• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

(Skripsi)

Oleh :

ELVI RARANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

Elvi Rarani

Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan lebih baik menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode tanya jawab dan diskusi. Hasil belajar kognitif produk diukur dari nilai rata-rata hasil test formatif sedangkan hasil belajar kognitif proses diukur dari pencapaian indikator penilaian proses selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing dan (2) rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara metode tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini dilaksanakan di kelas dan SMP Negeri 2 Gedong Tataan yang

(3)

Elvi Rarani

iii Berdasarkan penelitian ini, diperoleh data test hasil belajar yang kemudian

dianalisis menggunakan metode Independent Sample T Test dengan bantuan SPSS 17.0, hasil analisis menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal.

Selanjutnya untuk menguji perbedaan rata-rata hasil belajar dilakukan dengan uji Independent Sample T Test dengan bantuan SPSS 17.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) rata-rata hasil belajar pada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode tanya jawab berbeda dengan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi dan (2)

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika, dibandingkan pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi. Hal ini didukung oleh perolehan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing dengan metode diskusi sebesar 75,77 dan kelas inkuiri terbimbing dengan metode tanya jawab sebesar 62,80.

(4)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh Elvi Rarani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA METODE TANYA JAWAB DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Nama Mahasiswa : Elvi Rarani Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022026 Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Dr. Agus Suyatna, M.Si.

NIP. 19580603 198303 1 002 NIP. 19600821 198503 1 004

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. ...

Sekretaris : Dr. Agus Suyatna, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Nengah Maharta, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(7)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Elvi Rarani

NPM : 0813022026

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Desa Sukabanjar Blok IV no 24, Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang Menyatakan,

Elvi Rarani

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukanegara, pada tanggal 30 April 1990, sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulkarnain dan Ibu Dinarti.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di SD Negeri 3

Sukanegara hingga tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan

pendidikannya di SMP Muhammadiyah 1 Sukanegara dan selesai pada tahun

2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1

Metro, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar

sebagai mahasiswi program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa

Puramekar Kecamatan Gedung Surian Kabupaten Lampung Barat selama 40 hari

dan pada tahun yang sama pula penulis melaksanakan praktik mengajar melalui

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Gedung Surian kabupaten

(9)

MOTTO

Bismillaahir rohmaanir rohiim

“Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (Kalimat Basmallah)

Setiap orang mempunyai potensi yang sama untuk memperoleh keberhasilan tergantung bagaimana orang tersebut meraihnya

(10)

PERSEMBAHAN

Ya Allah , jika karyaku yang sederhana ini merupakan suatu kebanggaan, maka ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku

yang tulus kepada:

Mami tercinta dengan ketulusan do’a dan keringat serta kasih sayang tanpa putus, senantiasa memberikan dorongan

untuk keberhasilan penulis

Suamiku tercinta “Catur Agus Ariyanto”,

yang selalu setia mendampingi dan menjadi motivator bagi penulis

Adikku “Ria Mariana dan Riki Ridwan”,

yang selalu menantikan keberhasilan dan bimbingan penulis

Keluarga besar “Sahril dan Tupan”, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Keluarga besar Pendidikan Fisika 2008.

(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan

limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Metode Tanya Jawab dengan Metode Diskusi pada

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan serta

bantuannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik dan

(12)

xiv 5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si selaku Pembimbing II atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, nasehat- nasehat bijak, saran, dan kritiknya selama kuliah dan dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si. selaku Pembahas atas saran dan kritik

yang diberikan dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Ibu Darti Eliyana, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 2 Gedong Tataan atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Ibu Bertiliya, S.Pd selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama

penelitian berlangsung.

10. Murid-murid kelas dan SMP Negeri 2 Gedong Tataan kerja sama dan keseriusannya selama penelitian berlangsung.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kuliah: Ochy, Okha, Omon, Onyet, Dj, Echy, Siska, Salva, Evin, Anna, Fathin, Dio, Ismu, Johan, Dimi, Happy, Diana Sari, Dewi, Henni, Pipi, Bayu, Wira, Widi, Imeh, Sarah, Tina, Septa, Sinka,

Laras, Mardian, Mario, Ninik, Theo, Icha, Nurrohman, Alkafid, Fahrudin, Husni. Terimakasih atas bantuan kalian selama ini.

Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian berikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

E. Instrumen Penelitian... 25

F. Analisis Instrumen ... 26

(14)

xvii

2. Uji Reliabilitas ... 27

G. Teknik Pengumpulan Data ... 28

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 60

(15)

xviii

12. Hasil Uji Normalitas ... 95

13. Hasil Uji Independent Sample T test ... 96

14. Diagram Kerangka Pemikiran ... 98

15. Izin Penelitian... 98

16. Surat Keterangan Penelitian ... 100

17. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 101

18. Daftar Hadir Seminar Hasil ... 103

(16)

xx DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Hasil uji validitas soal ... 39

4.2. Hasil uji reliabitas soal ... 40

4.3. Hasil uji normalitas rata-rata ... 41

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 24

3.1. Desain eksperimen One-Shot Case Study ... 27

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 2

Gedongtataan, tujuan pembelajaran IPA masih belum tercapai, hal ini terlihat

dari masih sekitar 80% siswa belum mencapai KKM sebesar 65. Salah satu

permasalahan pokok dalam proses pembelajaran adalah kesulitan siswa

dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan

oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di

dalamnya terdapat kesiapan antara guru dan peserta didik. Guru sebagai

fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran

yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati

pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan

pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru karena akan

terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah akan

terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.

Inovasi yang dapat dilakukan oleh guru dalam memperbaiki keadaan

siswanya sehingga tercapai tujuan pembelajaran dimulai dari digunakannya

metode, pendekatan atau bahkan model yang dapat membangkitkan motivasi

belajar, berusaha menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati

(19)

2 besar. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran

inkuiri terbimbing yang disertai suatu metode yang tepat diharapkan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran inkuri terbimbing guru

memperlihatkan proses atau kondisi yang terjadi secara langsung untuk

mengembangkan pengetahuan siswa, setelah itu digunakan juga metode yang

menunjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkankan secara optimal.

Dalam kegiatan belajar mengajar pemilihan metode mengajar harus

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Pemilihan metode juga harus

sejalan dengan taraf kemampuan anak didik, pemilihan metode yang sesuai

akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang diberikan.

Jika pemahaman siswa meningkat, maka hasil belajar pun akan meningkat.

Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan

memberikan metode yang dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap

materi yang telah disampaikan oleh guru melalui model pembelajaran inkuiri

terbimbing. Metode tersebut adalah metode tanya jawab dan metode diskusi.

Kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses pembelajaran dalam metode

tanya jawab maupun metode diskusi sangat berbeda, selain itu baik metode

tanya jawab maupun metode diskusi mempunyai keunggulannya

masing-masing dalam meningkatkan hasil belajar sehingga kedua metode tersebut

mempunyai hasil belajar yang berbeda. Bedasarkan latar belakang tersebut,

(20)

3 antara Metode Tanya Jawab dengan Metode Diskusi pada Model

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya jawab

dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing?

2. Manakah rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara metode tanya

jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dikemukakan

maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya jawab

dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Mengetahui rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi antara metode tanya

jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:

1. Siswa dapat memahami materi gaya dan penerapannya dengan baik,

sehingga kemampuan kognitif dan keberanian dalam berpendapat,

bertanya, dan berargumentasi dalam diskusi dapat berkembang dengan

(21)

4

2. Memberi pengalaman baru bagi peneliti mengenai

penerapan model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil

belajar, sehingga dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan

pembelajaran yang mungkin muncul saat mengajar kelak.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode

tanya jawab.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode

diskusi.

3. Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif.

4. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA sebagai kelas

eksperimen pertama dan VIIIB sebagai kelas eksperimen kedua di SMP

Negeri 2 Gedongtataan.

5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah materi fisika kelas VIII pada

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) mengatakan bahwa inkuiri berasal dari

kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau

penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan. Siswa diprogramkan agar

selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan

begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan

sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam

rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.

Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang

menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum

dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan

keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan

pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin

tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce dalam Cahyono

(2010: 16) menyatakan bahwa “ The general goal of inquiry training is to help

students develop the intellectual discipline and skills necessary to raise

(23)

6 Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat

langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan

kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang

dimiliki oleh siswa tersebut. Carin dan Sund dalam Ismawati (2007: 36)

berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif

terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah.

Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa adalah inkuiri

induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang

konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data

untuk ditarik kesimpulan. Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi

berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi,

tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan.

Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan

konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.

Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru

menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta

pelajar membuat generalisasi, menurut Sanjaya (2008: 200) pembelajaran

inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam

pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas

kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak

merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing

guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam

(24)

7 yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti

kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan

berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki

kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses

pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari

Lestari dalam Cahyono (2010: 17) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki

seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:

1. jujur terhadap data.

2. rasa ingin tahu yang tinggi.

3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah

pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. ulet dan tidak cepat putus asa.

5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris.

6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.

Sanjaya (2008: 202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

5. Menguji hipotesis

(25)

8

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Dapat dilihat dari enam langkah pada inkuiri terbimbing di atas mempunyai

peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para

siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha

mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang

dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga

pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan tujuan

dari pembelajaran itu sendiri. Tentunya skenario di buat oleh guru dengan

mengacu pada referensi yang ada, seperti pada skenario pembelajaran inkuiri

menurut Gulo dalam Ismawati (2007: 39).

Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan

model-model pembelajaran lain. Keunggulan model-model inkuiri menurut Sahrul (2009:

54)

a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta

penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.

b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.

c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi.

d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai

dengan kemampuan dan minat masing-masing.

e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri

dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran guru yang sangat terbatas.

Selain keunggulan, pada pembelajaran inkuiri terdapat pula kelemahan yang

pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis,

(26)

9 1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena

terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan

waktu yangpanjang sehingga sering guru sulit

menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan

yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari

siswa kepada guru. Metode ini merupakan metode yang tertua dan banyak

digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat

maupun di sekolah. Suryosubroto (2002: 53) mengemukakan bahwa dalam

metode ini pemimpin pada umumnya berusaha menanyakan apakah peserta

telah mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan, atau apakah proses

pemikiran yang dipakai oleh peserta. Jadi bukan sekedar kesempatan di mana

peserta diperbolehkan menanyakan sesuatu mengenai hal yang kurang jelas

bagi mereka. Sedangkan menurut Sudjana (2004: 78):

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa, guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Sehingga terlihat adanya timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

Menurut Djamarah (2000: 107) metode tanya jawab merupakan cara penyajian

pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru

kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dipandang

(27)

10 Alasannya karena metode ini dapat merangsang siswa untuk berfikir dan

berkreativitas dalam proses pembelajaran. Metode tanya jawab juga dapat

digunakan untuk mengukur atau mengetahui seberapa jauh materi atau bahan

pengajaran yang telah dikuasai oleh siswa.

Usman dan Setiawati (1993: 123) menyatakan bahwa langkah-langkah

penggunaan metode tanya jawab sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan tanya jawab sejelasnya dalam bentuk

khusus dan berpusat pada tingkah laku anak didik.

b. Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab.

c. Menetapkan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan

dikemukakan.

d. Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak

menyimpang dari pokok persoalan.

e. Menyediakan kesempatan bertanya oleh anak didik.

Berdasarkan langkah-langkah diatas, maka tindakan guru dalam menggunakan

metode tanya jawab harus dipersiapkan secermat mungkin dalam bentuk rencana

pengajaran yang detail dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyebutkan alasan penggunaan metode tanya jawab.

b. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai tujuan

pembelajaran khusus.

c. Menyimpulkan jawaban siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran khusus.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada

hal-hal yang belum dipahami.

e. Memberi pertanyaan atau kesempatan kepada siswa untuk

bertanya pada hal-hal yang sifatnya pengembangan atau pengayaan.

f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab

pertanyaan yang relevan dan sifatnya pengembangan atau pengayaan.

g. Menyimpulkan materi jawaban yang relevan.

h. Pemberian tugas.

Menurut Usman dan Setiawati (1993: 126), seorang guru dalam memberikan

(28)

11 a. Ciri pertanyaan yang baik antara lain:

1)Merangsang siswa untuk berpikir

2)Jelas dan tindak menimbulkan banyak penafsiran 3)Singkat dan mudah dipahami siswa

4)Disesuaikan dengan kemampuan siswa

b. Teknik mengajukan pertanyaan antara lain: 1)Pertanyaan ditujukan pada seluruh siswa

2)Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir 3)Usahakan setiap siswa diberikan giliran menjawab 4)Dilakukan dalam suasana rileks, tidak tegang c. Sikap guru terhadap jawaban siswa antara lain:

1)Tafsirkan jawaban siswa ke arah yang baik

2)Hargai secara wajar sekalipun jawaban siswa kurang tepat 3)Pada saat tertentu berikan kesempatan kepada siswa lain

untuk menilai jawaban yang diberikan temannya.

Metode tanya jawab memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan

metode ceramah. Keunggulan metode tanya jawab menurut Samsudin (2009:

32):

a. Lebih mengaktifkan siswa dibandingkan dengan metode

ceramah.

b. Siswa akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas atau belum dimengerti sehingga guru dapat menjelaskan kembali.

c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam

menjawab dan mengemukakan pendapat.

d. Mengetahui perbedaan pendapat antara siswa dan guru , dan akan membawa kearah suatu diskusi.

e. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

Selain keunggulan, pada metode tanya jawab terdapat pula kelemahan proses

pembelajaran, kelemahan metode tanya jawab menurut Samsudin (2009: 33)

adalah:

a. Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit. b. Mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang

cukup tentang topik atau masalah yang didiskusikan.

c. Dapat menimbulkan beberapa masalah baru.

(29)

12 e. Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses

belajar bila siswa baru diperkenalkan kepada bahan pembelajaran yang baru.

f. Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa dalam forum.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

tanya jawab yang diterapkan dengan baik akan merangsang siswa untuk

berfikir dan berkreativitas dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan

akhir dari suatu pembelajaran yaitu hasil belajar. Dalam penelitian ini,

langkah-langkah yang digunakan pada metode diskusi berdasarkan pendapat

dari Usman dan Setiawati (1993: 123).

3. Metode Diskusi

Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang

peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling

mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan

kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi

merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Sedangkan menurut

Samsudin (2009: 28):

Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang

menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau

(30)

13 Mc.Keachie dan Kulik dalam Suryosubroto (2002: 65) menyebutkan bahwa

dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat

tinggi, pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan

metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan

anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat

langsung. Selain itu, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat

meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan

masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi

hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah

lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode

diskusi.

Keunggulan metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran ranah

afektif. Menurut Gall dan Gall dalam Depdikbud (1983: 28):

Ada tiga macam tujuan pembelajaran yang cocok melalui penggunaan metode diskusi:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) pembentukkan dan modifikasi sikap, serta (3) pemecahan masalah.

Sedangkan menurut Maier dalam Depdikbud (1983: 29), pemecahan masalah

merupakan tujuan utama dari diskusi. Masalah-masalah yang tepat untuk

pembelajaran dengan metode diskusi adalah masalah yang menghasilkan

banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak

variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing

anak untuk berfikir. Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang

pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut

(31)

14 Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan.

Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing.

Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain

storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium

dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu

dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah

dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun

demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas,

langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih

sederhana. Menurut Dimyati dan Moedjiono (2002: 112) menyebutkan

langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini:

a. Merumuskan masalah secara jelas.

b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk

kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan

sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.

c. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara

berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama. d. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi

oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.

Sedangkan menurut Suryosubroto (2002: 66) membuat langkah penggunaan

metode diskusi melalui tahap-tahap berikut ini:

1. Tahap Persiapan

a. Merumuskan tujuan pembelajaran.

(32)

15 d. Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1)

menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah,(2) menentukan alokasi waktu,(3) menuliskan garis besar bahan diskusi,(3) menentukan format susunan tempat,(4) menetukan aturan main jalannya diskusi.

e. Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi,(2) menentukan dan mendisain tempat,(3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.

2. Tahap pelaksanaan

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.

c. Menjelaskan prosedur diskusi.

d. Mengatur kelompok-kelompok diskusi.

e. Melaksanakan diskusi.

3. Tahap penutup

a. Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.

b. Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.

c. Memberikan umpan balik.

d. Menyimpulkan hasil diskusi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

diskusi yang diterapkan dengan baik akan menunjang tercapainya tujuan akhir

dari suatu pembelajaran yaitu hasil belajar, dimana keunggulan metode diskusi

terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat

tinggi dan tujuan pembelajaran ranah afektif. Dalam penelitian ini,

langkah-langkah yang digunakan pada metode diskusi berdasarkan pendapat dari

Dimyati dan Moedjiono (2002: 112).

4. Hasil Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

(33)

16 Dimyati (2002: 10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi

eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.

Setelah menjalani proses belajar, seorang siswa akan memperoleh hasil dari

proses belajar yang telah ia lakukan yang dinamakan hasil belajar. Hasil

belajar siswa diukur dengan angka-angka yang bersifat pasti, tetapi mungkin

juga hanya dapat diamati karena perubahan tingkah laku. Hasil belajar

merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar

seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia

telah berhasil dalam belajar. Demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam

usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang

siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor

eksternal. Rusyan dalam Herlina (2008: 24) berpendapat:

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia

menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat.

Menurut Sudjana (2000: 28), hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari

suatu proses belajar. Sedangkan menurut aliran psikologi kognitif dalam

Rosyada dalam Herlina (2008: 25) memandang hasil belajar adalah:

Mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil

belajar, yaitu:

a. Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comperhension

(34)

17 menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, dan membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application

(menerapkan).

b. Affective: receiving (sikap menerima), responding (memberi respon), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization

(karakterisasi).

c. Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, and routinized level.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar

tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh karena

itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan

dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu

dikatakan telah belajar.

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses

penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya

melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat

menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu. Bila seorang siswa memperoleh hasil

belajar yang tinggi pada suatu pelajaran tertentu maka siswa tersebut bisa

dikatakan memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut. Siswa

itu juga dikatakan telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan oleh guru. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat

Abdurrahman (1999: 38) menyatakan bahwa seorang anak yang berhasil dalam

belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau

(35)

18

Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil

belajar siswa, yaitu:

a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan cara belajar.

b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur

hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat

Djamarah dan Zain (2006: 121) bahwa:

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu

permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung

oleh pendapat Hamalik (2002: 19):

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan.

Menurut Bloom dalam Dimyati (2002: 26):

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah Kognitif

(36)

19 2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima

pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor.

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan dua metode pembelajaran, yaitu metode tanya

jawab dan metode diskusi pada model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Dalam pembelajaran IPA penggunaan metode dan model pembelajaran sangat

menentukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan dari penggunaan

metode tanya jawab dan metode diskusi pada model pembelajaran inkuiri

terbimbing adalah untuk melihat rata-rata nilai hasil belajar dari

masing-masing metode dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil belajar

yang diamati dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif.

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan

veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode tanya

jawab pada pembelajaran inkuiri terbimbing (X1) dan metode diskusi pada

pembelajaran inkuiri terbimbing (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah

(37)

20 belajar pada metode diskusi dalam inkuiri terbimbing (Y2). Untuk

memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran

dalam penelitian ini.

Gambar 2 Diagram paradigma pemikiran

Keterangan :

X1 : Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode tanya jawab.

X2 : Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi.

Y1 : Hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan metode tanya jawab.

Y2 : Hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan metode diskusi.

Dalam metode tanya jawab pada pembelajaran inkuiri terbimbing (X1) siswa

melakukan percobaan dengan bimbingan guru sesuai tahap pembelajaran

inkuiri terbimbing. Penggunaan metode tanya jawab dalam pembelajaran

inkuiri terbimbing terjadi pada saat merumuskan hipotesis dan merumuskan

kesimpulan. Guru membimbing siswa merumuskan hipotesis dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang mengarah pada

hipotesis yang akan diuji. Hal yang sama juga terjadi pada saat merumuskan

kesimpulan, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa pada X1

X2

Y1

Y2

(38)

21 masing-masing kelompok. Dari semua jawaban pertanyaan dari guru, maka

ditariklah suatu kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.

Metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing (X2) siswa melakukan

percobaan dengan bimbingan guru sesuai tahap pembelajaran inkuiri

terbimbing. Seperti pada metode tanya jawab, penggunaan metode diskusi

dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terjadi pada saat merumuskan

hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Guru membimbing siswa merumuskan

hipotesis dengan cara berdiskusi, diskusi dilakukan siswa dalam kelompoknya

sendiri. Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusi untuk ditanggapi

oleh kelompok lain, siswa dituntut untuk aktif dalam menyumbangkan ide

atau pendapatnya, setelah itu guru bersama siswa menarik suatu hipotesis

yang akan diuji. Hal yang sama juga terjadi pada saat merumuskan

kesimpulan, guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan dengan cara

berdiskusi. Dari hasil diskusi tersebut, maka dirumuskanlah suatu kesimpulan

dari percobaan yang telah dilakukan.

Hasil belajar yang diperoleh siswa dari metode tanya jawab dan metode

diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing pasti akan berbeda. Hasil belajar

siswa dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri terbimbing (Y2) akan

lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan metode tanya jawab pada

pembelajaran inkuiri terbimbing (Y1). Pada pembelajaran dengan metode

tanya jawab masih berpusat pada guru, hal ini dikarenakan kurangnya

keterampilan bertanya siswa. Sedangkan pada pembelajaran dengan metode

(39)

22 dalam memecahkan masalah siswa memperoleh banyak ide atau pendapat dari

siswa lain.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir

adalah:

1. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama.

2. Kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fisika adalah sama hal ini

dilihat dari nilai rata-rata pada semester ganjil (data terlampir).

D. Hipotesis

1. Hipotesis Umum

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam

penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika pada

pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi lebih tinggi

dari pada metode tanya jawab.

2. Hipotesis Kerja

a. H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar

antara metode tanya jawab dengan metode diskusi pada

pembelajaran inkuiri terbimbing.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara

metode tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran

inkuiri terbimbing.

(40)

23 terbimbing metode diskusi sama atau tidak lebih tinggi dari

metode tanya jawab.

H1 :Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan inkuiri

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII semester genap

SMP Negeri 2 Gedongtataan tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari lima

kelas, yaitu kelas VIIA sampai dengan VIIEdengan jumlah 150 siswa, dengan

79 siswa laki-laki dan 71 siswa perempuan.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008: 124), purposive sampling yaitu

penentuan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih dua kelas sebagai

sampel dengan melihat prestasi belajar fisika siswa semester ganjil tahun

pelajaran 2011/2012 yaitu mempunyai kesamaan rata-rata prestasi belajar

maka sebagai sampel adalah kelas VIIIA sebagai kelas eksperimen pertama

yang berjumlah 30 siswa dan kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen kedua

sebanyak 30 siswa, sehingga jumlah yang dipakai dalam sampel sebanyak 60

(42)

25

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk

Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Shot Case Study. Pada desain ini,

terdapat observasi hasil setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui setelah keseluruhan materi selesai disampaikan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot Case Study

Keterangan: O : hasil belajar

X1 : pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode tanya jawab

X2 : pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi

Sugiyono (2010: 110-111)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan

veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode tanya

jawab dan metode diskusi pada pembelajaran inkuri terbimbing, sedangkan

variabel terikatnya adalah hasil belajar.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah soal tes hasil belajar kognitif siswa pada

saat tes formatif.

(43)

26

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih

dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya

sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes

tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product

moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

Arikunto (2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih

dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika

korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05

maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

(44)

27 mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

Sugiyono (2010: 188).

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation

lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang

kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang

sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan

pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk

menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Dimana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total

Arikunto (2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen

diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.

Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur

(45)

28 Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner

dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan

ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang

reliabel.

2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.

3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel

yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data

berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil tes formatif dan hasil penilaian

proses. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dapat dilihat

pada lampiran 9 dan lampiran 10.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari

(46)

29 b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

2. Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi

normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov.

2. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam

penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test)

Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda

(bebas) dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak

berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode

tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran

inkuiri terbimbing.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya

jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri

(47)

30 Hipotesis Kedua

O

H : Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan

inkuiri terbimbing metode diskusi sama atau tidak lebih tinggi

dari metode tanya jawab.

1

H : Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan

inkuiri terbimbing metode diskusi lebih tinggi dari metode

tanya jawab.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai

berikut:

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel

distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat

kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel

maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai

berikut:

Kriteria pengujian

a. Ho diterima jika -t tabel  t hitung  t tabel

b. Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai

(48)

31 a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

Priyatno (2010: 32-41)

2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk

menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney.

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode

tanya jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran

inkuiri terbimbing.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara metode tanya

jawab dengan metode diskusi pada pembelajaran inkuiri

terbimbing.

Hipotesis Kedua

O

H : Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan

inkuiri terbimbing metode diskusi sama atau tidak lebih tinggi

(49)

32

1

H : Rata-rata hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan

inkuiri terbimbing metode diskusi lebih tinggi dari metode

tanya jawab.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai

probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

(50)

45

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara pembelajaran

inkuiri terbimbing menggunakan metode tanya jawab dengan

pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan metode diskusi.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi lebih efektif

digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

fisika dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing

menggunakan metode tanya jawab. Hal ini didukung oleh perolehan skor

rata-rata hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing dengan metode

diskusi sebesar 75,77 dan kelas inkuiri terbimbing dengan metode tanya

jawab sebesar 62,80.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan

juga analisis terhadap hasil belajar, maka penulis memberikan saran sebagai

(51)

46

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi dapat dijadikan

salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya

untuk meningkatkan hasil belajar.

2. Pada pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode diskusi

sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar, guru hendaknya

memperhatikan indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar

sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran

dengan baik.

3. Agar pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode

diskusi dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan

perlengkapan secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan saat

praktikum, mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada

dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses

(52)

47

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Cahyono, Aris. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis. Jurnal Inspirasi Pendidikan. Volume 1. Diakses 2 Desember 2010 dari http://risecahyono.blogspot.com/2010/03 /model-pembelajaran-berbasis-inkuiri.html

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Herlina. 2008. Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. (Skripsi). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: Model Pembelajaran Inkuiri. [ON line] tersedia: http://fisika21.wordpress.com. 21/01/2011. 1:39 WIB

Ismawati, Henik. 2007. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sains-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Diakses 9 Oktober 2010 dari

(53)

48 Prambudi, Shoim. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri.

Diakses 17 November 2010 dari http://shoimprambudi.wordpress.com/.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS Plus! Tata

Cara dan Tips Menyusun Skripsi dalam Waktu Singkat!. Yogyakarta:

MediaKom.

Rhyno. 2010. Inkuiri Melalui Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Sains. [On line] tersedia: http://www.rhynosblog.com. 23/01/2011. 20:56 WIB Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi

Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembeajaran yang Efektif dan

Berkualitas. Jakarta: Kencana.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sahrul. 2009. Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri. [On line] tersedia: http://sahrulgmail.blogspot.com. 17/11/2010. 20:18 WIB

Samsudin, Achmad. 2009. Model-model Pembelajaran. Bandung: Jurusan Peddidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. [On line] tersedia: http://file.upi.edu. 17/11/2010. 19:24 WIB

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses

Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Remaja.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Gambar

Gambar 2 Diagram paradigma pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelatihan, dorongan keluarga, lingkungan sosial dan pendidikan formal terhadap keputusan berwirausaha dengan

Selain dari pendapat para ahli, terdapat juga beberapa penelitian terdahulu yang menguatkan pendapat tentang motivasi dan sikap dapat mempengaruhi keputusan

Untuk PDRB atas dasar harga konstan tidak terjadi hal yang sama, karena kondisi Triwulan I-2017 justru lebih rendah jika dibandingkan dengan Triwulan I-2016.. Nihilnya

The purposes of this research are: (1) analyzing the factors that affect sugar cane production, (2) analyzing the level of technical efficiency on the sugar

Kriteria yang digunakan pada sistem pendukung keputusan perekrutan karyawan, metode ini dipilih karena dapat menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian

Melakukan study kasus dengan melakukan pendekatan Asuhan Kebidanan yang meliputi pengkajian data yakni data subjektif dan data objektif, menganalisa data untuk menentukan

2.2.7 Pengaruh Kepuasan pelanggan terhadap niat beli ulang pelanggan Pembelian ulang akan muncul ketika pelanggan merasa puas dengan layanan yang diberikan oleh

Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui persebaran tanah dan batuan secara vertikal dan lateral, mengetahui kapasitas daya dukung yang diijinkan pada