i ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR OPTIKA MENGGUNAKANPHET
SIMULATIONDAN KOMPONEN INSTRUMEN TERPADU OPTIKA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING
Oleh Isti Khoiriyah
Model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis, logis, dan analitis. Misalnya dengan melakukan kegiatan eksperimen. Media yang dapat digunakan dalam kegiatan eksperimen di antaranya adalah PhET Simulation dan Komponen Instrumen Terpadu (KIT). PhET Simulation dan KIT Optika merupakan media yang sangat diperlukan saat proses pembelajaran karena tidak semua materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipahami hanya dengan membaca. Salah satunya adalah materi optika yang menggambarkan sifat dan perilaku cahaya.
Isti Khoiriyah
ii
The Randomized Pretest - Posttest Comparasion Goup Design. Teknik analisis
data hasil belajar siswa menggunakan uji Independent Sample T Test.Data yang dipakai untuk analisis adalah data skorN-gain.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar optika siswa yang menggunakanPhet Simulationdan KIT Optika. Rata-rata hasil belajar optika siswa yang menggunakan Phet Simulation sebesar 8,07 sedangkan siswa yang menggunakan KIT Optika sebesar 6,90. Peningkatan hasil belajar optika siswa setelah menggunakan Phet Simulation sebesar 3,05 dengan N-gain sebesar 0,65 (kategori sedang). Peningkatan hasil belajar optika siswa setelah menggunakan KIT Optika sebesar 2,09 dengan N-gain sebesar 0,43 (kategori sedang). Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar optika siswa menggunakanPhet Simulationlebih baik dari pada menggunakan KIT Optika.
iii
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR OPTIKA MENGGUNAKANPHET
SIMULATIONDAN KOMPONEN INSTRUMEN TERPADU OPTIKA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING
Oleh Isti Khoiriyah
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR OPTIKA MENGGUNAKANPHET SIMULATIONDAN KOMPONEN INSTRUMEN TERPADU OPTIKA
MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING
(Skripsi)
Oleh
ISTI KHOIRIYAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran. ... 8
Gambar 2.2 Posisi Media dalam Sistem Pembelajaran ... 9
Gambar 2.3 Diagram Pembelokan Cahaya ... 25
Gambar 2.4 Total Internal Reflection (Pemantulan Sempurna) ... 26
Gambar 2.5 Sinar-Sinar Istimewa pada Lensa Cembung ... 26
Gambar 2.6 Bayangan Saat Objek Terletak Setelah Titik Fokus... 27
Gambar 2.7 Bayangan Saat Objek Terletak Sebelum Titik Fokus ... 27
Gambar 2.8 Hukum Pembiasan (Hukum Snellius) ... 28
Gambar 2.9 Perbedaan Panjang Gelombang Cahaya ... 30
Gambar 2.10 Diagram Kerangka Pemikiran ... 33
Gambar 4.1 Rata-Rata Hasil Belajar Siswa ... 52
Gambar 4.2 Rata-rata Skor N-Gain ... 55
xiii
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Hasil Belajar ... 6
2. Media Pembelajaran ... 8
a. PhET Simulation ... 10
b. Komponen Instrumen Terpadu Optika ... 14
3. Model Inkuiri Terbimbing ... 17
4. Pembelajaran Optika dengan Inkuiri Terbimbing ... 23
B. Kerangka Pemikiran ... 30
C. Hipotesis ... 33
III. METODE PENELITIAN A. Waktu, Tempat, dan Sampel Penelitian ... 35
B. Desain Penelitian ... 35
C. Variabel Penelitian ... 37
D. Instrumen Penilaian ... 37
E. Analisis Instrumen ... 37
xiv
1. Analisis Data ... 38
2. Uji Normalitas Data ... 39
3. Uji Homogenitas Data ... 40
4. Pengujian Hipotesis ... 40
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 42
1. Tahapan Pelaksanaan a. Kelas Eksperimen 1 ... 42
b. Kelas Eksperimen 2 ... 43
2. Hasil Uji Penelitian a. Hasil Uji Validitas ... 44
b. Hasil Pengolahan Data ... 46
c. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest, Post Test, dan N-gain ... 46
d. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest, Post Test, dan N-gain ... 47
e. Hasil Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t) Hasil belajar Siswa ... 48
B. Pembahasan ... 51
II. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 59
B. Saran... 60
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus... ... 63
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen... 67
3. Lembar Kerja Kelompok (LKK) Menggunakan Phet Simulation.. 85
4. Kunci Jawaban dan Rubrik LKK Berbasis Phet Simulation ... 98
5. Lembar Kerja Kelompok (LKK) Menggunakan KIT Optika ... 114
6. Kunci Jawaban dan Rubrik LKK Berbasis KIT Optika ... 130
7. Kisi-Kisi Tes Awal dan Tes Akhir ... 149
8. Soal Tes Awal dan Tes Akhir Beserta Kunci Jawaban... 151
9. Revisi Soal Tes Awal dan Tes Akhir Beserta Kunci Jawaban... 156
10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Validitas oleh Ahli ... 161
11. Hasil Uji Validitas oleh Ahli ... 166
12. Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen 1 ... 176
13. Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen 2 ... 178
14. Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 ... 180
15. Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen 2 ... 182
16. Hasil N-Gain Kelas Eksperimen 1 ... 184
17. Hasil N-Gain Kelas Eksperimen 2 ... 186
18. Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain .... 188
19. Hasil Uji Levene Skor Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain ... 189
20. Hasil Uji Independent Sample T Test... 191
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik kegiatan untuk setiap tahapan inkuiri ... 19
Tabel 2.2 Level Inquiry dan karakteristik tingkat pembelajaran ... 21
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 36
Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas .... 38
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Uji Validitas ... 45
Tabel 4.2 Hasil Rekomendasi Perbaikan Uji Validitas ... 45
Tabel 4.3 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, dan Rerata Tes Awal ... 46
Tabel 4.4 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, dan Rerata Tes Akhir ... 46
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest, Posttest, dan N-gain ... 47
Tabel 4.6 Hasil Uji Levene Skor Pre test, Post test, dan N-gain ... 48
viii MOTO
Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling
menasihati untuk kesabaran. (QS. Al- Ashr: 2 - 3)
ix
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allahsubhanahu wa ta’alayang selalu melimpahkan
nikmat-Nya dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam, penulis mempersembahkan karya sederhana ini
sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang tulus dan mendalam kepada:
1. Orang tuaku tersayang, Ibu Siti Rokhayah dan Bapak Sapani yang telah
sepenuh hati membesarkan, mendidik, dan mendo’akan kebaikan kepadaku.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa selalu
membahagiakan kalian.
2. Adikku tersayang, Auliya Dwi Hartanti yang telah memberikan doa dan
semangatnya untuk keberhasilanku.
3. Para pendidik yang telah mengajarkan banyak hal baik ilmu pengetahuan,
ilmu agama, maupun ilmu untuk bertahan hidup di dunia yang hanya
sementara ini.
4. Semua Sahabat yang begitu tulus menyemangati dan menyayangiku dengan
segala kekurangan yang kumiliki, dari kalian aku belajar ketulusan dan
keikhlasan dalam hidup.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Kemiri Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten pada
tanggal 13 Desember 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan
Bapak Sapani dan Ibu Siti Rokhayah.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK ABA Candirejo 3 yang diselesaikan
pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Al Azhar 2
Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2005. Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung hingga tahun 2008. Pada tahun
2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 12 Bandar Lampung dan tamat
pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai
mahasiswa regular program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Penulis melaksanakan KKN di Desa Suka Maju, Kecamatan Lumbok Seminung,
Kabupaten Lampung Barat, PPL di SMP Negeri 1 Lumbok Seminung, dan
melaksanakan penelitian di SMP Al Azhar 3 Bandar Lampung. Selama
menyelesaikan studi, penulis memiliki pengalaman organisasi di UKMF FPPI
sebagai gema 2011/2012, abid dana dan usaha 2012/2013, dan asisten praktikum
x
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar
Optika Menggunakan Phet Simulation dan Komponen Instrumen Terpadu Optika
Melalui Model Inkuiri Terbimbing” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika sekaligus Pembahas yang selalu memberikan bimbingan dan saran atas
perbaikan skripsi ini;
4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini;
5. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan bimbingan dan arahan yang diberikan selama
xi
6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., Bapak Drs. Posman Manurung, M.Si.,
PhD., dan Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku evaluator untuk uji validitas
instrumen penelitian, terima kasih atas waktu dan sarannya.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan
Pendidikan MIPA;
8. Bapak Muhdini, S.Pd., selaku Kepala SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian;
9. Bapak Andrey Hasan, S.Pd., selaku guru mitra di SMP Al-Azhar 3 Bandar
Lampung yang bersedia membantu dan memberikan saran-saran demi
keberhasilan penelitian ini;
10.Siswa-siswi SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung khususnya kelas VIIC dan
VIIE atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung;
11.Keluarga besar dari Bapak dan Ibu, terima kasih atas doa dan bantuannya
selama Penulis menyelesaikan kuliah;
12. “Al-Kahfiyah” yang telah memberikan warna-warni dalam hidupku. Adelia
Aris Setiawati, Ana Kurnia Sari, Inayah Rahmawati, Puspita Indah Rahayu,
Rizki Mirantika, dan Siti Khairunnisa terima kasih atas kebersamaan yang
tercipta, motivasi, nasihat-nasihatnya, suka duka yang terlewati. Semoga tali
silaturrahim ini tetap terjaga selamanya;
13.Rekan-rekan KKN-PPL Ismah Fathimah, Ayu Mayasari, Melani Novrita,
Putri Ratna Sari, Cintia Arinanda, Rika Emilda, Dody Ferdiansyah,
Muhammad Panji Wibowo, dan Ahmad Wahyudi yang berjuang bersama
xii
14.Kakak-kakak tingkat angkatan 2008-2010 serta adik-adik tingkat angkatan
2012-2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu;
15.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas kebaikan yang diberikan kepada Penulis dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, November 2015
Penulis,
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas
VIIICTahun Pelajaran 2013/2014 diketahui persentase siswa yang mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk materi optika sebesar 52,5%.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA dan
siswa di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung, diketahui bahwa fasilitas
laboratorium seperti Komponen Instrumen Terpadu (KIT) belum
dimanfaatkan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan waktu yang diperlukan
untuk penggunaan KIT kurang efisien. Belum maksimalnya pemanfaatan KIT
tersebut membuat siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga
siswa memandang bahwa pembelajaran IPA kurang menarik dan sulit
memahami materi pembelajaran.
Alternatif yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian siswa di kelas
adalah dengan penggunaan laboratoriumvirtual. Salah satu program
laboratoriumvirtualyang ada yaituPhET Simulation. PenggunaanPhET
Simulationlebih efisien dalam waktu dan pemanfaatannya.PhET Simulation
merupakan media proyeksi yang berbentuk simulasi interaktif fenomena fisis
dengan pendekatan berbasis riset yang dilakukan oleh para ahli fisika
Universitas Colorado di Boulder Amerika (University of Colorado at
2
sebagaimana alat-alat riil dan sangat mudah dioperasikan. Selain itu, aktivitas
100% di tangan pemakai sehingga dapat melakukan percobaan atau
eksperimen sesuai petunjuk atau mengembangkan eksperimen-eksperimen
lain berdasarkan petunjuk tersebut.
Sedangkan Komponen Instrumen Terpadu Optika (KIT Optika) adalah
seperangkat alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan percobaan
materi optika. Penggunaan KIT Optika dapat membuat siswa aktif melakukan
percobaan secara langsung, mengamati proses, dan menyimpulkan hasil
percobaan. Selain itu, KIT Optika juga multi-fungsi dan bisa dibawa ke kelas.
PhET Simulationatau pun KIT Optika sangat diperlukan saat proses
pembelajaran karena tidak semua materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat
dipahami hanya dengan membaca. Salah satunya adalah materi optika yang
menggambarkan sifat dan perilaku cahaya, seperti peristiwa pembiasan
cahaya. Materi optika yang bersifat abstrak menyebabkan siswa kesulitan,
misalnya jika siswa harus membayangkan perjalanan sinar pada peristiwa
pembiasan cahaya dan pembentukan bayangan oleh lensa. Dengan
penggunaanPhET Simulationatau pun KIT Optika, siswa dapat melakukan
eksperimen yang dapat mempermudah pemahaman siswa dan
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar tentang materi optika tersebut.
Guru perlu merencanakan suatu model pembelajaran yang di dalamnya
melibatkan keaktifan siswa agar dapat memberikan hasil belajar optika yang
baik. Model pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan siswa adalah
3
merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis,
logis, dan analitis. Misalnya dengan melakukan kegiatan eksperimen. Melalui
kegiatan eksperimen, maka antara teori dengan fakta-fakta lapangan yang
diperoleh dapat menjadi pengetahuan baru bagi siswa sehingga diharapkan
dapat memberikan hasil belajar yang baik.
Pembelajaran yang menggunakanPhET Simulationdan pembelajaran yang
menggunakan KIT Optika memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap
hasil belajar siswa. Untuk mengetahui media manakah yang lebih efektif
digunakan dalam proses pembelajaran, maka telah dilakukan penelitian
dengan judul“Perbandingan Hasil Belajar Materi Optika Menggunakan
PhET Simulationdan Komponen Instrumen Terpadu Optika Melalui Model
Inkuiri Terbimbing”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar optika menggunakanPhet
Simulationdan Komponen Instrumen Terpadu Optika melalui model
pembelajaran inkuiri terbimbing?
2. Manakah hasil belajar optika yang lebih baik antara menggunakanPhet
Simulationdan Komponen Instrumen Terpadu Optika melalui model
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar optika menggunakanPhet Simulationdan
Komponen Instrumen Terpadu Optika melalui model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
2. Hasil belajar optika yang lebih baik antara menggunakanPhet Simulation
dan Komponen Instrumen Terpadu Optika melalui model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, di antaranya adalah:
1. Dapat mengetahui media pembelajaran yang lebih baik untuk
meningkatkan hasil belajar optika siswa.
2. Dapat menjadi alternatif bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran
yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar optika
siswa.
3. Dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan merubah pola pikir siswa
terhadap mata pelajaran IPA, khususnya pada materi optika serta
mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar sehingga mampu
5
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. PhET Simulationmerupakan media proyeksi yang berbentuk simulasi
interaktif fenomena fisis dengan pendekatan berbasis riset yang dilakukan
oleh para ahli fisika.
2. Komponen Instrumen Terpadu Optika (KIT Optika) adalah seperangkat
alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan percobaan optika.
3. ModelGuided Inquirymerupakan kegiatan belajar yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu
permasalahan secara sistematis, logis, dan analitis.
4. Hasil belajar yang ditinjau meliputi ranah kognitif.
5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Al-Azhar 3 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2014/2015.
6
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses munculnya perilaku baru akibat adanya respons
terhadap situasi tertentu. Perubahan perilaku baru tersebut memiliki
ciri-ciri tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Ada delapan
ciri-ciri perubahan perilaku sebagai hasil belajar sebagaimana
dikemukakan Surya dalam Kosasih (2014: 2-5) yaitu perubahan yang
disadari dan disengaja, berkesinambungan, fungsional (bermanfaat bagi
kepentingan seseorang), bersifat positif, bersifat aktif (kegiatan yang
disengaja), relatif permanen, memiliki tujuan yang jelas, serta mencakup
seluruh aspek kehidupan pada diri seseorang.
Dijelaskan pula oleh Sardiman (2007: 20) bahwa dari proses pembelajaran
akan diperoleh suatu hasil yang disebut dengan istilah hasil belajar.
Berdasarkan konteks tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi hasil belajar potensial yang
akan dicapai oleh anak melalui kegiatan pembelajaran.
Winkel dalam Purwanto (2013: 45) menjelaskan bahwa aspek perubahan
7
Bloom (dalam Sardiman, 2007: 23-24) merinci masing-masing ranah
tersebut menjadi tingkatan-tingkatan (level of competence) sebagai berikut:
a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:
1) Knowledge(pengetahuan atau ingatan).
2) Comprehension(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh).
3) Analysis(menguraikan, menentukan hubungan).
4) Synthesis(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru).
5) Evaluation(menilai). 6) Application(menerapkan).
b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek, yakni:
1) Receiving(sikap nerima).
2) Responding(memberikan respon).
3) Valuing(nilai).
4) Organization(organisasi). 5) Characterization(karakterisasi).
c) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yaitu:
1) Initiatory level. 2) Pre-routine level. 3) Rountinized level.
Pada pembelajaran materi optika, salah satu hasil belajar ranah kognitif
yang harus diperoleh siswa adalah siswa memahami konsep yang benar
bagaimana seseorang dapat melihat benda. Selain itu, hasil belajar ranah
afektif yang harus diperoleh siswa setelah mempelajari tentang pembiasan
yaitu terbentuk karateristik waspada atau hati-hati saat berada di tepi
kolam yang berair jernih. Hal itu menunjukkan bahwa siswa memberikan
respon yang baik terhadap pengetahuan yang ia peroleh, yaitu pembiasan
menyebabkan dasar kolam tampak dangkal jika dilihat dari samping.
Ada dua prinsip atau ciri suatu hasil belajar dapat dikatakan betul-betul
8
dalam kehidupan oleh siswa serta hasil itumerupakan pengetahuan “asli”
atau “otentik”(Sardiman, 2007: 49-50). Dengan kata lain, pengetahuan
hasil proses belajar-mengajar seolah-olah telah menjadi bagian
kepribadian bagi diri setiap siswa.
2. Media Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi atau penyampaian
pesan dari pengantar ke penerima. Oleh karena itu, diperlukan media
sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi. Berdasarkan
konteks tersebut, media merupakan salah satu komponen komunikasi
sebagai perantara atau pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan. Seperti yang diungkapkan oleh Daryanto (2010: 6) bahwa
Media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehinga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pada proses pembelajaran, media berfungsi sebagai pembawa informasi
dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah
prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses
pembelajaran ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Fungsi media dalam proses pembelajaran. (Daryanto, 2010: 8)
METODE
SISWA
GURU MEDIA
9
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung
dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang
cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa
media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai
proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Posisi
media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukkan pada
gambar sebagai berikut.
Sumber Pengalaman Pengalaman Penerima
Gambar 2.2 Posisi media dalam sistem pembelajaran. (Daryanto, 2010: 7)
Ada lima jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, yaitu
media visual, media audio, media audio-visual, kelompok media penyaji,
serta media objek dan media interaktif berbasis komputer (Rusman dkk.,
2012: 63). Pada pembelajaran materi optika, media yang sebaiknya
digunakan adalah media visual yang dapat berperan sebagai representasi
dari materi yang disampaikan. Media visual yang dimaksud adalah media
untuk materi optika pada sub materi pembiasan dan pembentukan
bayangan oleh lensa. Pada materi ini, informasi yang harus diperoleh
siswa adalah tentang sinar-sinar pada pembiasan yang dinilai cukup
IDE PENGKODEAN MEDIA PENAFSIR-AN KODE
MENGER-TI
GANGGUAN
10
abstrak. Untuk itu, diperlukan media yang relevan sebagai pembuktian
tentang jalannya sinar-sinar tersebut.
a. PhET Simulation
Physics Education Technologyatau PhET dikembangkan oleh
Universitas Colorado di Boulder Amerika (University of Colorado at
Boulder) dalam rangka menyediakan simulasi pembelajaran fisika
berbasis laboratorium maya (virtual laboratory) yang memudahkan
guru dan siswa jika digunakan untuk pembelajaran di ruang kelas.
Simulasi PhET sangat mudah untuk digunakan. Simulasi ini ditulis
dalam Java dan Flash dan dapat dijalankan dengan menggunakan web
browser baku selama plug-in Flash dan Java sudah terpasang. Dengan
kata lain, simulasi-simulasi PhET merupakan simulasi yang ramah
pengguna. Simulasi-simulasi dalam PhET tersedia secara gratis dan
dapat diunduh secara gratis melaluiwebsite(http://phet.colorado.edu).
Perkinset al.(2006) berpendapat
“The Physics Education Technology (PhET) sims use dynamic graphics to explicitly animate the visual and conceptual models used by expert physicists.”SimulasiPhETmenggunakan grafis
dengan visual animasi dan model konsep yang digunakan oleh fisikawan ahli.
Selain itu, Kaganet al.(2008) mengungkapkan
“The simulations are animated, interactive, and game-like environments where students learn through exploration.”
11
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwaPhETmerupakan media
proyeksi yang berbentuk simulasi interaktif fenomena fisis dengan
pendekatan berbasis riset yang dilakukan oleh para ahli fisika.PhET
menggabungkan hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh
produsenPhETsehingga memungkinkan para siswa untuk
menghubungkan fenomena kehidupan nyata dan ilmu yang
mendasarinya. Pada akhirnya, penggunaanPhETdalam pembelajaran
dapat memperdalam pemahaman dan meningkatkan minat siswa
terhadap ilmu pengetahuan.
Untuk membantu siswa terlibat dalam sains dan matematika melalui
inkuiri, simulasiPhETdikembangkan menggunakan prinsip-prinsip
desain berikut: (1) mendorong penyelidikan ilmiah; (2) menyediakan
interaktivitas; (3) membuat sesuatu yang tak terlihat bisa terlihat; (4)
menampilkan model mental visual; (5) menampilkan beberapa
representasi (misalnya, gerak objek, grafik, angka, dan lain-lain); (6)
menggunakan koneksi dunia nyata; (7) memberikan pengguna
bimbingan implisit (misalnya, dengan kontrol membatasi) dalam
eksplorasi produktif; dan (8) membuat simulasi yang fleksibel dan
dapat digunakan dalam berbagai situasi pendidikan. Beberapa alat
dalam simulasi PhET juga memberikan pengalaman interaktif, seperti:
(1) klik dan tarik untuk berinteraksi dengan fitur simulasi; (2)
menggunakan slider untuk meningkatkan dan penurunan parameter;
(3) memilih antara pilihan dengan tombol radio; dan (4) membuat
12
penggaris,stop-watch, voltmeter, dan termometer. Pengguna yang
berinteraksi dengan alat ini segera mendapatkan umpan balik langsung
tentang efek dari perubahan yang mereka buat. Hal ini memungkinkan
mereka untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan ilmiah melalui eksplorasi simulasi
(http://phet.colorado.edu/en/about).
Software PhET Interactive Simulationsdapat menampilkan animasi
sehingga siswa dapat tertarik dalam mempelajarinya. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Kaganet al.(2008) mengenai fitur yang terdapat
padaPhET Simulationyaitu:
“The key features of PhET simulations - visualization,
interactivity, context, and effective use of computations–are
particularly effective for helping students understand the abstract and counterintuitive concepts”.Fitur utama dari
simulasi PhET - visualisasi, interaktivitas, konteks, dan efektif menggunakan perhitungan - sangat efektif untuk membantu siswa memahami konsep-konsep abstrak dan berlawanan.
KemenarikanPhet Simulationjuga diungkapkan oleh Taufiq (2008)
yang menyatakan bahwaPhet Simulationmemberikan kesan yang
positif, menarik dan menghibur, serta membantu penjelasan secara
mendalam tentang suatu fenomena alam. Berdasarkan pendapat
tersebut, diketahui bahwaPhet Simulationdapat membuat siswa
tertarik, lebih aktif, dan semangat dalam mengikuti pelajaran. Selain
itu, Phet Simulationjuga mendorong minat siswa untuk melakukan
13
Simulationmerasa senang dan mudah untuk mempelajarinya sehingga
dapat memperjelas konsep-konsep fisis atau fenomena fisika.
Software PhET Simulationsmerupakan salah satu media pembelajaran
yang berbasis laboratorium virtual. Beberapa kelebihan laboratorium
virtual berdasarkaan penelitian yang dilakukan oleh Kusnadi (2013) di
antaranya adalah penggunaan laboratoriumvirtualyang dapat
dijalankan sendiri oleh siswa membuat siswa lebih aktif dan kreatif,
eksperimen dengan media laboratoriumvirtualdapat dilakukan secara
berulang tanpa menghabiskan waktu untuk mempersiapkan
pengulangan, dapat menampilkan konsep secara visual dengan
gerakan dan gambar, dapat menampilakan proses secara nyata, serta
dapat menyesuaikan dengan tingkat kecepatan belajar siswa
Di samping memiliki kelebihan yang telah diungkapkan sebelumnya,
media pembelajaran berbantuan laboratorium virtual ini memiliki
kekurangan sebagai berikut.
a) Keberhasilan pembelajaran berbantuan laboratorium virtual
bergantung pada kemandirian siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran.
b) Akses untuk melaksanakan kegiatan laboratorium virtual
bergantung pada jumlah fasilitas komputer yang disediakan
14
c) Siswa dapat merasa jenuh jika kurang memahami tentang
penggunaan komputer sehingga dapat menimbulkan respon yang
pasif untuk melaksanakan percobaan virtual (Siswono, 2013).
b. Komponen Instrumen Terpadu Optika
Komponen Instrumen Terpadu (KIT) adalah peralatan IPA yang
diproduksi dan dikemas dalam sebuah kotak dan besarnya sesuai
dengan keperluan, serta diisi dengan item-item yang berhubungan
dengan unit pelajaran. Item-item tersebut dapat dirangkai menjadi
peralatan uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA serta
dilengkapi dengan buku pedoman penggunaannya. Pemanfaatan KIT
merupakan salah satu alternatif yang bagus agar kegiatan praktikum
dapat dilakukan di sekolah. KIT merupakan alat yang dimiliki hampir
semua sekolah, multi-fungsi dan bisa dibawa ke kelas tanpa
memerlukan ruang yang besar untuk menyimpannya.
Pada umumnya, ada empat jenis KIT untuk mata pelajaran IPA pada
tingkat SMP, yaitu KIT Mekanika, KIT Hidrostatika dan Panas, KIT
Optika, dan KIT Listrik Magnet. Setiap KIT terdiri dari alat-alat yang
cocok satu sama lain dan dapat digunakan bersama untuk
bermacam-macam percobaan. Misalnya pada KIT Optika yang terdiri dari
beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan percobaan dan
pengamatan topik umum seperti perambatan cahaya, pemantulan, dan
pembiasan. Alat-alat tersebut antara lain meja optik, kaca setengah
15
KIT Optika diperlukan dalam pembelajaran materi optika karena
memberikan pengalaman yang nyata bagi siswa sehingga membantu
dalam menjelaskan fenomena dan fakta mengenai alam. Serangkaian
peralatan tersebut juga berfungsi membantu siswa untuk berfikir logis
dan matematis sehingga mereka pada akhirnya dapat menimbulkan
pemikiran yang teratur dan berkesinambungan yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari (Juandi, 2011: 31). Penggunaan KIT juga dapat
membantu guru memberikan penjelasan konsep, merumuskan dan
membentuk konsep, memberikan dasar yang konkrit untuk berpikir
sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme, melatih siswa
dalam pemecahan masalah, dan mendorong siswa berpikir kritis. Hal
tersebut dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Indayani
(2015) bahwa:
Penggunaan media KIT IPA sangat bermanfaat karena dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, baik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi maupun peserta didik yang motivasi berprestasinya rendah.
Untuk dapat menggunakan KIT, siswa harus mengetahui nama dari
bagian-bagian peralatan yang berbeda dengan benar dan mengetahui
cara merakit peralatan sesuai dengan petunjuk dari buku atau guru
serta memperagakan cara merakit peralatan. Selain itu, siswa juga
diminta untuk mengamati dengan teliti sehingga dapat menunjukkan
bagaimana teknik yang digunakan dalam mengamati hasil percobaan
serta fokus perhatian. Dari hasil pengamatan, siswa menuliskan ke
16
Hal tersebut akan membuat siswa selalu termotivasi dalam belajar
menggunakan KIT. Adapun ciri-ciri keberhasilan siswa dalam
penggunaan KIT yaitu: (1) siswa menyadari arah yang dituju dalam
proses pembelajaran; (2) siswa merasa mendapat tanggung jawab pada
beban yang diberikan, siswa merasa tidak bosan, mengantuk, dan
berkonsentrasi terhadap materi yang diberikan guru; (3) motivasi
siswa banyak tumbuh dari dalam diri siswa dan kreatifitas siswa
berkembang dengan baik (Juandi, 2011: 33).
Penggunaan KIT disesuaikan dengan jenis percobaan yang akan
dibelajarkan guru di sekolah. Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih alat-alat pembelajaran dari KIT yang
akan digunakan. Di antaranya adalah materi yang akan diajarkan,
tujuan pembelajaran, spesifikasi alat yang akan digunakan, proses
urutan mendemonstrasikan alat, dan validitas alat.
KIT merupakan salah satu dari media tiga dimensi. Media tiga
dimensi dapat berwujud sebagai tiruan yang mewakili benda asli yang
dapat langsung dibawa ke kelas sehingga berfungsi sebagai media
pembelajaran yang efektif. Penggunaan media tiga dimensi dalam
kegiatan pembelajaran meiliki dampak terhadap proses pembelajaran.
Seperti yang dijelaskan oleh Mudjiono dalam Daryanto (2013: 29)
bahwa kelebihan-kelebihan media tiga dimensi adalah memberikan
pengalaman secara langsung, penyajiannya yang kongkrit dan
17
konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur
organisasi secara jelas, dan dapat menunjukkan alur suatu proses
secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah tidak dapat
menjangkau sasaran dalam jumlah besar, penyimpanannya yang
memerlukan ruang yang besar, dan perawatannya yang rumit.
3. Model Inkuiri Terbimbing
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaituinquiry, yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan
ilmiah yang diajukannya. Model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya
(2009: 194) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Trowbridge dalam Sofiani (2011: 5) mengemukakan
“Inquiry is the process of defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing experiments, gathering data, and drawing conclusions about problems”.Penyelidikan adalah
proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang masalah.
Pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berbasis
penemuan jawaban berdasarkan pengalaman mereka sehari-hari. Untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah tersebut, proses
pembelajaran yang dilalui siswa meliputi kegiatan mengobservasi,
merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan
18
investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan
atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data,
menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya. Berdasarkan konteks tersebut, dapat
disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa
untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik
kesimpulan. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri ini siswa terlibat secara
mental maupun fisik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru.
Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
rasa keingintahuan mereka. Siswa memegang peranan yang sangat
dominan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru mendorong
siswa untuk mau berpikir dan bekerja keras untuk bisa belajar dengan
baik, menyediakan sumber belajar yang diperlukan para siswa dalam
mewujudkan penemuan-penemuannya, dan menata hubungan antarsiswa
dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Hal tersebut merupakan
peranan guru sebagai motivator, fasilitator, dan manajer pembelajaran.
Langkah–langkah pembelajaran dengan inkuiri menurut Sanjaya (2009:
200) antara lain:
1. Orientasi
19
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan persoalan tersebut.
3. Mengajukan hipotesis
Pada perumusan hipotesis, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dan melakukan kajian pustaka. Hal tersebut bertujuan agar hipotesis atau jawaban sementara siswa memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
4. Mengumpulkan data
Pada tahap ini, siswa bersama guru merancang prosedur eksperimen untuk menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam inkuiri terbimbing, guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam hal ini, siswa harus dapat
menyajikan, mengolah, dan menganalisis data hasil pengamatan yang telah dikumpulkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.
Hirarki model pembelajaran yang berorientasi penyelidikan
dikelompokkan dalam 5 tingkatan seperti yang disajikan oleh Wenning
(2010). Setiap tahapan dilevels of inquirymemiliki perbedaan yang
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Karakteristik Kegiatan untuk Setiap Tahapan Inkuiri
Level of Inquiry Tujuan Pembelajaran Utama Discovery Learning Siswa mengembangkan konsep
berdasarkan pengalaman langsung
Interactive Demonstration Siswa terlibat dalam penjelasan dan pembuatan prediksi yang memungkinkan pengajar untuk memperoleh,
20
Inquiry Lesson Siswa mengidentifikasi prinsip-prinsip ilmiah dan atau hubungan
Inquiri Lab Siswa menetapkan hukum empiris berdasarkan pengukuran variabel
Hypothetical Inquiry Siswa menciptakan penjelasan untuk fenomena yang diamati
Pendapat lain mengenai tingkatan inkuiri disampaikan oleh Colburn
(2000: 42) sebagai berikut:
1. Structured Inquiry
Guru memberikan siswa permasalahan untuk diselidiki serta prosedur dan bahan, tetapi tidak memberitahu mereka tentang hasil yang diharapkan. Siswa menemukan hubungan antara variabel atau generalisasi dari data yang dikumpulkan. 2. Guided Inquiry
Guru hanya menyediakan bahan dan masalah untuk diselidiki, sedangkan siswa merancang prosedur mereka sendiri untuk memecahkan masalah.
3. Open Iquiry
Pendekatan ini mirip dengan inkuiri terbimbing, namun siswa juga merumuskan masalah mereka sendiri untuk menyelidiki. 4. Learning Cycle
Siswa terlibat dalam aktivitas memperkenalkan konsep baru, guru memberikan nama resmi untuk konsep. Siswa mengambil kepemilikan konsep dengan menerapkan konteks yang berbeda.
Ditinjau dari tingkat kompleksitasnya, pembelajaran dengan inkuiri
dibedakan menjadi tiga tingkatan (Jayawardhana: 2013), yaitu sebagi
berikut.
Tingkatan pertama adalah pembelajaran penemuan (Discovery), yaitu guru menyusun masalah dan proses tetapi memberi
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi hasil alternatif.
21
Pendapat lain mengenai tingkatan inkuiri dikemukakan oleh Banchi &
Bell (2008) sebagai berikut:
Pembelajaran inkuiri dapat dibedakan menjadi empat level yaitu level (1) adalah inkuiri konfirmasi, level (2) adalah inkuiri
terstruktur, level (3) adalah inkuiri terbimbing, dan level (4) adalah inkuiri terbuka.
Dari keempat level inkuiri tersebut, pada prinsipnya tidak ada perbedaan.
Dasar pembeda keempat level tersebut hanyalah pada derajat peran serta
guru atau kebebasan siswa dalam melakukan kegiatan inkuiri. Perbedaan
setiap tingkatanlevels of inquirydapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2Level Inquirydan Karakteristik Tingkat Pembelajaran
Level Inquiry
Pihak yang Terlibat dalam Pembelajaran
inquiry. Siswa menyelidiki pertanyaan yang disajikan guru melalui prosedur yang ditentukan.
Guru Guru Siswa
Level 3:guided inquiry.
Siswa menyelidiki
Level 4:open inquiry. Siswa mengemukakan sendiri pertanyaan yang akan diselidiki melalui prosedur yang dirancangsiswa.
22
Pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu suatu model pembelajaran inkuiri
yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk
cukup luas kepada siswa. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru
harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau
siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti
kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa yang mempunyai
intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan. Oleh sebab itu, guru harus
memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Peran guru dalam inkuiri terbimbing adalah membimbing siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam proses penemuan konsep
sehingga siswa tidak akan kebingungan dalam memecahkan masalah
yang diberikan. Dengan begitu, kesimpulan akan lebih cepat dan mudah
diambil. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar
menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari
sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan
pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan
membantu mereka dalam‘menemukan’ pengetahuan baru tersebut.
Pada pembelajaran dengan inkuiri terbimbing, terdapat tujuh komponen
penting yang dapat mengembangkan keterampilan proses dan
penguasaan konten mata pelajaran. Tujuh komponen tersebut
dikemukakan oleh Hanson (2006: 3) sebagi berikut.
23
meningkatkan pemikiran kritis dan analitis; (4) pemecahan masalah; (5) pelaporan; (6) metakognisi; dan (7) tanggung jawab individu.
Pada pembelajran inkuiri terbimbing, siswa bekerja sama dan belajar
dalam sebuah tim. Kegiatan inkuiri atau penyelidikan yang pertama
dilakukan adalah memeriksa data, model, atau contoh. Hal tersebut
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan
pemahaman. Kemudian siswa diminta untuk menanggapi pertanyaan
yang memerlukan kemampuan berpikir kritis. Setelah itu, siswa
menerapkan pengetahuan baru ini dalam bentuk latihan soal dan
penyelesaian masalah. Kegiatan selanjutnya yaitu siswa menyajikan hasil
mereka ke kelas, merefleksi kembali apa yang telah dipelajari, dan
menilai seberapa baik pekerjaan mereka serta mencari solusi bagaimana
mereka bisa berbuat lebih baik. Untuk memperkuat konsep-konsep yang
diperoleh dan meningkatkan tanggung jawab individu, siswa diwajibkan
untuk menyelesaikan latihan tambahan dan masalah di luar kelas dan
membaca bagian yang relevan dari buku teks atau bahan sumber daya
lainnya.
4. Pembelajaran Optika dengan Inkuiri Terbimbing
Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa langkah-langkah
pembelajaran dengan inkuiri meliputi orientasi, merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan. Selain itu, telah diketahui juga beberapa
24
dikemukakan oleh Banchi & Bell (2008) yang terdapat pada Tabel 2.2.
Pada tabel tersebut, inkuiri terbimbing termasuk dalam inkuiri level 3. Di
mana guru masih berperan dalam perumusan masalah. Kemudian untuk
tahapan perumusan prosedur dan perumusan solusi, siswa berperan lebih
banyak dari pada guru. Dalam hal ini, guru hanya mengarahkan dan
membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan panduan.
Pembelajaran optika dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing
diawali dengan kegiatan orientasi. Pada kegiatan ini, guru
mempersiapkan siswa untuk memulai pembelajaran dengan membentuk
kelompok sekaligus membagikan LKK. Selanjutnya guru memberikan
penjelasan terhadap sajian fenomena pembiasan yang terdapat pada LKK
sebagai motivasi dan apersepsi. Pada kegiatan perumusan masalah, guru
memberikan pertanyaan untuk membawa peserta didik pada suatu
persoalan yang akan dibahas. Pada langkah selanjutnya, siswa dibimbing
untuk membuat hipotesis. Agar hipotesis yang dimunculkan bersifat
rasional dan logis, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
berdiskusi dan melakukan kajian pustaka.
Tahap selanjutnya adalah siswa bersama guru merancang
langkah-langkah percobaan untuk menjaring informasi yang dibutuhkan. Langkah
percobaan yang akan dilakukan oleh siswa sudah terdapat pada LKK.
Akan tetapi, terdapat beberapa bagian yang kurang lengkap. Di sinilah
siswa dituntut untuk memikirkan langkah apa yang harus dilakukan. Pada
25
bahwa saat sinar mendekati permukaan pada sebuah sudut, sinar akan
membengkok saat lewat dari udara ke kaca. Seperti yang ditunjukkan
Gambar 2.3, gelombang di dalam kaca menempuh jarak yang lebih kecil
daripada di udara, menyebabkan gelombang membengkok di tengah.
Gambar 2.3 Gelombang mengalami pembengkokan saat lewat ke dalam kaca. (Griffith, 2009: 359)
Untuk materi tentangtotal interfal reflection(pemantulan sempurna),
siswa akan mengamati pembiasan cahaya yang terjadi dari medium yang
lebih rapat ke medium yang kurang rapat, maupun sebaliknya. Siswa
melakukan pengamatan apakah terbentuk sinar bias dan sinar pantul.
Pada saat itu, siswa dapat melihat bahwa saat sinar datang dari medium
yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, semakin besar sudut yang
dibentuk sinar datang menyebabkan sinar semakin menjauhi garis normal
dan bahkan dapat berhimpit dengan bidang batas dua medium. Hingga
akhirnya sinar tersebut dipantulkan kembali. Sedangkan saat sinar datang
dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat tidak terjadi
demikian, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
d1= λ1
d2= λ2 n1
26
Gambar 2.4Total Internal Reflection (Pemantulan Sempurna)
Untuk materi pembentukan bayangan pada benda, siswa melakukan
pengamatan untuk mengetahui sifat bayangan yang akan terbentuk. Saat
siswa melakukan percobaan denganPhet Simulation, akan tampak
sinar-sinar istimewa pada lensa cembung. Adapun sinar-sinar-sinar-sinar istimewa pada
lensa cembung adalah sebagai berikut :
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus
(F2).
2. Sinar yang datang melewati pusat optik lensa (O) diteruskan, tidak
dibiaskan.
3. Sinar datang menuju titik fokus (F1) akan dibiaskan sejajar sumbu
utama.
Gambar 2.5 Sinar–Sinar Istimewa pada Lensa Cembung
27
Depan Lensa Belakang Lensa
1
Kemudian, saat siswa melakukan percobaan dengan mengubah jarak
benda menjauhi atau mendekati lensa, maka bayangan yang terbentuk
juga akan berbeda. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6 dan
Gambar 2.7 berikut ini.
Ganbar 2.6 Bayangan Saat Objek Terletak Setelah Titik Fokus
Ganbar 2.7 Bayangan Saat Objek Terletak Sebelum Titik Fokus
Langkah selanjutnya adalah siswa menyajikan data yang diperoleh dari
percobaan ke dalam tabel yang telah tersedia di LKK. Kemudian siswa
menganalisis data hasil pengamatan dengan menjawab pertanyaan
analisis yang terdapat pada LKK. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat, sebaiknya guru membimbing siswa dengan cara menunjukkan
pada siswa data mana yang relevan saat menjawab pertanyaan. Dengan
begitu, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu siswa untuk
mengetahui ba
hui bahwa pembiasan cahaya dapat dijelaskan ole
ntang refraksi.
aya melewati satu medium transparan ke medium
bengkok ke arah sumbu normal (sumbu yang di
rmukaan) jika kecepatan cahaya di media kedua
kan yang pertama. Sinar yang bengkok menjauh
ka kecepatan cahaya dalam medium kedua lebih be
ma.
2>n1 (b)n2<n1
Gambar 2.8 Hukum Pembiasan (Hukum Sne
rnal reflection(pemantulan sempurna) hanya da
aya mencoba untuk berpindah dari media yang l
ang kurang rapat. Jika sinar datang yang menge
kurang rapat menghasilkan sinar bias dengan sudut
bergerak sepanjang bidang batas dan tidak mem
udut yang dibentuk oleh sinar datang ini disebut sudut
sar sudut datang melebihi sudut kritis, sinar sepe (n1= 1,00)
bih besar dari pada
Snellius)
dapat terjadi
g lebih rapat ke
ngenai suatu
n sudut 90°, berarti
29
dipantulkan pada bidang batas dua medium. Sinar tersebut dipantulkan
seolah-olah menumbuk permukaan pantul yang sempurna. Sinar tersebut
mematuhi hukum pemantulan: sudut datang sama dengan sudut pantul.
Pada pembentukan bayangan oleh lensa cembung (lensa konvergen), jika
objek berada di luar titik fokus depan (so>f), bayangan yang terbentuk
adalah nyata dan terbalik. Ketika objek berada di dalam titik fokus depan
(so<f), bayangan yang terbentuk adalah maya dan tegak. Setelah
melakukan analisis pada tabel yang terdapat pada LKK 03, siswa juga
dapat mengembangkan hubungan kuantitatif antara jarak benda (so), jarak
bayangan (si), dan panjang fokus lensa (f). Semua jarak diukur dari pusat
lensa. Hubungan dari jarak tersebut dinyatakan dalam simbol-simbol,
+ = ... (persamaan untuk lensa tipis).
Gambar 2.6 juga dapat digunakan untuk menemukan hubungan antara
perbesaran bayangan (M), jarak benda, dan jarak bayangan. Pembesaran
didefinisikan sebagai perbandingan tinggi bayangan (hi) terhadap tinggi
benda (ho).
= = ... (persamaan untuk perbesaran bayangan).
Pada akhir pembelajaran, guru dapat memberikan beberapa tambahan
informasi. Misalnya informasi bahwa cahaya terbentuk dari gelombang
elektromagnetik, yaitu gelombang yang tidak memerlukan medium untuk
merambat. Cepat rambat cahaya disimbolkan denganc, yang nilainya c =
2,99792458 x 108m/s atau mendekati 3 x 108m/s yang berlaku pada
30
cepat rambat cahaya lebih lambat, tapi jika di udara nilainya mendekati
kecepatan di ruang hampa. Selain itu, panjang gelombang lebih pendek
dalam kaca atau air daripada di udara. Sebagaimana yang ditunjukkan
pada gambar berikut.
Gambar 2.9 Panjang gelombang cahaya di udara (n1) lebih panjang
dari pada di kaca (n2). (Griffith, 2009: 359)
Perbedaan kecepatan cahaya dalam medium yang berbeda disebut indeks
bias, disimbolkann. Indeks bias didefinisikan sebagai rasio dari
kecepatan cahayacdalam ruang hampa dengan kecepatan cahayav
dalam suatu medium.
= ... (persamaan untuk menghitung indeks bias suatu medium)
B. Kerangka Pemikiran
Penggunaan media pembelajaran memiliki peranan penting dalam
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran karena media pembelajaran
memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber menuju penerima.
Selain itu, penggunaan media pembelajaran memiliki kelebihan dapat λ1
λ2 n1
31
menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam
perubahan (manipulasi) sesuai keperluan. Contoh media pembelajaran yang
memiliki kelebihan seperti itu adalahPhET Simulationdan KIT Optika.
Walau demikian, keduanya memiliki karakteristik yang sangat mencolok.
PhET Simulationmerupakan program komputer yang dapat menyimulasikan
peristiwa atau fenomena seperti di laboratorium nyata dan berisi alat-alat
laboratorium yang berfungsi seperti alat-alat di laboratorium nyata. Hal itu
memungkinkan siswa untuk belajar nyaman karena alat dan bahan
disimulasikan di komputer dengan virtual sehingga tidak terlalu berbahaya
dan siswa dapat melakukan percobaan dengan mudah. Selain itu, perhitungan
hasil data percobaan lebih valid dan tepat sehingga akan lebih mudah untuk
memperoleh konsep yang disajikan. Akan tetapi, keberhasilan penggunaan
PhET Simulationbergantung pada kemandirian siswa untuk mengembangkan
eksperimen dan jumlah fasilitas komputer sekolah.
Sedangkan KIT Optika merupakan media tiga dimensi yang dapat
memberikan pengalaman dan pemahaman yang lengkap akan benda-benda
nyata. Oleh karena itu, KIT Optika dapat menunjukkan objek secara utuh baik
konstruksi maupun cara kerjanya dan dapat menunjukkan alur suatu proses
secara jelas. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat menjangkau
sasaran dalam jumlah besar, penyimpanannya yang memerlukan ruang yang
besar, dan perawatannya yang rumit.
Penggunaan kedua media tersebut akan memberikan pengaruh yang baik
32
keterampilan bereksperimen dan menguji hipotesis secara eksperimental
dalam membangun interpretasi mereka tentang fenomena yang diamati.
Walau demikian, karakteristikPhET Simulationyang lebih mudah digunakan
daripada KIT Optika memberikan lebih banyak waktu bagi siswa untuk
belajar memecahkan masalah, menganalisis data, dan menginterpretasikan
suatu konsep. Keuntungan lainnya adalahPhET Simulationlebih mudah
untuk fokus pada prinsip-prinsip yang harus dipelajari dari pada rincian
pengoperasian alat. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk mendapatkan
hasil belajar yang lebih baik.
Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel, yaitu variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pembelajaran denganPhET Simulation(X1) dan pembelajaran dengan
KIT Optika (X2), variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (Y1dan Y2),
serta variabel moderatornya adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini adalah hasil belajar ranah
kognitif produk yang diperoleh daripretestdanposttest. Kemudian hasil
belajar siswa menggunakanPhET Simulationmelalui model pembelajaran
inkuiri terbimbing dibandingkan dengan hasil belajar siswa menggunakan
KIT Optika melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing. Gambaran
mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dijelaskan
Keterangan:
Gambar 2.10 Diagram Kerangka Pemikiran
mbelajaran denganPhET Simulation
mbelajaran dengan KIT Optika
asil belajar (kognitif produk) denganPhET Simul
asil belajar (kognitif produk) dengan KIT Optika
Model pembelajaran inkuiri terbimbing
rbandingan hasil belajar menggunakanPhET Si
ngan KIT Optika
pasangan hipotesis yang akan diuji yaitu:
k ada perbedaan rata-rata hasil belajar optika si
belajaran menggunakanPhET Simulationdan K
ngan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
perbedaan rata-rata hasil belajar optika siswa a
belajaran menggunakanPhET Simulationdan K
ngan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
34
2. H0: Hasil belajar optika siswa menggunakanPhET Simulationmelalui
model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih besar atau sama
dengan (≥)menggunakan KIT Optika melalui model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
H1: Hasil belajar optika siswa menggunakanPhET Simulationmelalui
model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih kecil dari pada (<)
menggunakan KIT Optika melalui model pembelajaran inkuiri
35
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu, Tempat, dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kepada siswa kelas VIII SMP Al Azhar 3 Bandar
Lampung pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 7
kelas berjumlah 273 siswa. Dari 7 kelas tersebut, terdapat 2 kelas unggulan
dan 5 kelas yang bukan unggulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknikcluster random sampling(acak sederhana).Cluster
random samplingyaitu pengambilan sampel dengan cara pengundian dari
populasi yang telah ditetapkan (populasi taget) dan diambil dua kelas sebagai
sampel penelitian. Dalam penelitian ini, populasi target adalah kelas yang
bukan unggulan. Dari pengundian yang dilakukan, terpilih dua kelas dari
lima kelas yang ada. Dua kelas tersebut adalah kelas VIIICdan kelas VIIIE.
Selain itu, dari hasil pengundian juga terpilih bahwa kelas VIIICsebagai kelas
eksperimen I dan kelas VIIIEsebagai kelas eksperimen II.
B. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentukThe Randomized
Pretest - Posttest Comparasion Goup Design. Pada desain ini, terdapat
pretestsebelum diberi perlakuan danposttestsetelah diberi perlakuan.
36
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat
dituliskan pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Group Pretest Treatment Posttest
Eksp I X1 E1 X2
Eksp II Y1 E2 Y2
Keterangan :
1dan Y1= nilaipretest
E1=penggunaanPhET Simulationdengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing
E2=penggunaan KIT Optika dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dan Y2= nilaiposttest
Siswa kelas VIIICdan kelas VIIIEdiberikanpretest(test awal) untuk melihat
kemampuan awal siswa berupa soal pilihan jamak berjumlah 10 butir soal.
Kemudian kelas VIIICdiberikan perlakuan berupa penggunaanPhET
Simulationdengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan kelas
VIIIEdiberikan perlakuan berupa penggunaan KIT Optika dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Kemudian di akhir pembelajaran, siswa
pada kedua kelas tersebut diberikanposttest(tes akhir) dalam bentuk soal
pilihan jamak berjumlah 10 butir soal. Berdasarkan hasilpretestdanposttest
tersebut, dihitung N-gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
37
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas, variabel
terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Pembelajaran berbasisPhET Simulation(X1) dan Pembelajaran dengan KIT
Optika (X2), variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (Y), sedangkan
variabel moderatornya adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
D. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian dalam penelitian ini, yaitu instrumen penilaian kognitif
yang terdiri dari soalpretestdanposttestberupa soal pilihan jamak berjumlah
10 soal. Hasilposttestdibandingkan dengan hasilpretestyang telah
dilakukan sehingga akan diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari
pengajaran yang telah dilakukan. Selain itu, soalpretestdanposttestdibuat
serupa bertujuan untuk melihat bagian mana dari materi pembelajaran yang
masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa. Berdasarkan hasil tes ini,
maka tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dan perbandingan hasil belajar
antara pembelajaran berbasisPhET Simulationdengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan pembelajaran dengan KIT Optika melalui model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat terlihat.
E. Analisis Instrumen
Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian harus diuji
validitas terlebih dahulu kepada para validator untuk mengetahui apakah
38
dengan angket penilaian yang terdiri dari beberapa pernyataan oleh ahli yang
berkompeten. Skala yang digunakan pada angket penilaian adalah skala likert
dengan skor penilaian tertinggi adalah 4 (sangat tepat) dan terendah adalah 1
(tidak tepat). Untuk menganalisis kategori hasil uji validitas instrumen,
digunakan persamaan sebagai berikut.
Skor = x4
Skor yang diperoleh dari persamaan tersebut dikonversikan menjadi
pernyataan kualitas seperti yang terdapat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas
Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi
1 3,26–4,00 Sangat baik
2 2,51–3,25 Baik
3 1,76–2,50 Kurang baik
4 1,01–1,75 Tidak baik
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk nilai kognitif dilakukan dengan menggunakan
lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari tes awal
(pretest)dan tes akhir (posttest). Adapun data yang diperoleh dapat dilihat
pada Lampiran 10 hingga Lampiran 15.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain
39
dengan skorpretestdibagi oleh skor rmaksimum dikurang skorpretest.
Jika dituliskan dalam persamaan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
g =N-Gain
Spre = Skorpretest
Spost = Skorposttest
Smax = Skor maksimum
Kategori:
Tinggi : 0,7N-gain 1
Sedang : 0,3N-gain< 0,7
Rendah :N-gain< 0,3
2. Uji Normalitas Data
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi
normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis pengujiannya yaitu:
O
H : data terdistribusi secara normal
1
H : data tidak terdistribusi secara normal
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka
40
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka
distribusinya adalah normal.
3. Uji Homogenitas Data
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas menggunakan uji-F.(Levene Statistic) untuk
melihat apakah data homogen atau tidak. Hipotesis pengujiannya yaitu:
O
H : kedua kelompok data memiliki varians yang homogen
1
H : kedua kelompok data memiliki varians yang tidak homogen
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka
dikatakan bahwa variasi data adalah adalah tidak homogen.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa variasi data adalah homogen.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakanIndependent sample t-test.
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
rata-rata antara dua kelompok data yang tidak saling bekaitan. Hipotesis yang
akan diuji denganIndependent sample t-testyaitu:
1. H0: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar optika siswa antara
pembelajaran menggunakanPhET Simulationdan KIT Optika melalui
41
H1: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar optika siswa antara
pembelajaran menggunakanPhET Simulationdan KIT Optika melalui
model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. H0: Rata-rata hasil belajar optika siswa menggunakanPhET
Simulationtidak lebih baik dari pada menggunakan KIT Optika.
H1: Rata-rata hasil belajar optika siswa menggunakanPhET
Simulationlebih baik dari pada menggunakan KIT Optika.
Independent sample t-testmenyajikan dua buah uji statistik. Pertama
adalah uji Levene’s untukmelihat apakah ada perbedaan varians antara
kedua kelompok atau tidak. Kedua adalah uji-t untuk melihat apakah ada
perbedaan rata-rata kedua kelompok atau tidak. Jika p-value (Sig.) dari
uji Levene’slebih besar dari nilaiα(0.05), hal ini berarti varians kedua
kelompok adalah sama, maka signifikansi uji-t yang dibaca adalah pada
baris pertama (Equal variances assumed). Tetapi jika p-value dari uji
Levene’slebih kecil atau sama dengan nilaiα(0.05), hal ini berarti
varians kedua kelompok adalah tidak sama, maka signifikansi uji-t yang
dibaca adalah pada baris kedua (Equal variances not assumed).
Kriteria pengujian:
a) H0diterima jika–t tabel < t hitung < t tabel
b) H0ditolak jika–t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Berdasarkan probabilitas:
a) H0diterima jika Pvalue> 0,05
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas eksperimen 1 yang
menerapkanPhet Simulationdan kelas eksperimen 2 yang menerapkan KIT
Optika. Pada kelas eksperimen 1 rata-rata hasil belajar optika yang diperoleh
meningkat dari 5,02 menjadi 8,07 (mengalami peningkatan sebesar 3,05). Pada
kelas eksperimen 2 rata-rata hasil belajar optika yang diperoleh meningkat dari
4,81 menjadi 6,90 (mengalami peningkatan sebesar 2,09).
2. Peningkatan hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen 1 berdasarkan
skor N-gain sebesar 0,65 (kategori sedang) dan pada kelas eksperimen 2
sebesar 0,43 (kategori sedang). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
penerapanPhet Simulationlebih efektif digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi optika, khususnya tentang
pembiasan dan pembentukan bayangan pada lensa.
B. Saran
Berdasarkan selama proses pembelajaran berlangsung dan analisis hasil belajar
siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Agar pembelajaran menggunakanPhet Simulationmaupun KIT Optika dapat
60
matang. Dari mulai alat yang akan digunakan saat eksperimen, mental guru dan
pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif.
Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan
lancar dan baik.
2. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh
proses pembelajaran agar pemahaman siswa terhadap materi bertambah dan
pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.
3. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan pada karakteristik siswa yang
berbeda.
4. Bagi peneliti lain, pengaruh penggunaan laboratoriumrealmaupunvirtual
melalui model pembelajaran lain untuk materi pembelajaran yang lain pula
terhadap faktor kemampuan matematik, kemampuan berpikir abstrak siswa,
kreatifitas siswa, kemampuan afektif (karakteristik) siswa, dan lain-lain dapat