• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI ANTARA POLISI LALU LINTAS, DINAS PERHUBUNGAN, DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENGATURAN LALU LINTAS DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOORDINASI ANTARA POLISI LALU LINTAS, DINAS PERHUBUNGAN, DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENGATURAN LALU LINTAS DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

COORDINATION BETWEEN TRAFFIC POLICE, DEPARTMENT OF TRANSPORTATION, AND CIVIL SERVICE POLICE UNIT IN TRAFFIC

ARRANGEMENT IN THE CITY OF BANDAR LAMPUNG

By

Dwi Kusumayanti

Coordination between the traffic police, the Department of transportation, Civil Service Police Unit in traffic arrangement in the city of Bandar Lampung based because of the congestion and high number of traffic offenses in the city of Bandar Lampung. The high volume vehicles per day, and indeed many are not counterbalanced by a factor of the streets. Another factors are the cause of congestion is still a large number of public transit is up the routes that remain in operation and the increasing use of private vehicles.

The purpose of this research is to know the coordination among Traffic Police, Department of Transportation, and Civil Service Police Unit in traffic arrangement in the city of Bandar Lampung. The methods used in the writing of this qualitative method is supported by an analysis of the in-depth interviews with a wide range of informants. Tekhnik the collection of data used data is data the primary and secondary. Tekhnik analysis of data used is the reduction of data, presentation of data, and verification and conclusions.

Based on the results of the study can be expressed that coordination between Traffic Police, Department of Transportation, and Civil Service Police Unit in traffic arrangement in the city of Bandar Lampung have not been fullest. Seen from 5 (five) indicators coordination has yet to be carried out by third parties in performing the traffic arrangements in the city of Bandar Lampung. This is apparent from the coordination element of consciousness the importance of coordination, an agreement and a commitment in doing coordination and continuity planning has not been able to walk up in the setting of traffic in the city of Bandar Lampung.

(2)

ABSTRAK

KOORDINASI ANTARA POLISI LALU LINTAS, DINAS PERHUBUNGAN, DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM

PENGATURAN LALU LINTAS DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

DWI KUSUMAYANTI

Koordinasi antara Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung didasarkan karena kemacetan dan masih tingginya angka pelanggaran lalu lintas di Kota Bandar Lampung. Tingginya volume kendaraan setiap hari memang banyak, dan tidak diimbangi dengan faktor jalan. Faktor lainnya penyebab kemacetan yaitu masih banyaknya angkutan umum yang sudah habis masa trayek yang tetap beroperasi dan bertambahnya penggunaan kendaraan pribadi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui koordinasi antara Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan didukung oleh analisis wawancara mendalam dengan berbagai macam informan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Tekhnik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi dan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa koordinasi antara Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung belum maksimal. Dilihat dari 5 (lima) indikator koordinasi yang belum bisa dilakukan oleh ketiga belah pihak dalam melakukan pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung. Hal ini terlihat dari elemen koordinasi yaitu tentang kesadaran pentingnya koordinasi, kesepakatan dan komitmen dalam melakukan koordinasi dan kontinuitas perencanaan belum dapat berjalan maksimal dalam pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung.

(3)
(4)

KOORDINASI ANTARA POLISI LALU LINTAS, DINAS PERHUBUNGAN, DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENGATURAN LALU LINTAS DI KOTA BANDAR

LAMPUNG (Skripsi)

Oleh

DWI KUSUMAYANTI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 13

C. Tujuan Penelitian... 14

D. Kegunaan Penelitian... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Koordinasi... 15

1. Pengertian Koordinasi... 15

2. Bentuk Koordinasi... 17

3. Ciri-ciri Koordinasi... 18

4. Hakikat Koordinasi... 19

5. Fungsi Koordinasi... 20

6. Masalah Koordinasi... 21

7. Usaha-Usaha Memecahkan Masalah Koordinasi... 23

8. Tujuan Koordinasi... 24

9. Unsur-Unsur Koordinasi... 24

10. Indikator Koordinasi... 25

B. Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah Dalam Pengaturan Lalu Lintas... 25

1. Polisi Lalu Lintas... 25

2. Dinas Perhubungan... 26

3. Satuan Polisi Pamong Praja... 27

C. Pengaturan Lalu Lintas... 29

(7)

III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung... 43

1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung... 43

2. Visi dan Misi Polresta Bandar Lampung... 44

a. Visi... 44

b. Misi... 44

3. Tugas Pokok Satlantas Polresta Bandar Lampung... 45

4. Fungsi Satlantas Polresta Bandar Lampung... 52

B. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 52

1. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 52

2. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 53

a. Visi... 53

b. Misi... 53

3. Tugas Pokok Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 54

4. Fungsi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung... 54

C. Gambaran Umum Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung... 55

1. Sejarah Singkat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung... 55

2. Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung... 57

a. Visi... 57

b. Misi... 57

3. Tugas Pokok Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung... 58

4. Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung... 58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan... 60

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 87

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1Data Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota Bandar Lampung Tahun 2013... 2

(10)
(11)
(12)

MOTO

Leadership and learning are indispensable to each other.

John Fitzgerald Kennedy

A little knowledge that acts is worth infinitely more than much knowledge that is idle.

Kahlil Gibran

Never a failure, always a lesson.

Rihanna

Cowards always avoid the difficulty while brave are always looking for an opportunity in a difficult situation.

(13)
(14)

RIWAYAT HIDUP

(15)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Koordinasi Antara Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pengaturan Lalu Lintas Di Kota Bandar Lampung”. Penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam proses penulisan skripsi ini. Namun kesulitan yang ada dapat dihadapi dengan baik berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung dan selaku pembimbing utama juga selaku pembimbing akademik, terimakasih atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik dan maksimal.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung, yang selalu memberikan motivasi dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(16)

terima kasih atas masukan, pengarahan, saran dan kritik yang dapat membangun dan menjadi penyempurna untuk skripsi ini.

4. Bapak Himawan Indrajat, S.IP. M.IP selaku pembimbing kedua, terimakasih atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik dan maksimal.

5. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FISIP Universitas Lampung yang telah membantu penulis.

7. Kepada seluruh petugas di Polresta Bandar Lampung, Dinas Perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung yang telah memberikan bantuannya.

8. Kedua Orangtuaku, Ayahanda Eddy Sjofjanto dan Ibu Ustati yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Terima kasih untuk cinta yang tidak terbatas apapun, kalianlah hidup dan tujuan hidupku dan kalianlah semangatku dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kakakku tersayang Ditya Gusti Kusumayanti, A.Md terima kasih atas segala

nasihat, saran dan motivasi yang diberikan selama ini.

(17)

kritikan, motivasi, semangat, dan bantuannya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita semua menjadi orang sukses. Amin. 11. Terima kasih kepada sahabat Hayuni Panjiyurni, Viany Restiana, Bernadetha,

Martin Nugroho, M. Taufik Ardiansyah, Dilla Restiana, Dewi Liliani, Chyntia Gustiyanda, Adelina HS, dan Rabia Edra yang telah memberikan semangat dan motivasinya untuk penulis.

12. Teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2010 Dwi Haryanti, Novia Belladina, Shiawlin, Oktia Nita, Reddyah Renata, Dita Purnama, Yosita Manara dan lainnya terima kasih atas segala kebersamaannya. Terimakasih juga kepada sahabat KKN yang selama 40 hari mencoba mengabdi di pekon Bandung Baru Barat Kabupaten Pringsewu.

13. Adik-adik di Ilmu Pemerintahan angkatan 2011 Indah Permata, Restia Permata Sari, dan Caca Natessya terimasih telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Terima Kasih untuk seseorang yang menjadi penyemangat, selalu menemani, memberikan nasihat dan saran, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Terima Kasih kepada seluruh informan penelitian, terima kasih telah meluangkan waktu dan memberikan banyak informasi penting yang penulis butuhkan.

(18)

inayahnya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Penulis

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas merupakan masalah yang dihadapi daerah perkotaan, baik kota besar maupun kota berkembang tidak terkecuali Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung yang merupakan pusat kegiatan nasional yang bercirikan sebagai pusat yang mendorong kawasan sekitarnya untuk mengembangkan sektor unggulan seperti pariwisata, industri, perdagangan, perikanan juga sebagai pusat pendistribusi barang dan jasa dan pusat pemerintahan, sehingga dengan status ini aktivitas masyarakat dengan menggunakan kendaraan bermotor di Kota Bandar Lampung juga cukup banyak. Transportasi perkotaan selalu ditandai oleh kemacetan lalu lintasnya yang tidak terkendali adalah permasalahan yang amat kompleks dan merupakan akibat dari interaksi dan kombinasi dari banyak aspek hidup dan kehidupan suatu kota. Hal ini akibat dari pertumbuhan jumlah kepemilikan kendaraan.

(20)

2

dalam berlalu lintas. Aturan lalu lintas yang baik tidak ada gunanya kalau pelanggaran tetap terjadi dan tidak ditegakkan.

Tabel 1.1 Data Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota Bandar Lampung Tahun 2013

Sumber : Polresta Bandar Lampung Tahun 2013

Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas, terlihat bahwa angka-angka pelanggaran- pelanggaran lalu lintas masih tinggi. Terlihat masih banyaknya pengemudi kendaraan baik roda dua, tiga, maupun empat yang melakukan pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran tersebut seperti, surat-surat kendaraan yang tidak lengkap, kelebihan muatan, tidak memakai helm, tidak ada lampu kendaraan, kecepatan, dan lain sebagainya.

Banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya kemacetan di Kota Bandar Lampung; Pertama, daya tampung ruas jalan yang overload atau beban yang terlalu berat dengan jumlah kendaraan yang lewat. Beberapa jalan di Kota Bandar Lampung sebenarnya tidak mampu lagi menampung aktivitas kendaraan pada jam-jam puncak. Kondisi jalan tersebut kini kontras sekali

(21)

3

dengan kondisi 1-2 tahun sebelumnya. Pada ruas jalan protokol misalnya mulai pukul 07.00-18.00 semakin macet. Jika dilihat dalam konteks kota secara keseluruhan, ada beberapa ruas jalan di Bandar Lampung yang rutin mengalami kemacetan ketika jam -jam sibuk, seperti Jalan Kartini, Jalan Raden Intan, dan Jalan Ahmad Yani dan beberapa ruas jalan lainnya di Kota Bandar Lampung meskipun intensitas kemacetannya tidak sama pada pusat kota yang ada di Ibu Kota Jakarta.

Kedua, beberapa trafic light rambu lalu lintas yang kurang berfungsi turut menjadi penyebab meningkatnya angka kemacetan di Kota Bandar Lampung. Ketiga, angkutan kota dan perilaku pengguna jalan, perilaku sopir angkutan

kota yang berhenti sembarangan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, serta perilaku pengguna jalan bahkan mungkin kita sendiri menjadi faktor penyumbang bertambahnya angka kemacetan.

Keempat, tata guna lahan atau pengembangan sarana publik seperti pusat perbelanjaan yang masih berkonsentrasi di pusat kota berimplikasi pada terpusatnya pergerakan kendaraan dan orientasi masyarakat untuk selalu menuju pusat kota untuk berbelanja atau untuk menikmati sarana publik yang memiliki kesan metropolis.

(22)

4

hanya mengangkut 1-2 orang pada setiap kali perjalanannya, tidak dapat dihindari lagi pertambahan volume kendaraan dan meningkatnya beban jalan. Keenam, Pedagang Kaki Lima (PKL). Aktivitas PKL khususnya yang ada di sekitar Jalan Kartini dan Raden Intan dan jalan-jalan lain di pusat kota yang menggunakan badan jalan ikut menyumbang kemacetan. Kemacetan tersebut disebabkan banyaknya kendaraan pribadi yang menuju ke pasar tradisional paling populer di Kota Bandar Lampung tersebut secara bersamaan.

Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung telah mendata ada 13 titik kemacetan di kota tapis berseri pada tahun 2013.

13 daerah rawan macet di Kota Bandar Lampung : - Simpang jalan Pemuda-Hayam Wuruk

- Pasar Panjang - Pasar Smep - Pasar Tugu

- Perlintasan KA Jalan Gajah Mada - Simpang Endro Suratmin-P.Legudi - Simpang ZA Pagar Alam

- Simpang Imam Bonjol-Teungku Cik Ditiro - Simpang Unila

(23)

5

Melihat dari data tersebut, Dinas Perhubungan sudah mengupayakan 9 titik agar berkurang kemacetan, bahkan ada yang sudah diupayakan tidak terjadi lagi kemacetan. Sampai saat ini yang masih ditangani yaitu Pasar Smep Gintung, simpang jalan Pemuda-Hayam Wuruk, perlintasan Gajah Mada, jalan Raden Intan. Dinas Perhubungan mengalami kesulitan untuk jalan Pemuda-Hayam Wuruk karena banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di atas trotoar, selain itu mobil-mobil pun terparkir di atas trotoar sampai mengarah ke badan jalan.

(http://bandarlampungkota.go.id/?p=2914, diakses tanggal 15 Maret 2014 pukul 20.03 WIB)

Ruang lingkup permasalahan transportasi telah bertambah luas. Permasalahannya itu sendiri bertambah parah seperti peningkatan arus lalu lintas serta kebutuhan akan transportasi telah menghasilkan kemacetan, tundaan, kecelakaan, dan permasalahan lingkungan yang sudah berada diambang batas. Permasalahan ini tidak hanya terbatas pada jalan raya saja namun pertumbuhan ekonomi menyebabkan mobilitas seseorang meningkat sehingga kebutuhan pergerakannya pun meningkat melebihi kapasitas sistem prasarana transportasi yang ada.

(24)

6

menyebabkan menumpuknya jumlah kendaraan pada ruas-ruas jalan di Kota Bandar Lampung. Peran dari pemerintah setempat sangat diperlukan untuk membatasi masuknya jumlah kendaraan setiap tahunnya untuk menekan padatnya kendaraan yang ada di jalan.

Kurangnya investasi pada suatu sistem jaringan dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan sistem prasarana transportasi tersebut menjadi sangat rentan terhadap kemacetan yang terjadi apabila volume arus lalu lintas meningkat lebih dari rata-rata. Permasalahan tersebut semakin bertambah parah melihat kenyataan bahwa meskipun prasarana transportasi sudah sangat terbatas akan tetapi banyak dari sistem prasarana tersebut yang berfungsi secara tidak efisien.

(25)

7

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dibuat agar penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai harapan masyarakat, sejalan dengan kondisi dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, serta harmoni dengan undang-undang lainnya. Demi melancarkan arus lalu lintas, terdapat pelaksana-pelaksana di bidang lalu lintas yaitu Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan saat ini ada Satpol PP yang juga turut membantu melancarkan lalu lintas. Kemudian ketiganya ditugaskan melaksanakan koordinasi demi kelancaran lalu lintas.

Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

Menurut Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2005 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sebagai aparat pemerintah yang berwenang di bidang lalu lintas berkewajiban untuk menyediakan dan melakukan pelebaran jalan.

(26)

8

Pemerintah Daerah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 148 ayat (1) dan ayat (2) Undang – Undang 32 Tahun 2008 bahwa Kedudukan Polisi Pamong Praja sebagai Perangkat Daerah mempunyai tugas Membantu Kepala Daerah dalam memelihara Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Walaupun amanat ini merupakan tanggung jawab yang amat berat namun harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya hingga tidak menghambat dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan serta terselenggaranya pemerintah yang baik dan pemerintah yang bersih (good governance and clean goverment) dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945.

Sehubungan dalam rangka penegakan Peraturan Daerah unsur utama sebagai pelaksana di lapangan adalah Pemerintah Daerah. Artinya, dalam hal ini kewenangan tersebut di emban oleh Satuan Polisi Pamong Praja yang di dalamnya juga terdapat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang sudah dididik, dilatih dan sudah memiliki surat keputusan sebagai penyidik. Pada umumnya yang disebut Pamong Praja adalah pejabat-pejabat pemerintah (pusat) yang bernaung dalam Departemen Dalam Negeri yang ada di daerah. Namun, pada dasarnya Pamong Praja dipergunakan untuk menyebut mereka, pejabat Pemerintah Pusat yang ada di daerah yang melaksanakan urusan Pemerintahan Umum (Surianingrat, 1990:7)

(27)

9

dalam struktur organisasi pemerintahan Kota Bandar Lampung. Pengesahan dilakukan melalui rapat paripurna DPRD kemarin. Kalangan DPRD pun sebelumnya menganggap bahwa Satpol PP sudah saatnya berubah status menjadi Badan karena Kota Bandar Lampung sudah masuk dalam kategori kota besar. Hal itu juga sesuai dengan PP No. 6 Tahun 2010 tentang Satpol PP kemudian Permendagri No. 60 tahun 2012 tentang pedoman penetapan jumlah Satpol PP. (Harian Radar Lampung, 9 Januari 2013)

Satuan Polisi Pamong Praja yang kini berubah menjadi Badan, saat ini memang diperbantukan untuk menjaga kelancaran lalu lintas. Hal tersebut dikarenakan jumlah personil dari polantas dan dinas perhubungan tidak mencukupi. Sehingga diperlukan bantuan Sumber Daya Manusia untuk saling berkoordinasi menertibkan lalu lintas. Melihat hal tersebut, maka dikeluarkanlah SPT (Surat Perintah Tugas) Nomor 800/400/III.19/2013.

Dasar dikeluarkannya Surat Perintah Tugas (SPT) adalah (1) Perda Kota Bandar Lampung Nomor 15 Tahun 2013 tanggal 7 Februari 2013 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung, dan (2) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 15 Tahun 2013 tanggal 19 Februari 2013 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja.

(Wawancara dengan Bapak Herman Karim, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat pada tanggal 11 Februari, pukul 14.03 WIB)

(28)

10

yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya. Namun, lalu lintas yang masih banyak masalah atau gangguan yang dapat menghambat dan mematikan proses produktivitas masyarakat.

Karakteristik tugas dan fungsi lalu lintas bersentuhan langsung dengan masyarakat, menimbulkan konsekuensi dijadikannya fungsi ini sebagai sasaran berbagai kontrol eksternal. Hal tersebut hendaknya dilihat sebagai bentuk kepedulian masyarakat pada kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh Polri. Selanjutnya dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja, guna terwujudnya transparansi, akuntabilitas, maupun pelayanan publik yang mudah dan cepat, dalam rangka good government (pemerintahan yang bersih).

Berkaitan dengan hal tersebut, tugas dan fungsi polisi lalu lintas berbeda dengan tugas dan fungsi dinas perhubungan dengan satuan polisi pamong praja. Karena sesungguhnya, polisi lalu lintas lah yang mempunyai peran besar dalam pengaturan lalu lintas. Kemudian dinas perhubungan hanya memfasilitasi jalan bagi masyarakat yang menggunakannya. Sementara itu polisi pamong praja berperan sebagai alat untuk melaksanakan Peraturan Daerah.

(29)

11

Pada era otonomi daerah saat ini, koordinasi mempunyai arti yang sangat penting terutama di antara aparatur pemerintah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari program pembangunan, mempunyai sifat antar sektor yang pelaksanaannya melibatkan lebih dari satu instansi pemerintah. Keberhasilan pelaksanaan program pada akhirnya ditentukan oleh kerjasama yang baik antara instansi yang terlibat dan di sini lah koordinasi antar instansi memegang peranan penting. Keseluruhan pelaksanaan pembangunan di daerah harus dikoordinasikan dan dilaksanakan secara serasi dan selaras sehingga yang nyata dalam tujuan pembangunan. Pelaksanaan koordinasi hendaknya diterapkan dalam keseluruhan proses pembangunan sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan sampai dengan evalusainya. Masalah koordinasi erat kaitannya dengan masalah kepemimpinan, sebab koordinasi dan kepemimpinan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling mempengaruhi (Handayaningrat, 1989:88).

(30)

12

koordinator. Adanya suatu komunikasi yang efektif sangat penting sekali dalam membuka jalan ke arah saling pengertian tadi. Komunikasi inilah yang dapat dianggap sebagai mekanisme yang baik untuk menciptakan koordinasi. Suatu hal yang sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang yang terlibat di dalam kerjasama yang terkoordinasikan adalah tujuan kerjasamanya dan peranan dari pihak yang terlibat. Inilah sebenarnya aspek-aspek yang sangat penting sebagai syarat koordinasi.

Koordinasi mempunyai arti yang sangat penting dalam setiap proses administrasi pemerintahan. Mengingat pemerintah pada hakikatnya merupakan suatu organisasi yang sangat besar yang terdiri dari berbagai unsur aparatur pemerintah sebagai bagiannya yang harus bergerak sebagai kesatuan yang bulat berdasarkan pendekatan sistem (system approach). Peranan lainnya dalam administrasi pada setiap unsur aparatur pemerintah, koordinasi juga mempunyai arti yang menentukan dalam administrasi sebagai suatu keseluruhan aparatur pemerintah. Adanya koordinasi yang baik antara unsur aparatur pemerintah, diharapkan akan lebih terjamin pencapaian tujuan pemerintah secara keseluruhan dengan cara yang berdaya guna dan berhasil guna (Handyaningrat, 1989:131).

(31)

13

Fungsi koordinasi dalam organisasi seperti halnya group musik yang menghasilkan suatu melodi yang merdu. Masing-masing anggota group memainkan alat musiknya sesuai dengan fungsinya. Suatu koordinasi tentu terjadi negosiasi-negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan. Salah satu tugas manajer adalah mengkoordinasikan pekerjaan individu, kelompok, dan organisasi melalui fungsi-fungsi manajemen lainnya. Koordinasi dalam kenyataannya mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan.

Berkaitan dengan hal tersebut, sudah tampak jelas bahwa tugas dan fungsi dari polisi lalu lintas dengan polisi pamong praja dan dinas perhubungan berbeda. Perbedaan tersebut seolah dibuat menyatu dibawah manajemen pemerintahan (koordinasi) yang ada di Kota Bandar Lampung. Hal ini terjadi di jalan Z.A Pagar Alam, Jalan Radin Intan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian persoalan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti seperti apa persoalan yang sebenarnya terjadi dan bagaimana fungsi serta pola koordinasi masing-masing instansi. Apakah sudah efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana Koordinasi Antara Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan

(32)

14

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui Koordinasi Antara Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pengaturan Lalu Lintas Di Kota Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian sebagaimana dirumuskan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Kegunaan Teoritis

Turut mengembangkan teori-teori ilmu pemerintahan, khususnya mengenai teori koordinasi dalam instansi pemerintahan.

2. Kegunaan Praktis

(33)

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Koordinasi

1. Pengertian Koordinasi

Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi,

koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order, not subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati)

hal tertentu (Ndraha, 2003:290)

Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja (Ndraha, 2003:290)

(34)

16

kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain.

Menurut Leonard D. White (dalam Inu Kencana, 2011:33) :

“Koordinasi adalah penyesuaian diri dari masing-masing bagian, dan usaha menggerrakkan serta mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok, sehingga dengan demikian masing-masing bagian dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil”

Koordinasi menurut Awaluddin Djamin dalam Hasibuan (2011:86) diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi.

(35)

17

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kordinasi adalah proses kesepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur (yang terlihat dalam proses) pemerintahan yang berbeda-beda pada dimensi waktu, tempat, komponen, fungsi dan kepentingan antar pemerintah yang diperintah, sehingga disatu sisi semua kegiatan dikedua belah pihak terarah pada tujuan pemerintahan yang ditetapkan bersama dan disisi lain keberhasilan pihak yang satu tidak dirusak keberhasilan pihak yang lain.

2. Bentuk Koordinasi

Menurut Inu Kencana dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemerintahan (2011:35), Bentuk Koordinasi adalah :

a. Koordinasi Horizontal

Koordinasi Horizontal adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis dan sinkron antar lembaga lembaga yang sederajat misalnya antar Muspika Kecamatan (Camat, Kapolsek, Danramil), antar Muspida Kabupaten (Bupati, Danramil, Kapolres), dan Muspida Provinsi (Gubernur, Pangdam, Kapolda).

b. Koordinasi Vertikal

Koordinasi Vertikal adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis dan sinkron dari lembaga yang sederajat lebih tinggi kepada lembaga lembaga lain yang derajatnya lebih rendah. Misalnya antar Kepala Unit suatu Instansi kepada Kepala Sub Unit lain diluar mereka, Kepala Bagian (Kabag), suatu Instansi Kepada Kepala Sub Bagian (Kasubag) lain diluar bagian mereka, Kepala Biro suatu Instansi kepada Kepala Sub Biro lain di luar biro mereka.

c. Koordinasi Fungsional

Koordinasi Fungsional adalah penyelarasan kerjasama secara harmonis dan sinkron antar lembaga lembaga yang memiliki kesamaan dalam fungsi pekerjaan misalnya antar sesama para kepala bagian hubungan masyarakat.

(36)

18

dalam pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung merupakan koordinasi fungsional. Hal ini didasarkan atas kesamaan fungsi atau koordinasinya mempunyai fungsi tertentu.

3. Ciri-ciri Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:118) menjelaskan ciri-ciri koordinasi adalah sebagai berikut :

a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab daripada pimpinan. Dikatakan bahwa pimpinan berhasil, karena ia telah melakukan koordinasi dengan baik.

b. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan sebaik-baiknya.

c. Koordinasi adalah proses yang terus menerus (continues process). Artinya suatu proses yang berkesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan organisasi.

d. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan karena koordinasi adalah konsep yang diterapkan didalam kelompok, bukan terhadap usaha individu tetapi sejumlah individu yang berkejasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

e. Konsep kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi. Hal ini berarti bahwa pimpinan harus mengatur usaha-usaha/tindakan-tindakan daripada setiap kegiatan individu sehingga diperoleh adanya keserasian di dalam sebagai kelompok dimana mereka bekerjasama.

f. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose). Kesatuan usaha/tindakan meminta kesadaran/pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok dimana mereka bekerja.

(37)

19

4. Hakikat Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:118-119) pada hakikatnya koordinasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Koordinasi adalah akibat logis daripada adanya prinsip pembagian habis tugas, di mana setiap satuan kerja (unit), hanyalah melaksanakan sebagian tugas pokok organisasi secara keseluruhan.

b. Koordinasi timbul karena adanya prinsip fungsionalisasi, dimana setiap satuan kerja (unit) hanyalah melaksanakan sebagian fungsi dalam suatu organisasi.

c. Koordinasi juga akibat adanya rentang/jenjang pengendalian, dimana pimpinan wajib membina, membimbing, mengarahkan, dan mengendalikan berbagai kegiatan/usaha yang dilakukan oleh sejumlah bawahan, di bawah wewenang dan tanggung jawabnya.

d. Koordinasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi yang besar dan kompleks, dimana berbagai fungsi dan kegiatan harus dilakukan oleh berbagai satuan kerja (unit) yang harus dilakukan secara terpadu dan simultan.

e. Koordinasi juga sangat diperlukan dalam suatu organisasi yang dibentuk berdasarkan prinsip jalur lini dan staf, karena kelemahan yang pokok dalam bentuk organisasi ini ialah masalah koordinasi.

f. Koordinasi hanya dapat berhasil dengan bantuan sarana komunikasi yang baik. Oleh karena itu komunikasi administrasi yang disebut hubungan kerja memegang peranan yang sangat penting bagi tercapainya koordinasi. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa koordinasi adalah hasil akhir daripada hubungan kerja (komunikasi).

g. Pada hakikatnya koordinasi adalah perwujudan daripada kerjasama, saling bantu membantu dan menghargai/menghayati tugas dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing. Hal ini disebabkan karena setiap satuan kerja (unit) dalam melakukan kegiatannya, tergantung atas bantuan dari satuan kerja (unit) lain. Jadi adanya saling ketergantungan atau interpedensi inilah yang mendorong diperlukan adanya kerjasama.

(38)

20

organisasi yang besar dan kompleks, di mana berbagai fungsi dan kegiatan harus dilakukan oleh berbagai satuan kerja (unit) yang harus dilakukan secara terpadu dan simultan.

5. Fungsi Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:119-121) menjelaskan fungsi koordinasi adalah sebagai berikut :

a. Sebagai salah satu fungsi manajemen, disamping adanya fungsi perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan pengawasan. Dengan kata lain koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan.

b. Untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen dalam organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan menghindari seminimal mungkin perselisihan yang timbul antara sesama komponen organisasi dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama di antara komponen-komponen tersebut.

c. Sebagai usaha yang mengarahkan dan menyatukan kegiatan yang mengandung makna adanya keterpaduan (integrasi) yang dilakukan secara serasi dan simultan/singkronisasi dari seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Hal itu sesuai dengan prinsip koordinasi, integrasi, dan singkronisasi.

d. Sebagai faktor dominan dalam kelangsungan hidup suatu organisasi pada tingkat tertentu dan ditentukan oleh kualitas usaha koordinasi yang dijalankan. Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha yang perlu dilakukan secara terus menerus karena tidak hanya masalah teknis semata tetapi tergantung dari sikap, tindakan, dan langkah dari pemegang fungsi organik dari pimpinan.

e. Untuk melahirkan jaringan hubungan kerja atau komunikasi. Jaringan hubungan kerja tersebut berbentuk saluran hubungan kerja yang membutuhkan berbagai pusat pengambilan keputusan dalam organisasi. Hubungan kerja ini perlu dipelihara agar terhindar dari berbagai rintangan yang akan membawa organisasi ke situasi yang tidak berfungsi sehingga tidak berjalan secara efektif dan efisien.

(39)

fungsi-21

fungsi yang harus dilaksanakan dan penambahan jabatan yang perlu di koordinasikan.

g. Untuk penataan spesialisasi dalam berbagai keanekaragaman tugas. Karena timbulnya spesialisasi yang semakin tajam merupakan konsekuensi logis dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi koordinasi adalah usaha untuk menyelaraskan setiap tindakan, langkah dan sikap yang terpadu dari para pejabat pengambil keputusan dan para pelaksana, penataan spesialisasi dalam berbagai keanekaragaman tugas, melahirkan jaringan hubungan kerja/komunikasi atau dapat dikatakan sebagai salah satu fungsi manajemen, disamping adanya fungsi perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan pengawasan untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen dalam organisasi.

6. Masalah Koordinasi

Sekalipun pada umumnya telah disadari pentingnya koordinasi dalam proses administrasi/manajemen pemerintahan, tetapi kenyataannya dalam praktek tidak jarang ditemukan berbagai masalah yang menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan koordinasi yang diperlukan, sehingga pencapaian sasaran/tujuan tidak selalu berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Menurut Handayaningrat (1989:129) berbagai faktor yang dapat menghambat tercapainya koordinasi itu adalah sebagai berikut :

a. Hambatan-hambatan dalam koordinasi vertikal (struktural)

(40)

22

bersangkutan dan kadang-kadang timbul keragu-raguan diantara mereka. Sebenarnya hambatan-hambatan yang demikian itu tidak perlu karena antara yang mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan ada hubungan komando dalam susunan organisasi yang bersifat hierarkis.

b. Hambatan-hambatan dalam koordinasi fungsional

Hambatan-hambatan yang timbul pada koordinasi fungsional baik yang horizontal maupun diagonal disebabkan karena antara yang mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan tidak terdapat hubungan hierarkis (garis komando). Sedangkan hubungan keduanya terjadi karena adanya kaitan bahkan interdepedensi atas fungsi masing-masing.

Adapun hal-hal yang biasanya menjadi hambatan dalam pelaksanaan koordinasi antara lain :

1) Para pejabat sering kurang menyadari bahwa tugas yang dilaksanakannya hanyalah merupakan sebagian saja dari keseluruhan tugas dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.

2) Para pejabat sering memandang tugasnya sendiri sebagai tugas yang paling penting dibandingkan dengan tugas-tugas lain.

3) Adanya pembagian kerja atau spesialisasi yang berlebihan dalam organisasi.

4) Kurang jelasnya rumusan tugas atau fungsi, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing pejabat atau satuan organisasi.

5) Adanya prosedur dan tata kerja yang kurang jelas dan berbelit-belit dan tidak diketahui oleh semua pihak yang bersangkutan dalam usaha kerjasama.

6) Kurangnya kemampuan dari pimpinan untuk menjalankan koordinasi yang disebabkan oleh kurangnya kecakapan, wewenang dan kewibawaan.

7) Tidak atau kurangnya forum komunikasi diantara para pejabat yang bersangkutan yang dapat dilakukan dengan saling tukar menukar informasi dan diciptakan adanya saling pengertian guna kelancaran pelaksanaan kerjasama.

(41)

23

hierarkis (garis komando), sedangkan hubungan keduanya terjadi karena adanya kaitan yaitu pengaturan di bidang lalu lintas.

7. Usaha-Usaha Memecahkan Masalah Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:130), untuk mengatasi masalah-masalah dalam koordinasi yang ditimbulkan oleh hal-hal seperti tersebut di atas, berbagai usaha yang perlu dilakukan secara garis besarnya dapat dikelompokkan dalam berbagai bentuk seperti :

1. Mengadakan penegasan dan penjelasan mengenai tugas/ fungsi, wewnang tanggung jawab dari masing-masing pejabat/satuan organisasi yang bersangkutan.

2. Menyelesaikan masalah-masalah yang mengakibatkan koordinasi yang kurang baik, seperti sistem dan prosedur kerja yang berbelit-belit, kurangnya kemampuan pimpinan dalam melaksanakan koordinasi. 3. Mengadakan pertemuan-pertemuan staf sebagai forum untuk tukar

menukar informasi, pendapat, pandangan dan untuk menyatukan persepsi bahasa dan tindakan dalam menghadapi masalah-masalah bersama

Dalam usaha untuk mengatasi masalah-masalah koordinasi maka penerapan prinsip fungsionalisasi dalam rangka peningkatan hubungan kerja menuntut berbagai hal seperti :

1. Adanya pelembagaan dimana semua fungsi organisasi tertampung. 2. Adanya pembinaan pelembagaan.

3. Adanya de-personalisasi kepemimpinan, sehingga ketergantungan kepada seorang pejabat tertentu menjadi berkurang.

4. Adanya tata kerja yang jelas.

5. Adanya forum koordinasi yang efektif.

(42)

24

Berdasarkan uraian di atas dengan berpedoman kepada prinsip fungsionalisasi, diharapkan permasalahn koordinasi dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya masalah-masalah, yang apabila tidak dipecahkan akan mengakibatkan berbagai hal yang tidak diinginkan seperti tidak efisien, tumpang tindih, kekaburan, pemborosan, dan sejenisnya.

8. Tujuan Koordinasi

Tujuan Koordinasi menurut Taliziduhu Ndraha dalam bukunya yang berjudul Kybernology (2003:295), yaitu :

1. Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi mungkin melalui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan, dan kesinambungan, antar berbagai dependen suatu organisasi.

2. Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tinginya setiap kegiatan interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang mengikat semua pihak yang bersangkutan.

3. Menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif-antisipatif di kalangan unit kerja interdependen dan independen yang berbeda-beda, agar keberhasilan unit kerja yang satu tidak rusak oleh keberhasilan unit kerja yang lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi efektif.

9. Unsur-unsur Koordinasi

Unsur-unsur Koordinasi menurut Inu Kencana (2002:168) adalah sebagai berikut :

1. Pengaturan 2. Sinkronisasi

(43)

25

10. Indikator Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:80), koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui indikator :

a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi

3. Kompetensi Partisipan

a. Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat

b. Ada tidaknya ahli di bidang pembangunan yang terlibat 4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi

a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan

c. Ada tidaknya sanksi bagi pelnggar kesepakatan d. Ada tidaknya insentif bagi pelaksana koordinasi 5. Kontinuitas Perencanaan

a. Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan subyek pembangunan b. Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan

B. Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah Dalam Pengaturan Lalu Lintas

1. Polisi Lalu Lintas

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 12 tugas dan fungsi Polisi Lalu Lintas adalah : a. Pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor. b. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor.

c. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(44)

26

e. Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli Lalu Lintas.

f. Penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan Kecelakaan Lalu Lintas.

g. Pendidikan berlalu lintas.

h. Pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. i. Pelaksanaan manajemen operasional Lalu Lintas.

2. Dinas Perhubungan

Menurut Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2005 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Perhubungan di bidang lalu lintas mempunyai Subdin Lalu Lintas dan beberapa seksi-seksi yaitu Seksi Manajemen Pemerintah, Seksi Rekayasa Lalu Lintas dan Seksi Pengendalian dan Pengawasan Lalu Lintas yang mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi. Tugas pokok Subdin Lalu Lintas melaksanakan tugas dinas di bidang lalu lintas, yang mempunyai fungsi :

1. Perencanaan dan penyusunan program dibidang lalu lintas. 2. Pelaksanaan dan penyusunan petunjuk teknis dibidang lalu lintas. 3. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas dibidang lalu lintas. 4. Monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan dibidang lalu lintas.

(45)

27

dijalan kota termasuk jalan provinsi dan jalan nasional yang berada di wilayah kota. Seksi Rekayasa Lalu Lintas mempunyai fungsi pelaksanaan di bidang perencanaan kebutuhan, pengadaan, penempatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas di jalan kota. Dan Seksi Pengendalian dan Pengawasan Lalu Lintas mempunyai fungsi pelaksanaan yang meliputi penyusunan rencana operasi pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan secara periodik, melakukan pembinaan, pengendalian, pengamanan dan pengaturan lalu lintas di jalan.

3. Satuan Polisi Pamong Praja

(46)

28

Adapun tugas pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 15 Tahun 2013 Pasal 3 dan 4 adalah :

a. Menegakkan Peraturan Daerah, menyelengarakan ketertiban umum, ketentraman masyarakat dan perlindungan masyarakat.

b. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.

c. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota.

d. Pelaksanaan kebijakan penyelengaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat di daerah.

e. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat.

f. Pelaksanaan koordinasi penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota serta penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan atau aparatur lainnya.

g. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur daerah atau badan hukum agar mematuhi dan mentaati dalam penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota.

h. Pelaksanaan pelayanan teknis kesekretariatan Satpol PP.

(47)

29

C. Pengaturan Lalu Lintas

Lalu Lintas di dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 1 didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. Sedang Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometrik. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian arus di persimpangan.

Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan :

a. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau jaringan jalan;

b. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu;

(48)

30

d. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.

Untuk mengendalikan pergerakan orang dan atau kendaraan agar bisa berjalan dengan lancar dan aman diperlukan perangkat peraturan perundangan yang sebagai dasar dalam hal ini Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 1 yang mengatur hal-hal sebagai berikut:

- Instansi yang membina - Penyelenggaraan - Jaringan prasarana

- Ketentuan tentang kendaraan yang digunakan - Pengemudi yang mengemudikan kendaraan itu - Ketentuan tentang tata cara berlalu lintas

- Ketentuan tentang keselamatan dan keamanan dalam berlalu lintas - Ketentuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan

- Perlakuan khusus yang diperlukan untuk penyandang cacat, manusia lanjut usia, wanita hamil, dan orang sakit

- Sistem informasi dan komunikasi lalu lintas

(49)

31

D. Kerangka Pikir

Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 12 menyebutkan bahwa polisi merupakan alat negara yang berperan dalam pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Serta pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli Lalu Lintas, Penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan Kecelakaan Lalu Lintas.

Menurut Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2005 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Dinas Perhubungan di bidang lalu lintas mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi yaitu Perencanaan dan penyusunan program dibidang lalu lintas, Pelaksanaan dan penyusunan petunjuk teknis dibidang lalu lintas, Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas dibidang lalu lintas, dan Monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan dibidang lalu lintas.

Tugas dari Satuan Polisi Pamong Praja tertuang dalam Undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah Pasal 148-149 menyebutkan bahwa Satuan Polisi Pamong Praja bertugas untuk membantu kepala daerah dalam menjalankan Perda dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja dapat diangkat sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(50)

32

Penulis memakai teori dari Handayaningrat, bahwa ada 5 indikator koordinasi yang baik. Di dalam sebuah koordinasi, diperlukan terciptanya komunikasi yang baik dari masing-masing pihak. Selain itu, setiap masing-masih pihak terkait wajib memahami pentingnya dari sebuah koordinasi agar dapat bertanggungjawab dalam menjalankan tugasnya.

(51)

15 c. Ada tidaknya teknologi informasi 2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi

a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi

b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi 3. Kompetensi Partisipan

a. Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat

4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan

b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan

(52)

33

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana koordinasi antara Polisi Lalu Lintas dengan Dinas Perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung, sehingga penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono (2009:19) penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendesripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data adalah benda, hal, atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan sebagai acuan peneliti untuk melakukan analisis data.

(53)

34

pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagi instrumen kunci. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, jika dikaitkan dengan masalah penelitian ini, maka penelitian ini adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan tentang koordinasi antara Polisi Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian diperlukan dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif, karena fokus penelitian ini memegang peranan yang sangat penting dalam memandu dan mengarahkan jalannya suatu penelitian. Fokus penelitian ini sangat membantui seorang peneliti agar tidak terjebak oleh melimpahnya volume data yang masuk, termasuk juga yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian.

Fokus dalam penelitian ini adalah mengenai koordinasi antara Polisi Lalu Lintas dengan Dinas Perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pengaturan lalu lintas di Kota Bandar Lampung yaitu:

1. Komunikasi

(54)

35

2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi

a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi

3. Kompetensi Partisipan

a. Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat 4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi

a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan

c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar kesepakatan 5. Kontinuitas Perencanaan

a. Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan subyek pembangunan b. Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan

C. Lokasi Penelitian

(55)

36

D. Jenis data

Jenis data yang akan dipergunakan dalam penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Data Primer merupakan hasil wawancara yang diperoleh dari pihak-pihak yang berkompeten dalam hal ini unsur Polisi Lalu Lintas di Kota Bandar Lampung dan unsur Dinas Perhubungan serta unsur Satuan Polisi Pamong Praja di Kota Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya tersebut hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi berupa surat kabar, arsip, situs dan sumber-sumber lain yang bisa diterima.

E. Sumber Informasi

(56)

37

Adapun yang menjadi sumber informasi dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Polresta Bandar Lampung

a. Kepala Urusan Pembinaan Operasional Polresta Bandar Lampung, Bapak Nurul Haq.

2. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

a. Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Bapak Iskandar Zulkarnain.

3. Kantor Badan Polisi Pamong Praja

a. Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung, Bapak Herman Karim. b. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Bandar Lampung, Bapak Roespan Syah. 4. Masyarakat Pengguna Jalan

a. M. Agung Maulido b. Jenni Selvia

c. Hada Suhendra d. Marta Luffie e. Nova Afriza

(57)

38

langsung ke jalanan karena lebih efektif dengan mereka mengetahui keadaan jalan secara langsung. Kemudian alasan pemilihan informan untuk masyarakat diambil kepada masyarakat pengguna jalan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada informan untuk dijawab secara lisan, dibantu dengan panduan wawancara. Dilakukan dengan cara tanya jawab dengan orang-orang yang dianggap berkepentingan dan masih terikat secara penuh atau aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Alasan memilih metode wawancara adalah karena metode ini memiliki beberapa ciri yang dianggap sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu:

1. Digunakan untuk subjek yang sedikit atau bahkan satu atau dua orang saja. Mengenai banyaknya subjek tidak ada ukuran pasti.

2. Menyediakan latar belakang yang detail mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Wawancara ini terelaborasi beberapa elemen jawaban, yaitu opini, nilai-nilai motivasi, pengalaman maupun perasaan informan.

3. Wawancara mendalam bisa dilakukan berkali-kali.

(58)

39

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan informan yang dianggap berkepentingan yang menjadi perhatian peneliti yaitu:

1. Wawancara dengan Bapak Nurul Haq selaku Kepala Urusan Pembinaan Operasional Polresta Bandar Lampung pada hari Selasa tangal 3 Juni 2014 dan Bapak Firmansyah selaku Anggota Satlantas Polresta Bandar Lampung pada hari Sabtu tanggal 26 Juli 2014.

2. Wawancara dengan Bapak Iskandar Zulkarnain selaku Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung pada hari Senin 19 Mei 2014 dan Bapak Romi Setiadi Putra selaku Anggota Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung pada hari Sabtu 26 Juli 2014.

3. Wawancara dengan Bapak Herman Karim selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung pada hari Selasa 11 Maret 2014.

4. Wawancara dengan Bapak Roespan Syah selaku Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung pada hari Selasa tanggal 20 Mei 2014 dan Bapak Joni Iskandar selaku Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung pada hari Sabtu 26 Juli 2014.

(59)

40

2. Dokumentasi

Teknik ini dipergunakan untuk menghimpun berbagai informasi dari bahan-bahan dokumentasi berupa dokumen kerja Polresta, Dinas Perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung serta gambar atau foto saat wawancara dengan yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan Bapak Nurul Haq, Bapak Iskandar Zulkarnain, dan Bapak Roespan Syah.

3. Observasi

Pengamatan (observasi) yaitu pengumpulan data secara langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh data yang valid dengan melakukan pengamatan langsung di Polresta, Dinas Perhubungan, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung.

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul maka tahap berikutnya adalah mengolah data tersebut. Menurut Winarno Surakhmad (dalam Idrus, 2007) teknik pengolahan data merupakan teknik operasional yang dilakukan pada saat setelah data terkumpul. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Editing

(60)

41

2. Interpretasi

Interpretasi merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Adapun proses interpretasi atas hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu dengan menghubungkan hasil dari wawancara kepada informan, meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh di lapangan.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu menganalisa data dengan cara menjelaskan dalam bentuk kalimat logis. Analisis data dalam penelitian ini berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Di antaranya adalah melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi (Bungin, 2011:144-145) sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi dapat diartikan sebagai tahap pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama pelaksanaan penelitian berlangsung.

2. Penyajian Data

(61)

42

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Verifikasi dan kesimpulan

(62)

87

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai koordinasi antara polisi lalu lintas, dinas perhubungan dan satuan polisi pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang dilakukan oleh ketiga instansi pemerintah belum maksimal. Hal tersebut bisa dilihat dari 5 (lima) indikator koordinasi, yaitu:

1. Komunikasi

Komunikasi yang sudah dilakukan polisi lalu lintas, dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja dalam berkoordinasi sudah cukup baik. Hal tersebut dilihat bahwa masing-masing instansi bekerja pada bidangnya sendiri namun tetap berkoordinasi. Pemakaian Handy Talkie pada setiap petugas pelaksana cukup efektif dan efisien untuk memberitahu tentang keadaan lalu lintas yang tengah terjadi. Selain itu, polresta juga mempunyai teknologi informasi lainnya yaitu CCTV yang terdapat di berbagai jalan yaitu Bundaran Tugu Adipura, Bundaran Kantor Walikota Bandar Lampung, dan Bundaran Hajimena.

2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi

(63)

88

kurang baik. Terbukti dengan masih banyaknya daerah-daerah kemacetan yang terjadi, walaupun saat ini sudah dibangun jembatan layang atau fly over untuk mengurangi laju kendaraan yang melintas. Oleh karena itu

kesadaran akan pentingnya koordinasi memang perlu dipahami oleh masing-masing pelaksana koordinasi agar lebih bekerja sama memecahkan masalah kemacetan lalu lintas yang ada. Selain itu, masih banyak pelaksana koordinasi yang belum taat dalam menjalankan tugas misalnya datang terlambat atau tidak hadir pada saat jam-jam sibuk yang rawan dengan daerah kemacetan. Sejauh ini pun, belum dibuat aturan tertulis untuk kerjasama antar instansi.

3. Kompetensi Partisipan

Penulis dapat menyimpulkan bahwa partisipasi yang dilakukan oleh polisi lalu lintas, dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja sudah berjalan baik. Hal ini bisa dilihat dari pengalaman Polisi Lalu lintas dan Dinas Perhubungan. Kedua instansi tersebut sudah cukup lama bekerja sama, sedangkan Satuan Polisi Pamong Praja memang masih baru. Meski begitu, sejauh ini Satuan Polisi Pamong Praja sudah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan maksimal. Adanya pejabat berwenang dan orang yang ahli dalam bidangnya juga terlibat dapat mendukung terciptanya koordinasi yang baik.

4. Kesepakatan dan Komitmen Koordinasi

(64)

89

polisi pamong praja belum cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa sejauh ini banyak pelaksana koordinasi yang tidak aktif di lapangan namun tidak ada sanksi tegas dan hanya berupa teguran lisan. Kooordinasi yang baik yaitu dibangun dengan kesepakatan dan komitmen terhadap aparat pemerintah terkait. Ini adalah menyangkut masalah perilaku pelaksana koordinasi yang kurang baik melakukan koordinasi antar instansi pemerintah.

5. Kontinuitas Perencanaan

Kontinuitas perencanaan dalam berkoordinasi yang dilakukan oleh polisi lalu lintas, dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja belum cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari masing-masing instansi pemerintah (polantas, dishub, dan satpol pp) belum memiliki perencanaan lain selain koordinasi jika masalah koordinasi tidak terpecahkan. Koordinasi antar instansi terkait di bidang perencanaan belum dapat terlaksana sebagaimana mestinya, walaupun dalam hal identifikasi kaitan instansi, menentukan urutan kegiatan setiap instansi, dan menentukan kegiatan mana yang sama dengan instansi lain telah dilaksanakan.

B. Saran

(65)

90

1. Kesadaran Pentingnya Koordinasi

-Alangkah baiknya suatu koordinasi dapat berjalan baik apabila dilandasi dengan kesadaran oleh masing-masing pelaksana koordinasi dan bukan hanya sekedar menjalankan tugas pokok dan fungsi saja. Karena jika pelaksana tersebut memiliki kesadaran, maka akan dengan sendirinya dan sepenuh hati dan menertibkan lalu lintas.

-Lebih ditingkatkan lagi peranan dalam mengatur lalu lintas. Misalnya dengan saling mengisi tugas dan fungsi masing-masing instansi.

-Agar menaikkan insentif pelaksana koordinasi, agar pelaksana koordinasi tersebut diharapkan lebih semangat dan bertanggungjawab.

2. Kesepakatan dan Komitmen Koordinasi

-Mengingat pelaksana koordinasi tidak memiliki kesadaran tentang pentingnya berkoordinasi, maka bisa dikatakan tidak berkomitmen walaupun sudah ada kesepakatan sebelumnya. Seharusnya pelaksana koordinasi dapat berkomitmen dengan aktif dan tanggap pada saat dibutuhkan, misalnya pada saat traffic lights mati, adanya kecelakaan, dan datang tepat waktu disaat jam-jam sibuk.

-Harus ada aturan tertulis untuk mendukung koordinasi atau kerjasama yang baik antar instansi dalam pengaturan lalu lintas, agar para pelaksana koordinasi dapat menjalankan tugas dan fungsi dengan baik.

3. Kontinuitas Perencanaan

(66)

91

hanya menunggu dan membiarkan keadaan jalanan kota yang semakin hari semakin parah.

-Perlu ditingkatkan lagi pendidikan akan kesadaran lalu lintas dan juga penegakan aturan yang tegas bagi masyarakat yang melanggar oleh polisi lalu lintas.

-Perlunya penambahan jumlah personil dari Polisi Lalu Lintas yang ada saat ini.

-Mengingat kondisi jalanan yang semakin dipadati oleh kendaraan, sebaiknya pemerintah berperan aktif dalam membatasi permintaan masuknya kendaraan-kendaraan ke Kota Bandar Lampung.

-Rapat koordinasi yang sudah ada sebaiknya dijalankan lebih efektif.

-Dinas Perhubungan harus benar dalam menentukan letak-letak penempatan traffic lights juga dalam menentukan warna lampu yang berkedip harus seimbang.

-Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja perlu ditingkatkan lagi, terutama dalam penertiban PKL, pengamen, dan pengemis.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers. Jakarta

Handyaningrat, Soewarno. 1989. Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional. CV Haji Masagung. Jakarta

Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta

Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Erlangga. Jakarta

Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. CV Pustaka Setia. Bandung

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Silalahi, Ulber. 2010. Metodologi Penelitian Sosial. PT Rafika Aditama. Bandung

Subyantoro, Arief & FX. Suwarto. 2007. Metode dan Teknik Penulisan Penelitian Sosial. CV Andi Offset. Yogyakarta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

(68)

Syafiie, Kencana, Inu, Drs. 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Syafiie, Kencana, Inu, DR. 2011. Manajemen Pemerintahan. Pustaka Reka Cipta. Jawa Barat

Dokumen :

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Undang-Undang No. 32 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2005 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Media :

http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Definisi_lalu_lintas http://bandarlampungkota.go.id/?p=2914

Gambar

Tabel 1.1 Data Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota Bandar Lampung Tahun 2013
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kategori Green berdasarkan penerapan greenroad pada 48 reponden yang sedang atau sudah pernah melakukan pekerjaan jalan, didapat 15 proyek jalan yang

Proporsi tepung beras dan tepung umbi uwi, talas dan kimpul yang telah dimodifikasi HMT tidak berpengaruh terhadap kadar air kwetiau tetapi berpengaruh terhadap

Dalam melakukan proses setting configuration untuk menggabungkan dua layanan internet dengan teknik load balancing yaitu ASTINET dedicated dengan internet backup ,

Buah naga dengan berat 0.65 kg yang dikemas menggunakan stretch film pada wadah styrofoam berukuran 12 cm x 18 cm masih dapat diterima konsumen hingga hari ke-25 pada suhu

Aliran ini juga berpandangan bahwa perbuatan yang baik itu adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada

[r]

4) Satu tekad dari para pengusaha lokal dan Pemda Kabupaten Belu adalah menjadikan minyak nilam sebagai komoditi unggulan prioritas daerah NTT sebagai pengganti

Sosialisasi yang dilaksanakan dapat memaksimalkan pengetahuan masyarakat terhadap arti pentingnya izin mendirikan bangunan (IMB) dan mengetahui bahwa dengan adanya