• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANULA word

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANULA word"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

 RANULA

 RANULA

Disusun oleh :

Disusun oleh :

AYU

AYU

406100035

406100035

Fakultas

Fakultas Kedoktera

Kedokteran

n

Universitas

Universitas Tarumanag

Tarumanagara

ara

Jakarta

Jakarta

2010

2010

 RANULA

 RANULA

(2)

Diajukan

Diajukan Guna Guna Memenuhi Memenuhi Tugas Tugas Kepaniteraan Kepaniteraan Klinik Klinik  Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Rumah Sakit Daerah Swadana Kudus Rumah Sakit Daerah Swadana Kudus

Pembimbing Pembimbing drg. Sam Permanatrini drg. Sam Permanatrini Disusun oleh : Disusun oleh : AYU AYU 406100035 406100035

Fakultas

Fakultas Kedoktera

Kedokteran

n

Universitas

Universitas Tarumanag

Tarumanagara

ara

Jakarta

Jakarta

2010

2010

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

(3)

 RANULA

Dipersiapkan dan disusun oleh : Ayu

406100035

Telah diuji tanggal : 27 Oktober 2010

Pembimbing

drg. Sam Permanatrini

Penguji Penguji

drg. Malia Rustini, Sp.Ort drg. Siti Rochani

Kudus, 27 Oktober 2010

Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Rumah Sakit Daerah Swadana Kudus

(4)

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat berjudul “ Ranula” ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Kudus, khususnya drg. Sam Permanatrini, drg. Siti Rochani, dan drg. Malia Rustini Sp.Ort selaku pembimbing kepaniteraan Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan   bimbingan, nasehat, petunjuk serta bantuan sehingga referat ini dapat tersusun

dengan baik. Penulis berharap ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi  penulis, baik di siklus kepaniteraan selanjutnya maupun dalam praktik sehari-hari di kemudian hari. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh perawat dan staf terkait.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan referat ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga referat ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca.

Kudus, 16 Oktober 2010

Penulis

(5)

COVER ……….... i

LEMBAR PENGESAHAN ………... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ……… iv BAB I PENDAHULUAN ………...………... 1 A. Definisi ……….. 1 B. Tinjauan Pustaka ………... 1 C. Klasifikasi Ranula ………. 3 D. Prevalensi ……….. 4 E. Permasalahan ………. 4 BAB II PEMBAHASAN ………...……….... 5

A. Etiologi dan Patofisiologis Ranula ……… 5

B. Gambaran Klinis Ranula ………... 6

C. Diagnosis Ranula ………... 7

D.  Differential Diagnosis Ranula ………... 8

E. Penatalaksanaan Ranula ……… 14

BAB III KESIMPULAN ………... 16

DAFTAR PUSTAKA ………... 18

(6)

PENDAHULUAN

A. Definisi

 Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi  glandula   saliva mayor  yang terdapat pada dasar mulut. Dan akan berakibat pembengkakan di bawah lidah yang berwarna kebiru-biruan (drg. Sugito, MH).

 Ranula merupakan fenomena retensi duktus pada  glandula  sublingualis (yang kadang-kadang menunjukkan adanya lapisan epitel), dengan gambaran khas pada dasar mulut. Mukosa di atasnya terlihat tipis, meregang, dan hampir transparan. Pembesaran yang disebabkan oleh cairan ini kadang menyebabkan terangkatnya lidah khususnya pada anak-anak  (Gordon W. Pedersen).

 Ranula berasal dari kata latin :  Rana, yang berarti katak. Dinamakan ranula, karena ranula tersebut menonjol mirip perut katak. Bila kista tersebut menjadi sangat besar pada dasar mulut, suara penderita dapat menjadi “croacking” seperti suara katak (Aswin Rahardja).

Istilah ranula digunakan untuk menggambarkan mucocele yang timbul  pada dasar mulut. Biasanya unilateral  dan menyebabkan pembengkakan biru

translusens yang mirip dengan perut katak (Mervyn Shear).

B. Tinjauan Pustaka

Rongga mulut setiap harinya dibasahi oleh 1000 hingga 1500 ml  saliva. Kesehatan lapisan mukosa mulut dan  faring  serta fungsi penguyahan, deglutisi (proses pencernaan makanan sejak masuk ke rongga mulut hingga mencapai esophagus), bergantung pada cukupnya aliran  saliva. Saliva berasal dari 3 pasang  glandula  saliva mayor, yaitu  glandula  parotis,  glandula  sublingualis dan  glandula  submandibularis, dan sejumlah   glandula saliva minor  pada mukosa dan  submukosa bibir,  palatum dan lidah (Gordon W. Pedersen).

Glandula parotis terletak pada bagian samping, di atas musculus masseter. Ductus parotis, misalnya ductus stensen, dengan panjang 5 sampai 6

(7)

cm, bermula dari aspek anterior  glandula, melintasi masseter , menembus musculus buccinators, dan memasuki rongga mulut pada regio molar pertama atau molar kedua rahang atas (Gordon W. Pedersen).

Glandula  submandibularis terletak di bawah corpus mandibula dan menempati segitiga yang dibentuk oleh venter posterior  dan anterior musculi digastrici.  Ductus-nya keluar dari perluasan  glandula  submandibularis yang melintasi batas posterior  dari musculus mylohyoideus dan memasuki rongga atau ruang sublingual .  Ductus Wharton dengan panjang kurang lebih 6 cm, melintas di bagian anterior  dan berakhir dalam lubang saluran di dasar mulut, tepat di samping frenulum lingualis (Gordon W. Pedersen).

Glandula  sublingualis menempati rongga  sublingual  bagian anterior  dan karena itu hampir memenuhi dasar mulut. Aliran dari  sublingualis memasuki rongga mulut melalui sejumlah muara yang terdapat sepanjang  plica sublingualis, yaitu suatu lingir mukosa anteroposterior  di dasar mulut yang menunjukkan alur dari ductus submandibularis, atau melalui ductus utama (yaitu ductus Bartholin) yang berhubungan dengan ductus  submandibularis (Gordon W. Pedersen).

Glandula  saliva minor  terletak dalam jumlah besar pada  submukosa atau mukosa bibir, permukaan lidah bagian bawah, bagian  posterior palatum durum dan mukosa bukal  (Gordon W. Pedersen).

Dalam keadaan normal  glandula  saliva ini terus menerus mengeluarkan  saliva melalui saluran yang bermuara di dalam rongga mulut sesuai dengan kebutuhan. Bilamana karena suatu sebab, terjadi hambatan maupun penyumbatan baik sebagian maupun total, maka akan terjadi  bendungan atau stagnasi saliva yang merupakan retensi saliva dan pada suatu

saat akan berubah menjadi kista (drg. Iskandar Atmadja).

Mengingat kista ini terjadinya karena retensi saliva di dalam saluran  saliva yang abnormal , maka kista jenis ini digolongkan sebagai kista retensi. Bila terjadi pada ductus  glandula saliva mayor , kista ini disebut ranula (drg. Iskandar Atmadja).

C.

Klasifikasi

 Ranula

(8)

1.  Ranula superficial atau simple ranula

Merupakan kista retensi yang sesungguhnya. Besarnya terbatas pada dataran oral musculus mylohyoideus (Aswin Rahardja).

Tampak sebagai suatu pembengkakan lunak, dapat ditekan, timbul dari dasar mulut. Kista ini dindingnya dilapisi epitel dan terjadi karena obstruksi ductus glandula saliva (Robert P. Langlais & Craig S. Miller).

Gambar Simple Ranula

2.  Ranula dissecting atau plunging ranula atau ranula profunda

Merupakan pseudokista, terjadinya karena ekstravasasi (kebocoran) saliva  pada jaringan, pada sepanjang otot dan lapisan fasia dasar mulut dan leher.  Ekstravasasi (kebocoran) tersebut disebabkan karena trauma yang kecil,

dimana tidak pernah diingat oleh penderita (Aswin Rahardja).

Kista ini menerobos di bawah musculus mylohyoideus dan menimbulkan  pembengkakan  submental . Kista jenis ini dindingnya tidak dilapisi epitel

(Robert P. Langlais & Craig S. Miller).

Gambar Plunging ranula

(9)

 Ranula dapat terjadi pada semua umur dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria (drg. Iskandar Atmadja).

 Ranula jarang sekali terjadi. Dalam salah satu penelitian terhadap 1303 kista pada  glandula  saliva, hanya ada 42 ranula yang terjadi. Perbandingan laki-laki dan perempuan dalam hal terjadinya ranula adalah 1:1,3. Umumnya yang sering terkena pada dekade kedua dan ketiga kehidupan, dengan rentang usia 3-61 tahun (Ryan L Van De Graaff).

E. Permasalahan

Telah diketahui bahwa ranula adalah kista retensi glandula saliva atau kelenjar liur. Agar diagnosa dan penatalaksanaannya benar, hal-hal yang perlu diketahui dan menjadi permasalahan adalah apakah etiologi dan bagaimana  patofisiologi ranula? Bagaimana gambaran klinis, cara menegakkan diagnosis,

differential diagnosis serta penatalaksanaan ranula?

(10)

PEMBAHASAN

A.

Etiologi dan Patofisiologi

 Ranula

 Ranula telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Banyak teori yang diajukan untuk mengetahui asalnya.  Hippocrates dan Celcius mengatakan  bahwa kista berasal dari proses inflamasi yang sederhana. Pare mensugestikan  berasal dari  glandula  pituitary yang menurun dari otak ke lidah. Ada juga

yang mensugestikan bahwa kista tersebut berasal dari degenerasi myxomatous  glandula  saliva. Teori yang terakhir mengatakan bahwa kista terjadi karena Obstruksi ductus  saliva dengan pembentukan kista atau ekstravasasi (kebocoran) saliva pada jaringan yang disebabkan karena trauma. Obstruksi ductus tersebut dapat disebabkan karena calculus atau infeksi (Aswin Rahardja).

Pada tahun 1973 Roediger dan rekannya dapat membuktikan bahwa terjadinya ranula oleh adanya penyumbatan ductus glandula saliva sehingga terjadi penekanan sepanjang dinding saluran. Bila ada daerah yang lemah akan   pecah dan terjadi lagunar  (bulatan-bulatan kecil), yang merupakan retensi  saliva yang lambat laun menjadi kista ekstravasasi (kebocoran) pada ductus  glandula  sublingualis atau  submandibularis , yang kadang-kadang dapat

ramifikasi (percabangan) secara difus ke leher (Mervyn shear).

Menurut Robert P. Langlais & Craig S. Miller,  Ranula terbentuk  sebagai akibat terhalangnya ductus saliva yang normal melalui ductus ekskretorius mayor  yang membesar atau terputus dari  glandula  sublingualis (ductus Bartholin) atau glandula submandibularis (ductus Wharton), sehingga melalui rupture ini saliva keluar menempati jarigan disekitar ductus tersebut.

Walau terjadinya ranula yang ditulis dalam literature hingga saat ini masih simpang siur, namun diperkirakan karena :

1. Adanya penyumbatan sebagian atau total sehingga terjadi retensi saliva  sublingualis atau submandibularis

(11)

3. Adanya peradangan atau myxomatous degenerasi ductus glandula  sublingualis

(drg. Iskandar Atmadja).

B.

Gambaran Klinis

 Ranula

Tanda dan Gambaran Klinis ranula adalah sebagai berikut :

• Adanya benjolan simple pada dasar mulut, mendorong lidah ke atas.

Gambar Ranula besar yang mengangkat lidah

• Umumnya unilateral , jarang bilateral .

• Benjolan berdinding tipis transparan, berwarna biru kemerah-merahan. • Benjolan tumbuh lambat, gambaran seperti perut katak.

Gambar Ranula seperti mata katak

Pembengkakan selain intra oral dapat juga extra oral.

 Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi.

Bila benjolan membesar dapat mengganggu bicara, makan

(12)

Benjolan oleh karena suatu sebab dapat pecah sendiri,

cairan keluar, mengempes kemudian timbul atau kambuh

kembali.

Pada simple ranula benjolan terletak superficial sedangkan

  plunging ranula benjolan terletak lebih dalam, bisa

menyebar ke dasar otot mylohyoid , daerah submandibular ,

ke leher bahkan ke mediastinum

(drg. Iskandar Atmadja).

C.

Diagnosis Ranula

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis ranula: 1. Melakukan anamnesa lengkap dan cermat

• Secara visual 

•  Bimanual  palpasi intra dan extra oral  •  Punksi dan aspirasi

2. Melakukan pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan radiologis dengan kontras media, tanpa

kontras media tidak berguna

• Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan biopsi

(drg. Iskandar Atmadja)

Simple Ranula gambaran kliniknya relatif lebih khas sehingga diagnosa mudah ditegakkan. Tampak sebagai suatu tonjolan berdinding tipis, licin, kebiruan dan transparan. Pada  palpasi terasa lunak dan  fluktuasi. Kista ini terletak dibawah lidah, pada bagian depan mulut (Aswin Rahardja).

  Plunging ranula lebih sulit menegakkan diagnosanya, karena gambarannya mirip dengan banyak struktur  kistik  atau pembengkakan  glandula yang lain pada leher. Tidak ada tes diagnostik  khusus untuk 

membedakan lesi-lesi tersebut. Maka diagnosa   plunging ranula hanya tergantung pada adanya hubungan anatomi kista dengan  glandula saliva dan gambaranhistopatologis dinding kista sesudah eksisi (Quick & Lowell, 1977).

(13)

Gambaran histopatologis   simple ranula yaitu dinding kista dilapisi epitel, sedangkan  plunging ranula dinding kista tanpa dilapisi epitel (Aswin Rahardja).

D.

Differential Diagnosis Ranula

1. Differential Diagnosis

 Ranula superficial atau simple ranula a. Batu kelenjar liur (Sialolith)

Pembentukan batu terjadi karena pengerasan kompleks kalsium di dalam   glandula saliva yang dapat menyumbat ductus saliva sehingga menyebabkan pembengkakan di dasar mulut. Penyumbatan aliran  saliva oleh batu akan mengakibatkan pembengkakan dasar  mulut yang keras, nyeri dan sakit (Robert P. Langlais & Craig S. Miller).

Gejala klinis yang khas adalah rasa sakit yang hebat pada saat makan, menelan dan disertai adanya pembengkakan  glandula  saliva dan sangat peka jika di palpasi. (Dona Sari Nasution).

Gambar  Sialolith

b. Kista Dermoid 

Terjadi akibat pembengkakan jaringan lunak yang berasal dari degenerasi kistik  dari epitel  yang terjebak selama perkembangan embrionik . Kista dermoid  dapat dijumpai di mana saja di kulit, tetapi mempuyai kecenderungan timbul di dasar mulut. Secara klasik tampak 

(14)

seperti kubah, tidak sakit, muncul di dasar mulut. Mukosa di atasnya merah muda, lidah sedikit terangkat dan  palpasi memberi konsistensi seperti adonan. Pasien mengeluh sukar makan dan bicara (Robert P. Langlais & Craig S. Miller).

Gambar Kista dermoid

c. Hemangioma

 Hemangioma adalah tumor jinak  vaskuler  yang sering terjadi   pada rongga mulut. Etiologinya diduga berhubungan dengan

abnormalitas proliferasi dari sel-sel endotelium (Steven Brett Sloan). Gambaran  Hemangioma menyerupai kista ranula yang menunjukkan adanya pembuluh darah (Gordon W. Pedersen).

(15)

Gambar  Hemangioma

2.   Differential Diagnosis Ranula dissecting atau plunging ranula atau ranula  profunda

a. Laryngocele

 Laryngocele adalah penonjolan selaput lendir  laring  (kotak  suara). Terjadi karena tekanan intralaringeal  meningkat.  Laryngocele yang menonjol ke arah luar ( Laryngocele eksterna) menyebabkan  benjolan di leher. Penderita juga bisa mengalami disfagia (gangguan menelan), batuk atau merasakan adanya sesuatu di tenggorokannya. Pada CT scan,  Laryngocele tampak licin dan berbentuk seperti telur. (Raden Fahmi).

b. Sialadenitis

Terjadi karena peradangan dari  glandula  saliva dengan gambaran klinis :

• Malnutrition

(16)

• Rasa sakit pada mulut atau wajah, terutama ketika makan

• Kulit kemerahan di samping wajah atau leher 

• Pembengkakan pada wajah terutama di depan telinga, di bawah

rahang, atau di bawah lidah. (damayanti,dkk)

Gambar Sialadenitis

c. Cystic Hygroma

Terjadi karena anomali kongenital limfatik . Cystic Hygroma cenderung di bawah musculus mylohyoideus dan dapat melibatkan segitiga anterior  dan  posterior  dari leher. Kista biasanya besar, halus dan berdinding tebal, berwarna pucat, serta transiluminasi (berkas chaya akan melewati cairan). Perlu diketahui bahwa kulit di atas kista kadang-kadang berwarna kebiruan.

(Jason L Acevedo & Rahul K Shah).

Gambar Cystic Hygroma

(17)

 Abses leher merupakan kumpulan nanah dari infeksi di ruang antara struktur leher. Terjadi karena infeksi bakteri atau virus dikepala atau leher.

Gejala yang ditimbulkan yaitu : a. Demam

 b. Merah, bengkak tenggorokan, sakit, kadang-kadang hanya satu sisi.

c. Tonjolan di bagian belakang tenggorokan d. Nyeri leher 

e. Sakit telinga f. Tubuh sakit g. Panas dingin

h. Kesulitan menelan, berbicara atau bernapas (Anonim, http://www.chp.edu)

Gambar  Abses leher 

e.  Ductus Thyroglossal Cyst 

Kista ini biasanya terletak di garis tengah leher. Ditandai dengan terabanya massa leher yang membesar dan tidak menimbulkan rasa tertekan di tempat timbulnya kista. Konsistensi massa teraba kistik, berbatas tegas, bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya dan bergerak saat menelan atau menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2-4 cm, kadang-kadang lebih besar. Bila terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri. Beberapa orang mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya  berwarna merah

(18)

Gambar  Ductus Thyroglossal Cyst 

f. Kista Kelenjar  Paratiroid atau Tiroid 

Kista ini berisi cairan bening atau darah dan biasanya   bermanifestasi sebagai massa leher tanpa gejala. Epitel kista ini  berbentuk kubus atau kolumnar (Sachin Wani & Ziyun Hao).

Gambar Kista Tiroid 

 g. Cervical Thymic Cyst 

Lesi dari mediastinum anterior  leher. Gejala utamanya adalah kesulitan menelan dan bernafas. Tanda yang paling sering ditemukan adalah adanya massa di leher bagian lateral.

(Anonim, http://www.surgical-pathology.com)

Gambar Cervical Thymic Cyst 

(19)

Tumor kelenjar liur jinak yang paling umum. Meskipun   pleomorphic adenoma paling sering terjadi pada kelenjar  parotis, tumor ini kemungkinan juga ditemukan dalam kelenjar liur   submandibularis ,  sublingualis. Gambaran tumor biasanya mulus,

tetapi kadang-kadang muncul nodul di sepanjang permukaan tumor  (Andrew L Wagner).

Gambar  Pleomorphic adenoma

E. Penatalaksanaan

 Ranula

Dalam kasus ranula, ahli bedah mulut dapat merekomendasikan marsupialisasi atau eksisi, dimana ranula diincisi untuk membuat outlet  pada kista retensi kelenjar liur sehingga cairan dapat dikeluarkan (S. E. Smith).

Berikut ini penjelasan tentang prosedur  marsupialisasi serta komplikasi yang ditimbulkan.

1. Tehnik Operasi : a. Menjelang operasi

• Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan

operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk  dilakukan operasi. ( Informed consent ).

• Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan

operasi.

• Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.

• Antibiotika  profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin

kombinasi

denganGaramycin, dosis menyesuaikan untuk  profilaksis.  b. Tahapan operasi

(20)

• Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam narkose umum

dengan intubasi nasotrakheal kontralateral  dari lesi, atau kalau kesulitan bisa orotrakeal  yang diletakkan pada sudut mulut serta  fiksasi-nya kesisi kontralateral , sehingga lapangan operasi bisa  bebas.

• Posisi penderita telentang sedikit “head-up” (20-25 0) dan kepala

menoleh kearah kontralateral, ekstensi (perubahan posisi kepala setelah didesinfeksi).

•  Desinfeksi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang tampon steril di

orofaring.

• Desinfeksi lapangan operasi luar dengan  Hibitane-alkohol 70%

1:1000

• Mulut dibuka dengan menggunakan  spreader  (alat pembuka) mulut,

untuk memudahkan mengeluarkan lidah maka bisa dipasang teugel  (alat penyangga) untuk pada lidah dengan benang sutera 0/1.

• Lakukan eksisi bentuk elips pada mukosa dasar mulut dan pilih

yang paling sedikit vaskularisasi-nya, kemudian rawat perdarahan yang terjadi, lakukan  sondase atau  palpasi, sebab kadang ada  sialolithiasis , atau sebab lain sehingga menimbulkan sumbatan pada

saluran kelenjar liur  sublingual . Tepi eksisi dijahit dengan Dexon 0/3 agar tidak menutup lagi.

• Apabila masih teraba kista maka bisa dilakukan memecahkan septa

yang ada sehingga isinya bisa ter-drainase. Pada kista yang cukup   besar setelah dievaluasi tidak ada kista lagi maka bisa dipasang

tampon pita sampai keujungnya dipertahankan sampai 5 hari sebagai tuntunan epitelialisasi  pada permukaan kista tadi dan tidak obliterasi lagi.

• Apabila didapat sebagian ranula dibawah musculus mylohyoid , maka

memerlukan pendekatan yang lebih bagus dari ekstra oral . Dan yang   perlu diperhatikan adalah nervus hipoglossus, nervus lingualis.

(21)

• Lapangan operasi dicuci dengan kasa- PZ  steril, luka operasi yang

diluar ditutup dengan kasa steril dan di hipafiks (perekat).

• Tampon orofaring diambil, sebelum ekstubasi.

(Anonim, http://bedahunmuh.wordpress.com)

2. Komplikasi operasi yang dapat terjadi, yaitu : a. Perdarahan

b. Kerusakan nervus hipoglosus atau nervus lingualis

c. Infeksi

d.   Fistel orokutan pada operasi yang  pendekatannya intra dan extra oral 

e. Residif  

 Residif  ketika kelenjar  saliva yang terlibat tidak terpotong mecapai 50%. Angka ini menurun jika kelenjar  saliva tersebut dipotong.

(Ryan L Van De Graaff; Anonim, http://bedahunmuh.wordpress.com)

Pada pasien langka yang tidak dapat mentoleransi pembedahan, terapi radiasi adalah terapi alternatif. (Ryan L Van De Graaff).

BAB III

KESIMPULAN

 Ranula merupakan suatu kista retensi dengan gambaran khas pada dasar  mulut.

Dikenal dua tipe klinik  ranula, yaitu ”ranula superficial” atau “simple ranula” dan “plunging ranula” atau “ranula dissecting” atau “ranula  profunda”. Simple ranula letaknya terbatas pada dataran oral musculus mylohyoideus, sedangkan   plunging ranula menerobos di bawah musculus mylohyoideus dan

bisa menyebar ke daerah submandibular , ke leher

bahkan ke mediastinum

 Ranula terbentuk sebagai akibat terhalangnya ductus glandula saliva mayor , bisa akibat dari penyumbatan, trauma atau adanya peradangan.

(22)

Gambaran klinis ranula yaitu adanya benjolan  simple pada dasar mulut  berwarna biru kemerah-merahan, berdinding tipis transparan, gambaran seperti   perut katak. Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi. Bila benjolan membesar dapat menganggu bicara, makan maupun penelanan.

Pada simple

ranula benjolan terletak superficial sedangkan pada  plunging

ranula benjolan terletak lebih dalam sehingga dapat

menimbulkan  pembengkakan submental 

Untuk menegakkan diagnosis ranula perlu dilakukan beberapa langkah yaitu anamnesa lengkap dan cermat secara visual, bimanual palpasi intra dan extra oral , punksi dan aspirasi. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pemeriksaan radiologis dan mikroskopis untuk mendukung diagnosis ranula.

Differential Diagnosis

 Ranula superficial atau simple ranula : 1. Batu kelenjar liur (Sialolith)

2. Kista dermoid  3. Hemangioma

  Differential Diagnosis Ranula dissecting atau plunging ranula atau ranula  profund  :

1. Laryngocele 2. Sialadenitis 3. Cystic Hygroma 4.  Abses leher 

5.  Ductus Thyroglossal Cyst 

6. Kista Kelenjar  Paratiroid atau Tiroid  7. Cervical Thymic Cyst 

8. Pleomorphic adenoma

Penatalaksanaan ranula   biasanya dilakukan tindakan bedah yang dinamakanmarsupialisasi.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Acevedo, Jason L; Shah, Rahul K. Cystic Hygroma. Diakses tanggal 6 Oktober  2010. Online: www.emedicine.medscape.com

Anonim. 2004. Cervical Thymic Cyst. Diakses tanggal 5 Oktober 2010. Online: http://www.surgical-pathology.com.

Anonim. 2008.   Neck abscess. Diakses tanggal 5 Oktober 2010. Online: . http://www.chp.edu/CHP/P02051.

Anonim. 2009. Kista Duktus Tiroglosus. Diakses tanggal 6 Oktober 2010. Online: http://www.kesimpulan.com/2009/05/kista-duktus-tiroglosus.html.

Anonim. 2010.   Eksisi dan Marsupialisasi Ranula. Diakses tanggal 7 Oktober  2010. Online: http://www.bedahunmuh.wordpress.com.

(24)

Atmadja, Iskandar. Marsupialisasi Ranlula. Forum Ilmiah 1984 FKG Universitas Trisakti. Jakarta. 1984. h: 567-569.

Damayanti; Husodo, Noto; Setijono. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut . Jakarta.

Fahmi, Raden. 2010.  Laringokel. Diakses tanggal 6 Oktober 2010. Online: http://community.um.ac.id/showthread.php?61160-Laringokel.

Graaff, Ryan L Van De. 2010. Ranulas and Plunging Ranulas . Diakses tanggal 6 oktober 2010. Online: http://www.emedicine.com.

Langlais, Robert P; Mille, Craig S. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang   Lazim. Hipokrates. Jakarta. 1984. h: 40.

 Nasution, Dona Sari. 2008. Dukungan Radiografi Dalam Menegakkan Diagnosa Sialolitiasis Pada Anak-Anak . Diakses tanggal 7 Oktober 2010. Online: http://www.repository.usu.ac.id/handle/123456789/7972.

Pedersen, Gordon W.  Buku Ajar Praktis Bedah Mulut . EGC. Jakarta. 1996. h: 279-280, 284-289.

Quick, AC; Lowell, SH. 1977. Ranula and the Sublingual salivary glands ,. Arch. Otolaryngol 103 : 397-400.

Rahardja, Aswin.   Dua Tipe Ranula: Diagnosis dan Terapi. Kongres Nasional xvii. Ujung Pandang. 1989. h: 567-568.

Shear, Mervyn. Kista Rongga Mulut . Edisi ke-2. EGC. Jakarta. 1998. h: 196-197. Sloan, Steven Brett. 2010. Oral hemangioma. Diakses tanggal 8 Oktober 2010.

Online: http://www.emedicine.medscape.com.

Smith, S E. 2010. What is Ranula. Diakses tanggal 7 Oktober 2010. Online: http://www.wisegeek.com.

Sugito, MH. Kista. Dental Study Club. FKG. UGM. Jogjakarta. 1981. h: 6.

Wagner, Andrew L. 2010.   Pleomorphic Parotid Adenoma Imaging . Diakses tanggal 8 Oktober 2010. Online: http://www.emedicine.com.

Wani, Sachin; Hao, Ziyun. 2005.  Atypical cystic adenoma of the parathyroid   gland. Diakses tanggal 7 Oktober 2010. Online: http://www.medscape.com.

Gambar

Gambar Ranula besar yang mengangkat lidah
Gambar  Sialolith
Gambar Kista dermoid
Gambar   Hemangioma
+4

Referensi

Dokumen terkait

Mukokel adalah kista jinak pada mukosa mulut yang berisi cairan mukus akibat trauma atau penyumbatan pada kelenjar saliva minor. Prevalensinya sekitar 2,4 kasus per 1000 orang, dan lebih sering terjadi pada pria berusia 20-29