• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA

BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM

HAJI ADAM MALIK, MEDAN

Oleh :

MALEENY PERAMAL

NIM: 080100269

N

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

GAMBARAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA

BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM

HAJI ADAM MALIK, MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MALEENY PERAMAL

NIM: 080100269

N

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Gambaran Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan

Nama: Maleeny Peramal Nim: 080100269

_______________________________________________________________

Dosen Pembimbing, Dosen Penguji I,

(dr. Tina Christina L.Tobing, SpA ) (dr. Sarma, SpOG)

Dosen Penguji II,

(dr. Zulkifli, M.Kes)

Medan, 1 Desember 2011 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat

lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, dan asidosis.

Istilah neonatorum digunakan karena asfiksia ini terjadi pada neonatus. Ia sering dikenal pasti

apabila bayi tidak segera menangis sesudah lahir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada

bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga

2010.Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross

sectional.Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling.Data penderita yang menderita

asfiksia neonatorum dikumpulkan dari rekam medis pasien yang dirawat di Rumah Sakit

Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010.

Bayi dengan asfiksia neonatorum terbesar adalah jenis kelamin lelaki yaitu 59.8%

diikuti oleh perempuan 40.2%.Distribusi proporsi berat badan lahir yang paling banyak

adalah yang normal yaitu 61% dan berat badan lahir rendah dengan 39%.Berdasakan cara

lahir, proposi terbesar adalah dengan seksio sesaria yaitu 53.7% dan yang paling sedikit ialah

yang lahir secara normal yaitu 19.5%.Bayi yang menderita asfiksia neonatorum terbesar lahir

dengan durasi kehamilan normal 53.7% diikuti oleh bayi preterm 46.3%.Bayi paling banyak

dijumpai mekonium pada air ketuban ibu yaitu 54.9% dan yang tidak dijumpai mekonium

adalah 45.1%.Kelompok umur ibu yang paling banyak adalah 25 hingga 34 tahun dengan

proporsi 52.4% dan yang paling kurang adalah 45 hingga 54 tahun yaitu 2.4%.

Jumlah total penderita asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Haji Adam Malik,Medan

dari tahun 2007 hingga 2010 adalah 82.

(5)

ABSTRACT

Neonatal asphyxia is a form of respiratory failure of neonatus occur when a mother is giving birth or after giving birth marked with hypoxia and acidosis.The term neonatal is used because it occur among neonatus.It is often recognized when the baby failed to cry immediately after born.

The purpose of the research is to know the characteristics of neonatal asphyxia among new born babies in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from year 2007 to 2010.This is a descriptive retrospective research with a cross sectional approach and the sample withdrawal is done by using total sampling.Patient information was obtained from medical records held at Haji Adam Malik General Hospital, Medan.

Male gender took the highest percentage which is 59.8% and followed by female with 40.2%.According to birth weight, normal birth weight took the highest percentage, 61% and low birth weight, 39%.Cesarean Babies took the highest percentage with 53.7% and the least is normal delivery, 19.5%.According to duration of pregnancy, 53.7% with normal duration and 46.3% are preterm babies.Meconium stained babies are 54.9% and without meconium

staining are 45.1%.According to mother’s age group 25 to 34 years took the highest percentage with 52.4% and the least is 45 to 54 years.

The total amount of neonatal asphyxia babies in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from 2007 to 2010 are 82.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya

yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A.

Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Tina Christina L.Tobing, SpA selaku dosen pembimbing, yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua yaitu ayah Perumal serta ibu Mahadevi dan keluarga penulis

termasuk kakak Kaladevy yang telah membesarkan dengan penuh kasih

sayang, dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

5. Seluruh teman-teman penulis dan teman sekelompok yang ikut membantu

penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Staf-staf bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik,

(7)

Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada penulis

selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi

semua pihak. Demikian dan terima kasih.

November 2011

Penulis,

MALEENY PERAMAL

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN...I

ABSTRAK...II

ABSRACT...III

KATA PENGANTAR...IV

DAFTAR ISI...VI

DAFTAR TABEL...IX

DAFTAR GAMBAR...X

DAFTAR LAMPIRAN...XI

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang………... 1

1.2.Rumusan Masalah………..…………....2

1.3.Tujuan Penelitian………....2

1.4.Manfaat Penelitian………...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………4

2.1. Asfiksia Neonatorum………..………..4

2.1.1. Defenisi...4

2.1.2 .Klasifikasi………..4

2.1.3 .Etiologi dan Faktor Resiko ………...5

2.1.4 .Patofisiologi………...6

2.1.5. Komplikasi……….………8

2.1.6. Diagnosis………...8

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL……….12

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...12

3.2. Defenisi Operasional...12

3.3. Cara Ukur………..13

3.4. Skala………..13

BAB 4 METODE PENELITIAN………14

4.1. Jenis Penelitian………...14

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian………...14

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………..14

4.4. Teknik Pengumpulan Data………...15

4.5. Pengolahan dan Analisis Data………....15

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...16

5.1. Hasil Penelitian...16

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...16

5.1.2. Karakteristik Sampel..………...16

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel ………...17

5.2. Pembahasan...19

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...23

Kesimpulan ...23

6.2 Saran...24

DAFTAR PUSTAKA ...25

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Skor APGAR………..4

5.1. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... ...17

5.2. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Berat Badan Lahir...17

5.3. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan cara lahir………...18

5.4. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Durasi Kehamilan……...18

5.5. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Mekonium………18

5.6. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Ibu………..19

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

(13)

ABSTRAK

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat

lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, dan asidosis.

Istilah neonatorum digunakan karena asfiksia ini terjadi pada neonatus. Ia sering dikenal pasti

apabila bayi tidak segera menangis sesudah lahir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada

bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga

2010.Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross

sectional.Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling.Data penderita yang menderita

asfiksia neonatorum dikumpulkan dari rekam medis pasien yang dirawat di Rumah Sakit

Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010.

Bayi dengan asfiksia neonatorum terbesar adalah jenis kelamin lelaki yaitu 59.8%

diikuti oleh perempuan 40.2%.Distribusi proporsi berat badan lahir yang paling banyak

adalah yang normal yaitu 61% dan berat badan lahir rendah dengan 39%.Berdasakan cara

lahir, proposi terbesar adalah dengan seksio sesaria yaitu 53.7% dan yang paling sedikit ialah

yang lahir secara normal yaitu 19.5%.Bayi yang menderita asfiksia neonatorum terbesar lahir

dengan durasi kehamilan normal 53.7% diikuti oleh bayi preterm 46.3%.Bayi paling banyak

dijumpai mekonium pada air ketuban ibu yaitu 54.9% dan yang tidak dijumpai mekonium

adalah 45.1%.Kelompok umur ibu yang paling banyak adalah 25 hingga 34 tahun dengan

proporsi 52.4% dan yang paling kurang adalah 45 hingga 54 tahun yaitu 2.4%.

Jumlah total penderita asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Haji Adam Malik,Medan

dari tahun 2007 hingga 2010 adalah 82.

(14)

ABSTRACT

Neonatal asphyxia is a form of respiratory failure of neonatus occur when a mother is giving birth or after giving birth marked with hypoxia and acidosis.The term neonatal is used because it occur among neonatus.It is often recognized when the baby failed to cry immediately after born.

The purpose of the research is to know the characteristics of neonatal asphyxia among new born babies in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from year 2007 to 2010.This is a descriptive retrospective research with a cross sectional approach and the sample withdrawal is done by using total sampling.Patient information was obtained from medical records held at Haji Adam Malik General Hospital, Medan.

Male gender took the highest percentage which is 59.8% and followed by female with 40.2%.According to birth weight, normal birth weight took the highest percentage, 61% and low birth weight, 39%.Cesarean Babies took the highest percentage with 53.7% and the least is normal delivery, 19.5%.According to duration of pregnancy, 53.7% with normal duration and 46.3% are preterm babies.Meconium stained babies are 54.9% and without meconium

staining are 45.1%.According to mother’s age group 25 to 34 years took the highest percentage with 52.4% and the least is 45 to 54 years.

The total amount of neonatal asphyxia babies in Haji Adam Malik General Hospital, Medan from 2007 to 2010 are 82.

(15)

B AB 1

meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian

pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia,

sepsis dan komplikasi berat lahir rendah (Lawn JE ,2005).

Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati dan

4 juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir

mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian bayi

terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kematian bayi sangat memprihatinkan,

yang dikenal dengan fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama asfiksia neonatorum

(27%) setelah (29%) (WHO, 2005).

Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian

perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%),

prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%) (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan

pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam

persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Perubahan pertukaran gas dan transport

oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel–sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat

berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan, atau secara mendadak

karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan

dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit

jantung, dan lain-lain. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan

oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan

gangguan fungsi plasenta (Mochtar, 1989).

(16)

Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini

hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan

gangguan belajar (Lee, 2008). Asfiksia neonatorum adalah kegawat daruratan bayi baru lahir

berupa depresi pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi

(WHO,1999).

Ini mendorong saya untuk melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk

memaparkan karekteristik yang sering dilihat pada bayi baru lahir dengan asfiksia

neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, supaya tenaga medis dapat melakukan

resusitasi segera untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum

Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit

Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit

Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010 berdasarkan

(17)

1.5.Manfaat Penelitian

 Bagi pemerintah: Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi tenaga medis agar lebih mengambil berat tentang asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi baru lahir dan

menyediakan sarana kesehatan yang lebih efektif untuk tindakan resusitasi.

 Bagi masyarakat: Dengan ini, mortalitas bayi baru lahir dapat diturunkan dan kerusakan pada otak bayi baru lahir akibat kekurangan oksigen dapat dihindari.

 Bagi peneliti: Dapat menambahkan ilmu pengetahuan bagi peneliti.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asfiksia Neonatorum 2.1.1. Definisi

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat

lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan

asidosis(IDAI, 2004). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir(WHO, 1999).

Nilai 0 1 2 Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur

Denyut jantung Tidak ada <100 >100

Warna kulit Biru atau pucat Tubuhmerah jambu&kaki,

tangan biru.

Merah jambu

Gerakan / tonus otot

Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi

Refleks(menangis) Tidak ada Lemah / lambat

Kuat

Tabel 2.1. Nilai APGAR(Ghai, 2010)

2.1.2. Klasifikasi asfiksia

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;

a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.

b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.

c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.

(19)

2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko

Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan

melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran

plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada

aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer,

2008).

Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :

1. Asfiksia dalam kehamilan.

• Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).

• Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.

• Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.

• Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul. • Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. • Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.

• Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. b. Paralisis pusat pernafasan

(20)

2.1.4. Patofisiologi

Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir;

Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk

mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam

keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari

jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga

darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus

kemudian masuk ke aorta(Perinasia, 2006).

Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama

oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan

berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam

pembuluh darah di sekitar alveoli(Perinasia, 2006).

Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada

sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan

peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi

sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang(Perinasia, 2006).

Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan

tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran

darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang

diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak

mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh

bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk

menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan

pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang

sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak

oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh(Perinasia, 2006).

Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan

(21)

Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal ;

Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-parunya

yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di paru sehingga

oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika

keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan

dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen(Perinasia, 2006).

Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ

seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap

stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran

darah akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika

kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium dan

kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran

darah ke seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan

oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan

organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan

satu atau lebih tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada

otak, otot dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen; bradikardia

(penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak;

tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau

kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan,

takipnu (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan sianosis karena

kekurangan oksigen di dalam darah(Perinasia, 2006).

2.1.5. Komplikasi Pasca Hipoksia

Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah sehingga organ vital

seperti otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan mendapatkan aliran yang lebih banyak

dibandingkan organ lain. Perubahan dan redistribusi aliran terjadi karena penurunan resistensi

vaskular pembuluh darah otak dan jantung serta meningkatnya resistensi vaskular di

perifer(Williams CE,1993).

Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vaskular antara lain

timbulnya rangsangan vasodilatasi serebral akibat hipoksia yang disertai akumulasi karbon

dioksida, meningkatnya aktivitas saraf simpatis dan adanya aktivitas kemoreseptor yang

(22)

Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk menghasilkan energi

bagi metabolisma tubuh menyebabkan terjadinya proses glikolisis anerobik. Produk

sampingan proses tersebut (asam laktat dan piruvat) menimbulkan peningkatan asam organik

tubuh yang berakibat menurunnya pH darah sehingga terjadilah asidosis metabolik.

Perubahan sirkulasi dan metabolisma ini secara bersama-sama akan menyebabkan kerusakan

sel baik sementara ataupun menetap(Williams CE,1993).

2.1.6. Penegakan Diagnosis

Anamnesis ;

Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.

Pemeriksaan fisik ;

Memerhatikan sama ada kelihatan terdapat tanda- tanda berikut atau tidak:-  Bayi tidak bernafas atau menangis.

 Denyut jantung kurang dari 100x/menit.

 Tonus otot menurun.

 Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi.

 BBLR (berat badan lahir rendah) (Ghai, 2010).

2.1.7. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali

pusat jika:-

 PaO2 < 50 mm H2O

 PaCO2 > 55 mm H2

(23)

2.1.8. Resusitasi neonatus Secara garis besar pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal.

Langkah Awal Resusitasi ;

Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4 pertanyaan:  apakah bayi cukup bulan?

 apakah air ketuban jernih?

 apakah bayi bernapas atau menangis?

 apakah tonus otot bayi baik atau kuat?

Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu

atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan(Nelson KB, 1991).

(1) langkah awal dalam stabilisasi

(a) memberikan kehangatan

Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan

telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh

tubuh(Goodwin TM, 1992).

(b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya

Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar

posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya

udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup

dan/atau untuk pemasangan pipa endotrakeal(Martin-Ancel A, 1995).

(c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan

Aspirasi mekonium saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.

Salah satu pendekatan obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan

melakukan penghisapan mekonium sebelum lahirnya bahu (intrapartum suctioning) (Wiswell

TE, 2000).

Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami

depresi pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera

dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi

mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan laringoskop dan

selang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan

(24)

Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan

sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekonium(Perinasia, 2006).

(d) mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar.

Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum

bernapas adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil

telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi(Perinasia,

2006).

(2) ventilasi tekanan positif

(3) kompresi dada

(4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander)

Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan

dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna

kulit). Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan

untuk melanjutkan ke langkah berikutnya(Perinasia, 2006).

2.1.9. Penilaian

Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi

lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:

(1) Pernapasan

Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya

pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megap-megap adalah

pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan(Perinasia, 2006).

(2) Frekuensi jantung

Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan

dengan stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui

frekuensi jantung permenit(Perinasia, 2006).

(3) Warna kulit

(25)

sianosis sentral belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan

terapi oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi(Perinasia, 2006).

2.1.10. Penghentian resusitasi

Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit, setelah usaha

resusitasi yang menyeluruh dan adekuat dan penyebab lain telah disingkirkan, maka resusitasi

dapat dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung selama 10 menit,

sangat tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita cacat berat(Vain

NE, 2004).

(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, yang diamati adalah jenis kelamin, berat badan lahir, cara lahir, durasi

kehamilan, umur ibu dan mekonium bayi baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka konsep gambaran bayi dengan asfiksia neonatorum.

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dibagi menjadi bayi laki-laki atau bayi perempuan.

3.2.2. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir bayi dikategorikan seperti berikut;  Normal: ≥ 2500gram

 Jenis kelamin  Berat badan lahir  Cara lahir

 Durasi kehamilan  Umur ibu

 Mekonium

Gambaran bayi dengan

(27)

3.2.4. Durasi Kehamilan

Durasi kehamilan ibu untuk dapat melahirkan bayi (dalam bulan) dikategorikan seperti

berikut:

 Preterm < 37 minggu  Normal ≥ 37-42 minggu

3.2.5. Umur Ibu

Umur ibu semasa melahirkan bayi.

3.2.6. Mekonium

Dijumpai mekonium atau tidak dalam air ketuban ibu semasa melahirkan anak.

3.3. Cara Ukur

Meneliti dan menganalisa data dari Rekam Medis (data sekunder) dari bagian rekam medis di

Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.

3.4. Skala

3.4.1. Skala Nominal

Skala ini tidak menunjukkan perurutan atau kesinambungan. Tiap variasi bersendiri secara

terpisah. Skala nominal yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kelamin, cara lahir

dan mekonium.

3.4.2. Skala Ordinal

Skala ini mempunyai batas yang tidak jelas antara satu variasi nilai dengan variasi nilai yang

lain, sehingga yang dapat dibandingkan hanya perbedaan yang lebih tinggi, sama atau lebih

rendah. Namun “jarak” atau interval antara nilai tersebut tidak terukur. Maka, skala ordinal

(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini mempunyai desain deskriptif retrospektif. Deskriptif adalah studi yang

ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi serta distribusi penyakit di suatu daerah

berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam

Malik, Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari bulan

Agustus hingga November 2011. Tempat penelitian ini dipilih karena Rumah Sakit Umum

Haji Adam Malik merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat

rujukan di kota Medan. Pengumpulan data telah dilaksanakan dari bulan Agustus hingga

November 2011, setelah pelaksanaan proposal.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di

Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik , dari tahun 2007- 2010.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh populasi, yaitu seluruh bayi baru lahir yang mengalami

asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari tahun 2007- 2010.

Jenis sampel yang digunakan adalah “total sampling”. “Total sampling” adalah teknik

(29)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melihat semua pencatatan kartu status (rekam medis) seluruh bayi

baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Haji Adam

Malik Medan dari tahun 2007 hingga 2010. Data dikumpulkan dan dilakukan

pencatatan atau tabulasi sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam

Malik diolah dengan menggunakan bantuan sistem komputerisasi, kemudian dianalisa secara

(30)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes

No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK

Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan

kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah

pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara,Aceh,Sumatera Barat dan Riau.

Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau

No.17 Km 12,Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum, RSUP H.Adam Malik Medan

didukung oleh 1.995 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari berbagai

spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedis perawatan, 298 orang paramedik non

perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga

Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H.Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan

medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat,

hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik,

patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan

penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart(CSSD),

bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan

pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah).

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 82 orang yaitu bayi baru lahir yang mengalami

asfiksia neonatorum yang berobat di departemen perinatologi RSUP H.Adam Malik dan

(31)

Dari penelitian didapati paling banyak kasus asfiksia neonatorum terjadi pada tahun

2010 sebanyak 28 (34.1%), diikuti oleh tahun 2007 yaitu 22 (26.8%) dan tahun 2008

sebanyak 18 (22%).Kejadian paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 14 dengan

proporsi 17.1%.

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Pada tabel 5.1. di atas,dapat diketahui bahwa dari 82 bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum, proporsi yang terbesar terjadi pada jenis kelamin lelaki sebanyak 49 (59.8%) dan perempuan sebanyak 33 (40.2%). Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan Lahir Berat Badan Lahir n %

(32)

Tabel 5.3. menunjukkan proporsi bayi yang lahir secara normal adalah 16 (19.5%) yaitu yang

terendah dan diikuti oleh yang lahir melalui ekstraksi vakum adalah 22 (26.8%). Proporsi

yang paling banyak adalah melalui seksio sesaria yaitu sebanyak 44 (53.7%)

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Durasi Kehamilan

Durasi Kehamilan n %

Tabel 5.4. menunjukkan hasil penelitian dengan kejadian asfiksia neonatorum paling banyak

terjadi pada bayi yang lahir secara normal yaitu sebanyak 44 bayi dengan proporsi

53.7%.Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah yang menderita asfiksia neonatorum

adalah sebanyak 38 bayi dengan proporsi 46.3%

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Mekonium

lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.Didapatkan bahwa dijimpai mekonium pada 45

kasus dengan proporsi 54.9% yaitu yang tertinggi.Diikuti oleh jumlah kasus di mana tidak

dijumpai mekonium ialah 37 dengan proporsi 45.1%.

Tabel 5.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu

(33)

Pada tabel 5.6. terdapat umur ibu bagi bayi yang mengalami asfiksia neonatorum,

memperlihatkan yang paling banyak adalah kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebanyak 43

orang dengan proporsi 52.4%.Sedangkan yang terendah adalah kelompok usia 45-54 dengan

jumlah 2 orang dengan proporsi 2.4%.Kedua paling banyak adalah kelompok usia 35-44

tahun dengan jumlah 21 oarang dengan proporsi 25.6%.Ini diikuti oleh kelompok usia 15-24

tahun sebanyak 16 orang dengan proporsi 19.5%.

Tabel 5.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai APGAR

5.2. Pembahasan

5.2.1. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007 - 2010

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa proporsi bayi baru lahir yang menderita

asfiksia neonatorum terbesar dari jenis kelamin adalah lelaki sebanyak 59.8%. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Universitas Chiang Mai, Thailand

pada tahun 1987, dari 205 bayi dengan asfiksia neonatorum yang terbanyak, 57.07% adalah

jenis kelamin lelaki (Chotinaruemol S,1987). Ini juga sejalan dengan penelitian yang

dijalankan oleh American Academy of Pediatrics pada tahun 2004, dengan bayi yang baru

lahir yang menderita asfiksia neonatorum yang terbanyak adalah lelaki dengan proporsi 55%

(34)

5.2.2. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan Lahir Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007 - 2010

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa kejadian asfiksia neonatorum pada bayi

baru lahir banyak terjadi pada kelompok berat badan lahir normal dengan proporsi 61%. Ini

sejalan dengan penelitian yang dijalankan oleh American Academy of Pediatrics pada tahun

2004, dengan bayi yang baru lahir yang menderita asfiksia neonatorum yang terbanyak

adalah pada kelompok berat badan lebih besar daripada 2000 gram dengan proporsi 89%

(Yvonne W,2004). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dijalankan di

Universitas Chiang Mai, Thailand pada tahun 1987, dari 205 bayi dengan asfiksia

neonatorum, 43.41% adalah dengan berat badan melebihi 2500 gram (Chotinaruemol

S,1987). Menurut penelitian yang dijalankan di Rural Sarlahi, Nepal pada tahun 2009

kelompok berat badan yang paling banyak mengalami asfiksia neonatorum adalah 2000-2999

gram dengan proporsi 69.57% (Gary L,2004). Hal ini adalah hampir sama dengan hasil

penelitian ini.

5.2.3. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Cara Lahir Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007-2010

Berdasarkan hasil penelitian,terlihat bahwa terbanyak penderita asfiksia neonatorum

lahir melalui cara seksio sesaria yaitu sebanyak 53.7%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dijalankan oleh American Academy of Pediatrics pada tahun 2004, daripada 21721 bayi

dengan asfiksia neonatorum terbanyak lahir dengan cara seksio sesaria yaitu dengan proporsi

33.9% (Yvonne W,2004). Tetapi hal ini bertentangan dengan penelitian yang dijalankan di

Universitas Chiang Mai, Thailand pada tahun 1987, dari 205 bayi dengan asfiksia

neonatorum 81.95% lahir dengan cara seksio sesaria. Proporsi ini adalah yang terbanyak

dibanding dengan cara lahir lain (Chotinaruemol S,1987).

(35)

bayi dengan durasi kehamilan yang paling banyak mengalami asfiksia neonatorum adalah 37

hingga 41 minggu, 52% (Gary L,2009). Menurut penelitian yang dijalankan di Southern

Nepal pada tahun 2006, bayi dengan durasi kehamilan yang paling banyak terjadi asfiksia

neonatorum adalah hampir sama di antara 37 hingga 41 minggu dengan proporsi 50% (Anne

CC,2006). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dijalankan di Universitas

Chiang Mai, Thailand pada tahun 1987, dari 205 bayi dengan asfiksia neonatorum 49.76%

mempunyai durasi kehamilan melebihi 37 minggu. Angka ini adalah yang terbanyak

dibandingkan dengan durasi kehamilan lain (Chotinaruemol S,1987).

5.2.5. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Dijumpai Mekonium Atau Tidak Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007-2010

Dari hasil penelitian didapati kelompok bayi dengan asfiksia neonatorum kebanyakan

dijumpai mekonium yaitu 54.9%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dijalankan di

Larkana dan Lahore pada tahun 2007, yang mengatakan kejadian asfiksia lebih banyak terjadi

pada kasus yang ditemukan mekonium (Shaikh E,2007). Menurut penelitian yang dijalankan

di Singapore pada tahun 1982, bayi yang dijumpai dengan mekonium mempunyai nilai

APGAR lebih rendah pada minit pertama (Arulkumaran S,1982).

5.2.6. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Tahun 2007-2010

Dari hasil penelitian ditemukan kelompok umur ibu yang paling banyak melahirkan

bayi dengan asfiksia neoatorum adalah di antara 25 hingga 34 tahun dengan proporsi 52.4%.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dijalankan di Southern Nepal pada tahun 2006, di

mana kelompok umur 20 hingga 24 tahun mendapat proporsi terbanyak yaitu 36.96% (Anne

CC,2006). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dijalankan di Rural Sarlahi, Nepal pada

tahun 2009, proporsi terbanyak adalah 36% yang dijumpai pada kelompok umur 20 hingga

(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dijalankan pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di

Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007 hingga 2010, peneliti

menyimpulkan :

 Jumlah total penderita asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Haji Adam Malik,Medan dari tahun 2007 hingga 2010 adalah 82.

 Selama periode tahun 2007 hingga 2010 bayi dengan asfiksia neonatorum terbesar adalah jenis kelamin lelaki yaitu 59.8% diikuti oleh perempuan dengan proporsi

40.2%.

 Distribusi proporsi berat badan lahir yang paling banyak mengalami asfiksia neonatorum adalah yang normal yaitu 61% dan berat badan lahir rendah dengan 39%.  Berdasakan cara lahir bayi yang menderita asfiksia neonatorum, proposi terbesar adalah dengan seksio sesaria yaitu 53.7% dan yang paling sedikit ialah yang lahir

secara normal yaitu 19.5%.

 Bayi yang menderita asfiksia neonatorum terbesar lahir dengan durasi kehamilan normal 53.7% diikuti oleh bayi preterm dengan proporsi 46.3%.

 Berdasarkan dijumpai mekonium atau tidak, bayi menderita asfiksia neonatorum paling banyak dijumpai mekonium pada air ketuban ibu yaitu 54.9% dan yang tidak

dijumpai mekonium adalah 45.1%.

 Kelompok umur ibu yang paling banyak melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum adalah 25 hingga 34 tahun dengan proporsi 52.4% dan kelompok umur yang paling

(37)

6.2. Saran

Dari penelitian ini, terlihat bahwa secara keseluruhan :

 Pihak rumah sakit disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan peneliti yang akan

melakukan penelitian berdasarkan rekam medis.

 Peneliti selanjutnya disarankan mengambil seluruh jumlah bayi yang lahir di Adam Malik pada tahun tertentu sebagai sampel supaya dapat perkirakan apakah faktor

resiko yang paling banyak mempengaruhi terjadinya kejadian asfiksia neonatorum.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anne, C.C., 2009. Maternal-Fetal Disproportion and Birth Asphyxia in Rural Sarlahi, Nepal:

3-6.

Anne, C.C., 2006. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia, Southern,

Nepal: 6-8.

Arulkumaran, S., 1982.Obstetric outcome in meconium stained liquor in labour,

Singaopre: 1-2.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, 2008. Riset

Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 278-9.

Bartrons J., Figueras J., Jimenez R., Gaya J., Cruz M., 1993. Vasopressin in

ischemic encephalopathy cerebrospinal fluid of newborns with hypoxic.

Preliminary report. J Perinat Med .21:399-403.

Chotinaruemol, S., 1987.Birth asphyxia at Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital,

Thailand:1-4.

Ghai,O.P., Paul,V.K, Bagga, A., 2010: Essential Pediatrics. Seventh edition.

96-140.

Goodwin, T.M., Belai, 1., Hernandez, P., Durand, M., Paul, R.H., 1992.

Asphyxial complications in the term newborn with severe umbilical

(39)

Lee, et.al., 2008. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in

Southern Nepal: A Prospective, Community-Based Cohort Study.

Pediatrics (Level of evidence Iib). 121:1381-1390.

Martin, A.A., Garcia, A.A., Gaya F., 1995. dkk. Multiple organ involvement in

perinatal asphyxia. J Pediatr. 127:786-93.

Mochtar, R., 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. 50- 54.

Nelson, K.B., Leviton, A., 1991. How much of neonatal encephalopathy is due to

birth asphyxia?. Am J Dis Child. 145:1325-31.

Parer, J.T., 2008. Fetal Brain Metabolism Under Stress Oxygenation, Acid-Base

and Glucose. Available from:

http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/acute/acute.cfm. [Accesed 30

Mac 2011].

Perinasia, 2006. American Academy of Pediatrics dan American Heart

Association. Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5.

Jakarta. 430- 470.

Shaikh, E.M, 2007. Neonatal outcome in meconium stained amniotic fluid-one

year experience, Shaikh Zyed Federal Postgraduate Medical Institute at

Lahore: 3.

Vain, N.E., Szyld, E.G., Prudent, L.M., Wiswell, T.E., Aguilar, A.M., Vivas, N.I.,

2004. Oropharyngeal and nasopharyngeal suctioning of meconium-staine

neonates before delivery of their shoulders: multicentre, randomised

controlled trial. Lancet. 364 :597–602.

Williams, C.E., Mallard, C., Tan Gluckman, P.D., 1993. Pathophysiology of

(40)

Wiswell, T.E., Gannon, C.M., Jacob, J., et al., 2000. Delivery room management

of the apparently vigorous meconium-stained neonate: results of the

multicenter, international collaborative trial. Pediatrics.105 :1 –7.

World Health Organization, 1999. Basic Newborn Resuscitation: A Practical

Guide-Revision. Geneva: World Health Organization. Available from:

www.who.int/reproductive-

health/publications/newborn_resus_citation/index.html.[Accesed 6 Mei 2011].

World Health Organization, 2005. The World Health Report 2005: make every

mother and child count. Geneva: WHO.

(41)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maleeny Peramal

Tempat / tanggal lahir : Johor / 15 November 1987

Agama : Hindu

Alamat : Jalan Dr.Mansur, Gang Sehat, No.26 Medan, 20155-

Indonesia.

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2003

Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia(STPM)-2004/2005

INTI College-2006/2007

Fakultas Kedokteran USU- sekarang

(42)

LAMPIRAN 5

HASIL OUTPUT SPSS

1. Jumlah Asfiksia neonatorum dari Tahun 2007 hingga 2010.

2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin. tahun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2007 22 26.8 26.8 26.8

2008 18 22.0 22.0 48.8

2009 14 17.1 17.1 65.9

2010 28 34.1 34.1 100.0

Total 82 100.0 100.0

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 49 59.8 59.8 59.8

(43)
(44)

6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu

Umur ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15-24 16 19.5 19.5 19.5

25-34 43 52.4 52.4 72.0

35-44 21 25.6 25.6 97.6

45-54 2 2.4 2.4 100.0

Total 82 100.0 100.0

7. Distribusi Sampel Berdasarkan Mekonium

mekonium dijumpai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 45 54.9 54.9 54.9

tidak ada 37 45.1 45.1 100.0

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Ibu
Tabel 5.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai APGAR

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai tambahan pengetahuan tentang hubungan antara berat badan lahir rendah dengan asfiksia neonatorum, sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan asfiksia neonaturum..

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan angka kejadian asfiksia neonatorum antara bayi kurang bulan dengan bayi cukup bulan pada bayi dengan berat

value adalah 0,00 berarti nilai p value &lt; 0,05 menunjukkan adanya hubungan bermakna proporsi bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada bayi lahir dengan berat badan lahir

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi asfiksia neonatorum pada bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel, serta untuk mengetahui

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007

Data penderita yang menderita asfiksia neonatorum dikumpulkan dari rekam medis pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dari tahun 2010 hingga

Mengidentifikasi faktor-faktor risiko Asfiksia yaitu berat badan lahir, jenis persalinan, ketuban pecah (spontan/amniotomi), neonatus (preterm/aterm/posterm), bayi

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH BBLR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 Nasrawati1, Elisa Erma Wati2