Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP
PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI
DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan oleh:
ANTONI SIANTURI
050501046
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the Effect of Investments and consumption on the absorption of labor on Industrial Sector in North Sumatera. Data used for this research is time series data from 1982-2006. Independent variables are Local Investment, Foreign Direct Investment, and Degree of Consumption. The method used is OLS ( Ordinary Least Square ) by using Econometric Model.
The result shows that Local Investement, Foreign Direct Investment, degree of consumption have positively effected on the absorbtion of labor. The Local
Investment and Foreign Investment are respectively effect on absorbtion of labor at = 5%. Mean while, Degree of consumption is significantly at = 1%.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh investasi dan konsumsi pada sektor industri di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun 1982-2006. Variabel independennya adalah PMDN, PMA, dan tingkat Konsumsi. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika.
Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa PMDN, PMA, dan tingkat Konsumsi secara bersama mempunyai pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. PMDN dan PMA signifikan pada = 5%. Sedangkan tingkat Konsumsi
signifikan pada = 1%.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Dengan penuh kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur bagi
Tuhan Allah Bapa dan anakNya Yesus Krisus serta Roh Kudus yang sangat baik yang
telah melimpahkan berkat kasih-Nya sehingga penulis dimampukan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana dari Program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah:
“Pengaruh Investasi dan Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada
Sektor Industri di Sumatera Utara”.
Skripsi ini saya dedikasikan khusus buat orang tua tercinta (P. Sianturi dan
S. Simbolon). Terima kasih atas doa dan kasih yang kalian yang selalu menyertaiku
dalam perjalanan hidupku.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan perhargaan yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
3. Bapak Drs. Arifin Siregar, MSP sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan
bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. A. Samad Zaino M.Si sebagai Dosen Penguji I yang telah
memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan
skripsi ini.
5. Ibu Ilyda Sudrajat M.Si sebagai Dosen Penguji II yang juga telah
memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan
skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ramli, M.S, sebagai dosen Penasehat Akademik
7. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
8. Seluruh Staff Pegawai Bank Indonesia Cabang Medan yang telah banyak
membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi
penulis.
9. Seluruh Staff dan Pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang
berhubungan dengan skripsi ini.
10. Yayasan Beasiswa Oikumene (YBO), yang selalu memberikan dukungan doa
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
11. Buat Abang Ridwan Sianturi, terikasih atas doa dan bantuannya. Buat
adik-adik saya yang manis Risjen Sianturi, Purnama Sianturi, Wardiman Sianturi,
dan Hendra Sianturi kalian adalah bagian dari cita-cita saya.
12. Buat orang-orang yang mengasihi dan penulis kasihi, Melda Saragih,
Fitrianita Saragih, Meri Tampubolon, Wati, Eva Siburian, Derwan Purba
terima kasih atas dukungan dan doanya serta juga buat teman-teman EP’05
(spesial buat Bodianto, S.E dan Stevanus, S.E), EP’04 Philip, terima kasih
atas dukungan dan kebersamaan kita selama perkuliahan di Fakultas
Ekonomi.
13. Buat Anak-anak Angel Com, terima kasih atas waktu yang boleh kita lewati
dalam keceriaan dan kebahagiaan, terutama buat D’Masiv, Master Mister
Marbun (M3), Lae Malau, Lisa si Ratu Narziz, Santa Pesisir, Lucifer yang
baik, Tober, Heri D’Tolen.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu
sangat diharapkan saran maupun kritikan yang membangun sehingga penulis dapat
memperbaiki kesalahan di lain kesempatan.
Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
( Antoni Sianturi )
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Hipotesis ... 6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Tenaga Kerja... 8
2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 8
2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja ... 10
2.2 Investasi ... 14
2.2.1 Pengertian Investasi ... 14
2.2.2 Jenis-jenis Investasi... 16
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 19
2.3. Konsumsi ... 22
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempenaruhi Konsumsi ... 22
2.4 Industri ... 32
2.4.1 Pengertian Industri ... 32
2.4.2 Teori Industrialisasi... 34
2.4.3 Strategi Industrialisasi ... 35
2.4.4 Klasifikasi Industri ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 41
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 41
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.4 Pengolahan Data ... 42
3.5 Metode Analisis Data ... 42
3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 44
3.7 Defenisi Operasional Variabel ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Propinsi Sumatera Utara ... 50
4.2 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara ... 56
4.3 Perkembangan Kesempatan Kerja ... 65
4.4 Perkembangan Investasi ... 68
4.4.1 Perkembangan PMDN ... 70
4.4.2 Perkembangan PMA ... 72
4.5 Perkembangan Konsumsi ... 75
4.6 Analisa Data ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
SURAT PERNYATAAN
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
4.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara Menurut Kabupaten/
Kotamadya
51
4.2 PDRB Sektor Industri Pengolahan Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2005
58
4.3 Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut
Golongan Industri Tahun 2001-2005
59
4.4 Nilai Output Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri Tahun 2001-2005
60
4.5 Nilai Input Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri Tahun 2001-2005
62
4.6 Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri Atas Dasar Harga Pasar Tahun 2001-2005
63
4.7 Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap pada Sektor Industri 66
4.8 Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut
Golongan Industri
67
4.9 Perkembangan Investasi pada Sektor Industri di Sumatera Utara
69
4.10 Perkembangan PMDN pada Sektor Industri di Sumatera Utara 71
4.11 Perkembangan PMA pada Sektor Industri di Sumatera Utara 73
4.12 Konsumsi Total pada Sektor Industri di Sumatera Utara 75
4.13 Hasil Estimasi PMDN (X1), PMA (X2) dan Konsumsi (X3)
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Investasi Otonom 18
2.2 Investasi Dorongan 19
2.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Investasi
4.1 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan pada Perekonomian
Sumatera Utara menurut Kelompok Industri Tahun 2005.
57
4.2 Uji F-statistik 79
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Jumlah PMDN, PMA, Konsumsi dan Jumlah Tenaga Kerja Tahun 1982-2006
2 Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1), Penanaman
Modal Asing (X2), dan Konsumsi (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Hasil Estimasi Penanaman Modal Asing (X2) dan Konsumsi (X3) terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (X1)
Hasil Estimasi Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) dan Konsumsi (X3) terhadap Penanaman Modal Asing (X2)
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh Negara-negara sedang
berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakatnya. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat tersebut, masalah
utama yang dihadapi oleh setiap Negara yang membangun termasuk Indonesia adalah
pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan.
Kebanyakan negara maju menganggap sektor industri merupakan motor
penggerak bagi pertumbuhan perekonomian karena mampu memberikan keuntungan
yang lebih dibandingkan dengan produk lainnya seperti pertanian. Oleh karena itu,
strategi industrialisasi sering digunakan untuk mencapai kesejahteraan. Pengamatan
empiris menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan
tinggal landas menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh
sektor industri dan jasa (Rostow, 1960).
Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana
sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu untuk meningkatkan output dan
pada akhirnya juga meningkatkan pendapatan. Iklim investasi mencerminkan
sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan
dan insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif,
menciptakan pekerjaan dan perkembangan. Suatu iklim investasi yang baik akan
meningkatkan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Persaingan juga
memainkan suatu peran kunci dalam memicu inovasi produktifitas serta menjamin
bahwa manfaat dari perbaikan produktifitas akan turut dinikmati oleh para perkerja
dan konsumen.
Melihat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan melalui suatu
sudut pandang iklim investasi akan memberikan beberapa pandangan sebagai berikut:
sudut pandang ini meletakkan perusahaan sebagai pemain yang menentukan
keputusan investasi dan penggunaan tenaga kerja. Sudut pandang ini melihat bahwa
perusahaan melakukan penilaian terhadap kesempatan investasi dan kebijakan serta
perilaku pemerintah yang terkait sebagai bagian dari suatu paket. Cara pandang
menyoroti sifat dari aktifitas investasi yang senantiasa memandang ke depan.
Investasi didasarkan pada ekspektasi-ekspektasi mengenai masa depan dan tidak
hanya berdasarkan keadaan-keadaan saat ini saja. Suatu iklim investasi yang baik
akan memberikan masyarakat kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan keadaan
dirinya sendiri dan memperbaiki iklim investasi merupakan tonggak pertama dari
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Investasi sektor industri diharapkan dapat membantu memecahkan masalah
pengangguran yang dihadapi oleh Indonesia dan di Sumatera Utara khususnya. Badan
Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) tahun 2005 menggambarkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia
mencapai 105.8 juta orang atau meningkat 1.76% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari keseluruhan angkatan kerja pada tahun 2005, sekitar 62,2 juta orang
(58,8%) berada di wilayah pedesaan, sedangkan 43,6 juta orang (41,2%) berada di
wilayah perkotaan. Dari angka tersebut, angkatan kerja yang termasuk ke dalam
kategori pengangguran terbuka berjumlah 10,8 juta orang (10,3%), atau meningkat
dari tahun sebelumnya yang mencapai 10,4 juta orang (9,9%). Secara geografis
sejumlah 5 juta orang (45,7%) pengangguran terbuka berada di wilayah pedesaan dan
5,9 juta orang (54,3%) berada di wilayah perkotaan. Selanjutnya, sebanyak 3,9 juta
orang dari total angka pengangguran terbuka merupakan penganggur usia muda
(15-24 tahun), atau meningkat dibandingkan tahun 2004 yang berjumlah 3,4 juta orang
(BPS, 2006).
Secara ekonomis, upaya menurunkan jumlah pengangguran terbuka melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi masih belum mampu mengurangi jumlah
pengangguran yang ada. Disamping kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi masih terbatas, kemampuan menciptakan lapangan kerja relatif kecil dan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Secara teoritis, meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja dengan asumsi terjadi peningkatan investasi. Studi empiris
menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk industri akan
meningkatkan PDB, kemudian direspon dengan peningkatan permintaan tenaga kerja
sehingga proporsi pengangguran dapat ditekan.
Selama terjadi krisis ekonomi, penyerapan tenaga kerja secara nasional
mangalami penurunan sehingga terjadi pengangguran. Pengangguran merupakan
masalah di bidang ketenagakerjaan. Di satu sisi yang menjadi sasaran adalah
pemerataan distribusi pendapatan dalam menjaga serta meningkatkan stabilitas
nasional.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah
ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran
tenaga kerja (supply of labor), pada satu tingkat upah (Kusumosuwhido, 1981).
Penyediaan kesempatan kerja yang luas sangat diperlukan untuk mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Sempitnya
lapangan kerja yang tersedia akan menyebabkan terjadinya pengangguran yang akan
membawa masalah yang lebih besar lagi.
Menurut pemerintah, pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan
konsumsi di dalam negeri, di samping peningkatan ekspor dan membaiknya investasi.
Faktor konsumsi menjadi penopang terbesar pertumbuhan ekonomi 75% baru sisanya
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
konsumsi yang terbilang luar biasa. Rata-rata kredit konsumsi tumbuh lebih dari 40%
tiap tahun di periode 2000-2003. Nilai ini jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan
kredit investasi dan modal kerja yang masing-masing sekitar 12% dan 10,5%.
Target pembangunan Perekonomian Indonesia tahun 2009 antara lain yaitu
mengurangi tingkat pengangguran dari 9,7% menjadi 5%, mengurangi tingkat
kemiskinan dari 16,6% menjadi 8,1%, meningkatkan pertumbuhan di atas 6,6%
dengan rata-rata pertumbuhan pertanian 3.5% per tahun, dan rasio investasi terhadap
PDB harus naik menjadi 24,4%.
Untuk mencapai target tersebut, Presiden RI periode 2004-2009
mencanangkan Triple track strategy sebagai acuan, yakni: (1) pertumbuhan ekonomi
yang bertumpu pada peningkatan ekspor dan peningkatan investasi baik dalam negeri
maupun luar negeri, (2) penciptaan lapangan kerja dengan memacu sektor riil, (3)
revitalisasi pertanian dan pedesaan untuk mengurangi kemiskinan (Priyarsono, 2005).
Investasi dalam arti yang luas memegang peranan sangat penting dalam pencapaian
target-target tersebut, mengingat peran kegiatan tersebut signifikan dalam
perekonomian Indonesia, lebih khusus pada penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Investasi dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara”.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
1. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap
Penyerapan tenaga kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara?
2. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara?
3. Bagaimana Pengaruh Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor
Industri di Sumatera Utara?
1.3HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi
objek penelitian, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji
secara empiris.
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka penulis
membuat hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif antara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
2. Terdapat hubungan yang positif antara Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja
3. Terdapat hubungan positif antara Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
1.4TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja pada sektor Industri di Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Konsumsi terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja pada Sektor Industri di Sumatera Utara
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan studi atau tambahan bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas
Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera
Utara.
2. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahun dalam hal Investasi, Konsumsi
dan Penyerapan Tenaga Kerja yang akan berguna di masa yang akan datang.
3. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 TENAGA KERJA
2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja
Angkatan kerja (labor force) menurut Soemitro Djojohadikusumo
didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau
sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga
disebut sumber daya manusia.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah
penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi
yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang
positif terhadap kesejahteraaan
Dari bagan di atas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari
penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja. Usia kerja adalah suatu tingkat umur
seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya
sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 25 tahun. Selain penduduk dalam
usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas
Jumlah Penduduk Total
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
usia kerja. Penduduk dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah
pensiunan atau berusia lanjut.
Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang
termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah termasuk usia kerja tetapi
belum bekerja atau belum mencari pekerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga
pun termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja.
Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi
tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga
kerja (man power adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta
dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.
2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja
Pada negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran
merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini. Karena masalah
pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Seperti halnya juga di negara
Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi
pengangguran secara lambat laun baik di perkotaan dan di pedesaan.
Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topik dalam
industri-Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
industri kecil, sedang dan besar dapat berjalan dengan semestinya. Berbagai upaya
dilakukan pemerintah untuk dapat mendorong perekonomian rakyat.
Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap tenaga
kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha
untuk dapat sesuai dengan usaha itu sendiri.
Dalam ilmu ekonomi seperti kita ketahui faktor-faktor produksi adalah tanah,
modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah satu faktor tersebut tenaga kerja yang
benar sesuai kebutuhan dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki agar tenaga
kerja yang dimiliki dalam sektor industri. Modal utama yang dibutuhkan adalah
sumber daya manusia.
Menurut Sondang P.Siagian (1995) yakni:
“Sumber daya manusia dan kekayaan alam melimpah ternyata tidak banyak
artinya tanpa dikelola manusia dengan baik. Artinya sumber daya lainnya dan
kekayaan alam tetap modal yang berharga akan tetapi modal tersebut hanya ada
artinya apabila digunakan oleh manusia, tidak hanya bagi kepentingan diri sendiri
tetapi demi kepentingan kesejahteraan masyarakat secara langsung”.
“Tanpa sumber daya alam yang handal pengelolaannya, penggunaan dan
pemanfaatan sumber daya lainnya menjadi tidak berguna dan berhasil. Dalam situasi
yang demikian mustahil gambaran tentang usaha pencapaian yang berakibat pada
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap
tenaga kerja dalam kondisi yang tidak siap pakai. Disinilah perlunya peranan
pemerintah upaya mengatasi melalui pembinaan dan pengembangan industri kecil
diharapkan dapat memberikan hasil yang diharapakan.
Selanjutnya dari uraian di atas dijelaskan melalui peningkatan bantuan lunak
dan peningkatan bantuan keras dapat dapat meningkatkan motivasi, pengetahuan,
keterampilan, dan wawasan/pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah
proses penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga kerja
ini juga tidak terlepas dari kesempatan yang tersedia di tengah-tengah masyarakat.
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan
mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan. Dalam posisi keseimbangan,
kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli
barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas
faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa dari
faktor-faktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor-faktor-faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya
akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Ini
yang dimaksudkan Say bahwa pemasaran akan selalu berhasil menciptakan
permintaan sendiri.
Dalam posisi keseimbangan, tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan
permintaan. Kalaupun terjadi ketidakseimbangan, misalnya pasokan lebih besar dari
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
dinilai kaum klasik sebagai suatu “tangan tak kentara” yang membawa perekonomian
kembali pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya,
termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh. Dengan demikian di bawah
sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kalau tidak
ada yang bekerja, daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, maka mereka
bersedia bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah. Kesediaan untuk bekerja
dengan tingkat upah lebih rendah ini akan menarik perusahaan untuk
memperkerjakan mereka lebih banyak.
Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka yang mau bekerja pasti akan
memperoleh pekerjaan. Pengecualian, berlaku bagi mereka yang pilih-pilih pekerjaan
atau tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang diatur oleh pasar. Tetapi kalau ada
yang tidak bekerja karena kedua alasan yang disebutkan di atas, mereka ini oleh
kaum klasik tidak digolongkan pada penganggur, melainkan pengangguran sukarela.
Teori Say mengatakan bahwa “penawaran akan menciptakan permintaannya
sendiri” di atas dikritik habis-habisan oleh Keynes sebagai suatu kekeliruan. Dalam
kenyataannya, demikian Keynes, biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran,
akan ditabung dan tidak semuanya dikonsumsi. Dengan demikian permintaan efektif
biasanya lebih kecil dari total produksi. Kalaupun kekurangan ini biasanya dieliminir
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
akibatnya tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena konsumsi lebih
kecil dari pendapatan, berarti tidak semua produksi akan diserap masyarakat.
Kritikan John Maynard Keynes (1883-1946) yang lain terhadap sistem klasik
yang juga sangat perlu diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak
ada mekanisme penyesuaian otomatis yang menjamin bahwa perekonomian akan
mencapai keseimbangan pada tingkat penggunaan kerja penuh. Hal ini sangat jelas
dalam alanisis tentang pasar tenaga kerja.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam posisi
keseimbangan semua sumber daya, termasuk didalamnya sumber daya tenaga kerja,
akan dimanfaatkan secara penuh. Kalau seandainya terjadi pengangguran, pemerintah
tidak perlu melakukan tindakan kebijaksanaan apa pun. Pandangan klasik ini tidak
diterima Keynes. Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja
tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Di manapun para pekerja
mempunyai semacam serikat kerja yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan
buruh dari penurunan tingkat upah. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum klasik
yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian yang keliru dengan kenyataan hidup
sehari-hari.
Kalaupun tingkat upah diturunkan, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan
turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat tentu akan menyebabkan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong
turunnya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka nilai produktifitas marginal labor, yang
dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun.
Jika penurunan dalam harga-harga tidak begitu besar, maka kurva nilai
produktifitasnya hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang
bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih
parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktifitas
marginal turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung jadi semkin
kecil, dan pengangguran menjadi semakin luas.
Mengingat kesempatan kerja yang terbatas tersebut maka pemerintah
mengupayakan penciptaan lapangan kerja yang nantinya dapat menampung maupun
mengurangi tingkat pengangguran yang berada di tengah-tengah masyarakat melalui
penciptaan usaha-usaha industri kecil.
Dengan tambah dan berkembangnya industri kecil maka dampaknya akan
sangat luas terhadap penyerapan tenaga kerja. Peningkatan sumber daya manusia
yang terbatas tentunya akan menghambat pengembangan itu sendiri. Merupakan
tugas dan tanggung jawab masyarakat secara bersama-sama dengan pemerintah untuk
menciptakan lapangan pekerjaan serta berpartisipasi menunjang program pemerintah
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
pembinaan dan penyuluhan yang diberikan berupaya membuka wawasan pandang
jauh lebih kedepan sekaligus upaya peningkatan sumber daya manusia.
2.2 INVESTASI
2.2.1 Pengertian Investasi
Secara umum investasi meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam
masyarakat seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,
pembukaan tanah baru dan sebagainya.
Menurut Sukirno (2000), Investasi didefinisikan sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi
dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa
depan. Dengan perkataan lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan
perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi sesuatu dalam
perekonomian.
Dalam kaitannnya dengan perusahaan dimana perusahaan melakukan
investasi untuk mendapatkan profit sebesar-besarnya dimana dana investasi tersebut
salah satunya bersumber dari dana masyarakat yang ditabung pada lembaga-lembaga
keuangan, maka Deliarnov (1995) mengemukakan: investasi merupakan pengeluaran
perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
diperlukan dalam proses produksi, pengeluaran untuk kerperluan bangunan kantor,
bangunan tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya, juga perubahan
nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.
Dari beberapa pendapat di atas tentang investasi, maka dapat disimpulkan
investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha
guna membiayai kegiatan produksi untuk medapatkan keuntungan di masa yang akan
datang.
2.2.2 Jenis-jenis Investasi
Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi dalam
kelompok:
1. Investasi Baru
Investasi baru yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik
sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan produksi,
tetapi harus menggunakan sistem produksi baru.
2. Investasi Peremajaan
Investasi jenis umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang
kapital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan ongkos produksi
yang sama dengan alat yang digantikannya.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Pada kelompok ini peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan
ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang
digantikannya.
4. Investasi perluasan
Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama.
Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama.
5. Investasi Modernisasi
Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses
baru, atau memproduksi lama dengan proses yang baru.
6. Investasi Diversifikasi
Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai
dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan.
Jenis-jenis investasi berdasarkan dari pelaku terbagi dua, yaitu:
1. Autonomous Investment (investasi otonom)
Investasi otonom adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh
pendapatan nasional. Artinya tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan
jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.
Investasi ini dilakukan oleh pemerintah (Public Investment), karena
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
maka swasta tidak dapat melakukan investasi jenis ini karena tidak memberikan
keuntungan langsung.
Gambar 2.1 Investasi Otonom
Contoh: Investasi bendungan saluran irigasi akan dapat meningkatkan
produksi hasil pertanian tetapi tidak memberikan keuntungan langsung kepada
pemerintah. Selain itu, pembukaan dan pembangunan prasarana jalan juga merupakan
investasi otonom. Dengan dibukanya prasarana jalan akan dapat meningkatkan
aktifitas perekonomian daerah yang tadinya terisolir.
2. Induced Investment (Investasi Dorongan)
Investasi dorongan adalah investasi yang besar kecilnya sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan baik itu pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau
nasional. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan, dimana
pertambahan permintaan tersebut sebagai akibat dari pertambahan pendapatan.
Jelasnya apabila pendapatan bertambah maka permintaan akan digunkan
untuk tambahan konsumsi sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah
Y2 Y1
I
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
tambahan permintaan dan jika ada tambahan permintaan maka akan mendorong
berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi
tambahan permintaan tersebut.
Gambar 2.2 Investasi Dorongan
2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi
a. Tingkat Bunga
Tingkat bunga sangat berperan dalam menentukan tingkat investasi yang
terjadi dalam suatu negara. Apabila tingkat bunga rendah maka tingkat investasi yang
terjadi akan tinggi karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan
investasi. Sebaliknya tingkat bunga tinggi, maka investasi kredit bank tidak menguat
Dalam literatur ada dua istilah yang dapat digunakan untuk melihat tingkat
suku bunga dari investasi yaitu:
Y1 I
Y Y2
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
1. Marginal Efficiency of Investment (MEI), yang menggambarkan hubungan antara
tingkat suku bunga dengan investasi yang senyatanya dilakukan oleh para
pengusaha dalam suatu jangka waktu tertentu.
2. Marginal Efficiency of Capital (MEC), yang menggambarkan hubungan antara
tingkat suku bunga dengan penanaman modal yang seharusnya dilakukan untuk
usaha-usaha yang tingkat pegembalian modalnya (rate of return)-nya lebih besar
dari pada tingkat suku bunga yang berlakuntungkan.
Keynes mengatakan masalah investasi baik ditinjau dari penentuan jumlahnya
maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep
Marginal Efficiency of Capital (MEC). MEC merupakan tingkat keuntungan yang
diharapkan dari investasi yang dilakukan (Return of Investment).
Hubungan antara MEC, investasi, dan tingkat bunga dapat dilihat dari MEC
sebagai garis yang menurun, dimana garis ini memperlihatkan jumlah investasi yang
terlaksana pada setiap tingkat bunga yang berlaku.
Tingkat Suku Bunga
Investasi MEC2
MEC1
i1
i2
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Investasi
Keterangan:
Gambar di atas memperlihatkan bahwa pada tingkat suku bunga i1, tingkat
investasi yang terjadi I1, begitu juga posisi MEC1. Pada tingkat bunga i2, posisi
investasi adalah I2, sedangkan MEC akan menurun pada posisi MEC2.
b. Peningkatan aktifitas perekonomian
Harapan adanya peningkatan perekonomian di masa mendatang, merupakan
salah satu faktor penentu untuk mengadakan investasi atau tidak. Kalau ada
perkiraan akan terjadi peningkatan perekonomian di masa yang akan datang,
walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC (sebagai penentu investasi),
investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh investor yang instingnya tajam melihat
peluang meraih keuntungan yang lebih besar di masa yang akan datang.
c. Kestabilan politik suatu negara.
Kestabilan politik suatu negara merupakan suatu pertimbangan yang sangat
penting untuk mendakan investasi. Karen dengan stabilnya politik Negara yang
bersangkutan terutama penanaman modal dari luar negeri/ PMA tidak aka nada resiko
perusahaannya dinasionalisasikan oleh Negara bersangkutan (ini dapat terjadi bila ada
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
d. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi
biaya produksi. Dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai
kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi. Semakin besar biaya yang
diperlukan untuk melakukan perombakan dalam teknologi yang digunakan semakin
banyak investasi yang dilakukan.
2.3 KONSUMSI
2.3.1 Pengertian Konsumsi
Konsumsi dalam istilah sehari-hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan
makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu
barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk membeli kebutuhan manusia. Barang
dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi
oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan
barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin, 1997). Badan
Pusat Statistik (2006) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas
pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan.
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
a. Faktor ekonomi
b. Faktor demografi
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam kebanyakan publikasi pemerintah dibedakan dua macam pengeluaran
konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga yang sering diberi simbol C
sebagai singkatan dari Consumption Expenditure dan pengeluaran konsumsi
pemerintah, yang biasa diberi simbol G singkatan dari Government Expenditure.
a. Faktor ekonomi
Ada empat faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah:
1. Pendapatan rumah tangga
2. Kekayaan rumah tangga
3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
4. Tingkat bunga
5. Perkiraan tentang masa depan
6. Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.
1. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik fakor
produksi atas pengorbanannya dalam proses produksi. Masing-masing faktor
produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa, tenaga kerja
akan memperoleh balas jasa berupa upah/gaji, modal akan memperoleh balas jasa
dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterpreneur akan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut Sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan
berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (labor
income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut pendapatan bukan
tenaga kerja (Non Labor Income). Dalam kenyataannya membedakan antara
pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah
dilakukan. Ini disebabkan karena nilai ouput tertentu umumnya terjadi atas kerjasama
dengan faktor produksi lain.
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.
Biasanya makin tinggi pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi pula. Karena
ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli
aneka kebutuhan konsumsi makin besar, atau mungkin juga pola hidup makin
konsumtif.
Jadi hasrat konsumsi tergantung atas apa yang disebut dengan pendapatan permanen
daripada tingkat pendapatan yang berjalan pada satu tahun tertentu.
2. Kekayaan Rumah Tangga
Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil dan
finansial. Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi karena menambah
pendapatan disposibel. Efek kekayaan, perubahan tingkat harga akan menyebabkan
seseorang yagn memiliki kekayaan mengalami kenaikan dari kekayaannya tersebut.
Pemegang kekayaan akan merasa lebih kaya, sehingga mungkin mereka akan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
dengan efek Pigou adalah dampak kenaikan tingkat bunga terhadap pengeluaran
konsumsi. Adanya kenaikan bungan menyebabkan seseorang yang mempunyai
kekayaan finansial seperti saham, obligasi dan sebagainya merasa bahwa mereka
menjadi semakin kaya, dan ini (mungkin) akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi
mereka.
3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
Pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi
tahan lama. Barang-barang tahan lam biasanya harganya mahal, yang untuk
memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membeli secara tunai,
maka sebelum membeli harus menabung. Namun apabila membelinya secara kredit,
maka masa untuk menghemat adalah sesudah pembelian barang. Efek barang tahan
lama, barang tahan lama adalah barang yagn dapat dinikmati lebih dari satu tahun.
Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran
konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama seperti lemari es,
meja/kursi, mobil, motor, tidak akan membelinya lagi dalam waktu dekat, sehingga
pengeluaran konsumsi untuk barang-barang tersebut cenderung mengecil pada tahun
yang akan datang, sehingga pengeluaran konsumsi untuk barang tahan lama dapat
berfluktuasi sepanjang waktu dan menyebabkan terjadinya fluktuasi pengeluaran
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009 4. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat
dari sisi keluarga yang mempunya kelebihan uang maupun kekurangan uang. Dengan
tingkat bunga tinggi, maka biaya ekonomi semakin mahal, bagi mereka yang ingin
meminjam dari bank, biaya bunga semkin mahal sehingga lebih baik menunda.
Faktor yang juga penting dalam menentukan besarnya tabungan (yang berarti juga
mempengaruhi konsumsi) adalah tingkat bunga. Oleh karena konsumen mempunyai
preferensi terhadap barang sekarang daripada barang pada waktu yang akan datang
(myopik), maka agar konsumen bersedia untuk menangguhkan pengeluaran konsumsi
diperlukan adanya balas jasa yang disebut bungan. Semakin tinggi tingkat bunga,
maka akan semakin besar pula jumlah uang yang ditabung (konsumsi menjadi
semakin sedikit) dan sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga akan semakin sedikit
tabungan (semakin besar konsumsi). Keynes menyatakan bahwa faktor utama yang
mempengaruhi pengeluaran konsumsi adalah penghasilan riil, walaupun demikian,
hal tersebut tidak menghilangkan pengaruh tingkat bunga terhadap alokasi
penghasilan antara tabungan dan pengeluaran konsumsi. Akan tetapi tidaklah jelas
apakah semakin tinggi tingkat bunga akan menyebabkan tingkat konsumsi semakin
sedikit atau semakin banyak, karena perubahan tingkat bunga mempunyai dua efek,
yaitu efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan (income effect).
Apabila tingkat bunga naik, efek substitusi menyebabkan rumah tangga akan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
menyebabkan pengeluaran konsumsi menjadi semakin besar (tabungan semakin
kecil). Efek totoalnya tergantung efek mana yang dominana, apakah efek substitusi
atau efek pendapatan. Bagi golongan masyarakat kaya yang mempunyai APC lebih
besar daripada golongan masyarakat miskin, efek penghasilan meungkin lebih besar
daripada efek substitusi apabila tingkat bunganya naik, sehingga mereka cenderung
mengkonsumsi lebih banyak. Sebaliknya golongan masyarakat miskin, efek substitusi
mungkin lebih dominan daripada efek pendapatan sehingga apabila tingkat bunga
naik mereka cenderung akan menabung lebih banyak. Jadi, secara teoritis tidaklah
dapat dibuktikan bahwa kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan seseorang
mengkonsumsi lebih banyak atau lebih sedikit, sehingga untuk menjelaskannnya
diperlukan suatu studi empiris.
5. Adanya Kredit
Kredit juga sangat erat kaitannya dengan tingkat bunga. Adanya kredit
menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang sekarang dan membayarnya
kemudian sehingga adanya kredit mempengaruhi waktu pembayaran angsuran kredit
yang harus dilakukan sebuah rumah tangga, terutama dalam membeli barang tahan
lama. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya kredit menyebabkan rumah
tangga akan mengkonsumsikan lebih banyak karena apa yang mereka beli sekarang
pada masa yang akan datang harus dilunasi dari penghasilan yang akan diterima pada
masa yang akan datang. Konsumen dalam mengambil kredit harus memperhitungkan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Seringkali terjadi bahwa tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam
menentukan pengambilan kredit sebagaimana faktor-faktor lainnya seperti (jumlah
down payment) jangka waktu pelunasannya. Kenaikan down payment akan
menyebabkan terjadinya penurunan kredit, sedangkan semakin lama jangka waktu
pelunasan akan cenderung menyebabkan naiknya permohonan kredit. Secara singkat,
bagaimana pengaruh adanya kredit terhadap pengeluaran konsumsi tidaklah jelas,
sedangkan penelitian secara empiris tidak menemukan adanya hubungan yang positif
antara kredit dan pengeluaran konsumsi.
6. Inflasi
Efek kenaikan tingkat harga umum, adanya kenaikan tingkat harga suatu
barang akan menyebabkan efek substitusi dimana konsumen akan mengurangi
pembelian barang yang harganya menjadi relatif lebih mahal dan menambah
pembelian barang yang harganya relatif lebih mudah. Akan tetapi adanya inflasi yaitu
kenaikan harga secara umum menyebabkan semua harga barang mengalami
kenaikan, dan ini menyebabkan terjadinya efek substitusi antara pengeluaran
konsumsi dan tabungan. Kenaikan tingkat harga secara umum tidaklah berarti bahwa
harga semua barang mengalami kenaikan secara proporsional, sehingga ada substitusi
antara barang yang satu dengan barang lainnya secara terbatas. Bagaimana pengaruh
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
mana yang dipilih. Teori konsumsi menurut Keynes menunjukkan hubungan antara
pengeluaran konsumsi secara riil dan tingkat penghasil riil, sehingga adanya inflasi
tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi.
b. Faktor Demografi
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun rata-rata pengeluaran per orang atau per keluarga relatif
rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih
rendah dari penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi
Indonesia lebih besar dari Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia yang lima
puluh kali lipat dari Singapura.
c. Faktor Non Ekonomi
Faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi
adalah faktor sosial budaya masyarakat . misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan
makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain
yang dianggap lebih hebat. Contoh paling konkrit di Sumatera Utara adalah
berubahnya kebiasaan berbelanja di pasar tradisional ke pasar swalayan.
Beberapa teori tentang pengeluaran konsumsi yang menghubungkan
pengeluaran konsumsi dengan faktor-faktor lain selain pendapatan. Teori-teori
tersebut antara lain Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Hypothesis), dan Teori Konsumsi dengan Hipotesis Penadapatan Permanen
(Permanent Income Hypothesis).
1. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup
Teori konsumsi dengan hipotesis ini dikemukakan oleh Ando, Brumberg dan
Modigliani yaitu tiga ekonom besar yang hidup di abad 18. Menurut teori ini faktor
sosial ekonomi seseorang sangat mempengaruhi pola konsumsi orang tersebut. Teori
ini membagi pola konsumsi seseorang menjadi 3 bagian berdasarkan umur seseorang.
Bagian pertama yaitu dari seseorang berumur nol tahun hingga berusia tertentu
dimana orang tersebut dapat menghasilkan pendapatanan sendiri. Sebelum orang
tersebut dapat menghasilkan pendapatan sendiri, maka ia mengalami dissaving (ia
berkonsumsi akan tetapi tidak menghasilkan pendapatan). Kemudian pada bagian
kedua dimana seseorang berusia kerja dan dapat menghasilkan pendapatan sendiri
yang lebih besar dari pengeluaran konsumsinya. Dan pada bagian tiga dimana ia
berada pada usia tidak bisa bekerja lagi. Pada bagian dua, ia mengalami saving. Dan
bagian ketiga ketika seseorang pada usia tua dimana orang tersebut tidak mampu lagi
menghasilkan pendapatan sendiri, ia mengalami dissaving lagi.
2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income
Hypothesis)
Teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif
dikemukakan oleh James Duesenberry. Dalam teoriny, Duesenberry membuat dua
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependent,
yaitu terpengaruh atas pengeluaran yang dilakukan oleh tetangganya.
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat
penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan
mengalami penurunan.
Duesenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar penghasilan
absolut sebagaimana dikemukakan oleh Keynes tidak mempertimbangkan aspek
psikoloi konsumen. Duesenberry menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu
rumah tangga sangat tergantung pada posisi rumah tangga tersebut pada masyarakat
sekelilingnya. Apabila konsumen senantiasa melihat pola konsumsi tetangganya yang
lebih kaya, maka ada efek demonstrasi (demonstration effect). Akan tetapi, peniruan
pola konsumsi tetangga harus dianalisis dengan melihat kedudukan relatif rumah
tangga tersebut pada masyarakat disekelilingnya.
Apabila dari tahun ke tahun terdapat kenaikan penghasilan bagi seluruh
masyarakt, maka distribusi penghasilan seluruh masyarakat tidak mengalami
perubahan. Kenaikan penghasilan absolut menyebabkan pengeluaran konsumsi juga
akan naik, begitu juga jumlah tabungan akan naik dalam proporsi yang sama. Ini
berarti APC = C/Y tidak mengalami perubahan dan ini berarti pula APC = MPC yang
merupakan fungsi konsumsi jangka panjang.
Dari fungsi konsumsi jangka panjang tersebut Duesenberry memperoleh
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh besarnya pendapatan tertinggi yang pernah
dicapai. Apabila terjadi kenaikan pendapatan, maka pengeluaran konsumsi akan
cenderung meningkat dengan proporsi tertentu. Sedangkan apabila pendapatan turun,
maka pengeluaran konsumsi juga akan turun tetapi proporsinya lebih kecil daripada
proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi akibat kenaikan pendapatan.
3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen
Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M.
Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Defenisi pendapatan
permanen adalah:
1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat
diperkirakan terlebih dahulu, misalnya penghasilan dari upah.
2. Hasil dari semua faktor yang menentukan kekayaan manusia (yang
menciptakan kekayaan). Kekayaan sebuah rumah tangga terdiri dari dua
kategori, yaitu kekayaan manusia dan kekayaan finansial.
Yang dimaksud dengan pendapatan sementara adalah penghasilan yang tidak
dapat diharapkan terlebih dahulu dan nilainya dapat positif apabila nasibnya baik atau
negatif apabila mendapat nasib buruk. Seseorang yang mendapat undian misalnya,
dikatakan memperoleh pendapatan transitori positif sedangkan seorang petani yang
panennya gagal karena cuaca buruk dikatakan mendapat pendapatan transitori
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009 2.4 INDUSTRI
2.4.1 Pengertian Industri
Menurut Undang-undang No.5 tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi
mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk rancang bangunan
dengan rakayasa industri. Dikemukakan oleh Dumairy tahun 1996, industri
mempunyai dua pengertian. Pertama: industri merupakan himpunan
perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua: industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya
terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi.
Dalam istilah ekonomi, Industri juga mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas,
industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat
produktif. Sendangkan pengertian sempit, industri adalah kegiatan yang mengubah
barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
industri adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi
dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.
Menurut G. Kartaspoetra (1987) dalam bukunya yang berjudul “Pembentukan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih untuk penggunaannya. Dalam pengertian lain, industri
adalah suatu aktifitas yang mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi dengan tujuan untuk dijual.
Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa industri
merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui
kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia, mulai dari peralatan
sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kata lain, Industri sudah dikenal sejak zaman
purbakala. Walaupun pada awal perkembangannnya masih sangat sederhana dan
terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dalam lingkungan yang
terbatas.
Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang akan
membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut. Dimana
dimulai dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian, menuju
perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri (Weiss, 1998). Menurut
istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural
dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan dalam komposisi permintaan,
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), produksi dan penggunaan faktor
produksi seperti tenga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
2.4.2 Teori Industrialisasi
Seluruh negara di dunia melaksanakan proses industrialisasi untuk menjamin
pertumbuhan ekonomi (Chenery, 1986). Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri
telah dipercaya oleh seluruh dunia sebagai satu-satunya leading sektor yang
membawa perekonomian menju kemakmuran. Sektor industri dijadikan leading
sektor sebab ini mempunya begitu banyak kelebihan dibandingkan sektor pertanian.
Kelebihannya antara lain, produksinya mempunyai dasar nilai tukar (term of trade)
yang tinggi, nilai tambah besar, bagi pengusaha keuntungan yang besar, dan proses
produksinya lebih bisa dikendalikan oleh manusia.
Industrialisasi di setiap negara mempunyai corak yang berbeda-beda. Dalam
implementasinya ada empat teori yang dilaksanakan oleh beberapa negara yang
melandasi industrialisasinya. Dumairy (1996). Adapun empat teori tersebut adalah:
Keunggulan komparatif (comparative adventage). Jenis industri yang dikembangkan
oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang merupakan keunggulan
komparatif negara tersebut.
Keterkaitan industri (industrial linkage). Jenis industri yang dikembangkan
oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai keterkaitan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Penciptaan kesempatan kerja (Employment Creation). Jenis industri yang
dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar.
Loncatan teknologi (technology jump). Jenis industri yang dikembangkan oleh
negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai teknologi tinggi
sehingga akan terjadi alih ekonomi bagi sektor-sektor lain.
2.4.3 Strategi Indutrialisasi
Menurut Dumairy tahun 1996, ada dua strategi industrialisasi yakni:
Substitusi impor (import substitution). Strategi ini disebut strategi orientasi
kedalam atau inward looking strategy yaitu indunstrialisasi yang mengutamakan
pengembangan jenis-jenis industri untuk menggantikan kebutuhan akan impor
barang-barang sejenis. Pelaksanaannya dalam dua tahap, pertama: terlebih dahulu
mengembangkan industri-industri barang konsumsi. Kedua: menggalakkan
pengembangan industri-industri hulu seperti industri baja dan aluminium.
Salah satu ciri yang menonjol dalam strategi ini adalah pelaksanaan disertai dengan
tingkat proteksi yang tinggi baik tarif bea masuk dan pajak barang impor.
Promosi ekspor (export promotion). Strategi ini mengutamakan
pengembangan jenis industri yang menghasilkan produk-produk ekspor. Syarat utama
adalah tingkat proteksi yang rendah disertai dengan insentif dalam meningkatkan
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam melaksanakan strategi industrialisasi menggunakan indikator peranan
industri dalam pembentukan PDRB bagi suatu daerah. Antara satu tahap dengan
tahap lain perubahan bersifat perlahan dan berkesinambungan. Berdasarkan besarnya
sumbangan atau bagian nilai tambah sektor industri terhadap PDRB.
2.4.4 Klasifikasi Industri
a. Jenis Industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif, industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
2. Industri nonekstraktif, adalah industri yang bahan bakunya di dapat dari tempat
lain selain alam sekitar.
3. Industri hilir, industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual
kepada para konsumennya.
b. Jenis industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal, industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar
untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.
2. Industri padat karya, industri yang lebih dititikberatkan pada sejumlah besar
tenaga kerja dalam pembangunan dan pengoperasiannya.
c. Jenis Industri Berdasarkan Klasifikasi atau berdasarkan SK menteri
Perindustrian No. 19/M/I/1986
1. Industri kimia dasar
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
3. Industri kecil
4. Aneka industri
Berdasarkan International Standard of Industrial Clasification (ISIC), yaitu
berdasarkan pendekatan kelompok komoditas.
Tabel 2.1 Penggolongan Industri Berdasarkan ISIC
Kode Kelompok Industri
31 Industri makanan, minuman dan tembakau
32 Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
33 Industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk perabotan rumah tangga
34 Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan
35
Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet
dan platik.
36 Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu-bara.
37 Industri logam dasar.
38 Industri barang dari logam, mesin dan peralatan.
39 Industri pengolahan lainnya.
Sumber : Kantor Perindustrian dan Perdagangan
d. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga, industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah
antara 1-4 orang.
2. Industri kecil, industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah antara 5-19
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
3. Industri sedang atau industri menengah, industri yang jumlah karyawan/ tenaga
kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar, industri yang jumlah karyawan/ tenaga kerja berjumlah antara 100
orang atau lebih.
Tabel 2.2 Klasifikasi Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja
Nomor Klasifikasi industri Jumlah Tenaga Kerja (orang)
1 Industri Rumah Tangga 1-4
2 Industri Kecil 5-19
3 Industri Sedang 20-99
4 Industri Besar 100 atau lebih
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara
Menurut Julian Luthan (1997) dalam bukunya berjudul “Beberapa Aspek
Ketenagakerjaan perusahaan kecil di Indonesia”, Industri dapat dibagi menjadi empat
bagian yaitu:
a. Industri besar, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah tenaga
kerja 50 orang atau lebih.
b. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah
tenaga kerja 5-49 orang.
c. Industri kecil, yaitu industri yang menggunakan mesin dengan jumlah tenga