APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA
MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN
CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL
SKRIPSI
Disusun oleh : Awalludin Fajri
20110210037
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA
MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN
CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana Pertanian
Disusun oleh :
AWALLUDIN FAJRI
20110210037
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
iv MOTTO
َ نِإ
َ
ََعَم
َِ ۡسُع
ۡلٱ
َ
َاٗ ۡسُي
ََ
ََفَ َتۡغَرَفَاَذِإَف
َۡب َصنٱ
َ
ََ
ََفَ َكِ بَرَٰ
َِ
َ
بَغۡرٱ
َ
َ
َ
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S Al Insyirah : 6-8)
Jika seseorang percaya sesuatu itu tidak mungkin, pikirannya akan bekerja baginya untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin. Tetapi, Jika seseorang percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan maka pikirannya akan bekerja baginya dan membantunya mencari jalan untuk melaksanakannya. (David J. Schwartz)
Kesuksesan adalah standar yang diberikan orang lain untuk menilai kita. Kepuasan adalah standar yang kita berikan untuk diri sendiri.
Thank you god, already done. (Penulis)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah…..Alhamdulillah…..Alhamdulillahirobbil’alamin.
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirMu telah Kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam sholatku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukMu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Ayah,.. Ibu... terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya. Maafkan anakmu
Ayah,… Ibu… masih saja ananda menyusahkanmu.
Dalam sholat di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam seraya
tangaku menadah” ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas
menjagaku,...mendidikku,…membimbingku dengan baik, ya Allah…
berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu.
Untukmu Ayah (USUP)...Ibu (ISAH)...Terimakasih....
we always loving you... ( ttd.Anakmu)
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan
harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’
vi
Kepada kakakku (Supanggah, Asep Dani) dan Mbakku (Siti
Nurhasanah, Nurma)...”Ang,..Teh,… Adekmu yang paling nakal ini bisa wisuda juga kan.. Makasih yaa buat segala dukungan doa dan khususnya makasih buat sering-sering transferan ghaibnya. hehehe kebayangkan gimana bahagianya big-bos kita dirumah lihat foto ada anaknya yang pakai toga juga.. hehee.. doakan selalu adikmu ini ya brother and sister.
... i love you all” :* ...
"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan
Tuhan dan orang lain.
"Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat
terbaik”..
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan AGROTEKNOLOGI 2011 yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.
“Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa -siapa yang takkan jadi apa-apa”, buat saudara sekaligus sahabatku anak -anak BLACKGODZILA dan -anak kos Lembah Siluman, Imam (bagong), Fuad (pudel), Pras (ocos), Emin (paimin), Jefi (jepun), Gilang (geri), Yuda (Bambang), J-ho, Seto (gendon), Fail (fvck ‘il’), Acil (icong), mas Dedi
(amoeng), Rizki (alzoen), Dingga (biloba), Ferdy (batek). “Jadi juga aku
pakai toga setelah melewati masa-masa sulit harus mengulang penelitian berkali-kali’, makasih sudah jadi sobat “gila” dalam segala hal yang selalu memotivasiku saat ku benar-benar patah arang mengerjakan skriphit ini. Buat yang masaih mengejar mimpi menggapai toga, tetap semangat kejar terus target wisudamu, pantang menyerah dan tetap fokus, kini hanya doa yang dapat aku bantu, semoga sukses !!!
vii Spesial buat seseorang !!
Buat seseorang yang masih menjadi rahasia illahi, yang pernah singgah ataupun yang belum sempat berjumpa, terimakasih untuk semua-semuanya yang pernah tercurah untukku. Untuk seseorang di relung hati percayalah bahwa hanya ada satu namamu yang selalu kusebut-sebut dalam benih-benih doaku, semoga keyakinan dan takdir ini terwujud, insyallah jodohnya kita bertemu atas ridho dan izin Allah S.W.T
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup
tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi. Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu
terimakasih kuucapkan..
Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,
kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi Briket Azolla-Arang Sekam Guna Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Tanaman Caisim Di Tanah Pasir Pantai Samas Bantul“ yang merupakan syarat yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal, pelaksanaan hingga tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, oleh sebab itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr.Ir. Guunawan Budiyanto, M.P., selaku dosen pembimbing utama yang dengan kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya dorongan dan motivasi hingga tersusunnya skripsi ini.
2. Ir. Mulyono, M.P., selaku dosen pembimbing pendamping yang memberikan dorongan dan motivasi hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Taufiq Hidayat, S.P., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritiknya demi menuju hal yang lebih baik dalam skripsi ini.
4. Ir. Sarjiyah, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Ir. Hariyono, M.P., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 6. Segenap karyawan dan laboran Fakultas Pertanian UMY, terimakasih banyak
atas bantuannya dalam menyediakan sarana dan prasarana penelitian.
x
8. Teman-teman seangkatan program studi Agroteknologi 2011 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan dorongan, masukan, bantuan, dan nasehatnya.
9. Tak lupa pula penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu dari penyelsaian proposal sampai dengan skripsi.
Atas semua bantuan, doa dan dukungan yang telah diberikan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat yang besar, baik bagi penulis maupun pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Juni 2016
xi DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
INTISARI ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Lahan Pasir Pantai... Error! Bookmark not defined. B. Arang Sekam ... Error! Bookmark not defined. C. Azolla ... Error! Bookmark not defined. D. Arang... Error! Bookmark not defined. E. Tanaman Caisim (Brassica juncea L.) ... Error! Bookmark not defined. F. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. III. TATA CARA PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
xii
D. Cara Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pembuatan Kompos Azolla ... Error! Bookmark not defined. 2. Pembuatan Briket ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengaplikasian Briket Pada Budidaya Caisim ... Error! Bookmark not defined.
E. Parameter yang Diamati ... Error! Bookmark not defined. F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. G. Jadual Penelitian ... Error! Bookmark not defined. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Caisim Error! Bookmark not defined.
B. Hasil Analisis Pertumbuhan Caisim ... Error! Bookmark not defined. C. Hasil Pengamatan Variabel Hasil Caisim ... Error! Bookmark not defined. V. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 1. Lay out Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 2. Kebutuhan Pupuk per Tanaman, Sekam Padi, Tepung Kanji, dan
Kompos Azolla ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 3. Deskripsi Caisim Varietas Tosakan Error! Bookmark not defined. Lampiran 4. Sidik Ragam Parameter Pertumbuhan dan Hasil.. Error! Bookmark
not defined.
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komposisi arang sekam ... Error! Bookmark not defined. 2. Rerata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), dan luas daun (cm2) ... Error!
Bookmark not defined.
3. Rerata panjang akar (cm), berat segar akar (gram), berat kering akar (gram) . Error! Bookmark not defined.
4. Rerata berat segar tanaman (gram), berat kering daun (gram), dan berat kering tanaman (gram). ... Error! Bookmark not defined. 5. Rerata Laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih... Error! Bookmark not
defined.
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lay out Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Kebutuhan Pupuk per Tanaman, Sekam Padi, Tepung Kanji, dan Kompos Azolla
APPLICATIONS BRIQUETTE AZOLLA-HUSK CHARCOAL TO INCREASE EFFICIENCY FERTILIZATION OF CAISIM IN THE SAMAS SAND LAND BANTUL REGENCY
Awalludin Fajri1, Gunawan Budiyanto2, Mulyono2
1Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanin Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Email: fajri.awalludin@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of research “Applications Briquette Azolla-Husk Charcoal to Increase
Efficiency Fertilization of Caisim in the Samas Sand Land Bantul Regency” aim of this study is to
get comparison Azolla and husk charcoal and dose Briquette Azolla-Husk Charcoal appropriate to increase ffficiency fertilization of Caisim. This research has been conducted in the Experiment land, Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Yogyakarta and Experiment laboratories in Desember 2015 until April 2016.
The research was conducted using experimental method that arranged in Completely Randomized Design used single factor. Factors that were tested, composition of Azolla-husk charcoal briquettes that consists of 6 levels and dose Azolla-husk charcoal briquettes that consists of three levels, so we get 18 treatments: (A) 0% Azolla: 100% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (B) 0% Azolla: 100% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (C) 0% Azolla: 100% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (D) 10% Azolla: 90% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (E) 10% Azolla: 90% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (F) 10% Azolla: 90% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (G) 20% Azolla: 80% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (H) 20% Azolla: 80% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (I) 20% Azolla: 80% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (J) 30% Azolla: 70% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (K) 30% Azolla: 70% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (L) 30% Azolla: 70% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (M) 40% Azolla: 60% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (N) 40% Azolla: 60% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (O) 40% Azolla: 60% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (P) 50% Azolla: 50% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (Q) 50% Azolla: 50% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (R) 50% Azolla: 50% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare. Each treatment was repeated five times with four plants and one plant samples as victim plant, so there are 90 experimental units.
The result of this research showed that treatment of Azolla- husk charcoal briquettes do not provide a significantly different effect on the parameters plant height, leaf number, leaf area, root length, plant fresh weight, dry weight of plant leaves, heavy wet leaves of the plant, harvest index, and yield. While the parameters of root wet weight, dry weight of roots, plant dry weight, relative growth rate and net assimilation rate all treatment Azolla- husk charcoal briquettes tested gives a significantly different effect. Applications briquettes Azolla (50%) - the husk charcoal (50%) with a dose of 30 tonnes / hectare caisim tend to give better results.
INTISARI
Penelitian tentang “Aplikasi Briket Azolla-Arang Sekam Guna Meningkatkan
Efisiensi Pemupukan Tanaman Caisim Di Tanah Pasir Pantai Samas Bantul” bertujuan untuk mendapatkan perbandingan azolla dan arang sekam dan dosis briket azolla-arang sekam yang tepat untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman caisim. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2015 hingga April 2016 bertempat di Lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium penelitian.
Penelitian ini ini dilaksanakan dengan menggunakan metode percobaan dengan rancangan percobaan faktor tunggal yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL). Faktor yang diujikan yaitu komposisi briket azolla-arang sekam yang terdiri dari 6 aras dan dosis briket azolla-arang sekam yang terdiri dari 3 aras, sehingga didapatkan 18 perlakuan yaitu: (A) 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (B) 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (C) 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (D) 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (E) 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (F) 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (G) 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (H) 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (I) 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (J) 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (K) 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (L) 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (M) 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (N) 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (O) 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (P) 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (Q) 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (R) 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dengan 4 tanaman sampel dan 1 tanaman korban sehingga terdapat 90 unit percobaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan briket azolla-arang sekam tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, berat segar tanaman, berat kering daun tanaman, berat segar daun tanaman, indeks panen ekonomi, dan hasil tanaman. Sedangkan pada parameter berat segar akar, berat kering akar, berat kering tanaman, laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih semua perlakuan briket azolla-arang sekam yang diujikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Aplikasi briket azolla (50%) - arang sekam (50%) dengan dosis 30 ton/hektar cenderung memberikan hasil caisim lebih baik.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian. Disisi yang lain sering berjalannya waktu, jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk Indonesia hingga tahun 2013 mencapai sekitar 240 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen per tahun (Fasli Jalal, 2013). Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi kebutuhan papan, hal tersebut akan memicu terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi areal pemukiman. Penyusutan lahan pertanian dapat menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan sayuran dalam skala regional dan jika masalah ini tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat akan lebih banyak anggaran yang harus disediakan untuk memenuhinya. Salah satu usaha yang dapat di lakukan adalah perluasan areal lahan pertanian. dengan memanfaatkan lahan-lahan yang masih marginal. Salah satu lahan-lahan marginal yaitu lahan-lahan pasir pantai selatan yogyakarta.
pasir, tanah akan sedikit mengandung humus, karena kondisinya yang selalu kering dan beraerasi baik.
Di lahan pasir pantai ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Kebutuhan sayuran dari tahun ke tahun terus meningkat dengan kenaikan yang relatif tinggi mencapai 24,62% per tahun (Kingkin Pratiwi Rakhmawati, dkk. 2011). Setyawan (2009), menyatakan bahwa tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat, sehingga mempunyai arti nilai komersial yang cukup tinggi.
Adapun tanaman sayuran yang cukup potensial diusahakan dan memberikan keuntungan yang cukup tinggi misalnya sawi hijau (Caisim), sawi pendek (Pakcoy), mentimun, kacang panjang, bayam, kangkung, dan sayuran semusim lainnya. Diantara tanaman sayuran tersebut, terdapat tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim, karena karena ditinjau dari aspek teknis budidaya caisim relatif lebih mudah dibandingkan dengan jenis tanaman hortikultura lainnya. Selain itu komoditas tersebut mempunyai masa tanam yang relative pendek antara 1-1,5 bulan dan apabila ditanam pada kondisi tanah yang subur maka dalam satu tahun akan berproduksi lebih dari 4 kali panen (Kingkin Pratiwi Rakhmawati, dkk. 2011).
Vitamin C. Selain mempunyai nilai ekonomi tinggi caisim memiliki banyak manfaat. Manfaat caisim sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.
Setyawan (2009), menyatakan bahwa tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat, sehingga mempunyai arti nilai komersial yang cukup tinggi. Tingkat konsumsi caisim per kapita hingga tahun 2006 masih dikatakan cukup rendah yaitu sekitar 47 kg per kapita per tahun dari konsumsi seharusnya, sedangkan anjuran dari FAO yaitu sebesar 65 kg per kapita per tahun (Departemen Pertanian, 2006). Tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun berikutnya kenaikan konsumsi sayuran per kapita akan lebih signifikan daripada tahun sebelumnya, mengingat kesadaran masyarakat akan kesehatan yang semakin meningkat pula. Berdasarkan data tersebut maka Indonesia perlu meningkatkan produksi caisim untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Lahan pasir pantai memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian guna meningkatkan produktivitas caisim. Lahan pasir pantai memiliki karakterisitik tanah yang didominasi oleh fraksi pasir, porositas tinggi, kandungan liat dan bahan organiknya rendah, sehingga kemampuan tanah dalam menyimpan air menjadi rendah. Selain itu, sifat tanah berpasir yang mudah meloloskan air ke bawah akan mempengaruhi efisiensi penggunaan pupuk nitrogen. Pemupukan nitrogen pada tanah berpasir tanpa melakukan perbaikan sifat tanah akan berdampak pada jumlah ion nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman. Menurut Gunawan Budiyanto (2009), ketidakcukupan kandungan mineral liat dan bahan organik menyebabkan tanah pasir tidak mampu mengikat air dan kapasitasnya dalam menyimpan kation menjadi rendah. Kation hara nitrogen (NH4+) yang ada menjadi lebih rentan untuk ternitrifikasikan sebelum diserap tanaman, untuk kemudian berubah menjadi ion NO3- yang di dalam larutan tanah bersifat mudah hilang, sehingga pada saat terjadi kelebihan air, ion nitrat akan bergerak ke luar zona perakaran. Kelebihan ion nitrat yang tidak diserap tanaman dapat menyebabkan polusi lingkungan.
B. Perumusan Masalah
Tanah pasir pantai selatan Yogyakarta pada umumnya didominasi fraksi pasir dan kandungan bahan organiknya rendah. Hal ini mengakibatkan tanah pasir pantai tidak mampu menyimpan air dan tidak membentuk koloid organik yang dapat mengikat air dan hara. Kondisi ini mengakibatkan pemupukan nitrogen di lahan pasir pantai menjadi tidak efisien karena sebagian hara pupuk akan terlindi ke bawah.
Berdasarkan masalah di atas, diperlukan input yang dapat memperbaiki kualitas koloid tanah pasir pantai, dan salah satu input yang perlu diteliti adalah pemberian kompleks koloid buatan yang berbentuk briket azolla-arang sekam. Dengan demikian permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Berapakah perbandingan azolla dan arang sekam dalam bentuk briket yang dapat diterapkan pada lahan pasir pantai Samas Bantul pada budidaya tanaman caisim ?
2. Berapakah dosis briket azolla-arang sekam yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman caisim di lahan pasir pantai Samas Bantul ?
C. Tujuan Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lahan Pasir Pantai
Secara umum lahan pasir pantai dapat dikategorikan tanah regosol. Menurut Darmawijaya (1992), berdasarkan bahan induknya tanah Regosol dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tanah tanah Regosol Abu Vulkanik, tanah regosol Bukit Pasir, dan tanah Regosol Sedimen. Tanah ini mempunyai ciri – ciri diantaranya bertekstur kasar, mudah diolah, gaya menahan air rendah, permeabilitas baik, makin tua teksturnya semakin halus dan, permeabilitas semakin kurang baik. Sifat tanah pasir memiliki kohesi dan konsistensi (ketahanan partikel dalam tanah terhadap pemisahan) sangat kecil. Lahan pasir pantai didominasi oleh pasir dengan kandungan lebih dari 70%, porositas rendah atau kurang dari 40%, sebagian besar ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Dari segi kimia, tanah pasir cukup mengandung unsur fospor dan kalium yang belum siap diserap tanaman, tetapi lahan pasir kekurangan unsur nitrogen (Sunardi dan Sarjono, 2007).
yang berasal dari daerah aliran sungai maupun yang berasal dari laut. Bahan pasir ini dicirikan terutama oleh ukuran butir yang kasar, butir tungal yang lepas-lepas.
Kandungan bahan organik yang dimiliki oleh tanah pasiran rendah karena temperatur dan aerasi memungkinkan tingkat dekomposisi bahan organik tinggi. Selain itu, stabilitas agregat dan kandungan liat tanah pasiran rendah sehingga pada saat hujan, air dan hara akan mudah hilang melalui proses pergerakan air ke bawah (Gunawan Budiyanto, 2009). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Partoyo (2005) menunjukan bahwa potensi kesuburan fisik lahan pasir pantai Samas cukup rendah, kadar air (0,32%), fraksi pasir (93%), fraksi debu (6,10%), fraksi liat (0,54%), berat isi (2,97 g/cm3), berat volume (1,93g/cm3), porositas tanah total (35,07%). Potensi kimianya juga rendah, hal tersebut ditunjukan dari hasil pengukuran kadar C-organik (0,29%) dan total (0,043%), P-tersedia (4,84 ppm), K-tersedia (2,23 ppm), N-tersedia (0,020%) dan pH H2O (7,01).
B. Arang Sekam
Di Indonesia, jumlah sekam dapat mencapai 13,2 juta ton per tahun (Deptan, 2011; dalam Rahmat, 2011).
Arang sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 3.300-3600 kal/g sekam (Hasril, 2011). Menurut Gusmini (2009), media sekam mengandung unsur silika (Si) dan unsur P yang tinggi. Di dalam artikel Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (2008) juga menguraikan komposisi kimia arang sekam yang terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi arang sekam
No Komponen Presentase Kandungan (%)
Menurut Suharno (1979)
1 Kadar air 9,02
2 Protein Kasar 3,03
3 Lemak 1,18
4 Serat Kasar 35,68
5 Abu 17,71
6 Karbohidrat Kasar 33,71
Menurut DTC-IPB
1 Karbon 1,33
2 Hidrogen 1,54
3 Oksigen 33,64
4 Silika 16,98
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (2008)
C. Azolla
atau segiempat. Azolla berukuran 2-4 cm x 1 cm, dengan cabang, akar rhizoma dan daun terapung. Akar soliter, menggantung di air, berbulu, panjang 1-5 cm, dengan membentuk kelompok 3-6 rambut akar. Daun kecil, membentuk 2 barisan, menyirap bervariasi, duduk melekat, cuping dengan cuping dorsal berpegang di atas permukaan air dan cuping ventral mengapung. Azolla pinnata ditemukan di daerah tropis asia (termasuk Asia Tenggara), Cina selatan dan timur, Jepang selatan, Australia utara dan di daerah tropis Afrika selatan (termasuk Madagaskar). Azolla pinnata dapat beradaptasi pada daerah dengan kondisi iklim yang panjang. Kebutuhan utama Azolla untuk bertahan hidup adalah habitat air, sangat sensitif terhadap kekeringan. Azolla akan mati dalam beberapa jam jika berada pada kondisi kering. Azolla menyebar secara luas pada wilayah sedang (temperate), umumnya sangat terpengaruh pada tingginya temperatur pada daerah tropis. Untuk hidup dengan baik Azolla membutuhkan temperatur antara 20-25°C. Untuk dapat tumbuh dan berfiksasi nitrogen Azolla pinnata membutuhkan temperatur 20-30°C, akan menyebabkan kematian jika berada di bawah 5°C and di atas 45°C. Perbanyakan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara vegetatif yaitu dengan membelah diri dan secara generatif yaitu melalui spora (Prohati, 2014).
Kandungan hara dalam tanaman Azolla yaitu P (0,30% ), K (0,65%), C-organik (15,1%), N-total (3,91%), nilai C/N (10), dan kandungan bahan organiknya (39,9 %) (Fiolita dkk., 2013). Kemampuan Azolla dalam memfiksasi nitrogen di udara karena azolla bersimbiosis dengan Endofitik cyanobakteria yang dikenal dengan nama Anabaena Azollae yang mempunyai dua macam sel vegetatif dan heterosis. Dalam sel
ATP yang berasal dari peredaran foto fosforilasi tanaman paku air,. Enzim nitrogenasi dapat mengubah N2 menjadi ammonia (NH4+) yang selanjutnya di angkut ke tanaman inang dan hasil fiksasi nitrogen diubah menjadi asam amino. Disamping itu, tanaman paku air mempunyai kemampuan memfiksasi CO2 dan melakukan fotosintesis, selain dipergunakan untuk kebutuhan sendiri, foto sintat yang dihasilkan bersama dengan asam amino akan di angkut ke simbion Anabaena azollae (Zainal Arifin, 1996).
Menurut BATAN (2014), Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara dari 70-90%. N2-fiksasi yang terakumulasi ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa laju pertumbuhan Azolla adalah 0,355-0,390 gram per hari (di laboratorium) dan 0,144-0,890 gram per hari (di lapangan). Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14-28 hari setelah inokulasi.
D. Arang
Briket adalah gumpalan atau padatan yang terbuat dari bahan yang berukuran kecil dimampatkan dengan tekanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis bahan atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, tekanan pengempaan, dan pencampuran formula bahan baku briket. Proses pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan penumbukan, pencampuran bahan baku, pencetakan dengan sistem hidrolik dan pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu (Hasril, 2011).
Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, yang bahan bakunya diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan. Pada penelitian ini tidak membuat briket sebagai bahan bakar melainkan menggunakan briket sebagai pemadatan pupuk untuk diaplikasikan dalam budidaya tanaman.
Pembuatan briket arang terdiri dari beberapa proses berikut : 1. Karbonasi
2. Bahan Perekat
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Faktor harga dan ketersediaannya di pasaran harus dipertimbangkan secara seksama karena setiap bahan perekat memiliki daya lekat yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat, 1983).
Kanji adalah perekat tapioka yang dibuat dari tepung tapioka dicampur air dalam jumlah tidak melebihi 70 % dari berat serbuk arang dan kemudian dipanaskan sampai berbentuk jeli. Pencampuran kanji dengan sebuk arang diupayakan dengan merata. Dengan cara manual pencampuran dilakukan dengan meremas-remas menggunakan tangan, secara maksimal dilakukan oleh alat mixer (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994). Untuk jumlah perekat tepung kanji yang digunakan dalam pembuatan briket yaitu 10% dari berat arang (Ishak, dkk., 2012).
3. Pemadatan dan Pencetakan
sudah jadi siap untuk dicetak menjadi briket dengan cara memasukan adonan ke dalam cetakan kemudian dipadatkan.
4. Pengeringan
Pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan kembali air yang telah ditambahkan pada proses pencampuran. Pengeringan dilakukan terhadap briket, agar air yang tersimpan dalam briket dapat diuapkan, sehingga tidak mengganggu pada saat briket di bakar (Widayanti, 1995).
Penguapan ini terhenti bila tingkat kebasahan permukaan “sama” dengan tingkat kebasahan udara di sekelilingnya. Tidak ada lagi sejumlah energi yang berpisah atau berpindah dari luar ke dalam atau sebaliknya. Namun meskipun bahan telah dikeringkan hingga mencapai kadar air yang minimum, kadar airpun akhirnya bisa meningkat lagi bila kontak dengan media/udara yang kebasahannya tinggi untuk menjadi seimbang. Keadaan ini di sebut kadar air kesetimbangan (Widayanti, 1995).
E. Tanaman Caisim (Brassica juncea L.)
Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat berkembang pesat di
termasuk dalam kerajaan Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, bangsa Hoeadales, keluarga Cruciferae, marga Brassica, dan spesies Brassica juncea L. (Haryanto, dkk., 2001).
Caisim merupakan tanaman semusim, berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun caisim berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis. Tanaman caisim memiliki akar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan media tanam, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman caisim hijau tidak memiliki akar tunggang. Perakaran tanaman caisim hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada media tanam yang gembur, subur, dan mudah menyerap air (Sarjono, 2007).
Pada dasarnya tanaman caisim dapat tumbuh dan beradaptasi pada hampir semua jenis tanah, baik pada tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanahtanah bertekstur liat berat dan juga pada tanah organik seperti gambut. Kemasaman (pH) tanah yang optimum 5-6,5. Sedangkan suhu opimum yang dianjurkan adalah 15-20oC (Uum Sumpena. 2014).
persemaian bibit, benih harus di rendam dengan propamokarb konsentrasi 0,1% selama +2 jam. Media semai terbuat dari campuran pupuk kandang dan tanah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1:1. Kemudian benih yang sudah disebar ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari. Bibit caisim berumur 7-8 hari setelah semai maka siap dipindahkan ke lahan utama (Uum Sumpena. 2014).
Benih varietas tosakan diproduksi oleh PT. East West Seed, Indonesia. Varietas ini dikenal sebagai caisim baksodan varietas ini memiliki ciri-ciri yaitu tanaman besar, bentuk semi buka dan tegak, batang tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas, tangkai daun panjang, lansing, berwarna hijau tua dan halus, daun lebar, panjang, tipis, permukaan daun da n pinggir daun rata, berwarna hijau, rasanya renyah dan tidak berserat. Pertumbuhan tanaman cepat, kuat dan seragam. Varietas ini dapat ditanam sepanjang tahun, produksinya tinggi denganpotensi produksi 400 gram pertanaman, dan umur panen tanaman 25 hari setelah pindah tanam (Oriska Rekhina, 2012).
diberikan dengan dosis pupuk Urea 187 kg/hektar dan KCl 112 kg/hektar (Anas D.Susila, 2006). Pupuk susukan diberikan setelah berumur 3 minggu setelah tanam. Setelah dilakukan pemupukan susulan tahap selanjutnya adalah pemeliharaan.
Pemeliharaan dapat berupa penyulaman tanaman yang mati, penyiraman secara rutin. Pengendalian organism tumbuhan dilakukan untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Pengendalian dengan menyemprotkan pestisida kehama utama yaitu ulat daun (Plutella xylostella). Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan tepat baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya (Uum Sumpena, 2014).
F. Hipotesis
III. TATA CARA PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – April 2016.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu tanah pasir pantai, sekam , tanaman Azolla, benih caisim varietas Tosakan , Urea, SP-36, KCl, tepung kanji, kayu bakar. Peralatan yang digunakam dalam penelitian ini yaitu, neraca analitik, oven, polybag, gelas ukur, sekop, meteran, ember, drum, pipa paralon diameter ¾ inchi (26 mm), martil, kayu penyodok, mortar dan pistil, saringan ukuran 0,5 mm, nampan, karung, golok, alat tulis.
C. Metode Penelitian
D. Cara Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1. Pembuatan Kompos Azolla
Proses pembuatan kompos azolla dilakukan dengan cara mempersiapkan tanaman azolla dan dibiarkan layu di udara terbuka. Kemudian biomassa dikomposkan dengan cara dimasukan dalam karung dan diikat, lalu dilubangi. Dalam pembuatan kompos azolla ini tidak menggunakan aktivator, dikarenakan pada dasarnya proses pengomposan azolla berlangsung cepat. Setelah satu minggu diaduk secara merata untuk memberikan suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Selama proses pengomposan terjadi peningkatan suhu, yang menandakan sedang terjadi proses perombakan bahan organik oleh mikroba. Ciri-ciri kompos yang matang yaitu berwarna coklat kehitaman, menjadi remah, tidak berbau, suhu tidak panas, dan kering.
2. Pembuatan Briket
a. Pembuatan arang sekam (Karbonasi)
Proses pengarangan/karbonisasi arang sekam yaitu:
1) Bahan dan alat yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu (sekam padi, korek api, air, ember, dan drum bekas).
3) Arang sekam yang sudah jadi didinginkan sampai sekitar 45 menit kemudian dikeluarkan dan dipisahkan antara yang terbakar dengan yang tidak dan yang menjadi abu. Sekam yang di ambil hanya yang menjadi arang.
4) Kemudian arang ditumbuk menggunakan mortar dan pistil hingga halus. Setelah itu, arang sekam diayak menggunakan ayakan 0,5 mm,
b. Pembuatan briket
Proses pembuatan briket azolla-arang sekam , yaitu:
1) Bubuk arang sekam dan kompos azolla yang telah dibuat sebelumnya dicampur menjadi satu dengan jumlah campuran masing-masing bahan sesuai dengan perlakuan.
2) Perekat dalam pembuatan briket ini menggunakan tepung kanji yang dibuat dengan cara mencapur tepung kanji dengan air mendidih. Kemudian perekat dicampurkan dengan bahan yg telah disiapkan sebelumnya dan dilakukan pengadukan menggunakan tangan dengan cara diremas-remas untuk menghasilkan adonan yang merata.
4) Setelah itu keluarkan briket dari cetakan menggunakan kayu penyodok dan dilakukan pemotongan sehingga briket yang terbentuk seperti uang logam.
5) Langkah terakhir adalah pengeringan dengan cara briket yang sudah jadi dijemur di bawah sinar matahari sampai briket tersebut kering dan briket siap diaplikasikan pada tanaman.
3. Pengaplikasian Briket Pada Budidaya Caisim
a. Persiapan media tanam
membenamkannya di sekitar zona perakaran atau disamping tanaman dengan kedalaman 1-3 cm.
b. Pembibitan
Pembibitan tanaman caisim dilakukan dengan menyemai benih caisim pada tempat penyemaian yaitu menggunakan nampan. Sebelum disemai benih direndam dalam air dingin selama 1 hari (±12 jam).Lalu benih diperam disampai kelihatan biji pecah. Hal ini untuk mempercepat perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam setelah biji disemaikan. Setelah itu membasahi media semai sehari sebelum biji ditabur (media tanam berupa pasir halus). Sebelumnya media telah diberi pasir yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Kemudian tanaman yang disemai dijaga kelembabanya dengan cara menyiram air setiap hari pada pagi atau sore hari. Setelah muncul daun 3-5 helai bibit siap tanam.
c. Penanaman
Penanaman tanaman caisim dilakukan dengan menanam bibit tanaman caisim yang telah muncul daun 3-5 helai. Tiap unit percobaan ditanam 1 tanaman sehingga terdapat 90 tanaman.
d. Pemupukan
berumur 3 MST (1/2 pupuk urea). Pemupukan dilakukan dengan membenamkan pupuk di zona perakaran.
e. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma disekitar tanaman jagung dan penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma
f. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari dengan memberi air secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya untuk menjaga agar tanaman tidak layu.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida saat terjadi serangan yang dapat membahayakan produksi tanaman caisim. Pestisida yang digunakan yaitu Matador dengan dosis 2 cc/liter.
h. Panen
E. Parameter yang Diamati
1. Variabel Pertumbuhan Caisim
a. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman dipanen. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur mulai dari pangkal batang bawah hingga titik tumbuh (daun tertinggi).
b. Jumlah daun (helai)
Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman dipanen. Perhitungan dilakukan dengan cara mengitung daun yang telah tumbuh dan sudah terbentuk sempurna.
c. Luas daun (cm2)
Luas daun diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM). Daun yang diukur diletakkan pada bidang ukur LAM setelah itu dilakukan proses scaning dan dicatat data yang muncul. Data yang muncul arus dikonversi menjadi luasan daun dengan satuan (cm2). Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.
d. Panjang akar (cm)
untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.
e. Berat segar akar (gram)
Berat segar akar diperoleh dengan cara menimbang akar pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, dan pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.
f. Berat kering akar (gram)
Berat kering akar diperoleh dari akar tanaman caisim yang diangin-anginkan, dijemur dan dioven pada suhu 800C selama 48 jam sampai konstan dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen
g. Berat segar tanaman (gram)
Berat segar tanaman diperoleh dengan cara menimbang semua bagian tanaman setelah dicabut dari polybag dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.
h. Berat kering daun tanaman (gram)
untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.
i. Berat kering tanaman (gram)
Berat kering tanaman diperoleh dari semua bagian tanaman caisim diangin-anginkan , dijemur dan dioven pada suhu 800C selama 48 jam sampai konstan dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.
2. Analisis Pertumbuhan Caisim
a. RGR (Relative Growth Rate) atau Laju Pertumbuhan Relatif (g/g/hari)
RGR merupakan peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu, yang ada hubungannya dengan berat awal (g.g-1.hari-1) dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus : RGR = 1 x dW W dt = In W2– In W1 (T2– T1)
Keterangan : dW = pertambahan berat kering dt = tenggang waktu pertumbuhan (selisih waktu) W = berat kering tanaman
W1 = berat kering tanaman pada t1 W2 = berat kering tanaman pada t2
T1 = pengamatan awal periode pengamatan mingguan
T2 = pengamatan berikutnya dari periode pengamatan mingguan
keseluruhan tanaman yang tidak dinyatakan dalam biomassa total tanaman dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan bahan baru tanaman.
b. NAR (Net Assimilation Rate) atau Laju Asimilasi Bersih (g/dm2/hari)
Laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari
asimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
NAR = 1 x dW A dt
= log W2– log W1 x W2– W1 (T2– T1) (T2– T1)
Keterangan : dW = pertambahan berat kering dt = tenggang waktu pertumbuhan (selisih waktu) A = luas daun tanaman
W1 = berat kering tanaman pada t1 W2 = berat kering tanaman pada t2
T1 = pengamatan awal periode pengamatan mingguan
T2 = pengamatan berikutnya dari periode pengamatan mingguan 3. Variabel Hasil Caisim
a. Berat segar daun tanaman (konsumsi)
b. Indeks panen ekonomi
Indeks panen ekonomi dihitung dengan menggunakan rumus : IP = berat kering daun per tanaman
berat kering total tanaman c. Hasil (ton/hektar)
Jumlah tanaman/hektar = luas lahan (m2) jarak tanam (m2)
Hasil tanaman/hektar = berat tanaman sampel x jumlah tanaman/hektar
F. Analisis Data
Data hasil pengamatan disidik ragam 5%. Jika terdapat perbedaan pengaruh antar perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan 5%.
G. Jadual Penelitian
No Kegiatan
Desember 2015
Januari 2016
Februari 2016
Maret 2016
April 2016 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Tahap Persiapan
2 Pembuatan kompos Azolla 3 Pembuatan briket 4
Pengaplikasian briket pada budidaya Caisim 6 Pengamatan 7 Analisis data dan
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Caisim
Parameter pengamatan pertumbuhan tanaman caisim terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, berat segar akar, berat kering akar, berat segar tanaman, berat kering daun tanaman, dan berat kering tanaman. Hasil analisis dari pertumbuhan tanaman caisim dapat dilihat pada tabel 2, tabel 3, tabel 4, dan tabel 5 berikut ini:
Tabel 1. Rerata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), dan luas daun (cm2) pada umur 4 MST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Luas Daun (cm2)
Panjang Akar
(cm) 0% azolla : 100% arang sekam 10 ton/h
10% azolla : 90% arang sekam 10 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 10 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 10 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 10 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 10 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 20 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 20 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 20 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 20 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 20 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 20 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 30 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 30 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 30 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 30 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 30 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 30 ton/h
[image:47.612.116.545.345.640.2]1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman. Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan bahwa tanaman telah mengalami pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik tanaman. Pada caisim, tinggi tanaman adalah pencerminan panjang batang yang beruas dan berbuku sehingga juga mencerminkan kuantitas daun.
Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4a). Hasil rerata tinggi tanaman pada tanaman caisim dapat dilihat pada tabel 2. pengaruh dosis briket dan macam komposisi briket azolla-arang sekam pada semua perlakuan yang diberikan menunjukan tidak beda nyata terjadi karena briket azolla-arang sekam sebagai pupuk organik yang bersifat lambat diserap oleh tanaman (slow release), sehingga tanaman caisim yang berumur pendek kebutuhan haranya sudah
Selain itu, pemberian dosis briket 10 ton/hektar, 20 ton/hektar dan 30 ton/hektar dengan komposisi bahan azolla dan arang sekam yang berbeda-beda juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman caisim. Hal tersebut dikarenakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman caisim untuk pertumbuhan tinggi tanaman telah tercukupi secara optimal oleh media tanam, sehingga jika diberikan briket azolla-arang sekam dengan jumlah dosis yang lebih tinggi maka, akan tetap memberi pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan tinggi tanaman caisim.
[image:49.612.152.497.361.523.2]Berikut ini disajikan grafik tinggi tanaman pada umur 1 MST hingga 4 MST dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Rerata tinggi tanaman caisim A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h
B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h
4
pertumbuhan sesuai dengan kebutuhan tanaman tesebut sehingga apabila unsur hara yang tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan tanaman, maka unsur hara tersebut akan tetap berada pada media tanam. Menurut salikin (2003) bahwa peningkatan dosis pemupukan tidak akan berpengaruh jika semua unsur hara yang diperlukan oleh tanaman sudah cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Engelstad (1997) bahwa tidak selamanya pemupukan dengan pemberian dosis yang tinggi akan memberikan hasil yang terbaik juga, hal ini justru akan membuat pertumbuhan terhambat dan dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman.
2. Jumlah daun (helai)
Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosisntesis lebih banyak dan dan hasilnya lebih banyak juga.
jumlah yang berlebih, hara akan tetap berada di zona perakaran dan laju air akan diperlambat. Hal tersebut akan membuat hara dan air tersedia bagi tanaman, sehingga akan mempengaruhi jumlah daun tanaman.
Pada tabel 2. menunjukan bahwa perlakuan J (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 10 ton/hektar) menghasilkan jumlah daun yang relatif sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya, dan berbeda nyata dengan perlakuan M (briket azolla 40% dan arang sekam 60% dengan dosis 10 ton/hektar), P (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 10 ton/hektar), dan R (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 30 ton/hektar).
Jumlah daun yang hampir sama pada semua perlakuan yang diujikan diduga karena pemberian birket azolla-arang sekam lambat dalam memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman karena birket azolla-arang sekam memiliki tektur yang padat sehingga akan lambat terdekomposisi. Menurut Wijaya (2008) bahwa pemberian pupuk organik yang banyak mengadung unsur nitrogen pada tanaman akan mendorong pertumbuhan organ-oragan yang berhubungan dengan fotosintesis yaitu daun. Nitrogen merupakan penyusun protein dan asam-asam nukleat yang berguna dalam pembentukan jaringan daun tanaman.
Gambar 2. Rerata jumlah daun caisim A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h
B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h
J = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 10 ton/h K = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 20 ton/h L = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 30 ton/h M = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 10 ton/h N = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 20 ton/h O = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 30 ton/h P = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 10 ton/h Q = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 20 ton/h R = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 30 ton/h
lainnya. Adanya penambahan jumlah daun yang lebih pesat pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 ini diduga pada minggu-minggu tersebut tanaman caisim mulai membentuk daun sehingga cadangan makanan pada tanaman caisim lebih digunakan dalam pembentukan daun.
3. Luas daun (cm2)
Berikut ini disajikan histogram luas daun tanaman caisim pada umur 4 MST dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Rerata luas daun caisim A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h
B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h
J = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 10 ton/h K = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 20 ton/h L = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 30 ton/h M = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 10 ton/h N = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 20 ton/h O = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 30 ton/h P = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 10 ton/h Q = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 20 ton/h R = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 30 ton/h
ini mampu mempertahankan hara dari laju infiltrasi air sehingga hara akan tetap tersedia.
Pembentukan daun selain dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Ketersediaan unsur hara khususnya N di dalam tanah dapat mempengaruhi jumlah dan luas daun yang terbentuk. Meningkatnya pertumbuhan tanaman dapat disebabkan fotosintesis yang tinggi yang dipengaruhi oleh meningkatnya luas daun. Selain itu, jika unsur N dalam tanah lebih banyak dibandingkan unsur-unsur lainnya, maka pertumbuhan tanaman akan mengarah pada besarnya laju pertumbuhan vegetatif, dimana permukaan daun menjadi lebih besar dan memacu proses fotosintesis tanaman. Menurut Lakitan (2007) jika kandungan hara dalam tanah cukup tersedia (subur) maka indeks luas daun suatu tanaman akan semakin tinggi, dimana sebagian besar asimiliat dialokasikan untuk pembentukan daun yang mengakibatkan luas daun bertambah.
4. Panjang akar (cm)
Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap panjang akar menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4d). Hasil rerata panjang akar tanaman caisim dapat dilihat pada tabel 2. pengaruh dosis briket dan macam komposisi briket azolla-arang sekam pada semua perlakuan yang diberikan menunjukan tidak beda nyata.
[image:57.612.152.515.334.559.2]Berikut ini disajikan histogram panjang akar tanaman caisim pada umur 4 MST dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Rerata panjang akar caisim A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h
B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h
12
Pada gambar 4 rerata panjang akar tertinggi pada perlakuan O (dosis briket 30 ton/hektar dan macam komposisi briket 40 % azolla : 60 % arang sekam). Hal ini diduga supply unsur hara N dari kompos azolla yang diaplikasikan pada tanaman mampu
diserap dengan baik oleh tanaman caisim. Unsur hara nitrogen dimanfaatkan tanaman untuk membentuk bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Selain itu briket berperan dalam mempertahankan ketersedian hara dan air dalam media tanam, sehingga akar tidak mencari hara dan air terlalu dalam ke dalam tanah.
5. Berat segar akar (gram)
Tabel 2. Hasil uji jarak berganda Duncan taraf kesalahan 5% terhadap berat segar akar (gram), dan berat kering akar (gram) pada umur 4 MST
Perlakuan Berat segar Akar (gram) Berat Kering Akar (gram) 0% azolla : 100% arang sekam 10 ton/h
10% azolla : 90% arang sekam 10 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 10 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 10 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 10 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 10 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 20 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 20 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 20 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 20 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 20 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 20 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 30 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 30 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 30 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 30 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 30 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 30 ton/h
13,893 cd 22,393 cd 40,523 abc 22,490 cd 29,403 bcd 23,198 cd 30,275 bcd 30,113 bcd 24,045 cd 33,340 bcd 47,428 ab 21,630 cd 38,920 abc 26,650 bcd 42,245 abc 16,113 cd 32,593 bcd 55,978 a 3,320 c 5,998 bc 9,900 b 6,710 bc 4,968 bc 5,493 bc 7,953 bc 10,133 b 6,545 bc 8,320 bc 7,030 bc 5,470 bc 5,670 bc 8,203 bc 8,830 bc 4,613 bc 8,445 bc 19,288 a Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak ada beda nyata
pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 5%
arang sekam 60% dengan dosis 30 ton/hektar). Tinggi dan rendahnya nilai berat segar akar pada penelitian ini dipengaruhi oleh kecukupan nitrogen selama proses pertumbuhan vegetatif, sebagaimana yang dinyatakan oleh Salisbury dan Ross (1995) bahwa nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan vegetatif dan sangat berpengaruh terhadap pembentukan akar tanaman.
Berikut ini disajikan histogram berat segar akar tanaman caisim pada umur 4 MST dapat dilihat pada gambar 5.
[image:60.612.141.505.308.526.2]Gambar 5. Berat segar akar caisim
A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h
15
Pada gambar 5 rerata berat segar akar tertinggi pada perlakuan R (dosis briket 30 ton/hektar dan macam komposisi briket 50 % azolla : 50 % arang sekam). Hal ini terjadi dikarenakan briket azolla-arang sekam dengan dosis dan kombinasi tersebut mampu mempercepat pertumbuhan akar, sehingg akar tanaman menjadi lebih banyak dan lebih berat. Akar tanaman merupakan bagian vegetatif tanaman yang dapat meningkat karena unsur hara N yang dibutuhkan oleh tanaman setelah terpenuhi. Selain itu pemberian briket juga memiliki peran penting dalam supply hara yaitu mempertahankan hara yang terdapat di zona perakaran tanaman, sehingga ketika terdapat jumlah air berlebih pada media tanam maka hara akan tetap di zona perakaran atau tidak terlindi oleh air. Hal tersebut akan berdampak positif bagi perkembangan akar karena dengan pemberian briket ini hara dan air akan tersedia bagi tanaman sehingga berat segar akan tinggi.
6. Berat kering akar (gram)
Berikut ini disajikan histogram berat kering akar tanaman caisim pada umur 4 MST dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Berat kering akar caisim A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h
B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h
J = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 10 ton/h K = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 20 ton/h L = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 30 ton/h M = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 10 ton/h N = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 20 ton/h O = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 30 ton/h P = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 10 ton/h Q = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 20 ton/h R = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 30 ton/h
ketersedian hara dan air dalam tanam. Jika jumlah hara dan air terbatas maka perkembangan akar akan terhambat. Akan tetapi dengan adanya pemberian briket ini hara dan air akan tersedia bagi tanaman karena briket mampu menahan laju air sehingga hara akan tetap berada di zona perakaran dan laju air akan diperlambat. Hal tersebut akan berpengaruhi pada berat kering akar.
7. Berat segar tanaman (gram)
[image:63.612.119.547.401.693.2]Fotosintat yang dibentuk dan disimpan pada proses fotosintesis tanaman dapat diketahui dengan mengetahui berat segar tanaman. Rerata berat segar tanaman dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 3. Rerata berat segar tanaman (gram), berat kering daun (gram), dan berat kering tanaman (gram) pada umur 4 MST
Perlakuan Berat segar Tanaman (cm) Berat Kering Daun (gram) 0% azolla : 100% arang sekam 10 ton/h
10% azolla : 90% arang sekam 10 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 10 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 10 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 10 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 10 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 20 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 20 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 20 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 20 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 20 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 20 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 30 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 30 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 30 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 30 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 30 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 30 ton/h
Berat segar tanaman merupakan berat kesuluruhan tanaman setelah panen (akar, batang dan tajuk tanaman) dan sebelum tanaman mengalami layu akibat kehilangan air. Salah satu syarat untuk berlangsungnya fotosintesis yang baik bagi tanaman yaitu dengan tercukupinya air bagi tanaman yang diserap melalui akar. Berdasarkan hasil sidik berat dengan taraf kesalahan 5% terhadap berat segar tanaman menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4g). Pada tabel 4. menunjukan bahwa perlakuan R (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 30 ton/hektar) tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan, kecuali dengan perlakuan A (briket azolla 0% dan arang sekam 100% dengan dosis 10 ton/hektar), J (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 10 ton/hektar), B (briket azolla 0% dan arang sekam 100% dengan dosis 20 ton/hektar), Q (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 20 ton/hektar), dan L (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 30 ton/hektar).
Gambar 7. Berat segar tanaman caisim A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h
B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h
J = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 10 ton/h K = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 20 ton/h L = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 30 ton/h M = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 10 ton/h N = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 20 ton/h O = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 30 ton/h P = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 10 ton/h Q = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 20 ton/h R = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 30 ton/h
8. Berat kering daun (gram)
Berat kering daun tanaman diperoleh dengan cara menimbang tanaman tanpa akar setelah dioven sampai konstan. Hasil rerata berat kering daun tanaman caisim dapat dilihat pada tabel 4. pengaruh dosis briket dan macam komposisi briket azolla-arang sekam pada semua perlakuan yang diberikan menunjukan tidak beda nyata.
[image:66.612.145.508.307.529.2]Berikut ini disajikan histogram berat kering daun tanaman caisim pada umur 4 MST dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Berat kering daun A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h
B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h
21
Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap berat kering daun menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4h). Pada gambar 8 rerata berat kering daun tertinggi pada perlakuan R (dosis briket 30 ton/hektar dan macam komposisi briket 50 % azolla : 50 % arang sekam). Berat kering tanaman yang paling tepat untuk memberi pertumbuhan yang maksimal pada vegetatif yang dikonsumsi yaitu daun. Berat segar akar terendah pada perlakuan F (dosis briket 30 ton/hektar dan macam komposisi briket 10 % azolla : 90 % arang sekam). Berat kering tanaman konsumsi menunjukan hasil biomassa kering total dari hasil fotosintesis tanaman pada bagian yang bernilai ekonomi dan dapat dimakan.
9. Berat kering tanaman (gram)
Tabel 4. Hasil uji jarak berganda Duncan taraf kesalahan 5% terhadap berat kering tanaman (gram) pada umur 4 MST
Perlakuan Berat Kering Tanaman
(gram) 0% azolla : 100% arang sekam 10 ton/h
10% azolla : 90% arang sekam 10 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 10 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 10 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 10 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 10 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 20 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 20 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 20 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 20 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 20 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 20 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 30 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 30 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 30 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 30 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 30 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 30 ton/h
12,608 e 19,718 de 28,473 bcd 36,853 ab 18,568 de 19,203 de 19,333 de 27,865 bcd 25,800 bcde 35,058 abc 31,315 bcd 18,758 de 21,040 cde 17,983 de 24,185 bcde 17,355 de 25,060 bcde 47,613 a
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak ada beda nyata pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 5%
[image:68.612.116.533.149.427.