ANALISIS PENGARUH BIAYA TERHADAP TARGET
PRODUKSI DI KEBUN SAWIT LANGKAT
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)
GELADIKARYA
Oleh :
ANSARI
NIM : 087007002
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Geladikarya : Analisis Pengaruh Biaya Terhadap Target Produksi
di Kebun Sawit Langkat PTPN IV (Persero)
Nama : Ansari
NIM : 087007002
Program Studi : Magister Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Pemasaran
Menyetujui :
Komisi Pembiming
Dr. Ir. Suwito, MM
Ketua
Drs. Irwan Djanahar, Ak, MAFIS
Anggota
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :
“ANALISIS PENGARUH BIAYA TERHADAP TARGET PRODUKSI DI
KEBUN SAWIT LANGKAT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
(PERSERO) ”
adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.
Medan, Nopember 2011
Yang Membuat Pernyataan
RIWAYAT HIDUP
Ansari, lahir di Medan, tanggal 26 Desember 1966, anak pertama dari tiga
bersaudara dari orang tua pasangan Bapak Masril dan Ibu Anisah. Menikah
dengan Yuliani Rosanti Hutagalung pada tanggal 7 Juli 1997.
Riwayat Pendidikan
SD Taman Siswa Medan Tamat Tahun 1979
SMP Taman Siswa Medan Tamat Tahun 1982
SMA Negeri 7 Medan Tamat Tahun 1985
S-1 Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Tanah
Universitas Islam Sumatera Utara Medan Tamat Tahun 1991
Riwayat Pekerjaan
Pengalaman pekerjaan sebagai Karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di
mulai tahun 1993 di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), karir selanjutnya
adalah :
Karyawan Bagian Tanaman Kantor Direksi Tahun 1993 - 1999
Asisten Tanaman Kebun Dolok Ilir, Adolina dan Sawit Langkat Tahun 2000 - 2007
Staf Urusan Bagian Pengembangan Usaha Kantor Direksi Tahun 2007 – 2010
RINGKASAN EKSEKUTIF
Target produksi mencerminkan peningkatan kinerja kebun kelapa sawit dari tahun sebelumnya, termasuk kebun Sawit Langkat PTPN IV (Persero). Kinerja produksi kebun Sawit Langkat dalam beberapa tahun terakhir kurang memuaskan. Dari tahun 2006 hingga 2010, targetProduksi tidak pernah tercapai. Kondisi ini tentunya tidak diinginkan perusahaan.
Pada penelitian ini penulismembatasi pada 4 (empat) faktorutama yang paling berpengauh terhadap produksisawit di Kebun Sawit Langkah yakni pemeliharaan, pemupukan, premipanen, dan pengamananproduksi. Keempatfaktor tersebut merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan, yang dalam pelaksanaannyamemerlukan anggaran atau biaya tidak sedikit. Namun karena pemupukan merupakan komponenutama dari pemeliharaantanaman dan selain daripada itu sejak tahun 2006 tidak lagi dilakukan pemupukan, maka factor pemupukandijadikan bagian dari pemeliharaan, sehingga faktor yang ditelititerdiri dari pemeliharaan, premipanen dan pengamanan.
Tujuan dari penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengevaluasi kinerja biaya dari tigafaktorutamayang mempengaruhi tidak tercapainya realisasi target produksi kelapa sawit di Kebun Sawit Langkat dan hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam rangka pencapaian target produksi kelapa sawit di Kebun Sawit Langkat dengan pertimbangan berdasarkan biaya yang dikeluarkan.
Dari hasil ujistatistikdisimpulkan bahwa biaya pengamananberpengaruh secara nyata terhadapproduksi di KebunSawitLangkat, sedangkan biaya pemeliharaan dan premipanen pengaruhnya tidak sebesar faktorkeamanan.Biaya pengamanan dengan nilaikoefisien 0,124 sedangkan yang paling rendah adalah biaya pemeliharaan dengan nilai koefisien 0,003.
Dari hasil analisiskorelasibergandadiperolehangkaRsquare sebesar 0,999.Hal ini menunjukkan bahwa terjadihubungan yang sangat kuat antara biaya pemeliharaan, biaya premipanen, dan biaya pengamanansecara serempakterhadap produksisawit di KebunSawitLangkat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square sebesar 0,996 atau 99,6%. Angkatersebut menunjukkan bahwa variabelindependenmampumenjelaskan sebesar 99,6% variasivariabeldependen dan hanya 0,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Nilai F hitung< F tabel (322,861 < 216) sehingga hipotesis Ho ditolak, artinya ada pengaruh secara signifikan antara biaya pemeliharaan, biaya premipanen, dan biaya pengamanan secara bersama-sama terhadap produksisawit.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah S.W.T atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Geladikarya ini dengan judul : ”Analisis Pengaruh
Biaya Terhadap Target Produksi di Kebun Sawit Langkat PTPN IV (Persero) ”
Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Manajemen Sekolah
Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana USU Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi
Magister Manajemen USU Medan.
3. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister
Manajemen USU Medan.
4. Bapak Dr. Ir. Suwito, MM selaku Ketua Komisi Pembimbing.
5. Bapak Drs. Irwan Djanahar, Ak, MAFIS selaku Anggota Komisi
Pembimbing.
6. Para Dosen pada Program Studi Magister Manajemen USU yang telah
membekali berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Pimpinan dan Staf Kebun Sawit Langkat PTPN IV Persero.
8. Staf dan Pegawai Administrasi Magister Manajemen USU Medan.
9. Keluarga yang selalu memberikan dukungan tiada henti.
Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki, sehingga Geladikarya ini dapat
diselesaikan atas bantuan serta saran dari berbagai pihak dan untuk itu penulis
sudah pada tempatnya untuk mengucapkan ribuan terima kasih.
Medan, Nopember 2011
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. LatarBelakang ... 1
... 1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.5. Batasan dan RuangLingkupPenelitian ... 4
1.6. Hipotesis ... 4
BAB II KERANGKA TEORITIS ... 5
2.1. Produktivitas Kebun Kelapa Sawit ... 5
2.2. Rendemen Crude Palm Oil (CPO) ... 6
2.3. Tingkat Kematangan Buah Kelapa Sawit ... 7
2.4. Konsep Pengembangan Perkebunan ... 9
2.5. Pengertian dan Penggolongan Biaya ... 11
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 15
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
4.2. JenisPenelitian ... 15
4.3. Pengumpulan Data... 15
4.4. Analisis Data ... 18
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 22
5.1.Sejarah Singkat KebunSawit Langkat ... 22
5.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 22
5.3.Organisasi dan Manajemen ... 23
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 29
6.1.Kondisi Tanaman di Kebun Sawit Langkat ... 29
6.2.Sistem Pemeliharaan di Kebun Sawit Langkat ... 30
6.3.Sistem Pemupukan di Kebun Sawit Langkat ... 31
6.4.Sistem Pengamanan Produksi di Kebun Sawit Langkat ... 32
6.5.Sistem Premi Panen di Kebun Sawit Langkat ... 33
6.6.Hasil Uji Statistik ... 34
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
7.1. Kesimpulan ... 43
7.2. Saran ... 44
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1. Target dan Realisasi Produksi Tandan Buah Segar Kelapa
Sawit Kebun Sawit Langkat PTPN IV Tahun 2006 - 2009 2
Tabel 2.1. Tingkatan Fraksi matang panen TBS 8
Tabel 2.2. Hubungan Rendemen, ALB, dan derajat kematangan 9
Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian 15
Tabel 6.1. Komposisi Tanaman Kelapa Sawit Kebun Sawit Langkat
Tahun 2010 30
Tabel 6.2. Biaya Pemeliharaan di Kebun Sawit Langkat Tahun
2006 - 2010 31
Tabel 6.3. Biaya Pengamanan Produksi di Kebun Sawit Langkat
Tahun 2006 - 2010 33
Tabel 6.4. Biaya Premi di Kebun Sawit Langkat Tahun 2006 - 2010 33
Tabel 6.5. Variabel Faktor-Faktor X1 – X4 yang berpengaruh terhadap
Produksi Kebun Sawit Langkat 34
Tabel 6.6. Variabel Faktor-Faktor X1 – X3 yang berpengaruh terhadap
Produksi Kebun Sawit Langkat 34
Tabel 6.7. Uji Normalitas Data 35
Tabel 6.8. Hasil Output untuk Nilai Korelasi Pearson 36
Tabel 6.9. Hasil Output untuk Nilai Koefisien 37
Tabel 6.10. Hasil Output untuk Nilai Regresi Berganda 40
Tabel 6.11. Hasil Output untuk Anova 41
DAFTAR GAMBAR
Hal
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1. Non Parametrik Test (NPar Test) i
Tabel 2. Regression i
Tabel 3. Correlations ii
Tabel 4. Variabel Enter/Removed ii
Tabel 5. Model Summary iii
Tabel 6. Anova iii
Tabel 7. Coeeficients iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Target produksi mencerminkan peningkatan kinerja kebun kelapa sawit dari tahun sebelumnya, termasuk kebun Sawit Langkat PTPN IV (Persero). Kinerja produksi kebun Sawit Langkat dalam beberapa tahun terakhir kurang memuaskan. Dari tahun 2006 hingga 2010, targetProduksi tidak pernah tercapai. Kondisi ini tentunya tidak diinginkan perusahaan.
Pada penelitian ini penulismembatasi pada 4 (empat) faktorutama yang paling berpengauh terhadap produksisawit di Kebun Sawit Langkah yakni pemeliharaan, pemupukan, premipanen, dan pengamananproduksi. Keempatfaktor tersebut merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan, yang dalam pelaksanaannyamemerlukan anggaran atau biaya tidak sedikit. Namun karena pemupukan merupakan komponenutama dari pemeliharaantanaman dan selain daripada itu sejak tahun 2006 tidak lagi dilakukan pemupukan, maka factor pemupukandijadikan bagian dari pemeliharaan, sehingga faktor yang ditelititerdiri dari pemeliharaan, premipanen dan pengamanan.
Tujuan dari penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengevaluasi kinerja biaya dari tigafaktorutamayang mempengaruhi tidak tercapainya realisasi target produksi kelapa sawit di Kebun Sawit Langkat dan hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam rangka pencapaian target produksi kelapa sawit di Kebun Sawit Langkat dengan pertimbangan berdasarkan biaya yang dikeluarkan.
Dari hasil ujistatistikdisimpulkan bahwa biaya pengamananberpengaruh secara nyata terhadapproduksi di KebunSawitLangkat, sedangkan biaya pemeliharaan dan premipanen pengaruhnya tidak sebesar faktorkeamanan.Biaya pengamanan dengan nilaikoefisien 0,124 sedangkan yang paling rendah adalah biaya pemeliharaan dengan nilai koefisien 0,003.
Dari hasil analisiskorelasibergandadiperolehangkaRsquare sebesar 0,999.Hal ini menunjukkan bahwa terjadihubungan yang sangat kuat antara biaya pemeliharaan, biaya premipanen, dan biaya pengamanansecara serempakterhadap produksisawit di KebunSawitLangkat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square sebesar 0,996 atau 99,6%. Angkatersebut menunjukkan bahwa variabelindependenmampumenjelaskan sebesar 99,6% variasivariabeldependen dan hanya 0,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Nilai F hitung< F tabel (322,861 < 216) sehingga hipotesis Ho ditolak, artinya ada pengaruh secara signifikan antara biaya pemeliharaan, biaya premipanen, dan biaya pengamanan secara bersama-sama terhadap produksisawit.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini masih merupakan salah satu
usaha yang menjadi andalan sektor pertanian untuk berperan dalam perekonomian
nasional. Kedepan, perkebunan kelapa sawit masih dipercaya dapat berperan
seperti tahun-tahun sebelumnya, bahkan diharapkan mengalami peningkatan.
Peran ini sangat ditentukan, di antaranya oleh perkembangan areal produktif dan
produktivitas. Saat ini produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan domestik dan internasional.
Sumatera Utara dikenal sebagai tempat pengembangan tanaman kelapa
sawit, bahkan perkebunan kelapa sawit pertama di Indonesia ada di provinsi ini.
Kondisi tersebut ditunjang oleh kondisi geografis Sumatera Utara (kecuali
beberapa daerah) yang secara umum sangat cocok untuk pengembangan kelapa
sawit. Dari tahun ketahun produksi kelapa sawit Sumatera Utara terus meningkat
dan tetap menjadi daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa komoditi kelapa sawit Sumatera Utara mempunynai daya
saing yang baik.
PT.Perkebunan Nuasantara IV (Persero) sebagai perusahaan perkebunan
yang mengelola 3 komoditi (sawit, kakao dan teh) saat ini lebih memfokuskan
perhatiannya kepada kebun sawit. Selain karena arealnya cukup luas (175.244 ha),
Target produksi suatu perkebunan merupakan kumpulan dari target
produksi tiap unitnya, dimana target produksi yang paling dasar dari perusahaan
perkebunan adalah target produksiafdeling. Target produksi merupakan bagian
integral dalam prosespengelolaan perusahaan. Oleh karenanya target produksi
akan menjadi pedoman dan arah yang akan dicapai dalam periode satu tahun.
Dalam penyusunantarget produksimenggunakan format dan aturan sebagaimana
yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri BUMN Tahun 2002.
Salah satu unsur utama dalam target produksi adalah rencana produksi
tandan buah segar (TBS) yang mencerminkan target yang diharapkan oleh
perusahaan.Target produksi mencerminkan peningkatan kinerja kebun kelapa
sawit dari tahun sebelumnya, termasuk kebun Sawit Langkat PTPN IV (Persero).
Kinerja produksi kebun Sawit Langkat dalam beberapa tahun terakhir kurang
memuaskan, target produksi yang ditetapkan tidak tercapai, hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1.1. berikut ini :
Tabel 1.1. Target dan Realisasi Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit KebunSawitLangkat PTPN IV Tahun 2006 – 2009
Tahun RKAP Produksi (Ton) RealisasiProduksi (Ton) % Pencapaian
2010 40.377 37.971 94,04
2009 51.628 51.085 98,95
2008 53.655 50.923 94,91
2007 56.091 52.733 94,01
2006 81.174 79.634 98,10
Sumber: LM 76, Kebun Sawit Langkat
Dari tahun 2006 hingga 2010, target produksi tidak pernah tercapai.
Kondisi ini tentunya tidak diinginkan perusahaan, menurut Pahan (2010) terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit yakni faktor
lingkungan, faktor bahan tanaman, faktor tindakan kultur teknis, faktor sumber
daya manusia, faktor perizinan, faktor keuangan dan faktor keamanan. Pada
(empat) faktor utama yang paling berpengaruh terhadap produksi sawit di Kebun
Sawit Langkah yakni pemeliharaan, pemupukan, premi panen, dan pengamanan
produksi. Keempat faktor tersebut merupakan faktor yang dapat dikendalikan,
yang dalam pelaksanaannya memerlukan anggaran atau biaya tidak sedikit. Tetapi
karena factor pemupukan merupakan bagian dari pemeliharaan dan sejak tahun
2006 tidak lagi dilakukan pemupukan sesuai dengan kebijakan manajemen untuk
tidak memupuk tanaman tua yang telah masuk program replanting, maka factor
yang diteliti terdiri dan pemeliharaan, premi panen dan pengamaman.
1.2. RumusanMasalah
Berdasarkanuraiandiatas, yang menjadi masalah ialah ”Target Produksi
Kebun Sawit Langkat selama lima tahun terakhir tidak tercapai dilihat dari faktor
biaya yang dikeluarkan”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang diteliti, tujuan dari penelitian ini ialah untuk :
a. Mengevaluasi kinerja biaya daritiga faktor utama yang mempengaruhi
tidak tercapainya realisasi target produksi kelapa sawit di kebun Sawit
Langkat.
b. Memberikan saran dalam upaya pencapaian target produksi kelapa sawit di
kebun Sawit Langkatdengan pertimbangan berdasarkan biaya yang
dikeluarkan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
memberi saran tentang upaya meningkatkan produksi kelapa sawit.
b. Program Magister Manajemen USU, sebagai referensi dalam bidang
manajemen agribisnis tanaman kelapa sawit.
c. Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di program Magister
Manajemen Universitas Sumatera Utara.
1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Batasan dan ruang lingkup penulisan geladikarya ini dibatasi pada
beberapa faktor yang mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit di Kebun
Sawit Langkatyang terdiri dari :
a. Biaya Pemeliharaan
b. Biaya Premi Panen
c. Biaya Pengamanan
Sementara faktor-faktor lain tidak dibahas karena dianggap berjalan normal.
1.6. Hipotesis
Hipotesismerupakanjawabansementaraterhadapmasalahpenelitian yang
kebenarannyamasihharusdiujisecaraempiris. Dari perumusan masalah dan tujuan
penelitian maka dapat ditarik hipotesis sebagaiberikut :
Ho :Tidak ada pengaruh secara signifikan antara biaya pemeliharaan, biaya
pemupukan, biaya premi panen, dan biaya pengamanan secara
Ha :Ada pengaruh secara signifikan antara biaya pemeliharaan, biaya
pemupukan, biaya premi panen, dan biaya pengamanan secara
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. Produktivtias Kebun Kelapa Sawit
Pengertian produktivitas secara umum adalah menghasilkan lebih,
dengan kata lain lebih baik, optimal dalam jumlah kerja yang sama dari usaha
manusia yang dikeluarkan (Glaser, 1996). Produktivitas dapat didefenisikan
sebagai perbandingan antara totalitas keluaran pada waktu tertentu dengan
totalitas masukan selama periode tersebut, atau suatu tingkat efesiensi dalam
memproduksi barang atau jasa (Filippo, 1994).
Mahoney dalam Campbell (1990) mendefenisikan produktivitas sebagai
suatu pengertian efisiensi secara umum yaitu sebagai rasio antara hasil dan
masukan dalam suatu proses yang menghasilkan suatu produk atau jasa. Hasil
(output) itu meliputi (penjualan, laba, kepuasan konsumen), sedangkan masukan
meliputi alat yang digunakan, biaya, tenaga, keterampilan dan jumlah hasil
individu. Sejalan dengan pendapat di atas, Glaser (1996) menjelaskan
produktivitas tidak dapat dipisahkan dengan pengertian produksi karena keduanya
saling berhubungan. Apabila permasalahan produktivitas maka produksi selalu
tersangkut di dalamnya. Pengertian produktivitas secara teknis, ekonomis, dan
psikologis adalah rangkuman atau gambaran antara unsur efektivitas, efesiensi
dan kepuasan kerja yang harus mengandung volume produksi, hemat masukan
serta optimalisasi kepuasan kerja secara manusiawi Hadipranata dalam Risza
Produktivitas dapat dikatakan meningkat jika memenuhi keadaan atau
kriteria sebagai berikut :
a. Volume outputbertambahbesarsedangkan volume input tetap.
b. Volume output tetap sedangkan volume input berkurang.
c. Volume outputbertambahlebihbesarbiladibandingkandenganpertambahan
volume inputnya.
d. Volume outputnya berkurang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
pengurangan volume inputnya
Disamping itu ada 4 (empat) bidang pekerjaan yang mempunyai dampak
besar terhadap produktivitas, yaitu :
a. Investasi mesin untuk menggantikan tenaga manusia.
b. Upaya yang diarahkan pada penentuan dan penerapan metode kerja yang
paling cocok.
c. Usaha untuk menghilangkan praktek yang tidak produktif, yang biasanya
menghambat peningkatan produktivitas.
d. Metode personalia yang dapat digunakan oleh manajemen untuk
memanfaatkan keterampilan yang dimiliki pekerja.
Pertumbuhandanproduktivtiaskelapasawitdipengaruhiolehbanyakfaktorbai
kfaktor yang dipengaruhi alam atau faktor yang dipengaruhi manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dapat dikelompokkan dalam 3 Faktor-faktor,
yakni faktor lingkungan, faktor bahan tanaman dan faktor tindakan kultur teknis
(Risza, 2005). Ketiga faktor tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu
2.2. RendemenCrude Palm Oil (CPO)
Tanaman kelapa sawit menghasilkan tandan yang mengandung minyak
sawit/crude palm oil (CPO) 25% danintisawit 7%. Tandan tersebut harus
mendapat perlakuan fisika dan mekanik dalam pabrik sehingga diperoleh minyak
dan inti. Menurut Pahan (2010), rendemen merupakan perolehan dari minyak
sawit mentah/crude palm oil (CPO) ataupun inti sawit/palm kernel dari proses
pengolahan TBS yang seharusnya dicapai pada produksi kelapa sawit yang
dinyatakan dengan satuan persen. Cara perolehan persentase rendemen adalah :
Rendemen = x 100%
Hasil CPO yang diharapkan oleh setiap pengelola sawit adalah rendemen
minyak yang tinggi (20-24%) dengan kadar ALB yang rendah (< 5%) serta kadar
air yang rendah (< 0,15%). Rendemen minyak yang tinggi dapat diperoleh dari
buah yang matang (fraksi 4 dan 5) selain itu buah yang telah lepas dari tandan
buah (berondolan) akan memiliki kandungan minyak yang tinggi.
Salah satu penyebab rendahnya rendemen adalah material, yakni TBS itu
sendiri. Tandan buah yang masih mentah sangat sedikit mengandung minyak.
Pengolahan tandan buah mentah akan menghasilkan minyak dalam jumlah kecil.
Hal ini menyebabkan pasokan TBS dengan proporsi buah mentah yang tinggi
akan menyebabkan turunnya rendemen (Budiyanto dan Siregar, 2003).
2.3. Tingkat Kematangan Buah Kelapa Sawit
Buahsawit yang telahmatangakanmembrondol, keadaan ini digunakan
sebagai tolok ukur kematangan buah sawit. Buah sawit yang semakin banyak Minyak yang diperoleh
membrondol maka semakin matang. Menurut Risza (2005), criteria matang panen
yang ditetapkan untuk mempermudah pengolahan dan penyeragaman kualitas
tandan, didasarkan pada :
a. Kandungan minyak di dalam tandan semaksimal mungkin
Tujuan dari budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan minyak dan
inti sawit, oleh sebab itu ukuran yang dipakai bukan berat tandan per ha
tetapi jumlah minyak dan inti sawit per ha. Kandungan minyak sebagai
ukuran kematangan dianjurkan agar buah sawit yang dipanen ialah buah
brondol, akantetapi hal ini tidak mungkin karena mengalami kesulitan
pengutipan brondol dan asam lemak bebasnya (Free Fatty Acid)
meningkat.
b. Kandungan asam lemak bebas yang rendah
Konsumen pada umumnya menginginkan minyak sawit dan inti sawit
yang mengandung asam lemak bebas yang rendahHal ini dapat dicapai jika
buah yang dipanen masih mentah, akan tetapi memotong buah sawit yang
mentah menimbulkan masalah di pabrik yaitu rendahnya efisiensi ekstraksi
minyak dan inti sawit.
Secara umum TBS yang dipanen dikenal memiliki 7 (tujuh) tingkatan
Tabel 2.1. Tingkatan Fraksi matang panen TBS
No Kematangan Fraksi Jumlahbrondolan Keterangan
1
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 1995
Derajat kematangan yang baik adalah jika TBS yang dipanen berada pada
posisi fraksi 1, 2 dan 3 ( F1, F2, F3). Apabila pemanenan TBS dilakukan dalam
keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung Asam Lemak
Bebas (ALB) dengan persentase yang tinggi (lebih dari 5 %). Sebaliknya, jika
pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, maka selain kadar
ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Hubungan antara rendemen dan kadar ALB minyak dengan derajat
kematangan seperti tertera pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2. Hubungan Rendemen, ALB dan derajat kematangan Fraksi Rendemen Minyak (%) ALB Minyak (%)
Dapat dikatakan bahwa tandan yang dikehendaki adalah fraksi 2 dan 3,
yaitu rendemennya tinggi, sedangkan ALBnya cukup rendah. Fraksi 1
menghasilkan ALB rendah, tetapi rendemennya juga agak rendah, dengan
demikian dapat dikatakan buah kurang matang. Fraksi 0 dan 00 tidak disukai
karena mentah. Fraksi 4 dan 5 lewat matang, walaupun rendemennya tinggi,
namun ALB juga tinggi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Rendemen
tertinggi terdapat pada varietas Tenera yakni 22-24%, sedangkan pada varietas
Dura 17-18% (Fauzi, 2003).
Derajat kematangan buah tidak sepenuhnya mempengaruhi mutu
rendemen dan kehilangan minyak, tetapi masih dipengaruhi oleh sistem
pengolahan dan kondisi peralatan pabrik.
2.4. Konsep Pengembangan Perkebunan
Peranan perkebunan besar sebagai lokomotif perkembangansubsektor
perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terbukti dengan luas areal Perkebunan
Besar Swasta Nasional (PBSN) tahun 2003 yang telah mencapai 52,78% dari luas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sedangkan luas perkebunan negara (PTPN)
dan rakyat berturut-turut yaitu 12,33% dan 34,89%. Menurut Pahan (2010),
konsep pengembangan perkebunan yang ingin sukses seyogyanya mengacu pada
beberapa faktor kunci, yaitu faktor lingkungan (lahan), faktor sumber daya
manusia, faktor bahan tanaman, faktor perizinan, faktor keuangan dan faktor
keamanan. Bebrapa faktor yang akan dilihat adalah faktor lahan, faktor sumber
keuangan dan faktor keamanan tidak dibahas, berikut ini diuraikan ketiga faktor
tersebut :
a. Faktor Lingkungan (Lahan).
Lahan adalah matriks tempat tanaman berada. Tanaman kelapa sawit
tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial diatas lahan
yang tidak sesuai. Lahan yang optimum untuk kelapa sawit harus
mengacu pada 3 (tiga) faktor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat
kimia tanah atau kesuburan tanah. Mengacu pada konsep tersebut, lahan
dinilai mempunyai prospek ekonomis yang baik apabila memenuhi
semua kriteria yang ideal.
b. Faktor Sumber Daya Manusia.
Mengacu pada perkebunan sebagai unit usaha pertanian tanaman
komersial skala besar yang memiliki organisasi tenaga kerja banyak
(padat karya) dengan pembagian kerja rinci, menggunakan lahan yang
luas, teknologi modern, spesialisasi, sistem administrasi, dan birokrasi,
membuat faktor sumber daya manusia (modal insani) menjadi penting.
Kualitas modal insani sangat menentukan keberhasilan suatu perkebunan.
Mempersiapkan staf lapangan yang mampu mengelola pekerjaannya
dengan baik tidak dapat dilakukan secara seketika karena modal insani
gaya perkebunan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan sektor
c. Faktor Bahan Tanaman.
Investasi yang sebenarnya bagi perkebunan komersial berada pada bahan
tanaman yang akan ditanam karena merupakan sumber keuntungan
perusahaan kelak. Pemilihan bahan tanaman yang tidak tepat akan
membawa resiko yang sangat besar. Perusahaan akan menderita rugi
dana, waktu dan tenaga jika bibit yang ditanam ternyata tidak sesuai
dengan hasil yang diharapkan.
2.5. Pengertian dan PenggolonganBiaya
Menurut Supriyono (2000) biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan
atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan, sedangkan
menurut Mulyadi (2005), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut Mulyadi (2005), biaya digolongkan sebagai berikut;
a. Menurut Objek Pengeluaran. Penggolongan ini merupakan penggolongan
yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai
suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan
telepon disebut “biaya telepon”.
b. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok, yaitu: (1). Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang
berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (2).
Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya
sampel, dll. (3). Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk,
contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dll.
c. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Ada 2
golongan, yaitu: (1). Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang
terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang
harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri
dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.(2). Biaya Tidak
Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh
sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak
langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
d. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan,
biaya dibagi menjadi 4, yaitu (1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang
jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan
atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur
produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya
berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau
aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3).
Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung
digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
e. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu; (1).
Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan
memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran
yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan
datang. (2). Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran
yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Target produksi adalah pegangan atau acuan dalam menjalankan roda
perusahaan. Dalam target produksi disebutkan berapa rencana produksi, kapan
dan unit mana saja yang harus dipelihara pada tahun tersebut, berapa anggaran
yang dibutuhkan untuk menjalankan program-program kerja tersebut dalam
rangka mencapai tujuan, sertabe berapa catatan-catatan yang harus diperhatikan
dalam menjalankan perusahaan dalam satu tahun kedepan.
Kerangka konseptual merupakan suatu kerangka berfikir secara sistematis
berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan untuk mengarahkan proses
penelitian. Pada penelitian ini, kerangka konseptual menjelaskan bagaimana
peneliti melakukan pendekatan dalam menemukan pemecahan masalah. Kerangka
konseptual yang disusun memberikan gambaran atas pengembangan konsep
penelitian terhadap analisis hasil produksitanaman kelapa sawit di Kebun Sawit
Langkat, permasalahan yang terjadi adalah tidak tercapainya target produksi,
padahal potensi yang ada cukup memungkinkan.
Berdasarkan letak geografis dan potensi yang ada pada Kebun Sawit
Langkat diharapkan memiliki prospek yang baik. Namun demikian sampai akhir
tahun 2010, produksi kelapa sawit yang merupakan komoditas utama, belum
dapat memenuhi target. Melalui penelitian ini faktor-faktor yang menyebabkan
tidak tercapainya target produksi kelapa sawit di Kebun Sawit Langkat diteliti.
Dengan menggunakan analisis deskriptif dan uji statistik, penulis memberikan
saran yang bertujuan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit di Kebun Sawit
tanaman di Kebun Sawit Langkat. Berdasarkan permasalahan dan tujuan
penelitian, maka peneliti membuat kerangka konseptual yang terlihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. LokasidanWaktuPenelitian
Penelitianinidilakukan di KebunSawitLangkatPT. Perkebunan Nusantara
IV (Persero) yang terletak di Desa Tebing Tanjung Selamat Kec. Padang Tualang
Kab. Langkat. Waktu penelitian selama 9 bulan mulai bulan Maret hingga
Nopember 2011, seperti terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop
1 Pembuatan Usulan geladikarya 2 Seminar UsulanGeladikarya 3 PengumpulandanAnalisis Data 4 Menyusun Draft Laporan 5 Seminar Perusahaan
6 PenyusunanAkhirGeladikarya 7 SidangGeladikarya
8 Perbaikan Pasca Sidang
4.2. Jenis Penelitian
Jenispenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif deskriptif. Menurut Sugiyono(2007), penelitian kuantitatif deskriptif
merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri
baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
4.3. Pengumpulan Data
4.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dari pengamatan dan wawancara, serta data sekunder yang merupakan
data pendukung dari berbagai bidang yang ada relevansinya dan berhubungan
dengan objek penelitian seperti Laporan Kerja dan Laporan Produksi Kebun Sawit
Langkat serta dokumen yang berkaitan dengan produksi kelapa sawit.
4.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dibutuhkan diperoleh dari :
a. Pengamatan (Observation), dengan melakukan pengamatan langsung
pada objek penelitian, untuk mendapatkan gambaran mengenai polap
roduksi yang dilaksanakan oleh pihak pengelola Kebun Sawit Langkat.
b. Wawancara (Interview), kepada pihak yang terkait dalam hal ini kepada
Manajer Kebun Sawit Langkat dan bagian tanaman.
c. Laporan kerja dan laporan produksi Kebun Sawit Langkat.
4.4. Analisis Data
Dalam penelitian ini, diteliti keterkaitan biaya-biaya yang terdiri dari biaya
pemeliharaan, biaya pemupukan, biaya premi panen, dan biaya pengamanan
terhadap besarnya produksiyang dihasilkan di Kebun Sawit Langkat. Untuk
menganalisis keterkaitan ini digunakan analisis korelasi Pearson dan regresi
berganda menggunakan software SPSS versi 17.
Rumus :
rxy = koefisien korelasi biaya pemeliharaan, biaya pemupukan, biaya premi
panen dan biaya pengamanan dengan variabel y.
x = jumlah biaya.
y = produksi.
N = jumlah tahun yang diamati (5 tahun)
Sedangkan penafsiran terhadap koefisien korelasi adalah:
r = 0 atau mendekati 0, makahubungan kedua variable sangat lemah
atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan kedua variable sangat kuat,
dan hubungan searah
r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan keduanya sangat kuat,
dengan hubungan berlawanan
Analisiskorelasibergandadigunakanuntukmengetahuikeeratanhubungan
antarabiaya pemeliharaan, biaya pemupukan, biaya premi panen, dan biaya
pengamanan secarabersama-samadenganproduksi sawit.
2. AnalisisRegresiBergandamenurutAlghifari (2000)
Digunakanuntukmengetahuibesarnyapengaruhsecarabersama-samabiaya
pemeliharaan, biaya pemupukan, biaya premi panen, dan biaya
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Keterangan:
a = bilangankonstanta
b = koefisienregresi
X1 = Biaya Pemeliharaan
X2 = Biaya Premi Panen
X3 = Biaya Pengamanan
Y = produksi sawit
3. UjiSignifikansiHasilPenelitian (Uji F danuji t)
a) Uji F
Uji pengaruh secara simultan digunakan uji F, digunakan untuk
mengetahui tingkat pengaruh variable bebas secara
bersama-samaterhadapvariabeltergantung dengan rumus:
Ho ditolak.Berdasarkan hal tersebut di
atasdapatdisimpulkanbahwavariabel-
b) Uji t
Digunakanuntukmengetahui linear tidaknyabiaya pemeliharaan, biaya
pemupukan, biaya premi panen, dan biaya pengamananterhadap
produksi sawit.
pemeliharaan, biaya pemupukan, biaya premi panen, dan biaya
pengamanan terhadap produksi sawit.
r = Koefisienkorelasi
n = Jumlah tahun
Nilai t-hitungkemudiandibandingkandengan:
t-tabel dengan á = 5% dandf = n-2
t-hitung> t-tabel; H0ditolak
t-hitung< t-tabel; H0diterima
Berdasarkanteknikanalisis data yang telahpenulisuraikan,
yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara
variabel-variabel ini”.
Jika nilai koefisien korelasi berganda mendekati 1 maka
terdapat hubungan yang erat/kuat. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang sangat erat dan searah antara biaya pemeliharaan,
biaya pemupukan, biaya premi panen, dan biaya pengamanan secara
bersama-sama dengan produksi sawit. Hubungan yang searah
menunjukkan bahwa kenaikan biaya pemeliharaan, biaya pemupukan,
biaya premi panen, dan biaya pengamanan secarabersama-sama akan
diikuti dengan peningkatan produksi.
Jika nilai korelasi berganda mendekati 0 maka terdapat
hubungan yang lemah. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang
lemah antara biaya pemeliharaan, biaya pemupukan, biaya premi
panen, dan biaya pengamanan secara bersama-sama dengan produksi
sawit. Hubungan yang tidak searah ini menunjukkan bahwa kenaikan
biaya pemeliharaan, biaya pemupukan, biaya premi panen, dan biaya
pengamanan secara bersama-sama tidak akan diikuti dengan kenaikan
produksi sawit.
– Analisis Regresi Berganda
Jikahasilanalisisregresibergandatersebutdimasukkankedalambentuk
persamaanregresisebagaiberikut:
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Konstanta (a) menunjukkan besarnya produksi sawit jika tidak ada
dan biaya pengamanan. Jadi jika perusahaan tidak mengeluarkan biaya
untuk biaya pemeliharaan, biaya pemupukan, biaya premi panen, dan
biaya pengamanan maka produksi sawit yang akan dicapai
adalahsebesarnilaikonstanta (a).
Koefisien regresi biaya pemeliharaan (b1) menunjukkan bahwa
biaya pemeliharaan mempunyai pengaruh atau tidak terhadap produksi
sawit. Hal ini berarti peningkatan/penurunan biaya pemeliharaan akan
menyebabkan peningkatan atau penurunan produksi sawit.
Koefisienregresibiaya premi panen (b2) menunjukkan bahwa
biaya premi panenmempunyaipengaruhatautidakterhadapproduksi
sawit. Hal iniberartipeningkatan/penurunanbiaya premi panen
akanmenyebabkanpeningkatanataupenurunanproduksi sawit.
Koefisienregresibiaya pengamanan (b3) menunjukkan bahwa
biaya pengamananmempunyaipengaruhatautidakterhadapproduksi
sawit. Hal iniberartipeningkatan/penurunanbiaya pengamanan
akanmenyebabkanpeningkatanataupenurunanproduksi sawit.
– Uji t
Variabelbiaya pemeliharaan (x1)
Jika H0ditolakdan Ha diterimaberartisecaraparsialbiaya
pemeliharaanberpengaruhsecarasignifikan (nyata) terhadapproduksi
sawit.
Variabelbiaya premi panen (x2)
Jika H0ditolakdan Ha diterimaberartisecaraparsialbiaya premi
panenberpengaruhsecarasignifikan (nyata) terhadapproduksi sawit.
Jika H0ditolakdan Ha diterimaberartisecaraparsialbiaya
pengamananberpengaruhsecarasignifikan (nyata) terhadapproduksi
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. SejarahSingkatKebunSawit Langkat
Unit Kebun Sawit Langkat (SAL) berdiri sejak tanggal 1 Agustus 1974
sebagai salah satu unit usaha dari PNP VIII, karena kerugian yang dialami selama
menjadi unit pengolahan hasil hutan (LOG) maka pada tahun 1979 dikonversi
menjadi Kebun Kelapa Sawit. Pada tahun 1996 Kebun Sawit Langkat menjadi
salah satu dari unit kerja PTP Nusantara IV (hasil gabungan PNP VI, VII, VIII).
Pada tahun 1996 sesuai dengan keputusan Pemerintah RI, Pembantu
Penguasa Barang Inventaris milik negara no.9/1996 tanggal 11 Maret 1996 wujud
konsolidasi BUMN perkebunan adalah peleburan 26 PTP dan satu PT BMT
(BUMN Peternakan) menjadi 14 BUMN baru, dengan nama PTP Nusantara. PTP
VI, VII dan VIII dikelompokkan menjadi PTP Nusantara IV dengan kantor direksi
di Bah Jambi, Pematang Siantar. Jadi terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996,
pembagian wilayah PTP Nusantara IV adalah sebagai berikut :
Wilayah I : PTP VII
Wilayah II : PTP VI
Wilayah III : PTP VIII
PTPN IV kebun Sawit Langkat ini terletak di propinsi Sumatera Utara
yang merupakan salah satu unit usaha dari PTPN IV dimana pada tahun 2003
5.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PTPN IV Kebun Sawit Langkat adalah perusahaan yang bergerak dibidang
pengolahan minyak kelapa sawit yang diolah menjadi minyak sawit (CPO) dan
inti sawit. Sawit Langkat ini memiliki 6015 Ha tanaman sawit. Area lain-lain
(Emplasment, PKS dan Jalan) adalah 1044,60 Ha.
PTPN IV Sawit Langkat juga memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit
(PKS) sendiri. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) kebun Sawit Langkat ini mempunyai
kapasitas 20 ton TBS/jam.
5.3. Organisasi dan Manajemen
5.3.1. Struktur Organisasi
Struktur organiasi yang digunakan oleh PTPN IV Kebun Sawit Langkat
adalah struktur lini dan fungsional. Pimpinan tertinggi dipegang oleh seorang
manajer dan dibantu oleh beberapa staf serta sejumlah bawahan yang
masing-masing memberi pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada atasan.
Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Manajemen organisasi yang baik akan memberikan pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab proporsional kepada setiap individu organisasi.
Pembagian tugas adalah pemecahan tugas sedemikian rupa sehingga individu
adalam organisasi bertanggung jawab pada apa yang dikerjakan dalam melakukan
kegiatan tertentu. Jadi pembagian tugas merupakan spesialisasi orang dan
Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing jabatan pada
PTPN IV Sawit Langkat.
a. Manajer Unit
Manajer unit bertanggungjawab atas leuruh kelancaran produksi sesuai
dengan anggaran yang telah ditetapkan serta melaporkan kegiatan yang
ada pada direksi.
Adapun tugas manajer unit adalah sebagai berikut :
1. Menandatangani surat-surat keluar dan laporan-laporan.
2. Mendelegasikan tugas-tugas dan mengarahkan kegiatan-kegiatan
kepada setiap kepala dinas.
3. Menginstruksikan pembayaran-pembayaran dan pertanggungjawaban
pengeluaran.
4. Meneliti dan melengkapi penyusunan anggaran belanja dan
mengajukannya kepada direksi.
5. Mengevaluasi seluruh implementasi dan realisasi rencana kerja.
b. Kepala Dinas Tanaman
Kepala Dinas Tanaman bertanggung jawab kepada manajer serta
mengkoordinir dan mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan
pemeliharaan tanaman di setiap afdeling. Adapun tugas dari kepala dinas
tanaman adalah sebagai berikut :
1. Memberikan petunjuk penyusunan anggaran tanaman.
3. Mengkoordinir pekerja di bagian tanaman serta mengawasi kegiatan
dari pekerja.
c. Kepala Dinas Teknik (KDT).
Bagian teknik dikepalai oleh Kepala Dinas Teknik (KDT) yang
membawahi bagian bengkel umum/motor, dan bagian CD/transport.
Adapun tugas dari Kepala Dinas Teknik adalah sebagai berikut :
1. Memberikan petunjuk penyusunan anggaran tanaman.
2. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan teknik.
3. Mengkoordinir seluruh asisten yang dibawahinya untuk menjalin
kerjasama agar tercapai target yang ditetapkan oleh manajer.
4. Membuat rencana kebutuhan serta pemakaian bahan peralatan untuk
kelancaran pekerjaan.
5. Membuat laporan pertanggungjawaban kerja kepada manajer.
d. Kepala Dinas Pengolahan (KDP)
Bagian pengolahan dikepalai oleh Kepala Dinas Pengolahan yang
bertanggung jawab kepada manajer tentang kelancaran dari proses
produksi di pabrik. Adapun tugas dari Kepala Dinas Pengolahan adalah
sebagai berikut :
1. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan di
bidang pengolahan dan laboratorium.
2. Mengkoordinid seluruh asisten yang dibawahinya untuk menjalin
kerjasama agar tercapai target yang ditetapkan oleh manajer.
4. Menyusun anggaran bagi pengolahan dan membina kerjasama
yang baik terhadap bagian-bagian lain.
5. Membuat laporan pertanggungjawaban kerja kepada manajer.
e. Kepala Tata Usaha (KTU)
Kepala Tata Usaha bertanggungjawab kepada manajer atas kelancaran
administrasi, keuangan dan kesejahteraan karyawan. Adapun tugas dari
Kepala Tata Usaha adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan
bidang administrasi dan keuangan.
2. Mengkoordinir laporan bulanan dan tahunan atas anggaran
kegiatan di pabrik.
3. Menyusun rancangan anggaran belanja.
4. Menganalisa dan memberikan tindakan perbaikan terhadap
administrasi pabrik.
5. Menerbitkan laporan pertanggung jawaban bulanan, triwulan,
semester dan tahunan.
6. Kontrol dalam setiap biaya dan akuntansi sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
f. Asisten SDM dan Umum
Bagian SDM memberi saran/usulan kepada manajer. Adapun tugas dari
bagian SDM adalah sebagai berikut :
1. Mengeluarkan surat peringatan atau pemberhentian kepada
karyawan sesuai dengan persetujuan manajer.
3. Mengurus penerimaan tenaga kerja baru.
g. PAPAM
PAPAM (Perwira Pengaman) bertanggung jawab kepada manajer atas
keamanan di pabrik. Adapun tugas dari PAPAM adalah :
1. Menyusun rencana kerja di bidang keamanan.
2. Mengkoordinir petugas keamanan.
3. Melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengamanan terhadap aset
pabrik.
4. Membuat laporan pertanggung jawaban bidang keamanan kepada
manajer.
h. Asisten Bengkel Umum/Motor
Asisten bengkel umum/motor bertanggung jawab kepada kepala dinas
teknik atas kegiatan yang dilakukan. Adapun tugas dari asisten bengkel
umum/motor adalah sebagai berikut :
1. Mengkoordinir perbaikan dan perawatan mesin, peralatan serta
kendaraan yang digunakan oleh perusahaan.
2. Menyusun program perawatan mesin dan peralatan pabrik serta
kendaraan.
3. Membuat laporan pertanggung jawaban hasil kerja kepada kepala
dinas teknik.
i. Asisten Transport
Asisten CD/Transport bertanggung jawab kepada kepala dinas teknik atas
kegiatan yang dilakukan. Adapun tugas dari asisten CD/Transport adalah
1. Membuat perencanaan tentang perawatan dan perbaikan bangunan
pabrik.
2. Mengkoordinasi dan mengawasi pekerja dilapangan setiap hari.
3. Meninjau sesta merencanakan perbaikan untuk perumahan
karyawan yang rusak.
4. Membuat laporan pertanggung jawaban hasil kerja kepada kepala
dinas teknik.
j. Asisten PKS
Asisten PKS bertanggung jawab kepada kepala dinas pengolahan atas
kegiatan bagian produksi. Adapun tugas dari asisten PKS adalah sebagai
berikut :
1. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan
dibidang pengolahan dan laboratorium.
2. Mengkoordinir seluruh karyawan bagian produksi agar tercapai
target yang ditetapkan oleh perusahaan.
3. Bertanggung jawab atas hasil produksi.
4. Membuat laporan pertanggung jawaban hasil kerja kepada kepala
dinas pengolahan.
5.3.3. Jam Kerja
Jam kerja yang berlaku pada Kebun Sawit Langkat dibagi atas dua bagian
yaitu :
Untuk bagian kantor, jam kerja hanya ada satu shift dengan 7 jam per hari dan 40
jam kerja per minggu adalah sebagai berikut :
- Hari Senin s/d Kamis
Pukul 06.30 – 09.30 kerja aktif
Pukul 09.30 – 10.30 istirahat
Pukul 10.30 – 15.30 kerja aktif
- Hari Jum’at
Pukul 06.30 – 09.30 kerja aktif
Pukul 09.30 – 10.30 istirahat
Pukul 10.30 – 12.00 kerja aktif
- Hari Sabtu
Pukul 06.30 – 09.30 kerja aktif
Pukul 09.30 – 10.30 istirahat
Pukul 10.30 – 13.00 kerja aktif
b. Bagian Pabrik
Untuk bagian pabrik pekerja dibagi atas dua shift, yaitu shift I dan shift II yang
bergantian sekali seminggu. Jika shift I bekerja pada siang hari maka shift II
bekerja pada malam hari, dan sebaliknya. Shift I masuk jam 06.30 s/d jam 17.00
dan shift II masuk jam 17.00 s/d jam 05.00 pagi. Untuk istirahat bagi pekerja
pabrik tidak sama di setiap stasiun. Hari kerja untuk bagian pabrik sama dengan
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini secara khusus dianalisis 5(lima) variabel yang berpengaruh
besar terhadap tingkat produktivitas, yakni :
a. Biaya Pemeliharaan (X1)
b. Biaya Premi Panen (X2)
c. Biaya Pengamanan (X3)
Pada tahapan analisis ini faktor lingkungan dan faktor bahan tanaman
tidak dibahas secara mendetail.Faktor tanah dan topografi, lahan gambut dan
pengaruh musim kering tentu sulit untuk dikendalikan.Sedangkan faktor pengaruh
bahan tanaman, pihak pengelola Kebun Sawit Langkat selalu menggunakan bibit
sawit unggul. Sedangkan analisis sumber daya manusia dibatasi pada sistem
rekrutmen, pelatihan dan penempatan kerja sudah sesuai dengan standar yang
diharapkan.
6.1. Kondisi Tanaman di Kebun Sawit Langkat
Sejak tahun 1980 sampai sekarang bahan tanaman kelapa sawit digunakan
di Kebun Sawit Langkat adalah Dura x Pisifera karena rendemennya dapat
mencapai 22% - 24% dan produktivitas rata-rata dalam satu siklus dapat mencapai
26 ton TBS/Ha/Tahun atau produksi puncak dapat mencapai 30 ton
TBS/Ha/Tahun. Perlu diketahui bahwa tanaman yang digunakan di Indonesia
antara 1948 – 1971 adalah Dura x Tenera yang rendemennya sekitar 18% - 20%
semua bahan tanaman Dura x Pisifera di Kebun Sawit Langkat baik.Berikut ini
komposisi umur tanaman kelapa sawit di Kebun Sawit Langkat.
Tabel 6.1. Komposisi Tanaman Kelapa Sawit Kebun Sawit Langkat Tahun 2010
Tahun Tanam Luas (Ha) Pokok Produksi
Jumlah Pkk/Ha
Sumber : Kebun Sawit Langkat, 2011
Dari Tabel 6.1. terlihat, umur tanaman mulai 31 tahun, kondisi ini tentunya
sudah tidak maksimal produktivitasnya. Dari total 3.146 Ha Tanaman
Menghasilkan (TM) sebanyak 2.561 Ha merupakan tanaman yang ditanaman
sejak tahun 1980 hingga 1984, sedangkan sebanyak 585 Ha dan 324 Ha
merupakan tanaman yang ditanam pada tahun 2006 dan tahun 2007.
6.2. Sistem Pemeliharaan di Kebun Sawit Langkat
Kondisi tanaman kelapa sawit yang sudah tua tentunya butuh sistem
pemeliharaan yang tepat.Sistem pemeliharaan yang efektif mulai dari pembibitan,
TBM dan TM sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktivitas
tanaman kelapa sawit dimasa yang akan datang.
Selain biaya pemeliharaan yang dikeluarkan kebun sawit langkat tidak
termasuk biaya pemupukan, terdiri dari :
1) Biaya pembelian peralatan seperti dodos, egrek, cangkul, golok, sabit,
gerobak dorong, tali rapia.
3) Biaya pengendalian tanaman rambat.
4) Biaya pemantauan dan pengendalian hama dan penyakit.
5) Biaya penggarukan piringan.
Berikut ini diuraikan jumlah biaya pemeliharaan di Kebun Sawit Langkat
pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2.Biaya Pemeliharaan di Kebun Sawit LangkatTahun 2006 - 2010
Tahun Biaya Pemeliharaan (Rp)
2006 9.173.201.226
2007 7.878.247.420
2008 9.118.267.227
2009 8.176.744.013
2010 7.479.452.568
Sumber : Kebun Sawit Langkat, 2011
6.3. Sistem Pemupukan di Kebun Sawit Langkat
Biaya pemupukan berkisar 40%-60% dari biaya pemeliharaan atau sekitar
20% dari biaya produksi. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit dilakukan dalam
6 (enam) bulan sekali (1 tahun 2 kali), yaitu pada bulan Maret dan September
untuk tanaman menghasilkan (TM).
Aplikasi pemupukan sesuai dengan Rekomendasi dari Pusat penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) untuk satu kali aplikasi dengan pemberian 1 Kg urea/pokok,
1 Kg TSP/pokok, 1 Kg KCL/pokok, 1 Kg Kieserite/pokok (tabur), diharapkan
dapat memberikan peningkatan produksi berupa perbaikan kualitas Tandan Buah
Segar (TBS) dalam bentuk bobot dan volume TBS. Dosis sesuai analisis tanah dan
daun sesuai pada tiap-tiap blok.
Ditinjau dari segi kebutuhan hara bagi tanaman, maka faktor yang
digunakan sebagai pendekatan adalah faktor keseimbangan hara serta kaitannya
aplikasi pemupukan yang tepat dan berkesinambungan agar kualitas produksi
kelapa sawit optimal.
Di kebun sawit Langkat, aplikasi pemupukan pada tahun tanam 1980,
1981, 1982, 1983 dan 1984 terakhir kali dilaksanakan pada tahun 2005. Kondisi
ini tentu menyebabkan kualitas produksi kelapa sawit yang rendah, sehingga TBS
yang dihasilkan tidak sesuai harapan. Akibatnya ketersediaan stok buah dipohon
sangat minim akibat kurangnya pemupukan sehingga pada umumnya bunga yang
terbentuk adalah bunga jantan.
6.4. Sistem Pengamanan Produksi di Kebun Sawit Langkat
Dewasa ini angka kehilangan produksi di Kebun Sawit Langkat yang
diakibatkan oleh pencurian dan penyerobotan lahan semakin mempengaruhi
tingkat produksi. Pencurian tandan buah segar (TBS), dari pohon, dari TPH, dan
pencurian brondolan dari TPH, dari piringan pokok dan sebagainya bukanlah
semata-mata tanggung jawab aparat keamanan seperti Hansip, Satpam atau Polisi.
Banyak hal yang sifatnya preventif sudah dilakukan untuk mencegah timbulnya
pencurian.
Berbagai upaya preventif telah dilakukan Kebun Sawit Langkat untuk
pengamanan produksi adalah sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi lintas sektoral dengan aparat keamanan baik
kepolisian maupun masyarakat setempat.
b. Dalam upaya mencegah pencurian di daerah rawan pencurian, misalnya
daerah perkampungan rakyat, jalan keluar yang rawan, jauh dari
daripada pencuri. Pengangkutan buah di TPH harus mendahulukan TPH
sekitar daerah rawan tersebut.
c. Untuk menghindari kesempatan atau peluang pencurian buah di TPH
perlu menghindarkan adanya buah restan atau menginap dilapangan. Hal
ini harus didukung dengan sarana angkutan yang cukup, jalan produksi
yang bagus dan koordinasi panen angkut dan olah yang baik.
Dalam melaksanakan berbagai upaya preventif tersebut tidak sedikit dana
yang dikeluarkan, seperti terlihat pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3.Biaya Pengamanan Produksi di Kebun Sawit Langkat Tahun 2006 - 2010
Sumber : Kebun Sawit Langkat, 2011
6.5. Sistem Premi Panen di Kebun Sawit Langkat
Kebijaksanaan sistem premi panen di Kebun Sawit Langkat ternyata
membawa pengaruh terhadap efektivitas panen, bahkan langsung berpengaruh
terhadap tingkat capaian produksi.Kerugian produksi dapat mencapai sekitar
5%-10% jika tidak dikendalikan secara efektif.
Selama ini sistem premi panen di Kebun Sawit Langkat kurang efektif
antara lain disebabkan oleh :
a. Basis Borong Semester I 370 Kg dan Semester II 430 Kg
b. Nilai Premi Panen rata rata Rp. 42,5/Kg
c. Nilai Premi Pengutipan Brondolan untuk tanaman tua Rp. 150/Kg dan
tanaman muda Rp. 125/kg.
Dengan sistem premi panen ini akan menguntungkan pihak karyawan
panen dan sekaligus pihak perusahaan. Sistem premi panen selamam ini sangat
dipengaruhi oleh niaya premi panen di Kebun Sawit Langkat cenderung naik
turun. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Biaya Premi Panen di Kebun Sawit LangkatTahun 2006 - 2010
Tahun Biaya Premi Panen (Rp)
2006 3.329.373.875
2007 2.657.723.275
2008 2.953.577.248
2009 2.902.394.843
2010 2.207.630.132
Sumber :TD.11 Kebun Sawit Langkat
6.6. Hasil Uji Statistik
Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini adalah uji statistik terhadap
variabel yang berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit.Sebelum
dilakukan uji statistik, terlebih dahulu disusun nilai dari tiap variabel, seperti
terlihat pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5.Variabel Faktor-Faktor X1– X4 yang berpengaruh terhadap
Produksi Kebun Sawit Langkat 2006 9.173.201.226 0 3.329.373.875 1.913.536.567 79.634 2007 7.878.247.420 0 2.657.723.275 1.846.085.235 52.733 2008 9.118.267.227 0 2.953.577.248 1.751.135.310 50.923 2009 8.176.744.013 0 2.902.394.843 1.776.248.841 51.085 2010 8.479.452.568 0 2.207.630.132 1.779.361.665 37.971
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011
Dari Tabel 6.5. terlihat bahwa variabel X2 yakni Biaya Pemupukan karena
tidak pernah dilaksanakan pada tahun 2006 hingga 2010, sehingga dalam
pengolahan data melalui SPSS versi 17 variabel ini dihilangkan. Data yang akan
Tabel 6.6.Variabel Faktor-Faktor X1– X3 yang berpengaruh terhadap 2006 9.173.201.226 3.329.373.875 1.913.536.567 79.634 2007 7.878.247.420 2.657.723.275 1.846.085.235 52.733 2008 9.118.267.227 2.953.577.248 1.751.135.310 50.923 2009 8.176.744.013 2.902.394.843 1.776.248.841 51.085 2010 8.479.452.568 2.207.630.132 1.779.361.665 37.971
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011
6.6.1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan
model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi
distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data
yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah
data yang memiliki distribusi normal.Hasil uji normalitas data dengan
Nonparametrik Test seperti terlihat pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7.Uji Normalitas Data
Mean 8.5652E9 2.8101E9 1.8133E9 5.4469E7
Std.
Dari Tabel 6.7. diperoleh nilai rata-rata dan standar deviasi dari tiap
variabel. Untuk mengetahui data yang diuji normal atau tidak dapat dilihat pada
Asymp. Sig. (2-tailed)diperoleh nilai 0,948 pada variabel X1, nilai 0,994 pada
variabel X2, nilai 0,774 pada variabel X3, serta nilai 0,590 pada variabel Y. Dari
kelima nilai pada variabel tersebut nilai Asymp. Sig. (2-tailed) diatas nilai alpha
0,05% yang berarti bahwa distribusi data normal.
6.6.2. Analisis Korelasi Pearson
Untuk mengetahui hubungan antar variabel. Berikut ini ditampilkan hasil
Tabel 6.8. Hasil Output untuk Nilai Korelasi Pearson
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011
Berkenaan dengan besaran angka. Angka korelasi untuk Pearson berkisar
pada 0 (tidak ada korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna). Sebagai
pedoman sederhana, angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup
kuat, sedang dibawah 0,5 korelasi lemah. Tanda korelasi juga berpengaruh pada
berlawanan, sedangkan tanda + (positif) menunjukkan arah hubungan yang sama.
(Santoso, 2011).
Koefisien Korelasi Biaya Pemeliharaan dengan Produksi
Pada Tabel 6.8. koefisien korelasi Biaya Pemeliharaan dengan Produksi
menunjukkan angka 0,495 yang berarti menunjukkan hubungan yang sama
atau searah, dan berkorelasi lemah karena dibawah 0,5. Dapat disimpulkan
bahwa biaya pemeliharaan yang telah dikeluarkan oleh Kebun Sawit
Langkat dapat meningkatkan produksi, dan hubungan yang lemah antara
biaya pemeliharaan dengan produksi.
Koefisien Korelasi Biaya Premi Panen dengan Produksi
Pada Tabel 6.8. koefisien korelasi Biaya Premi Panen dengan Produksi
menunjukkan angka 0,888 yang berarti menunjukkan hubungan yang sama
atau searah, dan berkorelasi kuat karena diatas 0,5 dan mendekati 1. Dapat
disimpulkan bahwa biaya premi panen yang telah dikeluarkan oleh Kebun
Sawit Langkat dapat meningkatkan produksi, dan hubungan yang kuat
antara biaya premi panen dengan produksi.
Koefisien Korelasi Biaya Pengamanan dengan Produksi
Pada Tabel 6.8. koefisien korelasi Biaya Pengamanan dengan Produksi
menunjukkan angka 0,834 yang berarti menunjukkan hubungan yang sama
atau searah, dan berkorelasi kuat karena diatas 0,5. Dapat disimpulkan
bahwa biaya pengamanan yang telah dikeluarkan oleh Kebun Sawit
Langkat dapat meningkatkan produksi, dan hubungan yang kuat antara
6.6.3. Analisis Regresi Berganda
Regresi berganda digunakan pada penelitian yang memliki jumlah variabel
independen lebih dari satu. Hasil dari uji regresi berganda dapat dilihat pada Tabel
6.9.
Tabel 6.9. Hasil Output untuk Nilai Koefisien
Coefficientsa
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011
Persamaan regresi pada penelitian ini adalah :
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Y’ =-2,553E8+0.003X1+0,20X2+0.124X3
Persamaan tersebut sesuai dengan Tabel 6.14.dapat dijelaskan sebagai berikut :
Konstanta sebesar -2,553E8 artinya jika X1,X2, dan X3 nilainya 0, maka
produksi sawit (Y) nilainya adalah -2,553E8.
Koefisien regresi variabel Biaya Pemeliharaan (X1) sebesar 0,003 artinya
jika variabel independen lain nilainya tetap dan biaya pemeliharaan (X1)
peningkatan sebesar 0,003%. Koefisien bernilai positif artinya terjadinya
hubungan positif antara biaya pemeliharaan (X1) dengan produksi sawit,
semakin naik biaya pemeliharaan (X1) maka semakin naik produksi sawit.
Koefisien regresi variabel biaya premi panen (X2) sebesar 0,020 artinya
jika variabel independen lainnya tetap dan biaya premi panen mengalami
kenaikan 1% maka produksi sawit akan mengalami peningkatan sebesar
0,020%, koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
biaya premi panen dengan produksi sawit, semakin naik biaya premi panen
maka semakin meningkat produksi sawit
Koefisien regresi variabel biaya pengamanan (X3) sebesar 0,124 artinya
jika variabel independen lainnya tetap dan biaya pengamanan mengalami
kenaikan 1%maka produksi sawit akan mengalami peningkatan sebesar
0,124%, koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
biaya pengamanan dengan produksi sawit, semakin naik biaya
pengamanan maka semakin meningkat produksi sawit
Dari Tabel 6.9. variabel biaya pengamanan merupakan variabel yang
paling berpengaruh karena memiliki nilai koefisien tertinggi dibanding variabel
lain yakni 0,124sedangkan biaya pemeliharaan merupakan variabel yang paling
rendah mempengaruhi produksi di Kebun Sawit Langkat dengan nilai 0,003.
6.6.4. Uji Nyata (Uji t)
Dari Tabel 6.9. diperoleh hasil t hitung dari setiap variabel, sedangkan
nilai t tabel diperoleh berdasarkan rumus df=n-k, dimana n adalah jumlah data
yang diobservasi yakni 5 tahun dan k adalah jumlah variabel independen dan