
auditi. APIP pada dasarnya berfungsi melakukan audit di bidang pemerintahan,
sehingga auditor harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi
pemerintahan.
Auditor juga harus memiliki pengetahuan yang memadai di bidang hukum
dan pengetahuan lain yang diperlukan untuk mengidentifikasi indikasi adanya
kecurangan (fraud). Pimpinan APIP dan auditor wajib memiliki keterampilan dalam
berhubungan dengan orang lain dan mampu berkomunikasi secara efektif, terutama
dan tulisan, sehingga mereka dapat dengan jelas dan efektif menyampaikan hal-hal
seperti tujuan kegiatan, kesimpulan, rekomendasi dan lain sebagainya.
Auditor harus mempunyai sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan
mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing
professional education) sesuai dengan jenjangnya. Pimpinan APIP wajib
memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi
sesuai dengan ketentuan. Dalam pengusulan auditor untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan jenjangnya, pimpinan APIP mendasarkan keputusannya pada
formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya seperti kepangkatan
dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya.
Auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam
standar, metodologi, prosedur, dan teknik audit. Pendidikan profesional berkelanjutan
dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam asosiasi profesi,
pendidikan sertifikasi jabatan fungsional auditor, konferensi, seminar, kursus-kursus,
program pelatihan di kantor sendiri, dan partisipasi dalam proyek penelitian yang
memiliki substansi di bidang audit.
APIP dapat menggunakan tenaga ahli apabila APIP tidak mempunyai
keahlian yang diharapkan untuk melaksanakan penugasan.
Pimpinan APIP harus menggunakan advis dan bantuan dari pihak yang berkompeten
dalam hal auditor tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, dan lain-lain
Tenaga ahli yang dimaksud dapat merupakan aktuaris, penilai (appraiser), pengacara,
insinyur, konsultan lingkungan, profesi medis, ahli statistik maupun geologi. Tenaga
ahli tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar organisasi. Dalam hal
penggunaan tenaga ahli, auditor harus menilai kualifikasi profesional, kompetensi dan
pengalaman yang relevan, independensi dan proses pengendalian kualitas dari tenaga
ahli tersebut, sebelum menerima penugasan audit.
2.1.3 Independensi
Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan
para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya.
Independensi APIP serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil
pekerjaan APIP meningkat.
Penilaian independensi dan obyektifitas mencakup dua komponen berikut :
1. Status APIP dalam organisasi
2. Kebijakan untuk menjaga obyektifitas auditor terhadap obyek audit.
Pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi agar
tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi.
Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan
memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga
dapat bekerjasama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa.
Meskipun demikian, APIP harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditi
Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari
konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan
yang dilakukannya. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan audit. Prinsip
obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak
mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan
auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan profesionalnya.
Jika independensi atau obyektifitas terganggu, baik secara faktual maupun
penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP.
Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi adanya dan atau
interpretasi adanya konflik kepentingan, ketidakindependenan atau bias. Pimpinan
APIP harus menggantikan auditor yang menyampaikan situasinya dengan auditor
lainnya yang bebas dari situasi tersebut.
Auditor yang mempunyai hubungan yang dekat dengan auditi seperti
hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan lainnya yang dapat mengurangi
obyektifitasnya, harus tidak ditugaskan untuk melakukan audit terhadap entitas
tersebut.
Dalam hal auditor bertugas menetap untuk beberapa lama di kantor auditi
guna membantu mereviu kegiatan, program atau aktivitas auditi, maka auditor tidak
boleh terlibat dalam pengambilan keputusan atau menyetujui hal-hal yang merupakan
Independensi pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara sangat berbeda
dengan independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP, atau Akuntan Publik.
Inspektorat Provinsi merupakan bagian dari SKPD pada Pemerintah Provinsi. Hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan Inspektorat Provinsi hanya dapat memberikan saran
kepada Kepala Daerah melalui laporan hasil pemeriksaan untuk memberikan sanksi
dari temuan penyalahgunaan wewenang pada SKPD-SKPD di Pemerintah Provinsi.
Tindakan yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda dengan
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atau BPKP, kedua lembaga ini berhak
melakukan ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Perbedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi auditor di Inspektorat
Provinsi.
2.1.4 Kecermatan Profesional
Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional
(professional judgement), meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang
tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama.
Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit, diantaranya :
a. formulasi tujuan audit;
b. penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit;
d. pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan
audit;
e. penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan
efek/dampaknya;
f. pengumpulan bukti audit;
g. penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain
yang berkaitan dengan penugasan audit.
2.1.5 Kepatuhan pada Kode Etik
Auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus
mengacu kepada Standar Audit ini, dan auditor wajib mematuhi kode etik yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit.
Kode etik ini dibuat bertujuan untuk mengatur hubungan antara :
1. Auditor dengan rekan sekerjanya
2. Auditor dengan atasannya
3. Auditor dengan objek pemeriksanya
4. Auditor dengan masyarakat.
Pengertian Etika menurut Firdaus (2005: 37) adalah perangkat prinsip moral
atau nilai. Masing-masing orang memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat
Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan karakteristik nilai-nilai sebagian
besar dihubungkan dengan perilaku etis yaitu kejujuran, integritas, mematuhi janji,
loyalitas, keadilan, kepedulian kepada orang lain, menghargai orang lain, menjadi
warga yang bertanggungjawab, mencapai yang terbaik, dan ketanggunggugatan
(Firdaus, 2005, 38).
Sejumlah besar nilai etika dalam masyarakat tidak dapat dimasukkan dalam
undang-undang karena sifat nilai tertentu yang memerlukan pertimbangan. Sebagian
besar orang mendefinisikan perilaku tidak beretika sebagai perilaku yang berbeda
dari sesuatu yang seharusnya dilakukan. Masing-masing orang menentukan apa yang
dianggap tidak beretika, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Penting untuk
memahami mengapa orang bertindak tidak beretika menurut kita.
Terdapat penyebab orang tidak beretika atau standar etika seseorang berbeda
dari masyarakat secara keseluruhan atau seseorang memutuskan untuk bertindak
semaunya yaitu : standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum, dan
seseorang memilih bertindak semaunya.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian
yang telah dilakukan antara lain yaitu :
Dopuch dan Simunic (1980) dan DeAngelo (1981) dalam Komalasari (2003)
berargumentasi bahwa ukuran auditor berhubungan positif dengan kualitas auditor.
mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP
tersebut. KAP diklasifikasikan menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang
berafiliasi dengan KAP Big Five, dan kantor akuntan publik lainnya. Auditor
beroperasi dalam lingkungan yang berubah, ketika biaya keagenan tinggi, manajemen
mungkin berkeinginan pada kualitas audit yang lebih tinggi untuk menambah
kredibilitas laporan, hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya pemonitoran.
Alim (2007) penelitiannya berjudul pengaruh kompetensi dan independensi
terhadap kualitas auditor dengan etika editor sebagai variabel moderasi. Penelitian ini
berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
auditor. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas auditor. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris
bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor.
Hogan (1997) menunjukkan bahwa kantor akuntan besar dapat memberikan
kualitas auditor yang baik yaitu dengan mengurangi terjadinya underpricing pada saat
perusahaan melakukan penawaran perdana (initial public stock offering, IPO). Hal ini
disebabkan atestesi yang dilakukan auditor yang berkualitas baik akan mengurangi
asimetri informasi yang semakin besar dibandingkan auditor yang berkualitas rendah.
Alia (2001) juga melakukan penelitian mengenai persepsi auditor terhadap
kualitas audit mengungkapkan bahwa hanya pengetahuan saja yang berpengaruh
terhadap kualitas auditor, pengalaman auditor ternyata tidak banyak memberikan
kontribusi untuk meningkatkan keahlian auditor, berarti pengalaman tidak pula
pengalaman tidak berpengaruh terhadap keahlian auditor, sehingga pengalaman tidak
berpengaruh pula terhadap kualitas auditor, jumlah klien yang banyak dan jenis
perusahaan (go publik atau belum go publik) tidak dapat memperbaiki atau
meningkatkan kualitas audit yang dilakukan auditor.
Sososutikno (2003) melakukan penelitian tentang hubungan tekanan anggaran
waktu dengan perilaku disfungsional serta pengaruhnya terhadap kualitas auditor.
Penelitian yang dilakukan di Jokjakarta ini menyatakan tekanan anggaran waktu
memungkinkan munculnya perilaku disfungsional yang tercermin dari perilaku
premature sign-off, under reporting of time, dan audit quality reduction behavior
namun perilaku disfungsional ini tidak berepengaruh terhadap kualitas auditor.
Begitupun tekanan anggaran waktu secara langsung tidak memiliki hubungan negatif
terhadap kualitas auditor.
Sedangkan Batubara (2008) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan
independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi empiris pada
Bawasko Medan). Adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan,
dan independensi pemeriksa secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan.
2. Secara parsial hanya latar belakang pendidikan yang tidak berpengaruh secara
Meier dan Fuglister (1992) melakukan penelitian tentang How to improve
audit quality perception of auditors and clients, dalam penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa pengalaman dalam melakukan audit mempunyai dampak
yang signifikan terhadap kualitas auditor. Hasil wawancara yang dilakukan Meier dan
Fuglister (1992) terhadap auditor dan klien menunjukkan bahwa klien dan auditor
setuju bahwa pelatihan dan supervisi akan meningkatkan kualitas auditor.
Tabel 2.1 Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu Peneliti
Terdahulu Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Alim auditor dengan etika editor sebagai variabel moderasi
Kompetensi dan independensi sebagai variabel independen. Kualitas auditor sebagai variabel dependen, dan etika auditor sebagai kompetensi dan etika
auditor tidak waktu secara langsung
tidak memiliki
How to improve audit quality: perception of
auditors and clients”
Perception of
Alia
variabel independen : Pengalaman
Variabel Dependen : Kualitas Auditor
Variabel Intervening Keahlian auditor
Pengalaman tidak berpengaruh terhadap keahlian auditor, sehingga pengalaman tidak berpengaruh pula terhadap kualitas
Variabel Dependen :
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual sebagaimana yang tergambar di atas, untuk variabel
Keahlian (X1), Independensi (X2), Kecermatan Profesional (X3), dan Kualitas Auditor
(Y) berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008, menyatakan ada empat faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas auditor yaitu keahlian, independensi, kecermatan
profesional, sedangkan Kepatuhan pada Kode Etik (X4) berdasarkan Permendagri
Kualitas Auditor (Y) Keahlian
(X1)
Independensi (X2)
Kecermatan Profesional (X3)
mempersiapkan KKP, melaksanakan perencanaan dan koordinasi audit sehingga akan
berpengaruh terhadap kualitas auditor.
Auditor yang memiliki independensi memiliki tingkat pendidikan formal strata
satu (S1), mengikuti pelatihan dibidang auditing, akuntansi sektor publik, keuangan
daerah, serta telah mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) sehingga
akan berpengaruh terhadap kualitas auditor.
Bahwa auditor bila memiliki kecermatan profesional akan menggunakan
keahlian secara cermat dan seksama, hati-hati dan menerapkan pertimbangan
profesional dalam mengambil kesimpulan sehingga akan berpengaruh terhadap
kualitas auditor.
Apabila auditor memiliki kepatuhan pada kode etik akan mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku secara bertanggungjawab, berperilaku sesuai
dengan kode etik organisasi, baik terhadap auditi maupun masyarakat sehingga akan
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian
dan teori serta kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis
penelitian ini adalah bahwa keahlian, independensi, kecermatan profesional dan
kepatuhan pada kode etik secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap kualitas
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kausal, Umar (2008) menyebutkan disain kausal
berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain,
dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel
independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya
pada variabel dependennya secara langsung.
Peneliti menggunakan disain penelitian ini untuk memberikan bukti empiris dan
menganalisis keahlian, independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan pada
kode etik sebagai variabel independen dan kualitas auditor sebagai variabel dependen
pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Kantor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang
beralamat di Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 8 Medan. Jangka waktu penelitian dari
Gubernur Sumatera Utara nomor 800/1060/2004 tanggal 31 Maret 2004 terdiri dari :
No. Jurusan Jumlah
1 Ekonomi Akuntansi 4 orang
2 Ekonomi Manajemen 18 orang
3 Tehnik Sipil 2 orang
4 Pertanian 12 orang
5 Hukum 14 orang
6 Sosial Politik 19 orang
7 Kedokteran Hewan 1orang
8 Sarjana Muda (D-III) 1 orang
9 S L T A 2 orang
Jumlah ... 73 orang
Jenis penelitian ini adalah sensus, menurut Erlina dan Mulyani (2007) jika
peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian maka disebut
sensus. Sensus digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen.
Metode yang digunakan adalah metode survey, menurut Ghozali dan Ikhsan (2006)
yaitu merupakan pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999), kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam
penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah seluruh Auditor
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 73 (tujuh puluh tiga) orang.
Tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner dibagi dalam dua
tahap, yaitu tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh
auditor Inspektorat Provinsi, kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut.
Tahap yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh auditor
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara untuk dilakukan pengolahan data.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari jawaban
respoden atas kuesioner yang dikirim, sedangkan sumber data berasal dari jawaban
para auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh
Peneliti, kuesioner ini mengacu pada variabel dan indikator penelitian yang peneliti
ambil berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Per/05/M.Pan/ 03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Pemeriksaan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun
2007 tanggal 30 Mei 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat
Sebelum kuesioner disebar ke responden terlebih dahulu dilakukan uji pratest
(uji coba sebelum penelitian yang sebenarnya dilakukan). Menurut Kuncoro (2003)
setelah instrumen disusun dalam bentuk draft maka uji pratest sebaiknya dilakukan
pada sejumlah responden yang sama dengan responden penelitian yang sebenarnya.
4.5. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang dirancang
sendiri berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28
Tahun 2007 tanggal 30 Mei 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat
Pengawas Pemerintah.
4.6 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu Keahlian (X1),
Independensi (X2), Kecermatan Profesional (X3) dan Kepatuhan pada Kode Etik (X4)
yang merupakan faktor-faktor dari kualitas auditor pada Inspektorat Provinsi
Sumatera Utara dan satu variabel dependen yaitu Kualitas Auditor (Y). Keahlian
(X1) dalam penelitian ini adalah auditor yang mempunyai tingkat pendidikan formal
minimal Strata Satu (S-1) atau yang setara, serta memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya,
administrasi pemerintahan dan komunikasi dan telah mempunyai sertifikasi jabatan
fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional
berkelanjutan (continuing professional education). Pengukuran variabel dalam
penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval, seperti yang
dikemukakan Erlina dan Mulyani (2007 : 53) skala interval adalah skala pengukuran
yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak konstruk yang diukur tetapi tidak
menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan dan bukan angka awal
absolut.
Independensi (X2) dalam penelitian ini adalah Auditor harus memiliki sikap
yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam
merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor
harus obyektif dalam melaksanakan audit. Prinsip obyektifitas mensyaratkan agar
auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran
interval. Kecermatan Profesional (X3) dalam penelitian ini adalah auditor harus
menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional
care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care
dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement), yang
dilakukan pada berbagai aspek audit, diantaranya :
1. formulasi tujuan audit;
2. penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit;
4. pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan
audit;
5. penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan
efek/dampaknya;
6. pengumpulan bukti audit;
7. penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain
yang berkaitan dengan penugasan audit. Pengukuran variabel dalam penelitian
ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.
Kepatuhan pada Kode Etik (X4) dalam penelitian ini adalah auditor harus
mematuhi kode etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu kepada
standar audit, dan auditor wajib mematuhi kode etik yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari standar audit.
Kode etik ini dibuat bertujuan untuk mengatur hubungan antara :
1. Auditor dengan rekan sekerjanya
2. Auditor dengan atasannya
3. Auditor dengan objek pemeriksanya
4. Auditor dengan masyarakat.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran
Kualitas Auditor (Y) dalam penelitian ini adalah auditor yang melakukan tupoksi
dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja pemeriksaan, melaksanakan
perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak lanjut pemeriksaan, serta
konsistensi laporan audit (Menpan 2008).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Variabel Dependen
Kualitas Auditor
(Y)
adalah auditor yang melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak lanjut audit, serta konsistensi laporan audit
1. Melaksanakan tupoksi
dengan efektif
2. Mempersiapkan KKP
3. Melaksanakan
perencanaan dan koordinasi audit
4. Menilai efektifitas tindak lanjut hasil audit
5. Konsistensi penyajian
laporan hasil audit
Interval
Variabel Independen Keahlian.
(X1)
Auditor harus mem- punyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang
diperlukan untuk
Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik
kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang
dilakukannya
1. Memiliki objektifitas 2. Memiliki kejujuran 3. Tidak
mengkompromikan kualitas
Kecermatan Profesional
(X3)
Auditor harus meng-
gunakan keahlian profesionalnya dengan
cermat dan seksama (due
professional care) dan secara
hati-hati (prudent) dalam
setiap penugasan.
1. Formulasi tujuan audit
2. Penentuan ruang lingkup
audit, termasuk evaluasi risiko audit;
3. Pemilihan pengujian dan
hasilnya
4. Pemilihan jenis dan
tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit
5. Penentuan signifikan
tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan efek/dampaknya
6. Pengumpulan bukti audit
7. Penentuan kompetensi,
integritas dan
kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan penugasan audit.
Interval
Kepatuhan pada Kode
Etik (X4)
Auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu kepada Standar Audit dan wajib mematuhi kode etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit.
1. Auditor dengan rekan
sekerjanya
2. Auditor dengan
atasannya
3. Auditor dengan objek
pemeriksanya 4. Auditor dengan masyarakat.
Interval
4.7. Model dan Teknik Analisis Data 4.7.1. Model Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda (Multiple Regression Analysis). Menurut Sugiyanto (2004) analisis
variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi linier berganda
adalah sebagai berikut :
1 1 2 2 3 3 4 4
Y = +α β X +β X +β X +β X +e
Keterangan :
Y : Kualitas Auditor
X1 : Keahlian
X2 : Independensi
X3 : Kecermatan Profesional
X4 : Kepatuhan terhadap Kode Etik
α : Konstanta.
β : Koefisien Regresi.
e : Eror.
4.7.2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model
regresi. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis
regresi cukup sering dalam mencocokan model prediksi ke dalam sebuah model yang
dimasukkan ke dalam serangkaian data. Penelitian diuji dengan beberapa uji statistik
yang terdiri dari uji kualitas data, pengujian asumsi klasik, statistik deskriptif, dan uji
4.7.3. Uji Kualitas Data
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) ada dua konsep mengukur kualitas
data yaitu reliabilitas dan validitas. Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan
instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas. Pengujian
tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang
dikumpulkan dari penggunaan instrumen.
1. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden
atas seluruh butir pertanyaan atau pernyataan yang digunakan. Pengujian
reliabilitas berguna untuk mengetahui apakah instrumen yang dalam hal ini
kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden
yang sama (Umar, 2000). Teknik statistik yang digunakan untuk pengujian
tersebut dengan koefisien cronbach’s alpha dengan bantuan software SPSS.
Cronbach’s Alpha merupakan uji reliabilitas untuk alternatif jawaban lebih
dari dua. Menurut Supramono dan Utami (2004) secara umum suatu
instrumen dikatakan reliabel jika memiliki koefisien cronbach’s alpha > 0,6.
2. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang
telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur (variabel kunci yang sedang diteliti). Menurut Umar (2000)
uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan
dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan
kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda
(Ghozali dan Ikhsan, 2006). Uji validitas dihitung dengan menggunakan
korelasi person dan setelah dilakukan pengukuran dengan SPSS akan dilihat
tingkat signifikan atas semua pertanyaan. Pengujian validitas instrumen
dengan bantuan perangkat lunak SPSS, nilai validitas dapat dilihat pada kolom
Corrected Item-Total Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih
besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka instrumen tersebut
dikatakan valid.
4.7.4. Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi
klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan
bermanfaat. Menurut Lubis (2007) dalam membuat uji asumsi klasik harus
menggunakan data yang akan digunakan dalam uji regresi. Uji Asumsi klasik
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokesdastisitas.
Adapun uji asumsi klasik yang dipakai yaitu uji Normalitas, uji Multikolinearitas, uji
Heteroskedastisitas sedangkan uji Autokorelasi tidak digunakan karena data
penelitian merupakan data primer dalam bentuk kuesioner dan tidak berhubungan
dengan model data yang memakai rentang waktu.
1. Uji Normalitas
Menurut Umar (2000) uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel
atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan 2 metode pengujian yaitu
Normal p_plot dan diagram histogram.
Jika data ternyata tidak berdistribusi normal, analisis non parametrik termasuk
model-model regresi dapat digunakan. Mendeteksi apakah data berdistribusi
normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data
melalui sebuah grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Sebagaimana dikemukakan oleh Lubis (2007) data dalam keadaan
normal apabila distribusi data menyebar disekitar garis diagonal.
Kenormalan data juga dapat dilihat dengan melihat diagram histogram dimana
keputusan/pengambilan kesimpulan yaitu jika grafik histogram tidak condong
ke kiri dan ke kanan maka data penelitian berdistribusi normal dan sebaliknya.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas berguna untuk mengetahui apakah pada model regresi
yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika
terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi.
Menurut Singgih Santoso (2000) model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antar variabel independen. Ketentuan untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinieritas yaitu :
Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10, dan nilai
multikolinieritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 0 maka Tolerance = 1/10 atau
0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
lain tetap disebut homokedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda
disebut heterokedastisitas. Menurut Umar (2000) model regresi yang baik
adalah model yang heterokedastisitas. Cara memprediksinya adalah :
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (Lubis, 2007).
4.7.5. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan
diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data
dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk
memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang paling utama
4.7.6. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan dilakukan dengan melihat rata-rata
nilai variabel yang dipakai. Kuesioner diarahkan untuk jawaban positif atau negatif.
Interval jawaban terdiri dari 1 sampai dengan 5, dan jawaban point 4 dan point 5
merupakan jawaban positif karena jawaban point 4 adalah setuju dan point 5 adalah
sangat setuju. Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh keahlian, independensi,
kecermatan profesional dan kepatuhan pada kode etik secara simultan dan parsial
terhadap kualitas auditor digunakan pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F,
dan secara parsial dengan uji t.
1. Uji F
Uji F menguji pengaruh simultan antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F
adalah sebagai berikut :
Ho : β = 0, Keahlian, Independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan
kode etik tidak berpengaruh secara simultan terhadap kualitas auditor.
Ha : β ≠ 0, Keahlian, Independensi, kecermatan profesional dan kepatuhan
pada kode etik berpengaruh secara simultan terhadap kualitas auditor.
Pada tabel ANOVA didapat uji F yang menguji semua sub variabel bebas yang
akan mempengaruhi persamaan regresi. Dengan menggunakan derajat