• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Dengan Gurunya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Dengan Gurunya"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Body Language Of Deaf Students At Sekolah Luar Biasa B

Negeri Cicendo Bandung In The Process Of Interaction

With Their Teachers

By

Leni WASTIKA NIM.41806029

This research under the guidance of Rismawaty, S.Sos.M.Si.

This study aims to determine body language of deaf students at sekolah luar biasa B Negeri Cicendo Bandung In The Process Of Interaction With Their Teacher. This study discusses the four pieces of research questions, among others, about the hand gesture, head movement, facial expressions and body language also gaze.

This study uses a qualitative approach with descriptive methods, file collection techniques used in this study were interviews, observation, library research, supported by the internet by searching through purposive sampling technique of sampling the number of informants in this research four people consisting of two teachers and two those students who are considered able to represent students SLB B Negeri Cicendo Bandung other.

From the results of research through interviews to be submitted to the four informants, it is known that the hand gesture that they use in every interaction between teachers and students integrate two local hand signals and hand signals are standardized by the government to equate the meaning of hand signals. Head movements that they use the same preformance as the interaction with normal people in general. For facial expression and eye gaze in the interaction of students and teachers play an important role because it is through facial expressions and their eyes who want to understand what messages are delivered in every interaction for deaf students is more expressive

The conclusion body language deaf students in their use at every interaction is not so different from normal people in general, which distinguishes only in every process of meaning in each language that the body was done mainly on the interaction of students and teachers. body language beyond the standardized language used in every student and teacher interaction is known with deaf slang. will always be a symbol of the exchange process occurs at each interaction using body language

(2)

ABSTRAK

BAHASA TUBUH SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA B NEGERI CICENDO BANDUNG DALAM PROSES INTERAKSI

DENGAN GURUNYA Disekolah Luar Biasa B Negeri Cicendo Bandung Dalam proses dengan gurunya. Penelitian ini membahas 4 buah pertanyaan penelitian antara lain mengenai isyarat tangan, gerakan kepala, ekspresi wajah dan tatapan mata juga bahasa tubuh.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dengan ditunjang oleh internet searching melalui teknik sampling purposive sampling jumlah informan dalam penelitiann ini 4 orang yang terdiri dari 2 orang guru dan 2 orang siswa yang dianggap dapat mewakili siswa SLB B Negeri Cicendo Bandung yang lainnya.

Dari hasil penelitian melalui wawancara yang diajukan kepada 4 informan tersebut. Dapat diketahui bahwa isyarat tangan yang mereka gunakan dalam setiap interaksi antara guru dan siswanya.memadukan 2 isyarat tangan yaitu lokal dan isyarat tangan yang dibakukan oleh pemerintah untuk menyamakan makna isyarat tangan. Gerakan kepala yang mereka gunakan dalam interaksi sama halnya dengan orang-orang normal pada umumnya, untuk ekspresi wajah dan tatapan mata dalam interaksi siswa dan gurunya sangatlah berperan penting karena melalui ekspresi wajah dan pandangan matalah mereka mengerti pesan apa yang ingin disampaikan dalam setiap interaksi karena siswa tunarungu lebih ekspresif.

Kesimpulannya Bahasa tubuh siswa tunarungu dalam penggunaannya pada setiap interaksi tidak begitu berbeda dengan orang-orang normal pada umumnya, yang membedakan hanyalah pada setiap proses pemberian makna pada setiap bahasa tubuh yang dilakukan terutama pada interaksi siswa dan gurunya. bahasa tubuh diluar bahasa yang dibakukan yang digunakan dalam setiap interaksi siswa dan gurunya ini dikenal dengan bahasa gaul tunarungu. maka selalu terjadi proses pertukaran simbol pada setiap interaksi menggunakan bahasa tubuh.

(3)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang butuh bersosialisasi.

Upaya manusia untuk berinteraksi dengan lingkungannya diwujudkan melalui

komunikasi. Pada umumnya masyarakat penyandang masalah sosial tidak

dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam masyarakat,

misalnya saja penyandang tunarungu. Mereka tidak seperti masyarakat yang

lainnya yang bisa dengan mudah berbicara. Para tunarungu harus

menggunakan suatu cara untuk dapat berbicara dan berinteraksi.

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran

baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan

tingkat gangguan pendengaran adalah Gangguan pendengaran sangat ringan

(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan (41-55dB), Gangguan

pendengaran sedang (56-70dB), Gangguan pendengaran berat (71-90dB),

Gangguan pendengaran ekstrim/tuli (di atas 91dB). Karena memiliki

hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam

berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara1.

Awal tahun 2000 bila mencermati televisi ada beberapa sinetron yang

mengangkat tokoh utama yang memilki keterbatasan dalam berbicara atau

1

Sumber : http://duniaanak.lumbalumbi.com/2010/01/25/anak-berkebutuhan-khusus/

(4)

tunarungu contohnya Pelangi di Matamu yang di tayangkan di RCTI,

selanjutnya awal tahun 2010 ini ada pula sinetron yang menggangkat tokoh

utama yang memiliki cacat fisik, baik itu tunarungu, tunanetra, atau bahkan cacat

mental contoh sinetronnya 3 Mas Ketir tokoh tunarungunya di perankan oleh

oi. Sinetron tersebut menggambarkan komunikasi bagi penyandang tunarungu

sebagia hal yang sulit sekaligus sangat mudah dan tidak banyak berbeda dengan

manusia normal. Penyandang tunarungu pun digambarkan sebagai orang yang

mampu untuk menerjemahkan setiap bahasa lisan dan realitas yang mengikutinya.

Berbagai keterbatasan yang diderita para penyandang tunarungu terutama

dalam berkomunikasi tentunya mempersulit mereka dalam berinteraksi, seperti

siswa-siswi di SLB B Negeri Cicendo Bandung, SLB B Negeri Cicendo Bandung

adalah sebuah sekolah yang berlokasi di jalan Cicendo Bandung No.2. sekolah ini

memilki siswa-siswi dari TK sampai SMA, siswa-siswinya adalah siswa-siswi

luar biasa, dengan kata lain mereka memiliki keterbatasan dalam berbicara atau

tunarungu, untuk itu siswanya berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi

nonverbal.

Menurut Mark L Knapp istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis pada saat yang sama, kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal . ( Mulyana, 2009 : 348 )

Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh

(5)

Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi, Paul

Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal seperti yang dapat dilukiskan

dengan perilaku mata, yakni sebagai berikut

Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memilki kesetraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan . saya tidak sungguh-sungguh.

Iilustrator, pandangan ke bawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.

Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. Penyesuai, kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Affect display, perbesaran manik mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan emosi, isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang. ( Mulyana, 2009 : 349 )

Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari

komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin

menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari, sebagaimana ahli

berpendapat, terlalu mengada-ngada membedakan kedua jenis komuniksi ini.

dalam bahasa tanda Amerika untuk kaum tunarungu gerakan tangan yang

digunakan sebenarnya bersifat linguistic (verbal). Menurut Ray L. Birdwhistell,

65 % dari komunikasi tatap muka adalah nonverbal, sementara menurut Albert

Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh

dari isyarat-isyarat nonverbal, dalam pandangan Birdwhistell, sebenarnya manusia

mampu mengucapkan ribuan suara vocal, dan wajah dapat menciptakan 250.000

ekspresi yang berbeda. Secara keseluruhan, seperti dikemukakan para pakar,

(6)

Manusia adalah mahluk sosial yang harus selalu mengadakan interaksi

dengan sesamanya secara langsung. Bagi para penyandang tunarungu hal ini tentu

tidak mudah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan siswa tunarugu di SLB B

Negeri Cicendo Bandung dalam melakukan komunikasi untuk berinteraksi

terutama dengan gurunya adalah dengan melakukan salah satu bentuk komunikasi

non verbal yakni bahasa tubuh, kata bahasa berarti alat untuk melukiskan sesuatu

pikiran, perasaan, atau pengalaman, alat ini terdiri dari kata-kata. bahasa tubuh itu

sendiri adalah ilmu yang di telaah oleh bidang ilmu kinetika (kinesics) menurut

Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota tubuh seperti tangan, kepala, kaki dan bahkan

tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.

Birdwhistell membuat daftar tujuh asumsi yang menjadi dasar teorinya mengenai bahasa tubuh.

Setiap gerakan tubuh memiliki potensi makna dalam konteks komunikasi. Orang orang selalu dapat memberikan makna pada setiap aktivitas tubuh.

Perilaku dapat dianalisis karena perilaku terorganisasi, dan organisasi perilaku ini dapat dianalisis secara sistematis.

Walaupun aktivitas tubuh memiliki keterbatasan biologis, namun penggunaan gerak tubuh dalam interaksi dianggap sebagai bagian dari sistem sosial. Kelompok masyarakat yang berbeda menggunakan gerakan tubuh yang juga berbeda.

Orang dipengaruhi oleh gerak tubuh orang lain yang dilihatnya.

Cara-cara gerak tubuh yang berfungsi dalam komunikasi dapat dipelajari.

Makna yang ditemukan dalam riset bahasa tubuh diperoleh melalui studi perilaku dan juga perilaku riset yang digunakan.

Gerak tubuh seseorang memilki keunikan, namun ia tetap menjadi bagian dari sistem sosial yang lebih besar yang diterima bersama. (morissan-corry wardhany, 2009 : 94 )

Bahasa Tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal di samping

(7)

dan waktu ( Mulyana, 2008 : 158). Dalam bahasa tubuh ini mengandung pesan

non verbal yang dihasilkan dari proses komunikasi non verbal.

Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D dalam bukunya yang

berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa yang

termasuk kedalam bagian dari bahasa tubuh adalah sebagai berikut :

1. Isyarat Tangan 2. Gerakan Kepala

3. Postur Tubuh dan Posisi Kaki 4. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

( Mulyana, 2009 : 353-372 )

Seperti yang kita tahu bahasa tubuh itu merupakan isyarat simbol, simbol adalah

sesuatu yang digunakan atau dianggap mewakili sesuatu yang lain. (Kuswarno,

2008 : 167 ).suatu symbol disebut signifikan atau memiliki makna bila simbol itu

membangkitkan pada individu yang menyampaikannya, respons yang sama

seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju. ( Mulyana, 2003 : 78)

Semua bahasa tubuh yang digunakan untuk menyampaikan pesan

berbeda-beda karena berdasarkan atas budayanya. Bahasa tubuh yang berlaku di kalangan

siswa tunurungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan Pertama, isyarat tangan atau berbicara dengan tangan

termasuk apa yang disebut emblem, yang punya makna dalam suatu budaya atau

subkultur, meskipun isyarat tangan yang digunakan sama maknanya boleh jadi

berbeda atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama. Contohnya saja

siswa tunarungu mengacungkan telunjuk yang maksud mereka adalah huruf D,

(8)

Kedua, gerakan kepala, sama seperti isyarat tangan, gerakan kepala

memilki berbagai arti yang berbeda, dibeberapa Negara, anggukan kepala malah

berarti tidak , untuk simbol gerakan kepala tunarungu di Indonesia sama seperti

orang normal pada umumnya mengangguk berarti ya dan mengelengkan kepala

berarti tidak karena sudah di bakukan untuk budaya di Indonesia,. Ketiga, ekspresi

wajah dan tatapan mata, banyak orang mengagap perilaku nonverbal yang paling

banyak berbicara adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata meskipun

mulut tidak berkata-kata, ekspresi wajah dan pandangan mata tergantung pada

suasana hati dan merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan

keadaan emosional seseorang. Contohnya, tunarungu mengekspresikan rasa

senang mereka dengan ekspresi wajah yang sama dengan orang normal pada

umumnya, hanya mereka lebih dalam mengekpresikannya bisa dengan

tersenyum-senyum bahkan melompat-lompat.

Penyandang tunarungu tidak terbiasa dengan pola dan struktur bahasa

lisan, yang banyak melibatkan kemampuan mendengar, sehingga sering terjadi

mereka tahu kata tetapi tidak mengetahui maknanya atau sebaliknya. Sehingga

sangat wajar siswa tunarungu memiliki sistem kebahasaannya sendiri. Perbedaan

bahasa tubuh tunarungu dengan orang pada umumnya tidak banyak berbeda yang

membedakan hanyalah isyarat pada tangannya yang tunarungu gunakan lebih

sering dan lebih banyak.

Begitu banyaknya cara untuk berinteraksi walaupun berbeda-beda makna

(9)

Hubungan hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara

orang-orang perorang-orangan dengan kelompok manusia. ( Sukanto, 1990 : 61 ) Sedangkan

konsep interaksi dalam pandangan Blumer, berarti bahwa para peserta

masing-masing memindahkan diri mereka secara mental kedalam posisi orang lain.

Betapa pentingnya berinteraksi dalam kehidupan manusia sehingga sebuah

keterbatasan tidak menjadi hambatan untuk berinteraksi. Untuk itu dari uraian

yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai

berikut Bagaimana Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Dengan Gurunya ?

1.2. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang serta rumusan masalah yang telah

dikemukanan di atas, maka penulis mengindentifikasikan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana isyarat tangan siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo

Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

2. Bagaimana gerakan kepala siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo

Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

3. Bagaimana ekspresi wajah dan tatapan mata siswa tunarungu Di SLB B

Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

4. Bagaimana bahasa tubuh siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo

(10)

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana

Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung

Dalam Proses Interaksi dengan Gurunya .

1.3.2. Tujuan

Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat dalam

identifikasi masalah maka tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui isyarat tangan siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya.

2. Untuk mengetahui gerakan kepala siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya.

3. Untuk mengetahui ekspresi wajah dan tatapan mata siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses

interaksi dengan gurunya.

(11)

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dalam

mengembangkan ilmu komunikasi secara umum dan dalam

penyelenggaraannya secara realistis mengenai ilmu kehumasan dalam

bidang bahasa tubuh siswa tunarungu dalam interaksi dengan gurunya

secara khusus.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian bagi kegunaan praktis, diharapkan hasil

penelitian ini dapat :

1. Bagi Peneliti

Dijadikan sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan,

khususnya mengenai Bagaimana Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu

Di SLB B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi

Dengan Gurunya Sebagai proses belajar untuk dapat menerapkan

pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan mempertajam

daya nalar.

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur dalam menambah

wawasan yang teliti yaitu mengenai Bagaimana Bahasa Tubuh

Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung Dalam

(12)

3. Bagi SLB B Negeri Cicendo Bandung

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk mengetahui interaksi antara

siswa tunarungu dan gurunya dalam proses interaksi sosial serta memberikan

masukan dan bahan informasi bagi SLB B Negeri Cicendo Bandung dan

siapapun yang berminat untuk meneliti masalah ini lebih lanjut.

1.5. Kerangka Pemikiran

1.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir penulis yang

dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatar belakangi penelitian

ini mengingat fungsinya sangat penting dalam penelitian ini, penulis

mengemukakan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut.

Karena keterbatasan yang diderita oleh siswa tunarungu dalam

berbicara tentunya sangat sulit untuk melakukan komunikasi, padahal

hal ini sangat mutlak perlu untuk melakukan interaksi. Bahasa dan

komunikasi merupakan produk dari interaksi suatu kelompok

masyarakat, sama hal nya dengan bahasa tubuh yang merupakan

komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata). Bahasa Tubuh adalah

salah satu aspek komunikasi nonverbal di samping aspek-aspek

komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni,

ruang dan waktu ( Mulyana, 2008 : 158). Dengan kata lain dapat di

(13)

Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D dalam bukunya yang

berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa yang

termasuk kedalam bagian dari bahasa tubuh adalah sebagai berikut :

1. Isyarat Tangan 2. Gerakan Kepala

3. Postur Tubuh dan Posisi Kaki 4. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

( Mulyana, 2009 : 353-372 )

Bahasa tubuh yang berlaku di kalangan siswa tunurungu di SLB B Negeri

Cicendo Bandung berdasarkan hasil pengamatan di lapangan adalah Pertama,

isyarat tangan atau berbicara dengan tangan termasuk apa yang disebut

emblem, yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur, meskipun isyarat

tangan yang digunakan sama maknanya boleh jadi berbeda atau isyarat fisiknya

berbeda namun maksudnya sama. Kedua, gerakan kepala, sama seperti isyarat

tangan, gerakan kepala memilki berbagai arti yang berbeda, dibeberapa Negara,

anggukan kepala malah berarti tidak . Ketiga, ekspresi wajah dan tatapan mata,

banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak berbicara

adalah ekspresi wajah, khususnya tatapan mata meskipun mulut tidak

berkata-kata.

Sedangkan interaksi adalah hubungan hubungan yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia,maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia

( Soekanto, 1990 : 61 )

Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori interaksi simbolik, yang

(14)

ilmu sosiologi yang di bangun oleh George Herbert Mead dan karyanya kemudian

menjadi inti dari aliran pemikiran yang dinamakan Chicago school.

Dari teori tersebut kemudian di modifikasi ulang oleh Blumer untuk tujuan

tertentu, karakteristik ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami

antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat individu dengan

individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol

yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi

pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu

itu berlangsung secara sadar dan keterkaitan dengan gerak tubuh, vocal, suara, dan

ekspresi tubuh, yang semuanya itu mempunyai maksud yang disebut dengan

simbol . Symbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai

yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap symbol adalah dalam

pengertian makna dan nilainya alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik dari

alat-alat indranya.

Pendekatan interaksi simbolik yang dimaksudkan Blumer mengacu pada

tiga premis utama, yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang digunakan oleh orang lain, dan

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung. ( Kuswarno, 2008 : 22 )

Dan dapat disimpulkan bahwa interaksi simbolik itu adalah interaksi antar

individu yang terjadi melalui simbol-simbol yang diciptakan oleh individu yang

(15)

1.5.2. Kerangka Konseptual

Pada prinsipnya bahasa tubuh sebagai bahasa yang digunakan oleh

tunarungu dalam berinteraksi, karena interaksi merupakan syarat utama

terjadinya aktivitas-aktivitas. Tunarungu memiliki keterbatasan dalam

berkomunikasi tetapi mereka tetap harus melakukan komunikasi untuk

interaksi mereka sehingga mereka dapat melakukan segala

aktivitas-aktivitas mereka, keterbatasan tersebut tidak menjadi halangan untuk

berkomunikasi karena mereka berkomunikasi dengan lebih banyak

menggunakan bahasa tubuh mereka. Untuk itu melalui penelitian ini

peneliti ingin melihat bagaimana bahasa tubuh siswa tunarungu di SLB B

Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi Dengan gurunya.

Penelitian ini lebih menyoroti pada proses interaksi antara siswa

tunarungu dan gurunya dalam penggunaan bahasa tubuh. Komunikasi yang

terjadi antara dua individu yang berbeda kemampuan cara komunikasinya

.Siswa tunarungu dengan keterbatasan berbicaranya sedangkan gurunya

yang memiliki kemampuan berbicara. penelitian ini dikaitkan dengan teori

interaksi simbolik. Yang mana interaksi simbolik merupakan interaksi antar

individu yang terjadi melalui simbol-simbol yang diciptakan oleh individu

yang saling berinteraksi tersebut. (kuswarno,2008 : 162 ).

Jika dilihat dari teori yang dipakai maka proses pengaplikasiannya

(16)

Gambar 1.1

Penggunaan bahasa tubuh siswa tunarungu dan gurunya dalam interaksi

(Sumber : Modifikasi peneliti terhadap teori interaksi simbolik )

Dari gambar di atas dapat di jabarkan bahwa bahasa tubuh yang digunakan

siswa tunarungu sama dengan bahasa tubuh yang digunakan oleh gurunya. bahasa

tubuh sering digunakan dalam proses interaksi mereka untuk menjadikan

komunikasi lebih efektif. Kesemuanya termasuk proses simbolik atau pertukaran

simbol, simbol yang mereka ciptakan sendiri saat mereka sedang berinteraksi dan

mendapatkan makna dari bahasa tubuh tersebut seperti yang di uraikan oleh

Blumer makna yang diperoleh dari hasil interaksi yang dilakukan oleh orang

lain ( Kuswarno, 2008 : 22). Siswa tunarungu akan mendapatkan makna bahasa

tubuh itu dari hasil interaksi dengan gurunya begitu pun gurunya mendapatkan

makna bahasa tubuh dari hasil interaksi melalui pertukaran simbol dengan

(17)

1.6. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu Di

SLB B Negeri Cicendo Bandung Dalam Proses Interaksi Antara Siswa Dan

Gurunya , maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana isyarat tangan siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi Dengan gurunya ?

a. Ada berapa macam bahasa isyarat tangan yang berlaku di SLB B

Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi ?

b. Bagaimana cara memahami gerakan tangan yang dilakukan dalam

proses interaksi ?

c. Bagaimana makna macam-macam gerakan tangan yang

dilakukan oleh Siswa Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo

Bandung Dalam proses interaksi dengan gurunya ?

d. Bagaimana membedakan abjad jari dan angka mengunakan jari

yang dilakukan oleh siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo

Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

e. Bagaimana penguasaan gerakan tangan yang dilakukan oleh siswa

tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses

interaksi dengan gurunya ?

f. Apakah ada kendala atau kesulitan yang dihadapi untuk memahami

gerakan tangan dalam proses interaksi dengan gurunya ?

(18)

2. Bagaimana gerakan kepala Siswa siswa tunarungu Di SLB B Negeri

Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

a. Bagaimanakah makna simbol anggukan kepala yang digunakan Siswa

Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi

dengan gurunya ?

b. Bagaimanakah makna simbol gelengan kepala yang digunakan Siswa

Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi

dengan gurunya ?

c. Seberapa sering penggunaan gerakan kepala yang dilakukan oleh

siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses

interaksi dengan gurunya ?

3. Bagaimana ekspresi wajah dan tatapan mata siswa tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung dalam proses interaksi dengan gurunya ?

a. Bagaimana cara guru memahami ekspresi emosi atau perasaan siswa

tunarungu pada saat proses interaksi ?

b. Apakah setiap berinteraksi selalu menggunakan ekspresi wajah dan

tatapan mata ?

c. Apakah ada kendala untuk memahami ekspresi wajah dan tatapan mata

pada saat interaksi ?

(19)

a. Bagaimana cara menyamakan makna bahasa tubuh yang dilakukan

siswa dan gurunya pada saat proses interaksi ?

b. Bagaimana posisi siswa dan gurunya saat melakukan interaksi

menggunakan bahasa tubuh ?

c. Apakah kedekatan siswa dan gurunya mempengaruhi pengunaan

bahasa tubuh saat proses interaksi ?

d. Apakah ada perbedaan bahasa tubuh siswa tunarungu saat berinteraksi

dengan gurunya dan pada saat berinteraksi dengan temannya ?

e. Situasi seperti apa yang di nilai tepat saat interaksi dengan siswa

menggunakan bahasa tubuh ?

f. Apakah ada media lain yang membantu pada saat proses interaksi

berlangsung ?

1.7. Subjek Penelitian dan Informan

1.7.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek

penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung

objek penelitian.2

Dalam setiap penelitian, subjek penelitian yang dipilih erat

hubungannya dengan masalah yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini

2

(20)

yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dan guru di SLB B Negeri

Cicendo Bandung, sekolah ini memiliki 39 guru dan 127 siswa.

1.7.2. Informan

Informan adalah seseorang yang memberikan informasi kepada

orang lain yang belum mengetahuinya. Dalam hal ini, informan

merupakan sumber data penelitian yang utama yang memberikan

informasi dan gambaran mengenai pola perilaku dari kelompok

masyarakat yang di teliti. (Kuswarno, 2008 : 162)

Teknik pengambilan informan adalah menggunakan Purposive

sampling. Dimana informan menjadi sumber informasi yang mengetahui

tentang penelitian yang sedang diteliti, dengan pertimbangan bahwa

merekalah yang paling mengetahui informasi penelitian. Informan yang

diambil yaitu 2 orang guru dan 2 orang siswa.

Tabel 1.1 Informan Guru

No Nama Jabatan Ket

1 Endah Mulyani Guru SMP, SMA

2 Sri Wulan Guru SD

(21)

Tabel 1.2

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Berdasarkan pada metode penulis yang diuraikan oleh Deddy

Mulyana yang di kutip dari bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif (Mulyana, 2003 : 150)

Sedangkan yang dimaksud dengan metode deskriptif dalam penelitian

kualitatif adalah

Metode Deskriptif yaitu suatu metode dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu mengambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. (Rakhmat, 2002 : 22 )

1.9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

(22)

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Hal-hal ini digunakan bila

ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah

responden sedikit (Ridwan, 2002 : 29).

Teknik wawancara yang digunakan yaitu teknik wawancara mendalam

merupakan wawancara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi

dari seseorang mengenai suatu hal secara rinci dan menyeluruh. ( Kuswarno,

2008 : 170 ) Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung atau tatap muka

dengan orang orang yang memiliki keterlibatan langsung dalam penulisan

skripsi ini. Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa di SLB B

Negeri Cicendo Bandung.

2. Observasi

Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang nyata dan jelas

mengenai kegiatan yang akan diteliti. Jenis observasi yang dilakukan penulis

adalah observasi tidak langsung, dimana peneliti hanya sewaktu-waktu saja

meninjau lokasi penelitian.

3. Studi Pustaka (literature)

Suatu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan

menelaah teori-teori, pendapat-pendapat, serta buku-buku yang membahas

(23)

4. Internet Searching

Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan

melakukan pencarian data melalui layanan teknologi internet. Karena dalam

internet terdapat banyak bahasan dan sumber data yang berguna dan dinamis

tentang perkembangan penelitian yang dalam hal ini mengenai bahasa tubuh.

1.10. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian perlu diadakan tahapan-tahapan penelitian yang

memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalur yang benar dan memilki

langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian. Tahapan-tahapan

penelitian ini berguna sebagai sistematika proses penelitian yang akan

mengarahkan peneliti dengan patokan jelas sebagai gambaran dari proses

penelitian dan digunakan sebagai proses analisis data. Setelah memperoleh

data penelitian, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Penyeleksian data, pemeriksaan, kelengkapan dan kesempurnaan data

serta kejelasan data yang terkumpul.

2. Pengklasifikasian data yaitu, pengelompokkan data dan

memilah-milah data sesuai dengan jenisnya.

3. Pengolahan data. Menurut Rosady Ruslan pengolahan data mencakup

kegiatan mengedit (editing) data. Pengeditan data merupakan proses

pengecekkan dan penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap data

(24)

4. Menganalisis data dengan deskripsi peneliti dan memasukkan beberapa teori

yang sesuai dengan kajian yang diteliti.

1.11. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SLB B Negeri Cicendo

Bandung. Jalan Cicendo No. 2 Kel. Babakan Ciamis Kec. Sumur

Bandung Kota Bandung 40117 Telp. (022) 4211855, Email :

www.slbncicendo_bdg@yahoo.co.id

1.11.2. Waktu Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan peneliti dimulai pada bulan maret

2010 sampai bulan Juli 2010, mulai dari persiapan, pelaksanaan

hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu dapat dilihat pada

(25)
(26)

1.12. Sistematika Penelitian

Untuk memberikan gambaran penelitian ini secara sistematis,

peneliti membagi susunan skripsi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi

penelitian, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, subjek penelitian dan

infoman , metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisa data, , serta lokasi dan waktu penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan Tinjauan tentang Komunikasi, meliputi:

pengertian komunikasi, proses komunikasi, dan tujuan

komunikasi.

Tinjauan tentang Antar Pribadi meliputi pengertian, factor

pembentuk komunikasi antar pribadi, jenis-jenis dan fungsi

komunikasi antar pribadi.

Tinjauan tentang komunikasi non verbal yang meliputi

pengertian dan fungsi komunikasi nonverbal.

Tinjauan tentang bahasa tubuh.

Tinjauan tentang tunarungu yang meliputi pengertian, klasifikasi

(27)

Tinjauan tentang interaksi yang meliputi pengertian dan factor-faktor.

Tinjauan tentang interaksi simbolik.

BAB III OBYEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang objek penelitian atau gambaran umum

Sekolah Luar Biasa B Cicendo Bandung meliputi: sejarah singkat, visi

dan missi, lambang, struktur organisasi, sarana dan prasarana, siswa

tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung, guru di SLB B Negeri

Cicendo Bandung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang deskripsi analisis responden, deskripsi

analisis hasil penelitian, deskripsi pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan

penelitian serta saran yang diberikan peneliti sehubungan dengan hasil

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Mengenai Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris berasal dari

communication, berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber

dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah

sama makna antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Jadi, apabila

dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk

percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama

terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Beberapa pakar komunikasi memberikan definisi komunikasi

diantaranya dikutip oleh Effendi sebagai berikut, Carl I. Hovland dalam

Effendi (1986: 63) mendefinisikan komunikasi sebagai Suatu proses

dimana seseorang (komunikator) menyampaikan

perangsang-perangsang, biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata untuk

merubah tingkah laku orang lain (komunikan) . Jadi, hakikat

komunikasi merupakan proses pernyataan antar manusia. Yang

berhubungan dengan pikiran, atau perasaan seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Menurut Lewis Caroll, Komunikasi merupakan suatu proses memindahkan,

(29)

jiwa yang lain, dan hal itu adalah tepat seperti pekerjaan yang harus kita ulangi

dan ulangi lagi (Praktikto, 1983: 10). Untuk mencapai komunikasi yang efektif

dan efisien tidak semudah seperti yang dibayangkan orang. Banyak hal-hal yang

harus diperhatikan agar pesan atau pernyataan yang disampaikan kepada orang

lain bisa dimengerti serta dipahami.

Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul saling pengertian, yaitu

jika kedua belah pihak, si pengirim dan penerima informasi memahami. Tirman

Sirait mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi sebagai

berikut, Komunikasi adalah suatu tingkah laku perbuatan atau kegiatan

penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau

makna-makna informasi dari seseorang kepada orang lain, atau lebih jelasnya

suatu pemindahan atau pengoperan informasi mengenai pikiran dan

perasaan-perasaan . (Tirman, 1982: 11)

Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi tidak berarti

hanya menyampaikan sesuatu kapada orang lain, akan tetapi bagaimana caranya

penyampaian itu agar penerima mudah mengerti dan memahami dengan perasaan

ikhlas. Keberhasilan suatu komunikasi sangat dibutuhkan oleh faktor manusianya.

Karena manusia memiliki akal dan pikiran serta perasaan untuk dapat menentukan

sikap, dan manusia merupakan sarana utama terjadinya suatu komunikasi.

(30)

Di atas telah disinggung bahwa komunikasi pada hakikatnya

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan.

Menurut Effendy (2000: 31) proses komunikasi dapat ditinjau dari dua

perspektif.

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologi

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator

dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan

menyampaikan pesan kepada komunikan, maka, dalam dirinya

terjadi proses. Proses ini yakni mengenai isi pesan dan lambang. Isi

pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya

adalah bahasa. Proses mengemas pesan atau membungkus

pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dinamakan

encoding. Hasil encodeng berupa pesan kemudian ia transmisikan

atau operkan kepada komunikan.

Kini giliran komunikan terlibat dalam proses komunikasi

intrapersonal. Proses dalam diri komunikan disebut decoding.

Seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima

dari komunikator tadi. Mengerti isi pesan atau pikiran komunikator,

maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana tidak mengerti, maka

komunikasi tidak terjadi.

(31)

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau

melemparkan dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya

sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan oleh komunikan itu

dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, atau indera-indera

lainnya.

Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab

bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi itu

berlangsung. Adakalanya komunikan seorang, maka komunikasi dalam

situasi seperti itu dinamakan komuniksi interpersonal atau komunikasi

antarpribadi, kadang-kadang komunikannya sekelompok orang; komunikasi

dalam situasi seperti itu disebut komunikasi kelompok; acapkali pula

komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga

untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi

dalam situasi seperti itu dinamakan komunikasi massa.

Untuk jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat

diklasifikasikan menjadi proses komunikasi primer dan secara skunder.

a. Proses Komunikasi secara Primer

Proses komunikasi secara primer (primsary process) adalah

penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran.

(32)

komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial

(gesture) yakni gerak tubuh, gambar, warna, dan lain sebagainya.

Dalam komunikasi, bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol) sedangkan

lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa dinamakan lambang nirverbal (non

verbal symbol)

1. Lambang verbal

Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak

dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu

mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang

konkret maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu, dan masa

yang akan datang. Bahasa mempunyai dua jenis pengertian yang perlu

dipahami oleh komunikaor. Yang pertama adalah pengertian denotatif, adalah

yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary

meaning) dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama

kebudayaannya dan bahasanya. Perkataan yang denotatif tidak menimbulkan

interpretasi yang berbeda pada komunikan ketika diterpa pesan-pesan

komunikasi. Sebaliknya apabila komunikator menggunakan kata-kata

konotatif. Kata-kata konotatif mengandung pengertian emosional atau

evaluatif. Oleh karena itu dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada

(33)

2. Lambang nirverbal

Seperti disinggung di atas, lambang nirverbal adalah lambang yang

dipergunakan dalam komunikasi, yakni bukan bahasa, misalnya kial, isyarat

dengan tubuh, antara lain kepala, mata, bibir, tangan, dan jari.

b. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana

sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Komunikator menggunakan media kedua ini karena komunikan dijadikan

sasaran komunikasinya jauh tempatnya atau banyak jumlahnya atau

kedua-duanya, jauh dan banyak. Kalau komunikan jauh, dipergunakanlah surat atau

telepon, jika banyak dipakailah perangkat pengeras suara; apabila jauh dan

banyak, dipergunakan surat kabar, radio atau televisi.

Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama semakin

efektif dan efisien, karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin

canggih, yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya yang bukan

teknologi komunikasi.

c. Proses komunikasi secara Linier

Istilah linier mengandung makna lurus. Jadi proses linier berarti

perjalanan dari titik ke titik lain secara lurus. Dalam konteks komunikasi,

proses secara linier adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator

(34)

dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face communication) maupun

dalam situasi komunikasi bermedia (mediated communication)

d. Proses Komunikasi secara Sirkuler

Sirkuler sebagai terjemahan dari perkataan circular secara harfiah

berarti bulat, bundar atau berkeliling sebagai lawan dari perkataan linier tari

yang bermakna lurus. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan

proses secara sirkular itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu

terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Oleh karena itu adakalanya

feedback tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah

respone atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang ia terima dari

komunikator. Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi amat penting

karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah

komunikasinya itu berhasil atau gagal, dengan kata lain perkataan apakah

umpan baliknya itu positif atau negatif.

2.1.3.Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dalam proses komunikasi yaitu :

1. Sender

Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada

(35)

2. Encoding

Encoding adalah penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk

lambang.

3. Message

Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

4. Media

Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan.

5. Decoding

Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan

menetapkan makna pada lambing yang disampaikan pada komunikator

kepadanya.

6. Receiver

Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7. Response

Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterima pesan.

8. Feedback

Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila

(36)

9. Noise

Noise adalah gangguan tak terencana yang terjadi pada proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan

pesan yang disampaikan komunikator kepadanya.

2.2. Tinjauan Mengenai Komunikasi Antar Pribadi 2.2.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Seluruh kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari

komunikasi. Oleh karena itu, semua kegiatan yang dilakukan manusia

secara potensial tidak dapat terlepas dari komunikasi.

Komunikasi, menurut bentuknya, dapat dikelompokkan menjadi

komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi

massa. Fokus perhatian dalam penelitian ini adalah komunikasi

antarpribadi, yaitu komunikasi siswa dan gurunya.

secara teoritis, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara

dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan.

Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to

face) bisa juga melalui sebuah medium, umpamanya telepon. Ciri khas

komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal

(37)

Adapun pengertian komunikasi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam

bukunya The Interpersonal Communication Book (1984 : 4) bahwa

komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika . (Effendy, 1993 : 59).

Menurut Vandeber (1986) bahwa komunikasi antarpribadi merupakan suatu

proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau

perasaan. (Liliweri, 1997 :12).

Effendy (1986) mengemukakan juga bahwa pada hakikatnya komunikasi

antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan .

(Liliweri,1997 : 12).

Pada dasarnya komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator

mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan

dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis. Seperti yang telah

dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy (1993 : 61) bahwa dibandingkan

dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling

ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku

komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antarpribadi umumnya

berlangsung secara tatap muka (face to face) antara komunikator dan komunikan

saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika

komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung

seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan

(38)

2.2.2. Faktor-Faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul

faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu

pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh

pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu.

Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang

lainnya, khususnya jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung

dan tatap muka antara pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi

tersebut.

Ada beberapa ahli yang menyebutkan bahwa manusia berkomunikasi

dengan orang lain karena didorong oleh beberapa faktor. Halloran (1980)

mengemukakan faktor-faktor yang mendorong manusia ingin

berkomunikasi diantaranya adalah

a. Perbedaan pribadi

b. Pemenuhan kekurangan

c. Perbedaan motivasi manusia

d. Pemenuhan akan harga diri

e. Kebutuhan atas pengakuan orang lain

Cassagrande (1986) juga berpendapat, manusia berkomunikasi karena :

a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan

(39)

b. Dia ingin terlibat dalam proses perubahan

c. Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman masa lalu, dan

mengantisipasi masa depan.

d. Dia ingin menciptakan hubungan baru

(Liliweri, 1997 : 45)

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas

perbedaan-perbedaan yang dia miliki. Perubahan tersebut terus berlangsung seiring dengan

perubahan masyarakat. Manusia mencatat berbagai pengalaman relasi dengan

orang lain di masa lalu, memperkirakan apakah komunikasi yang dia lakukan

masih relevan untuk memenuhi kebutuhan di masa datang.

Jadi, minat komunikasi antarpribadi didorong oleh pemenuhan kebutuhan

yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia. Setiap manusia mempunyai

motif yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya.

2.2.3. Jenis-Jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun

mempunyai jenis-jenis yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain.

Menurut Onong Uchjana Effendy (1993 : 62) mengungkapkan bahwa

secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis

(40)

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua

orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan

seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua

orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator

memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan seorang itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari

tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila

dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih

efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada satu

komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan

sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua faktor yang

sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.

Demikianlah kelebihan, keuntungan, dan kekuatan komunikasi

antarpribadi dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Untuk

mengetahui dan memahami komunikasi antarpribadi secara khusus kita dapat

melihat beberapa ciri komunikasi antarpribadi berdasarkan pendapat dari

beberapa ahli mengenai pengertian komunikasi antarpribadi.

Maka dapat dirumuskan ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Liliweri

(1997 : 13), yakni :

(41)

2. terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya kurang jelas.

3. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan tidak disengaja.

4. Kerapkali berbalas-balasan

5. Mempersyaratkan hubungan paling sedikit dua orang dengan hubungan

yang bebas dan bervariasi, ada keterpengaruhan.

6. Harus membuahkan hasil

7. Menggunakan lambang-lambang yang bermakna

Itulah ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang dapat memudahkan kita untuk

membedakan nya dengan jenis komunikasi yang lain.

2.2.4. Fungsi-fungsi komunikasi Antarpribadi

Setiap bentuk komunikasi memilik fungsinya masing-masing untuk

dijalankan oleh orang yang melakukan kegiatan komuniaksi. Adapun fungsi

komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri (1994:27) bahwa

fungsi-fungsi komunikasi antarpribadi terdiri atas:

a. Fungsi Sosial

Komunikasi antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial

karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang

orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka

fungsi sosial komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan

psikologis.

(42)

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbale balik.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri manusia.

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

b. Fungsi Pengambilan Keputusan

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa manusia sering disebut sebagai

makhluk sosial. Namun manusia dikaruniai otak, akal sebagai sarana berfikir

yang tidak dimiliki oleh dimiliki oleh makhluk lainnya. Karenanya maka ia

mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan yang sering diambil

manusia dilakukan dengan berkomunikasi karena mendengarkan pendapat,

saran, pengalaman, gagasan, pikiran, maupun perasaan orang lain.

Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasi dan pengaruh yang

kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika

dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunkasi untuk membagi informasi.

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain.

Pada dasarnya orang melaksankan kegiatan komunikasi baik

berkomuniaksi antarpribadi, komunikasi kelompok, maupun komunikasi

massa yang dilakukan oleh manusia mempunyai tujuan utama ialah :

mempengaruhi. Yaitu mempengaruhi untuk memaksa orang lain, mengubah

sikap, dan mengambil suatu tindakan tertentu yang sesuai dengan harapan dan

(43)

2.3 Tinjauan Mengenai Komunikasi Non Verbal 2.3.1 Definisi

Komunikasi non verbal pastilah merupakan kata yang

sedang populer saat ini.setiap orang nampaknya tertarik pada pesan

yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, gerkan mata, ekspresi

wajah, sosok tubuh, pengguna jarak atau ruang kecepatan dan

volume bicara, bahkan juga keheningan. Komuniksi nonverbal

sama pentingnya dengan komunikasi verbal meski terkadang

diabaikan.

Menurut Mark L Knapp istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis pada saat yang sama, kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal . ( Mulyana, 2009 : 348 )

Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak

sungguh-sungguh bersifat non verbal.

2.3.2. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa

fungsi, Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal

seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai

berikut :

Emblem, gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memilki kesetraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan .

saya tidak sungguh-sungguh.

(44)

Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. Penyesuai, kedipan mata yangcepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Affect display, perbesaran manik mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan emosi, isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang. ( Mulyana, 2009 : 349 )

Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari

komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin

menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari, sebagaimana ahli

berpendapat, terlalu mengada-ngada membedakan kedua jenis komuniksi ini.

dalam bahasa tanda Amerika untuk kaum tunarungu gerakan tangan yang

digunakan sebenarnya bersifat linguistic (verbal).

Menurut Ray L. Birdwhistell, 65 % dari komunikasi tatap muka adalah

nonverbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial

dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat nonverbal, dalam

pandangan Birdwhistell, sebenarnya manusia mampu mengucapkan ribuan suara

vocal, dan wajah dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda. Secara

keseluruhan, seperti dikemukakan para pakar, manusia dapat menciptakan

sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah.

2.4 Tinjauan Mengenai Bahasa Tubuh

Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas bagaimana

bahasa itu muncul dipermukaan bumi, ada dugaan kuat bahasa non verbal

muncul sebelum bahasa verbal. Teoretikus Kontemporer mengatakan bahwa

(45)

salah satu klasifikasi dari bahasa nonverbal. Bahasa Tubuh adalah salah satu

aspek komunikasi nonverbal di samping aspek-aspek komunikasi nonverbal

lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan waktu ( Mulyana, 2008 :

158). Dalam bahasa tubuh ini mengandung pesan non verbal yang dihasilkan dari

proses komunikasi non verbal. Dengan kata lain dapat di artikan sebagai isyarat

simbolik.

Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D dalam bukunya yang

berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa yang

termasuk kedalam bagian dari bahasa tubuh adalah sebagai berikut :

1. Isyarat Tangan 2. Gerakan Kepala

3. Postur Tubuh dan Posisi Kaki 4. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata ( Mulyana, 2009 : 353-372 )

Bahasa tubuh itu sendiri adalah ilmu yang di telaah oleh bidang ilmu

kinetika (kinesics) menurut Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota tubuh seperti

tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan

sebagai isyarat simbolik.

Birdwhistell membuat daftar tujuh asumsi yang menjadi dasar teorinya

mengenai bahasa tubuh.

Setiap gerakan tubuh memiliki potensi makna dalam konteks komunikasi. Orang orang selalu dapat memberikan makna pada setiap aktivitas tubuh.

Perilaku dapat dianalisis karena perilaku terorganisasi, dan organisasi perilaku ini dapat dianalisis secara sistematis.

(46)

Orang dipengaruhi oleh gerak tubuh orang lain yang dilihatnya. Cara-cara gerak tubuh yang berfungsi dalam komunikasi dapat dipelajari.

Makna yang ditemukan dalam riset bahasa tubuh diperoleh melalui studi perilaku dan juga perilaku riset yang digunakan.

Gerak tubuh seseorang memilki keunikan, namun ia tetap menjadi bagian dari sistem sosial yang lebih besar yang diterima bersama. (morissan-corry wardhany, 2009 : 94 )

2.5 Tinjauan Mengenai Tunarungu

2.5.1 Pengertian Tunarungu

Istilah tunarungu berasal dari dua kata, yaitu kata Tuna dan kata

Rungu. Tuna berarti kekurangan atau ketidakmampuan, sedangkan

Rungu berarti mendengar. Untuk itu tunarungu berarti ketidak

mampuan dalam mendengar, Karena memiliki hambatan dalam

pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara

sehingga mereka biasa disebut tunawicara1

2.5.2. Klasifikasi Tunarungu

Bentuk mimik anak Tunarungu berbeda dengan anak

berkebutuhan khusus lainnya. Hal ini karena mereka kurang

mendengar atau bahkan tidak mendengar sama sekali serta

mempergunakan panca indera telingan dan mulut. Oleh sebab itu,

mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dibicarakan atau

dimaksudkan orang lain. Pengertian Tunarungu tu sendiri yaitu

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus#Tunarungu3 :52

(47)

seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar

sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh

indera pendengaran. Berdasarkan Tingkat Kerusakan/Kehilangan Kemampuan

Mendengar :

1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),

2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),

3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),

4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),

5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

2.6 Tinjauan Mengenai Interaksi

2.6.1. Tinjauan Meengenai Interaksi

Interaksi sosial didahului oleh suatu kontak sosial, hal mana

kemudian memungkinkan interaksi tadi karena adanya komunikasi.

Proses komunikasi yang menentukan proses sosial. begitu pun

sebaliknya, proses sosial pun menentukan proses komunikasi. Hal ini

karena semua proses komunikasi dalam garis besarnya ditentukan oleh

struktur norma-norma. Maka jelaslah bahwa proses sosial selain

(48)

yaitu terutama intensitas komunikasi, frekuensi interaksi dan pikiran-pikiran yang

mendahului interaksi.

Dalam hal menganalisa proses-proses interaksi di antara individu-individu

dalam masyarakat, terdapat dua hal yang menjadi syarat-syarat terjadinya

interaksi yang pertama adalah dengan adanya kontak sosial dan yang kedua adalah

adanya komunikasi. Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum ,yang

artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Kontak sosial dapat

berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu ( Soekanto, 1990 : 64 65 ).

1. Antara orang perorangan

2. Antara orang perorangan dengan kelompok manusiaatau sebaliknya

3. Antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Interaksi sosial sebagai proses pengaruh-mempengaruhi, menghasilkan

hubungan tetap yang akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.

Dalam kegiatan interaksi sosial, maka interaksi menggunakan komunikasi.

Dengan demikian, maka komunikasi adalah alat dari interaksi, alat dari proses

sosial. Karenanya pula, maka unsur-unsur komunikasi menjadi faktor penentu

dalam interaksi sosial, faktor ini adalah :

a.penggunaan lambang

b.pemberian arti ataupun interpretasi

(49)

d.tujuan penggunaan lambang

Gillin dan Gillin pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas

mengenai proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu :

1. Proses yang asosiatif (processes of association) yang terbagi ke dalam tiga

bentuk khusus lagi, yakni:

a. Akomodasi .

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk

menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses.

Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu

keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-perorangan atau

kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial

dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha

manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk

mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin akomodasi adalah suatu pengertian yang

digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam

hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi

(adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk

pada suatu proses di mana mahluk-mahluk hidup menyesuaikan dirinya

dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai

(50)

yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk

mengatasi ketegangan-ketegangan. Sebenarnya pengertian adaptasi menunjuk

pada perubahan-perubahan organis yang disalurkan melalui kelahiran, di mana

mahluk-mahluk hidup menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya sehingga dapat

mempertahankan hidupnya.

Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan

kepribadiannya.

b. Asimilasi dan akulturasi.

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan

adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara

orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi

usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tidak, sikap dan proses-proses mental

dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan tujuan-tujuan bersama.

Apabila orang-orang melakukan asimiliasi ke dalam suatu kelompok manusia

atau masyarakat, maka dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok

tersebut yang mengakibatkan bahwa mereka dianggap sebagai orang asing.

2. Proses yang disosiatif (processes of dissociation) yang mencakup :

a. persaingan

b. persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian

Gambar

Gambar 1.1 Penggunaan bahasa tubuh siswa tunarungu dan gurunya dalam interaksi
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 10 Bandung tahun ajaran 2016/2017, dan sebagai sampel penelitian ini adalah 18 orang kelas X Bahasa 1 sebagai kelas eksperimen

Sedia Obat Herbal Yang Ampuh Untuk Gatal Kulit Eksim - anda sedang mencari Cara Menyembuhkan Gatal Eksim dengan denature Indonesia lah jawabanya karena

Keputusan dilakukan berdasarkan pertimbangan dan diskusi dengan pihak terkait. Bila nakes merasa keberatan terhadap keputusan maka yang bersangkutan dapat mengajukan

Ada beberapa metode untuk melakukan pengujian ini, salah satu diantaranya adalah metode “dye test” seperti yang dilakukan oleh Noakes dan Sleigh (2009). Pengujian yang dimaksud

Apabila dilihat secara lebih spesifik asuransi syariah menggunakan salah satu akad yaitu akad Wakalah bil Ujrah menurut Fatwa Nomor 52/DSN MUI/III/2006 Tentang

Bila ada daerah yang lemah akan   pecah dan terjadi lagunar  (bulatan-bulatan kecil), yang merupakan retensi  saliva yang lambat laun menjadi kista ekstravasasi (kebocoran)

LOMBOK DUA DUA ( JL. ADI HUSADA UNDAAN WETAN JL. MITRA KELUARGA SURABAYA JL.. 1433 JAWA TIMUR SURABAYA RS. MITRA KELUARGA KENJERAN JL. CEMPAKA PUTIH PERMATA SURABAYA JL.

Teori yang kedua adalah adanya defek intrinsik pada kulit (stratum korneum) yang mengarah pada disfungsi sawar kulit, sehingga suatu alergen mudah berpenetrasi dan