Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Prevalensi Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Lahir Prematur di Kamar Bayi Rumah Sakit Immanuel
Periode Juli 2005-Juni 2006
Andri Rusdiansyah,2007. Pembimbing I : H. Bambang Hernowo,dr., SpA.M.kes. Pembimbing II : Slamet Santosa, dr., M.Kes.
Asfiksia neonatorum merupakan kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi baru lahir terutama pada bayi prematur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi asfiksia neonatorum pada bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel, serta untuk mengetahui bagaimana hubungan bayi lahir prematur dengan terjadinya asfiksia tersebut.
Penelitian ini bersifat deskriftif, suatu survei retrospektif dengan menggunakan data rekam medis bayi baru lahir di kamar bayi Rumah Sakit Immanuel periode Juli 2005-Juni 2006.
Dari penelitian didapatkan prevalensi bayi lahir prematur adalah 121 (8,56%) bayi dari 1413 bayi baru lahir, prevalensi asfiksia pada bayi lahir prematur 35 (28,92%) bayi yang terdiri dari 30 (24,79%) bayi asfiksia ringan-sedang dan 5 (4,13%) bayi asfiksia berat. Berat badan bayi lahir prematur yang asfiksia berada diantara rentang 1500-2500 g yaitu sebanyak 30 (85,57%) bayi, diantara rentang 1000-1499 g sebanyak 3 (8,57%) bayi, dan < 1000 g sebanyak 2 (5,71%) bayi. Asfiksia lebih banyak terjadi pada bayi yang dilahirkan dengan seksio sesaria yaitu sebesar 19 (54,28%) bayi daripada cara persalinan spontan sebesar 13 (37,14%) bayi dan cara persalinan dengan vakum ekstrasi sebesar 3 (8,57%) bayi. Faktor resiko ibu terbanyak pada preeklamsia berat 9 (25,71%) bayi, sedangkan faktor resiko bayi terbanyak adalah plasenta previa 5 (19,28%) bayi. Diagnosa akhir bayi lahir prematur yang asfiksia adalah membaik dan diijinkan pulang 23 (65,71%) bayi, pulang paksa 7 (20%) bayi, dan yang meninggal dunia 5 (14,29%) bayi
Prevalensi bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel adalah 121 (8,56%) bayi. Prevalensi asfiksia neonatorum pada bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel yaitu 35 (28,92%) bayi. Maturitas bayi, cara persalinan dan faktor-faktor resiko dari ibu dan bayi mempengaruhi prevalensi dari asfiksia.
Dengan mengetahui prevalensi asfiksia neonatorum pada bayi lahir prematur dan faktor resiko yang menyebabkan asfiksia, diharapkan prevalensi bayi lahir prematur bisa diturunkan sehingga prevalensi asfiksia di Rumah Sakit Immanuel menurun.
Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
Prevalence of Neonatal Asphyxia in Prematurely Born Baby in Nursery Room Immanuel Hospital
From July 2005 to Juni 2006
Andri Rusdiansyah, 2007. Tutor I : H. Bambang Hernowo, dr., Spa.M.Kes. Tutor II : Slamet Santosa, dr., M.Kes
Neonatal asphyxia represent a condition where a baby cannot breathe spontaneously and regularly immediately after birth. Asphyxia is one of the major causes of death in prematurely born baby.
The objective of this research is to know the prevalence of neonatal asphyxia in prematurely born baby at Immanuel Hospital, and to know the relationship between the prematurity and the neonatal asphyxia.
This research is a descriptive research, and a retrospective survey using the medical record data of newly born baby in Immanuel Hospital nursery room from July 2005-Juni 2006.
From this research, it is found that the prevalence of prematurely born baby is 121 (8,56%) babies from 1413 born baby. The prevalence of neonatal asphyxia in Prematurely born baby 35 (28,92%) babies, that consist of 30 (24,79%) babies with mild-moderate asphyxia and 5 (4,13%) babies with severe asphyxia. The birth weight of prematurely born baby with asphyxia is between 1500-2500 g which is 30 (85,57%) babies, between 1000-1499 g which is 3 (8,57%) babies, and < 1000 g which is 2 (5,71%) babies. Asphyxia is more often found in babies delivered by caesarean section (SC) which is 19 (54,28%) babies than in babies delivered spontaneously which is 13 (37,14%) babies and babies delivered with VE 3 (8,57%) babies. While the greatest mother risk factor is from mother with PEB 9 (25,71%) babies, and the greatest infant risk factor in babies with placenta previa 5 (19,28%) babies. The final diagnosis of prematurely born baby with asphyxia are recovered and permitted to go home 23 (65,71%) babies, taken home by their parents’ will 7 (20%) babies, and dead 5 (14,29%) babies.
The Prevalence of prematurely born baby in Immanuel Hospital is 121 (8,56%) babies. The prevalence of neonatal asphyxia in prematurely born baby in Immanuel Hospital is 35 (28,92%) babies. The maturity of the baby, the way of delivery, and risk factor mother & infant affect the prevalence of asphyxia.
Given the prevalence of neonatal asphyxia in prematurely born baby and the risk factor causing neonatal asphyxia, it is expected that prevalence of prematurely born baby can be decreased, so that the prevalence of neonatal asphyxia decrease as well.
Universitas Kristen Maranatha
1.2Identifikasi Masalah………..……… 2
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………..……….... 2
1.4Kegunaan Penelitian………..……….... 2
1.5Metode Penelitian………..……… 2
1.6Lokasi dan Waktu………..……… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernapasan Pertama Pada Janin dan Neonatus 2.1.1 Pernafasan Pertama………... 4
2.4 Hubungan Asfiksia Neonatus dengan Kelahiran Prematur………... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……….. 31
Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Prevalensi Bayi Prematur………... 32
4.2 Prevalensi Asfiksia Pada Bayi Prematur………... 32
4.3 Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Prematur Dengan Terjadinya Asfiksia ………... 33
4.4 Hubungan Antara Proses Persalinan Bayi Lahir Prematur Dengan Terjadinya Asfiksia ………... 34
4.5 Hubungan Antara Asfiksia dengan Faktor Resiko yang Mempengaruhinya... ... 35
4.6 Angka Kematian Asfiksia Pada Bayi Lahir Prematur... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..………... 38
5.2 Saran………... 38
Daftar Pustaka……….... .. 39
Lampiran………... 41
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cairan Dalam Alveoli dan Pembuluh Darah yang Kontriksi
Sebelum Lahir... 4
Gambar 2.2 Aliran Darah yang Melalui Duktus Arteriosus dan Keluar dari Paru-Paru... 5
Gambar 2.3 Cairan Dalam Alveoli Digantikan Oleh Udara... 5
Gambar 2.4 Dilatasi Pembuluh Darah Paru Pada Saat Lahir... 6
Gambar 2.5 Penghentian Aliran Melalui Duktus Arteriosus Setelah Lahir... 7
Gambar 2.6 Mengeringkan dan Menyingkirkan Kain Basah dan Meletakan Kepala Pada Posisi yang Benar... 26
Gambar 2.7 Sungkup Ukuran Tepat dan Salah... 26
Gambar 2.8a Dua Teknik Pada Kompresi Dada... 27
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian Skor APGAR... 21
Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian... 33
Tabel 4.2 Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Prematur Dengan Terjadinya
Asfiksia... 34
Tabel 4.3 Hubungan Antara Proses Persalinan Bayi Lahir Prematur Dengan
Terjadinya Asfiksia... 35
Tabel 4.4 Hubungan Antara Asfiksia dengan Faktor Resiko yang
Mempengaruhinya... 36
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Kurva Hubungan Antara Berat Badan dan Umur Kehamilan... 9
Diagram 2.2 Skema Perubahan-Perubahan yang Terjadi Selama Proses
Asfiksia... 22
Diagram 2.3 Algoritma Resusitasi Bayi Baru Lahir... 28
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kelahiran prematur sampai saat ini masih merupakan masalah penting
pada bidang reproduksi manusia. Kelahiran prematur ini secara langsung
bertanggung jawab atas 75-90% kematian neonatal yang tidak disebabkan oleh
kelainan kongenital letal (Noroyono, 1997). Salah satu penyebab utama kematian
prematur adalah asfiksia (A.H Markum,1999). Asfiksia adalah kondisi dimana
bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir karena
gangguan peredaran darah plasental baik akut maupun kronis. (Levene, 2001).
Dalam klinis, derajat asfiksia dinilai dengan menggunakan skor Apgar.
Maturitas organ memiliki pengaruh yang besar terhadap skor Apgar. Tonus otot
yang lemah, tidak ada atau lemahnya refleks, serta usaha napas yang masih lemah
akibat defisiensi surfaktan pada paru merupakan kondisi yang sering dijumpai
pada bayi prematur yang akan menghasilkan skor Apgar rendah saat dilakukan
penilaian. Immaturitas organ atau sistem pada bayi tersebut karena lahir sebelum
waktunya, sehingga fungsi homeostasis belum sempurna. Imaturitas tersebut
adalah imaturitas struktural dan fungsional. (Hans E Monintja,1997)
Asfiksia sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurologi.
Insidensi asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5% tergantung
dari masa gestasi dan berat lahir.Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5%,
sedangkan pada bayi prematur 0,6%.(Abdurachman Sukadi, 2000)
Lebih tingginya angka kejadian asfiksia pada bayi prematur dibandingkan
dengan dengan bayi matur membuat penulis merasa tertarik untuk mengetahui
prevalensi asfiksia pada bayi prematur di Rumah Sakit Immanuel, etiologi, faktor
2 Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah
1. Berapakah prevalensi bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel
2. Berapakah prevalensi asfiksia pada bayi yang lahir prematur di Rumah
Sakit Immanuel
3. Bagaimana hubungan bayi lahir prematur dengan terjadinya asfiksia
4. Faktor apa saja yang bisa menyebabkan meningkatnya prevalensi asfiksia
pada bayi lahir prematur
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud :
Mengetahui lebih mendalam tentang gambaran asfiksia pada bayi yang
lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel.
Tujuan :
1. Ingin mengetahui prevalensi asfiksia pada bayi yang lahir prematur di
Rumah Sakit Immanuel.
2. Ingin mengetahui hubungan bayi lahir prematur dengan terjadinya
asfiksia.
3. Ingin mengetahui faktor apa saja menyebabkan meningkatnya prevalensi
asfiksia pada bayi lahir prematur.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Memberikan informasi kepada pembaca tentang gambaran asfiksia pada
bayi yang lahir prematur dan cara penanganannya di Rumah Sakit Immanuel.
1.5Metodologi
Penelitian ini bersifat deskriftif, suatu survei retrospektif dengan
menggunakan data rekam medis bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit
3 Universitas Kristen Maranatha 1.6Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2006-Januari 2007. Lokasi penelitian
Universitas Kristen Maranatha
sangat tinggi yaitu 35 (28,92%) bayi.
3. Surfaktan mempunyai hubungan dengan terjadinya asfiksia.
4. Maturitas bayi, cara persalinan, dan faktor-faktor resiko dari ibu dan bayi
mempengaruhi prevalensi asfiksia.
5.2. Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan sesuai dengan penelitian yang
telah ada sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sempel yang
lebih banyak dan diharapkan penulisan data rekam medis yang lengkap
serta penyimpanan data rekam medis tersebut harap lebih diperhatikan
jangan sampai hilang.
2. Dengan mengetahui prevalensi asfiksia pada bayi lahir prematur
diharapkan prevalensi bayi lahir prematur bisa diturunkan sehingga
prevalensi asfiksia menurun.
3. Dengan mengetahui faktor resiko asfiksia neonatorum, diharapkan
keputusan perujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat sehingga
pelaksanaan resusitasi bayi yang memiliki faktor resiko tersebut dapat
Universitas Kristen Maranatha 39
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Latief dkk. 1985. Asfiksia Neonatorum Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Abdurachman Sukadi. 2005. Perinatologi. Dalam: Herry Garna., Heda Melinda:
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. Bandung:
Balai Penerbit FKUP/RSHS.
Americans Academy of Pediatrics. 1996. Use and Abuse of the Apgar Score. J Pediart. 141-142
Asril Aminullah. 1997. Konsekuensi Kelainan Sistemik Berbagai Organ Tubuh Akibat Hipoksia dan Iskemia Neonatus. Dalam: Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
A.H. Markum. 1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 224-228
Hans E Monintja. 1997. Beberapa Aspek Kebutuhan Bayi Kurang Bulan. Dalam:
Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Imral Chair. 1997. Resusitasi Bayi Baru Lahir dan Beberapa Masalah Pada Kelahiran Kurang Bulan. Dalam: Penanganan Mutahir Bayi Prematur.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Levene MI. 2001. The Asphyxiated Newborn Infant, Fetal and Neonatal Neurology and Neurosurgery. 3rd edition. Churchill Livingstone.
Noroyono Wibowo. 1997. Resiko dan Pencegahan Kelahiran Prematur. Dalam:
Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Novita Dewi., Dwikisworo Setyowireni., Achmad Surjono. 2005. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum pada Bayi Cukup Bulan. Berkala Ilmu Kedokteran,
3(37): 143-9
Perinasia. 2001. Buku Panduan Resusitasi Neonatus. In: Textbook of Neonatal Resuscitation. Edisi IV. American Academy of Pediatrics and American Heart Association.
Rachma Fazwa Budjang. 2002. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Hanifa Wiknjosastro., Abdul Bari Saifuddin., Trijatmo Rachimhadhi: Ilmu
Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Universitas Kristen Maranatha 40
Robert M. Kliegman. 1999. Janin dan Bayi Neonatus. Dalam: A. Samik Wahab:
Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XV. Jakarta: EGC
Wiku Andonoto M.D., Muhamad Thohar Arifin M.D., 2006 Kurang Gizi Pada Ibu Hamil.,
Http://io.ppi-jepang.org/article.php., September 27th, 2006