ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
DI KABUPATEN TANGGAMUS (Skripsi)
Oleh
ANGGA ANDALA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
DI KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
ANGGA ANDALA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
1 Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2 Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
ABSTRAK
ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
DI KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Angga Andala1, Zainal Abidin2, dan Suriaty Situmorang2
Penelitian bertujuan untuk (1) menganalisis keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, (2) menganalisis kepekaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan input dan
output.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus. Jumlah responden adalah 45 petani yang dipilih secara acak berdasarkan umur tanaman. Analisis data yang digunakan adalah analisis PAM (Policy Analysis Matrix). Untuk mempertajam analisis digunakan analisis kepekaan (sensitivitas).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus memiliki keunggulan kompetitif yang (ditunjukkan oleh nilai PCR
(Private Cost ratio) sebesar 0,349) dan memiliki keunggulan komparatif (dengan nilai DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) sebesar 0,494). Keuntungan privat dan sosial yang diterima adalah Rp55.511.036 dan Rp114.266.941. Biaya usahatani terdiri dari input tradable dan faktor domestik. Input tradable meliputi pupuk urea, SP-36, KCL, dan pestisida. Faktor domestik meliputi tenaga kerja, modal dan lahan. (2) daya saing usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus hanya sensitif terhadap penurunan produksi sebesar 20% dan penurunan harga output sebesar 30%.
1 Student of Agribusiness Department of Agriculture Faculty of Lampung University 2 Lectures at Agribusiness Department of Agriculture Faculty of Lampung University
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF COMPETITIVE AND COMPARATIVE
ADVANTAGES OF MANGOSTEEN (Garcinia mangostana L.) FARMING SYSTEM RESPECTIVELY IN TANGGAMUS DISTRICT
by
Angga Andala1, Zainal Abidin2, and Suriaty Situmorang2
The study aims to (1) analyze the competitive and comparative advantages in farming mangosteen Tanggamus, (2) analyze the sensitivity of competitive and comparative advantages in farming mangosteen Tanggamus to changes in input prices and output
This research was carried out in Tanggamus District. The respondent of this research was 45 farmers. The respondent was chosen using simple random sampling according to the age of plants. The study employs PAM (Policy Analysis Matrix). The sensitivity analysis was used to elaborate the analysis.
The results showed that (1) mangosteen farming in Tanggamus have a competitive advantage (indicated by the value of PCR (Private Cost Ratio) 0,349) and comparative advantage (by DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) 0,494). Private and social advantages received respectively Rp55.511.036 and Rp114.266.941. The cost of farming consists of tradable inputs and domestic factors. Tradable inputs including fertilizer urea, SP-36, KCL, and pesticides. Domestic factors include labor, capital and land. (2) competitiveness of mangosteen farming in Tanggamus sensitive to a decrease in production output of 20% and a decrease in output prices by 30%.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Apil 1990 di Kotaagung
Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Penulis adalah anak
pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Nusbari S.P. dan
Supatmi S.Pd. Penulis menempuh pendidikan formal di Taman
Kanak-kanak (TK) Aisyah Bustanul Athfal Wonosobo pada tahun 1995,
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Sridadi lulus pada tahun 2001, pendidikan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP 1 Kotaagung lulus pada tahun 2004,
dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kotaagung lulus pada
tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB)
Selama masa kuliah penulis pernah menjadi pendamping asistensi mata kuliah
pembangunan pertanian. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan kampus
di antaranya, Sosek English Club (SEC) Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi
Pertanian (Himaseperta) Universitas Lampung periode 2010/2011, sebagai ketua
bidang III, organisasi kemahasiswaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) sebagai Ketua Rayon Fakultas Pertanian masa khidmat 2007-2008,
Sekretaris Komisariat PMII Unila masa khidmat 2008-2009, anggota PMII
Kegiatan ekstrakurikuler kampus yang pernah penulis ikuti di antaranya adalah
tenaga surveyor Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2009, dan anggota biro
Komite Nasional Pemuda Indonesia Kota Bandar Lampung periode 2011-2014.
Penulis menyelesaikan praktik umum (PU) di Badan Kordinasi Penyuluh
Pertanian (Bakorluh) Provinsi Lampung. Tahun 2011 penulis bekerja sebagai tim
tenaga pendamping masyarakat marijnal pedesaan (Community Organizer)
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya, sholawat dan salam senantisa tercurah untuk Uswatun Hasanah Kanjeng
Nabi Muhamad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KEUNGGULAN
KOMPARATIF MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI KABUPATEN TANGGAMUS”. Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati
penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :
1. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., sebagai Pembimbing Pertama sekaligus
Pembimbing Akademik, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasihat,
saran, dan arahan dari awal hingga selesainya penyusunan skripsi.
2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, yang telah banyak
memberikan bimbingan, nasihat, saran, dan arahan dari awal hingga selesainya
penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. H. R. Hanung Ismono, MP, sebagai Dosen Penguji, yang telah banyak
memberikan saran, dan kritikan yang membangun demi perbaikan kualitas skripsi
penulis.
4. Dr.Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S, sebagai Ketua Jurusan Agribisnis, yang
5. Seluruh dosen Jurusan Agribinis atas semua ilmu yang telah diberikan selama
penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.
6. Karyawan-karyawan di Jurusan Agribinis, Mba Iin, Mba Ayi, Mas Bukhori, Mas
Sukardi, Pak Margono, dan Mas Boim, atas semua bantuan yang telah diberikan.
7. Bapakku Nusbari, S.P. dan Mamakku Supatmi S.Pd., dan saudara-saudaraku
terkasih, Redi Octama, S.Pd., Dika Agus Tiandra, Muhamad Diara Kasesa,
Makwo, Pakde dan Bude, atas limpahan kasih sayang, perhatian, do’a, dukungan
dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian.
8. Sahabatku Vici Wahyu Nugroho, S.P., Mutakin, S.P. dan Muhamad Nuryasin,
S.P., terimakasih untuk semangat kebersamaan selama penulis mengerjakan
skripsi.
9. Kartika S., M.Pd., yang telah memberi do’a, semangat, motivasi, dan dorongan
selama penulis mengerjakan skripsi.
10. Sahabat-sahabatku seperjuangan, Satria Widiatmaja, Bambang, Danang, Made,
Putri, Arum, Dini, Tri, Randy, Aras, Fitri, Maya, Desty, Rico, (Alm) Donny,
Andri Agung, Juanda, John, Razvi, Ni Wayan, Nunik, Uci, Risha, Fadhila, Reki
Chandra, Candra, Titik Gustia, Bondan, Arif dan Guntur.
11. Sahabatku Agribisnis angkatan 07 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan
kebersamaan kita selama ini. “Kalian adalah kenangan yang indah tentang
sebuah kebersamaan”
12. Kakakku dan adikku Sosek 05, 06, Agribisnis 08, 09, 10 yang telah memberikan
13. Anggota organisasi PMII dan NGO Lakpesdam, Bang Titut, Mbak Wirda, Mbak
Erlina dan Bang Muhidin, Bang Mislam, dan Peti yang selalu memberikan
motivasi kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ilmu dan informasi dalam
bentuk data sekunder, jurnal, skripsi, buku, dan media cetak, dalam penyelesaian
skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya
kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bandar Lampung, 25 Agustus 2014
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 11
C. Kegunaan Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12
A. Tinjauan Pustaka ... 12
1. Tinjauan Agronomis Manggis ... 12
2. Analisis Daya Saing ... 16
B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 19
C. Kerangka Pemikiran ... 21
III. METODE PENELITIAN ... 26
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 26
B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian ... 30
C. Metode Pengumpulan Data ... 32
1. Identifikasi Input dan Output ... 34
(3). Biaya Peralatan ... 57
b. Analisis Keunggulan Kompetitif dan Komparatif ... 76
d. Analisis Sensitivitas PCR dan DRCR profit=0 (Apabila Biaya Input Naik 50%, Terjadi Penurunan Produksi
manggis 1%, Penurunan Harga Output sebesar 30%)... 92
e. Analisis Perubahan Koefesien PCR dan DRCR Usahatani Manggis Apabila terdapat Implikasi Kebijakan Makro (Suku Bunga Komersial Naik dan Rupiah Melemah Terhadap US$) ………... 94
f. Analisis Koefesien PCR dan DRCR Apabila Terdapat Implikasi Kebijikan Mikro (Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus Membuat Kebijakan Pemberian Bibit Gratis Kepada Petani)………... 96
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA……….. 98
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun 2012... 5
2. Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun 2010
-2012... 6
3. Luas panen, produktivitas, dan produksi manggis di Kabupaten Tanggamus tahun 2012... 7
4. Policy Analysis Matrix (PAM)... 17
5. Variabel usahatani manggis yang akan diteliti...………... 27 6. Variabel dan indikator PAM yang akan diteliti dan dibahas dalam
penelitian………...………...….…. 28 7. Penentuan jumlah petani sampel berdasarkan umur tanaman
manggis………... 32 8. Policy analisys matrix (PAM) yang digunakan dalam penelitian
usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012... 33
9. Alokasi biaya produksi ke dalam komponen domestik dan
asing... 34
10.Penentuan harga paritas ekspor output... 35
11. Penentuan harga paritas impor input ... 37
12. Sebaran petani responden berdasarkan kelompok umur di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 47
13.Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012…………... 48 14.Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
15.Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan usahatani manggis
21.Perhitungan biaya peralatan pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 57
22.Jumlah dan biaya pupuk per hektar pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 59
23.Perhitungan jumlah dan biaya pestisida per hektar pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012…………... 60 24.Jumlah rata - rata produksi manggis per hektar per tahun
di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 61
25. Biaya investasi per hektar usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 63
26. Perincian tenaga kerja dan biaya tenaga kerja per hektar usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, 2012... 64
27. Perhitungan biaya peralatan pada usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 65
28.Perhitungan jumlah dan biaya pupuk per hektar pada usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012... 66
29.Perhitungan jumlah dan biaya pestisida per hektar pada usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, 2012... 66
31.Harga privat dan sosial pestisida yang digunakan pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012... 71
32.Harga privat dan sosial peralatan yang digunakan dalam usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012…………... 72 usahatani manggis per hektar di Kabupaten Tanggamus, 2012... 75
36. Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten
input sebesar 25% usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 86
40.Indikator sebelum dan setelah terjadi penurunan produksi sebesar 20% usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus………...… 88 41.Analisis sensitivitas PCR dan DRCR apabila produksi turun 20%
pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 89
42.Indikator sebelum dan setelah terjadi penurunan harga output sebesar 1% usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 90
43.Analisis sensitivitas PCR dan DRCR apabila terjadi penurunan harga output sebesar 30% pada usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 91
44.Indikator sebelum dan setelah terjadi biaya input naik sebesar 25%, terjadi penurunan produksi manggis sebesar 20%,penurunan harga output sebesar 30%) usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 92
46.Indikator sebelum dan setelah implikasi kebijakan suku bunga naik dan Rupiah melemah terhadap US$ yang sehingga mempengaruhi usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 95
47.Perubahan koefesien PCR dan DRCR setelah terjadi implikasi kebijakan suku bunga naik dan Rupiah melemah terhadap US$ sehingga mempengaruhi usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus... 95
48.Indikator sebelum dan setelah terjadi kebijakan pemberian bibit gratis kepada petani manggis di Kabupaten Tanggamus... 97
49.Perubahan koefesien PCR dan DRCR setelah terjadi kebijakan pemberian bibit gratis kepada petani manggis di Kabupaten Tanggamus... 97
50.Indentitas petani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012.…… 106 51.Biaya peralatan pertanian usahatani manggis Kabupaten Tanggamus
tahun 2012……….………...……….…..…… 107 52.Penggunaan tenaga kerja (HOK) usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus tahun 2012………..………..……….…..…… 110 53.Penggunaan pupuk dan obat-obatan usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus Tahun 2012………..…… 117 54.Produksi usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012.… 119 55.Asumsi suku bunga BI rate tahun 2012……….…………. 120 56.Harga paritas manggis tahun 2012………. 121 57.Export by commodity and country of destination Januari - Desember
2011……… 122
58.Input-output usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012….... 123 59.Input dan output per hektar dalam harga privat pada usahatani
manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012………..……….…. 125 60.Input dan output per hektar dalam harga sosial pada usahatani
62.Budjet sosial per hektar (manggis) di Kabupaten Tanggamus,
2012………..……….……….……… 130
63.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012………..……….…..….. 133 64.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus setelah kenaikan biaya input 25%, 2012…..……… 134 65.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus produksi turun sebesar 20%, 2012……….…. 135 66.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus, harga output turun 30%, 2012……...………..…. 136 67.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus (profit=0), 2012...………...……….... 137 68.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus (suku bunga naik dan Rupiah melemah terhadap US$),
2012...………..………….…...………... 138
69.Policy Analysis Matrix (PAM) usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus (pemberian bibit gratis oleh pemerintah), 2012….………. 139 70.Identitas petani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012…….….. 140 71.Input - output usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun
2012………..……….….…. 141
72.Privat budget usahatani kakao di Kabupaten Tanggamus, tahun
2012………...………. 143
73. Luas panen, produksi dan produktivitas kakao di Kabupaten Tanggamus, 2003-2008………... 145
74. Nilai impor dan ekspor buah tahun 2012... 115
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perkembangan produksi dan ekspor manggis di Indonesia
tahun 2005-2012 ... 2
2. Volume dan nilai ekspor manggis di Indonesia,
tahun 2005-2012 ... 4
3. Paradigma Analisis Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah
Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima
tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada
peningkatan 39 komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan nasional
tersebut terdiri dari 7 komoditas tanaman pangan, 10 komoditas hortikultura,
15 komoditas perkebunan, dan 7 komoditas peternakan. Salah satu dari 10
komoditas unggulan hortikultura tersebut adalah manggis (Renstra Kementan,
2009).
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura Indonesia yang menjadi fokus peningkatan produksi oleh
Kementrian Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari ekspor buah-buahan
Indonesia yang salah satunya didominasi oleh komoditas buah manggis.
Pada tahun 2012, kontribusi nilai ekspor manggis terhadap total ekspor
26 jenis buah-buahan nasional yang diekspor adalah sebesar 9,64 persen
(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013). Proporsi produksi buah manggis
terhadap total produksi 14 jenis buah-buahan nasional adalah sebesar 1,14
2
8,437 5,697 9,093 9,466 9,987 11,387 12,600 20,289 64,711
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Produksi (Ton)
Ekspor (Ton)
Produksi manggis Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2005
sampai tahun 2012 rata-rata peningkatan produksi manggis Indonesia adalah
sebesar 15,52 persen per tahun (Badan Pusat Statstik, 2013). Perkembangan
produksi manggis Indonesia selama periode 2005-2012 dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan produksi dan ekspor manggis di Indonesia, tahun 2005-2012 (dalam ton)
Sumber : Badan Pusat Statistik (Produksi) dan Direktorat Jenderal Hortikultura (Ekspor), 2013 (data diolah dalam grafik)
Gambar 1 menunjukkan bahwa produksi manggis dari tahun 2005-2012
berfluktuasi dan produksi tahun 2012 merupakan jumlah terbesar dalam kurun
waktu 2005-2012.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2013) laju peningkatan produksi manggis
pada periode 2011-2012 cukup tinggi, yaitu mencapai 61,82 persen (data
diolah). Selanjutnya volume ekspor manggis ke negara tujuan berfluktuasi,
3
Indonesia hanya 17,49 persen per tahun dari total ekspor manggis setiap
tahunnya.
Ekspor manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar nasional ke
mancanegara, kemudian diikuti oleh nanas dan pisang (Badan Pusat Statistik,
2012). Manggis yang berasal dari perkebunan rakyat setelah melewati proses
grading, hanya diekspor sekitar 10,66 persen (Setyo, 2009). Proses grading
menyebabkan harga manggis di pasar domestik dan ekspor berbeda.
Perbedaan harga yang signifikan antara harga domestik dengan harga ekspor
menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan volume ekspor.
Kisaran harga ekspor Free on Board (FOB) buah manggis bisa mencapai
2 US$ per butir. Dengan kurs Rp12.000 per 1 US$, maka harga satu butir
buah manggis mencapai Rp24.000 di tingkat konsumen di negara pengimpor
(Badan Pusat Statistik, 2012). Harga tersebut sangat berbeda jauh
dibandingkan dengan harga domestik yang rata-rata hanya mencapai
Rp 8.000-Rp 10.000/kg (pip.kementan.org, 2012).
Ekspor buah manggis Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor sangat
fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari gambaran volume
4
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Ekspor (ribu ton)
Nilai (US$ Juta) Gambar 2. Volume dan nilai ekspor manggis Indonesia, tahun 2005-2012
Sumber : Kementrian Pertanian, 2013 (data diolah dalam grafik)
Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai ekspor manggis Indonesia dalam kurun
waktu delapan tahun berfluktuasi, dan mengalami penurunan pada tahun 2006.
Penurunan ini disebabkan oleh kualitas manggis Indonesia secara
keseluruhan masih rendah. Pada tahun 2006, dari sekitar 72.634 ton total
manggis yang diproduksi, hanya 5.697 ton yang layak untuk diekspor
ke luar negeri (Badan Pusat Statistik, 2011). Rendahnya ekspor buah manggis
hasil perkebunan rakyat disebabkan oleh produsen lokal belum mampu
memenuhi permintaan konsumen pasar internasinal sesuai dengan standar buah
yang baik di pasar internasional (Firdaus, 2007).
Peluang pasar ekspor buah-buahan dunia yang besar telah membangkitkan
keinginan pemerintah Indonesia untuk mendorong produk buah-buahan tropika
menjadi komoditas primadona dunia. Hal ini juga dilakukan untuk
menghadapi era pasar bebas yang ditandai dengan masuknya buah-buahan
5
yang dapat bersaing dengan buah-buahan impor. Strategi yang harus ditempuh
antara lain mempromosikan manggis sebagai exotic fruit dengan mengandalkan
unggulan buah lokal spesifik Indonesia (Setyo, 2009). Namun, besar kecilnya
peluang manggis Indonesia di pasar internasional tergantung kepada
kemampuan produsen manggis Indonesia memenuhi permintaan konsumen
manggis. Produsen manggis Indonesia tentunya harus mampu bersaing dengan
produsen manggis dari negara-negara lain, seperti Thailand, Malaysia dan
Amerika Latin, di pasar dunia (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013).
Kemampuan bersaing tidak hanya dalam segi kuantitas produksi, tetapi juga
berbagi faktor lainnya, yang salah satunya adalah mutu atau kualitas dari
manggis yang diproduksi.
Tanaman manggis Indonesia tersebar hampir di semua kepulauan. Pulau
Sumatra merupakan salah satu sentra produksi manggis Indonesia. Produksi
manggis Pulau Sumatra pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi manggis di pulau Sumatra, tahun 2012 (dalam ton)
No Provinsi Produksi
1 Aceh 2.306
2 Sumatera Utara 13.182 3 Sumatera Barat 11.872
4 Riau 2.618
5 Jambi 3.919
6 Sumatera Selatan 1.096
7 Bengkulu 3.950
8 Lampung 6.698
9 Bangka Belitung 1.332 10 Kepulauan Riau 217 Sumatra 47.190
6
Tabel 1 menunjukkan bahwa Lampung pada tahun 2012 merupakan salah satu
provinsi terbesar penghasil komoditi manggis dengan jumlah produksi sebesar
6.698 ton. Produksi manggis Provinsi Lampung tersebar di
kabupaten-kabupaten yang menjadi penghasil manggis. Produksi manggis per kabupaten-kabupaten
di Provinsi Lampung pada tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung, tahun 2010-2012
Kabupaten/Kota Produksi (ton)
2010 2011 2012 1. Lampung Barat 768 612 697
2. Tanggamus 4.828 5.038 5.529
3. Lampung Selatan 348 95 132 4. Lampung Timur 79 30 77 5. Lampung Tengah 55 57 47 6. Lampung Utara 322 90 100 7. Way Kanan 73 36 32 8. Tulang Bawang *t.a *t.a *t.a 9. Bandar Lampung 73 49 56 10. Pesawaran 36 27 28 11. Metro *t.a *t.a *t.a Lampung 6.583 6.033 6.698 *t.a : tidak ada data
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013
Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan kabupaten
penghasil buah manggis terbesar di Provinsi Lampung tahun 2010-2012.
Produksi manggis tersebut didukung oleh kondisi iklim dan ketinggian lahan
perkebunan di Kabupaten Tanggamus yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
manggis (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kotaagung, 2012).
Produksi manggis Kabupaten Tanggamus menyumbang 83 persen dari total
7
Penyebaran sentra produksi, luas panen, dan produktivitas manggis di
Kabupaten Tanggamus pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas panen, dan produksi manggis di Kabupaten Tanggamus, tahun 2012
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus, 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa komoditi manggis Kabupaten Tanggamus
tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Kota Agung, Kota Agung
Timur, Kota Agung Barat dan Wonosobo. Penghasil manggis terbesar pada
tahun 2012 adalah Kecamatan Kota Agung. Lahan penanaman manggis
di Kecamatan Kota Agung terpusat di dua desa/pekon yaitu Pekon Terdana dan
Pekon Penanggungan. Dua pekon tersebut dijadikan kebun percontohan oleh
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus (Balai
8
Selain menjadi kebun percontohan, kedua pekon tersebut juga mampu
menghasilkan manggis yang bersertifikat prima 3, yaitu manggis yang telah
memenuhi kualitas standar ekspor pasar internasional (Balai Penyuluhan
Pertanian Kota Agung, 2012). Hal ini menjadi pertimbangan peneliti untuk
melakukan penelitian di Kecamatan Kota Agung.
Produksi buah manggis Kabupaten Tanggamus berasal dari perkebunan rakyat
yang dikelola secara mandiri oleh petani. Pada umumnya, umur tanaman
manggis di Kabupaten Tanggamus berkisar antara 10-25 tahun, Dari total
lahan kering (ladang) yang dimiliki oleh petani, rata-rata sekitar 60 persen
menjadi lahan tanaman manggis, sisanya diperuntukan untuk tanaman lainnya,
seperti tanaman kakao dan tanaman perkebunan lainnya, sehingga Kabupaten
Tanggamus masih memiliki peluang untuk meningkatkan produksi manggis di
masa yang akan datang (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Tanggamus, 2011).
Kabupaten Tanggamus berpeluang untuk menjadi sentra utama penghasil
manggis didukung oleh luas areal yang dimiliki serta produksi yang tinggi.
Namun, usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus di sisi lain menyimpan
beberapa kendala, antara lain pengembangan manggis di Kabupaten
Tanggamus masih membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah, baik dari
segi kebijakan maupun bantuan untuk petani. Hingga saat ini belum ada
kebijakan khusus dari pemerintah daerah Kabupaten Tanggamus yang
diterapkan pada komoditas manggis. Padahal petani sangat mengharapkan
9
(pupuk anorganik dan pestisida). Kebijakan tersebut perlu dipertimbangkan
dengan baik, karena akan menyebabkan perbedaan harga input dan output pada
tingkat finansial dan ekonomi, sehingga akan mempengaruhi pendapatan
petani.
Secara on farm, sistem usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus masih
mengandalkan lahan pekarangan dan lahan hutan yang belum mendapatkan
pemeliharaan dan peremajaan yang baik. Belum terdapat sarana sortasi yang
baik di sentra-sentra produksi, membuat buah manggis tidak dapat dikelola
secara baik segera setelah panen. Di sisi pemasaran, belum ada mekanisme
penetapan harga yang saling menguntungkan di tingkat petani. Biasanya buah
yang dipanen belum mencapai usia 80 persen kematangan, sehingga kualitas
buah manggis tidak tahan lama dan isinya cepat busuk (tabloidsinartani.com,
2012).
Dalam upaya pengembangan sistem agrobisnis yang handal, Kabupaten
Tanggamus memiliki peluang sebagai wilayah pengembangan komoditas
hortikultura unggulan, dengan manggis sebagai komoditas unggulannya.
Dengan memanfaatkan era desentralisasi ekonomi, dalam melakukan
kombinasi strategi pemanfaatan keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif yang ada, khususnya dalam kerangka pembangunan pertanian dan
sektor ekonomi lain pada umumnya, Kabupaten Tanggamus dapat menetapkan
manggis sebagai salah satu komoditas unggulan daerah (tribunnews.com,
10
Berdasarkan uraian sebelumnya, untuk dapat tetap mempertahankan mutu dan
kualitas manggis Tanggamus di pasar internasional, maka usahatani manggis
Tanggamus harus memiliki daya saing terhadap komoditas sejenis yang
dikembangkan di daerah lain. Daya saing yang dimiliki dapat diketahui
berdasarkan analisis keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.
Semakin tinggi daya saing yang dimiliki, maka akan semakin besar peluang
ekspornya (Malian, et al, 2004). Peningkatan keunggulan kompetitif dan
komparatif komoditas manggis dan dukungan kebijakan pemerintah yang
intensif berlandaskan mekanisme pasar, merupakan stimulus peningkatan
produktivitas dan peningkatan daya saing. Seiring dengan hal tersebut, maka
penelitian tentang keunggulan kompetitif dan komparatif buah manggis di
Kabupaten Tanggamus diperlukan dan penting, sebagai pertimbangan dalam
merumuskan kebijakan tentang usahatani manggis oleh pemerintah Kabupaten
Tanggamus khususnya, dan Provinsi Lampung umumnya.
Berdasarkan uraian dan data-data yang telah disajikan, maka
rumusan masalah yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian adalah :
1. Bagaimana keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani
manggis di Kabupaten Tanggamus?
2. Bagaimana kepekaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif
usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan harga
11
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menganalisis keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani manggis di
Kabupaten Tanggamus.
2. Menganalisis kepekaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif
usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan harga
input dan output.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi :
1. Pengambil keputusan, terutama pemerintah, sebagai sumbangan pemikiran
dan bahan pertimbangan, baik dalam perencanaan maupun pengambilan
keputusan, yang berkaitan dengan usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus.
2. Petani manggis, sebagai informasi untuk pengembangan tanaman manggis.
3. Pembaca, sebagai sumber informasi dan perbandingan serta masukan bagi
12
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Agronomis Manggis
a. Klasifikasi Tanaman Manggis
Rukmana (1995) menyatakan bahwa manggis merupakan tanaman buah
berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia
Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia
Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah
tropis lainnya, seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan
Australia. Di Indonesia, manggis disebut dengan berbagai macam
nama lokal, seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung),
Manggusto (Sulawesi Utara), dan Manggista (Sumatera Barat). Pusat
penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, Jawa
Timur dan Sulawesi Utara.
Menurut Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok (2000)
merekomendasikan tiga klon manggis. Pertama, adalah klon manggis
13
ketebalan kulit buah >9 mm, diameter buah >6,5 cm, berat buah >140
gram, buah tiap tandan 1 butir. Kedua adalah klon manggis kelompok
sedang dengan klasifikasi panjang daun 17-20 cm, lebar 8,5-10 cm,
ketebalan kulit buah 6-9 mm, diameter buah 5,5-6,5 cm, berat buah
70-140 gram, buah tiap tandan 1-2 butir. Ketiga, adalah klon manggis
kelompok kecil dengan klasifikasi panjang daun <17 cm, lebar <8,5 cm,
ketebalan kulit buah <6 mm, diameter buah <5,5 cm, berat buah <70
gram, buah tiap tandan >2 butir. Klon yang dikembangkan adalah
MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 dan MBS 7 (Prihatman,
2000).
b. Syarat Tumbuh Manggis
Rukmana (1995) menyatakan bahwa tanaman manggis merupakan
tanaman yang hidup di daerah tropis dataran rendah dan dataran tinggi
sekitar 800 m di atas permukaan laut (dpl), suhu optimal berkisar antara
22-32 derajat celcius dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun dan
kelembaban 80 persen. Jenis tanah yang ideal untuk pertumbuhan
manggis adalah tanah latosol dan andosol, dengan drainase yang baik,
memiliki pH 5,0 - 7,0 dengan kedalaman lapisan olah tanah 50-200 cm.
Manggis memerlukan naungan pada umur tanam 1-2 tahun. Naungan
dikurangi seiring dengan semakin tingginya batang tanaman. Tanaman
manggis cocok untuk ditumpangsarikan dengan tanaman buah-buahan
14
c. Penanaman Manggis
Rukmana (1995) menyatakan bahwa tanaman manggis dapat
dibudidayakan dengan menggunakan biji, karena bibit manggis bersifat
identik dengan genetik induknya. Bentuk batang manggis tegak, kuat,
tahan hama dan penyakit, dan tidak mudah roboh. Saat ini telah
dikembangkan perbanyakan secara vegetatif, dengan menyambung atau
mencangkok. Pertumbuhan bibit manggis memerlukan waktu lama,
sehingga perlu perawatan khusus. Pembibitan menggunakan media
tanah yang bertekstur remah, subur, dan mengandung air yang cukup.
Pengolahan tanah dilakukan sebelum musim hujan, dengan lubang
tanam berukuran 100 cm x 100 cm x 50 cm untuk tanah yang bertekstur
gembur. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama dua minggu sebelum
diisi dengan campuran tanah yang berada di bagian atas. Pemberian
pupuk diberikan dengan dosis, 30 kg pupuk kandang, Urea sebanyak 50
gr, TSP 25 gr dan KCL 20 gr per lubang tanam. Jarak tanam ideal
tanaman manggis adalah 10 m x 10 m untuk bibit yang berasal dari
perbanyakan generatif (biji), dan 5 x 5 m untuk tanaman hasil
perbanyakan vegetatif. Tanaman pisang dapat digunakan sebagai
tanaman pelindung dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m, ditanam pada saat
dua bulan sebelum bibit manggis ditanam. Naungan perlu dipertahankan
sampai tanaman berumur 2-4 tahun. Untuk menjaga kelembaban
tanaman, sebaiknya bibit diberi mulsa secukupnya di sekeliling tanaman
15
d. Pemeliharaan Manggis
Menurut Rukmana (1995) pemupukan diberikan sesuai dengan umur
tanaman, dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu setengah dosis tiga
bulan pasca tanam dan setengah dosis lagi menjelang tanaman berbunga,
dengan dosis pupuk urea sebanyak 50 gr, TSP 25 gr dan KCL 20 gr,
diberikan dalam bentuk larikan melingkar sedalam 10-20 cm, tepatnya di
bawah tepi tajuk. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari pada fase awal
pertumbuhan, terutama pada musim kemarau. Interval pengairan
dikurangi secara bertahap setelah tanaman berumur di atas 5 tahun.
Pengendalian hama dilakukan terutama saat ulat daun menyerang pada
daun muda dan kutu api yang menyerang pada saat tanaman sedang
berbunga dan berbuah. Pengendalian dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida.
e. Panen Manggis
Menurut Rukmana (1995) secara umum buah manggis yang ditanam
dari biji (generatif) dapat dipanen setelah tanaman berumur 8 - 10 tahun.
Umur produksi tanaman manggis dapat mencapai 80 tahun, namun perlu
dilakukan peremajaan saat tanaman sudah berumur 20 tahun agar
tanaman dapat kembali berproduksi dengan baik. Pembibitan secara
vegetatif (cangkok dan sambung), buah sudah dapat dipanen pada umur
5-7 tahun dengan tinggi batang setinggi 5 meter. Ciri-ciri buah manggis
yang siap panen adalah kulit berwarna ungu kemerah-merahan atau
16
pemasaran manggis. Untuk ekspor, manggis dipanen pada umur 104-108
hari setelah bunga mekar, dengan kriteria kulit buah berwarna ungu
kemerah-merahan hingga kulit buah masih hijau dengan ungu merah
mencapai 10-25 persen.
2. Analisis Daya Saing
Menurut Salvator (1997), daya saing merupakan konsep yang menyatakan
kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan
mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang rendah, sehingga dapat
bersaing dengan harga internasional. Analisis daya saing dilakukan dengan
menggunakan model analisis PAM (Policy Analysis Matrix).
Manggis merupakan tanaman tahunan dengan masa produktif sampai 20
tahun. Sebuah analisis dayasaing atas sistem usahatani tahunan memerlukan
proses diskonto untuk mendapat nilai sekarang, oleh sebab itu digunakan
present value. Penggunaan PAM pada penelitian adalah untuk
menganalisis secara menyeluruh dan konsisten terhadap kebijakan
mengenai penerimaan, biaya usahatani, tingkat perbedaan pasar, sistem
pertanian, investasi pertanian, dan efisiensi ekonomi (Pearson, dkk, 2005).
Ada 3 tujuan utama dalam metode PAM, yaitu (Pearson dkk, 2005) :
a. Memberikan informasi dan analisis untuk membantu mengambil
kebijakan pertanian dalam isu sentral pertanian. Memungkinkan
seseorang untuk menghitung tingkat keuntungan privat, sebuah ukuran
17
Deskripsi Penerimaan Tradable inputs Domestic Factors Profit
Private A B C D
Social E F G H
Divergences I J K L
b. Menghitung tingkat keuntungan sosial sebuah usahatani, dihasilkan
dengan menilai output dan biaya pada tingkat harga efesiensi (social
opportunity costs, memungkinkan kita membuat urutan tingkat
efesiensi dari berbagai sistem usahatani.
c. Menghitung transffer effect sebagai dampak dari sebuah kebijakan,
dengan membandingkan pendapatan dan biaya (untuk selanjutnya akan
disebut budget), sebelum dan sesudah penerapan kebijakan sehingga
kita dapat mentukan dampak dari kebijakan tersebut.
Perhitungan model PAM dilakukan melalui matrik PAM seperti terdapat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Policy Analysis Matrix (PAM)
Sumber: Pearson dkk, 2005
Keterangan :
Privat Profitability (D) = A - (B+C)
Social Profitability (H) = E - (F+G)
Privat Cost Ratio (PCR) = C / (A - B)
Domestic Ratio Cost Ratio (DRCR) = G / (E - F)
Baris pertama dari tabel PAM berisikan nilai-nilai yang dihitung
berdasarkan harga privat (harga aktual yang terjadi di pasar). Baris kedua
berisikan nilai-nilai yang dihitung berdasarkan harga sosial. Baris ketiga
18
tradeable dan faktor domestik (input non-tradable). Dalam penelitian
faktor domestik terbagi menjadi 3 yaitu tenaga kerja (labor), modal
(capital) dan lahan (land) (Pearson, dkk, 2005).
Baris kedua dari tabel PAM berisikan angka-angka budget yang dinilai
dengan harga sosial (harga yang akan menghasilkan alokasi terbaik dari
sumber daya dan dengan sendirinya menghasilkan pendapatan tertinggi).
Huruf E adalah simbol penerimaan yang dihitung dengan harga sosial,
huruf F adalah simbol biaya inputtradeable sosial, huruf G adalah simbol
biaya faktor domestik pada tingkat harga sosial. Penerimaan dan biaya
pada tingkat harga sosial (simbol E, F dan G) didasarkan pada estimasi the
social opportunity costs dari komoditas yang diproduksi dan input yang
digunakan. Simbol H adalah keuntungan sosial, diperoleh dengan
menggunakan identitas keuntungan, yaitu E - [F+ G]. Dengan demikian,
keuntungan sosial adalah selisih antara penerimaan sosial dengan biaya
sosial (Pearson, dkk, 2005).
Baris ketiga disebut sebagai baris effects of divergence. Divergensi timbul
karena adanya distorsi kebijakan atau kegagalan pasar. Kedua hal tersebut
menyebabkan harga aktual berbeda dengan harga sosialnya. Sel dengan
simbol huruf I mengukur tingkat divergensi revenue atau penerimaan (yang
disebabkan oleh distorsi pada harga output), simbol J mengukur tingkat
divergensi biaya input tradeable (disebabkan oleh distorsi pada harga input
19
(disebabkan oleh distorsi pada harga faktor domestik), simbol L mengukur
net transfer effects (mengukur dampak total dari seluruh divergensi).
Semua nilai yang ada pada baris ketiga merupakan selisih antara baris
pertama dengan baris kedua. Oleh karena itu, I = A - E, J = B - F, K = C -
G, dan L = D - H (Pearson, dkk, 2005).
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Menurut Muslim dan Nurasa (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Daya Saing Komoditas Promosi Ekspor Manggis, Sistem Pemasaran Dan
Kemantapannya di Dalam Negeri (Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat)”, menyimpulkan bahwa usahatani manggis memiliki keunggulan
kompetitif dan komparatif serta layak secara finansial dan ekonomi dengan nilai
PCR sebesar 0,40 dan DRCR 0,19. Divergensi yang dihasilkan pada matriks
tersebut semuanya bernilai negatif. Divergensi penerimaan adalah senilai Rp 46
juta dan divergensi profit adalah Rp 38 juta.
Kustiari dkk., (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing Manggis Indonesia di Pasar Dunia (Studi Kasus Di Sumatera Barat)”,
menyimpulkan bahwa usahatani manggis manggis memiliki keunggulan
kompetitif dan komparatif serta layak secara finansial dan ekonomi dengan nilai
PCR sebesar 0,40 dan nilai DRCR 0,19. Divergensi yang dihasilkan pada
matriks tersebut semuanya bernilai negatif, divergensi penerimaan adalah senilai
20
Firdaus (2007) dalam penelitiannya tentang “Dayasaing dan Sistem Pemasaran Manggis Indonesia”, menyimpulkan bahwa usahatani manggis memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif serta layak secara finansial dan ekonomi
dengan nilai PCR di Desa Karacak sebesar 0,71, dan nilai PCR di Desa Babakan
sebesar 0,44 dan nilai PCR di Kecamatan Guguk sebesar 0,28, yang mana nilai
tersebut lebih kecil dari satu. DRCR di Desa Karacak sebesar 0,61, nilai DRCR
di Desa Babakan sebesar 0,50 dan nilai PCR di Kecamatan Guguk sebesar 0,40.
Indra (2011) meneliti tentang “Usahatani Kakao di Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kakao memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif di Kecamatan
Limau Kabupaten Tanggamus dengan nilai PCR (Private Cost Ratio) sebesar
0,24139 dan nilai DRC (Domestic Resource Cost) sebesar 0,16749, sehingga
layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Keunggulan kompetitif dan
komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus peka
terhadap perubahan harga output pada harga privat dan pada harga sosial.
Kenaikan ataupun penurunan dari harga kakao mempengaruhi keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus.
Pakpahan (2006) yang membahas tentang “Analisis Sistem Pemasaran Manggis (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta dan
Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor)”, dua desa tersebut merupakan sentra produksi buah manggis terbesar di Jawa Barat. Fungsi
21
fungsi pertukaran yang meliputi penjualan dan pembelian, fungsi fisik yang
meliputi pengemasan dan pengangkutan, dan fungsi fasilitas yang meliputi
standardisasi dan grading, penanggungan risiko, pembiayaan, dan informasi
pasar. Lembaga pemasaran yang terlibat tidak semuanya dapat melakukan
seluruh fungsi pemasaran tersebut.
Struktur pasar yang dihadapi oleh petani pada dua lokasi adalah pasar oligopsoni
karena jumlah petani lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang pengumpul
antardesa dan pedagang pengumpul antarkota serta produk yang dipasarkan
merupakan produk homogen. Begitu juga dengan struktur pasar yang dialami
oleh eksportir. Eksportir merupakan penentu harga dan pembayaran harga serta
kerjasama yang terjadi di antara lembaga pemasaran. Eksportir menentukan
harga bagi pedagang pengumpul antardesa dan pedagang pengumpul antarkota
karena adanya pengaruh keterikatan modal.
C. Kerangka Pemikiran
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura Indonesia yang menjadi fokus peningkatan produksi oleh
Kementrian Pertanian. Pada tahun 2012, kontribusi ekspor manggis terhadap
total ekspor buah-buahan nasional adalah sebesar 37,4 persen, dan proporsi
produksi buah manggis terhadap total produksi buah nasional adalah sebesar
0,72 persen (Direktorat Jendral Hortikultura, 2012).
Produksi rata-rata manggis tahun 2005-2012 adalah 103.341 ton/tahun. Pada
22
2012 merupakan jumlah terbesar dalam kurun waktu 2005-2012. Laju
peningkatan produksi manggis pada periode 2011-2012 cukup tinggi, yaitu
mencapai 61,82 persen.
Volume ekspor manggis Indonesia tahun 2005-2012 ke negara tujuan
berfluktuasi, tetapi rata-rata adalah 10.870 ton/tahun dengan laju pertumbuhan
ekspor sebesar 17,49 persen per tahun. Ekspor manggis menempati urutan
pertama ekspor buah segar nasional ke manca negara, disusul oleh nanas dan
pisang (Badan Pusat Statistik, 2012).
Peluang ekspor manggis Indonesia di pasar dunia yang besar telah
membangkitkan keinginan pemerintah Indonesia untuk mendorong produk
tersebut menjadi komoditas primadona dunia. Namun, dalam era globalisasi
perdagangan saat ini, keberadaan komoditas Indonesia, di pasar dunia harus
bersaing dengan komoditas sejenis asal negara lain, baik di pasar internasional
maupun pasar domestik (Agustina, 2008). Persaingan dapat mengancam
keberlanjutan pengembangan komoditas manggis di Indonesia yang pada
gilirannya akan menghambat laju pertumbuhan produksi dan ekspor, serta
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi petani manggis di Indonesia.
Lampung merupakan provinsi penghasil komoditi manggis Indonesia dengan
jumlah produksi sebesar 6.698 ton pada tahun 2012, dan Kabupaten Tanggamus
merupakan kabupaten penghasil buah manggis terbesar di Provinsi Lampung.
Produksi manggis di Kabupaten Tanggamus mencapai 5.529 ton pada tahun
23
Masalah yang dihadapi pada sisi usahatani manggis adalah produktivitas
manggis di Kabupaten Tanggamus tersebut masih tergolong rendah, yaitu,
rata-rata 30–70 kg per pohon, sedangkan potensi hasil manggis umumnya 450-650 kg per pohon. Selain itu, jumlah produksi manggis yang terus mengalami
peningkatan ternyata belum menjamin peningkatan pendapatan petani manggis.
Kualitas buah manggis di Kabupaten Tanggamus untuk ekspor sangat rendah
hanya 10% layak ekspor dari total produksi, karena penyakit getah kuning
mencapai 20% dan burik buah 25% (Berliana, 2012), sisanya dipasarkan di
pasar lokal dalam negeri.
Pengembangan potensi wilayah perkebunan manggis belum maksimal, karena
masih tersedia 2 ribu hektar perkebunan manggis yang tersebar di beberapa
wilayah di Kabupaten Tanggamus yang belum diperhatikan oleh pemerintah
(Gumay, 2012). Dari beberapa hal tersebut maka, kebijakan peningkatan
kualitas dan produktivitas manggis serta dukungan dalam pengembangan
potensi wilayah perkebunan manggis di Kabupaten Tanggamus perlu
dilakukan, agar usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus dapat berdaya
saing di pasar internasional.
Menurut Tomy dalam Pearson, dkk.,(2005)dayasaing dibedakan menjadi
keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Peningkatan keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus untuk menghadapi persaingan global dapat dilakukan oleh
24
meningkatkan kualitas buah manggis sebagai buah unggulan dan memiliki daya
saing di pasar domestik dan di pasar internasional.
Policy Analysis Matrix (PAM) merupakan alat analisis yang digunakan dalam
penelitian dengan tujuan menganalisis daya saing produk pertanian dan dampak
penerapan kebijakan pemerintah terhadap daya saing produk pertanian.
Dampak kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif dan
komparatif produk pertanian. Muslim dan Nurasa (2001) menyatakan bahwa
keunggulan komparatif berubah-ubah sesuai dengan perkembangan kegiatan
ekonomi, sehingga penting dilakukan analisis sensitivitas keunggulan
kompetitif dan komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, dengan
pertimbangan bahwa kebijakan mikro dan makro pemerintah baik pada sisi
input maupun output akan berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif dan
komparatif usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus. Hal ini senada dengan
hasil penelitian Aji dalam Pearson,dkk., (2005) yang menyatakan bahwa
analisis PAM bersifat statis sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk
mengetahui sensitivitas daya saing usahatani manggis di Kabupaten
Tanggamus, apabila terjadi perubahan pada sisi input dan output.
Langkah akhir yang dapat dilakukan adalah menarik kesimpulan dari hasil
analisis serta memberikan saran terbaik kepada pemerintah sebagai penentu
kebijakan (regulasi), dan saran kepada petani manggis sebagai produsen untuk
dapat meningkatkan daya saing buah manggis. Skema kerangka pemikiran
25
Gambar 3. Paradigma Analisis Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan Komparatif Usahatani Manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012
Harga Input Harga Output
26
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data
yang berhubungan dengan penelitian.
Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan sumberdaya alam, tenaga kerja
dan modal yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan atau
aktifitas tersebut. Dalam penelitian ini, hal yang berhubungan dengan
usahatani dapat dilihat pada Tabel 5.
Policy analysis matrix (PAM) adalah alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui dampak kebijakan pemerintah dan kegagalan pasar dalam
keuntungan privat dan keuntungan sosial dari sistem usahatani dan dalam
efisiensi penggunaan sumberdaya. Dalam penelitian ini, hal yang
27
Tabel 5. Variabel usahatani manggis yang akan diteliti
No. Variabel Satuan
1. Produksi adalah hasil panen yang diperoleh dari hasil usahatani yang berupa buah manggis, dihitung dalam periode tahunan.
Kg/tahun
2.
3.
4.
Penerimaan petani adalah jumlah uang yang diterima petani, diperoleh dari hasil penjualan hasil panen, penerimaan tersebut dalam present value (PV). Penerimaan total dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah seluruh hasil (produksi) dengan harga jual.
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, dihitung dalam periode tahunan.
Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam berusahatani yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume produksi, yang meliputi penyusutan alat, nilai sewa lahan, dan pajak lahan, dihitung dalam periode tahunan.
Rp
Rp/tahun
Rp/tahun
5. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan produksi (output) yang dihasilkan, berupa biaya pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja, dihitung dalam periode tahunan.
Rp/tahun
6. Biaya tenaga kerja adalah banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja tersebut, baik dari dalam maupun luar keluarga, dihitung dalam periode tahunan.
Rp/tahun
7. Harga input adalah harga yang dibayar oleh petani untuk membeli faktor-faktor produksi, seperti sarana produksi (pupuk dan pestisida) dan peralatan pertanian, dihitung dalam periode tahunan.
Rp/unit
8. Harga produk (output) adalah harga yang diterima oleh petani dari menjual hasil panen.
Rp/kg
9. Pendapatan adalah balas jasa yang diterima petani dari kerja dan pengelolaan usahataninya. Besarnya pendapatan dapat dihitung dengan mengurangi penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, dihitung dalam periode tahunan.
28
Tabel 6. Variabel dan Indikator PAM yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian
No. Variabel Satuan
1. Harga pasar, harga privat atau harga finansial adalah harga yang benar-benar terjadi dalam transaksi antara penjual dan pembeli atas output maupun input
Rp/kg
2. Harga sosial, harga bayangan, atau harga ekonomi adalah harga pada pasar persaingan sempurna yang mewakili biaya imbangan sosial.
Rp/kg
3. Biaya input tradable adalah biaya atas sejumlah input yang dapat diperdagangkan di pasar dunia sehingga memiliki harga pasar internasional seperti pupuk dan pestisida.
Rp/unit
4. Biaya input non-tradable adalah biaya atas sejumlah input yang tidak dapat diperdagangkan secara internasional, seperti lahan dan tenaga kerja.
Rp/unit
5. Keuntungan finansial (privat profitability) adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya yang diperhitungkan dengan menggunakan harga pasar.
Rp/ha
6. Keuntungan ekonomi (sosial provitability) adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani yang diperhitungkan dengan menggunakan harga sosial.
Rp/ha
7.
8.
9.
Divergensi adalah perbedaan antara perhitungan privat dengan perhitungan sosial yang disebabkan oleh adanya distorsi kebijakan atau kegagalan pasar.
Privat cost ratio (PCR) adalah rasio biaya faktor domestik yang dihitung pada harga privat dengan selisih antara penerimaan privat dengan biaya input tradable privat.
Domestic resource costratio (DRCR) adalah rasio biaya faktor domestik pada harga sosial dengan selisih antara penerimaan pada harga sosial dengan biaya inputtradable
pada harga sosial.
Rp/ha
-
-
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian adalah suku bunga
pinjaman komersial, yaitu 17,91% (suku bunga rata-rata pada 5 tahun terakhir
29
nilai tukar yang digunakan adalah Rp 9.783,00,- per US$ (nilai tukar
rata-rata pada 5 tahun terakhir 2008-2012), (www.bi.go.id).
Keunggulan komparatif adalah keunggulan suatu wilayah atau negara dalam
memproduksi suatu komoditas dengan biaya alternatif yang dikeluarkan lebih
rendah dari biaya untuk komoditas yang sama di daerah yang lain dan diukur
berdasarkan harga sosial.
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu komoditas yang dihasilkan
dalam kegiatan produksi yang efisien sehingga memiliki daya saing di pasar
lokal maupun internasional yang diukur berdasarkan harga privat.
Free on board (FOB) adalah harga perbatasan yang digunakan untuk
barang-barang yang dapat diekspor.
Cost, insurance, and freight (CIF) adalah harga perbatasan yang digunakan
untuk barang-barang yang dapat diimpor.
Tanaman manggis di daerah penelitian diasumsikan sebagai tanaman yang
dibudidayakan secara monokutur.
Umur ekonomis peralatan adalah perkiraan usia alat-alat yang digunakan
yang masih berfungsi dengan baik, diukur dalam satuan tahun.
Umur ekonomis tanaman manggis adalah umur ketika tanaman masih dapat
30
Analisis sensitivitas merupakan suatu alat analisis yang menganalisis
pengaruh-pengaruh risiko dan ketidakpastian yang ditanggung dalam suatu
usahatani apabila terjadi perubahan terhadap input ataupun output.
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tanggamus. Penentuan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Kabupaten Tanggamus merupakan sentra utama produksi manggis di Provinsi
Lampung (Tabel 3, halaman 7).
Pekon Terdana dan Penaggungan merupakan sentra penghasil manggis
terbesar di Kecamatan Kotaagung. Berdasarkan informasi dan keterangan
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Kotaagung Kabupaten
Tanggamus, Pekon Penanggungan dan Pekon Terdana memiliki luas areal
produksi manggis tertinggi di antara pekon-pekon lain yang berada di
Kecamatan Kota Agung. Dua pekon tersebut telah ditetapkan sebagai kebun
percontohan manggis oleh pemerintah daerah Tanggamus. Jumlah lahan
kering di kedua pekon tersebut adalah 278 ha, dengan jumlah petani manggis
sebanyak 282 keluarga petani.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan wawancara kepada petani
dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana
31
Penentuan sampel responden menggunakan rumus Sugiarto, dkk (2003),
yaitu:
NZ2S2 n =
Nd2 + Z2S2
di mana :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,64) S2 = Varian sampel (5%)
d = Derajat penyimpangan (5%)
Setelah melakukan survei awal, maka diketahui jumlah petani manggis di
Pekon Terdana dan Penanggungan adalah 282 petani, sehingga jumlah
responden yang didapat menurut rumus di atas ádalah 45 orang petani,
kemudian 45 orang petani tersebut ditentukan dengan sengaja (purposive)
menurut umur ekonomis tanaman manggis (20 tahun) dengan asumsi
keterwakilan semua umur tanaman.
Agar sampel tersebar merata pada setiap umur tanaman, maka responden
ditentukan sebanyak 2 responden per masing-masing umur tanaman dan
menyisakan 5 responden. Oleh sebab itu 5 responden sisanya ditambahkan
pada masing-masing 5 umur tanaman yang memiliki jumlah populasi tertinggi
dalam data (umur tanaman 8, 12,18 dan 19 tahun). Demi mendapatkan data
yang baik di lapangan maka peneliti membedakan kembali responden setiap
umur tanaman dengan asumsi 2 atau 3 responden dalam satu umur tanaman
32
Tabel 7. Penentuan jumlah petani sampel berdasarkan umur tanaman usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012
Umur tanaman (tahun) Jumlah populasi Jumlah sampel (jiwa) (jiwa)
Sumber : Data Pra Survei (Bpk. Misno, PPL Kecamatan Kota Agung, 2012)
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani
responden dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah
disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi
pemerintah yang berhubungan dengan penelitian dan sumber-sumber lainya
seperti laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan
33
Analisis keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dilakukan dengan
menggunakan model analisis PAM (Policy Analysis Matrix). Menurut
Pearson, dkk, (2005) dalam buku “Aplikasi Policy Analysis Matrix Pada
Pertanian Indonesia”, PAM digunakan untuk menganalisis secara
menyeluruh dan konsisten, tentang kebijakan mengenai penerimaan, biaya
usahatani, tingkat perbedaan pasar, sistem pertanian, investasi pertanian, dan
efisiensi ekonomi. Penjabaran dan perhitungan model PAM yang dilakukan
melalui matrik PAM terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Policy Analysis Matrix (PAM) yang digunakan dalam analisis penelitian usahatani manggis di kabupaten Tanggamus, 2012
Sumber: Pearson, dkk, 2005 (diolah)
Keterangan :
Keuntungan Finansial A - (B+G) Keuntungan Ekonomi I - (J+O) Output Transfer (OT) A - I Nominal Protection Coefficient on Output (NPCO) A / I Transfer Input Tradeable (IT) B - J Nominal Protection Coefficient on Input (NPCI) B / J
34
Baris pertama adalah perhitungan berdasarkan harga finansial (privat) atau
harga setelah ada kebijakan. Baris kedua merupakan perhitungan berdasarkan
harga sosial, dan baris ketiga merupakan selisih antara harga privat dan harga
sosial yang menunjukkan adanya kebijakan terhadap input dan output.
Beberapa analisis lebih lanjut yang dapat dilakukan dari model PAM adalah :
1. Identifikasi input dan output
Usahatani manggis menggunakan input yang meliputi lahan (ha), bibit
(batang), pupuk (kg), alat pertanian (unit), tenaga kerja (HOK), dan input
pendukung lainnya. Output yang dihasilkan adalah buah manggis.
2. Penentuan alokasi biaya
Pengalokasian seluruh biaya tradeable dilakukan dengan pendekatan
langsung, karena pendekatan langsung sesuai digunakan dalam analisis
keunggulan kompetitif dan komparatif. Semua input tradeable
digolongkan ke dalam komponen biaya asing 100 persen dan input non
tradeable dimasukkan ke dalam biaya domestik 100 persen, seperti tampak
pada Tabel 9.
Tabel 9. Alokasi biaya produksi ke dalam komponen domestik dan asing
No
Komponen Domestik Asing
%
35
3. Penentuan harga sosial
Untuk input dan output yang dapat diperdagangkan secara internasional,
harga sosial dapat dihitung berdasarkan harga bayangan (shadow price)
yang dalam hal ini didekati dengan harga batas (border price). Untuk
komoditi yang diimpor dipakai harga CIF (Cost Insurance and Freight),
sedangkan untuk komoditi yang diekspor digunakan harga FOB (Free on
Board), dengan melakukan berbagai penyesuaian-penyesuaian untuk input
non tradeable digunakan biaya imbangannya (opportunity cost), yang digali
dari penelitian empiris di lapang.
(a) Harga sosial output
Harga sosial output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga
perbatasan (border price). Oleh karena manggis merupakan komoditi
ekspor, maka harga sosial yang digunakan adalah harga FOB.
Penentuan harga sosial output dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penentuan harga paritas ekspor output
No Uraian Rincian
FOB dalam mata uang domestik (Rp/ton) Faktor konversi
FOB dalam mata uang domestik (Rp/kg)
Transpotasi dan handling ke pasar pedagang besar Harga paritas impor di pedagang besar (Rp/kg) Distribusi ke tingkat petani (Rp/kg)
Harga paritas impor di tingkat petani (Rp/kg)
a
36
(b) Harga sosial sarana produksi dan peralatan (input)
Penentuan harga sosial input yang digunakan berdasarkan harga
perbatasan input, yaitu harga CIF atau sama dengan harga pasar, jika
input tersebut diperdagangkan pada kondisi pasar persaingan
sempurna, sedangkan harga sosial untuk inputnon tradeable
ditentukan berdasarkan harga pada pasar domestik. Penentuan harga
sosial input sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Penentuan harga paritas impor input
No Uraian Rincian
CIF dalam mata uang domestik (Rp/Kg) Bongkar/muat, gudang, susut
Biaya transportasi ke propinsi (Rp/Kg) Nilai sebelum pengolahan (Rp/Kg) Faktor konversi proses (%)
Harga paritas ekspor di pedagang besar (Rp/Kg) Distribusi ke tingkat petani (Rp/kg)
Harga paritas impor di tingkat petani (Rp/kg)
a
Sumber : Pearson dkk, 2005
4. Analisis daya saing
a. Privat Cost Ratio: PCR = G / (A - B)
PCR adalah indikator profitabilitas privat yang menunjukkan
kemampuan sistem komoditas untuk membayar biaya sumberdaya
domestik dan tetap kompetitif. Jika PCR < 1, berarti sistem komoditas
yang diteliti memiliki keunggulan kompetitif, dan sebaliknya, jika
PCR > 1, berarti sistem komoditas tidak memiliki keunggulan
37
b. Domestic Resource Cost Ratio: DRCR = O / (I - J)
DRCR adalah indikator keunggulan komparatif yang menunjukkan
jumlah sumberdaya domestik yang dapat dihemat untuk menghasilkan
satu unit devisa. Sistem mempunyai keunggulan komparatif jika
DRCR < 1, dan sebaliknya, jika DRCR > 1, maka sistem tidak
mempunyai keunggulan komparatif.
5. Dampak Kebijaksanaan Pemerintah
a. Kebijakan Output
(1)Output Transfer : OT = A - I
Transfer output merupakan selisih antara penerimaan yang
dihitung atas harga finansial (privat) dengan penerimaan yang
dihitung berdasarkan harga bayangan atau sosial. Jika nilai
OT < 0, maka tidak ada transfer dari masyarakat (konsumen)
terhadap produsen, dan juga sebaliknya, Jika OT > 0, maka ada
transfer dari masyarakat (konsumen) terhadap produsen.
(2) Nominal Protection Coefficient on Output : NPCO = A / I NPCO adalah indikator yang menunjukkan tingkat proteksi
pemerintah terhadap output domestik. Kebijakan bersifat protektif
terhadap output jika nilai NPCO > 1, dan sebaliknya, kebijakan
38
b. Kebijakan Input
(1) Transfer Input : IT = B - J
Transfer input adalah selisih antara biaya input yang dapat
diperdagangkan pada harga privat dengan biaya input yang dapat
diperdagangkan pada harga sosial. Jika nilai IT > 0, maka berarti
ada transfer dari petani kepada produsen input tradeable, dan
sebaliknya, jika nilai IT < 0, maka, tidak ada transfer dari petani
kepada produsen input tradeable.
(2) Nominal Protection Coefficient on Input : NPCI = B/J NPCI yaitu indikator yang menunjukkan tingkat proteksi
pemerintah terhadap harga input pertanian domestik. Jika nilai
NPCI < 1, maka ada kebijakan subsidi terhadap input tradeable
dankebijakan bersifat protektif terhadap input, dan sebaliknya,
jika nilai NPCI > 1, maka tidak ada kebijakan subsidi terhadap
input tradeable.
(3) Transfer Faktor : FT = G – O
Transfer faktor merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan
harga privat dengan harga sosialnya yang diterima produsen
untuk pembayaran faktor-faktor produksi yang tidak
diperdagangkan (faktor domestik). Jika nilai FT > 0, maka berarti
ada transfer dari petani produsen kepada produsen input non