(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2013-2015)
ANALYTICS FACTORS THAT AFFECT AUDITOR SWITCHING IN
INDONESIA (Empirical Study on Manufactured Companies Listed on Indonesia Stock
Exchange Period 2013-2015)
Disusun Oleh :
FARID ACHMAD REZA PRAYOGHA 20130420140
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALYTICS FACTORS THAT AFFECT AUDITOR SWITCHING IN
INDONESIA (Empirical Study on Manufactured Companies Listed on Indonesia Stock
Exchange Period 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
FARID ACHMAD REZA PRAYOGHA 20130420140
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Dengan ini saya,
Nama : Farid Achmad Reza Prayogha
Nomor Mahasiswa : 20130420140
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS FAKTOR
-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AUDITOR SWITCHING DI
INDONESIA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 24 Maret 2017
Al – Baqarah ayat 45
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan shalat) sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar”
Q.S. Al-Baqarah 153
“Amal yang paling disenangi oleh Allah, ialah amal yang terus-menerus
dikerjakan, walaupun sedikit.”
HR. Bukhori dan Muslim
“Tidak penting apa agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang
baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya agamamu.” K.H. Abdurrahman Wahid
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.”
Winston Churchill
“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda”
Tan Malaka
“Life doesn’t give us purpose. We give life purpose.”
Rasa syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia serta kemudahan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Kedua orangtua saya, Irwan Effendy dan Herlina Widaningsih. Terimakasih telah memberikan kasih sayang yang luar biasa, dukungan moral maupun materiil yang tak terhitung serta doa yang tidak terhenti. 2. Kedua saudara saya, M. Lukman Prayoghi dan M. Iqbal Aulia Fahrezi.
Terimakasih telah mendukung saya hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen pembimbing saya, Pak Wahyu Manuhara yang telah sabar memmbimbing saya dan terus memberikan masukan serta saran selama proses penuyusunan skripsi ini.
4. Teman-teman satu kontrakan Fatra, Febby, Enno yang menjadi teman bermain dan teman sharing selama berkuliah.
5. Teman-teman seangkatan Dikola, Alif, Alfa, Aceh, Bhob, Gista, Rizal, Totok, yang selalu memberikan dukungan dan masukan selama proses kuliah.
6. Azida Khairani yang telah memberikan dukungan moral saat penyusunan skripsi .
HALAMAN PERNYATAAN ... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... viii
4. Tingkat Pertumbuhan Klien ...18
5. Kesulitan Keuangan Perusahaan ...18
6. Fee Audit ...20
B. Hasil Penelitian Terdahulu dan Hipotesis ...20
1. Opini Audit dan Auditor Switching ...20
2. Tingkat Pertumbuhan Klien dan Auditor Switching ...22
3. Kesulitan Keuangan Perusahaan ...24
4. Fee Audit dan Auditor Switching ...27
C. Model Penelitian ...29
BAB III METODE PENELITIAN ...30
A. Subyek Penelitian ...30
B. Jenis Data ...30
C. Teknik Pengambilan Sampel...30
D. Teknik Pengumpulan Data ...31
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ...31
1. Variabel Dependen : Auditor Switching ...31
C. Kesulitan Keuangan Perusahaan ...33
D. Fee Audit ...33
F. Analisis Data ...34
1. Definisi Regresi Logistik ...34
2. Tahapan Regresi Logistik ...35
a. Statistik Deskriptif ...35
b. Uji Kelayakan Model Regresi ...36
c. Uji Keseluruhan Model ...36
d. Uji Koefisien Determinasi ...36
e. Uji Multikolinearitas ...37
f. Omnibus Test ...37
g. Matriks Klasifikasi ...38
3. Uji Hipotesis ...38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...40
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ...40
B. Analisa Data ...41
1. Analisis Deskriptif ...41
2. Uji Kelayakan Model regresi ...42
3. Uji Keseluruhan Model Regresi ...43
4. Uji Koefisien Determinasi ...45
5. Uji Multikolinearitas ...46
6. Omnibus Test ...47
7. Matriks Klasifikasi ...48
8. Uji Regresi Logistik ...49
C. Pengujian Hipotesis ...51
D. Pembahasan ...52
1. Opini Audit ...52
2. Tingkat Pertumbuhan Klien ...53
3. Kesulitan Keuangan Perusahaan ...53
4. Fee Audit ...55
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ...57
A. Simpulan ...57
B. Keterbatasan ...58
C. Saran ...59
DAFTAR PUSTAKA ...60
Switching in Indonesia. The subject of this graduation paper is all the manufacturing companies which has published independent auditor report at BEI during 2013-2015 . This graduating paper identified variable of opinion audit, client development, financial distress, and fee audit to auditor swithching,
This paper has 82 samples of the company that has been choosen according to the purposive sampling. The period of the research is 3 years, so after the samples are mulitpled by the amounts of period, the result is 246. Regresi analysist that has been used in this paper is regresi logisitics which purpose is to find affect opinion auditor, client development, financial distress and fee audit to auditor switching.
From the analysis that has been done, the result of the study showed that opinion audit, client development, financial distress, and fee audit is not affected significantly towards the possibility of the company doing auditor switching.
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2015. Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh dari variabel opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit terhadap auditor switching.
Dalam penelitian ini sampel berjumlah 82 perusahaan yang dipilih berdasarkan purposive sampling. Periode penelitian ini adalah tiga tahun, maka setelah sampel dikalikan jumlah tahun penelitian maka ada 246 data. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistic untuk mengetahui pengaruh opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit terhadap auditor switching.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel opini audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan perusahaan merupakan indikator yang mencerminkan
keadaan yang terjadi di suatu perusahaan. Dengan melihat penyajian pada
laporan keuangan kita bisa menentukan apakah kinerja manajemen pada
perusahaan bisa dikatakan baik atau tidak. Menurut PSAK No. 1 (Revisi
2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan
adalah untuk menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja keuangan dan perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi
pengambilan keputusan bagi pemakai laporan keuangan dan juga sebagai
pertanggungjawaban manajemen kepada pemegang saham atas sumber daya
yang digunakan untuk kelangsungan bisnis.
Laporan keuangan dapat digunakan untuk pihak-pihak yang terkait
dengan perusahaan seperti manajemen, investor, kreditor, dan juga
pemerintah. Maupun yang pihak- pihak belum terkait seperti calon investor.
Karena banyaknya pengguna laporan keuangan perusahaan bagi beberapa
pihak diluar manajemen untuk itu dibutuhkan pihak dari luar manajemen
untuk menghindari terjadinya laporan keuangan yang bias (Juliantari dan
Rasmini, 2011). Akuntan publik adalah pihak independen yang dapat
saham) dan pihak agen yaitu manajemen. Dalam hal ini peran dari akuntan
publik adalah memberi opini terhadap kewajaran laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh pihak perusahaan. Untuk dapat menjalankan fungsi dan
tugasnya dengan baik, auditor harus mampu menghasilkan opini audit yang
berkualitas tidak hanya bagi dunia bisnis namun juga bagi masyarakat luas
(Wibowo dan Hilda,2009).
Periode masa kontrak dan interaksi yang cukup lama dan intens dapat
menyebabkan suatu perusahaan dapat merasa nyaman dalam berinteraksi
pada auditor sehingga ini dapat mengancam independensi seorang auditor dan
juga Kantor Akuntan Publik dimana auditor itu bekerja. Menurut Giri (2010)
suatu hubungan dalam waktu yang lama antara auditor dengan klien dapat
menyebabkan kualitas dan kompetensi auditor cenderung menurun dari waktu
ke waktu. Hubungan yang semakin dekat dengan manajemen menyebabkan
auditor lebih mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan manajemen
daripada dengan kepentingan publik.
Auditor switching dapat terjadi secara dua tahap yaitu secara voluntary
(sukarela) atau secara mandatory (wajib). Indonesia merupakan salah satu
negara yang memberlakukan peraturan agar suatu perusahaan harus
mengganti KAP pada masa waktu tertentu secara wajib. (Febrianto, 2009
dalam Wijayani, 2011).
Munculnya wacana dari penggantian auditor secara berkala sendiri
diawali dari kasus perusahaan enron yang terbongkar pada tahun 2001.
tahun yaitu KAP Arthur Andersen sejak 1985. Banyak pihak yang
menyimpulkan kasus enron terjadi karena adanya hubungan kerja yang
panjang menyebabkan keakraban yang terjalin sehingga mempengaruhi
obyektifitas dan independensi seorang auditor maupun KAP. Akibat dari
kasus itu munculah The Sarbanes-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 sebagai
solusi dari permasalahan kasus enron.
Beberapa kasus yang terkait dengan auditor switching yaitu kasus yang
terjadi pada PT BAT Indonesia dan PT Aqua Golden Misssissipi. Pada kasus
PT BAT Indonesia, perusahaan hanya memiliki satu auditor dari kantor
akuntan yang berafiliasi dengan PWC (Price Waterhouse Coopers). Meskipun
kantor akuntan tersebut telah melakukan beberapa kali pergantian nama sejak
tahun 1979 sampai dengan 2004. Yang berarti PT BAT tidak pernah
mengganti auditornya selama kurang lebih 25 tahun. Lalu pada kasus PT
Aqua Golden Mississipi, perusahaan diaudit selama 13 tahun (1989-2001)
oleh KAP Utomo dan KAP Prasetio Utomo, namun kedua KAP ini adalah
KAP yang sama. Pada tahun 2002, PT Aqua pindah ke KAP Prasetio,
Sarwoko dan Sanjaya. Tapi ternyata KAP ini adalah lanjutan dari KAP
sebelumnya yaitu KAP Prasetio Utomo yang bergabung dengan KAP
Sarwoko dan Sanjaya. Jadi bisa dikatakan bahwa PT Aqua tidak melakukan
pergantian auditor selama 14 tahun.
Menindaklanjuti dari The Sarbanes-Oxley Act (SOX), pemerintah
Indonesia juga mengeluarkan peraturan mengenai pergantian auditor.
seorang auditor dan juga KAP dalam melakukan audit pada perusahaan klien.
Isi dari peraturan tersebut adalah : Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” yang membahas tentang
pemberian jasa audit umum untuk laporan keuangan suatu entitas oleh KAP
paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan untuk seorang Akuntan
Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Namun ada perubahan
yang dilakukan yaitu untuk KAP dapat memberikan jasa audit paling lama 6
(enam) tahun buku berturut-turut dan untuk seorang Akuntan Publik adalah
paling lama 3 (tiga) tahun berturut-turut (Pasal 3 ayat 1). KAP dan Akuntan
Publik dapat menerima kembali penugasan audit setelah 1 (satu) tahun buku
tidak mengerjakan laporan keuangan klien yang sama.
Adanya peraturan yang mengatur tentang pergantian KAP dan pergantian
auditor secara wajib di Indonesia menjadi suatu hal yang menarik untuk
diteliti. Faktor-faktor yang menyebabkan sebuah perusahaan melakukan
pergantian auditor terutama diluar dengan periode yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan mengenai pergantian KAP dan auditor.
Penelitian mengenai auditor switching sendiri masih menarik untuk diteliti
karena hasil pengujian dari beberapa penelitian terdahulu yang masih
berbeda-beda.
Salah satu variabel yang masih menghasilkan hasil yang berbeda-beda
adalah variabel opini audit. Pada penelitian dari Juliantari dan Rasmini (2011)
menyatakan pada hasil penelitiannya bahwa opini audit tahun sebelumnya
Juliantari dan Rasmini (2011) juga didukung oleh penelitian dari Pratini dan
Astika (2013) yang hasil penelitiannya juga menyimpulkan opini audit tahun
sebelumnya tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Namun pada
penelitian dari Divianto (2012) menyatakan bahwa opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching.
Penelitian tentang variabel opini auditor juga dilakukan oleh Merawati, dkk
(2013) yang menyimpulkan juga bahwa variabel opini auditor berpengaruh
positif terhadap auditor switching. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas opini audit cukup menentukan jika perusahaan ingin melakukan
auditor switching. Apabila auditor tidak memberikan opini audit wajar tanpa
pengecualian, maka perusahaan akan cenderung melakukan auditor switching
agar mendapatkan opini yang sesuai dengan harapan perusahaan.
Dari beberapa hasil penelitian diatas terdapat perbedaan hasil dari
indikator pengujian. Adanya perbedaan terhadap hasil penelitian, serta adanya
pihak yang mendukung dan yang juga menentang terkait dengan isu
independensi auditor, juga merupakan beberapa hal yang mendasari penulis
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan di Indonesia melakukan auditor switching dengan
judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERUSAHAAN MELAKUKAN AUDITOR SWITCHING DI
INDONESIA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
namun juga memiliki beberapa perbedaan. Pada penelitian ini penulis
mengganti variabel untuk mendukung hasil pengujian yaitu tingkat
pertumbuhan klien, variabel ini menghitung tingkat finansial suatu
perusahaan yang dikaitkan dengan auditor switching, jika pada awal
berdirinya perusahaan tersebut relatif kecil namun pada perkembangannya
mengalami peningkatan financial maka kecenderungan perusahaan akan
melakukan auditor switching akan membesar. Selain itu juga penelitian ini
berfokus pada auditor switching bukan berfokus pada perpindahan KAP,
menjadikan variabel ukuran KAP tidak terlalu berpengaruh kepada auditor
switching. Variabel independen selanjutnya adalah kondisi keuangan
perusahaan, peneliti menggunakan variabel ini karena jika suatu perusahaan
mengalami kesulitan keuangan maka kemungkinan untuk melakukan auditor
switchingakan lebih besar.
Variabel selanjutnya yaitu fee audit. Variabel ini juga terkait dengan
kondisi keuangan perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kesulitan
dalam kondisi keuangannya maka kemungkinan perusahaan akan menyimpan
budgetnya dan lebih memilih menggunakan auditor yang dirasa memberikan
fee yang relatif lebih rendah, sehingga kecenderungan untuk melakukan
auditor switching juga semakin besar. Penelitian ini juga menggunakan
periode penelitian yang lebih baru yaitu dari tahun 2013-2015 untuk
B.
Batasan MasalahFaktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap auditor switching dalam
penelitian ini adalah : Opini Audit, Tingkat Pertumbuhan Klien, Kondisi
Keuangan Perusahaan dan Fee Audit.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah opini audit berpengaruh terhadap auditor switching?
2. Apakah tingkat pertumbuhan klien berpengaruh terhadap auditor
switching?
3. Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap auditor
switching?
4. Apakah fee audit berpengaruh terhadap auditor switching?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk menguji apakah opini audit berpengaruh terhadap auditor switching
2. Untuk menguji apakah tingkat pertumbuhan klien berpengaruh terhadap
auditor switching
3. Untuk menguji apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh
terhadap auditor switching
4. Untuk menguji apakah fee audit berpengaruh terhadap auditor switching
Penelitian ini untuk melengkapi juga mengembangkan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai auditor switching.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau dasar untuk
melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi investor.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan para investor pada saat akan menanamkan
modalnya di dalam sebuah perusahaan. Dengan penelitian ini
investor bisa mempertimbangkan apakah sebuah perusahaan
yang mengganti auditor sebelum 3 tahun masa buku
mengindikasikan sesuatu yang bisa menjadi bahan pertimbangan
investor.
b. Bagi perusahaan
Untuk perusahaan diharapkan penelitian ini dapat memberikan
perspektif yang baru mengenai auditor switching agar perusahaan
tidak salah langkah dalam pengambilan keputusan melakukan
auditor switching sebelum masa periode waktu yang ditentukan.
c. Bagi pemerintah
Untuk pemerintah diharapkan penelitian mampu untuk dapat
memberikan pengawasan lebih terhadap perusahaan yang
melakukan auditor switching sebelum masa periode yang
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Auditor Switching
Auditor switching adalah pergantian auditor yang dilakukan oleh
suatu perusahaan, auditor switching dapat terjadi karena kewajiban dari
peraturan pemerintah untuk mengganti auditor (mandatory) dan juga
karena keinginan perusahaan sendiri untuk mengganti auditor (voluntary).
(Wijayanti, 2010).
Peraturan penggantian auditor dan kantor akuntan publik (KAP)
bersifat wajib sesuai dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah tentang
pergantian KAP di Indonesia yaitu Keputusan Menteri Keuangan No.
423/KMK.06/2002, dan Keputusan Menteri Keuangan No.
359/KMK.06/2003 yang membatasi sebuah KAP memberikan jasa audit
umum atas laporan keuangan paling lama lima tahun buku berturut-turut,
dan akuntan publik memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan
paling lama tiga tahun berturut-turut. Peraturan ini kemudian
disempurnakan lagi dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan ini membatasi
pemberian jasa audit umumatas laporan keuangan dari suatu entitas
dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun buku berturut-turut,
dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku
Pergantian auditor secara wajib dengan cara sukarela bisa dibedakan
atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi
auditor. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela (voluntary), maka
tentu saja ini murni dari keinginan klien. Sebaliknya, jika pergantian
terjadi secara wajib (mandatory), maka hal tersebut beralih kepada auditor
(Wijayanti, 2010).
2. Agency Theory
Landasan terjadinya auditor switching adalah teori keagenan.
Dalam teori keagenan membahas adanya konflik kepentingan antara
prinsipal (pemegang saham) dan agen (manajemen) dan konflik tersebut
bisa menjadi pemicu dilakukannya pergantian manajemen (Jensen dan
Mackling,1976). Masalah yang biasanya timbul pada hubungan prinsipal
dan agensi adalah munculnya asimetri informasi. Yang terjadi adalah
agent (manajemen) memiliki banyak informasi ketimbang principal
(pemegang saham) maka agen memanfaatkan kelebihan informasi itu
untuk kepentingan pribadi.
Asimetri informasi ada dua macam yaitu adverse selection dan moral
hazard. Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan
suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi
lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa
orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya
daripada para investor luar. Moral hazard adalah jenis asimetri informasi
dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan
suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati
tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka
sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena
adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan
karakteristik kebanyakan perusahaan besar. (Pearce dan Robinson,2008).
Dengan timbulnya asimetri informasi, maka sering terjadi ketidak
transparan yang mana tentunya akan menimbulkan konflik antara
prinsipal dengan agen.
Publikasi laporan keuangan perusahaan sangat dibutuhkan bagi
para pengguna laporan karena diharapkan akan dapat mengurangi asimetri
informasi, sehingga semua investor atau pengguna laporan keuangan
mempunyai informasi yang sama baik dalam hal rasio-rasio keuangan
suatu perusahaan maupun hal-hal lainnya sesuai dengan kebutuhan
informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian maka akan ada kesamaan
informasi antara manajer (agent) dengan pengguna laporan seperti
pemegang saham (prinsipal) termasuk para juga investor. (Juliantari dan
Rasmini,2013).
Hal yang biasanya terjadi adalah pihak pemegang saham
(prinsipal) ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan
berbagai cara termasuk mengganti auditor perusahaan yang tidak
Keputusan ini tentu saja tidak disetujui dari pihak manajer (agent) karena
menganggap auditor yang digunakan perusahaan sudah memenuhi kriteria
sebagaimana yang sudah diinginkan perusahaan. Dan pihak prinsipal
yang menganggap memiliki suara yang lebih besar pada perusahaan tetap
melakukan auditor switching meskipun pihak agent (manajer)
menganggap tidak perlu melakukan auditor switching. Perbedaan
pendapat ini yang biasanya menimbulkan permasalahan antara pihak
prinsipal dan pihak agent.
Pada dasarnya setiap pihak pemegang saham (prinsipal) dan juga
pihak manajer (agent) memiliki kekuatan bargaining position tersendiri
untuk memberikan sesuatu pendapat dalam situasi tertentu. Teori agensi
(Agency Theory) bisa memunculkan konflik kepentingan antara pemilik
dan juga manajer, karena saat menjalankan tugasnya dari pemilik, pihak
manajer memungkinkan untuk bertindak atas keinginan diri sendiri
dengan dipengaruhi oleh unsur-unsur yang dirasa berasal dari kepentingan
pribadi dari manajer (Saputri dan Achyani, 2014). Pihak prinsipal dan
agent tentunya adalah orang yang dianggap mempunyai rasionalitas
ekonomi, yang mana ini bisa diasumsikan dengan setiap tindakan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak berdasarkan kepentingan pribadi atau
kemungkinan akan memenuhi kepentingan pribadi mereka terlebih dahulu
sebelum melakukan kepentingan orang lain.
Pada teori keagenan disebutkan bahwa manajer (agent) akan selalu
memercayai pihak agent akan bertindak berdasarkan kepentingan
pemegang saham, sehingga monitoring dirasa perlu untuk dilakukan oleh
pihak pemegang saham (Weston dan Copeland, 1992 : 20). Penilaian dari
kinerja seorang manajer dihitung berdasarkan seberapa banyak
keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan. Semakin besar keuntungan
yang didapatkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula bonus dan
insentif yang akan didapatkan oleh manajer. Berdasarkan hal itu, pihak
manajer akan berusaha untuk dapat memenuhi keinginan principal agar
kedepannya manajer dapat memeroleh insentif yang sesuai.
Jika tidak dilakukan pengawasan dari pihak principal, bukan tidak
mungkin pihak manajer akan melakukan cara-cara yang yang tidak sesuai
agar seolah-olah perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar. Pihak
agent diperkerjakan oleh principal utamanya untuk melaksanakan tugas
seperti pengambilan keputusan ekonomik yang tidak pasti seperti saat
perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Serta seorang manajer akan
ditunjuk untuk mengambil keputusan untuk melakukan pelbagai strategi
yang tidak hanya untuk mempertahankan perusahaan namun juga untuk
mengembangkan perusahaan agar lebih baik lagi.
Menurut Brigham dan Gapenski (1996), dalam melakukan
pengelolaan dalam suatu perusahaan tentunya akan selalu timbul konflik
kepentingan (keagenan). Konflik tersebut biasanya muncul di antara
manajer dengan pemilik perusahaan, manajer dan bawahannya, serta
muncul maka dibutuhkan pihak yang dapat memantau aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait diatas. Lewat laporan
keuangan aktivitas pihak-pihak tersebut dapat dinilai. Menurut agency
theory juga, pemilik perusahaan membutuhkan pihak eksternal yaitu
auditor untuk meninjau informasi yang diberikan manajemen kepada
perusahaan.
Tidak hanya pihak pemilik perusahaan yang membutuhkan auditor,
pihak manajemen juga membutuhkan auditor untuk memberikan
penilaian atas hasil kerja yang mereka lakukan telah sesuai, sehingga
mereka dianggap layak untuk mendapatkan insentif dari pemegang saham
sesuai dengan hasil kerja yang telah mereka lakukan. Dalam penelitian
ini, agency theory dijadikan dasar bagi penurunan hipotesis pertama.
Dimana adanya persepsi yang timbul jika investor dan kreditor lebih
menyukai opini wajar tanpa pengecualian. Serta pihak pemilik perusahaan
dan manajer juga lebih puas jika mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian.
Sehingga bukan tidak mungkin perusahaan akan menuntut auditor
agar dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian terhadap laporan
keuangan perusahaan meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi
laporan keuangan perusahaan. Damayanti dan Sudarma (2007)
mengemukakan bahwa jika auditor tidak memberikan opini yang sesuai
dengan keinginan manajer dan pemilik perusahaan maka kemungkinan
menerima opini wajar tanpa pengecualian. Agency theory juga dijadikan
dasar bagi hipotesis kedua. Dengan ukuran perusahaan yang besar serta
untuk melakukan efisiensi cost, maka pihak perusahaan akan berusaha
untuk tidak menaikkan agency cost.
Hipotesis ketiga juga didasarkan pada agency theory, Menurut
Francis dan Wilson (1988), perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan akan cenderung untuk melakukan pergantian auditor. Hal ini
dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kepercayaan pemegang
saham, namun juga meningkatkan kepercayaan kreditor terhadap laporan
keuangan perusahaan, serta untuk mendapatkan investasi dana dari
investor kepada perusahaan. hal ini dilakukan untuk menyelamatkan
perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan dari
kebangkrutan.
3. Opini Audit
Opini audit merupakan salah satu indikator perusahaan melakukan
auditor switching. Umumnya perusahaan menginginkan opini wajar tanpa
pengecualian. Jenis opini diluar itu biasanya kurang diinginkan oleh
manajemen klien dan tidak begitu bermanfaat bagi pengguna laporan
keuangan (Willingham dan Charmichael dalam Divianto, 2012). Opini
audit tersendiri terbagi menjadi lima jenis opini yaitu :
a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan telah
berterima umum. Laporan hasil audit dengan opini ini dikeluarkan
apabila kondisi dibawah terpenuhi :
1) Semua laporan neraca, laporan laba rugi laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas terdapat dalam
laporan keuangan.
2) Dalam pelaksanaan perikatan kerja, seluruh standar umum
dapat dipenuhi oleh auditor.
3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, serta auditor
telah melakukan perikatan kerja sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar
pekerjaan lapangan
4) Laporan keuangan perusahaan klien disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU)
5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk
menambah paragraf penjelas atau melakukan modifikasi
kata-kata dalam laporan audit yang diberikan
b. Pendapat wajar Tanpa Pengecualian dengan Tambahan Bahasa Penjelas (unqualified opinion with explanatory language)
Pendapat ini dikeluarkan oleh auditor untuk memberikan
penekanan terhadap suatu hal seperti, ketidak konsistenan
terhadap penerapan PABU, keraguan besar atas kelangsungan
prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, serta laporan audit yang melibatkan auditor lain.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)
Pendapat ini dikeluarkan oleh auditor jika, tidak adanya
bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan dalam
lingkup proses audit serta adanya penyimpangan dari PABU yang
berdampak material.
d. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)
Pendapat ini dikeluarkan oleh auditor jika laporan
keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan
yang sesuai dengan PABU
e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer of opinion). Pendapat ini dikeluarkan oleh auditor jika ia melakukan
audit dengan ruang lingkup yang kurang memadai untuk dapat
memberikan opini terkait laporan keuangan klien. Pendapat ini
juga dikeluarkan jika auditor berada dalam kondisi yang
independen dengan klien.
Perusahaan cenderung hanya ingin mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian dikarenakan perusahaan berasumsi jika opini tersebut
disukai oleh pihak kreditor dan juga investor. Opini audit memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan eksternal
karena bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi. Klien yang
mengganti auditornya, sampai batas waktu yang telah ditetapkan
pemerintah. (Juliantari dan Rasmini, 2011).
4. Tingkat Pertumbuhan Klien
Ukuran perusahaan klien adalah sebuah indikator untuk
menentukan besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan financial
perusahaan. Jika suatu perusahaan yang awalnya hanya berdiri kecil
namun dalam perjalanannya menjadi besar dengan indikator financial
yang sehat, maka kemungkinan perusahaan tersebut akan melakukan
auditor switching. Karena ukuran yang tidak sesuai, sebuah perusahaan
besar yang memperkerjakan auditor dan KAP yang kecil akan
menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit. (Hudaib dan Cooke, 2005
dalam Juliantari dan Rasmini, 2011).
Tingkat pertumbuhan klien dihitung berdasarkan total aktiva,
penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva maka semakin
banyak modal yang ditanam. Semakin banyak modal yang ditanam maka
semakin banyak penjualan yang terjadi, sehingga perputaran uang
semakin cepat dan semakin besar kapitalisasi pasar, maka semakin besar
perusahaan dikenal di masyarakat. Jadi variabel yang digunakan dalam
penghitungan tingkat pertumbuhan klien adalah menggunakan total aktiva
perusahaan. (Saiful dan Erliana, 2010 dalam Wijayanti 2011).
5. Kesulitan Keuangan Perusahaan
Kinerja suatu perusahaan bisa terlihat dari kondisi keuangannya.
dalam pengambilan keputusan untuk mempertahankan suatu perusahaan.
Karena jika suatu perusahaan bangkrut dan mengalami kondisi keuangan
yang tidak baik, maka kemungkinan untuk mencari auditor yang memiliki
objektifitas dan independensi yang tinggi dengan tujuan untuk
meningkatkan kepercayaan bagi para pemegang saham dan kreditur serta
mengurangi risiko litigasi dari posisi keuangan yang sehat (Francis dan
Wilson, dalam Nasser et al, 2006).
Perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah KAP daripada
perusahaan yang tidak bangkrut. Adanya masalah keuangan dan
ketidakpastian dalam bisnis membuat perusahaan-perusahaan yang
terancam bangkrut menimbulkan kondisi yang mendorong suatu
perusahaan untuk berpindah KAP. Sehingga kesulitan keuangan
berpengaruh secara signifikan memengaruhi untuk perusahaan yang
memiliki masalah keuangan untuk berpindah KAP (Schwartz dan Soo
dalam Wijayani dan Januarti, 2011).
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat menjadi tanda dari sehat
atau tidaknya suatu perusahaan. Jika kewajiban keuangannya lebih besar
dari asetnya maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki
potensi bangkrut yang cukup besar, namun sebaliknya jika aset
perusahaan lebih besar dari kewajibannya maka potensi bangkrut kecil.
Jadi media yang dapat dipakai untuk meneliti dan digunakan sebagai
pembanding adalah laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari arus
6. Fee audit
Fee audit adalah jumlah yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai
imbal jasa atas hasil kerja yang dilakukan oleh auditor (Dwiyanti, 2014).
Melakukan sebuah pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal
tentunya memerlukan biaya yang harus dibayarkan dalam bentuk fee,
dimana merupakan salah satu agency cost. Jumlah besaran fee audit dapat
berbeda-beda tergantung dengan risiko tugas, kompleksitas atas jasa yang
dilakukan, biaya yang dipatok oleh KAP yang bersangkutan, serta
berbagai pertimbangan lainnya yang terkait dengan pemberian jasa audit.
Setiap perusahaan pastinya memiliki batas toleransi atas pembayaran
fee audit, jika fee audit berada diatas batas toleransi perusahaan
kemungkinan besar perusahaan akan mencari auditor yang menawarkan
fee lebih rendah dengan konsekuensi melepas auditor yang biasa mereka
pergunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Ketika
perusahaan telah merasa tidak nyaman terkait dengan fee audit yang
dibayarkan ke auditor, maka kemungkinan perusahaan akan melakukan
auditor switching untuk mendapatkan auditor yang dapat menerima fee
audit yang mereka tawarkan. (Prahartari, 2013).
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
1. Opini Audit dan Auditor Switching
Opini audit adalah hasil opini auditor terhadap laporan keuangan
yang dikeluarkan oleh manajemen. Setiap perusahaan cenderung
dikarenakan perusahaan menganggap opini selain wajar tanpa
pengecualian tidak bermanfaat bagi pihak eskternal yaitu para investor
sebagai pengguna laporan keuangan perusahaan. Menurut Carcello dan
Neal (2003), Perusahaan berpikiran bahwa jika para investor tidak
menyukai opini yang dikeluarkan oleh auditor yang mengeluarkan opini
audit selain wajar tanpa pengecualian, maka kemungkinan para investor
akan berpikir bahwa perusahaan memiliki masalah terkait dengan
keuangan. Tentunya hal ini dapat berpengaruh ke perusahaan seperti
harga saham perusahaan yang ikut menurun. Kemungkinan itu
perusahaan maka akan melakukan auditor switching dan mencari auditor
yang mudah diatur.
Menurut Halim (2003:73) opini audit terbagi menjadi lima jenis
opini yaitu : wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat
wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan, Pendapat
wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar
(adverse opinion), dan pernyataan tidak memberikan pendapat
(disclaimer of opinion).
Penelitian yang dilakukan oleh Hudaib dan Cooke (2005),
menyimpulkan bahwa opini audit berpengaruh signifikan terhadap
auditor switching. Hal ini mengonfirmasi bahwa kualitas hasil opini audit
menentukan sebuah perusahaan melakukan auditor switching. Apabila
sebuah perusahaan tidak mendapatkan hasil opini wajar tanpa
pergantian auditor untuk mendapatkan hasil opini audit yang sesuai
dengan harapan perusahaan yaitu hasil opini wajar tanpa pengecualian.
Penelitian dengan variabel opini audit juga dilakukan oleh Divianto
(2012),dan juga Susanto (2015) yang dimana hasil penelitian mereka
menyimpulkan bahwa opini auditor berpengaruh positif terhadap
kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching.
Sedangkan penelitian dari Juliantari dkk (2011) dan Wijayani
(2011) menemukan bahwa opini audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap auditor switching. Karena setiap perusahaan yang ingin
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, untuk itu setiap perusahaan
akan berusaha untuk mendapatkannya dengan cara apapun termasuk
dengan melakukan auditor switching. Maka berdasarkan uraian di atas
penulis menurunkan hipotesis sebagai berikut :
� : Opini audit berpengaruh positif terhadap auditor switching
2. Tingkat Pertumbuhan Klien dengan Auditor Switching
Ukuran perusahaan klien merupakan suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan
keadaan keuangan perusahaan. Penelitian Suparlan dan Andayani (2010)
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh
signifikan terhadap pemilihan kantor akuntan publik.
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan suatu perusahaan,
biasanya perusahaan akan mencoba menggunakan semua sumberdaya
sumberdaya yang baik akan dapat memberikan benefit bagi perusahaan
kedepannya. Jika sesuatu perusahaan merasa telah tumbuh besar maka
kemungkinan perusahaan untuk mengganti auditor cukup besar. Hal ini
dikarenakan jika perusahaan yang awalnya hanya menggunakan auditor
yang biasa bekerja untuk perusahaan-perusahaan kecil lalu perusahaan
perlahan-lahan mulai berkembang besar, maka perusahaan berpikiran
untuk menyetarakan semua yang digunakan oleh perusahaan besar, baik
dari segi internal seperti fasilitas yang mumpuni maupun segi eksternal
seperti penggunaan auditor yang mempunyai nama besar. Hal ini yang
memungkinkan perusahan untuk melakukan auditor switching.
Sinason et al., (2001) mengemukakan bahwa perusahaan besar
mungkin memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru.
Kenaikan biaya (baik langsung dan tidak langsung) dapat menyebabkan
peningkatan hubungan auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan
auditor. Klien juga akan dikenakan biaya awal saat terlibat auditor baru.
Misalnya, banyak menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk
memberikan informasi mengenai bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya
tidak langsung ketika membina hubungan baru dengan auditor baru.
Karena semakin besar perusahaan juga semakin meningkatkan
kompleksitas dalam pekerjaan audit mereka. Jadi perusahana akan
memilih KAP yang mengurangi agency cost dan ancaman bagi
kepentingan pribadi bagi auditor (Hudaib dan Cooke,2005). Dalam hal
tidak berganti auditor ketimbang klien yang lebih kecil, untuk
menghindari terjadinya penambahan cost akibat dari auditor switching.
Pada penelitian Juliantari dan Rasmini (2011), Astuti dan Ramantha
(2014) yang meneliti tentang tingkat pertumbuhan klien terhadap auditor
switching memberikan hasil bahwa tingkat pertumbuhan klien
berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan
auditor switching. Namun pada penelitian Buchari dan Marita (2014),
memberikan hasil yang berbeda karena pada hasil penelitian mereka
menemukan bahwa tingkat pertumbuhan klien tidak memiliki pengaruh
terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching. Maka
berdasarkan uraian di atas penulis menurunkan hipotesis sebagai berikut :
� : Tingkat pertumbuhan klien berpengaruh positif terhadap auditor
switching
3. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Auditor Switching
Schwatz dan Soo (1995) mengemukakan bahwa perusahaan yang
bangkrut akan sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak
bangkrut. Ketidakpastian dalam melakukan bisnis pada perusahaan yang
terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) akan timbul
dorongan untuk berpindah auditor sebagai langkah untuk meningkatkan
kepercayaan pemegang saham dan kreditor. Jadi kesulitan keuangan akan
berpengaruh signifikan terhadap penggantian auditor pada perusahaan
Pada penelitian yang dilakukan Nasser et al (2006) mengenai audit
tenure dan auditor switching di Malaysia, yang intinya berfokus untuk
membuktikan bahwa adanya pengaruh kondisi keuangan perusahaan
terhadap kegiatan auditor switching. Penelitian ini menggunakan sampel
dari Burse Efek Kuala Lumpur dalam 11 periode dan hasil penelitiannya
menemukan bahwa adanya hubungan antara kondisi keuangan
perusahaan terhadap auditor switching.
Francis and Wilson (1988) mengemukakan bahwa kondisi keuangan
perusahaan akan menjadi menjadi salah satu indikator untuk
pengambilan keputusan mempertahankan auditor. Kondisi keuangan
perusahaan yang terancam bangkrut cenderung akan meningkatkan
subjektivitas dan kehatian-hatian auditor saat mengaudit perusahaan
tersebut. Schwartz dan Menon (1985) menambahkan bahwa dalam
kondisi perusahaan yang mengalami masalah keuangan maka akan
cenderung untuk melakukan auditor switching. Auditor switching juga
bisa menjadi solusi bagi sebuah perusahaan yang tidak dapat lagi
membayar biaya audit yang dikenakan kepada perusahaan, dikarenakan
kemampuan perusahaan yang tidak lagi memadai untuk membayar fee
auditor.
Muncul beberapa pandangan yang pro dan kontra terhadap
dilakukannya pemilihan auditor. Perusahaan yang memiliki masalah pada
keuangan akan cenderung untuk memilih auditor yang baik. Hal ini
melalui reputasi yang bagus dari auditor yang mengaudit perusahaannya.
Tapi di lain pihak penunjukkan auditor yang dianggap baik akan
terbentur dengan kemampuan keuangan perusahaan. Sehingga
perusahaan yang memiliki masalah keuangan biasanya akan terhalang
masalah budget terhadap pemilihan kantor akuntan publik yang dianggap
bagus untuk memperbaiki kekurangan pada perusahaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani (2013)
menyimpulkan bahwa kesulitan keuangan perusahaan memiliki pengaruh
positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Pratini dan Astika
(2013). Kesulitan keuangan perusahaan dapat menjadi faktor
dilakukannya auditor switching. Dengan kondisi keuangan perusahaan
yang sedang mengalami kesulitan dan terancam akan pailit akan
menimbulkan subjektivitas serta kehati-hatian auditor dalam memberikan
opini terhadap laporan keuangan perusahaan klien. Hal ini menunjukkan
bahwa kesulitan keuangan perusahaan akan berpengaruh terhadap
kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching.
Pada penelitian Astuti dan Ramantha (2014), memberikan bukti
bahwa ternyata tingkat kesulitan keuangan perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan melakukan auditor
switching, hasil penelitian yang sama juga dihasilkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Putri, dkk (2014) yang membuktikan bahwa tingkat
kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching. Hal ini bisa
disebabkan untuk mengurangi biaya perusahaan apabila perusahaan
melakukan auditor switching, sedangkan di sisi lain perusahaan sedang
mengalami kesulitan keuangan.
Kesulitan keuangan terjadi sebelum kebangkrutan. Untuk itu
perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan akan cenderung
untuk mengganti auditornya yang diharapkan dengan pergantian auditor
dapat memberikan subjektivitas terhadap hasil opini perusahaan yang
sedang mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan beberapa hasil
penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
� : Kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap
auditor switching
4. Fee audit dan Auditor Switching
Jumlah besaran yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai imbalan
atas jasa yang diberikan oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan
perusahaan disebut dengan fee audit (Dwiyanti, 2014). Dalam melakukan
pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal dibutuhkan monitoring
cost dalam bentuk fee audit, dimana merupakan salah satu bagian agency
cost. Dalam menetapkan fee audit, tentunya perusahaan banyak
melakukan pertimbangan, kualifikasi dan riset untuk menetapkan fee
audit yang akan diberikan. Apabila saat auditor memberikan penawaran
atas jumlah fee audit yang diinginkan ke perusahaan klien namun
besar bagi perusahaan, maka akan memunculkan ketidaksepakatan antara
kedua belah pihak.
Hal ini yang akan menjadi dorongan bagi pihak perusahaan untuk
melakukan auditor switching (Swartz dan Menon, 1985). Pada hasil
penelitian Astuti & Ramantha (2014), menyimpulkan bahwa variabel fee
audit berpengaruh terhadap auditor switching. Hal ini menyimpulkan
bahwa fee audit berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan
melakukan auditor switching. Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
C. Model Penelitian
Gambar Model Penelitian
Variabel Independen
Opini audit (H1)
Variabel Dependen
(+)
Tingkat pertumbuhan klien
(H2)
(+)
Auditor Switching (Y) Kesulitan keuangan
perusahaan (H3)
(+)
(+)
30
A. Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang termasuk dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun
2013-2015 yang laporan keuangannya telah dipublikasi. Penelitian ini
menggunakan metode statistik.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau
data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data yang
akan digunakan diperoleh dari sumber-sumber yang bersangkutan atau
berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder
yaitu berupa annual report perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun
2013-2015. Laporan keuangan yang telah diaudit (annual report) dapat
diperoleh di pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, selain itu juga dapat diperoleh dari website resmi BEI
http://www.idx.co.id dan website resmi perusahaan.
C.Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini untuk menentukan sampel teknik yang digunakan
adalah dengan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
dengan beberapa kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria yang
dipertimbangkan dalam pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah
1. Perusahaan yang sahamnya secara aktif diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2013-2015.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan berturut- turut selama
periode penelitian yaitu tahun 2013-2015.
3. Disajikan dalam mata uang rupiah.
4. Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu metode
pengumpulan data yang berasal dari pencatatan sumber atau publikasi lain.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data yang diperoleh dari BEI dan www.idx.co.id pada tahun
2013-2015. Selain itu untuk mendukung data dalam penelitian juga dapat
diperoleh dari jurnal, internet, dan text book dan sumber-sumber lain yang
relevan.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen : Auditor Switching
Auditor Switching menjadi variabel dependen dalam penelitian ini.
Auditor switching merupakan perpindahan atau pergantian auditor yang
dilakukan oleh perusahaan klien. Dalam penelitian ini, variabel auditor
switching dapat diukur menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan
klien melakukan pergantian auditor pada tahun tertentu, maka diberi nilai
dari tahun sebelumnya, maka diberi nilai 0 (Nasser et al.,2006 dalam
Wijayanti,2010).
2. Variabel Independen a. Opini Audit
Opini audit adalah hasil opini auditor terhadap laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen. Variabel opini audit
menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien menerima
opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified) maka diberikan
nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien menerima opini wajar tanpa
pengecualian (unqualified), maka diberikan nilai 0 (Damayanti dan
Sudarma, 2007; Nasser et al, 2006)
b. Tingkat Pertumbuhan Klien
Tingkat pertumbuhan klien adalah sebuah indikator untuk
menentukan besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan financial
perusahaan terutama total aset yang ada. Total Asset tersebut
kemudian ditransformasikan dengan menggunakan logaritma natural.
Tingkat pertumbuhan klien diukur dengan menggunakan log natural
dari Total Asset (Klapper dan Love, 2002 dalam Darmawati, 2005)
Rumus =
c. Kesulitan Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan menjadi suatu indikator
terhadap pengambilan keputusan dalam mempertahankan perusahaan
yang mengaudit. Tanda-tanda perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan dapat dilihat pada laporan keuangannya. Salah satu cara
untuk mengetahuinya dengan melihat rasio DER (Debt to Equity
Ratio) (Sinarwati dan Suparlan, 2010). Rasio DER dihitung dengan
membandingkan total hutang dengan total ekuitas.
Semakin tinggi nilai DER pada suatu perusahaan maka
perusahaan dapat dikatakan sedang mengalami kesulitan keuangan.
Sehingga kemungkinan perusahaan untuk mengganti auditornya juga
semakin tinggi.
d. Fee Audit
Fee audit adalah jumlah yang dibayarkan oleh perusahaan
sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan dalam mengaudit laporan
keuangan perusahaan (Dwiyanti, 2014). Untuk mengukur variabel
fee audit, dapat dilihat di neraca laporan keuangan tahunan pada
kolom professional fee, lalu kemudian ditransformasikan
menggunakan logaritma natural.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
DER (Debt to Equity Ratio)= � � � � � � � � � �
F. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu
permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data
penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam
analisis.
1. Definisi Regresi Logistik
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari
persamaan regresi jika variabel dependennya adalah variabel yang
berbentuk skala. Regresi logistik binary digunakan untuk menemukan
persamaan regresi yang variabel dependennya bertipe kategorial dua
pilihan yaitu : ya atau tidak, atau bahkan lebih dari dua pilihan seperti :
tidak setuju, setuju, sangat setuju. Pada penelitian ini teknik analisis data
yang digunakan adalah regresi logistik dikarenakan variael dependennya
bersifat dikotomi (melakukan auditor switching atau tidak melakukan
auditor switching).
Variabel bebasnya merupakan kombinasi antara variabel kontinyu
(metric) dan kategorial (non-metric), sehingga asumsi normal distribution
tidak dapat dipenuhi. Dalam hal ini dapat dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu
asumsi normalitas data pada variabel bebasnya dan mengabaikan
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya (Ghozali, 2006:225).
2. Tahapan Regresi Logistik a. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian. Statistik
deskriptif dalam penelitian adalah proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau
penyusunan data dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik deskriptif
biasanya digunakan oleh peneliti sebagai informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian. Penelitian statistik deskriptif
memberikan gambaran dan mendeskripsikan suatu data yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,varians, dan
maksimum-minimum (Ghozali, 2011:19).
Mean digunakan sebagai alat ukur untuk memperkirakan
besaran rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dan
minimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran mengenai keseluruhan sampel yang berhasil dikumpulkan
dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian yang utama
b. Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow Test)
Analisis kelayakan model regresi dilakukan untuk menilai
kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan goodness of fit test yang diukur
dengan nilai chi-square pada bagian bawah Uji Hosmer and
Lemeshow. Apabila nilai signifikannya > 0,05 maka model regresi
dikatakan layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya. Tapi,
jika nilai signifikannya < 0,05 maka model tidak layak untuk
digunakan dalam analisis selanjutnya.
c. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji keseluruhan model (Overall Model Fit) adalah pengujian
yang dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2
Log likehood (-2LL) pada akhir (Blok Number = 1). Adanya
pengurangan antara 2LL awal (initial 2LL function) dengan nilai
-2LL pada langkah berikutnya (--2LL akhir) menunjukkan bahwa
model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2011).
d. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Koefiesien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar variabilitas variabel-variabel independen mampu menjelaskan
variabilitas dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik
Squaredapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi
berganda (Ghozali, 2011).
e. Uji Multikolinearitas
Regresi yang tidak memiliki gejala korelasi yang kuat antara
variabel bebasnya adalah regresi yang baik. Meskipun dalam regresi
logistik tidak terlalu memerlukan uji asumsi klasik seperti uji
multikolinearitas, tapi tidak ada salahnya jika tetap melakukan uji
multikolinearitas. Tujuan pengujian multikolinearitas ini untuk
melihat korelasi antar variabel bebas dalam penelitian ini yaitu opini
audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan
fee audit.
Matriks korelasi yang menunjukkan tidak adanya korelasi
yang serius antar variabel akan menunjukkan nilai korelasi antar
variabel bebas dibawah 0,80, sementara jika nilai korelasi antara
variabel bebas diatas 0,80, maka itu memperlihatkan terdapat gejala
multikolinearitas diantara variabel bebas.
f. Omnibus Test
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah
variabel-variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel-variabel
dependennya yaitu auditor switching. Pengukuran dapat dilakukan
dengan melihat nilai signifikansi, jika nilai signifikansi menunjukkan
nilai < 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh
signifikan menunjukkan nilai > 0,05 maka variabel bebas secara
bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
g. Matriks Klasifikasi (Classification table)
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi model
regresi untuk memprediksi auditor switching yang dilakukan oleh
perusahaan. Pada definisi operasional variabel ditunjukkan nilai
prediksi dari variabel dependen dalam hal ini melakukan auditor
switching dengan kode 1 dan tidak melakukan auditor switching
dengan kode 0. Untuk mengetahui hasil kekuatan prediksi model
regresi, dapat dilihat dengan membandingkan hasil presentase
perusahaan yang telah melakukan auditor switching dan perusahaan
yang tidak melakukan auditor switching.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini di uji menggunakan regresi logistik
binear untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen terhadap
satu variabel dependen. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
� � = � + . + . + . + + �
Keterangan : SWITCH : Auditor switching
� : konstanta
− : koefisien regresi
OPINI : Opini audit
TA : Tingkat Pertumbuhan Klien
DER : Kesulitan Keuangan Perusahaan
e : error
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara
probabilitas (sig.) dengan tingkat signifikansi (ἀ). Untuk menganalisis
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, maka dapat
menggunakan analisis regresi logistik dengan tingkat taraf signifikansi
sebesar 5%. Kriteria sebuah hipotesis dikatakan diterima atau ditolak adalah :
a) Hipotesis pertama dapat diterima jika nilai sig < 0,05 dan arah
koefisien regresinya positif
b) Hipotesis kedua dapat diterima jika nilai sig < 0,05 dan arah koefisien
regresinya positif
c) Hipotesis ketiga dapat diterima jika nilai sig < 0,05 dan arah koefisien
regresinya positif
d) Hipotesis keempat dapat diterima jika nilai sig < 0,05 dan arah
40
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian
Pada penelitian ini perusahaan yang diteliti adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2013-2015. Sektor perusahaan manufaktur dipilih dikarenakan perusahaan
manufaktur salah satu sektor yang dianggap bisa memberi gambaran
terhadap penelitian tentang auditor switching di Indonesia. Periode
pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) tahun mulai tahun 2013-2015
karena melanjutkan penelitian yang terdahulu dari Juliantary dan Rasmini,
serta untuk melihat gambaran mengenai perubahan dipengaruhi baik faktor
eksternal maupun internal. Sampel yang dipilih dari populasi
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu proses pemilihan sample
berdasarkan kriteria tertentu. Tabel dibawah menyajikan tahapan seleksi
sampel berdasarkan kriteria yang telah di tentukan antara lain :
Tabel 4.1
Tabel Prosedur Pemilihan Sampel
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015
143
2 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki informasi yang lengkap terkait dengan variabel penelitian
(61)
3 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian 82
4 Total periode penelitian 3
Jumlah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2013-2015 berjumlah 143 perusahaan. Dari
143 perusahaan sektor manufaktur tersebut terdapat 61 perusahaan yang
tidak memenuhi kriteria mengenai pada penelitian ini. Sehingga
perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 82 perusahaan manufaktur.
B. Analisa Data
Pada penelitian ini variabel dependen bersifat dikotomi
(melakukan Auditor Switching dan tidak melakukan Auditor Switching),
maka untuk pengujian terhadap hipotesis yang ada dilakukan dengan
menggunakan uji regresi logistik. Ada beberapa tahapan dalam pengujian
regresi logistik binary dengan program SPSS 15.0, yaitu :
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk melihat nilai minimum,
maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing
variabel penelitian. Pada penelitian variabel yang digunakan adalah opini
audit, tingkat pertumbuhan klien, kesulitan keuangan perusahaan dan fee
audit terhadap auditor switching. Penelitian ini menggunakan data yang
didapatkan dari 82 sampel perusahaan dikalikan tiga tahun pengamatan
(2013-2015) yaitu sebanyak 246 sampel. Berikut ini adalah hasil statistik
De scri ptive Statistics
N Minimum Maximum Mean St d. Deviat ion
Tabel 4.2
Tabel Hasil Uji Deskriptif
Pada tabel mengambarkan statistik deskriptif pada setiap variabel
penelitian yaitu dengan jumlah sampel sebanyak 246. Variabel auditor
switching memiliki nilai minimum 0; nilai maksimum 1; nilai rata-rata
0,34; dan nilai standar deviasi sebesar 0,472. Variabel opini audit memiliki
nilai minimum 0; nilai maksimum 1; nilai rata-rata 0,01; dan nilai standar
deviasi sebesar 0,090. Variabel tingkat pertumbuhan klien memiliki nilai
minimum 14; nilai maksimum 26; nilai rata-rata 21,28; dan nilai standar
deviasi sebesar 1,677. Variabel kesulitan keuangan perusahaan memiliki
nilai minimum 0,0387; nilai maksimum 70,8315; nilai rata-rata 1,699023;
dan nilai standar deviasi sebesar 4,867. Variabel fee audit memiliki nilai
minimum 4; nilai maksimum 8; nilai rata-rata 5,94; dan nilai standar
deviasi sebesar 0,961.
2. Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow Test)
Analisis kelayakan model regresi dilakukan untuk menilai
kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian