• Tidak ada hasil yang ditemukan

Poligami dan Persepsi Khalayak (Studi eskriptif Tentang Berita Poligami di Tabloid Nova dan Persepsi Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Poligami dan Persepsi Khalayak (Studi eskriptif Tentang Berita Poligami di Tabloid Nova dan Persepsi Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

POLIGAMI DAN PERSEPSI KHALAYAK

(Studi Deskriptif Tentang Berita Poligami di Tabloid Nova dan

Persepsi Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan Asam Kumbang

Kecamatan Medan Selayang

)

Disusun oleh : REYNA DATIN

030904048

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Poligami dan Persepsi Khalayak (Studi Deskriptif Tentang Pemberitaan Poligami di Tabloid Nova dan Persepsi Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami serta untuk mengetahui persepsi yang terbentuk di kalangan ibu-ibu tersebut terhadap penberitaan poligami di tabloid Nova.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3505 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang, dan teknik penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling dan accidental sampling.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku serta sumber yang relevan dan mendukung. Serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal.

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan : Nama : Reyna Datin

NIM : 030904048

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Poligami dan Persepsi Khalayak

(Studi Deskriptif Tentang Berita Poligami di Tabloid Nova dan Persepsi Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang)

Medan, September 2007

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Syafruddin Pohan, Msi Drs. Amir Purba, Msi

NIP. 050 058 861 NIP. 131 654 104

Dekan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, kemudahan serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa penulis panjatkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sebagai rasa hormat dan bakti, penulis persembahkan karya ini untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta atas do’a dan restu serta dorongan moril dan sprituil yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Tak lupa dengan segala kerendahan hati dan ungkapan terima kasih yang mendalam penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba Msi, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, serta selaku dosen wali penulis.

3. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, selaku dosen pembimbing penulis yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, pengetahuan, waktu serta masukan yang berarti bagi penulis selama pengerjaan skripsi ini.

(5)

5. Kak Ros, kak Icut, bang Udin, pak Madi, bang Topik dan pak Anwar serta seluruh staff pegawai dan tata usaha FISIP USU.

6. Keluarga dengan warna pelangi, tempat berbagi dan saling menghargai, Kak Fenny, bang Faisal, kak Fera, my “big” sister Adek, bang Ucok, kak Inun & bang Gem, makasih buat dukungan serta semangat yang diberikan kepada penulis.

7. My three little nephews abang A’i, dede Dian & Aulia (Ang), terimakasih buat kelucuan-kelucuan kalian yang bikin mami tambah semangat.

8. Buat tulang Endar dan nantulang Ros, terimakasih buat tumpangan tempat tinggalnya, juga buat sepupu-sepupu penulis, Afif, Fitri juga Adil (belajar yang rajin ya…)

9. Sahabat-sahabat penulis, Tina (Yang Panjenengan Kanjeng Ratu), makasih ya wak buat keceriaan-keceriaannya selama ini, buat Derith (Acem kabar abg kita fren?), Lala (makasih Buat kursus kilatnya, gk tau deh jadi apa kalo gk da loe..!!!), dan yang terakhir buat Wenny (Sobat aq yang paling gokil, ntar cariin kerja ya neng..!!!), makasih buat semua kenangan yang pernah kita ukir bersama.

10.Teman-teman di Komunikasi, Ridho, Ivana, Ester, Yoyo, Lista, Rika, Atika, Rinaldi, Agnes, Raja, Reza, Imel, Azruly, dan Ratih.

11.Teman-teman Gg. Mulia, bang Doni, Utha, Gebong, oppung Dede, dan Dedi, makasih banget buat motivasi-motivasinya, u’r the great problem solver for me.

(6)

13.Buat bang Chandra (malaikat bersayap dengan tawa yang membawa genderang keceriaan), thanx 4Everything my SaVioR.

14.Buat bang ‘Da, PrinCeQ yang selalu menemani hari-hari ku selama ini, yang sampai saat ini dan sampai kapan pun masih dan akan terus penulis sayangi.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, penulis dengan besar hati menerima masukan dari para pembaca guna untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2007

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN……….……….i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR………...………...iii

DAFTAR ISI………...………...iv

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah……….……….…….1

I. 2. Perumusan Masalah……….……….7

I. 3. Pembatasan Masalah……….………...……….7

I. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I. 4.1. Tujuan Penelitian……….………...8

I. 4.2. Manfaaat Penelitian………...…8

I. 5. Kerangka Teori I. 5.1. Teori Agenda Setting………..……….…...…..9

I. 5.2. Media Massa………...…………....………..10

I. 5.3. Berita………..………...……..11

I. 5.4. Teori Persepsi………...………..…...…….14

I. 6. Kerangka Konsep………..………….19

I. 7. Variabel Operasional……….……..…...…23

I. 8. Definisi Variabel Operasional………..…………..………....24

I. 9. Metodologi Penelitan………..…………...……… …………...25

I. 9.1. Metode Penelitian……..……….……...26

I. 9.2. Lokasi Penelitian………..………...26

I. 9.2.1 Populasi…………..………..…………...…...26

I. 9.2.2 Sampel………..………..………...….27

I. 10. Teknik Penarikan Sampel……….………...30

I. 10.1. Purposive Sampling……….………..…....…30

I. 10.2. Accidental Sampling………..………....…...30

I.11. Teknik Pengumpulan Data………...…..…….30

(8)

I. 11.2 Penelitian Lapangan………...…...30

I. 12. Teknik Analisis Data I. 12.1 Analisis Tabel Tunggal………...31

I. 13. Sistematika Penulisan………..31

BAB II URAIAN TEORITIS II. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II. 1.1. Komunikasi………...33

II. 1.1.1. Pengertian Komunikasi.……….………...…33

II. 1.2 Komunikasi Massa………..………..……...….35

II. 1.2.1 Definisi Komunikasi Massa………..…………...35

II. 1.2.2 Ruang Lingkup Komunikasi Massa………..……...38

II. 1.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa…………..……...….…...…..39

II. 1.2.4 Fungsi Komunikasi Massa...……..………...…….46

II. 1.2.5 Elemen Komunikasi Massa………..……...…...54

II. 2. Media Massa II. 2.1 Pengertian Media Massa………..……...………...…..59

II. 2.2 Fungsi Media Massa………..………...…...………...60

II. 3. Berita………..………..…...61

II. 4. Teori Persepsi………..………..………..64

II. 4.1 Proses Persepsi………..…..……….……...….65

II. 5. Teori Agenda Setting………..…..……….……….67

BAB III DESKRIPSI OBJEK DAN LOKASI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Daerah Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang…...72

III.1.2 Struktur Organisasi Kantor Lurah Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang………...…....75

(9)

III.3.1 Populasi………...76

III.3.2 Sampel………...………...77

III.4 Teknik Pengumpulan Data………...79

III.5 Definisi Operasional……….79

III.6 Teknik Analisis Data………80

III.7. Lokasi Penelitian……….80

III.8 Waktu Penelitian………..80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Tabel Tunggal………..……….82

IV.2 Pembahasan………..………..97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan……….………….…103

V.2 Saran………....104

(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Poligami dan Persepsi Khalayak (Studi Deskriptif Tentang Pemberitaan Poligami di Tabloid Nova dan Persepsi Ibu-ibu Rumah Tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami serta untuk mengetahui persepsi yang terbentuk di kalangan ibu-ibu tersebut terhadap penberitaan poligami di tabloid Nova.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3505 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang, dan teknik penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling dan accidental sampling.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku serta sumber yang relevan dan mendukung. Serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal.

(11)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Di tengah sengitnya persaingan memperebutkan uang pengiklan dan perhatian publik, media telah mengembangkan dan berbagi sejumlah peran. Sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam menyampaikan berita secara dini yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Kalau media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain berkurang. Celah inilah yang kemudian diisi oleh koran. Sering kali koran memberitakan banyak hal, sehingga kedalamannya pun terbatas. Celah ini lalu diisi oleh majalah dan tabloid. Majalah dan tabloid acapkali sengaja meliput i sesuatu yang diberitakan oleh media massa siaran secara lebih panjang lebar. Seseorang yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diberitakan di televisi akan mencarinya di majalah dan tabloid. Jika ia ingin lebih mendalaminya, ia akan mencari bukunya, atau film dokumenternya. Hal ini juga menandakan bahwa peran media sebagai penafsir informasi sama pentingnya dengan perannya sebagai penyampai informasi.

(12)

Tabloid adalah salah satu jenis industri persuratkabaran yang lebih mengarah kepada bentuk surat kabar yang lebih kecil tiap lembarnya ;surat kabar alternatif mingguan atau semi – mingguan yang berisikan berita – berita kepentingan daerah dan hiburan, sering dibagikan secara gratis (pada bentuk surat kabar ukuran tabloid, namun lebih kecil) atau surat kabar yang cenderung menekankan cerita – cerita kriminal atau kejahatan yang sensasional, kolom – kolom berita gosip yang selalu menceritakan secara tidak langsung skandal – skandal mengenai kehidupan pribadi para selebritis dan bintang – bintang olah raga dan lainnya, sehingga disebut juga sebagai berita – berita buangan (pada bentuk surat kabar berukuran tabloid, namun lebih kecil)

Tabloid merupakan refleksi dari masyarakat atau keadaan zamannya dimana pembacanya diharapkan akan mendapatkan gambaran utuh mengenai segala sesuatu.

(13)

sebagai istri keempatnya. Kabar ini tentunya semakin menguatkan kembali kasus poligami.

Sebagian besar dari kasus poligami inilah yang kemudian dilahap tabloid -tabloid wanita- khususnya, untuk dijadikan berita – berita yang menarik untuk dibicarakan oleh masayarakat terutama kalangan ibu – ibu rumah tangga sebagai sesama kaum hawa dengan para korban poligami.

Dalam antropologi sosial poligami merupakan praktik pernikahan lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang yang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan monogami, dimana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat).

Terdapat tiga bentuk poligami yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), dan pernikahan kelompok (group marriage, yaitu kombinasi poligini dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah namun bentuk poligini merupakan bentuk yang paling umum. Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.

(14)

adalah pengorbanan yang sudah sepatutnya dijalani, atau poligami itu terjadi karena kesalahannya sendiri. Dalam kerangka demografi, para pelaku poligami kerap mengemukakan argumen statistik. Bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah berja bakti untuk menutupi kesenjangan jumlah penduduk yang tidak seimbang antara lelaki dan perempuan. Tentu saja argumen ini malah menjadi bahan tertawaan. Sebab, statistik meskipun jumlah perempuan sedikit lebih tinggi, namun itu hanya terjadi pada usia diatas 62 tahun atau dibawah 20 tahun. Bahkan, di dalam kelompok umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, 45-49 tahun, jumlah lelaki lebih tinggi (sensus DKI dan nasional tahun 2000).

Namun, jika argumen agama akan digunakan, maka sebagaimana prinsip yang dikandung dari teks – teks keagamaan itu, dasar poligami seharusnya dilihat sebagai jalan darurat. Dalam kaidah fikih, kedaruratan memang diperkenankan. Ini sama halnya dengan memakan bangkai; suatu tindakan yang dibenarkan manakala ada yang lain yang bisa dimakan kecuali bangkai.

(15)

haruslah dilakukan secara empiris, interdisipliner, dan objektif dengan melihat efek poligami dalam relitas sosial masyarakat.

Islam pada dasarnya memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu (poligini). Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 34:3). Poligini dalam islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap – tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam.

Pada masyarakat hindu baik poligami maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada hakekatnya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami.

(16)

dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih

mempraktekkan poligami

Pemerintah Indonesia berencana akan memperluas cakupan mengenai Peraturan Pemerintah (PP) tentang pernikahan. Rencana ini dikemukakan pemerintah setelah muncul kontroversi dalam kasus pernikahan kedua seorang pemuka agama terkenal Aa’ Gym. Pasal 3 UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, menyatakan bahwa “pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang istri”. Namun selama ini poligami bisa dilakukan apabila suami mendapatkan ijin dari pengadilan agama dan memenuhi syarat yang ditetapkan.

Menurut Pasal 4 dari UU Nomor 1 tahun 1974, ijin hanya diberikan kepada suami apabila istri “tidak dapat menjalankan kewajibannya, mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau tidak dapat melahirkan keturunan”, dan memenihi syarat “adanya persetujuan dari istri, kapastian bahwa suami mampu menjamin hidup istri dan anak – anaknya, dan jaminan bahwa suami akan berlaku adil”, seperti diatur pada Pasal 5 Undang – undang yang sama.

Isu dan persoalan perempuan selalu menarik untuk diamati, bahkan dewasa ini semakin banyak ilmuan atau peneliti lebih memfokuskan diri pada pengkajian perempuan secara khusus. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kompleksitas permasalahan yang berhubungan dengan perempuan itu sendiri.

(17)

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti berbagai persepsi yang tersebar di kalangan ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang tentang berita poligami yang disajikan di tabloid Nova.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana persepsi ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang terhadap berita poligami di tabloid Nova?”.

I.3. Pembatasan Masalah

Suatu penelitian ilmiah agar tidak mengambang, perlu diberikan suatu batasan agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas dan sistematis. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, adapun yang menjadi batasan/fokus penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu situasi atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Jenis berita yang menjadi objek penelitian hanya berita tentang poligami. 3. Penelitian ini hanya dilakukan pada tabloid Nova edisi 4 Desember 2006

(18)

4. Objek penelitian ini adalah ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang dengan usia 25-50 tahun.

5. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi ibu – ibu rumah tangga tentang berita poligami yang disajikan di tabloid Nova.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami.

2. Untuk mengetahui persepsi yang terbentuk di kalangan ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang terhadap berita poligami di tabloid Nova.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap keilmuan ilmu komunikasi.

(19)

3. Secara praktis, melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana persepsi khalayak di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang terhadap berita poligami yang disajikan di tabloid Nova. I.5. Kerangka Teori

Adapun teori – teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah :

I.5.1. Teori Agenda Setting

Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali yang memperkenalkan teori agenda setting ini. Teori ini muncul sekitar tahun 1973 dengan publikasi pertamanya berjudul ‘The Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quarterly no. 37.

Secara singkat teori penyusunan agenda ini mengatakan media tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu berhasil mengarahkan pada kita apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Menurut asumsi teori ini media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat atau tokoh siapa yang harus kita dukung.

(20)

maka itu berarti tidak penting. Tetapi, apakah media memusatkan perhatian hanya pada suatu peristiwa karena itu memang benar-benar penting atau perhatian medialah yang membuat peristiwa itu penting? Sebenarnya, media mengarahkan kita untuk menusatkan perhatian pada subjek tertentu yang diberitakan media. Ini artinya, media menentukan agenda kita.

I.5.2. Media Massa

Berdasarkan fungsinya media massa dibagi ke dalam media cetak dan media elektronik. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu instansi atau organisasi. Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Kemampuan media massa dapat menimbulkan keserempakan (stimultaneity) pada pihak – pihak khalayak dalam menerima pesan – pesan yang disebarkan.

Ada beberapa jenis media massa, yaitu media yang berorientasi pada aspek : (1) penglihatan (verbal visual), misalnya media cetak ; (2) pendengaran (audio) semata – mata (radio, tape recorder), verbal vokal ; dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat verbal visual lokal (Liliweri, 2001:3007).

(21)

Marshall McLuhan mengembangkan model inovatif untuk membantu menjelaskan tentang media massa. Dalam pemikiran McLuhan, buku, majalah, tabloid dan surat kabar adalah media yang panas (hot media) karena membutuhkan tingkat berpikir yang tinggi untuk menggunakannya. Misalnya, untuk membaca sebuah buku seseorang harus membenamkan dirinya untuk memperoleh apa saja dari buku tersebut. Hubungan antara media dan pembaca sangat erat. Hal ini juga sama dengan tabloid dan surat kabar. McLuhan juga memikirkan bahwa film sebagai media yang panas karena melibatkan penonton secara menyeluruh. Layar yang besar menuntut perhatian penuh dari penonton , dan tertutup, karena ruangan penonton yang gelap menutup gangguan – gangguan yang timbul. Secara berbeda, McLuhan mengklasifikasikan media elektronik, khususnya televisi, sebagai media yang dingin (cool media) karena dapat digunakan dengan keterlibatan intelektual yang sedikit dan hampir tidak memerlukan usaha yang keras. Walaupun televisi memiliki banyak hal yang berhubungan dengan pancaindera dari film, termasuk penglihatan, gerakan, dan suara, tetapi tidak membuat penonton dibanjiri oleh hal itu selain mendorong kesadaran dengan segera. Ketika radio didengarkan, hanya sebagai suara latar belakang saja, tidak memerlukan keterlibatan pendengar sama sekali, dan McLuhan menyebutnya sebagai media yang dingin. Akan tetapi radio adalah media yang panas, ketika mengikutsertakan khayalan pendengar, seperti drama radio.

I.5.3. Berita

(22)

komunikasi. Hukum dasar tersebut pada dasarnya menegaskan bahwa setiap tingkah laku manusia adalah mengandung pesan. Dari cara berpakaian hingga gerak tubuh kita, disadari atau tidak, adalah pesan yang hendak disampaikan kepada orang lain.

Bila dilihat dari tujuan penyampaiannya (penerima pesan), komunikasi dibedakan menjadi komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Komunikasi yang terakhir pada lazimnya menggunakan media massa sebagai sarana (medium) untuk menyampaikan pesan. Salah satu bentuk komunikasi massa adalah berita.

Karena bersifat massal, maka berita sebagai bentuk komunikasi memiliki kekhasan berupa penerapan prinsip dan kode etik jurnalistik sebagai koridor penyampaian informasi sehingga tidak bias dari kepentingan khalayaknya.

Secara bahasa kata jurnalistik atau journalistic dalam Bahasa Inggris berasal dari kata du jour atau journal yang berasal dari Bahasa Perancis, yang artinya hari atau catatan harian. Secara istilah, jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebaran informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa.

Informasi berarti keterangan, pesan, gagasan, atau pemberitahuan tentang suatu masalah atau peristiwa. Dalam definisi jurnalistik yang dimaksud dengan informasi adalah news (berita), views (pandangan atau opini), dan karangan khas yang disebut feature (berisikan fakta dan opini).

(23)

Tidak ada definisi baku yang menjelaskan tentang definisi berita. Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.

Berita (news) berasal dari bahasa Latin yaitu Novus (Noval) yang berarti baru (new). Artinya berita selalu merupakan kejadian yang bersifat baru, yaitu

baru diketahui oleh penerima berita. Dikalangan wartawan ada yang mengartikan news sebagai singkatan dari :

- North - utara - East - timur - West - barat - South - selatan

Mereka mengartikan berita sebagai laporan dari keempat penjuru angin tersebut, laporan dari mana – mana, dari berbagai tempat di duni a ini (Effendy, 1993:130).

Berita adalah laporan tentang gagasan, kejadian atau konflik yang baru terjadi, yang menarik bagi konsumen berita dan menguntungkan bagi pembuat berita itu sendiri. Atau berita adalah segala sesuatu yang pada waktu tertentu menarik hati sejumlah orang, dan berita yang baik adalah yang paling menarik bagi banyak orang (pembaca atau pendengar).

(24)

Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya “Reporting”, mendefenisikan berita adalah laporan tercapat mengenai fakta dan opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau keduanya, bagi sejumlah besar penduduk (Effendy, 1993:131).

I.5.4. Teori Persepsi

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi juga diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi.

Hal ini juga sejalan dengan apa yang dikemukakan Le Boueuf (Effendy, 1992:48) yang mengatakan bahwa persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami. Penafsiran kita terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi antar pengalaman masa lalu, keadaan serta psikologi yang benar – benar sama. Bagi setiap orang apa yang dipersepsikan itulah kenyataannya (Rakhmat, 2000:55).

Menurut Desiderato persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2000:55) : sensasi adalah bagian dari persepsi, walaupun begitu menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

(25)

stimuli lainnya melemah (Rakhmat, 2000:52). Terdapat dua faktor eksternal dan internal dalam menarik perhatian :

1. Faktor eksternal penarik perhatian yaitu :

 Gerakan

 Intensitas stimuli

Kebauran (Novelty)

 Perulangan

2. Faktor internal penarik perhatian yaitu :

 Faktor biologis

 Faktor sosiopsikologis (Rakhmat, 2000:53)

Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. “Bila alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf – dengan ‘bahasa’ yang dipahami oleh (‘komputer’) otak – maka terjadilah proses sensasi,” kata Dennis Coon. “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan indera,” tulis Benyamin B. Wolman.

(26)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Demikian definisi yang diberikan oleh Kenneth E. Andersen. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada alah atu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

Ekspektasi atau harapan adalah sesuatu hal yang diinginkan atau cita – citakan oleh seseorang atau kelompok orang agar dapat terwujud atau tercapai. Ekspektasi setiap individu bergantung kepada orientasi budaya yang dimilikinya. Orientasi budaya individu tersebut, nantinya akan sangat menentukan prilaku dan harapan yang akan memberi makna pada sejumlah nilai yang akan diperolehnya. Orientasi tersebut berkaitan dengan variabel sistem sosial, yang terdiri dari :

a. Faktor demografis, antara lain : jenis kelamin, usia dan lain-lain. b. Faktor etnografis, antara lain :suku bangsa, bahasa dan lain-lain.

c. Faktor status sosial dan ekonomi, antara lain : tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan.

d. Afiliansi kelompok formal dan informal, antara lain : organisasi profesi yang terdiri dari seni budaya, olah raga, organisasi kekeluargaan dan lain-lain.

Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Untuk mendapatkan apa yang menjadi harapan seseorang, tentu saja sangan diperlukan peranan motivasi dari diri seseorang. Adapun keberadaan dan motivasi seseorang dipenuhi oleh faktor – faktor :

(27)

 Suasana emosional (Rakhmat, 2000:56)

Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.

Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap ketiga pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara yaitu :

1. Pengingatan (Recall) adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatin (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas. 2. Pengenalan (Recognation). Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah

fakta, akan tetapi lebih mudah mengenalnya kembali.

3. Bekerja lagi (Relearting). Menguasai kembali pelajaran sudah pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.

4. Redintegrasi (Redintegration) adalah merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil (Rakhmat, 2000:62-63).

William James mengatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data – data yang kita proses dari lingkungan yang diserap oleh indera serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan (memori) kita dan kemudian diolah kembali didasarkan pengalaman yang kita miliki.

Sementara itu Philip Kotler mengidentifikasikan persepsi sebagai berikut : “Perception is the process by wich and individual selects, organizes

and interprets information inputs to create a meaningful pictures

(28)

(Persepsi adalah proses dimana individu memilih, menyusun dan mengartikan informasi yang masuk untuk membuat gambaran berarti dari dunia).

Ada beberapa hal khusus yang dibawa Philif Kotler sebagai faktor tambahan dalam penyaringan yaitu :

1. Sifat fisik rangka/stimuli yang diterima

2. Pengaruh rangsangan/stimuli terhadap alat indera komunikasi 3. Suasana ketika induvidu menerima rangsangan tadi

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang dating dari lingkungannya, dalam batas – batas kemampuannya. Segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah dan selanjutnya diproses.

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu saja ada faktor – faktor yang mempengaruhi. Faktor – faktor itulah yang menyebabkan dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang yang dilihatnya itu. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberi interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya.

(29)

orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran tindak tanduk, dan ciri – ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya.

3. Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

I.6. Keranga Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkina hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya.

(30)

pernah menikahi sejumlah 900 perempuan, bahkan salah seorang pemimpin besar kekhalifahan Abbasiyah yang membawa Islam ke zaman keemasan, Harun ar-Rasyid, membangun tempat besar khusus untuk lebih dari seribu selirnya. Demikian pula yang terjadi pada raja – raja Jawa terdahulu.

Kenyataan itu memberikan kesadaran kepada kita bahwa poligami sebenarnya menemukan kedekatannya dengan budaya. Sering terdapat kaitan antara poligami dengan akses kekuasaan dan ekonomi dibanding ajaran keagamaan.

Poligami saat ini begitu santer dibicarakan di masyarakat khususnya di kalangan perempuan. Hal ini mencuat ketika berita tentang menikahnya KH Abdullah Gymnastiar yang akrab dipanggil Aa Gym untuk yang kedua kalinya. Karena sosok Aa Gym di mata sebagian besar perempuan adalah seorang pemimpin keluarga yang ideal dan penuh keteladanan, disamping beliau sebagai ustadz terkenal yang wajahnya tidak asing lagi sering muncul di berbagai media massa. Keputusan Aa Gym menikah lagi menjadi pukulan tersendiri bagi kaum hawa yang selama ini mengidolakannya. Hampir sebagian besar perempuan berkomentar kecewa atas pernikahan Aa Gym itu, karena bagi mereka walaupun agama membolehkan berpoligami secara syar’i namun yang akan merasakan pahitnya adalah kaum hawa.

(31)

tertindas, kehilangan harga dirinya. Apalagi cemoohan masyarakat sekitar yang memang sebagian besar memandang rendah pelaku poligami. Hal ini kemudian dijadikan jastifikasi (pembenar) oleh sebagian kalangan untuk menolak keabsahan poligami sebagai sebuah realita hukum Islam. Bahkan, tidak jarang kalangan Islam Liberal, termasuk feminisme memandang poligami sebagai salah satu bentuk penindasan atau tindakan diskriminatif atas perempuan.

Kaum feminis radikal memandang, bahwa kebolehan poligami merupakan deklarasi penindasan laki – laki atas perempuan yang tiada akhir. Mereka menuduh agama Islam – yang membolehkan poligami- telah bertindak bias gender. Pandangan seperti ini telah merasuk pikiran banyak aktivis perempuan dewasa ini dan sebagian besar masyarakat. Bahkan pandangan seperti ini seakan – akan memperoleh legitimasi dengan adanya praktik – praktik poligami di tengah masyarakat kita yang tidak sesuai dengan tuntutan Islam. Ditambah lagi dengan adanya sosialisasi yang sistematis dan berkesinambungan tentang pencitraburukan ibu tiri/istri muda, baik melalui film maupun cerita –

cerita rakyat

Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan karena apabila komunikasi itu diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal mencapai tujuannya.

(32)

khalayaknya, yakni aspek sisiodemografik, aspek profil psikologis dan aspek karakteristik perilaku khalayak (Cangara, 2000:151).

Tidak bisa dipungkiri, audience yang dimaksud dalam komunikasi massa ini sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku atau ratusan pembaca jurnal ilmiah. Masing – masing audience ini berbeda satu sama lain. Mereka berbeda dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman dan orientasi hidupnya. Tetapi masing – masing individu ini juga saling mereaksi satu sama lain terhadap pesan yang diterimanya. Khalayak memiliki sifat – sifat sebagaimana yang ada pada konsep massa, namun lebih spesifik teragregat pada suatu media massa. Sifat dari audien massa umpamanya :

1. Terdiri dari jumlah yang besar. Pendengar radio, televisi, atau pembaca koran adalah massa dalam jumlah yang besar. Sulit memprediksi jumlah mereka. 2. Suatu pemberitaan media massa dapat ditangkap oleh masyarakat dari

berbagai tempat, sehingga sifat audien massa juga ada tersebar dimana-mana, terpencar, dan tidak mengelompok pada wilayah tertentu.

3. Pada mulanya audiensi massa tidak interaktif, artinya antara media massa dan pendengar atau pemirsanya tidak saling berhubungan, namun saat ini konsep ini mulai ditinggal, karena audien massa dan media massa dapat berinteraksi satu dengan lainnya melalui komunikasi telepon. Dengan demikian, maka audiensi massa memiliki pilihan berinteraksi atau tidak berinteraksi dengan media massa.

(33)

seperti dalam acara – acara televisi dan radio maupun media cetak, maka heterogenitas dalam segmen tersebut tidak dapat dihindari.

5. Tidak terorganisir dan bergerak sendiri. Karena sifatnya yang besar, maka audiensi massa sulit diorganisir dan akhirnya bergerak sendiri – sendiri.

I.7. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat variabel operasional yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Berita Poligami di Tabloid

Nova

1.Fakta 2.Opini 3.Menarik 4.Penting Persepsi Ibu – Ibu Rumah

Tangga

1.Sensasi 2.Atensi 3.Ekspektasi 4.Motivasi 5.Memori

(34)

I.8. Definisi Variabel Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah salah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

Definisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Berita Poligami di tabloid Nova, terdiri dari :

a. Fakta : apakah berita yang disajikan dalam tabloid Nova merupakan fakta atau kenyataan dari realitas kehidupan yang sebenarnya.

b. Opini : apakah berita yang disajikan dalam tabloid Nova merupakan opini dan hanya sekedar pendapat sepihak dari realitas kehidupan. c. Menarik : seberapa besar berita tersebut dapat menarik perhatian

ibu-ibu rumah tangga.

d. Penting : seberapa besar berita tersebut dianggap penting oleh ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang.

2. Persepsi ibu – ibu rumah tangga, terdiri dari :

a. Sensasi : pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan indera.

(35)

c. Ekspektasi : harapan atau tujuan apa yang mendorong ibu-ibu rumah tangga tersebut untuk membaca berita tentang poligami di tabloid Nova.

d. Motivasi : motivasi atau dasar apa yang mendorong ibu-ibu rumah tangga tersebut untuk membaca berita poligami di tabliod Nova.

e. Memori : sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan mengunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.

3. Karakteristik Responden, terdiri dari :

a. Usia : umur responden saat mengisi kuesioner. Tingkatan umur responden yang akan dijadikan sampel yaitu 25-50 tahun.

b. Pendidikan : tingkat pendidikan terakhir dari responden yang kan dijadikan sampel

c. Suku Bangsa : suku bangsa dari responden d. Agama : agama yang dianut oleh responden I.9. Metodologi Penelitian

I.9.1. Metode Penelitian

(36)

I.9.2. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang, mengingat lokasi tersebut terdiri dari beraneka ragam suku, religi, dan status sosial sehingga khalayaknya yang berbeda – beda dan layak untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini.

I.9.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, nilai test, atau peristiwa – peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995:141).

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu- ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan selayang yang berusia antara 25-50 tahun. Adapun yang menjadi alasan bagi peneliti dalam memilih populasi tersebut karena berdasarkan pengamatan peneliti, ibu – ibu rumah tangga di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang memiliki latar belakang yang beragam, misalnya dari tingkat pendidikannya, usia, agama dan suku bangsa, sehingga sangat mendukung penelitian. Sedangkan batasan usia dilakukan karena pada usia di atas termasuk usia yang produktif dan mampu untuk memberikan penilaian terhadap fenomena poligami.

(37)

Tabel 1

Jumlah penduduk kelurahan Asam Kumbang

Lingkungan Ibu – ibu Rumah Tangga

Sumber : Kantor Lurah Kelurahan Asam Kumbang

I.9.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara – cara tertentu (Nawawi, 1995:144).

Berdasarkan data populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (Kriyantono, 160:2006) yakni sebagai berikut :

(38)

Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 97 orang. Sedangkan untuk menentukan responden yang berhak dijadikan sampel digunakan Teknik Stratified Proporsional Random Sampling. Penggunaan teknik ini

memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Rakhmat, 2004:79) dengan rumus :

N

(39)

Tabel 2

Proporsional Random Sampling Lingkungan Populasi Penarikan

(40)

I.10. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah : I.10.1. Purposive Sampling

Pengambilan sampel dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai denga kriteria – kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria sampelnya adalah masyarakat di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang yang berusia 25-50 tahun.

I.10.2. Accidental Sampling

Pengambilan sampel yang dilakukan denagn cara mengambil sampel siapa saja yang secara kebetulan ditemukan di lapangan (lokasi penelitian). Setelah jumlahnya diperkirakan mencukupi maka pengumpulan data dihentikan (Nawawi, 1995:156).

I.11. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknk pengumpulan data, yaitu :

I.11.1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.

I.11.2 Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui :

1. Kuesioner, yaitu alat pengumpul dalam bentuk sejumlah pertanyaan

(41)

1991:117). Dalam hal ini peneliti akan menyebar kuesioner kepada masyarakat di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang yang terpilih menjadi sampel.

2. Pengamatan Langsung (observasi), yaitu pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala – gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1998:100). Observasi terhadap media cetak (Tabloid) dilakukan dalam rangka mengamati gejala yang akan diteliti dari berita poligami di tabloid Nova.

I.12. Teknik Analisis Data I.12.1. Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi – bagikan variabel penelitian ke dalam kategori – kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266).

I.13. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari 5 bab, dimana tiap bab memiliki keterkaitan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN

(42)

BAB II URAIAN TEORITIS

Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup komunikasi, komunikasi massa, media massa, berita, teori persepsi dan teori agenda setting.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan mengenai deskripsi lokasi penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini berisikan hasil dan pembahasan terdiri dari tingkat reliabilitas, analisis tabel tunggal beserta pembahasannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(43)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

II.1.1 Komunikasi

II.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi.

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.

Lainnya halnya dengan Steven, justru ia mengajukan sebuah definisi yang lebih luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah ia berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi kmunkasi antar manusia (human communication) bahwa :

(44)

orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”.

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat defenisi bahwa :

“Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa :

“Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.

Rogers mencoba mengspesifikkan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), di mana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.

(45)

tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

Karena itu jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi.

II.1.2 Komunikasi Massa

II.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Tetapi, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi adalah komunikasi massa melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa), yaitu media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan , angklung, gamelan dan lain-lain. Jadi di sini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.

(46)

Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup ;

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan perlatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan

jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organisasi suka rela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi).

(47)

massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengkontrol tidak sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rublik dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam komunikasi jenis lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar persona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung alias tertunda (delayed).

Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi massa yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas.

Alaxis S. Tan (1981) mencoba untuk memberikan sifat khusus yang dipunyai oleh komunikasi massa. Ia memberikan ciri komunikasi massa dengan membandingkannya dengan interpersonal communication. “Jika kita bisa membedakan komunikasi massa dengan interpersonal communication kita akan mengetahui apa itu komunikasi massa,” katanya.

(48)

meliputi seluruh penduduk atau semua orang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berartipula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barang kali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya;televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita. II.1.2.2 Ruang Lingkup Komunikasi Massa

Ada beberapa bentuk atau pola komunikasi yang kita kenal antara lain, komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), komunikasi anrat persona (interpersonal communication), komunikasi kelompok (small group communication) dan komunikasi massa (mass communication). Jadi komunikasi

massa itu kedudukannya sejajar dengan pola komunikasi yang lain.

Secara ringkas, komunikasi itu melibatkan komunikator sebagai pengampai pesan dan komunikan sebagai penerimanya. Kemudian dua unsur itu dikembangkan lebih lanjut dengan melibatkan saluran (channel), umpan balik (feedback). Perbedaan unsur-unsur yang ada dalam komunikasi ini sangat tergantung pola komunikasi mana yang sedang dibahas.

(49)

(decoder), feedback yang lebih kompleks karena melibatkan khalayak dalam jumlah besar.

Misalnya kita membayangkan televisi. Dalam televisi ada komunikator yakni televisi itu sendiri. Komunikator di sini tidak hanya satu orang sebab yang namanya televisi itu kumpulan dari banyak unsur. Kemudian ada pesan yang beragam yang dipengaruhi oleh beberapa pihak misalnya wartawan, editor kameraman dan lain-lain. Ketika pesan itu disebarkan ia juga akan sangat terkait dengan banyak hal pula. Apakah gambarnya jelas? Apakah stasiun televisinya tidak dalam keadaan rusak? Apakah suaranya juga jernih terdengar dan lain-lain. Semuanya ini akan sangat mempengaruhi proses penerimaan pesan seseorang. Antar satu orang dengan orang yang lain juga berbeda proses penangkapannya. Misalnya, mereka yang berpendidikan menengah dengan pendidikan tinggi, jelas akan mempunyai perbedaan yang signifikan. Sama-sama menikmati acara film kartun, apa yang ditangkap oleh orang tua dengan anak-anak berbeda. Artinya pesan yang direncanakan oleh komunikator (yakni televisi tersebut) tidak semudah ditangkap 100 persen oleh masing-masing penonton. Artinya, pesan yang disebarkan pada masing-masing pola komunikasi itu berbeda satu sama lain. II.1.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa

A. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

(50)

mengolah, meyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi”.

Di dalam sebuah sistem ada interdepedensi, artinya komponen-komponen itu saling berkaitan, berinteraksi dan berinterdepedensi secara keseluruhan. Tidak bekerjanya satu sama lain unsur akan mempengaruhi kinerja unsur-unsur yang lain. Eksistensi kesatuan (totalitas) itu dipengaruhi oleh komponen-komponenya, sebaliknya eksistensi masing-masing komponen itu dipengaruhi oleh kesatuannya. Dengan demikian – dalam sistem sebagai sebuah lembaga dalam komunikasi massa itu – ada beberapa unsur yang membuat sesuatu itu akhirnya disebut sebagai lembaga. Sedang antara unsur dalam lembaga itu ada kerjasama satu sama lain. Tidak bekerjanya satu unsur akan menyebabkan tidak bekerjanya unsur yang lain. Oleh karena itu, berbagai unsur itu saling melengkapi, bekerjasama satu sama lain sehingga sempurnalah sesuatu itu dikatajan sebagai lembaga.

Di dalam komunikasi massa, yang namanya komunikator itu media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang seperti seorang wartawan misalnya. Wartawan adalah salah satu bagian dari sebuah lembaga. Wartawan sendiri bukan seorang komunikator dalam komunikasi massa. Ia adalah seorang yang sudah terinstitusikan/dilembagakan (institutionalised person). Artinya, berbagai sikap dan perilaku wartawan sudah diatur dan harus tunduk pada sistem yang sudah diciptakan dalam saluran komunikasi massa tersebut.

(51)

secara serempak, ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stasiun radio, majalah atau penerbit buku). Media massa ini bisa disebut organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang bertanggung-jawab dalam proses komunikasi massa tersebut.

Komunikator dalam komunikasi massa itu lembaga disebabkan elemen utama komunikasi massa itu adalah media massa. Media massa hanya bisa muncul karena gabungan kerjasama dengan beberapa orang. Hal demikian berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Misalnya komunikasi antar pribadi. Orang terlibat dalam komunikasi ini punya inisiatif sendiri ketika mengadakan komunikasi tanpa aturan tertentu seperti yang disyaratkan dalam komunikasi massa.

Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya punya ciri sebagai berikut; 1) kumpulan individu-individu, 2) dalam komunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media masa, 3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, 4) apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

B. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

(52)

Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut;

1. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat. 2. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain.

Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

3. Mereka tidak mempunyai kepempimpinan atau organisasi formal.

Jadi semakin jelas sifat heterogen yang melekat pada diri komunikan. Dari karakteristik Blumer tersebut ada beberapa hal yang perlu dijelaskan. Misalnya kita bertanya, bagaimana mungkin antar keluarga yang berlainan kota, pada saat acara tertentu sama-sama melihat televisi tidak saling mengenal tidak saling mengenal? Tidak mengenal di sini tidak berarti diartikan khusus. Memang, satu atau dua kasus antar diri komunikan dalam komunikasi massa itu mengenal. Jadi karakteristik ini harus dipahami secara luas bukan sempit.

C. Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi masa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujuka n pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus di sini, artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

(53)

Misalnya dalam pilihan kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata-kata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab, kata ilmiah itu monopoli kelompok tertentu. D. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Ketika Anda membaca koran maka komunikasi yang berlangsung hanya satu arah, yakni dari media massa (koran) ke Anda dan tidak sebaliknya. Ini sangat berbeda sekali ketika kita melakukan komunikasi tatap muka. Dalam diskusi tentang Aa’ Gym misalnya dengan teman sekelas, saat itu terjadi komunikasi dua arah, dari kita ke teman dan sebaliknya. Bahkan jika kita tidak suka atau tidak setuju dengan pendapat teman kita tadi kita langsung bisa membantahnya. Ini namanya komunikasi dua arah.

Dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubluik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah itu akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback). E. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

(54)

surat kabar) disebar (didistribusikan) oleh media cetak tersebut secara bersamaan pula. Hanya karena wilayah jangkauannya saja yang berbeda memungkinkan perbedaan penerimaan. Tetapi, komunikator dalam media massa itu berupaya menyiarkan informasinya secara serentak.

Saat ini, kesulitan tersebut sudah bisa diatasi. Dengan memakai Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ), kekurangan yang melekat pada media massa cetak itusudah bisa diatasi. Banyak media cetak di Indonesia yang cetaknya di luar kota. Sebut misalnya, Jawa Pos melakukan cetak jarak jauh di Solo, Jakarta dan di daerah Nganjuk. Kompas melakukan cetak jarak jauh untuk wilayah Jawa Tengah di Bawen dan untuk penyebaran di Jawa Timur di kota Surabaya.

F. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar. Apalagi dewasa ini sudah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronika seperti televisi. Bahkan, saat sekarang sudah sering televisi melakukan siaran langsung(live), dan bukan siaran yang direkam (recorded).

(55)

ada peralatan teknis lain yang sifatnya lebih sederhana seperti mesin cetak. Untuk saat sekarang, peralatan teknis semakin kompleks seperti yang dipunyai oleh jaringan internet. Dalam jaringan internet disamping dibutuhkan data sebagai bahan dalam internet dibutuhkan perangkat komputer, telepon, modem dan jaringan satelit untuk memudahkan pengiriman pesan-pesannya. Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa. Tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

G. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut pentapis informasi/palang

pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

(56)

Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film/surat

kabar/buku, manajer pemberitaan, penjaga rublik, kameraman, sutradara dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam sebuah pesan-pesan dari media massa masing-masing.

Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan,

menganalisis, menambah data dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya, adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dipunyai semakin banyak pula gatekeeping (pemalangan ointu atau pentapisan informasi) yang dilakukan. Bahkan bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkan pun tergantung pada fungsi pentapisan informasi atau pemalangan pintu ini.

Dalam pola komunikasi tatap muka atau komunikai kelompok jelas tidak harus dibutuhkan gatekeeper. Tetapi, dalam komunikasi massa, hal demikian tidak bisa dihindari. Gatekeeper keberadaannya sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya.

II.1.2.4 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi-fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain; (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuede (membujuk), dan (4) the transmission of culture (transmisi budaya). Sedangkan fungsi komunikasi menurut John Vivian

(57)

providing information, (2) providing entertainment, (3) helping to persuede, dan

(4) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).

Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yakni, (1) surveilance of the environment (fungsi pengawasan), (2) correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi), dan (3) transmission of the social heritage from

one generation to the next (fungsi pewarisan sosial). Sama seperti pendapat

Lasswell, Charles Robert Wright (1988) menambah fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa.

Sedangkan menurut Alexis S. Tan fungsi-fungsi komunikasi bisa beroperasi dalam 4 (empat) hal. Meskipun secara eksplisit ia tidak mengatakan fungsi –fungsi komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebut bahwa penerima pesan dalam komunikasi bisa kumpulan orang-orang (a group of person) atau ia menyebutnya mass audience, sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk kelompok orang atau media massa, maka itu sudah bisa dijadikan bukti bahwa fungsi yang dimaksud adalah fungsi komunikasi massa. Paling tidak ia bisa dilihat dari ciri komunikator dan audience-nya.

(58)

Tabel 3

FUNGSI KOMUNIKASI MASSA ALEXIS S. TAN

NO TUJUAN

KOMUNIKATOR (Penjaga Sistem)

TUJUAN KOMUNIKAN (Menyesuaikan diri pada sistem;

pemuasan kebutuhan) mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Memberi keputusan; mengadopsi nilai, tingkah laku dan aturan yang cocok agar ditemia dalam masyarakatnya.

Menggembirakan; meengendorkan urat syaraf, menghibur, mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

(Sumber: Alexix S. Tan 1981)

1. Informasi

Fungsi informasi adalah fungsi yang paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal punya fungsi memberikan informasi disamping juga fungsi-fungsi yang lain.

(59)

When, Why + How). Serangkaian pertanyaan tersebut diatas merupakan fakta di lapangan yang bisa menjadi informasi yang dibutuhkan pembaca suatu surat kabar.

2. Hiburan

Fungsi hiburan bagi sebuah media elektronikmenduduki posisi yang paling tinggi dibanding dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya masyarakat kita memang masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu. Misalnya, suami dan istri kerja seharian, anak sekolah. Karena dalam seharinya mereka capek dengan aktivitasnya masing-masing, maka ketika malam hari mereka berada di rumah punya kemungkinan besar menjadikan televisi sebagai media hiburan. Paling tidak, untuk hiburan karena dalam aktivitas hariannya telah membuatnya lelah. Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena akan bisa melihat bersama-sama, bercanda, menikmati acara televisi sambil “ngemil”.

(60)

3. Persuasi

Fungsi persuasif dalam komunikasi massa ini tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatian sekilas ahnya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel dan surat pembaca ada;ah contoh tulisan persuasif.

Aktivitas Public Relations (PR) dan promosi khusus dalam komuniksi tatap muka juga menjadi bentuk dari fungsi persuasi juga. Bahkan jika aktivitas PR dan promosi khusus itu dilakukan melalui media massa, nyata bahwa itu tak lepas dari usaha untuk mempengaruhi orang lain.

Bagi Josep A. Devito (1997) fingsi persuasi ini dianggap sebagai bentuk yang paling penting. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk; (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang, (2) mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang, (3) menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu, dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu.

4. Transmisi Budaya

(61)

Ini adalah pengalaman kolektif yang direfleksikan kembali melalui bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media massa, tetapi juga dalam seni, ilmu pengetahuan, masyarakat. Warisan adalah dampak akumulasi budaya dan masyarakat sebelumnya yang telah menjadi bagian dari hak asasi manusia. Itu ditransmisikan oleh individu, orang tua, kawan sebaya, kelompok primer atau sekunder, dan proses pendidikan. Budaya komunikasi ini secara ajeg dimodifikasi oleh pengalaman baru yang didapat.

Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan; kontemporer dan historis. Dua tingakatan initidak dipisahkan danterjalin secara konstan. Dan lagi, media massa adalah alat utama di dalam transmisi budaya pada kedua tingkatan itu. Di dalam tingkatan kontemporer, media memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan bibit perubahansecara terus-menerus. Ini adalah faktor yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari media massa; mereka secara serempak pengukuh status quo dan mesin perubahan.

Secara historis umat manusia telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan. Manusia tidak hanya dapat mengakumulasi pengalamannya, tetapi juga mereka teleh dapat menyortir dan menyaring diantara ingatan, membuang yang tidak dibutuhkannya, dan pemesanan istirahat untuk kesenangan dala transmisi baik kepad teman sebaya atau anak cucu.

5. Mendorong Kohesi Sosial

Gambar

Tabel 1.1 Operasional Variabel  Variabel Teoritis
Tabel 1
Tabel 2 Proporsional Random Sampling
Tabel 3 FUNGSI KOMUNIKASI MASSA ALEXIS S. TAN
+7

Referensi

Dokumen terkait