• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI MACAM SUMBER NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Licopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK SUMBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI MACAM SUMBER NUTRISI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Licopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK SUMBU"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh : Martin Kusumah

20110210026

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Oleh : Martin Kusumah

20110210026

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya tau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi lainnya.

Yogyakarta, 20 Mei 2016 Yang membuat pernyataan

(4)

PERSEMBAHAN

1. Kepada kedua orang tua saya yaitu Bapak Zulkifli dan Ibu Sundari. Terima kasih telah merawat dan membesarkan saya dengan segala kasih sayang dan cinta serta memberikan saya banyak pelajaran untuk menjalani kehidupan ini. Terima kasih atas kerja kerasnya yang telah mempertahankan saya untuk menempuh gelar sarjana. Semangat dan kerja keras kalian selalu akan kuingat untuk bekal perjalanan hidupku. Terima kasih banyak orang tuaku atas dukungan dan doa yang telah enkau berikan kepadaku. Semoga dengan gelar ini saya dapat membahagiakan kalian dan mewujudkan harapan yang selama ini kalian impikan, Amin.

2. Kepada saudari : Kak Gita dan Kak Lia terima kasih atas dukungan dan motivasi selama ini. Tanpa kalian mungkin saya tidak bisa sedewasa ini dan setangguh ini. Kalian adalah salah satu kesuksesanku untuk meraih impian ini.

3. Kepada Dosen dan Para staf pengadjaran PAFERTA UMY Terima kasih telah memberikan saya baik dari segi pendidikan dan kerohanian. Terima kasih banyak telah menjadikan saya mahasiswa pertanian yang berwawasan tinggi.

4. Kepada Sahabat dan keluarga Agroteknologi 2011, serta yang telah membantu (Ageng, Tarie, Aida, Jefi, dan Bustamil) terima kasih untuk kebersamaan dan perjuangan kalian selama ini. Semoga kita bisa menjadi sukses suatu hari nanti dan bisa saling membantu dilain waktu.

5. Kepada keluarga Team Futsal YOBEL FC, terima kasih atas kebersamaan dan keakraban selama ini, segala motivasi dan dukungan yang kalian berikan baik dilapangan maupun diluar lapangan akan selalu saya ingat. Tanpa sahabat seperti kalian saya tidak akan berjalan sejauh ini, Terima kasih.

(5)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Bergabai Macam Sumber Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Licopersicum esculentum Mill) Pada Sistem Hidroponik Sumbu”.

Penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P) pada program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesikan skripsi ini. Dengan rasa hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada ;

1. Bapak Ir. Mulyono, M.P selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini serta membantu menyelesaikan permasalahan dalam setiap kondisi yang sulit.

2. Ibu Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S selaku dosen pembimbing II yang juga memberikan pengarahan serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Sarjiyah, M.S Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

4. Bapak Ir. Achmad Supriyadi, M.M selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan baik didalam perkuliahan dan dalam lingkungan masyarakat.

5. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menempuh pendidikan sarjana pertanian, memotivasi dan dukungan baik segi moril maupun material, serta yang telah mendoakan kesehatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Pak Yuli, Pak Rudi, dan Pak Sukirno serta karyawan-karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk menjadikan skripsi ini lebih baik dari sebelumnya. Semoga srkipsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang telah membaca dan memahami skripsi ini untuk kelanjutan pendidikan terutama pada pertanian. Terima kasih.

(6)

DAFTAR ISI

A. Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) ... 5

B. Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System) ... 7

C. Larutan Nutrisi... 10

D. Hipotesis ... 21

III. TATA CARA PENELITIAN... 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 22

C. Metode Penelitian ... 22

D. Cara Penelitian... 23

E. Parameter Penelitian ... 27

F. Analisis Data ... 30

IV. HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN ... 31

A. Nilai Derajat Keasaman (pH) ... 31

B. Nilai EC (Electrical Conductivity) ... 33

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan unsur hara pada berbagai macam sumber nutrisi...12 2. Jenis dan kandungan unsur hara pada kotoran sapi...18 3. Perbandingan urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi...19 4. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap nilai pH larutan

nutrisi sebelum dan sesudah aplikasi tanaman tomat pada sistem

hidroponik sumbu...31 5. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap nilai EC larutan

nutrisi sebelum dan sesudah aplikasi tanaman tomat pada sistem

hidroponik sumbu...34 6. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap rerata tinggi

tanaman tomat pada umur 50 hst (hari setelah tanam)...36 7. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap rerata jumlah

daun tanaman tomat pada umur 50 hst (hari setelah tanam)...39 8. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap umur berbunga

tanaman tomat pada sistem hidoponik sumbu...42 9. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap panjang akar

tanaman tomat pada sistem hidroponik sumbu...43 10. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap berat segar

tanaman tomat pada sistem hidroponik sumbu...45 11. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap berat kering

tanaman tomat pada sistem hidroponik sumbu...46 12. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisis terhadap jumlah buah

pertanaman tomat pada sistem hidroponik sumbu...48 13. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap diameter buah

tanaman tomat pada sistem hidroponik sumbu...50 14. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap berat perbuah

(8)

15. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap hasil buah

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar system hidroponik sumbu...8 2. Grafik pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap rerata tinggi

tanaman Tomat dari umur 22 hst sampai 50 hst (hari setelah tanam)...37 3. Grafik pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap rerata jumlah

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

I. Perhitungan kebutuhan pupuk...61

II. Layout Penelitian...69

III. Diskripsi Tomat Intan...70

IV. Pembuatan Sistem Sumbu (wick system)...72

V. Gambar Persiapan Penelitian (A; Penyiapan Sistem Hidroponik Sumbu, B; Hasil Fermentasi Urine Sapi, C; Persiapan Media...73

VI. Gambar Pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat hidroponik (A; Penanaman, B; Fase vegetatif tanaman, C; Fase generatif tanaman)..74

(11)

PADA SISTEM HIDROPONIK SUMBU

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Martin Kusumah 20110210026

telah dipertahankan di Dewan Penguji pada tanggal 29 Maret 2016

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Pembimbing/Penguji Utama Anggota Penguji

Ir. Mulyono, M.P Ir. Hariyono, M.P

NIP. 196006081989031002 NIP. 19650330199409133002

Pembimbing/Penguji Pendamping

(12)

Faculty of Agriculture, Muhammadiyah of Yogyakarta University since Agust November 2015.

This research used experiment method that arranged in Completely Randomized Design using single factor. There are nine compositions, such as (1) AB Mix, (2) Gandasil B 150 (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr), (3) Gandasil B 200 (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr), (4) Gandasil B 250 (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr), (5) Gandasil B 150 (0,7 gr) + Cow Urine (11 ml), (6) Gandasil B 200 (0,9 gr) + Cow Urine (7 ml), (7) Gandasil B 250 (1,2 gr) + Cow Urine (5 ml), (8) Cow Urine (141 ml).

The result of this research showed that treatment A1 (AB-Mix) give the better result of plant growth, meanwhile on the other hand. Gandasil B and Cow Urine treatment showed the best result for Tomato yield.

(13)

dan hasil tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu. Penelitian ini dilakukan di Green House, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Agustus – November 2015.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang disusun dengan faktor tunggal terdiri dari berbagai delapan macam sumber nutrisi yaitu AB Mix, Gandasil B 150 (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr), Gandasil B 200 (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr), Gandasil B 250 (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr), Gandasil B 150 (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml), Gandasil B 200 (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml), Gandasil B 250 (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml), POC Urine Sapi (141 ml).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa pengaruh berbagai macam sumber nutrisi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat, sedangkan pemberian berbagai macam sumber nutrisi (Gandasil B dan Urine Sapi) memberikan hasil yang terbaik terhadap hasil tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik Sumbu.

(14)

Budidaya tanaman hidroponik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan budidaya secara Konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman dapat di kontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim, dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit (Harris 1988 dalam Anas, 2013). Hidroponik memiliki beberapa sistem budidaya, salah satu sistem yang bisa digunakan yang relatif sederhana adalah hidroponik sumbu (wick). Sistem ini adalah sistem yang memanfaatkan daya kapilaritas sumbu sebagai perantara penyaluran nutrisi ke media tanam (Aida, 2015).

(15)

tersebut ada peluang untuk meningkatkan luas panen budidaya Tomat di dataran rendah.

(16)

dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber larutan nutrisi. Selain praktis, pupuk daun juga mudah diperoleh di pasaran. Penggunaan pupuk daun ini dapat dimodifikasi dengan pupuk majemuk yang telah tersedia di pasaran. selain pupuk anorganik, penggunaaan pupuk organik cair dari urine sapi merupakan salah satu alternatif untuk nutrisi yang bisa digunakan pada budidaya hidroponik. Urine sapi memiliki kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro yang bisa dimanfaatkan tanaman untuk memenuhi keberlangsungan siklus hidupnya tetapi kandungan unsur hara yang terdapat pada urine sapi hanya beberapa persen dari pupuk anorganik tersebut.

B. Perumusan Masalah

(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh berbagai macam nutrisi pada pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) pada Sistem Hidroponik Sumbu. 2. Untuk mendapatkan perbandingan komposisi nutrisi yang terbaik pada

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)

Tanaman Tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dahulu. Peranannya yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat sudah sejak lama diketahui orang. Tanaman Tomat (Lycopersium escuslentum Mill) adalah tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (angiospermai). Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman Tomat termasuk kelas Dicotyledonnae (berkeping dua). Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman Tomat secara sistemik sebagai berikut ; Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua), Ordo : Tubiflorae, Famili : Solanaceae (berbunga seperti terompet), Genus : Solanum (Lycopersicum), Species : Lycopersicum esculentum Mill (Tugiyono,

2005 dalam Halid, 2014).

(19)
(20)
(21)

setiap 5-7 hari sekali. Sedangkan untuk tanaman Tomat kultivar panen pertama dilakukan mulai 3 bulan setelah tanam.

Batang Tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya banyak ditumbuhi rambut halus terutama dibagian berwarna hijau. Diantara rambut-rambut tersebut terdapat rambut kelenjar. Daunnya mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya merupakan Dibagian bawah terdapat 5 buah kelopak bunga yang berwarna hijau. Buah Tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan 2-9 kantong lendir Ketika

buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan rasanya menjadi enak dengan asam-asam manis (Trisnawaty dan Setiawan, 1993 dalam Halid, 2014).

B. Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)

(22)

hydroponics (Anas, 2013). Hidroponik memiliki beberapa sistem yang bisa digunakan untuk budidaya tanaman antara lain ; Sistem sumbu, Sistem Top-Feed atau drip, Sistem rakit, sistem NFT (Nutrient Flow Technique) dan sistem aeroponik. Berdasarkan dari beberapa sistem tersebut terbagi menjadi dua kreasi yaitu sistem pasif dan sistem aktif. Sistem pasif adalah sistem yang tidak menggunakan tenaga/alat (Biasanya listrik dan pompa air) untuk memindahkan nutrisi dan air ke zona perakaran. Sedangkan sistem aktif adalah sistem yang bergantung terhadap tenaga/alat (Biasanya listrik dan pompa air) untuk memindahkan nutrisi dan air ke zona perakaran.

Gambar 1. Sistem Sumbu (wick system)

Sistem Sumbu (wick system) adalah tipe hidroponik yang paling sederhana. Sistem ini adalah sistem pasif, yang artinya tidak ada sistem yang bergerak. Larutan nutrisi diserap oleh media tanam dari tandon menggunakan sumbu (memanfaatkan daya kapilaritas sumbu). Pada media tanam telah diselipkan kain yang dihubungkan dengan tangki air yang berada di bawahnya

Lobang tempat kedudukan Pot

Pot Styrofoam

Lobang

sirkulasi udara Sumbu (kain flanel)

Ember

(23)

untuk menyerap air tersebut secara terus-menerus. Kelebihan sistem ini adalah tidak memerlukan pompa listrik sehingga tanaman tidak akan mati jika terjadi mati listrik. Selain itu bahan yang diperlukan cukup mudah didapatkan dan juga sirkulasi oksigen cukup sering terjadi. Kekurangan dari sistem ini adalah apabila tanaman berukuran besar atau memerlukan air yang banyak sehingga dapat menghabiskan solusi nutrisi lebih cepat daripada yang dapat disediakan oleh wick (Tia, 2013).

(24)

C. Larutan Nutrisi

Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi itu diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Kebutuhan unsur hara pada tanaman sangat berkaitan dengan jenis atau macam unsur hara. Kebutuhan tanaman akan unsur hara yang berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut, semisal pada saat awal pertumbuhan tanaman/fase vegetatif akan membutuhkan unsur hara yang berbeda dengan saat tumbuhan mencapai fase generatif. Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai dengan pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman (Rosliani dan Sumarni, 2005 dalam Dyah, 2011).

(25)

peningkatan, dan pada dosis tertentu ketiga parameter tersebut mengalami penurunan pertumbuhan.

Menurut Anas (2006), Larutan Nutrisi yang diberikan pada tanaman Tomat mempunyai Nilai EC berkisar antara 1.6 – 1.7 m mhos/cm. Bila EC kurang dari 2 m mhos/cm harus dinaikkan dengan cara menambah nutrisi. Bila EC lebih dari 2.5 m mhos/cm sebaiknya diturunkan secara bertahap dengan cara penyiraman dengan air saja. Pengukuran nilai EC (Electrical Conductivity) sebagai gambaran mengenai konsentrasi ion didalam air, semakin tinggi konsentrasi kation dan anion maka nilai EC larutan akan semakin tinggi. Selain EC, pH juga merupakan faktor yang penting untuk dikontrol. Formulasi nutrisi yang berbeda mempunyai pH yang berbeda, karena garam-garam pupuk mempunyai tingkat kemasaman yang berbeda jika dilarutkan dalam air. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pH larutan yang direkomendasikan untuk tanaman sayuran pada kultur hidroponik adalah antara 5,5 sampai 6,5. Jika pH terlalu rendah, daya larut unsur tersebut akan menurun sehingga daya serap tanaman terhadap unsur tertentu kemungkinan akan berkurang. Menurut Gerber (1985) dalam Anas (2013), Sebagian besar tanaman dapat tumbuh baik dalam larutan

(26)

Berikut ini tabel macam-macam sumber nutrisi dan kandungan hara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Tomat ;

Tabel 1. Kandungan unsur hara pada beberapa macam sumber nutrisi Kandungan

(27)

Menurut Anas (2006), Larutan stok A mengandung KNO3, Ce(NO3)2, NH4NO3, Fe-EDTA, sedangkan Larutan stok B mengandung KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CuSO4, ZnEDTA, H3BO3, NH4-MoO4. Pekatan A dan pekatan B tidak dapat dicampur karena bila kation kalsium (Ca2+) dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat (SO4-) dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat (CaSO4) sehingga unsur Ca2+ dan S tidak dapat diserap oleh akar tanaman dan menunjukkan gejala defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation kalsium (Ca2+) dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan B akan terjadi endapan ferri-fosfat sehingga unsur Ca dan Fe tidak dapat diserap oleh akar dan tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi Fe (Sjarif, dkk, 2011).

2. Pupuk Gandasil B

Gandasil adalah pupuk berbentuk serbuk, berfungsi untuk mendorong pertumbuhan bunga dan buah. Menurut Setyamidjaja (1986) dalam Pramudya (2000), Gandasil B adalah pupuk daun yang berkomposisi unsur hara yang cukup lengkap, yang terdiri dari makro dan mikro. Berdasarkan kandungan hara yaitu mengandung unsur Nitrogen 6 %, Fosfat 20 %, Kalium 30 %, dan Magnesium 3 %. Selain unsur hara makro yang tercantum, pupuk gandasil juga dilengkapi unsur-unsur seperti Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu), Kobal (Co), Molybdenum (Mo), Seng (Zn), serta mengandung vitamin-vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti Aneurine, Lactoflavine, dan Nicotinic acid amide.

(28)
(29)

3. Pupuk ZA (Amonium Sulfat)

Pupuk ZA adalah pupuk N Anorganik bersifat asam yang dibuat melalui reaksi antara NH3 dan H2SO4 pada suhu 116–118 ºC menjadi (NH4)2SO4 yang mengandung unsur hara N 20,5% - 21% dan S 24%. Pupuk ini berbentuk kristal berwarna putih, tidak lengket dan mudah disebarkan, tidak higroskopis (menarik uap air dari udara jika kelembaban nisbi 80%), mudah larut dalam air, bereaksi cepat dan segera dapat diserap oleh tanaman. Pupuk ZA memiliki peranan penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu untuk meningkatkan kandungan protein pada tanaman, mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman, sebagai senyawa penting untuk pembentukan klorofil, asam nukleat dan enzim, serta sebagai senyawa penting untuk pembentukan asam-asam amino yang akan dirubah menjadi protein. Menurut Isbandi (1985) dalam Dewi (2007), pemupukan ZA akan langsung menghasilkan ion NH4+ yang sudah siap diserap oleh akar tanaman. Unsur hara N diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium), akan tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi ammonium. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanamannya (Oriska, 2012).

4. Pupuk SP-36 (Superfosfat)

(30)

fosfat secara sempurna akan membebaskan ion H+ ke dalam tanah bila pH mulai 3.0 hingga 7.0. Kandungan hara P dalam bentuk P2O5 tinggi yaitu sebesar 36%, Unsur hara P yang terdapat dalam pupuk SP-36 hampir seluruhnya larut dalam air, Bersifat netral sehingga tidak mempengaruhi kemasaman tanah, Tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik, Dapat dicampur dengan Pupuk Urea atau pupuk ZA pada saat penggunaan (Anonim, 2002 dalam Adria, 2012).

(31)

generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari, daun buah dan bakal biji. Jadi untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak diperlukan unsur fosfor (Sugih, 2011 dalam Adria, 2012).

5. Pupuk KCL (Kalium Klorida)

Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negatif dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau daun dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit.

Menurut al, (1999) dalam Amisnaipa (2009), menyatakan bahwa peningkatan penambahan pupuk KCL akan meningkatkan tinggi tanaman dan bobot buah secara linier. Semakin tinggi status hara K ditanah, maka kebutuhan tanaman akan unsur hara K semakin tercukupi shingga menghasilkan pertumbuhan tanaman Tomat yang semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan fungsi unsur hara K sebagai aktivator sejumlah enzim yang banyak terdapat dititik tumbuh pada jaringan meristem sehingga mempercepat pembelahan sel dan pembentukan jaringan utama. Sedangkan, Menurut Nelson dan Enderson (1977) dalam Amisnaipa (2009), menjelaskan bahwa kekurangan unsur K menyebabkan

(32)

pengambilan unsur hara dan air terbatas. Unsur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil. K yang ditambahkan kedalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KCl, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4 (Halid, 2014).

6. Urine Sapi

Urine merupakan kotoran ternak berwujud cair yang dihasilkan oleh hewan ternak salah satunya yaitu hewan ternak sapi. Pemanfaatan urine sapi dapat digunakan sebagai pupuk organik cair yang sangat berguna bagi pertanian. Menurut Anti (1987) dalam Albertus, dkk (2011), Bahwa urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA (Indole Acetic Acid). Fungsi IAA pada tanaman merupakan senyawa dengan ciri-ciri mempunyai kemampuan dalam mendukung pembelahan sel pada pucuk dengan struktur kimia indole ring, banyaknya kandungan auksin pada tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Abidin, 1987 dalam Agus, 2004). Berikut ini perbandingan unsur hara yang terdapat pada hewan ternak sapi berdasarkan wujudnya ;

Tabel 1. Jenis dan kandungan unsur hara pada kotoran sapi Nama Hewan dan

Bentuk kotorannya

Nitrogen %

Fosfor %

Kalium %

Air %

Sapi - Padat 0,40 0,20 0,10 85

Sapi – Cair 1,00 0,50 1,50 92

(33)

Kotoran urine sapi berwujud cair memiliki kandungan unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan berwujud padat. Untuk meningkatkan kandungan hara pada urine sapi dilakukan fermentasi dengan menggunakan Em4. Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sedrehana yang melibatkan mikroorganisme. Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikrobia dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Dari hasil fermentasi yang telah dilakukan terdapat beberapa perubahan dari perubahan jumlah unsur yang terkandung, perubahan wujud dan bau. Berikut ini data sebelum dan sesudah urine sapi yang telah difermentasi pada tabel 2.

Tabel 2. Kandungan mineral urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi

Sumber:(Mardowo. 2004 dalam Nymas, dkk. 2013)

Kandungan mineral pada urine sapi sebelum dan sesudah fermentasi memiliki perbedaan berdasarkan unsur yang tersedia. Peningkatan mineral terjadi sesudah fermentasi, perubahan pH yang netral yaitu 7,2 meningkat menjadi 8,7 yaitu basa, perubahan pada warna wujud kotoran dari kuning sebelum fermentasi

Kandungan Urine Sapi

Kandungan Mineral (%) Sebelum

Fermentasi

Sesudah Fermentasi

N 1,0 2,7

P 0,5 2,4

K 1,5 3,8

Ca 1,1 5,8

Na 0,2 7,2

Fe 3726 7692

Mn 300 507

Zn 101 624

(34)
(35)

D. Hipotesis

(36)

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ketinggian tempat 100 – 499 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan dimulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2015.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Tomat varietas intan, Pupuk AB-Mix, ZA, SP-36, KCL, Gandasil B, POC Urine Sapi, dan pasir pantai sebagai media tanam. Alat yang digunakan untuk penelitian adalah ember plastik, pot, kain flanel, kain kasa, gelas ukur, mikro pipet, PH meter, penggaris skala kecil, timbangan analitik, map kertas, plastik HW, EC meter, Oven dan alat tulis.

C. Metode Penelitian

(37)

A1 = AB Mix (Kontrol)

A2 = Gandasil B 150 (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) A3 = Gandasil B 200 (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) A4 = Gandasil B 250 (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr)

A5 = Gandasil B 150 (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) A6 = Gandasil B 200 (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) A7 = Gandasil B 250 (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) A8 = POC Urine Sapi (141 ml)

Masing-masing perlakuan di ulang 3 kali sehingga terdapat 24 unit percobaan. Setiap unit terdiri dari 3 tanaman sampel sehingga terdapat 72 tanaman (Lampiran II).

D. Cara Penelitian

Penelitian ini menggunakan formulasi pupuk yang berbeda pada budidaya tanaman Tomat secara hidroponik. Berikut ini kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian ;

1. Fermentasi Urine Ternak Sapi

(38)

menyediakan makanan bagi mikrobia fermenter untuk melakukan proses fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 2 minggu.

2. Penyemaian

Benih yang digunakan adalah benih tanaman Tomat intan (Lampiran 3). Benih diperoleh dari toko saprodi yang ada di kota Yogyakarta. Penyemaian benih dilakukan menggunakan media tanam campuran tanah, dan pupuk kandang (1:1). Persemaian dilakukan untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik dan memiliki keseragaman. benih disemai selama 2 minggu, setelah memiliki 3-4 helai daun dan memiliki batang yang kuat serta tinggi yang seragam. Setelah mendapatkan kriteria bibit yang diinginkan, kemudian dipindahkan ke media tumbuh selanjutnya yaitu sistem hidroponik.

3. Persiapan Media tanam

Persiapan media tanam meliputi :

a. Pembuatan sistem sumbu

(39)

b. Media tanam

Media tanam yang akan digunakan adalah pasir, setiap wadah media di isikan pasir dengan volume media yang sama, sebelum tanaman dipindahkan ke media tanam, media didiamkan terlebih dahulu untuk mendapatkan larutan nutrisi yang diserap melalui sumbu dengan kondisi media sedikit basah. Setelah media tanam siap maka dilakukan penanaman.

4. Persiapan Formulasi Nutrisi

Pupuk dilarutkan dalam air sesuai kebutuhan masing-masing perlakuan yang terdiri 8 perlakuan dengan komposisi yang berbeda dapat dilihat pada lampiran I. Penyiapan larutan dilakukan dengan melarutkan masing-masing perlakuan kedalam 1 liter air. Setelah dicampurkan semua bahan kemudian dilakukan penggojokan agar semua bahan larut dalam air. Larutan nutrisi AB Mix dibuat dengan melarutkan komposisi pada paket A dan B, kemudian 25 gram A dan B dilarutkan kedalam 50 ml air. Penggunaan nutrisi setiap paket A dan B menggunakan sebanyak 5 ml A dan 5 ml B yang dilarutkan kedalam 1 liter air dan siap diaplikasikan. Larutan nutrisi masing-masing perlakuan kemudian dimasukkan kebagian wadah nutrisi yang berukuran 1 liter air.

5. Penanaman

(40)

sehingga tidak terjadinya persaingan terhadap mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman pada budidaya Tomat sistem hidroponik yang akan dilakukan meliputi ;

a. Pemberian Larutan Nutrisi

Pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan melarutkan pupuk dengan air pada wadah tempat larutan nutrisi yang telah disiapkan. Volume nutrisi yang diberikan sebanyak 1 liter untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Pemberian nutrisi dilakukan 1 minggu sekali agar kondisi unsur hara pada larutan nutrisi tetap tersedia.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman dengan menanam kembali bibit yang telah dipindahkan, kegiatan ini untuk menghindari kerusakan bibit tanaman saat pemindahan atau diduga tanaman tersebut akan mati akibat layu dan rusak.

c. Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir dilakukan Pemasangan ajir dilakukan pada fase vegetatif tanaman, pemasangan ajir yaitu untuk menopang tanaman agar tetap tegak dan tidak roboh.

d. Pengendalian hama dan penyakit

(41)

pestisida digunakan jika serangan hama dan penyakit sudah menyebar ke tanaman lainnya.

7. Pamanenan

Pemanenan dilakukan setelah umur tanaman berkisar antara 80 hst dengan memetik buah secara manual. Kriteria buah yang sudah masak optimal dan siap dipanen yaitu warna kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi warna merah terang mencapai 80 – 90 %, batang tepi daun telah mengering, dan batang tanaman sudah menguning atau mengering.

E. Parameter Penelitian

Beberapa parameter yang akan diamati untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat pada sistem sumbu (wick system), Berikut ini parameter yang diamati pada penelitian ini ;

1. Pengukuran pH

Pengukuran pH berfungsi untuk mengetahui tingkat kemasaman pada larutan nutisi. Dimana setiap nilai keasaman nutrisi pada tanaman memiliki nilai serapan yang berbeda. Pengukuran dilakukan 2 kali dalam seminggu pada waktu pemberian nutrisi dan sebelum pergantian nutrisi.

2. Pengukuran EC (Electrical Conductivity) (m mhos/cm)

Pengukuran Nilai EC dilakukan untuk memonitor larutan nutrisi dengan

(42)

larutan nutisi, semakin tinggi nilai EC pada larutan maka semakin pekat dan ketersediaan unsur hara bertambah, sebaliknya semakin rendah nilai EC maka kebutuhan unsur hara lebih sedikit. Pengukuran dilakukan 2 kali dalam seminggu pada waktu pemberian nutrisi dan sebelum pergantian nutrisi.

3. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai setelah penanaman yang diukur dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh. Pengamatan tinggi tanaman dilakukannya setiap 1 minggu sekali sampai dengan fase generatif tanaman Tomat. Alat yang digunakan untuk pengamatan ini yaitu penggaris atau meteran.

4. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung perhelai setelah penanaman dilakukan. Pengamatan ini dilakukan selama 1 minggu sekali sampai fase generatif tanaman Tomat.

5. Waktu Berbunga (hari)

Pengamatan dilakukan setelah penanaman sampai dengan fase generatif tanaman Tomat. Waktu berbunga dihitung saat pembungaan pertama muncul. Perhitungan mulai dari bunga muncul sampai 50% tanaman menghasilkan bunga pertamanya.

6. Panjang Akar (cm)

(43)

7. Berat segar tanaman (gram)

Berat segar merupakan berat tanaman yang masih memiliki kandungan air sesaat setelah panen. Untuk mengetahui berat segar tanaman dilakukan penimbangan pada akhir penelitian. Penimbangan dilakukan dengan memotong bagian tanaman dan ditimbang menggunakan timbangan analitik.

8. Berat kering tanaman (gram)

Berat kering merupakan berat dari hasil berat segar tanaman yang telah dioven sehingga mengalami penyusutan berat. Pengeringan dilakukan sampai berat tanaman konstan dengan suhu oven 60-70ºC selama 24 jam.

9. Jumlah Buah Pertanaman

Sebelum panen dilakukan, jumlah buah dihitung pada setiap tanaman sampel. Untuk mengetahui jumlah buah yang dihasilkan setiap tanaman. dihitung dari jumlah buah yang muncul pada setiap minggu setelah tanam.

10.Diameter Buah Pertanaman (cm)

Pengukuran dilakukan dengan mengambil 5 buah secara acak dari setiap ulangan pada tanaman kemudian diukur lingkaran tengah buah dengan menggunakan jangka sorong.

11.Berat Buah Pertanaman (gram)

(44)

12.Hasil Buah (t/ha)

Perhitungan jumlah hasil buah t/ha yaitu jumlah rata-rata berat buah pertanaman dikonversikan ke dalam t/ha.

F. Analisis Data

(45)

IV. HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Penggunaan berbagai macam sumber nutrisi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu yang diketahui dari hasil uji lapangan dengan beberapa parameter yaitu nilai pH, nilai EC, tinggi tanaman, jumlah daun, waktu berbunga, jumlah buah, diameter buah, berat buah, panjang akar, berat segar dan berat kering tanaman.

A. Nilai Derajat Keasaman (pH)

Nilai derajat keasaman (pH) larutan nutrisi dilakukan dengan dua tahap yaitu sebelum dan sesudah aplikasi. Pengamatan larutan nutrisi dilakukan dengan mengukur tingkat kemasaman larutan nutrisi dengan menggunakan alat pH meter. Setiap 1 minggu larutan nutrisi sebelum dan sesudah aplikasi larutan diambil dan diamati dengan mengambil setiap sampel larutan pada setiap wadah larutan nutrisi. Berikut ini hasil tingkat kemasaman larutan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap nilai pH larutan nutrisi sebelum dan sesudah aplikasi tanaman Tomat pada sistem hidroponik sumbu.

Perlakuan Nilai pH

(Sebelum)

Nilai pH (Sesudah)

A1 = AB Mix (kontrol) 6,97 6,81

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 7,58 6,43

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 7,60 6,36

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 7,64 6,44

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 7,90 6,77

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 7,78 6,81

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 7,84 6,67

(46)
(47)

muatan listrik anion OH-. Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif sedangkan anion adalah ion-ion yang bermuatan negatif (Aida, 2015).

Menurut Subandi, dkk (2015), defiensi unsur hara dapat diakibatkan oleh kondisi larutan dengan kondisi pH yang cenderung basa. Pada kultur hidroponik pH yang dianjurkan antara 5 – 6, namun pada kondisi dilapangan nilai pH larutan nutrisi melebihi dari nilai 7. hal ini menimbulkan pengendapan unsur-unsur hara mikro tersebut. Salah satu unsur hara mikro yang tidak dapat diserap secara optimal oleh tanaman adalah Khlorin (Cl). Unsur hara ini beperan sebagai aktivator enzim selama produksi oksigen dari air, hal tersebut menyebabkan pertumbuhan akar tanaman menjadi kurang optimal. Seperti yang diungkapkan oleh Izzati (2006) dalam Subandi, dkk (2015) oksigen terlarut yang cukup dalam air akan membantu perakaran tanaman dalam mengikat oksigen. Bila kadar oksigen terlarut cukup tinggi, maka proses respirasi akan lancar dan energi yang dihasilkan oleh akar cukup banyak untuk menyerap hara yang dapat diserap tanaman.

B. Nilai EC (Electrical Conductivity)

(48)

Sedangkan jika nilai EC rendah maka ketersediaan unsur hara dalam larutan sedikit.

Tabel 4. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap nilai EC larutan nutrisi sebelum dan sesudah aplikasi tanaman Tomat pada sistem hidroponik sumbu.

Perlakuan Nilai EC

(Sebelum)

Nilai EC (Sesudah)

A1 = AB Mix (kontrol) 2,16 2,29

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 3,17 4,14

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 3,27 3,62

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 3,16 4,10

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 2,16 2,87

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 2,48 3,33

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 2,77 3,62

A8 = POC Urine Sapi (141 ml) 2,67 3,79

Hasil pengukuran nilai EC menunjukkan bahwa nilai EC sebelum aplikasi memiliki kisaran diatar 2 m mhos/c. Perlakuan A1, A5 dan A6 sama memiliki nilai EC yang sesuai dengan kondisi larutan nutrisi hidroponik. Akan tetapi setelah aplikasi mengalami peningkatan, kenaikan nilai EC disebabkan oleh pengendapan pupuk. Hal ini menunjukan bahwa larutan nutrisi telah diserap tanaman. Nilai EC setiap perlakuan memiliki nilai yang berbeda sebab konsentrasi setiap formulasi berbeda. Menurut Anas (2006), Larutan Nutrisi yang diberikan pada tanaman Tomat mempunyai Nilai EC berkisar antara 1.6 – 1.7 m mhos/cm. Bila EC kurang dari 2 m mhos/cm harus dinaikkan dengan cara menambah nutrisi. Bila EC lebih dari 2.5 m mhos/cm sebaiknya diturunkan secara bertahap dengan cara penyiraman dengan air saja.

(49)

(2015), yang menyatakan bahwa penggunaan EC yang tinggi mengakibatkan tanaman tidak dapat menyerap unsur hara karena konsentrasi garam yang tinggi dapat merusak akar tanaman dan mengganggu serapan nutrisi dan air. Selain itu pengaruh nilai EC mempengaruhi serapan unsur hara seperti yang dikemukakan oleh Sutiyoso (2003) dalam Prita, dkk (2013), menyatakan bahwa nilai EC berpengaruh pada kecepatan penyerapan unsur hara oleh tanaman, semakin besar nilai EC maka semakin cepat penyerapan unsur hara oleh tanaman dan sebaliknya jika nilai EC semakin kecil maka penyerapan unsur hara akan lambat. Hal tersebut dapat mempengaruhi percepatan pertumbuhan tanaman. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Saliburry dan Ross (1995) dalam Prita, dkk (2013) bahwa semakin besar nilai EC maka semakin cepat penyerapan unsur hara oleh tanaman sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan juga berpengaruh pada umur panen tanaman. Nilai EC menggambarkan jumlah ion terlarut dari unsur hara yang terlarut dalam larutan nutrisi yang berbentuk ion positif maupun ion negatif. Tingginya nilai EC menunjukkan bahwa jumlah ion-ion yang terbentuk dengan jumlah banyak.

(50)

optimal dan mengalami peningkatan nilai EC pada saat ditambahkan larutan nutrisi.

C. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan variabel yang menunjukkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tanaman dari pangkal tanaman sampai titik tumbuh. Berikut ini nilai pengamatan tinggi tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik Sumbu dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap rerata tinggi tanaman Tomat pada umur 50 hst (hari setelah tanam).

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

Hasil DMRT pada taraf ɑ 5 % menunjukkan bahwa perlakuan A1 (AB Mix) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan A4, A7, dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Fase pertumbuhan vegetatif tanaman berhubungan dengan tiga proses penting yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel, dan tahap pertama dari

Perlakuan

Tinggi Tanaman

(cm)

A1 = AB Mix (kontrol) 42,16 a

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 31,44 cd

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 31,88 cd

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 38,88 abc

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 33,00 cd

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 34,72 bc

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 40,61 ab

(51)

0

22 hari 29 hari 36 hari 50 hari

T

Grafik Tinggi Tanaman (cm)

A1

diferensiasi sel. Ketiga proses tersebut membutuhkan karbohidrat, karena karbohidrat yang terbentuk akan bersenyawa dengan persenyawaan-persenyawaan nitrogen untuk membentuk protoplasma pada titik-titik tumbuh yang akan mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman. Ketersediaan karbohidrat yang dibentuk dalam tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan hara bagi tanaman tersebut Harlina (2003) dalam Samanhudi dan Dwi (2006). Dari rerata pertumbuhan terjadinya pengaruh pemberian berbagai formulasi menyebabkan perbedaan tinggi tanaman. Berikut ini pola laju pertumbuhan tanaman Tomat dari hasil pengamatan minggu k-1 terus meningkat hingga minggu ke-4 dapat dilihat pada gambar 2.

(52)

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) A8 = POC Urine Sapi (141 ml)

Pada laju pertumbuhan tinggi tanaman Tomat dari umur 22 hst sampai umur 50 hst (hari setelah tanam), grafik menunjukkan perlakuan A1 (AB Mix) memiliki tinggi tanaman yang dominan diantara perlakuan lainnya, hal ini disebabkan oleh ketersediaan unsur hara makro yang tersedia dalam larutan nutrisi dapat terserap oleh tanaman secara maksimal dengan jumlah yang cukup. Kesesuaian larutan nutrisi menunjukkan pertumbuhan tanaman yang berbeda. Larutan nutrisi dengan nilai EC pada perlakuan A1 (AB Mix) berkisar 2,16 m mhos/cm dan memiliki nilai keasamaan berkisar 6-7 berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Kondisi larutan nutrisi yang mudah diserap tanaman menyebabkan tinggi tanaman tumbuh optimal. Tinggi tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara Nitrogen yang tersedia dalam larutan nutrisi yang diserap tanaman. Seperti yang dikemukan oleh Marsono dan Sigit (2001) dalam Mamin, dkk (2007), bahwa Unsur N berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil, membentuk lemak, protein dan persenyawaan lain.

(53)

et al. (1991) dalam Elis, dkk (2013), yang menyatakan bahwa kekurangan dan kelebihan Nitrogen menyebabkan pertumbuhan batang dan daun terhambat karena pembelahan dan pembesaran sel terhambat, sehingga bisa menyebabkan tanaman kerdil dan kekurangan klorofil.

D. Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dihitung mulai dari setelah tanam umur tanaman 22 hst sampai sampai fase generatif tanaman yaitu umur 50 hst (hari setelah tanam). Berikut ini hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah daun dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap rerata jumlah daun tanaman Tomat umur 50 hst (hari setelah tanam).

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

Hasil DMRT menunjukkan jumlah daun pada umur 50 hst (hari setelah tanam) bahwa perlakuan A1 (AB Mix) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan A2 dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya. Daun merupakan organ penting tanaman yang berperan terhadap fostosintesis. Luas daun dan jumlah

Perlakuan Jumlah

Daun (helai)

A1 = AB Mix (kontrol) 147,22 a

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 128,33 ab

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 100,78 cde

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 115,11 bc

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 82,44 ef

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 89,44 def

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 108,22 bcd

(54)

klorofil yang tinggi akan menyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan baik. Pertumbuhan jumlah daun berhubungan dengan aktivitas fotosintesis, yang memproduksi makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai sumber cadangan makanan. Semakin banyak jumlah daun maka hasil fotosintesis tinggi sehingga tanaman tumbuh dengan baik (Ekawati dkk, 2006 dalam Aida, 2015). Berikut ini gambar grafik Pertumbuhan jumlah daun pada tanaman Tomat pada semua perlakuan dari umur 22 hst sampai umur 50 hst (hari setelah tanam) dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap rerata jumlah daun tanaman Tomat dari umur 22 hst sampai 50 hst (hari

22 hari 29 hari 36 hari 50 hari

(55)

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) A8 = POC Urine Sapi (141 ml)

Pelakuan A1 (AB Mix) memiliki pertumbuhan jumlah daun yang lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya, pengaruh nutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun. Larutan nutrisi AB Mix yang memiliki unsur hara N dan P dengan jumlah yang cukup untuk menghasilkan jumlah daun tanaman Tomat yang lebih optimal. Fungsi N sebagai penyusun utama bagian pokok dari semua protein dan asam nukleut sehingga jika unsur N mencukupi akan menghasilkan protein yang lebih banyak sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan daun (Sarief, 1986 dalam Aida, 2015). Sedangkan Unsur P berperan dalam pembelahan sel yang dapat menghasilkan tumbuhnya helaian daun baru. Pertumbuhan jumlah daun terendah yaitu perlakuan A8 (POC Urine Sapi (141 ml)) hal ini disebabkan oleh ketersediaan unsur hara N dan P untuk menyediakan kebutuhan tanaman tidak optimal maka jumlah daun yang dihasilkan berada dinilai terendah.

E. Umur Berbunga

(56)

Berikut ini hasil analisis DMRT umur berbunga tanaman Tomat hidroponik dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap umur berbunga tanaman Tomat pada sistem hidoponik sumbu.

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

. Berdasarkan hasil DMRT taraf α = 5 % menunjukkan bahwa hampir keseluruhan perlakuan tidak berbeda nyata terhadap umur berbunga tanaman Tomat kecuali pada perlakuan A8 yang berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Pengaruh umur berbunga terhadap berbagai macam sumber nutrisi disebabkan oleh unsur hara yang terkandung dalam larutan nutrisi. Pemberian pupuk gandasil B berpengaruh terhadap pertumbuhan bunga. Fungsi Gandasil B yaitu untuk mendorong pertumbuhan bunga dan buah, selain itu terdapatnya unsur hara yang lengkap dan cukup untuk kebutuhan pertumbuhan menyebabkan tanaman tumbuh optimal, kemudian menurut Surtinah (2004), menyatakan bahwa unsur hara makro dan mikro yang terkandung dalam pupuk gandasil B yang terdiri dari unsur hara makro seperti N, P, K, Mg, dan unsur hara mikro Mn, B, Cu, Co, Mo, dan

Perlakuan Umur

Berbunga

A1 = AB Mix (kontrol) 56,33 ab

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 50,00 a

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 53,66 ab

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 52,00 ab

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 53,00 ab

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 54,66 ab

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 54,00 ab

(57)

Zn, sangat menunjang pertumbuhan tanaman, dengan semakin panjang umur tanaman maka fotosintat yang dihasilkan semakin banyak, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kehidupannya. Selain itu salah satu faktor yang mempenaruhi percepatan dan menghambat umur bunga dapat disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan yaitu suhu, cahaya, kelembaban, dan curah hujan yang merupakan faktor pendukung dalam keberlangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman Tomat akan menyebabkan tidak terhambat atau normal, sehingga berpengaruh terhadap merangang umur pembungaan (Sri, 2000).

F. Panjang Akar

Pengukuran panjang akar dilakukan dengan mengukur panjangnya akar dari pangkal batang atas sampai panggal bawah yaitu bagian ujung akar terkecil dengan menggunakan penggaris (cm). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan pemberian berbagai macam sumber nutrisi tidak adanya beda nyata terhadap rerata panjang akar tanaman Tomat dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap panjang akar tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu.

Perlakuan Panjang

Akar (cm)

A1 = AB Mix (kontrol) 16,27 a

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 18,33 a

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 16,44 a

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 17,77 a

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 18,44 a

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 16,22 a

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 21,16 a

(58)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil uji F α = 5% sidik ragam.

Panjangnya akar berpengaruh terhadap ketersediaan larutan nutrisi yang diserap tanaman. Akar tanaman merupakan fondasi bagi tanaman, fungsi dari akar yaitu sebagai organ vegetatif tanaman yang memasok air, mineral, dan bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Gardner, et al., 1991 dalam Aida,2015). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam panjang akar tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan A7 (Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml)) dengan panjang yaitu 21,16 cm tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Pada hidroponik sumbu pengaruh sumbu dan media sangat mempengaruhi pertumbuhan akar, semakin cepat sumbu menyerap air maka ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dengan cukup. Media tanam pasir memiliki karakteristik memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau lebih cepat kering (Anonim, 2013 dalam Zaki, 2015).

Menurut Mechram (2006) dalam Aida (2015), menyatakan bahwa akar tanaman tumbuh dan memanjang pada ruang diantara padatan tanah, yang dikenal dengan ruang pori tanah. Ketersedian air dan unsur hara tanaman terjadi pada ruang pori-pori yang dimana tersedianya O2 dan CO2 yang dibutuhkan tanaman

(59)

tumbuh memanjang melalui pori-pori media mendapatkan ketersediaan air yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

G. Berat Segar Tanaman

Berat segar tanaman merupakan berat kesuluruhan tanaman setelah panen dan sebelum tanaman mengalami layu akibat kehilangan air. Pengukuran berat segar tanaman dilakukan dengan menimbang keseluruhan bagian tanaman Tomat setelah panen. Berikut ini hasil analisis DMRT terhadap berat segar tanaman dapat dilihat ditabel 12.

Tabel 12. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap berat segar tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu.

Perlakuan Berat Segar

(gram)

A1 = AB Mix (kontrol) 138,11 a

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 29,04 c

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 41,32 c

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 28,15 c

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 59,52 bc

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 57,50 bc

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 87,89 b

A8 = POC Urine Sapi (141 ml) 26,97 c

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

(60)

dalam tubuh tanaman yaitu untuk proses fotosintesis. Keberadaan air dalam tubuh tananaman akan mempengaruhi tanaman dan kebutuhan air pada tanaman tidak tercukupi maka kecepatan proses fotosintesis dan memperkecil efesiensi fotosintesis. Hal ini mengakibatkan laju fotosintesis tanaman mengalami penghambatan karena kekurangan air sehingga pembentukan sel pada tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. Dari pengamatan dilapangan dapat diketahui bahwa adanya pengaruh iklim yang kurang sesuai syarat tumbuh menyebabkan kondisi air yang tersedia untuk kebutuhan tanaman mengalami penguapan akibat tingginya intensitas cahaya matahari.

H. Berat Kering Tanaman

Berat kering tanaman menandakan bahwa berat segar tanaman yang dioven mengalami penyusutan jumlah kadar air yang terkandung pada tanaman tersebut. pengamatan dilakukan dengan menimbang keseluruhan tanaman yang teralah dioven. Berikut ini jumlah berat kering yang telah dioven dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap berat kering tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu.

Perlakuan Berat Kering

(gram)

A1 = AB Mix (kontrol) 27,37 a

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 7,17 cd

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 7,49 cd

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 8,06 cd

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 10,61 c

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 9,81 cd

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 16,03 b

(61)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada parameter berat kering tanaman menunjukkan bahwa perlakuan A1 (AB Mix) menghasilkan berat kering tertinggi yaitu 27,37 gram/tanaman dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Formulasi AB Mix menunjukkan bahwa kandungan unsur hara yang tersedia pada nutrisi mencukupi tanaman sehingga dapat menghasilkan berat berangkas tanaman tertinggi. Menurut Hall dan Rio dalam Ruhnayat (2007) dalam Pradyto (2011), menyatakan bahwa tanaman yang diberi unsur hara N yang cukup pembentukan klorofilnya akan optimal sehingga proses fotosintesis akan berjalan baik. Apabila proses fotosintesis berjalan dengan baik maka pertumbuhan tanaman akan meningkat dan berat kering yang dihasilkan akan meningkat. Jika unsur hara tersedia cukup pada tanaman maka laju pertumbuhannya akan berjalan optimal yang pada akhirnya menghasilkan bahan kering yang lebih tinggi. Terbentuknya daun membutuhkan energi yang cukup berupa ATP yang diperoleh melalui proses respirasi dengan memecah asimilat hasil fotosintesis Pengaruh unsur hara yang tersedia pada larutan nutrisi pada urine sapi belum mencukupi terhadap unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang optimal.

(62)

maka pembentukan daun akan berlangsung lebih cepat, sebaliknya jika ketersediaan hara dan air terbatas maka pembentukan daun lebih lambat. Lambatnya pembentukan daun apabila kekurangan unsur hara disebabkan karena terjadi parsaingan diantara daun dengan organ tanaman lainnya dalam memperoleh suplai fotosintat. Selain itu, Fahrudin (2009) dalam Aida (2015) menyatakan bahwa luas daun dan jumlah klorofil yang tinggi akan me nyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan baik. Semakin besar luas daun tanaman maka penerimaan cahaya matahari juga lebih besar. Cahaya merupakan sumber energi yang digunakan untuk melakukan pembentukan fotosintat. Dengan luas daun yang tinggi, maka cahaya akan lebih mudah untuk diterima oleh daun.

I. Jumlah Buah

Jumlah buah merupakan variabel hasil dari pertumbuhan tanaman Tomat. Perhitungan jumlah buah dilakukan dengan menghitung buah yang muncul sampai setelah panen dengan 5 kali panen. Berikut ini hasil DMRT pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap jumlah buah Tomat yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap jumlah buah pertanaman Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu.

Perlakuan Jumlah

Buah

A1 = AB Mix (kontrol) 11,91 a

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 9,25 b

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 8,60 b

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 8,66 b

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 7,47 b

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 7,74 b

(63)

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

Berdasarkan hasil DMRT menunjukkan jumlah buah tertinggi tedapat pada perlakuan A1 (AB Mix) dengan jumlah buah yaitu 11,91 buah tertinggi dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, Menurut Pracaya (2004) dalam Armaini, dkk (2007), menyatakan penyerbukan dan pembuahan yang terbaik berlangsung pada temperatur <21º, bila suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah juga kurang sempurna. Tingginya suhu mengakibatkan laju transpirasi meningkat pesat dan tidak seimbang dengan kemampuan tanaman dalam menyerap air dan unsur hara sehingga menggangu dalam proses penyerbukan.Rerata jumlah buah dipengaruhi oleh proses pembungaan yang kurang optimal, hal ini diakibatkan tanaman terserang penyakit jamur dan layu bakteri pada fase generatif, sehingga tanaman tidak mampu menghasilkan buah yang lebih banyak. Selain itu, kondisi iklim yang kurang sesuai menyebabkan pembentukan jumlah buah menjadi lebih sedikit. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Prajnanta (2004) dalam Armaini, dkk (2007), menyebutkan bahwa suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan laju transpirasi tinggi dan penyerapan unsur hara terganggu sehingga bunga dan buah menjadi rontok serta ukuran buah tidak normal atau menjadi kecil. Beberapa buah muda banyak yang teridentifikasi penyakit jamur dan buah yang terserang dipetik untuk menghindari jamur merambat ketanaman lainnya. Hal ini menyebabkan jumlah buah yang dihasilkan tidak sesuai dengan

(64)

jumlah buah maksimal, jika dibandingkan dengan jumlah buah pada diskripsinya Tomat intan menghasilkan jumlah buah berkisar antara 30 – 45 buah pertanaman.

J. Diameter Buah

Pengukuran diameter buah dilakukan mulai dari panen pertama hingga kelima, alat ukur yang digunakan adalah jangka sorong. Berikut ini pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap diameter buah dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap diameter buah tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu.

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

Dari hasil DMRT menunjukkan diameter buah tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu tidak berbeda nyata kecuali pada perlakuan A3 yang berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Pengaruh formulasi nutrisi yang berbeda menyebabkan diameter buah yang dihasilkan tidak optimal. Selain itu, ketersediaan unsur hara yang kurang mencukupi dapat menyebabkan tanaman tidak mampu menghasilkan buah yang lebih besar. Hasil buah menunjukkan

Perlakuan Diameter

Buah

A1 = AB Mix (kontrol) 3,10 ab

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 2,61 ab

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 2,51 b

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 2,81 ab

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 3,10 ab

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 3,70 a

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 3,03 ab

(65)

bahwa adanya pengaruh pemberian unsur hara mikro yang terkandung dalam formulasi nutrisi sehingga menyebabkan perbedaan diameter buah. Pemberian nutrisi dengan Urine sapi yang ditambahkan dengan pupuk gandasil B memiliki diameter buah tertinggi. Hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara mikro yang terkandung didalam sumber nutrisi, urine sapi memimiliki unsur hara mikro seperti Ca, Na, Fe, Mn, Zn, dan Cu, Sedangkan gandasil B memiliki unsur hara mikro yaitu Mg. Semakin mencukupi unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman maka kemampuan tanaman untuk menghasilkan buah akan semakin cepat dan maksimal terhadap buah yang dihasilkan. Selain itu, kesesuaian faktor lingkungan dapat menyebabkan sifat-sifat yang muncul beragam dari suatu tanaman. Suatu varietas yang mempunyai kemampuan memberikan hasil yang tinggi (potensi hasil tinggi), tetapi jika keadaan lingkungan tidak sesuai maka varietas itu tidak dapat menunjukkan potensi hasil yang dimilikinya. Kemampuan tanaman Tomat untuk dapat menghasilkan buah dengan baik sangat tergantung pada interaksi antara potensi (sifat genetik) dan lingkungan tumbuhnya (Makmur, 2003 dalam Ainun, 2012).

K. Berat Buah

(66)

terhadap hasil tanaman Tomat ada beda nyata pada perlakuan A2, A3, dan A8, Sedangkan pada perlakuan lainnya menunjukkan tidak berbeda nyata dan menunjukkan hasil yang sama. Berikut ini tabel berat perbuah Tomat yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap berat buah perbuah Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu.

Perlakuan Berat Buah

(gram)

A1 = AB Mix (kontrol) 31,00 ab

A2 = Gandasil B (0,7 gr) + ZA (1 gr) + SP-36 (0,6 gr) + KCL (0,2 gr) 14,46 b A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 15,31 b

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 21,63 ab

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 24,07 ab

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 37,90 a

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 24,10 ab

A8 = POC Urine Sapi (141 ml) 20,61 b

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

(67)

pengaruh jumlah unsur hara mirko yang tersedia pada urine sapi memberikan pengaruh terhadap berat buah tanaman Tomat. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi tanaman Tomat adalah serangan hama dan penyakit. Tanaman Tomat pada hidroponik sumbu terserang penyakit jamur (Rhizoctonia solani) pada fase generatif. Serangan selalu dimulai dari bagian tanaman di dalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan kulit akar busuk basah. Busuk pangkal batang pada perkembangan semai biji terutama pada bagian yang dekat dengan tanah. Disamping itu, daun atau tunas-tunas dapat terjangkit dengan gejala busuk coklat (Chandra, 2001 dalam Zaenal, 2011). Pada fase vegetatif tanaman pertumbuhan tanaman masih tumbuh optimal, namun pada fase generatif tanaman mulai terserang penyakit layu bakteri dan jamur hal tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat menghasilkan berat buah yang sesuai dengan karakteristik Tomat intan.

L. Hasil Buah

Potensi hasil didapatkan dari hasil pengamatan berat perbuah pertanaman yang dikonversikan kedalam t/ha. Potensi hasil tanaman Tomat dibandingkan dengan potensi hasil yang telah ditentukan pada lampiran 3 terhitung masih rendah. Berikut ini tabel hasil total buah dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Pengaruh berbagai macam sumber nutrisi terhadap hasil (berat buah) Tomat pada Sistem Hidroponik Sumbu (ton/ha).

Perlakuan Hasil Buah

(t/ha)

A1 = AB Mix (kontrol) 0,74 ab

(68)

A3 = Gandasil B (0,9 gr) + ZA (0,9 gr) + SP-36 (0,5 gr) + KCL (0,1 gr) 0,37 b

A4 = Gandasil B (1,2 gr) + ZA (0,8 gr) + SP36 (0,3 gr) 0,52 ab

A5 = Gandasil B (0,7 gr) + POC Urine Sapi (11 ml) 0,57 ab

A6 = Gandasil B (0,9 gr) + POC Urine Sapi (7 ml) 0,90 a

A7 = Gandasil B (1,2 gr) + POC Urine Sapi (5 ml) 0,57 ab

A8 = POC Urine Sapi (141 ml) 0,49 b

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf α = 5 %.

(69)

dan hasil tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik Sumbu.

Gambar

Gambar 1. Sistem Sumbu (wick system)
Tabel 1. Kandungan unsur hara pada beberapa macam sumber nutrisi
Tabel 1. Jenis dan kandungan unsur hara pada kotoran sapi
Tabel 2. Kandungan mineral urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketebalan mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat walaupun pada pengamatan pertumbuhan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.. Hal ini

Ketebalan mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat walaupun pada pengamatan pertumbuhan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.. Hal ini

Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Dosis Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat Varietas Intan (Solanum lycopersicum L.).. Pengaruh Beberapa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis media tumbuh dan interval pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dengan

Hasil penelitian menunjukkan (a) perlakuan abu sekam 50 gram / tanaman (A3) berpengaruh meningkatkan pertumbuhan dan hasil tomat ; (b) perlakuan ZA dosis 20 gram / tanaman

Pertumbuhan tinggi tanaman tomat terhadap pemberian larutan Atonik dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang tidak nyata, akan tetapi pada perlakuan P2

Perlakuan komposisi berbagai media tanam manakah yang memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman mentimun (Cucumis sativus L) dengan sistem hidroponik substrat..

Dari data pengamatan diperoleh hasil bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis nutrisi dan ukuran polybag pada parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah