PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
(Skripsi)
Oleh :
ELVI RARANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ii ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Oleh
Elvi Rarani
Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan lebih baik menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode tanya jawab dan diskusi. Hasil belajar kognitif produk diukur dari nilai rata-rata hasil test formatif sedangkan hasil belajar kognitif proses diukur dari pencapaian indikator penilaian proses selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing dan (2) rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara metode tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini dilaksanakan di kelas dan SMP Negeri 2 Gedong Tataan yang
Elvi Rarani
iii Berdasarkan penelitian ini, diperoleh data test hasil belajar yang kemudian
dianalisis menggunakan metode Independent Sample T Test dengan bantuan SPSS 17.0, hasil analisis menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal.
Selanjutnya untuk menguji perbedaan rata-rata hasil belajar dilakukan dengan uji Independent Sample T Test dengan bantuan SPSS 17.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) rata-rata hasil belajar pada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode tanya jawab berbeda dengan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi dan (2)
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika, dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi. Hal ini didukung oleh perolehan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing dengan metode diskusi sebesar 75,77 dan kelas inkuiri terbimbing dengan metode tanya jawab sebesar 62,80.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Oleh Elvi Rarani
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Nama Mahasiswa : Elvi Rarani Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022026 Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Dr. Agus Suyatna, M.Si.
NIP. 19580603 198303 1 002 NIP. 19600821 198503 1 004
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. ...
Sekretaris : Dr. Agus Suyatna, M.Si. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Nengah Maharta, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Elvi Rarani
NPM : 0813022026
Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Desa Sukabanjar Blok IV no 24, Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Mei 2012 Yang Menyatakan,
Elvi Rarani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukanegara, pada tanggal 30 April 1990, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulkarnain dan Ibu Dinarti.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di SD Negeri 3
Sukanegara hingga tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan
pendidikannya di SMP Muhammadiyah 1 Sukanegara dan selesai pada tahun
2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1
Metro, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar
sebagai mahasiswi program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa
Puramekar Kecamatan Gedung Surian Kabupaten Lampung Barat selama 40 hari
dan pada tahun yang sama pula penulis melaksanakan praktik mengajar melalui
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Gedung Surian kabupaten
MOTTO
Bismillaahir rohmaanir rohiim
“Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (Kalimat Basmallah)
Setiap orang mempunyai potensi yang sama untuk memperoleh keberhasilan tergantung bagaimana orang tersebut meraihnya
PERSEMBAHAN
Ya Allah , jika karyaku yang sederhana ini merupakan suatu kebanggaan, maka ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku
yang tulus kepada:
Mami tercinta dengan ketulusan do’a dan keringat serta kasih sayang tanpa putus, senantiasa memberikan dorongan
untuk keberhasilan penulis
Suamiku tercinta “Catur Agus Ariyanto”,
yang selalu setia mendampingi dan menjadi motivator bagi penulis
Adikku “Ria Mariana dan Riki Ridwan”,
yang selalu menantikan keberhasilan dan bimbingan penulis
Keluarga besar “Sahril dan Tupan”, terimakasih atas doa dan dukungannya.
Keluarga besar Pendidikan Fisika 2008.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Metode Tanya Jawab dengan Metode Diskusi pada
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan serta
bantuannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik dan
xiv 5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si selaku Pembimbing II atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, nasehat- nasehat bijak, saran, dan kritiknya selama kuliah dan dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si. selaku Pembahas atas saran dan kritik
yang diberikan dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
8. Ibu Darti Eliyana, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 2 Gedong Tataan atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
9. Ibu Bertiliya, S.Pd selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama
penelitian berlangsung.
10. Murid-murid kelas dan SMP Negeri 2 Gedong Tataan kerja sama dan keseriusannya selama penelitian berlangsung.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kuliah: Ochy, Okha, Omon, Onyet, Dj, Echy, Siska, Salva, Evin, Anna, Fathin, Dio, Ismu, Johan, Dimi, Happy, Diana Sari, Dewi, Henni, Pipi, Bayu, Wira, Widi, Imeh, Sarah, Tina, Septa, Sinka,
Laras, Mardian, Mario, Ninik, Theo, Icha, Nurrohman, Alkafid, Fahrudin, Husni. Terimakasih atas bantuan kalian selama ini.
Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian berikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis
DAFTAR ISI
E. Instrumen Penelitian... 25
F. Analisis Instrumen ... 26
xvii
2. Uji Reliabilitas ... 27
G. Teknik Pengumpulan Data ... 28
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 60
xviii
12. Hasil Uji Normalitas ... 95
13. Hasil Uji Independent Sample T test ... 96
14. Diagram Kerangka Pemikiran ... 98
15. Izin Penelitian... 98
16. Surat Keterangan Penelitian ... 100
17. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 101
18. Daftar Hadir Seminar Hasil ... 103
xx DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Hasil uji validitas soal ... 39
4.2. Hasil uji reliabitas soal ... 40
4.3. Hasil uji normalitas rata-rata ... 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 24
3.1. Desain eksperimen One-Shot Case Study ... 27
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 2
Gedongtataan, tujuan pembelajaran IPA masih belum tercapai, hal ini terlihat
dari masih sekitar 80% siswa belum mencapai KKM sebesar 65. Salah satu
permasalahan pokok dalam proses pembelajaran adalah kesulitan siswa
dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan
oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di
dalamnya terdapat kesiapan antara guru dan peserta didik. Guru sebagai
fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran
yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati
pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan
pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru karena akan
terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah akan
terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.
Inovasi yang dapat dilakukan oleh guru dalam memperbaiki keadaan
siswanya sehingga tercapai tujuan pembelajaran dimulai dari digunakannya
metode, pendekatan atau bahkan model yang dapat membangkitkan motivasi
belajar, berusaha menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati
2 besar. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
inkuiri terbimbing yang disertai suatu metode yang tepat diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran inkuri terbimbing guru
memperlihatkan proses atau kondisi yang terjadi secara langsung untuk
mengembangkan pengetahuan siswa, setelah itu digunakan juga metode yang
menunjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkankan secara optimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar pemilihan metode mengajar harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Pemilihan metode juga harus
sejalan dengan taraf kemampuan anak didik, pemilihan metode yang sesuai
akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang diberikan.
Jika pemahaman siswa meningkat, maka hasil belajar pun akan meningkat.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan
memberikan metode yang dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap
materi yang telah disampaikan oleh guru melalui model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Metode tersebut adalah metode tanya jawab dan metode diskusi.
Kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses pembelajaran dalam metode
tanya jawab maupun metode diskusi sangat berbeda, selain itu baik metode
tanya jawab maupun metode diskusi mempunyai keunggulannya
masing-masing dalam meningkatkan hasil belajar sehingga kedua metode tersebut
mempunyai hasil belajar yang berbeda. Bedasarkan latar belakang tersebut,
3 antara Metode Tanya Jawab dengan Metode Diskusi pada Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya jawab
dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing?
2. Manakah rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara metode tanya
jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dikemukakan
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya jawab
dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Mengetahui rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara metode tanya
jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:
1. Siswa dapat memahami materi gaya dan penerapannya dengan baik,
sehingga kemampuan kognitif dan keberanian dalam berpendapat,
bertanya, dan berargumentasi dalam diskusi dapat berkembang dengan
4
2. Memberi pengalaman baru bagi peneliti mengenai
penerapan model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil
belajar, sehingga dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran yang mungkin muncul saat mengajar kelak.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode
tanya jawab.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode
diskusi.
3. Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif.
4. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA sebagai kelas
eksperimen pertama dan VIIIB sebagai kelas eksperimen kedua di SMP
Negeri 2 Gedongtataan.
5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah materi fisika kelas VIII pada
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) mengatakan bahwa inkuiri berasal dari
kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau
penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan. Siswa diprogramkan agar
selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan
begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan
sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam
rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.
Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum
dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan
pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin
tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce dalam Cahyono
(2010: 16) menyatakan bahwa “ The general goal of inquiry training is to help
students develop the intellectual discipline and skills necessary to raise
6 Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat
langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang
dimiliki oleh siswa tersebut. Carin dan Sund dalam Ismawati (2007: 36)
berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif
terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah.
Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa adalah inkuiri
induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang
konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data
untuk ditarik kesimpulan. Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi
berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi,
tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan.
Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan
konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.
Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru
menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta
pelajar membuat generalisasi, menurut Sanjaya (2008: 200) pembelajaran
inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam
pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas
kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak
merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
7 yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti
kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan
berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki
kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari
Lestari dalam Cahyono (2010: 17) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki
seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. jujur terhadap data.
2. rasa ingin tahu yang tinggi.
3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. ulet dan tidak cepat putus asa.
5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris.
6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.
Sanjaya (2008: 202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5. Menguji hipotesis
8
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Dapat dilihat dari enam langkah pada inkuiri terbimbing di atas mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para
siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha
mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga
pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan tujuan
dari pembelajaran itu sendiri. Tentunya skenario di buat oleh guru dengan
mengacu pada referensi yang ada, seperti pada skenario pembelajaran inkuiri
menurut Gulo dalam Ismawati (2007: 39).
Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan
model-model pembelajaran lain. Keunggulan model-model inkuiri menurut Sahrul (2009:
54)
a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi.
d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuan dan minat masing-masing.
e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat terbatas.
Selain keunggulan, pada pembelajaran inkuiri terdapat pula kelemahan yang
pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis,
9 1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yangpanjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari
siswa kepada guru. Metode ini merupakan metode yang tertua dan banyak
digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat
maupun di sekolah. Suryosubroto (2002: 53) mengemukakan bahwa dalam
metode ini pemimpin pada umumnya berusaha menanyakan apakah peserta
telah mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan, atau apakah proses
pemikiran yang dipakai oleh peserta. Jadi bukan sekedar kesempatan di mana
peserta diperbolehkan menanyakan sesuatu mengenai hal yang kurang jelas
bagi mereka. Sedangkan menurut Sudjana (2004: 78):
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa, guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Sehingga terlihat adanya timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
Menurut Djamarah (2000: 107) metode tanya jawab merupakan cara penyajian
pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru
kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dipandang
10 Alasannya karena metode ini dapat merangsang siswa untuk berfikir dan
berkreativitas dalam proses pembelajaran. Metode tanya jawab juga dapat
digunakan untuk mengukur atau mengetahui seberapa jauh materi atau bahan
pengajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
Usman dan Setiawati (1993: 123) menyatakan bahwa langkah-langkah
penggunaan metode tanya jawab sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan tanya jawab sejelasnya dalam bentuk
khusus dan berpusat pada tingkah laku anak didik.
b. Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab.
c. Menetapkan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan
dikemukakan.
d. Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak
menyimpang dari pokok persoalan.
e. Menyediakan kesempatan bertanya oleh anak didik.
Berdasarkan langkah-langkah diatas, maka tindakan guru dalam menggunakan
metode tanya jawab harus dipersiapkan secermat mungkin dalam bentuk rencana
pengajaran yang detail dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyebutkan alasan penggunaan metode tanya jawab.
b. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai tujuan
pembelajaran khusus.
c. Menyimpulkan jawaban siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada
hal-hal yang belum dipahami.
e. Memberi pertanyaan atau kesempatan kepada siswa untuk
bertanya pada hal-hal yang sifatnya pengembangan atau pengayaan.
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang relevan dan sifatnya pengembangan atau pengayaan.
g. Menyimpulkan materi jawaban yang relevan.
h. Pemberian tugas.
Menurut Usman dan Setiawati (1993: 126), seorang guru dalam memberikan
11 a. Ciri pertanyaan yang baik antara lain:
1)Merangsang siswa untuk berpikir
2)Jelas dan tindak menimbulkan banyak penafsiran 3)Singkat dan mudah dipahami siswa
4)Disesuaikan dengan kemampuan siswa
b. Teknik mengajukan pertanyaan antara lain: 1)Pertanyaan ditujukan pada seluruh siswa
2)Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir 3)Usahakan setiap siswa diberikan giliran menjawab 4)Dilakukan dalam suasana rileks, tidak tegang c. Sikap guru terhadap jawaban siswa antara lain:
1)Tafsirkan jawaban siswa ke arah yang baik
2)Hargai secara wajar sekalipun jawaban siswa kurang tepat 3)Pada saat tertentu berikan kesempatan kepada siswa lain
untuk menilai jawaban yang diberikan temannya.
Metode tanya jawab memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan
metode ceramah. Keunggulan metode tanya jawab menurut Samsudin (2009:
32):
a. Lebih mengaktifkan siswa dibandingkan dengan metode
ceramah.
b. Siswa akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas atau belum dimengerti sehingga guru dapat menjelaskan kembali.
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.
d. Mengetahui perbedaan pendapat antara siswa dan guru , dan akan membawa kearah suatu diskusi.
e. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
Selain keunggulan, pada metode tanya jawab terdapat pula kelemahan proses
pembelajaran, kelemahan metode tanya jawab menurut Samsudin (2009: 33)
adalah:
a. Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit. b. Mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang
cukup tentang topik atau masalah yang didiskusikan.
c. Dapat menimbulkan beberapa masalah baru.
12 e. Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses
belajar bila siswa baru diperkenalkan kepada bahan pembelajaran yang baru.
f. Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa dalam forum.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
tanya jawab yang diterapkan dengan baik akan merangsang siswa untuk
berfikir dan berkreativitas dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan
akhir dari suatu pembelajaran yaitu hasil belajar. Dalam penelitian ini,
langkah-langkah yang digunakan pada metode diskusi berdasarkan pendapat
dari Usman dan Setiawati (1993: 123).
3. Metode Diskusi
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang
peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Sedangkan menurut
Samsudin (2009: 28):
Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang
menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau
13 Mc.Keachie dan Kulik dalam Suryosubroto (2002: 65) menyebutkan bahwa
dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat
tinggi, pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan
metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan
anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat
langsung. Selain itu, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat
meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan
masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi
hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode
diskusi.
Keunggulan metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran ranah
afektif. Menurut Gall dan Gall dalam Depdikbud (1983: 28):
Ada tiga macam tujuan pembelajaran yang cocok melalui penggunaan metode diskusi:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) pembentukkan dan modifikasi sikap, serta (3) pemecahan masalah.
Sedangkan menurut Maier dalam Depdikbud (1983: 29), pemecahan masalah
merupakan tujuan utama dari diskusi. Masalah-masalah yang tepat untuk
pembelajaran dengan metode diskusi adalah masalah yang menghasilkan
banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak
variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing
anak untuk berfikir. Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang
pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut
14 Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan.
Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing.
Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain
storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium
dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah
dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun
demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas,
langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih
sederhana. Menurut Dimyati dan Moedjiono (2002: 112) menyebutkan
langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini:
a. Merumuskan masalah secara jelas.
b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk
kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan
sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
c. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara
berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama. d. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi
oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.
Sedangkan menurut Suryosubroto (2002: 66) membuat langkah penggunaan
metode diskusi melalui tahap-tahap berikut ini:
1. Tahap Persiapan
a. Merumuskan tujuan pembelajaran.
15 d. Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1)
menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah,(2) menentukan alokasi waktu,(3) menuliskan garis besar bahan diskusi,(3) menentukan format susunan tempat,(4) menetukan aturan main jalannya diskusi.
e. Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi,(2) menentukan dan mendisain tempat,(3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
c. Menjelaskan prosedur diskusi.
d. Mengatur kelompok-kelompok diskusi.
e. Melaksanakan diskusi.
3. Tahap penutup
a. Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
b. Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
c. Memberikan umpan balik.
d. Menyimpulkan hasil diskusi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
diskusi yang diterapkan dengan baik akan menunjang tercapainya tujuan akhir
dari suatu pembelajaran yaitu hasil belajar, dimana keunggulan metode diskusi
terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat
tinggi dan tujuan pembelajaran ranah afektif. Dalam penelitian ini,
langkah-langkah yang digunakan pada metode diskusi berdasarkan pendapat dari
Dimyati dan Moedjiono (2002: 112).
4. Hasil Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
16 Dimyati (2002: 10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.
Setelah menjalani proses belajar, seorang siswa akan memperoleh hasil dari
proses belajar yang telah ia lakukan yang dinamakan hasil belajar. Hasil
belajar siswa diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, tetapi mungkin
juga hanya dapat diamati karena perubahan tingkah laku. Hasil belajar
merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar
seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia
telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam
usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang
siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Rusyan dalam Herlina (2008: 24) berpendapat:
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia
menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat.
Menurut Sudjana (2000: 28), hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari
suatu proses belajar. Sedangkan menurut aliran psikologi kognitif dalam
Rosyada dalam Herlina (2008: 25) memandang hasil belajar adalah:
Mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.
Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil
belajar, yaitu:
a. Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comperhension
17 menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, dan membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application
(menerapkan).
b. Affective: receiving (sikap menerima), responding (memberi respon), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi).
c. Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, and routinized level.
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar
tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena
itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan
dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu
dikatakan telah belajar.
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses
penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru
tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk
keseluruhan kelas maupun individu. Bila seorang siswa memperoleh hasil
belajar yang tinggi pada suatu pelajaran tertentu maka siswa tersebut bisa
dikatakan memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut. Siswa
itu juga dikatakan telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan oleh guru. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat
Abdurrahman (1999: 38) menyatakan bahwa seorang anak yang berhasil dalam
belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau
18
Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil
belajar siswa, yaitu:
a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan cara belajar.
b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur
hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat
Djamarah dan Zain (2006: 121) bahwa:
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu
permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang
dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung
oleh pendapat Hamalik (2002: 19):
Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.
Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan.
Menurut Bloom dalam Dimyati (2002: 26):
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:
1. Ranah Kognitif
19 2. Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima
pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor.
B. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan dua metode pembelajaran, yaitu metode tanya
jawab dan metode diskusi pada model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Dalam pembelajaran IPA penggunaan metode dan model pembelajaran sangat
menentukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan dari penggunaan
metode tanya jawab dan metode diskusi pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah untuk melihat rata-rata nilai hasil belajar dari
masing-masing metode dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil belajar
yang diamati dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif.
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan
veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode tanya
jawab pada pembelajaran inkuiri terbimbing (X1) dan metode diskusi pada
pembelajaran inkuiri terbimbing (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah
20 belajar pada metode diskusi dalam inkuiri terbimbing (Y2). Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran
dalam penelitian ini.
Gambar 2 Diagram paradigma pemikiran
Keterangan :
X1 : Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode tanya jawab.
X2 : Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi.
Y1 : Hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan metode tanya jawab.
Y2 : Hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan metode diskusi.
Dalam metode tanya jawab pada pembelajaran inkuiri terbimbing (X1) siswa
melakukan percobaan dengan bimbingan guru sesuai tahap pembelajaran
inkuiri terbimbing. Penggunaan metode tanya jawab dalam pembelajaran
inkuiri terbimbing terjadi pada saat merumuskan hipotesis dan merumuskan
kesimpulan. Guru membimbing siswa merumuskan hipotesis dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang mengarah pada
hipotesis yang akan diuji. Hal yang sama juga terjadi pada saat merumuskan
kesimpulan, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa pada X1
X2
Y1
Y2
21 masing-masing kelompok. Dari semua jawaban pertanyaan dari guru, maka
ditariklah suatu kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.
Metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing (X2) siswa melakukan
percobaan dengan bimbingan guru sesuai tahap pembelajaran inkuiri
terbimbing. Seperti pada metode tanya jawab, penggunaan metode diskusi
dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terjadi pada saat merumuskan
hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Guru membimbing siswa merumuskan
hipotesis dengan cara berdiskusi, diskusi dilakukan siswa dalam kelompoknya
sendiri. Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusi untuk ditanggapi
oleh kelompok lain, siswa dituntut untuk aktif dalam menyumbangkan ide
atau pendapatnya, setelah itu guru bersama siswa menarik suatu hipotesis
yang akan diuji. Hal yang sama juga terjadi pada saat merumuskan
kesimpulan, guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan dengan cara
berdiskusi. Dari hasil diskusi tersebut, maka dirumuskanlah suatu kesimpulan
dari percobaan yang telah dilakukan.
Hasil belajar yang diperoleh siswa dari metode tanya jawab dan metode
diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing pasti akan berbeda. Hasil belajar
siswa dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing (Y2) akan
lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan metode tanya jawab pada
pembelajaran inkuiri terbimbing (Y1). Pada pembelajaran dengan metode
tanya jawab masih berpusat pada guru, hal ini dikarenakan kurangnya
keterampilan bertanya siswa. Sedangkan pada pembelajaran dengan metode
22 dalam memecahkan masalah siswa memperoleh banyak ide atau pendapat dari
siswa lain.
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir
adalah:
1. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama.
2. Kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fisika adalah sama hal ini
dilihat dari nilai rata-rata pada semester ganjil (data terlampir).
D. Hipotesis
1. Hipotesis Umum
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam
penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika pada
pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi lebih tinggi
dari pada metode tanya jawab.
2. Hipotesis Kerja
a. H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar
antara metode tanya jawab dengan metode diskusi pada
pembelajaran inkuiri terbimbing.
H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara
metode tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran
inkuiri terbimbing.
23 terbimbing metode diskusi sama atau tidak lebih tinggi dari
metode tanya jawab.
H1 :Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan inkuiri
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII semester genap
SMP Negeri 2 Gedongtataan tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari lima
kelas, yaitu kelas VIIA sampai dengan VIIEdengan jumlah 150 siswa, dengan
79 siswa laki-laki dan 71 siswa perempuan.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008: 124), purposive sampling yaitu
penentuan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih dua kelas sebagai
sampel dengan melihat prestasi belajar fisika siswa semester ganjil tahun
pelajaran 2011/2012 yaitu mempunyai kesamaan rata-rata prestasi belajar
maka sebagai sampel adalah kelas VIIIA sebagai kelas eksperimen pertama
yang berjumlah 30 siswa dan kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen kedua
sebanyak 30 siswa, sehingga jumlah yang dipakai dalam sampel sebanyak 60
25
C. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk
Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Shot Case Study. Pada desain ini,
terdapat observasi hasil setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui setelah keseluruhan materi selesai disampaikan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot Case Study
Keterangan: O : hasil belajar
X1 : pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode tanya jawab
X2 : pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi
Sugiyono (2010: 110-111)
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan
veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode tanya
jawab dan metode diskusi pada pembelajaran inkuri terbimbing, sedangkan
variabel terikatnya adalah hasil belajar.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah soal tes hasil belajar kognitif siswa pada
saat tes formatif.
26
F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih
dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya
sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes
tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
Arikunto (2008: 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05
maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
27 mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
Sugiyono (2010: 188).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation
lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang
kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan
pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk
menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
Dimana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total
Arikunto (2008: 109)
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur
28 Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner
dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan
ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliabel.
2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel
yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data
berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil tes formatif dan hasil penilaian
proses. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dapat dilihat
pada lampiran 9 dan lampiran 10.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari
29 b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
2. Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi
normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogrov-Smirnov.
2. Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam
penelitian menggunakan statistik parametrik tes.
1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test)
Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda
(bebas) dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak
berhubungan.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode
tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran
inkuiri terbimbing.
1
H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya
jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri
30 Hipotesis Kedua
O
H : Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan
inkuiri terbimbing metode diskusi sama atau tidak lebih tinggi
dari metode tanya jawab.
1
H : Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan
inkuiri terbimbing metode diskusi lebih tinggi dari metode
tanya jawab.
Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai
berikut:
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel
distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat
kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel
maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai
berikut:
Kriteria pengujian
a. Ho diterima jika -t tabel t hitung t tabel
b. Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
31 a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO
diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
ditolak.
Priyatno (2010: 32-41)
2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)
Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk
menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan
menggunakan Uji Mann-Whitney.
Hipotesis Pertama
O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode
tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran
inkuiri terbimbing.
1
H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya
jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri
terbimbing.
Hipotesis Kedua
O
H : Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan
inkuiri terbimbing metode diskusi sama atau tidak lebih tinggi
32
1
H : Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan
inkuiri terbimbing metode diskusi lebih tinggi dari metode
tanya jawab.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas.
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO
diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran
inkuiri terbimbing menggunakan metode tanya jawab dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi.
2. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi lebih efektif
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
fisika dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing
menggunakan metode tanya jawab. Hal ini didukung oleh perolehan skor
rata-rata hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing dengan metode
diskusi sebesar 75,77 dan kelas inkuiri terbimbing dengan metode tanya
jawab sebesar 62,80.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan
juga analisis terhadap hasil belajar, maka penulis memberikan saran sebagai
46
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi dapat dijadikan
salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan hasil belajar.
2. Pada pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi
sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar, guru hendaknya
memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar
sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran
dengan baik.
3. Agar pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode
diskusi dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan
perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan saat
praktikum, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada
dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses
47
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Cahyono, Aris. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis. Jurnal Inspirasi Pendidikan. Volume 1. Diakses 2 Desember 2010 dari http://risecahyono.blogspot.com/2010/03 /model-pembelajaran-berbasis-inkuiri.html
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Herlina. 2008. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. (Skripsi). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: Model Pembelajaran Inkuiri. [ON line] tersedia: http://fisika21.wordpress.com. 21/01/2011. 1:39 WIB
Ismawati, Henik. 2007. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sains-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Diakses 9 Oktober 2010 dari
48 Prambudi, Shoim. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri.
Diakses 17 November 2010 dari http://shoimprambudi.wordpress.com/.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS Plus! Tata
Cara dan Tips Menyusun Skripsi dalam Waktu Singkat!. Yogyakarta:
MediaKom.
Rhyno. 2010. Inkuiri Melalui Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Sains. [On line] tersedia: http://www.rhynosblog.com. 23/01/2011. 20:56 WIB Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi
Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembeajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sahrul. 2009. Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri. [On line] tersedia: http://sahrulgmail.blogspot.com. 17/11/2010. 20:18 WIB
Samsudin, Achmad. 2009. Model-model Pembelajaran. Bandung: Jurusan Peddidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. [On line] tersedia: http://file.upi.edu. 17/11/2010. 19:24 WIB
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Remaja.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya