GAMBARAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA
BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM
HAJI ADAM MALIK, MEDAN
Oleh :
MALEENY PERAMAL
NIM: 080100269
N
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
GAMBARAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA
BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM
HAJI ADAM MALIK, MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
MALEENY PERAMAL
NIM: 080100269
N
LEMBAR PENGESAHAN
Judul: Gambaran Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan
Nama: Maleeny Peramal Nim: 080100269
_______________________________________________________________
Dosen Pembimbing, Dosen Penguji I,
(dr. Tina Christina L.Tobing, SpA ) (dr. Sarma, SpOG)
Dosen Penguji II,
(dr. Zulkifli, M.Kes)
Medan, 1 Desember 2011 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, dan asidosis.
Istilah neonatorum digunakan karena asfiksia ini terjadi pada neonatus. Ia sering dikenal pasti
apabila bayi tidak segera menangis sesudah lahir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada
bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga
2010.Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross
sectional.Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling.Data penderita yang menderita
asfiksia neonatorum dikumpulkan dari rekam medis pasien yang dirawat di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010.
Bayi dengan asfiksia neonatorum terbesar adalah jenis kelamin lelaki yaitu 59.8%
diikuti oleh perempuan 40.2%.Distribusi proporsi berat badan lahir yang paling banyak
adalah yang normal yaitu 61% dan berat badan lahir rendah dengan 39%.Berdasakan cara
lahir, proposi terbesar adalah dengan seksio sesaria yaitu 53.7% dan yang paling sedikit ialah
yang lahir secara normal yaitu 19.5%.Bayi yang menderita asfiksia neonatorum terbesar lahir
dengan durasi kehamilan normal 53.7% diikuti oleh bayi preterm 46.3%.Bayi paling banyak
dijumpai mekonium pada air ketuban ibu yaitu 54.9% dan yang tidak dijumpai mekonium
adalah 45.1%.Kelompok umur ibu yang paling banyak adalah 25 hingga 34 tahun dengan
proporsi 52.4% dan yang paling kurang adalah 45 hingga 54 tahun yaitu 2.4%.
Jumlah total penderita asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Haji Adam Malik,Medan
dari tahun 2007 hingga 2010 adalah 82.
ABSTRACT
Neonatal asphyxia is a form of respiratory failure of neonatus occur when a mother is giving birth or after giving birth marked with hypoxia and acidosis.The term neonatal is used because it occur among neonatus.It is often recognized when the baby failed to cry immediately after born.
The purpose of the research is to know the characteristics of neonatal asphyxia among new born babies in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from year 2007 to 2010.This is a descriptive retrospective research with a cross sectional approach and the sample withdrawal is done by using total sampling.Patient information was obtained from medical records held at Haji Adam Malik General Hospital, Medan.
Male gender took the highest percentage which is 59.8% and followed by female with 40.2%.According to birth weight, normal birth weight took the highest percentage, 61% and low birth weight, 39%.Cesarean Babies took the highest percentage with 53.7% and the least is normal delivery, 19.5%.According to duration of pregnancy, 53.7% with normal duration and 46.3% are preterm babies.Meconium stained babies are 54.9% and without meconium
staining are 45.1%.According to mother’s age group 25 to 34 years took the highest percentage with 52.4% and the least is 45 to 54 years.
The total amount of neonatal asphyxia babies in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from 2007 to 2010 are 82.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya
yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A.
Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.
2. dr. Tina Christina L.Tobing, SpA selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
4. Kedua orang tua yaitu ayah Perumal serta ibu Mahadevi dan keluarga penulis
termasuk kakak Kaladevy yang telah membesarkan dengan penuh kasih
sayang, dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
5. Seluruh teman-teman penulis dan teman sekelompok yang ikut membantu
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Staf-staf bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik,
Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada penulis
selama ini, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak. Demikian dan terima kasih.
November 2011
Penulis,
MALEENY PERAMAL
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN...I
ABSTRAK...II
ABSRACT...III
KATA PENGANTAR...IV
DAFTAR ISI...VI
DAFTAR TABEL...IX
DAFTAR GAMBAR...X
DAFTAR LAMPIRAN...XI
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang………... 1
1.2.Rumusan Masalah………..…………....2
1.3.Tujuan Penelitian………....2
1.4.Manfaat Penelitian………...3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………4
2.1. Asfiksia Neonatorum………..………..4
2.1.1. Defenisi...4
2.1.2 .Klasifikasi………..4
2.1.3 .Etiologi dan Faktor Resiko ………...5
2.1.4 .Patofisiologi………...6
2.1.5. Komplikasi……….………8
2.1.6. Diagnosis………...8
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL……….12
3.1. Kerangka Konsep Penelitian...12
3.2. Defenisi Operasional...12
3.3. Cara Ukur………..13
3.4. Skala………..13
BAB 4 METODE PENELITIAN………14
4.1. Jenis Penelitian………...14
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian………...14
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………..14
4.4. Teknik Pengumpulan Data………...15
4.5. Pengolahan dan Analisis Data………....15
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...16
5.1. Hasil Penelitian...16
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...16
5.1.2. Karakteristik Sampel..………...16
5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel ………...17
5.2. Pembahasan...19
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...23
Kesimpulan ...23
6.2 Saran...24
DAFTAR PUSTAKA ...25
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Skor APGAR………..4
5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... ...17
5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Berat Badan Lahir...17
5.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan cara lahir………...18
5.4. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Durasi Kehamilan……...18
5.5. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Mekonium………18
5.6. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Ibu………..19
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
ABSTRAK
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, dan asidosis.
Istilah neonatorum digunakan karena asfiksia ini terjadi pada neonatus. Ia sering dikenal pasti
apabila bayi tidak segera menangis sesudah lahir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada
bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga
2010.Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross
sectional.Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling.Data penderita yang menderita
asfiksia neonatorum dikumpulkan dari rekam medis pasien yang dirawat di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010.
Bayi dengan asfiksia neonatorum terbesar adalah jenis kelamin lelaki yaitu 59.8%
diikuti oleh perempuan 40.2%.Distribusi proporsi berat badan lahir yang paling banyak
adalah yang normal yaitu 61% dan berat badan lahir rendah dengan 39%.Berdasakan cara
lahir, proposi terbesar adalah dengan seksio sesaria yaitu 53.7% dan yang paling sedikit ialah
yang lahir secara normal yaitu 19.5%.Bayi yang menderita asfiksia neonatorum terbesar lahir
dengan durasi kehamilan normal 53.7% diikuti oleh bayi preterm 46.3%.Bayi paling banyak
dijumpai mekonium pada air ketuban ibu yaitu 54.9% dan yang tidak dijumpai mekonium
adalah 45.1%.Kelompok umur ibu yang paling banyak adalah 25 hingga 34 tahun dengan
proporsi 52.4% dan yang paling kurang adalah 45 hingga 54 tahun yaitu 2.4%.
Jumlah total penderita asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Haji Adam Malik,Medan
dari tahun 2007 hingga 2010 adalah 82.
ABSTRACT
Neonatal asphyxia is a form of respiratory failure of neonatus occur when a mother is giving birth or after giving birth marked with hypoxia and acidosis.The term neonatal is used because it occur among neonatus.It is often recognized when the baby failed to cry immediately after born.
The purpose of the research is to know the characteristics of neonatal asphyxia among new born babies in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from year 2007 to 2010.This is a descriptive retrospective research with a cross sectional approach and the sample withdrawal is done by using total sampling.Patient information was obtained from medical records held at Haji Adam Malik General Hospital, Medan.
Male gender took the highest percentage which is 59.8% and followed by female with 40.2%.According to birth weight, normal birth weight took the highest percentage, 61% and low birth weight, 39%.Cesarean Babies took the highest percentage with 53.7% and the least is normal delivery, 19.5%.According to duration of pregnancy, 53.7% with normal duration and 46.3% are preterm babies.Meconium stained babies are 54.9% and without meconium
staining are 45.1%.According to mother’s age group 25 to 34 years took the highest percentage with 52.4% and the least is 45 to 54 years.
The total amount of neonatal asphyxia babies in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from 2007 to 2010 are 82.
B AB 1
meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian
pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia,
sepsis dan komplikasi berat lahir rendah (Lawn JE ,2005).
Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati dan
4 juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian bayi
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kematian bayi sangat memprihatinkan,
yang dikenal dengan fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama asfiksia neonatorum
(27%) setelah (29%) (WHO, 2005).
Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian
perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%) (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Perubahan pertukaran gas dan transport
oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel–sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat
berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan, atau secara mendadak
karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan
dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit
jantung, dan lain-lain. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan
oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan
gangguan fungsi plasenta (Mochtar, 1989).
Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini
hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan
gangguan belajar (Lee, 2008). Asfiksia neonatorum adalah kegawat daruratan bayi baru lahir
berupa depresi pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi
(WHO,1999).
Ini mendorong saya untuk melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk
memaparkan karekteristik yang sering dilihat pada bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, supaya tenaga medis dapat melakukan
resusitasi segera untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum
Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit
Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010 berdasarkan
1.5.Manfaat Penelitian
Bagi pemerintah: Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi tenaga medis agar lebih mengambil berat tentang asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi baru lahir dan
menyediakan sarana kesehatan yang lebih efektif untuk tindakan resusitasi.
Bagi masyarakat: Dengan ini, mortalitas bayi baru lahir dapat diturunkan dan kerusakan pada otak bayi baru lahir akibat kekurangan oksigen dapat dihindari.
Bagi peneliti: Dapat menambahkan ilmu pengetahuan bagi peneliti.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asfiksia Neonatorum 2.1.1. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis(IDAI, 2004). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir(WHO, 1999).
Nilai 0 1 2 Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
Warna kulit Biru atau pucat Tubuhmerah jambu&kaki,
tangan biru.
Merah jambu
Gerakan / tonus otot
Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi
Refleks(menangis) Tidak ada Lemah / lambat
Kuat
Tabel 2.1. Nilai APGAR(Ghai, 2010)
2.1.2. Klasifikasi asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan
melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran
plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada
aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer,
2008).
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan.
• Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
• Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
• Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
• Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul. • Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. • Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
• Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. b. Paralisis pusat pernafasan
2.1.4. Patofisiologi
Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir;
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam
keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari
jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga
darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus
kemudian masuk ke aorta(Perinasia, 2006).
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama
oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan
berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam
pembuluh darah di sekitar alveoli(Perinasia, 2006).
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan
peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi
sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang(Perinasia, 2006).
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan
tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran
darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang
diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak
mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh
bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk
menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan
pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang
sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak
oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh(Perinasia, 2006).
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan
Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal ;
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-parunya
yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di paru sehingga
oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika
keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan
dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen(Perinasia, 2006).
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ
seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap
stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran
darah akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika
kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium dan
kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran
darah ke seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan
organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan
satu atau lebih tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada
otak, otot dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia
(penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak;
tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau
kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan,
takipnu (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan sianosis karena
kekurangan oksigen di dalam darah(Perinasia, 2006).
2.1.5. Komplikasi Pasca Hipoksia
Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ vital
seperti otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak
dibandingkan organ lain. Perubahan dan redistribusi aliran terjadi karena penurunan resistensi
vaskular pembuluh darah otak dan jantung serta meningkatnya resistensi vaskular di
perifer(Williams CE,1993).
Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vaskular antara lain
timbulnya rangsangan vasodilatasi serebral akibat hipoksia yang disertai akumulasi karbon
dioksida, meningkatnya aktivitas saraf simpatis dan adanya aktivitas kemoreseptor yang
Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk menghasilkan energi
bagi metabolisma tubuh menyebabkan terjadinya proses glikolisis anerobik. Produk
sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruvat) menimbulkan peningkatan asam organik
tubuh yang berakibat menurunnya pH darah sehingga terjadilah asidosis metabolik.
Perubahan sirkulasi dan metabolisma ini secara bersama-sama akan menyebabkan kerusakan
sel baik sementara ataupun menetap(Williams CE,1993).
2.1.6. Penegakan Diagnosis
Anamnesis ;
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.
Pemeriksaan fisik ;
Memerhatikan sama ada kelihatan terdapat tanda- tanda berikut atau tidak:- Bayi tidak bernafas atau menangis.
Denyut jantung kurang dari 100x/menit.
Tonus otot menurun.
Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi.
BBLR (berat badan lahir rendah) (Ghai, 2010).
2.1.7. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali
pusat jika:-
PaO2 < 50 mm H2O
PaCO2 > 55 mm H2
2.1.8. Resusitasi neonatus Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal.
Langkah Awal Resusitasi ;
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan: apakah bayi cukup bulan?
apakah air ketuban jernih?
apakah bayi bernapas atau menangis?
apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu
atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan(Nelson KB, 1991).
(1) langkah awal dalam stabilisasi
(a) memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan
telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh
tubuh(Goodwin TM, 1992).
(b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar
posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya
udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup
dan/atau untuk pemasangan pipa endotrakeal(Martin-Ancel A, 1995).
(c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekonium saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.
Salah satu pendekatan obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan
melakukan penghisapan mekonium sebelum lahirnya bahu (intrapartum suctioning) (Wiswell
TE, 2000).
Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami
depresi pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera
dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi
mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan laringoskop dan
selang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan
Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan
sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekonium(Perinasia, 2006).
(d) mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar.
Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum
bernapas adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil
telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi(Perinasia,
2006).
(2) ventilasi tekanan positif
(3) kompresi dada
(4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan
dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna
kulit). Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan
untuk melanjutkan ke langkah berikutnya(Perinasia, 2006).
2.1.9. Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi
lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
(1) Pernapasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya
pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megap-megap adalah
pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan(Perinasia, 2006).
(2) Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan
dengan stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui
frekuensi jantung permenit(Perinasia, 2006).
(3) Warna kulit
sianosis sentral belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan
terapi oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi(Perinasia, 2006).
2.1.10. Penghentian resusitasi
Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit, setelah usaha
resusitasi yang menyeluruh dan adekuat dan penyebab lain telah disingkirkan, maka resusitasi
dapat dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit,
sangat tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat(Vain
NE, 2004).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, yang diamati adalah jenis kelamin, berat badan lahir, cara lahir, durasi
kehamilan, umur ibu dan mekonium bayi baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum.
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 3.1. Kerangka konsep gambaran bayi dengan asfiksia neonatorum.
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dibagi menjadi bayi laki-laki atau bayi perempuan.
3.2.2. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir bayi dikategorikan seperti berikut; Normal: ≥ 2500gram
Jenis kelamin Berat badan lahir Cara lahir
Durasi kehamilan Umur ibu
Mekonium
Gambaran bayi dengan
3.2.4. Durasi Kehamilan
Durasi kehamilan ibu untuk dapat melahirkan bayi (dalam bulan) dikategorikan seperti
berikut:
Preterm < 37 minggu Normal ≥ 37-42 minggu
3.2.5. Umur Ibu
Umur ibu semasa melahirkan bayi.
3.2.6. Mekonium
Dijumpai mekonium atau tidak dalam air ketuban ibu semasa melahirkan anak.
3.3. Cara Ukur
Meneliti dan menganalisa data dari Rekam Medis (data sekunder) dari bagian rekam medis di
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.
3.4. Skala
3.4.1. Skala Nominal
Skala ini tidak menunjukkan perurutan atau kesinambungan. Tiap variasi bersendiri secara
terpisah. Skala nominal yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kelamin, cara lahir
dan mekonium.
3.4.2. Skala Ordinal
Skala ini mempunyai batas yang tidak jelas antara satu variasi nilai dengan variasi nilai yang
lain, sehingga yang dapat dibandingkan hanya perbedaan yang lebih tinggi, sama atau lebih
rendah. Namun “jarak” atau interval antara nilai tersebut tidak terukur. Maka, skala ordinal
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mempunyai desain deskriptif retrospektif. Deskriptif adalah studi yang
ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit di suatu daerah
berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik, Medan.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari bulan
Agustus hingga November 2011. Tempat penelitian ini dipilih karena Rumah Sakit Umum
Haji Adam Malik merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat
rujukan di kota Medan. Pengumpulan data telah dilaksanakan dari bulan Agustus hingga
November 2011, setelah pelaksanaan proposal.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik , dari tahun 2007- 2010.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh populasi, yaitu seluruh bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari tahun 2007- 2010.
Jenis sampel yang digunakan adalah “total sampling”. “Total sampling” adalah teknik
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan melihat semua pencatatan kartu status (rekam medis) seluruh bayi
baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik Medan dari tahun 2007 hingga 2010. Data dikumpulkan dan dilakukan
pencatatan atau tabulasi sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik diolah dengan menggunakan bantuan sistem komputerisasi, kemudian dianalisa secara
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes
No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK
Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan
kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah
pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara,Aceh,Sumatera Barat dan Riau.
Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau
No.17 Km 12,Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.
Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum, RSUP H.Adam Malik Medan
didukung oleh 1.995 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari berbagai
spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedis perawatan, 298 orang paramedik non
perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga
Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.
RSUP H.Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan
medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat,
hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik,
patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan
penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart(CSSD),
bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan
pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah).
5.1.2. Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 82 orang yaitu bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia neonatorum yang berobat di departemen perinatologi RSUP H.Adam Malik dan
Dari penelitian didapati paling banyak kasus asfiksia neonatorum terjadi pada tahun
2010 sebanyak 28 (34.1%), diikuti oleh tahun 2007 yaitu 22 (26.8%) dan tahun 2008
sebanyak 18 (22%).Kejadian paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 14 dengan
proporsi 17.1%.
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Pada tabel 5.1. di atas,dapat diketahui bahwa dari 82 bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum, proporsi yang terbesar terjadi pada jenis kelamin lelaki sebanyak 49 (59.8%) dan perempuan sebanyak 33 (40.2%). Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan Lahir Berat Badan Lahir n %
Tabel 5.3. menunjukkan proporsi bayi yang lahir secara normal adalah 16 (19.5%) yaitu yang
terendah dan diikuti oleh yang lahir melalui ekstraksi vakum adalah 22 (26.8%). Proporsi
yang paling banyak adalah melalui seksio sesaria yaitu sebanyak 44 (53.7%)
Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Durasi Kehamilan
Durasi Kehamilan n %
Tabel 5.4. menunjukkan hasil penelitian dengan kejadian asfiksia neonatorum paling banyak
terjadi pada bayi yang lahir secara normal yaitu sebanyak 44 bayi dengan proporsi
53.7%.Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah yang menderita asfiksia neonatorum
adalah sebanyak 38 bayi dengan proporsi 46.3%
Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Mekonium
lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.Didapatkan bahwa dijimpai mekonium pada 45
kasus dengan proporsi 54.9% yaitu yang tertinggi.Diikuti oleh jumlah kasus di mana tidak
dijumpai mekonium ialah 37 dengan proporsi 45.1%.
Tabel 5.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu
Pada tabel 5.6. terdapat umur ibu bagi bayi yang mengalami asfiksia neonatorum,
memperlihatkan yang paling banyak adalah kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebanyak 43
orang dengan proporsi 52.4%.Sedangkan yang terendah adalah kelompok usia 45-54 dengan
jumlah 2 orang dengan proporsi 2.4%.Kedua paling banyak adalah kelompok usia 35-44
tahun dengan jumlah 21 oarang dengan proporsi 25.6%.Ini diikuti oleh kelompok usia 15-24
tahun sebanyak 16 orang dengan proporsi 19.5%.
Tabel 5.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai APGAR
5.2. Pembahasan
5.2.1. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007 - 2010
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa proporsi bayi baru lahir yang menderita
asfiksia neonatorum terbesar dari jenis kelamin adalah lelaki sebanyak 59.8%. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Universitas Chiang Mai, Thailand
pada tahun 1987, dari 205 bayi dengan asfiksia neonatorum yang terbanyak, 57.07% adalah
jenis kelamin lelaki (Chotinaruemol S,1987). Ini juga sejalan dengan penelitian yang
dijalankan oleh American Academy of Pediatrics pada tahun 2004, dengan bayi yang baru
lahir yang menderita asfiksia neonatorum yang terbanyak adalah lelaki dengan proporsi 55%
5.2.2. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan Lahir Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007 - 2010
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa kejadian asfiksia neonatorum pada bayi
baru lahir banyak terjadi pada kelompok berat badan lahir normal dengan proporsi 61%. Ini
sejalan dengan penelitian yang dijalankan oleh American Academy of Pediatrics pada tahun
2004, dengan bayi yang baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum yang terbanyak
adalah pada kelompok berat badan lebih besar daripada 2000 gram dengan proporsi 89%
(Yvonne W,2004). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dijalankan di
Universitas Chiang Mai, Thailand pada tahun 1987, dari 205 bayi dengan asfiksia
neonatorum, 43.41% adalah dengan berat badan melebihi 2500 gram (Chotinaruemol
S,1987). Menurut penelitian yang dijalankan di Rural Sarlahi, Nepal pada tahun 2009
kelompok berat badan yang paling banyak mengalami asfiksia neonatorum adalah 2000-2999
gram dengan proporsi 69.57% (Gary L,2004). Hal ini adalah hampir sama dengan hasil
penelitian ini.
5.2.3. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Cara Lahir Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007-2010
Berdasarkan hasil penelitian,terlihat bahwa terbanyak penderita asfiksia neonatorum
lahir melalui cara seksio sesaria yaitu sebanyak 53.7%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dijalankan oleh American Academy of Pediatrics pada tahun 2004, daripada 21721 bayi
dengan asfiksia neonatorum terbanyak lahir dengan cara seksio sesaria yaitu dengan proporsi
33.9% (Yvonne W,2004). Tetapi hal ini bertentangan dengan penelitian yang dijalankan di
Universitas Chiang Mai, Thailand pada tahun 1987, dari 205 bayi dengan asfiksia
neonatorum 81.95% lahir dengan cara seksio sesaria. Proporsi ini adalah yang terbanyak
dibanding dengan cara lahir lain (Chotinaruemol S,1987).
bayi dengan durasi kehamilan yang paling banyak mengalami asfiksia neonatorum adalah 37
hingga 41 minggu, 52% (Gary L,2009). Menurut penelitian yang dijalankan di Southern
Nepal pada tahun 2006, bayi dengan durasi kehamilan yang paling banyak terjadi asfiksia
neonatorum adalah hampir sama di antara 37 hingga 41 minggu dengan proporsi 50% (Anne
CC,2006). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dijalankan di Universitas
Chiang Mai, Thailand pada tahun 1987, dari 205 bayi dengan asfiksia neonatorum 49.76%
mempunyai durasi kehamilan melebihi 37 minggu. Angka ini adalah yang terbanyak
dibandingkan dengan durasi kehamilan lain (Chotinaruemol S,1987).
5.2.5. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Dijumpai Mekonium Atau Tidak Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007-2010
Dari hasil penelitian didapati kelompok bayi dengan asfiksia neonatorum kebanyakan
dijumpai mekonium yaitu 54.9%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dijalankan di
Larkana dan Lahore pada tahun 2007, yang mengatakan kejadian asfiksia lebih banyak terjadi
pada kasus yang ditemukan mekonium (Shaikh E,2007). Menurut penelitian yang dijalankan
di Singapore pada tahun 1982, bayi yang dijumpai dengan mekonium mempunyai nilai
APGAR lebih rendah pada minit pertama (Arulkumaran S,1982).
5.2.6. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007-2010
Dari hasil penelitian ditemukan kelompok umur ibu yang paling banyak melahirkan
bayi dengan asfiksia neoatorum adalah di antara 25 hingga 34 tahun dengan proporsi 52.4%.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dijalankan di Southern Nepal pada tahun 2006, di
mana kelompok umur 20 hingga 24 tahun mendapat proporsi terbanyak yaitu 36.96% (Anne
CC,2006). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dijalankan di Rural Sarlahi, Nepal pada
tahun 2009, proporsi terbanyak adalah 36% yang dijumpai pada kelompok umur 20 hingga
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dijalankan pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010, peneliti
menyimpulkan :
Jumlah total penderita asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Haji Adam Malik,Medan dari tahun 2007 hingga 2010 adalah 82.
Selama periode tahun 2007 hingga 2010 bayi dengan asfiksia neonatorum terbesar adalah jenis kelamin lelaki yaitu 59.8% diikuti oleh perempuan dengan proporsi
40.2%.
Distribusi proporsi berat badan lahir yang paling banyak mengalami asfiksia neonatorum adalah yang normal yaitu 61% dan berat badan lahir rendah dengan 39%. Berdasakan cara lahir bayi yang menderita asfiksia neonatorum, proposi terbesar adalah dengan seksio sesaria yaitu 53.7% dan yang paling sedikit ialah yang lahir
secara normal yaitu 19.5%.
Bayi yang menderita asfiksia neonatorum terbesar lahir dengan durasi kehamilan normal 53.7% diikuti oleh bayi preterm dengan proporsi 46.3%.
Berdasarkan dijumpai mekonium atau tidak, bayi menderita asfiksia neonatorum paling banyak dijumpai mekonium pada air ketuban ibu yaitu 54.9% dan yang tidak
dijumpai mekonium adalah 45.1%.
Kelompok umur ibu yang paling banyak melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum adalah 25 hingga 34 tahun dengan proporsi 52.4% dan kelompok umur yang paling
6.2. Saran
Dari penelitian ini, terlihat bahwa secara keseluruhan :
Pihak rumah sakit disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan peneliti yang akan
melakukan penelitian berdasarkan rekam medis.
Peneliti selanjutnya disarankan mengambil seluruh jumlah bayi yang lahir di Adam Malik pada tahun tertentu sebagai sampel supaya dapat perkirakan apakah faktor
resiko yang paling banyak mempengaruhi terjadinya kejadian asfiksia neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA
Anne, C.C., 2009. Maternal-Fetal Disproportion and Birth Asphyxia in Rural Sarlahi, Nepal:
3-6.
Anne, C.C., 2006. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia, Southern,
Nepal: 6-8.
Arulkumaran, S., 1982.Obstetric outcome in meconium stained liquor in labour,
Singaopre: 1-2.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, 2008. Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 278-9.
Bartrons J., Figueras J., Jimenez R., Gaya J., Cruz M., 1993. Vasopressin in
ischemic encephalopathy cerebrospinal fluid of newborns with hypoxic.
Preliminary report. J Perinat Med .21:399-403.
Chotinaruemol, S., 1987.Birth asphyxia at Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital,
Thailand:1-4.
Ghai,O.P., Paul,V.K, Bagga, A., 2010: Essential Pediatrics. Seventh edition.
96-140.
Goodwin, T.M., Belai, 1., Hernandez, P., Durand, M., Paul, R.H., 1992.
Asphyxial complications in the term newborn with severe umbilical
Lee, et.al., 2008. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in
Southern Nepal: A Prospective, Community-Based Cohort Study.
Pediatrics (Level of evidence Iib). 121:1381-1390.
Martin, A.A., Garcia, A.A., Gaya F., 1995. dkk. Multiple organ involvement in
perinatal asphyxia. J Pediatr. 127:786-93.
Mochtar, R., 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. 50- 54.
Nelson, K.B., Leviton, A., 1991. How much of neonatal encephalopathy is due to
birth asphyxia?. Am J Dis Child. 145:1325-31.
Parer, J.T., 2008. Fetal Brain Metabolism Under Stress Oxygenation, Acid-Base
and Glucose. Available from:
http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/acute/acute.cfm. [Accesed 30
Mac 2011].
Perinasia, 2006. American Academy of Pediatrics dan American Heart
Association. Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5.
Jakarta. 430- 470.
Shaikh, E.M, 2007. Neonatal outcome in meconium stained amniotic fluid-one
year experience, Shaikh Zyed Federal Postgraduate Medical Institute at
Lahore: 3.
Vain, N.E., Szyld, E.G., Prudent, L.M., Wiswell, T.E., Aguilar, A.M., Vivas, N.I.,
2004. Oropharyngeal and nasopharyngeal suctioning of meconium-staine
neonates before delivery of their shoulders: multicentre, randomised
controlled trial. Lancet. 364 :597–602.
Williams, C.E., Mallard, C., Tan Gluckman, P.D., 1993. Pathophysiology of
Wiswell, T.E., Gannon, C.M., Jacob, J., et al., 2000. Delivery room management
of the apparently vigorous meconium-stained neonate: results of the
multicenter, international collaborative trial. Pediatrics.105 :1 –7.
World Health Organization, 1999. Basic Newborn Resuscitation: A Practical
Guide-Revision. Geneva: World Health Organization. Available from:
www.who.int/reproductive-
health/publications/newborn_resus_citation/index.html.[Accesed 6 Mei 2011].
World Health Organization, 2005. The World Health Report 2005: make every
mother and child count. Geneva: WHO.
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Maleeny Peramal
Tempat / tanggal lahir : Johor / 15 November 1987
Agama : Hindu
Alamat : Jalan Dr.Mansur, Gang Sehat, No.26 Medan, 20155-
Indonesia.
Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2003
Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia(STPM)-2004/2005
INTI College-2006/2007
Fakultas Kedokteran USU- sekarang
LAMPIRAN 5
HASIL OUTPUT SPSS
1. Jumlah Asfiksia neonatorum dari Tahun 2007 hingga 2010.
2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin. tahun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2007 22 26.8 26.8 26.8
2008 18 22.0 22.0 48.8
2009 14 17.1 17.1 65.9
2010 28 34.1 34.1 100.0
Total 82 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 49 59.8 59.8 59.8
6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu
Umur ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 15-24 16 19.5 19.5 19.5
25-34 43 52.4 52.4 72.0
35-44 21 25.6 25.6 97.6
45-54 2 2.4 2.4 100.0
Total 82 100.0 100.0
7. Distribusi Sampel Berdasarkan Mekonium
mekonium dijumpai
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ada 45 54.9 54.9 54.9
tidak ada 37 45.1 45.1 100.0