ABSTRACT
EFFECT OF COMBINATION OF STRAW AND MANURE PLUS ON DISPOSAL OF CO2, NITRATE AND AMMONIUM
ON MAIZE CROPPING (Zea maysL.)
By
HENDRIYONO
One alternative way in the use of organic materials are cheaper at the farmers, but also cultivated no negative effect for plant growth is to imitate the manufacture of fermented, which is followed by the provision of straw and manure application Biomikro, but directly attributed to agricultural land. Manure is intended to provide the nutrients required by soil microorganisms, whereas Biomikro aimed at providing energy for decomposer bacteria to decompose given fresh hay.
This study aims to determine the effect of biodekomposer (Biomikro) on a combination of straw and manure on the release of CO2, ammonium and nitrate. Research carried out in complete randomized group design (RAKL), with three replications treatment in this study are: K0 = control, K1 = 2.5 t ha-1 fermented, K2 = 5 t ha-1fermented, K3= 2,5 t ha-1straw + 2.5 t ha-1cow manure, K4= 5 t ha-1 straw + 5 t ha-1 cow manure, K5: 2.5 t ha-1 straw + 2.5 t ha -1 cattle manure + Bimicro, K6= 5 t ha-1 straw + 5 t ha-1manure + Biomicro. The similarity range was tested with Bartlett test and data kemenambahan tested with Tukey test. Data were analyzed with analysis of variance and followed Honestly Significant Difference test (BNJ) at level 5%.
The results showed that administration of straw and manure and the the addition biodecomposer ( Biomicro) gives a real influence on the determination of nitrate .
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI JERAMI DAN PUPUK KANDANG PLUS TERHADAP PELEPASAN CO2, NITRAT
DAN AMONIUM PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea maysL.)
Oleh
HENDRIYONO
Salah satu alternatif cara dalam pemanfaatan bahan organik ditingkat petani yang murah, tetapi juga diusahakan tidak menimbulkan efek negatif bagi pertumbuhan tanaman adalah meniru pembuatan bokasi, yaitu pemberian jerami diikuti oleh pemberian pupuk kandang dan Biomikro, tetapi langsung diberikan ke lahan pertanian. Pemberian pupuk kandang ditujukan untuk menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh mikroorganisme tanah, sedangkan Biomikro ditujukan untuk memberikan bakteri perombak energi agar dapat mendekomposisi jerami yang diberikan secara segar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian biodekomposer (Biomikro) pada kombinasi jerami dan pupuk kandang terhadap pelepasan CO2, amonium dan nitrat.
Penelitian dilakukan dalam rancangan kelompok teracak lengkap (RAKL), dengan tiga ulangan Perlakuan dalam penelitian ini yaitu: K0 = kontrol, K1 = 2,5 t ha-1 bokasi, K2 = 5 t ha-1 bokasi, K3 : 2,5 t ha-1jerami + 2,5 t ha-1pupuk kandang sapi, K4 : 5 t ha-1jerami + 5 t ha-1 pupuk kandang sapi, K5 : 2,5 t ha-1jerami + 2,5 t ha-1 pupuk kandang sapi + Bio-mikro, K6 : 5 t ha-1 jerami + 5 t ha-1pupuk kandang sapi + Bio-mikro. Kesamaan ragam diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami dan pupuk kandang serta penambahan biodekomposer (Biomikro) memberikan pengaruh nyata terhadap penetapan nitrat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Perbedaan jenis dan dosis bahan organik serta penambahan biomikro hanya
berpengaruh nyata terhadap tetapan NO3-tetapi tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap pelepasan CO2dan tetapan NH4+.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini, disarankan:
1. Dilakukan penelitian lanjutan pengamatan total pelepasan CO2 dari tanah
dan tanaman.
2. Dilakukan penelitian pelepasan CO2, NH4+, NO3- tanpa tanaman hal ini
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia maupun hewan. Di Indonesia jagung merupakan makanan
pokok kedua setelah padi. Jagung dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk
makanan antara lain sebagai sayuran, namun demikian jagung mempunyai
peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi sebagai sumber karbohirat.
Untuk memenuhi kebutuhan jagung yang terus meningkat, diperlukan
peningkatan produksi. Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui peningkatan
produktivitas lahan dan tanaman serta perluasan areal pertanaman (IPPTP, 1997;
BPTP, 2000). Peningkatan produktivitas lahan dan tanaman dapat dilakukan
dengan penambahan input. Sedangkan perluasan areal tanam dilakukan dengan
pembukaan lahan baru terutama pemanfaatan lahan-lahan marginal (Adisarwanto
dan Widyastuti, 2002).
Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang menjadi pembatas utama
produksi tanaman, baik di daerah tropis maupun di daerah-daerah beriklim
sedang. Hakim dkk., (1986) menyatakan bahwa dari semua unsur hara, N
dibutuhkan paling banyak, tetapi ketersediaanya selalu rendah, karena
mobilitasnya yang sangat tinggi. Nitrogen umumnya dibutuhkan tanaman dalam
2
nitrogen merupakan suatu keharusan untuk dapat memperoleh hasil yang tinggi.
Pemupukan nitrogen penting artinya ditinjau dari segi hasil dan kualitas tanaman
serta polusi lingkungan yang ditimbulkan. Nitrogen pada umumnya diserap
tanaman dalam bentuk NH4+ (amonium) dan NO3- (nitrat), senyawa ini diserap
melalui akar ke daun selama proses asimilasi yang kemudian ditransformasikan
dalam bentuk asam amino dan protein (Indranada, 1994).
Dewasa ini pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan
penggunaannya semakin meningkat. Hal ini bila berlangsung terus-menerus dapat
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara dalam tanah, sehingga dapat
menurunkan produktivitas tanah pertanian (Sumarno, 2006). Salah satu alternatif
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan
pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik, selain dapat meningkatkan
kesuburan tanah juga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan yang harganya
relatif mahal dan terkadang sulit diperoleh.
Selain itu bahan organik mempunyai peran yang sangat peting terhadap terhadap
perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Fungsi fisik bahan organik adalah
dalam pembentukan agregat yang mantap, keadaan ini besar pengaruhnya pada
porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah dan temperatur tanah
serta pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman (Adi dkk., 1998; Sanchez,
1982).
Fungsi biologis bahan organik adalah sebagai sumber energi dan makanan
mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme
tanah yang sangat bermanfaat dalam penyediaan hara dan siklus hara dalam tanah
3
Mengingat pentingnya peranan bahan organik dalam mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah, maka upaya peningkatan kesuburan tanah melalui
daur ulang nutrisi tanaman harus dioptimalkan (Saraswati dan Sumarno, 2007).
Sumber bahan pupuk organik yang banyak terdapat di sekitar petani adalah pupuk
kandang dan jerami. Sebagian besar unsur hara yang terdapat dalam pupuk
organik (serasah tanaman) yang ditambahkan ke tanah berada dalam bentuk
senyawa organik. Unsur hara dalam bentuk senyawa organik tersebut tidak dapat
langsung dimanfaatkan oleh tanaman, maka serasah tanaman tersebut harus
mengalami proses dekomposisi atau mineralisasi. Dekomposisi atau mineralisasi
adalah proses perombakan senyawa organik pada serasah tanaman secara biologis
menjadi bentuk senyawa anorganik, sehingga bisa diserap tanaman.
Proses perombakan bahan organik yang terjadi secara alami akan membutuhkan
waktu relatif lama, hal ini sangat menghambat penggunaan bahan organik sebagai
sumber hara. Apalagi jika dihadapkan pada tenggang waktu masa tanam yang
singkat, sehingga pembenaman bahan organik sering dianggap kurang praktis dan
tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan inokulasi pupuk
hayati mikroba perombak bahan organik (MPBO) guna mempercepat proses
perombakan bahan organik. Penggunaan pupuk hayati MPBO telah banyak
digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi dalam pembuatan bokasi atau
kompos (Saraswati dan Sumarno, 2007). Penggunaan pupuk hayati MPBO untuk
mempercepat proses dekomposisi bahan organik yang langsung digunakan di
lapangan belum banyak dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
penggunaan pupuk hayati MPBO Biomikro dilapangan untuk mempercepat
4
tanaman jagung.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian biodekomposer
(Biomikro) pada kombinasi jerami dan pupuk kandang terhadap pelepasan CO2,
amonium dan nitrat.
C. Kerangka Pemikiran
Tantangan di daerah tropik dalam mengembangkan system pertanian yang
berkelanjutan adalah mempertahankan kesuburan tanah melalui pasokan dan
pengelolaan dari sisa-sisa bahan organik yang efisien dengan menekankan pada
perbaikan aktivitas biologis, fisik dan kimia tanah dengan prinsip mengembalikan
hara atau nutrisi yang terangkut pada saat panen melalui penambahan pupuk
organik dari berbagai sumber yaitu serasah tanaman, pupuk kandang secara
periodik ke dalam tanah (Sumarno, 2006).
Syukur dan Indah (2006) mengemukakan semakin banyak pupuk organik yang
diberikan akan menyumbangkan bahan organik yang banyak pula sehingga
banyak bahan organik yang termineralisasi menjadi N anorganik dan diiringi pula
dengan meningkatnya NO3- tanah. Bertambahnya takaran pupuk organik
memperbaiki aerasi tanah yang memacu bakteri nitrifikasi sehingga lebih banyak
NH4+yang diubah menjadi NO3-.
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik
dapat meningkatkan produksi dan mengurangi kebutuhan pupuk kimia. Pemberian
pupuk kandang pada tanah ultisol di Bumi Asih sampai takaran 10 t ha-1 dapat
5
(Supriyono dkk., 1998). Hasil penelitian di Lampung Utara menunjukkan bahwa
penambahan bahan organik asal famili kacang-kacangan dapat melepaskan hara N
20 45% dari jumlah total N yang terkandung di dalamnya selama satu siklus
musim tanam (Handayanto dkk., 1994 dalam Hairiah dkk., 2007). Pemberian
pupuk jerami padi dicampur pupuk kandang memberikan hasil yang tertinggi pada
tinggi tanaman, berat polong kering dan jumlah polong dibanding pemberian
jerami atau pupuk kandang saja serta kontrol (Arinong dkk., 2006).
Proses dekomposisi akan dipercepat dengan pemberian biodekomposer
(biomikro). Biodekomposer (biomikro) merupakan campuran dari penambat N2
secara asosiatif, mikroba pelarut P dan perombak selulosa, yang secara aktif
mengatur mikroorganisme yang ada di tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah
dan serapan NPK pada tanaman. Pemberian biodekomposer dan pupuk kandang
diharapkan dapat mempercepat pelapukan bahan organik. Nuraida dan Muchtar
(2006) mengemukakan bahwa pemberian biodekomposer yang dikombinasikan
dengan kompos dan pupuk kandang dapat meningkatkan kadar N, P, dan K
tanaman, akibatnya pertumbuhan dan produksi jagung meningkat.
Saraswati (2008) mengemukakan, bahwa pemanfaatan mikroorganisme perombak
bahan organik yang sesuai dengan subsrat bahan organik dan kondisi tanah
merupakan alternatif yang efektif untuk mempercepat dekomposisi bahan organik
dan sekaligus sebagai suplementasi pemupukan. Percepatan perombakan sisa hasil
tanaman dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan kesediaan hara tanah,
sehingga masa penyiapan lahan dapat lebih singkat dan mempercepat masa tanam
berikutnya, yang berarti akan meningkatkan intensitas penanaman.
6
Pemberian biodekomposer (biomikro) dan dosis 5 t ha-1jerami + 5 t ha-1pupuk
kandang sapi + biomikro (K6) akan lebih meningkatkan pelepasan CO2, kadar