• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PANGKALAN MILITER CHINA DI DJIBOUTI, AFRIKA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PANGKALAN MILITER CHINA DI DJIBOUTI, AFRIKA TAHUN 2016"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PANGKALAN MILITER CHINA

DI DJIBOUTI, AFRIKA TAHUN 2016

(The Policy of Military Bases China in Djibouti, Africa 2016)

PUTRI ADHIRA

20130510348

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PANGKALAN MILITER CHINA DI DJIBOUTI, AFRIKA TAHUN 2016

(The Policy of Military Bases China in Djibouti, Afrika 2016)

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

PUTRI ADHIRA

20130510348

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya dengan judul: Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika Tahun 2016 (The Policy of Military Bases China in Djibouti, Afrika 2016) adalah asli dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun perguruan tinggi lain.

Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantum sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 24 Desember 2016

Yang membuat pernyataan.

(4)

iii MOTTO

“Follow your passion, be prepared to work professionaly, sacrifice and

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Saya persembahan karya akademis ini untuk

Ibuku, Dra. Retno Wijowati dan Bapakku, Priyambodo, S.IP. Serta untuk segenap pemerhati

(6)

v DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR ISI GAMBAR ... 3

BAB I. PENDAHULUAN ... 4

A. Latar Belakang Masalah ... 4

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Landasan Teoritik... 8

D. Hipotesa ... 15

E. Metode Penelitian... 15

F. Tujuan Penelitian ... 16

G. Batasan Penelitian ... 17

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II. POTENSI DOMESTIK CHINA SEBAGAI AKTOR GLOBAL ... 19

A. Landskap Kondisi dan Potensi Politik China ... 20

B. Landskap Kondisi dan Potensi Ekonomi China... 25

C. Landskap Kondisi dan Potensi Militer China ... 29

BAB III. KIPRAH MILITER CHINA SECARA GLOBAL ... 36

A. Aktivitas Militer China Ditatanan Global ... 36

B. Aktivitas Militer China di Djibouti, Afrika ... 42

BAB IV. FAKTOR DETERMINAN CHINA MEMUTUSKAN MEMBANGUN PANGKALAN MILITER DI DJIBOUTI, AFRIKA TAHUN 2016 ... 48

A. Pengaruh Hegemoni Berbagai Kekuatan Global di Kawasan Geostrategis Djibouti, Afrika ... 49

(7)

vi

C. Tantangan Penguatan Peran Ekonomi dan Militer China di Kawasan Afrika 74

(8)

vii

DAFTAR ISI GAMBAR

Gambar 1.1 Model Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri William D.

Coplin ... 12

Gambar 2.1 Struktur Kekuasaan politik China... 24

Tabel 2.2 Timeline Reformasi Ekonomi China (1978-2004) ... 28

Gambar 3.1 Daftar Negara Pengeksport Senjata global Tahun 2016 ... 39

Gambar 4.1 Model Pengambilan Keputusan Politim Luar Negeri William D. Coplin ... 52

Gambar 4.2 Jalur Ekonomi dan Maritim China Secara Global ... 58

Gambar 4.3 Prioritas Customer Market Global Tahun 2017 ... 62

Gambar 4.4 Nilai Eksport di Afrika Tahun 2012 ... 63

Gambar 4.5 Foreign Direct Investment di Afrika Tahun 2012 ... 64

Gambar 4.6 China Maritime Silk Road Route ... 73

Gambar 4.7 Gross Domestit Product (GDP) China pada Tahun 2009 ... 76

Gambar 4.8 Aktivitas Eksport dan Import China-Afrika Tahun 2010 ... 78

Gambar 4.9 Nilai Eksport di Afrika Tahun 2012 ... 80

(9)
(10)

ix

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PANGKALAN MILITER CHINA

DI DJIBOUTI, AFRIKA TAHUN 2016

Oleh:

PUTRI ADHIRA

INTISARI

Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016. Pembangunan pangkalan militer tersebut merupakan bentuk aktivitas militer yang pertama bagi China disepanjang sejarah perjalanan pembangunan kekuatan militer negara. Kebijakan ini memiliki corak yang berbeda dari kerjasama militer China sebelumnya.

Metode dasar yang penulis gunakan dalam menganalisa pokok permasalahan ialah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan berlandaskan pada sumber data sekunder yang relevan dengan topik penelitian.

Menggunakan Teori Kebijakan Politik Luar Negeri dari William D. Coplin, penelitian ini memberikan jawaban atas alasan China memutuskan untuk membangun pangkalan militer pertama negaranya di Djibouti, Afrika pada tahun 2016. Alasan tersebut menyangkut adanya hegemoni kekuatan asing di kawasan geostrategis Djibouti, Afrika, dukungan kuat dari The Communist Party of China serta respon China atas berbagai tantangan penguatan ekonomi dan militer negaranya ditatanan global.

(11)

x

THE POLICY OF MILITARY BASES CHINA IN DJIBOUTI, AFRIKA 2016

By:

PUTRI ADHIRA

ABSTRACT

The history of Chinese military strategy has entered a new phase with their breakthrough China Policy on Military Base in Djibouti, Africa 2016. The construction of military bases is a form of military activity was a first for China throughout the history of the development of the country's military strength. This policy has a style different from earlier Chinese militery cooperation.

The basic method used by the writer in analyzing the subject matter is by using qualitative descriptive methods on the basis of secondary data sources that are relevant to the research topic.

Using the Theory of Foreign Policy from William D. Coplin, this study provides answers to the reasons China has decided to build the country's first military base in Djibouti, Africa in 2016. The reason concerns the hegemony of foreign powers in the geostrategic Djibouti, Africa, the strong support from The Communist Party of China and China's response to various challenges of strengthening economic and military global ditatanan country.

(12)

4 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

China merupakan salah satu aktor hubungan internasional yang kini memiliki peran penting dalam tatanan global. Pada beberapa tahun terakhir, China telah menjadi salah satu negara yang geliat dan pengaruhnya patut diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati Wuryandari A. E., 2011, hal. 8). Aspek politik, ekonomi, dan militer merupakan wilayah kerja China untuk menunjukan ambisinya sebagai kekuatan adidaya global baru. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bukunya

China’s Foreign Relations (1998) Denny Roy mengemukakan bahwa

kemampuan China untuk tampil sebagai aktor superpower global diabad 21 dapat dibuktikan dengan adanya fakta kehadiran China sebagai aktor ekonomi terbesar dunia (world’s largest economy), aktor berpengaruh dalam politik internasional (the influential actor in international politics), serta aktor militer kuat (strong military actor) yang tidak terbantahkan.

(13)

5

bidang armada darat, udara, maupun laut (DPR, 2012, hal. 6). Mengukur kekuatan militer China juga dapat tinjau dari alokasi anggaran militer China. Alokasi anggaran pertahanan yang disedikan China tiga kali lebih banyak dari India dan lebih besar dari kombinasi belanja militer Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Vietnam. Berdasarkan laporan dari International Institute for Strategic Studies Bulan Februari 2014, diperkirakan belanja militer China pada tahun 2020 akan menyamai Amerika Serikat. China telah menaikkan anggaran militernya selama lima tahun ini yaitu, dinaikkan 12,7 persen pada tahun 2011, 11,2 persen pada tahun 2012, serta10,7 persen pada tahun 2013. Berdasarkan Laporan berita dari Deutsche Welle (DW) pada tanggal 03 Mei 2014, dengan judul Ambisi Militer China, disampaikan bahwa China memliliki komitmen tinggi untuk melakukan modernisasi militer sebagai manifestasi dari keinginannya untuk menjadi kekuatan militer terbesar dunia.

(14)

6

cukup intens dalam mengikuti dinamika kawasan menjadi kekhawatiran sendiri bagi China (Easton, 2013, hal. 8). Kawasan Timur Tengah juga menjadi wilayah kerja baru China dalam menggandeng mitra dalam bidang militer (Dorsey, 2016, hal. 3). Eksistensi militer China juga dapat dilihat geliat dan pengaruhnya di Kawasan Amerika Latin dan di beberapa negara kawasan Afrika seperti Sudan, Zimbabwe, dan Nigeria. (Enuka, 2012, hal. 1). Berdasarkan tulisan Matsuda Yasuhiro dalam sebuah esai berjudul China;s Military Diplomacy, setidaknya terdapat tiga objek kerjasama militer yang dilakukan China yaitu, pertama melakukan pelatihan dan penguatan unit militer. Kedua, penguatan kerjasama dalam bidang senjata dan teknologi militer. Ketiga, pengenalan teknologi militer terbaru. Kaitannya dengan isu pangkalan militer, China belum pernah mengusung hal tersebut sebagai bagian dari kerjasama militernya di dunia internasional.

(15)

7

Djibouti merupakan negara tandus dengan perekonomian bergantung pada sektor pelabuhan. Meskipun tergolong sebagai negara miskin, negara yang berlokasi di Selat Bab el-Mnadeb ini merupakan negara yang mempunyai peran penting dalam jalur pelayaran dan perdagangan internasional. Hal ini selaras dengan keberadannya yang juga menjadi wilayah pintu gerbang untuk menuju Terusan Suez. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Terusan Suez merupakan salah satu rute pelayaran dan perdagangan internasional tersibut di dunia. Alasan kedua yang menjadikan kebijakan pemilihan lokasi pembangunan pangkalan militer menjadi pusat perhatian publik internasional ialah terkait dengan keputusan China untuk membangun pangkalan militer di wilayah negara dimana juga terdapat salah satu bangunan pangkalan militer terbesar dari Amerika Serikat. Selain hal tersebut, karakter militer China yang lebih cenderung bercorak pertahanan di kawasan udara serta berfokus sebagai produsen alat utama sistem pertahanan (Cheng, 2015). Hal tersebut juga turut menyertai adanya indikasi perubahan startegi kekuatan pertahanan yang dibangun China saat ini.

(16)

8

komitmen untuk memperbesar pengaruh di kancah global, China saat ini sedang dihadapkan pada pendefinisian kepentingan keamanan (security interest) di beberapa negara yang masih memiliki tingkat rendah dalam hal stabilitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini, ialah: “Mengapa China memutuskan untuk membangun pangkalan militer di Djibouti, Afrika pada tahun 2016?”.

C. Landasan Teoritik

Teori berujud sekumpulan generalisasi dan karena di dalam generalisasi itu terdapat konsep-konsep, bisa juga diartikan bahwa teori adalah pernyataan yang menghubungkan konsep-konsep secara logis (Mas'oed, 1990, hal. 189). Selain itu, dalam ilmu sosial, teori memiliki dua fungsi. Pertama, teori berfungsi secara mudah bagi peneliti untuk mengorganisasikan data. Kedua, teori memungkinkan peneliti mengembangkan prediksi bagi situasi-situasi yang belum ada datanya. Prediksi membawa kepada hipotesis yang menjadikan tindakan penelitian lebih terarah, efisien, dan sistematik (Azwar, 1998, hal. 39-40).

(17)

9

pertamanya di Djibouti, Afrika pada tahun 2016, penulis akan mengimplementasikan Teori Kebijakan Politik Luar Negeri dari William D. Coplin sebagai teori tunggal dalam menjawab pokok permasalahan dalam skripsi ini.

Pengertian pada umumnya Politik Luar Negeri merupakan keputusan suatu negara terhadap negara lainnya. Lebih jauh, politik luar negeri merupakan hasil perpaduan dan refleksi dari kondisi dalam negeri yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi internasional (Ganewati Wuryandari A. E., 2011). Menurut Brown, politik luar negeri dapat dipahami sebagai cara untuk mengartikulasikan dan memperjuangkan kepentingan nasional terhadap dunia luar (Ganewati Wuryandari D. M., 2008). Dalam bentuknya, politik luar negeri dapat berupa kebijakan, hubungan, ataupun statment. Terlepas dari segala bentuk politik luar negeri tersebut, suatu proses politik luar negeri merupakan sebuah keniscayaan yang ada dalam politik luar negeri. Proses tersebut dilandasi dengan pertimbangan-pertimbangan yang kuat, matang, dan strategis dari subjek pembuat politik luar negeri. Begitu halnya dengan bentuk politik luar negeri dengan bentuk produk kebijakan.

Dalam studi kasus ini penulis akan menggunakan Teori Pengambilan keputusan yang digagas oleh William D. Coplin. Menurut Willian D.Coplin dalam Teori Pengambilan Keputusan Luar Negeri atau

Foreign Policy setidaknya yang dapat dipahami ialah: “apabila kita akan

(18)

10

negeri. Dan salah besar bila menganggap bahwa para pemimpin negara (para pembuatan kebijakan luar negeri) bertindak tanpa pertimbangan. Tetapi sebaliknya, tindakan politik tersebut dipandang sebagai akibat dari konsiderasi yang mempengaruhi para pembuat kebijakan luar negeri” (Coplin & Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis, 2003, hal. 30).

Dalam penyusunan suatu politik luar negeri, William D. Colpin menjelaskan atas adanya tiga konsederasi yang dapat mempengaruhi suatu negara untuk menentukan politik luar negeri negaranya. Tiga konsiderasi atau pertimbangan tersebut yaitu,

1. Kondisi politik dalam negeri/ politik domestik

(19)

11 2. Situasi ekonomi atau militer

Dalam proses penyusunan politik luar negeri, Coplin berasumsi bahwa pertimbangan pada aspek kondisi ekonomi dan militer negara menjadi salah satu faktor pendorong para aktor pembuat kebijakan politik luar negeri merumuskan suatu formulasi politik luar negerinya di dunia internasional. Coplin menjelaskan bahwa tingkat kemampuan ekonomi dan militer negara sangat mempengaruhi bentuk politik luar negeri negaranya di tatanan global.

3. Konteks Internasional,

Menurut Coplin dalam teorinya, kondisi internasional atau konteks internasional menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas politik luar negeri suatu negara. Terdapat tiga elemen utama kondisi internasional yang mempengaruhi penyusunan politik luar negeri tersebut yaitu, kondisi geografis, ekonomi dan politik di pusaran politik internasional (Coplin & Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis, 2003, hal. 165-172).

(20)

12

Coplin berikut akan ditampilkan model tentang proses pembuatan Keputusan Luar Negeri sebagi adopsi dari teori yang telah dipaparkan Coplin.

Gambar 1.1. Model Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri William D. Coplin

Sumber : William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis Edisi Kedua (Coplin & Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis, 2003, hal. 30).

Teori pembuatan kebijakan luar negeri di atas menjelasan bahwa implementasi kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh adanya konsetelasi politik secara internal (politik domestik dan kondisi ekonomi serta militer) dan eksternal (kondisi internasional) yang keadakannya saling memberikan pengaruh antara satu dengan lainnya sehingga mendorong para pembuat keputusan memutuskan suatu formulasi politik luar negeri bagi negaranya.

Dari model pengambilan kebijakan politik luar negeri yang telah didesain oleh William D. Coplin tersebut, penulis akan mencoba

Politik dalam negeri

Konteks internasional

(Suatu produk tindakan politik luar negeri seluruh negara pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, yang mungkin atau yang diantisipasi) Kondisi ekonomi

dan militer

Tindakan politik luar negeri

(21)

13

menjelaskan terkait proses pengambilan kebijakan politik luar negeri dari studi kasus yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini yaitu, kebijakan pembangunan pangkalan militer China di Djibouti, Afrika pada tahun 2016.

China merupakan negara dengan karakter politik yang cukup unik. Pasalnya, dalam sistem politik China, dikenal adanya hubungan vertikal power sebagai struktur kekuasan negara dengan basis ideologi komunis. Ideologi tersebut menjadi ruh dalam setiap aktivitas politik negara tirai bambu tersebut. Tiga vertikal power tersebut ialah keberadaan The

Communist Party of China (CPC), The State Council dan The People’s

Liberation Army (PLA). Terlepas dari adanya overlapping atau tumpang tindih dalam aspek fungsi antara CPC dan The State Council karena keduanya memiliki pemimpin yang sama, namun kaitannya dengan penyusunan politik luar negeri China, ketiga aktor tersebut merupakan official foreign policy actors di China (Jokobson & Knox, 2010, hal. 4). Oleh karena itu, dalam skripsinya akan diberikan kajian atau penelitian pada peran-peran baik pihak birokrasi, partai, kepentingan ataupun massa di Negara China dalam kaitannya dengan adanya kebijakan pembangunan pangkalan militer China di Djibouti, Afrika pada tahun 2016 merupakan implementasi pertama untuk melihat faktor determinan dari politik dalam negeri China atas kebijakan tersebut.

(22)

14

consideran kedua yang disampaikan Coplin dalam teorinya. Consideran tersebut ialah faktor ekonomi dan militer negara. Selama empat tahun terkahir, pertumbuhan China telah menyentuh angka 10 persen (Ganewati Wuryandari A. E., 2011, hal. 8). Dengan angka tersebut, diprediksikan pada tahun 2050, China dapat menggeser posisi Amerika Serikat di dunia internasional. Penggunaan kekuatan militer China sebagai yang masih terfokus pada tiga bidang kerjasama militer yaitu, pelatihan pengutana unit militer, kerjasama peralatan pertahanan dan pengenalan teknologi militer menjadi faktor yang turut akan difokuskan perannya dalam penelitian ini.

(23)

15 D. Hipotesa

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teoritik yang telah dipaparkan, maka dapat diperoleh hipetesa atau jawaban sementara dari pokok penelitian ini yaitu: China memutuskan untuk membangun pangkalan militer di Djibouti, Afrika pada tahun 2016 karena,

1. Adanya pengaruh konteks internasional berupa hegemoni beberapa kekuatan asing yang kuat di kawasan strategis Djibouti, Afrika baik dalam bidang ekonomi, militer dan politik.

2. Secara politik dalam negeri China, adanya dukungan kuat dari Partai Komunis China (The Communist Party of China) dalam mewujudkan China as Global Maritime Actor.

3. Adanya pengaruh kuat dari kondisi ekonomi dan militer yang ada di China. Yaitu, dalam aspek kondisi ekonomi, adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong China untuk membuat kebijakan yang selaras dengan upaya China dalam memelihara kemitraan perdagangan dengan kawasan Afrika serta dalam aspek kondisi militer, perlu adanya pengembangan sektor wilayah kerjasama China yang lebih strategis, khususnya dalam hal militer di tengah kuatnya pusaran pengaruh militer asing di Kawasan Afrika.

E. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

(24)

16

data sekunder dalam hal ini diwakili oleh informasi-informasi dan literatur-literatur yang relevan seperti buku-buku hasil terkait China, dinamika hubungannya dengan Afrika ataupun tekrait militer di tatanan global, buku-buku panduan lain, berita (news), data elektronik (internet), dan data lainnya yang berhubungan dengan rumusan masalah.

2. Metode Pengolahan Data

Penulis melakukan analisa data dengan menggunakan metode deduktif yaitu, mengelaborasikan teori-teori pada landasan teoritik dengan unit analisanya yaitu, mengelaborasikan teori untuk kemudian diaplikasikan pada studi kasus yang menajdi objek penelitian dalam skripsi ini. Dalam hal ini ialah pengaplikasian Teori Geopolitik serta Teori Pengambilan Kebijakan Politik Luar Negeri untuk dijadikan landasan analisa dalam menjawab pokok permasalahan penelitian yaitu, alasan China memutuskan untuk membangun pangkalan militer pertamanya di Djibouti, Afrika pada tahun 2016.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari skripsi yang berjudul “KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PANGKALAN MILITER CHINA DI DJIBOUTI,

AFRIKA TAHUN 2016” ini ialah:

(25)

17

2. Untuk mengetahui faktor determinan yang mendorong China memutuskan untuk membangun pangkalan militer pertamanya di luar negeri. Dalam hal ini ialah di Djibouti, Afrika.

G. Batasan Penelitian

Untuk menghindari adanya pelebaran penjelasan mengenai alasan yang melatarbelakangi China dalam membuat kebijakan politik luar negerinya berupa keputusan pembangunan pangkalan militer China di Djibouti, Afrika pada tahun 2016 maka dibutuhkan batasan penelitian secara riil. Adapun batasan penelitian ini adalah kebijakan pembangunan pangkalan militer China pada tahun 2016 beserta segenap proses negosiasi dan implikasinya, reformasi kebijakan militer di China, analisa zona objek meliputi Djibouti dan kawasan Afrika secara luas, konteks internasional didasarkan pada fakta-fakta gobal yang relevan pada studi kasus.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini agar dapat menghasilkan suatu karya tulis ilmiah yang terpadu, maka penulis akan membagi elaborasi dalam beberapa bab dimana setiap bab memiliki korelasi dan saling keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Beikut ialah perumusan bab dalam penelitian kualitatif ini:

(26)

18

BAB II akan membahas mengenai lanskap politik, ekonomi, dan militer China secara lebih mendalam. Dalam bab ini, penulis akan mencoba untuk menjelaskan pokok bahasan bab dengan mengelaborasikan dalam tiga sub bab yaitu, sub bab pertama membahas mengenai kekuatan politik China. Sedangkan sub bab kedua akan membahas mengenai kekuatan ekonomi China serta sub bab ketiga akan membahas mengenai kekuatan militer China baik dalam perspektif dalam negeri maupun luar negeri.

BAB III akan membahas mengenai kebijakan pembangunan pangkalan militer China di Djibouti, Afrika pada tahun 2016. Penulis akan mencoba memperinci pembahasan dalam bab ini dengan memberikan elaborasi terkait kebijakan militer China, hubungan kerjasama militer China, jenis pangkalan militer yang dibangun China, Selain hal tersebut, penulis akan memberikan sub bab khusus yang bertujuan untuk memberikan usalan mengenai Djibouti sebagai latar tempat yang menajadi tujuan dari kebijakan politik luar negeri China tersebut.

BAB IV akan membahas mengenai substansi yang ada dalam poin-poin hipotesa dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat dua poin utama hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang diajukan penulis dalam penelitian.

(27)

19 BAB II

POTENSI DOMESTIK CHINA SEBAGAI AKTOR GLOBAL

Bab ini merupakan penjabaran substansi mengenai potensi-potensi yang dimiliki China sebagai aktor penting hubungan internasional abad 21, baik di tatanan regional maupun internasional. Penjelasan substansi yang akan diberikan penulis mencakup penjabaran pada aspek politik, ekonomi, dan militer yang dimiliki China. Penjabaran meliputi dua hal yaitu, pemaparan mengenai kondisi secara riil di domestik pada bidang politik, ekonomi, dan militer beserta potensinya di tatanan global sehingga dapat menghadirkan China sebagai adidaya baru di panggung internasional. Dengan hal ini, maka bab ini akan memberikan muara pada mulai munculnya gambaran mengenai faktor-faktor yang berpotensi menjadi pengaruh (influence) dalam mengkaji proses kebijakan luar negeri China, dalam hal ini ialah mengenai kebijakan pembangunan pangkalan militer China di Djibouti, Afrika pada tahun 2016.

(28)

20

China. Sedangkan pembahasan mengenai situasi ekonomi China meliputi tentang sektor perekonomian dan faktor yang mendorong laju perekonomian Australia. Dalam hal militer, pembahasan mengenai kekuatan militer yang dimiliki China akan menjadi fokus utama pembahasan. Ketiga hal tersebut akan dielaborasi secara runtut dengan memberikan pembahasannya tidak bertumpu pada ruang lingkup domestik, namun juga perannya yang telah dibangun China di tatanan global melalui tigas aspek kekuatan nasionalnya tersebut yaitu, aspek politik, ekonomi, dan militer.

A. Landskap Kondisi dan Potensi Politik China

(29)

21

party-state menempatkan Partai Komunis China untuk memiliki peran signifikan dalam mengontrol dan mengarahkan sistem tugas-tugas pemerintahan, sedangkan pemerintah pusat memegang kekuasaan dan wewenang utama di dalam negara kesatuan Republik Rakyat Cina (Melati, 2013, hal. 2). Dengan demikian Partai Komunis China menjadi aktor yang menentukan corak pemerintahan China.

Arsitektur pemerintahan China dibangun diatas fondasi berbentuk republik dengan sistem demokrasi komunis. Hal ini membawa konsekuensi pada sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di China sepenuhnya dikendalikan oleh negara sebagai aktor yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.

(30)

22

segala kekuasaan dan memiliki hak eksklusif untuk melegitimasi dan mengontrol semua organisasi politik. Partai Komunis China menentukan tujuan sosial, ekonomi, dan politik bagi masyarakat. Pencapaian tujuan- tujuan ini diusahakan melalui rekrutmen dalam organ-organ partai di tingkat pusat maupun daerah. Dalam setiap birokrasi China, terdapat bagian kecil partai yang dipimpin salah satu anggota CPC bahkan organ negara tersebut. Sehingga, partai selalu sanggup menggunakan kontrolnya dalam birokrasi negara dengan mengawasi personelnya. Demikianlah, struktur negara dan partai di China yang sangat mencirikan dan menonjolkan nilai-nilai komunisme, yang diterapkan secara Top and Down (dari atas ke bawah) dimana segala peraturan atau kebijakan dari pemerintah, harus dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Cina (Melati, 2013, hal. 5).

(31)

tugas-23

tugas konstitusional yang serupa dengan badan-badan parlementer yang ada di negara lain (Melati, 2013, hal. 13).

Geliat dan pengaruh China dalam bidang politik dapat dilihat dari adanya peran China yang semakin memegang proporsi besar dalam berbagai agenda internasional. Profesor Fakultas Politik Universitas Oxford menyampaikan bahwa keanggotaan dan peran strategis yang dimiliki China dalam United Nations (UN) sebagai Intenational Governmental Organization berpengaruh di dunia telah menjadi pintu pembuka bagi China untuk turut memainkan peran penting di tatanan global (CRI, 2016). Laporan berita dari Deutsche Welle (DW) sebuah pusat penyiaran berita dan informasi dari Jerman melalui tulisan pada tanggal 24 April 2016, menyebutkan apabila China merupakan negara yang memiliki kemampuan diplomasi yang kuat di dunia Internasional. Dukungan politik atas klaim wilayah yang terjadi pada konflik Laut China Selatan dapat menjadi salah satu cerminan atas kekuatan diplomasi China. Setidaknya terdapat 40 negara yang telah mendeklarasikan dukungan politiknya kepada China dalam kasus tersebut, termasuk Srilanka dan Zimbawe (Sari, 2016).

Dalam sistem politik China, dikenal adanya hubungan vertikal power sebagai struktur kekuasan negara dengan basis ideologi komunis. Ideologi tersebut menjadi ruh dalam setiap aktivitas politik negara tirai bambu tersebut. Tiga vertikal power tersebut ialah keberadaan The Communist Party of China (CPC), The State Council dan The People’s Liberation Army (PLA).

(32)

24

antara CPC dan The State Council karena keduanya memiliki pemimpin yang sama, namun kaitannya dengan penyusunan politik luar negeri China, ketiga aktor tersebut merupakan official decision maker sekaligus foreign policy actors di China (Jokobson & Knox, 2010, hal. 4). Berikut merupakan gambar ilustrasi dari tiga struktur kekuatan politik di China.

Gambar 2.1 Struktur Kekuasan Politik China

Sumber: Robert G. Sutter, Chinese Foreign Relations (Sutter, 2010, hal. 45)

Terkait dengan mekanisme politik dalam penyusunan politik luar negeri, top-level aktor politik yaitu, partai, pemerintah dan pimpinan militer merupakan aktor pengaruh dominan pada final decision atau keputusan akhir khususnya dalam penyusunan politik luar negeri dimana isu keamanan nasional menjadi topik pembahasan penyusunan (Sutter, 2010, hal. 45). Terkait dengan peran The Ministry of Foreign Affairs (Kementerian Luar

The Communist

Party of China (CPC)

The China

Government

(33)

25

Negeri) dalam penyususnan politik luar negeri, kementerian mengalami degradasi pada kekuatan institusi sebagai policy maker di China. Pasalnya, keadakan China yang semakin kuat di tatanna internasional mendoronga China untuk hadir sebagai suatu negara yang harus jeli dalam mengelola segala isu di luar negaranya (Jakobson & Knok, 2010, hal. 8). Dalam laporan tertulis dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada tahun 2010, New Foreign Policy Actors in China, dijelaskan apabila hal tersebut menyebabkan adanya berubahan tatatan fungsi yang melibatkan aktor lain untuk turut mengambil peran dalam pemantauan dan menjadi pelaksana dalam urusan luar negeri China, khususnya peran partai, pemerintah dan pemimpin militer China. Sejak tahun 1998, fungsi kementerin tersebut bertindak sebagai pelaksana tugas urusan luar negeri atau pelaksana kebijakan politik luar negeri China .

B. Landskap Kondisi dan Potensi Ekonomi China

(34)

26

9.5 persen pada setiap tahunnya dalam kurun dua puluh tahun terakhir. Keputusan China untuk masuk menajdi anggota World Trade Center (WTO) pada tahun 2001 justru menjadi katalisasi bagi kemajuan China karena telah memberikan dorongan bagi China untuk menjadi negara dengan perekonomian yang terbuka (Dellios, 2005). Perkembangan serta peran tersebut telah melahirkan China sebagai adidaya baru yang sedang terus menggeliat dan berusaha menancapkan pengaruh kuatnya di kawasan Asia Pasifik (Wuryandari G. , Elisabeth, Mashad, Muna, & Sriyanto, 2011).

(35)

27

pada tahun 1987 dan tahun 1998 meningkat menjadi 37%. Sejumlah reformasi lembaga turut mendorong perkembangan pesar Chun atersebut, seperti dalam keranga birokrasi, China memberikan otonomi dalam mempromosikan ekspor keunggulan wilayah pada setiap provinsinya. Berbagai perusahaan perdagangan dan industri manufaktur didirikan untuk memfasilitasi desentralisasi kegiatan perdagangan (Chow, 2004, hal. 131).

(36)

28

baru perekomian yang lebih interaktif dengan dunia internasional (Ozyurt, 2010, hal. 3).

Tabel 2.2 Timeline Reformasi Ekonomi China (1978-2004)

Tahun Perubahan Kebijakan

1978 Inisiasi “Open-Door Policy” dimulai, fokus pada perdagangan dan investasi luar negeri

1979 Keputusan untuk mengubah pertanian kolektif;

Perusahaan desa dan kecamatan diberikan dorongan kuat untuk produksi

1980 Zona keonomi khusus telah dibuat

1984 Negara mendorong Self-proprietorships (kepemilikian ekonomi privat)

1986 Provisional bankruptcy law (hukum kepailitan sementara) dijalankan untuk perusahaan milik negara

1987 Sistem tanggung jawab kontrak mulai dikenalkan oleh perusahanan milik negara

1988 Awal penghematan biaya produksi pada Township and village enterprises (TVEs)

1990 Sistem bursa dimulai di Shenzhen

1993 Keputusan untuk mendirikan “socialist market economic system” 1994 Hukum perusahaan mulai diperkenalkan

1995 perubahan persyaratan kontrak untuk staf perusahaan milik negara

1996 konvertibilitas penuh untuk transaksi giro

1997 Rencana untuk merestrukturisasi banyak perusahaan milik negara dimulai

1999 amandemen konstitusi secara eksplisit mengakui kepemilikan pribadi

2001 China bergabung dengan World Trade Organization (WTO)

2002 The Communist Party of China mendukung peran sektor swasta serta mengundang pengusaha untuk bergabung

2003 Keputusan untuk melaksanakan keputusan untuk sistem ekonomi pasar sosialis secara total

2004 Konstitusi telah diubah untuk menjamin hak milik pribadi

Sumber: Selin Ozyurt, China’s Economics Outlook after 30 Years of Reform

(Ozyurt, 2010, hal. 5)

(37)

29

tatanna internasional secara luas. Hal ini berbeda dengan tahun 1980 diman asaat itu China masih menggunaka sistem ekonomi yang relatif tertutup, rekam jejak perdagangan China mencatat senilai US$ 37 miliar menjadi angka pendapatan China dalma sektor perdagangan. Perdagangan Chin apada saat itu memberikan kontribusi sebesar 12.4% dalam GDP. Pada tahun 1994, perdagangan produk industri China meningkat ke US$ 260 miliar dan menjadikan China tampil sebagai aktor ekonomi baru global dalam bidnag perdagangan internasional. (Lam, 1997, hal. 17).

Sebagai negara yang telah bergantung pada sektor perdagangan dan investasi dalam pertumbuhan ekonominya, Afrika menjadi salah satu kawasan penting kaitannya dengan kemitraan ekonomi China dalam dua hal tersebut. Bagi China, Afrika merupakan kawasan penyedia bahan baku seperti minyak, bjih besi, dll yang dalam ditempatkan sebagai faktor produksi China untuk industrinya. Sedangkan bagi Afrika, China merupakan mitra dagang utama dan investor yang menyediakan proyek produk konsumen murah, pembeli sumber daya alam mereka, dan membantu membangun infrastruktur di kawasan Afrika (Gamache, Hammer, & Jones, 2013, hal. 1).

C. Landskap Kondisi dan Potensi Militer China

(38)

30

Dalam pidatonya di pembukaan Kongres Rakyat Nasional ke-10 (NPC) pada tanggal 5 Maret 2007, Perdana Menteri China Wen Jiabo tdak menyebutkan mengenai anggaran militer negaranya. Namun, sehari sebelum kongres berlangsung juru bicara NPC, Jiang Enxhu menyatakan bahwa anggaran pertahanan China yang diajukan mengalami kenaikan sebesar US$ 44,94 miliar atau naik sebesar 17,8%dibanding dengan anggaran tahun sebelumnya (anggaran tahun 2006) naik 14,7% dibandngkan dengan tahun 2005. Kemajuan tersebut tentunya tidka dapat dilepaskan dari adanya upaya China dalam melakukan modernisasi atau reformasi pada kekuatan militernya.

Perkembangan pemikiran pertahanan Cina moderen bermula pada dekade 1930-an dan 1940-an yang lebih mengedepankan pada dua komponen strategi, yakni pertahanan teritorial atau darat (territorial defense) dan pertahanan pantai (coastal defense). Saat itu bagi Cina, esensi pertahanan keamanan adalah seperti yang termuat dalam doktrin “Perang

Rakyat” (People’s War). Secara implisit “Perang Rakyat” mengandalkan

(39)

31

Sejak awal tahun 1980-an Cina menerapkan strategi “pertahanan aktif” (jiji fangyu) yang selaras dengan upaya pembangunan ekonomi

“lompatan jauh ke depan” yang dicanangkan Deng Xiaoping. Secara

demikian kebijakan pertahanan Cina harus disubordinasikan pada dan ditujukan untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Secara keseluruhan, Doktrin “pertahanan aktif” dimaksudkan untuk menghadapi

tiga jenis perang, yakni: perang dunia; perang skala luas dalam menghadapi agresi negara asing terhadap Cina; dan konflik perbatasan atau perang terbatas. Dari ketiga kemungkinan perang tesebut sejak pertengahan tahun 1980-an para elit strategi Cina yakin bahwa jenis perang ketiga yang akan mungkin terjadi. Karena itu sampai saat ini berbagai simulasi strategi perang-perang regional dan terbatas (youxian zhubu zhanzheng) kerap dikembangkan Cina. Menjelang akhir 1980-an strategi pertahanan Cina mulai memperhitungkan arti penting pertahanan maritim dan udara dalam doktrin pertahanan aktif melalui pengenalan “strategi pertahanan air hijau” (jijide jinhai fangyu zhanlie). Strategi

(40)

32

pada angkatan laut dan udara. Militer didorong untuk melaksanakan kontruksi kualitatif militer, yakni upaya untuk meningkatkan kemampuan operasi militer yang dikombinasikan dengan teknologi persenjataan yang tinggi.

(41)

33

gerak cepat dalam menghadapi pertempuran dengan calon agresor, terorisme, dan kekacauan di dalam negeri (Yani, 2007, hal. 1-2).

Perkembangan kekuatan militer China banyak menarik perhatian negara-negara khususnya di kawasan Asia Timur, seperti Jepang, Korea Selatan, Korea Utara dan Taiwan. Pertumbuhan kekuatan militer China yang pesat menimbulkan adanya rasa kekhawatiran dan ancaman terhadap negaranegara tetangganya. Banyak isu yang kemudian muncul terkait dengan motif China melakukan transformasi kekuatan militernya, salah satunya adalah perkembangan militer China yang didasari oleh adanya motif untuk mencapai posisi sebagai negara terkuat secara regional dan global.

(42)

34

China cukup berjaya. Kapal perang berjumlah 760 unit, kapal pengangkut 1822 unit, pelabuhan utama 8, pengangkut pesawat 1 unit, kapal penghancur 21 unit, kapal selam 68 unit, fregat 42, kapal patroli pantai 368 unit, kapal penyapu ranjau sekitar 39 unit, dan kapal amphibi sekitar 121 unit.12 Secara alamiah, China menerapkan kebijakan pertahanan nasional yang defensif. China memprioritaskan perlindungan terhadap kedaulatan nasional, keamanan, integritas teritorial, pengamanan kepentingan pembangunan nasional, dan kepentingan orang-orang china di atas segalanya . China berusaha membangun pertahanan dan meningkatkan kekuatan militer untuk menjaga keamanan nasional dan kepentingan pembangunan nasional China. Andrew Erickson mengemukakan bahwa aktivitas peningkatan secara signifikan militer China bukan untuk memulai sebuah perang baru di kawasan Asia Timur, melainkan berusaha untuk menguasai perkembangan militer. Perkembangan militer dapat digunakan untuk memenangi persaingan tanpa pertempuran sesungguhnya dengan menggentarkan tindakan-tindakan yang diidentifikasi sebagai ancaman terhadap kepentingan nasional China (Yani, 2007, hal. 8-9). Beberpa faktual riil terkait militer tersebutlah yang kemudian membawa China tampir sebagai aktor militer yang cukup pantas diperhitungkan dalma skala global.

(43)

35

negeri China maupun dari luar China yang menjadi faktor pendorong perlunya dilakukan modernisasi kekuatan militer khusunya yang dilakukan oleh Hu Jintao. Faktor pendorong tersebut di antaranya yaitu:

1. Adanya Kebutuhan Menjaga Keamanan Negara

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap negara memiliki kebutuhan untuk menjaga keamanan negara. Hal demikian yang menjadi landasan dasar upaya menjaga keamanan negara serta menjadikan aspek pertahanan keamanan menjadi salah satu tujuan negara. Terlebih lagi China merupakan negara yang rawan mengalami konflik dengan negara tetangganya seperti Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam. 18 Oleh sebab itu diperlukan kebijakan dan stratregi pertahanan maupun militer yang lebih baik melalui modernisasi militer. Hal demikian membuat modernisasi kekuatan militer China dijadikan salah satu prioritas oleh Hu Jintao dan diwujudkan dalam berbagai bentuk kebijakan pertahanan keamanan yang baru.

2. Keinginan Mengejar Ketertinggalan dari Perkembangan Barat

(44)

36

BAB III

KIPRAH MILITER CHINA SECARA GLOBAL

Bab ini merupakan penjabaran substansial mengenail kiprah atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh China dalam bidang militer. Sebagai pokok pembahasan dalam skripsi ini yaitu, bertajuk mengenai kebijakan pembangunan pangkalan militer maka perlu kiranya untuk memberikan ulasan mengenai aktivitas-aktivitas militer yang dilakukan oleh China. Oleh karena ini, dalam bab ini penulis akan memberikan dua pembahasan mengenai aktivitas militer yang dilakukan China secara global serta pemberian pembahasan khusus mengenai aktivitas militer China di Djibouti, Afrika. Penjabaran akan diberikan secara diskriptif atas kedua ulasan mengenai aktivitas mliter tersebut sehingga muara akhir pada bab ini akan memberikan gambaran atas dua hal. Yaitu, pertama gambaran mengenai aktivitas militer yang dioperasikan China ditatanan global serta yang kedua yaitu, gambaran mengenai kebijakan pembangunan pangkalan militer China di Djibouti, Afrika.

A. Aktivitas Militer China Ditatanan Global

(45)

37

untuk melayani masyarakat karena pada saat ini China sedang dihadapkan pada tugas berat untuk membangun dan meningkatkan perekonomian dalam negeri. Oleh karena itu tugas pertahanan militer harus mendukung dan melayani untuk pembangunan ekonomi nasional secara menyeluruh (Andrean, 2015, hal. 4). Pembangunan China saat ini membutuhkan lingkungan internasional yang damai guna mendukung terciptanya stabilitas pembangunan nasional China. Defense White Papers of China atau Buku Putih China ialah sebuah landasan formal negara yang dikeluarkan oleh Dewan Negara China.

Sebagai negara besar, kini China mengalami peningkatan dalam upaya-upaya perbaikan dan pengembangan kekuatan militer negaranya. Hal ini didasarkan dengan seiring menguatnya kepentingan China di dunia internasional yang perlu mendapatkan dukungan stabilitas keamanan melalui militer negaranya (Xiang, 2014). Terdapat beberapa hal yang China lakukan dalam membangun aktivitas militer negaranya di dunia internasional, salah satunya ialah keterlibatan China sebagai pemasok persenjataan militer global. Oleh karena itu, berikut merupakan ulasan mengenai aktivitas China melalui industri persenjatan global.

(46)

38

signifikan (Utama, 2016). Data terbaru menyebutkan bahwa hingga tahun 2011 dan 2015, anggaran militer China akan terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2011 ialah tercatat 119,8 miliar dolar AS. Di tahun 2015, anggaran akan dinaikkan dua kali lipat menjadi 238,2 miliar dollar AS atau mengalami kenaikan sekitar 18,75 persen per tahun dalam kurung waktu tersebut. Kenaikan anggaran militer untuk tahun 2015 itu melampaui semua anggaran dari 12 negara di Asia Pasifik, yang diperkirakan mencapai total 232,5 miliar dolar AS (Satris, 2015, hal. 2). Kenaikan anggaran militer ini, selaras dengan menngkatnya peran industri persenjataan militer China yang semakin mengglobal.

(47)

39

Gambar 3.1 Daftar Negara Pengekspor Senjata Global Tahun 2016

Sumber: Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), 10 International Arms Transfers and Arms Production ((SIPRI), 2015)

Dalam grafik terlihat apabila Amerika Serikat dan Rusia masih mendominasi dinamika industri persenjataan global. Meskipun demikian, pencapain China sebagai eksportir terbesar ketiga global telah membuka pintu peluang besar bagi China untuk semakin menguatkan peran ditatanan global, menyusul Amerika Serikat dan Rusia dalam bidang militer.

Selain aktivitas militer melalui industri persenjataan global, China juga memiliki sejumlah aktivitas militer yang patut untuk diperhatikan geliat dan pengaruhnya. Aktivitas tersebut dapat dilihat melalui sejumlah kerjasama militer yang dibangun China di dunia internasional. Kaitannya dengan Rusia, China memiliki kemitraan khusus dengan Rusia. Pasalnya, kedua negara memiliki jalinan kuat dalam bidang militer. Kedua negara mnejalin kerjasama dalam bidang joint military exercises. Selain menjalin latihan militer secara bersama, China dan

(48)

40

Rusia juga meningkatkan kerjasama dalam anty-missile cooperation atau kerjasama anti penggunaaan senjata rudal (Internasional, 2016). Hal ini menegaskan adanya aktivitas militer China yang dibangun secara peace mission.

Kerjasama dalam hal military training and counterterrorism operations (latihan militer dan operasi pemberantasan tindak teorisme) menjadi wilayah aktivitas militer China lainnya di Iran. Selain itu, pada tahun 2015 China menjalin kerjasam dengan Iran untuk training Iranian nuclear engineers and helped Iranian master uranium exploration and mining atau pelatihan bagi tenaga ahli Iran dalam bidang nuklir dan pertambangan. China dan Iran juga menjalin kerjasama militer dalam aksi pemberantasan tindka pembajakan atau anty-piracy (Gady, 2016). Beberapa hal ini telah menggambarkan bagaimana militer China bekerja di dunia internasional.

(49)

41

(Shaohui, 2016). Sedangkan di kawasan Asia Selatan, China memiliki aktivitas militer yang cukup intens dengan negara Pakistan dan Bangladesh. Pertukaran informasi, pelatihan bersama dan kerjasama terkait peralatan serta teknologi militer menjadi wilayah aktivitas kerjasama militer China di kedua negara tesebut (Tiezzi, 2015).

(50)

42

B. Aktivitas Militer China di Djibouti, Afrika

Menyusul aktivitas militer yang telah lebih dahulu dilakukan oleh beberapa negara maju lainnya di kawasan negara Djibouti, pada tanggal 21 Januari 2016 secara resmi melalui informasi yang disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri-nya (The China Foreign Affairs Ministry), China menyampaikan hasil suatu perjanjian kerjasama yang cukup merubah masa depan militer di negaranya. Perjanjian tersebut melibatkan dua aktor negara yaitu, China dan Djibouti yang saling bersepakat untuk menjalin kerjasama dalam bidang militer (Braude & Jiang, 2016). Perjanjian tersebut merupakan landasan hukum atas diijinkannya China untuk membangun dan mengoperasionalkan kekuatan militer di Djibouti, Afrika. Perjanjian ini sekaligus menjadi simbol atas dimulainya aktivitas militer China di Djibouti sebagai mitra kerjasama sejak tahun 1979. Selain hal tersebut, perluasan bidang kerjasama China dan Djibouti dalam bidang militer tersebut telah melengkapi sederet bentuk kerjasama yang telah aktif dijalankan kedua negara yaitu dalam bidang ekonomi baik berupa investasi, pembangunan infrastruktur, maupun perdagangan internasional. Melalui hal tersebut, China hadir menyusul Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan Jerman yang telah lebih dahulu membangun dan memiliki pangkalan militer di kawasan Negara Djibouti (Orion, 2016, hal. 2).

(51)

43

Djibouti. Pangkalan militer berbentuk “support facilities base” untuk tentara

angkatan laut China yaitu, The People’s Liberation Army-Navy (PLAN) yang

akan beroperasi di Djibouti (Panda, 2016). Menurut laporan petugas dan pakar asing yang memantau perkembangan proyek dengan luas 36,4 hektar tersebut, pangkalan militer China dibangun dengan sejumlah fasilitas yang melengkapinya. Adapun fasilitas tersebut ialah berupa pos angkatan laut yang dilengkapi dengan fitur toko senjata, sarana pemeliharaan kapal dan helikopter, serta gedung untuk menampung tentara marinir atau pasukan khusus China tersebut (Jami, 2016). Berdasarkan laporan berita, dsampaikan bahwa pangkalan akan menjadi basisi bagi 10.000 tentara angkatan laut China. Selain itu, pangkalan ini akan berada di tidka jauh dari pangkalan militer Amerika Serikat, Perancis dan Jepang yang juga berada di wilayah Djibouti, Afrika jauh lebih dahulu daripada China ((SFA), 2015).

(52)

44

China untuk mengkomunikasikan ambisinya dalam membangun basis pangkalan militer bagi tentara angkatan lautnya di Djibouti. Pada 23 April 2015, Foreign Affrais Magazine merilis artikel dengan judul ‘China Comes to Djibouti’ yang

menandakan adanya peningkatan status dialog yang dilakukan China dalam menawarkan proposal pembangunan pangkalan militer negaranya di Djibouti. Laporan dari Hua Chunying dari The China’s Foreign Ministry pada 12 Mei 2015

merupakan titik muara dari upaya diplomasi China kepada Djibouti. Hua Chunying menututkan bahwasanya hubungan kerjasama persahabatan antara China dan Djibouti telah mencapai pertumbuhan konstan selama beberapa tahun terakhir dalam berbagai kerjasama strategis dan akan mulai dilaksanakan kemitraan dalam bidang militer (GlobalSecurity, 2016).

(53)

45

secara nasional, regional maupun global. Sebagai basis penyedia fasilitas logistik, setidaknya terdapat tiga hal yang perlu diketahui terkait bentuk pangkalan militer pertama China tersebut, yaitu:

1. Strategi militer China selama ini menekankan pada “civilian-military

integration” (CMI) atau sebuah strategi pengembangan militer yang berfokus

pada aktivitas militer sipil. Sehingga, kombinasi antara tujuan, upaya, infrastruktur dan standr yang terbangun dalam militer China akan difungsionalkan untuk kepentingan sipil. Berkaitan dengan hal tersebut, pangkalan militer China merupakan suatu aktivitas militer sipil dengan tajuk basis logistik sehingga selut bagi pihak lain untuk memahami motif utama operasional militer China yang sesungguhnya karena China selalu berlindung dalam aktivitas yangbertajuk sipil.

2. China selalu berusaha untuk memberikan perbedaan dirinya dengan negara-negara lain sejak dahulu. Salah satu instrumen pembeda China terletak pada kebijakan yang diambil negara tersebut yaitu, kebijakan yang didasarkan

pada“expansion and the politics of force” atau kebijakan yang didasarkan

pada kekuatan politik dan ekspansi negara. Dalam mewujudkan kebiajkan tersebut, China selalu menggunakan kekuatan militernya. Oleh karena itu, pangkalan militer ini menjadi cerminan dari upaya China dalam melalukan penguatan pada kekuatan ekspansi dan politiknya.

(54)

aktivitas-46

aktivitas yang China lakukan. Oleh karena itu, China secara resmi menyampaikan bahwa pangkalan militernya bukan merupakan suatu aktivitas militer secara hard power melainkan hanya sebuah pangkalan penyedia fasilitas logistik sebagai penopang aktivitas China di jalur laut (Orion, 2016, hal. 3).

Ketika mengungkapkan bahwa China sedang dalam pembicaraan untuk membangun apa yang disebut sebuah "fasilitas logistik" di Djibouti, Kementerian Luar Negeri mengatakan, instalasi tersebut akan berfungsi untuk memasok kapal angkatan laut China yang sudah berpartisipasi dalam misi anti-pembajakan PBB di Teluk Aden sejak tahun 2008. Sedangkan Presiden Xi Jinping menyampaikan bahwa pembuatan pangkalan militer merupakan upaya China untuk mereorganisasi besar-besaran militer negaranya, termasuk penciptaan sebuah sistem komando baru yang dimaksudkan untuk mengintegrasikan dan menyeimbangkan kekuatan darat, udara dan laut People Liberations’s Army

(55)

47

(56)

48

BAB IV

FAKTOR DETERMINAN CHINA MEMUTUSKAN MEMBANGUN PANGKALAN MILITER DI DJIBOUTI, AFRIKA TAHUN 2016

(57)

49

dalam memutuskan untuk melakukan pembangunan pangkalan militer negaranya di Djibouti, Afrika pada tahun 2016.

A. Pengaruh Hegemoni Berbagai Kekuatan Global di Kawasan Geostrategis Djibouti, Afrika

Kondisi dunia internasional pasca dekade 1990-an atau secara konseptual dalam kajian hubungan internasional dikenal dengan era pasca perang dingin telah menciptakan transformasi baru secara dinamis pada struktur tatanan global. Tatanan yang bersifat unipolaritas pada dekade 1990-an telah berganti menuju struktur multipolaritas atau bahkan banyak penstudi yang menyebutnya sebagai era nonpolaritas sering dengan mulai tumbuh dan terlibatnya berbagai aktor hubungan internasional dengan berbagai tingkat kekuatannya (Muna, Adriana Elisabeth, Wuryandari, & Sriyanto, 2011, hal. 139). Namun, ditengah kompleksitas keterlibatan berbagai aktor global tersebut, sketsa struktur tatanan global tetap menjadi suatu landskap yang dapat digambarkan secara jelas, termasuk dalam dimensi aktor global yang terlibat. China menjadi salah satu kekuatan aktor global yang pada waktu tersebut geliat dan pengaruhnya dapat diperhitungan tidak saja dalam skala regional, namun juga secara global. Begitu juga eksistensi ini masih terjaga hingga saat ini, di tengah kompleksitas hubungan internasional abad 21.

(58)

50

Global Power, Stephen G. Brooks and Wiliam C. Wohlforth dari Harvard Collage menuturkan bahwa China telah menjadi salah satu aktor kekuatan militer global kedua setelah Amerika Serikat. Secara ekonomi China tumbuh menjadi aktor dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat dan hal ini membawa konsekuensi pada porsi China yang dapat menjadi aktor dengan kapasistas pengaruh besar di tatanan global (Jacques, 2013, hal. 1).

Berdasarkan pemaparan pada paragraf-paragraf sebelumnya tersebut, maka terdapat suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan dalam melihat dan menganalisis setiap perubahan, kemajuan, ataupun perilaku China sebagai aktor hubungan internasional. Hal tersebut ialah bahwa sebagai aktor global, China pasca dekade 1990-an telah menjadi aktor yang terlibat secara intens dalam berbagai interaksi dalam agenda internasional. Hal ini menjadi faktual dikarenakan pada akhir tahun 1980-an, Deng Xio Ping selaku presiden pada era tersebut mulai menerapkan suatu kebijakan baru bagi negaranya yaitu, kebijakan sistem pintu terbuka sebagai perubahan kebijakan tertutup yang diterapkan oleh China di panggung internasional dalam merepon berbagai isu global. Hal ini, telah membawa konsekuensi tunggal bahwasanya pertumbuhan, kemajuan dan perilaku China secara global dijalankan dengan cara yang berorientasi kerjasama internasional (Muna, Adriana Elisabeth, Wuryandari, & Sriyanto, 2011, hal. 49).

(59)

51

perilaku China ditatanan global akan sangat dipengaruhi oleh situasi-situasi internasional yang tengah terjadi, baik dalam konteks isu ataupun aktor hubungan internasional yang sedang bergerak secara dinamis di dalam lingkaran kepentingan China. Begitu halnya dalam menyoroti fenomena hubungan internasional yang menjadi topik bahasan utama dalam karya skripsi ini yaitu, terkait dengan kebijakan China dalam membangun pangkalan militer pertama untuk negaranya di Djibouti, Afrika pada tahun 2016. Keputusan China tersebut merupakan bagian dari sikap politik luar negeri China. Sebagai produk politik luar negerinya, tentunya keputusan tersebut bukanlah suatu keputusan murni yang tidak berlandasakan suatu alasan. Melainkan, keputusan tersebut merupakan cerminan dari berbagai pertimbangan strategis yang telah diolah China sehingga pada tahun 2016, China memutuskan untuk membangun pangkalan militer pertama bagi negaranya di kawasan global. Salah satu pertimbangan strategis tersebut tentu tidak akan terpisahkan dari adanya situasi-situasi internasional yang tengah terjadi di sekitar lingkaran kepentingan China di ranah global.

(60)

52

dalam karya skripsi ini. Namun, sebagai ruang pembahasan secara teoritik maka penulis akan menampilkan kembali asumsi-asumsi yang dibangun Coplin dalam Teori Kebijakan Politik Luar Negeri sebagai penegas instrumen yang penulis gunakan untuk mendeteksi faktor-faktor determinan yang mempengaruhi China dalam memutuskan kebijakan politik luar negerinya pada tahun 2016 tersebuat atas studi kasus pembangunan pangkalan militer.

Gambar 4.1 Model Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri William D. Coplin

Sumber : William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis Edisi Kedua (Coplin & Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis, 2003, hal. 30).

Dalam model teorinya dan penjelasan implementasi yang telah Coplin paparkan dalam buku Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis, suatu politik luar negeri merupakan produk keputusan negara atas berbagai pertimbangan strategis baik dalam aspek politik domestik negara yang mempengaruhi, aspek kondisi ekonomi dan militer negara yang mempengaruhi, serta aspek konteks internasional yang mempengaruhi. Dalam sub bab ini, akan

Politik dalam negeri

Konteks internasional

(Suatu produk tindakan politik luar negeri seluruh negara pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, yang mungkin atau yang diantisipasi) Kondisi ekonomi

dan militer

Tindakan politik luar negeri

(61)

53

diberikan pembuktian secara analisis teoritis atas sikap China dalam memutuskan membangun pangkalan militer negaranya pada tahun 2016 di Djibouti, Afrika dalam tinjauan determinan konteks internasional dari William D. Coplin.

(62)

54

Kebijakan pembangunan pangkalan militer yang telah mulai dibangun China pada 8 April 2016 di Djibouti, Afrika dan diperkirakan akan selesai pada tahun 2017 tersebut, tentunya merupakan hasil dari suatu proses yang cukup panjang bagi China. 2014 menjadi tahun awalan bagi China untuk membuka dialog komunikasi dengan pemerintahan Djibouti dalam mengartikulasikan keinginannya dalam membangun suatu pangkalan militer negaranya di wilayah Djibouti. Artinya, terdapat situasi-situasi internasional yang telah mendorong China baik sebelum tahun 2014, ataupun setelahnya untuk kemudian China memutuskan kebijakan tersebut pada tahun 2016. Kaitannya dengan konteks internasional atau situasi internasional, maka sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan dalam bab pertama maka secara konteks internasional terdapat pengaruh dari adanya hegemoni berbagai aktor kuat global di kawasan Afrika sebagai kawasan subur bagi berjalannnya roda ekonomi perdagangan China. Adanya hegemoni tersebut telah menciptakan suatuasi kompetisi yang mengkhawatirkan bagi masa depan aktivitas China baik di Djibouti atau Kawasan Afrika secara luas.

(63)

55

Kecenderungan kawasan kemitraan (geografis kemitraan) dalam pergerakan kerjasama internasional yang dioperasional oleh berbagai aktor negara-negara global juga mengalami transformasi secara signifikan. Hubungan kerjasama baik dalam bentuk bilateral ataupun multilateral pada awal pasca perang dingin, terlihat bahwasanya grafitasi kawasan Asia telah menjadi medan magnet bagi prioritas berbagai kebijakan kerjasama internasional dari berbagai aktor global khususnya bagi Amerika Serikat dan European Union (Langenhove, 2010, hal. 6). Menurut Luk Van Langenhove sebagai penstudi terkait peran aktor global di tengah pusaran interaksi mulipolar dan multilateral dari Belgia, kecenderungan kawasan kemitraan sangat erat kaitannya dengan isu strategis yang tengah tren di kawasan internasional. Isu yang bersifat ekonomi-sentris telah menjadi agenda internasional utama yang menyita perhatian aktor-aktor hubungan internasional (Salmon & Imber, 2008, hal. 5). Hal ini selaras dengan pendapat peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ganewati Wuryandari beserta kolega yang memaparkan bahwasanya transformasi global pasca perang dingin telah membawa atmosfer hubungan internasional yang lebih dominan beriklim ekonomi. Artinya, grafitasi kawasan kemitraan secara global sangta dipengaruhi oleh kebutuhan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

(64)

56

konsentris bagi negaranya dalam hal kemitraan ekonomi (Campbell & Andrews, 2013, hal. 5).

Grafitasi kecenderungan kawasan kemitraan tersebut, berkembang secara dinamis. Terdapat diaspora kawasan-kawasan baru yang menjadi gravitasi baru bagi berbagai aktor global untuk saling menanamkan pengaruh dan keterlibatannya baik secara politik, ekonomi dan militer bagi kelangsungan stabilitas masa depan negaranya masing-masing. Tanpa meninggalkan kawasan Asia Pasifik, cakupan kawasan kemitraan strategis mulai merambah di kawasan benua yang cukup lekat dengan identitas sebagai Kawasan Afrika (Rotberg, 2004, hal. 1). Dalam perspektif kekuatan asing global, Afrika merupakan kawasan dengan potensial ekonomi dan politik yang tinggi. Dalam perspektif ekonomi, arsitektur kawasan yang cenderung tampil sebagai customer market telah menjadi grafikasi baru dalam dunia ekspansi pertumbuhan ekonomi dari berbagai negara industri seperti Amerika Serikat, negara-negar Eropa, Rusia, Jepang, serta China sebagai aktor ekonomi global (Deloitte, 2014, hal. 3). Selain hal tersebut, terdapat

(65)

57

1. Djibouti dalam Jalur Perdagangan dan Pelayaran Global

Secara geografis, Djibouti merupakan negara yang terletak di Tanduk Afrika, di persimpangan Teluk Aden-Suez Canal dan Laut Merah yang merupakan pintu masuk Laut Tengah (INDC, 2015, hal. 2). Landskap geografis Djibouti tersebut memberikan konsekuensi pada arti penting Djibouti sebagai negara strategis baik secara regional maupun global. Pasalnya, kondisi riil yang menempatkan Djibouti menjadi negara kawasan Afrika yang berlokasi di wilayah Tanduk Afrika telah memberikan konsekuensi pada nilai strategisitas tingga negara tersebut sebagai aset yang potensial baik bagi Djibouti, ataupun negara lain yang terlibat dalam kerjasama di wilayah Djibouti.

(66)

58

Hal tersebut dapat terlihat dari gambar di berikut ini yang menjelaskan adanya rute khusus yang telah dibangun China kaitannya dengan aktivitas perdagangan dan maritim global di jalur sutera.

Gambar 4.2 Jalur Ekonomi dan Maritim China secara Global

Sumber: Zofeen T. Ebrahim, China’s New Silk Road: What’s In It For Pakistan? (Ebrahim, 2015).

(67)

1400-59

1600 kapal dari total tersebut ialah tarsnportasi laut kepemilikan China. Kapal tersebut berupa kapal komersil dan non komersil. Oleh karena itu, China memiliki kepentingan kuat untuk menjaga keamanan jalur lalu lintas pelayaran kapal dari negaranya (Bo, 2013). Keputusan China untuk membangun pangkalan militer dengan bentuk suatu armada angkatan laut China menjadi relevan dengan kebutuhan China di wilayah tersebut. Tentu, secara situasi internasional yaitu, kedudukan Djibouti sebagai wilayah yang sangat penting bagi aktivitas pelayaran dan perdagangan China maka hal ini menjadi suatu pertimbangan kuat bagi China untuk pada tahun 2016 memutuskan membangun sebuah pangkalan militer negaranya tidak jauh dari Teluk aden tersebut.

2. Djibouti sebagai Pintu Masuk Kawasan Afrika

(68)

60

mengembangkan sektor jasa transportasinya untuk melayani pendistribusian logistik sub-benua yaitu, antara Afrika dengan Asia (Dawaleh & Styan, 2012, hal. 3). Oleh karena itu, Djibouti memiliki peran penting dalam perjalanan kemitraan China di kawasan Afrika ke depannya secara lebih efektif.

(69)

61

basis industri yang memiliki kebutuhan dalam sektor import bahan baku, pemasaran produk industri , serta pelayaran maritim internasional.

China sangat memfokuskan perhatiannya pada pentingnya jalur keamanan laut seperti di Selat Taiwan, Malaka, Hormuz dan Suez Kanal. Sedangkan Djibouti merupakan wilayah negara yang terltak di tempat penting Selat Bab el-Mandeb yang merupakan rute pengiriman yang menghubungkan Laut editerania, terusan Suez dan Laut Merah ke Samudra Hindia dan Pasar Asia yang merupakan jalur China Maritime Silk Road, khususnya untuk aktivitas pedagangan internaisonal (Orion, 2016, hal. 1).

Dengan faktual adanya hubungan erat antara China dengan geografis Djibouti, Afrika sebagaimana terurai dalam pembahasan di atas maka perlu bagi China untuk memutuskan membangun sebuah pangkalan militer di wilayah tersebut, selain secara geografis Djibouti, Afrika merupakan wilayah strategis bagi keberlangsungan berbagai aktivitas China baik dalam bidnag politik, ekonomi dan bahkan militer. Pembangunan pangkalan militer China di Djibouti, Afrika juga memiliki makna sebagai alat penjaga stabilitas segenap aktivitas-aktivitas tersebut di masa mendatang.

(70)

62

diprediksi pada tahun 2017 akan menjadi kawasan dengan konsumsi produk industri terbesar kedua di dunia setelah kawasan Uni Eropa (Deloitte, 2014, hal. 6).

Gambar 4.3 Prioritas Customer Market Global Tahun 2017

Sumber : Deloitte, Africa: A 21st Century View (Deloitte, 2014, hal. 6).

Gambar diagram tersebut menunjukan bahwas terdapat potensi pasar yang begitu besar di kawasan Afrika, khususnya bagi China sebagai aktor ekonomi global yang memerlukan ruang pemasaran atas produk industri-industri domestiknya. Namun, secara konteks internasional, China bukanlah satu-satunya kekuatan asing yang memainkan peran baik secara politik, ekonomi, maupun militer di kawasan tersebut. Melainkan, berbagai aktor kekuatan global turut memberikan jejak perannya di kawasan yang kini menjadi grafitasi baru dalam berbagai sistem kerjasama internasional. Khususnya dalam bidang perdagangan internasional dan investasi internasional bagi sejumlah negara maju. Beberapa

(71)

63

kekuatan asing tersebut ialah Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang yang secara kuantitatif memiliki peran yang juga sigifikan di Kawasan Afrika. Berikut ialah tabel aktivitas ekonomi antarnegara tersebut di kawasan Afrika:

Gambar 4.4 Nilai Eksport di Afrika Tahun 2012

Sumber : Trading Economics, China Exports (Economics, 2016); US Department of Commerce, US–Sub-Saharan Africa Trade and Investment (Commerce, 2014, hal. 5); Sebastien Dumoulin dan Charlie Hamilton, France-Africa: Trade Romance back on Track (Dumoulin & Hamilton, 2014); Taku Findira, Japan-Africa Trade at A Glance (findira, 2014, hal. 4)

113,171

22,531

3,4

44,3

0 20 40 60 80 100 120

China Amerika

Serikat

Jepang Perancis

Nilai Eksport Di Afrika (Miliar US $)

Gambar

Gambar 1.1. Model Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri William D. Coplin
Tabel 2.2 Timeline Reformasi Ekonomi China (1978-2004)
Gambar 3.1 Daftar Negara Pengekspor Senjata Global Tahun 2016
Gambar 4.1 Model Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri William D.    Coplin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan permasalahan dalam perancangan Fasilitas Edukasi dan Galeri Komunitas Fotografi di Jember ini adalah merancang suatu bangunan yang dapat membuat orang

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada para guru, keluarga dan profesional yang berkepentingan terhadap pendampingan penyandang deafblind untuk memberikan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pasal 1 angka 4: Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subyek penelitian adalah Pengurus Karang Taruna dan Pemuda Desa Timbuseng. Pengumpulan data menggunakan

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa : 1) Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja di Kompleks Perumahan Sejahtera Permai yaitu Keluarga dan

Pergeseran penerjemahan (shifts) yang terjadi pada subtitle film tersebut adalah sebagai berikut: berdasarkan hasil analisis pada 7387 kata yang terdapat pada ujaran para

Arsitektur data bertujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan data-data utama yang mendukung fungsi-fungsi bisnis yang telah didefinisikan pada model bisnis. Pendefinisian

“Setelah dilakukan pendataan ternyata para pelajar tersebut berasal dari SMK Negeri 1 Cianjur yang akan menuju Candi Borobudur untuk liburan,” kata Kapolres