• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Narapidana Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi di LAPAS Labuhan Ruku)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Narapidana Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi di LAPAS Labuhan Ruku)"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP NARAPIDANA

SEBAGAI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995

TENTANG PEMASYARAKATAN

(Studi di LAPAS Labuhan Ruku)

TESIS

OLEH

K H A I D I R

107005097/HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP NARAPIDANA

SEBAGAI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995

TENTANG PEMASYARAKATAN

(Studi di LAPAS Labuhan Ruku)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH K H A I D I R 107005097/HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

NARAPIDANA SEBAGAI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi di LAPAS Labuhan Ruku)

Nama Mahasiswa : KHAIDIR Nomor Pokok : 107005097 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH Ketua

)

(Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum) (Dr. Marlina, SH., M.Hum Anggota Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH) (Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum)

(4)

Telah diuji pada Tanggal : 31 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum 2. Dr. Marlina, SH, M.Hum

(5)

ABSTRAK

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada setiap manusia yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara sekalipun terhadap seorang narapindana. Perlindungan HAM terhadap narapidana menunjukkan asas penghormatan terhadap hak asasi narapidana sebagai salah satu perkembangan dalam pemidanaan. Timbulnya permasalahan yang dapat menjadi kendala terhadap pelaksanaan perlindungan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan, seperti : jumlah warga binaan yang melebihi kapasitas, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya SDM petugas, masih adanya tindakan kekerasan demi untuk keamanan dan ketertiban, masih adanya ketidak sesuaian antara keinginan dan kenyataan, sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian ini untuk menganalisis kaidah-kaidah hukum yang berkenaan

dengan perlindungan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan, untuk menganalisis tentang pelaksanaan perlindungan HAM bagi narpidana di

lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, untuk menemukan dan menganalisis hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan perlindungan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku sekaligus upaya-upaya untuk mengatasinya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan didukung oleh penelitian hukum empiris, yang dilakukan dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui asas-asas hukum serta mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan tentang perlindungan HAM, tentang Pemasyarakatan dan bahan-bahan hukum lainnya serta didukung oleh data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa informen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlindungan HAM bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan telah diatur dalam berbagai instrumen hukum internasional maupun instrumen hukum nasional. Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku dalam melaksanakan pemenuhan hak-hak narapidana berpedoman kepada peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan diantaranya : kurangnya pemahaman petugas terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia, serta wujud nyata HAM dalam pelaksanaan tugas pemasyarakatan disusun hanya bersifat sederhana.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku berupaya menggunakan seluruh potensi yang ada, mengambil langkah kebijakan yang tidak melanggar aturan serta memaksimalkan peran serta masyarakat dan institusi pemerintah lainnya, khususnya di wilayah lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku berada.

(6)

ABSTRACT

The Human rights are a set of rights that is inherent in every human being must be respected, upheld and protected by the State's high though against a convict. Protection of human rights of a convict shows the principle of respect of the rights of any convicts as one of developments in punishment. the onset of problems that could become obstacle to the implementation of the protection of human rights for any convict in the socialization institution, such as: the number of citizens that exceed the capacity of the building, lack of infrastructure and facilities, the lack of human resources officers, still a glaring discrepancy between desire and reality, so the researchers feel interested to do this research.

This research was to analyze the legal norms with regard to the protection of human rights for any convict in the socialization institution, to analyse the implementation of the protection of human rights for any convict in the socialization institution of Labuhan Ruku, to find and analyze barriers that exist in the implementation of the protection of human rights for any convict in the socialization institution of Labuhan Ruku and efforts to overcome it.

This research uses the normative legal research methods and backed by empirical legal research, conducted by analyzing problems in research through the principles of law and refers to the legal norms contained in the legislation on the protection of human rights, about of socialization institution and other legal materials as well as supported by data obtained from the results of interviews with several informen.

The results showed that the protection of human rights for a convict in the socialization institution has been provided for in the instruments of international law as well as instruments of national law. The socialization institution of Labuhan Ruku is the fulfillment of the rights of inmates are based upon the rules of applicable legislation, but in practice there are still various obstacles such as: lack of understanding of the provisions and regulations attendant policies, lack of infrastructure and facilities are available, as well as a manifestation of real human rights in the implementation of tasks of socialization compiled only modest.

To overcome these barriers to be socialization institution of Labuhan Ruku is attempting to use the entire potential that exists, taking a step that does not violate policy and rules as well as the community and maximizing the role of other government institutions, particularly in the area of the socialization institution of Labuhan Ruku to be located.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT peneliti panjatkan serta selawat dan salam atas junjungan nabi Muhammad SAW, akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Permasalahan-permasalahan yang timbul sehubungan dengan pembinaan, pengamanan yang bersinggungan dengan perlindungan dan pemenuhan HAM terhadap narapidana di LAPAS Labuhan Ruku sebagai awal dari ketertarikan peneliti sebagai seorang pegawai negeri di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM, untuk mengkaji lebih jauh tentang apa, mengapa dan bagaimana perlindungan HAM terhadap narapidana tersebut, maka dibuatlah Tesis ini dengan judul “Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Narapidana Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi di LAPAS Labuhan Ruku)”

Dalam proses pengajuan Tesis ini, peneliti banyak mengucapkan terima kasih kepada yang sangat dihormati :

1. Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, D.T.M & H, M.Sc. (C.T.M), Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

(8)

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penelitian ini;

4. Dr. Marlina, SH, M.Hum dan Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan semangat, motivasi, arahan, masukan, petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran;

5. Dr. Madiasa Ablisar, SH, MS dan Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum sebagai dosen penguji yang banyak memberikan masukan untuk perbaikan penulisan;

6. Prof. Dr. M. Solly Lubis, SH, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Prof. Dr. Alvi Syahrin, S H, MS, Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum, sebagai tokoh pendidik yang peneliti kagumi, mereka telah memberikan pengetahuan dan membagi pengalaman yang positif;

7. Terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh Guru Besar, dosen serta staf dilingkungan Pasca Sarjana Fakultas Hukum USU yang telah banyak memberikan sumbangsihnya bagi terselesaikannya tesis ini;

(9)

perkuliahan dan sekaligus telah memberikan masukan tentang kondisi LAPAS yang menjadi bahan analisis dalam penelitian ini, Ka KPLP, bapak Sutopo Berutu, Amd. IP, S.Sos, M.Si, bapak Jipen Purba, SH selaku atasan langsung dan rekan sejawat bapak Halimsyah atas pengertian dan dukungannya, bapak J. Sitepu dan juga bapak Parlindungan Siregar Amd.IP, SH, yang telah banyak membantu memberikan masukan berupa informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

9. Khusus kepada Istri tercinta Sri Listiawati, S.Pd yang penuh kesabaran dan rasa cinta yang dalam, telah mendampingi baik dalam susah maupun senang, waktu untuk bersama keluarga yang telah tersita demi penyelesaian tesis ini.

10.Buah hati tersayang Icha prilliskha, Bayu Febrilliandika, Yuliskha putri, merupakan sumber inspirasi untuk terus maju walaupun dengan suka cita. 11.Teristimewa Ibunda yang mulia Ibu Hasnah yang telah mendoakan siang

(10)

Akhirnya sebagai manusia yang lemah dan serba berkekurangan, dengan penuh kerendahan hati, kepada Allah SWT peneliti mohon ampun atas segala kesalahan dan mohon maaf atas kekhilafan.

Wassalamualikum Wr. Wb Medan, 29 Juli 2012

Peneliti;

(11)

RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : K H A I D I R

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 17 Agustus 1971 Pekerjaan : PNS

Agama : Islam Nama Ayah : Abdul Muat Nama Ibu : Hasnah Istri : Sri Listiawati

Anak : 1. Icha Prilliskha Yunisti 2. Bayu Febrilliandikha 3. Yuliskha Putri Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia

II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 1. Pendidikan Dasar dan Menengah Umum

a. SD : SDN Rimba Raya, Aceh Tengah lulus tahun 1984

b. SLTP : Madrasah Tsanawiyah Proyek Depag, Medan lulus tahun 1987

c. SLTA : Madrasah Aliyah Yaspi, Medan lulus tahun 1990

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .... ... i

ABSTRACT .... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Perumusan Masalah ………. 12

C. Tujuan Penelitian ………. 13

D. Manfaat Penelitian ……….. 13

E. Keaslian Penelitian ……….. 14

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual ………. 16

1. Kerangka Teori ………. 16

2. Kerangka Konseptual ……… 30

G. Metode Penelitian ………. 33

1. Jenis dan Sifat Penelitian ……… 33

2. Sumber Data ……….. 34

3. Teknik Pengumpulan Data ………. 36

(13)

BAB II : PENGATURAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ……….. 39 A. Instrumen Hukum Internasional Tentang Hak Asasi Manusia

Bagi Narapidana ... 39 1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal

Declaration Of Human Rights) ……… 39

2. Peraturan-Peraturan Standart Minimum Bagi Perlakuan Terhadap Narapidana (Standart Minimum Rules for The

Treatment of Prisoners) ……….. 41

3. Prinsip-Prinsip Utama Untuk Perlindungan Semua Orang dari Segala Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan (Body of Principles for the Protektion of All Persons Under Any

Form of Detention or Imprisonment) ……….. 44

4. Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik

(Internasional Convenant on Civil and Political Rights) …. 46 B. Analisis Instrumen Hukum Internasional Tentang Hak Asasi

Manusia Bagi narapidana ... 47 C. Perangkat Hukum Nasional Tentang Hak Asasi Manusia Bagi

Narapidana ………. 48 1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ……… 48 2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) …………. 50 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan ………. 57 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia ……… 62 5. Peraturan-Peraturan Lain yang Terkait dan Berpengaruh

Terhadap Perlindungan Hak Asasi Manusia bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan ……….. 69

(14)

BAB III : PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

LABUHAN RUKU ……… 81

A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku... 81

1. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA. 81 2. Tusi (Tugas dan Fungsi) Dari Masing-Masing Struktur Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA ……….. 82

3. Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan dan Sarana Pengamanan yang Dipergunakan Guna Menunjang Keamanan dan Ketertiban Di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku ……… 87

B. Pelaksanaan Perlindungan Hask Asasi Manusia Bagi Narapidana Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku ……….. 99

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN LABUHAN RUKU DAN UPAYA-UPAYA MENGATASINYA 113

A. Hambatan ……….. 113

1. Hambatan Yuridis ………. 115

2. Hambatan Non Yuridis ………. 116

A. Internal ….……… 116

B. External……….. 119

B. Upaya Mengatasi Hambatan ………. 121

1. Upaya Mengatasi Hambatan Yuridis... 121

2. Upaya Mengatasi Hambatan Non Yuridis………. 121

A. Internal……….. 121

(15)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 127

A. Kesimpulan 127

B. Saran 130

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA 82 Tabel 2. Jumlah Tahanan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Jenis

Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku, pada Bulan April 2012

87

Tabel 3. Jumlah Narapidana Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Masa Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku, pada Bulan April 2012

88

Tabel 4. Jumlah Tahanan Usia Anak Berdasarkan Jenis Tindak Pidana, Jenis Tahanan dan Jenis Kelamin di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku, pada Bulan April 2012

89

Tabel 5. Jumlah Tahanan Usia Dewasa Berdasarkan Jenis Tindak Pidana, Jenis Tahanan dan Jenis Kelamin di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku, pada Bulan April 2012

90

Tabel 6. Jumlah Narapidana Usia Anak Berdasarkan Jenis Tindak Pidana, Jenis Kelamin dan Masa Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku, pada Bulan April 2012

91

Tabel 7. Jumlah Narapidana Usia Dewasa Berdasarkan Jenis Tindak Pidana, Jenis Kelamin dan Masa Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku, pada Bulan April 2012

92

Tabel 8. Data Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku yang Mengikuti Pelatihan, pada Bulan April 2012

103

Tabel 9. Warga Binaan Pemasyarakatan yang Mengikuti Kegiatan Pembinaan Keperibadian, pada Bulan April 2012

104

Tabel 10 Narapidana yang Mengikuti Bimbingan dan Pelatihan Keterampilan, pada Bulan April 2012

106

Tabel 11 Data Pemberian Hak-Hak Narapidana Berupa Asimilasi, Cuti Bersyarat (CB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), Pembebasan Bersyarat (PB), dan Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK), yang di Usulkan dan yang Telah Dilaksanakan, pada Bulan April 2012

(17)

ABSTRAK

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada setiap manusia yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara sekalipun terhadap seorang narapindana. Perlindungan HAM terhadap narapidana menunjukkan asas penghormatan terhadap hak asasi narapidana sebagai salah satu perkembangan dalam pemidanaan. Timbulnya permasalahan yang dapat menjadi kendala terhadap pelaksanaan perlindungan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan, seperti : jumlah warga binaan yang melebihi kapasitas, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya SDM petugas, masih adanya tindakan kekerasan demi untuk keamanan dan ketertiban, masih adanya ketidak sesuaian antara keinginan dan kenyataan, sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian ini untuk menganalisis kaidah-kaidah hukum yang berkenaan

dengan perlindungan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan, untuk menganalisis tentang pelaksanaan perlindungan HAM bagi narpidana di

lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, untuk menemukan dan menganalisis hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan perlindungan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku sekaligus upaya-upaya untuk mengatasinya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan didukung oleh penelitian hukum empiris, yang dilakukan dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui asas-asas hukum serta mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan tentang perlindungan HAM, tentang Pemasyarakatan dan bahan-bahan hukum lainnya serta didukung oleh data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa informen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlindungan HAM bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan telah diatur dalam berbagai instrumen hukum internasional maupun instrumen hukum nasional. Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku dalam melaksanakan pemenuhan hak-hak narapidana berpedoman kepada peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan diantaranya : kurangnya pemahaman petugas terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia, serta wujud nyata HAM dalam pelaksanaan tugas pemasyarakatan disusun hanya bersifat sederhana.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku berupaya menggunakan seluruh potensi yang ada, mengambil langkah kebijakan yang tidak melanggar aturan serta memaksimalkan peran serta masyarakat dan institusi pemerintah lainnya, khususnya di wilayah lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku berada.

(18)

ABSTRACT

The Human rights are a set of rights that is inherent in every human being must be respected, upheld and protected by the State's high though against a convict. Protection of human rights of a convict shows the principle of respect of the rights of any convicts as one of developments in punishment. the onset of problems that could become obstacle to the implementation of the protection of human rights for any convict in the socialization institution, such as: the number of citizens that exceed the capacity of the building, lack of infrastructure and facilities, the lack of human resources officers, still a glaring discrepancy between desire and reality, so the researchers feel interested to do this research.

This research was to analyze the legal norms with regard to the protection of human rights for any convict in the socialization institution, to analyse the implementation of the protection of human rights for any convict in the socialization institution of Labuhan Ruku, to find and analyze barriers that exist in the implementation of the protection of human rights for any convict in the socialization institution of Labuhan Ruku and efforts to overcome it.

This research uses the normative legal research methods and backed by empirical legal research, conducted by analyzing problems in research through the principles of law and refers to the legal norms contained in the legislation on the protection of human rights, about of socialization institution and other legal materials as well as supported by data obtained from the results of interviews with several informen.

The results showed that the protection of human rights for a convict in the socialization institution has been provided for in the instruments of international law as well as instruments of national law. The socialization institution of Labuhan Ruku is the fulfillment of the rights of inmates are based upon the rules of applicable legislation, but in practice there are still various obstacles such as: lack of understanding of the provisions and regulations attendant policies, lack of infrastructure and facilities are available, as well as a manifestation of real human rights in the implementation of tasks of socialization compiled only modest.

To overcome these barriers to be socialization institution of Labuhan Ruku is attempting to use the entire potential that exists, taking a step that does not violate policy and rules as well as the community and maximizing the role of other government institutions, particularly in the area of the socialization institution of Labuhan Ruku to be located.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembicaraan tentang Hak Asasi Manusia (HAM ) mengalami perkembangan yang amat pesat. Pada era reformasi, setiap langkah strategis bangsa Indonesia selalu dikaitkan dengan hak asasi manusia. Penegakan, perlindungan, penghormatan, pemenuhan, pemajuan hak asasi manusia telah menjadi komitmen Negara, pemerintah dan masyarakat Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan institusi dan konstitusi. Hal demikian berdampak pula kepada sistem pemasyarakatan. Semula tugas dan fungsi dari petugas lembaga pemasyarakataan adalah menjaga keamanan, ketertiban dan menjaga prikehidupan serta membina narapidana di lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan maupun cabang rumah tahanan, pada saat ini telah berkembang kearah yang baru yaitu selain mempunyai tugas dan fungsi seperti diatas, pertugas pemasyarakatan juga dituntut untuk memberikan perlindungan hak asasi manusia terhadap narapidana.

Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM memberikan kepastian hukum terhadap perlindungan HAM bagi setiap orang. Narapidana adalah juga seorang manusia, maka HAM terhadap narapidana juga harus dilindungi.

(20)

juga mengatur tentang hak-hak narapidana yaitu yang terdapat pada pasal 14 ayat (1) huruf a sampai m yang harus dipenuhi tanpa mengenal latar belakang kasus/pelanggaran pidananya. Syarat dan tata cara pemberian hak tersebut diatur dengan peraturan pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, yang mana di dalam Peraturan Pemerintah ini mencantumkan syarat tambahan bagi narapidana kasus tertentu. Melihat kenyataan demikian dapat dikatakan bahwa telah terjadi ketidak sesuaian antara undang-undang dengan peraturan pelaksananya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada BAB I, Ketentuan Umum pasal 1, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib di hormati, di junjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Penghormatan dan pemartabatan terhadap HAM merupakan suatu hal yang mulia. Adanya rasa saling menghormati, toleransi diantara sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa dapat memberikan rasa damai bagi siapapun di dunia ini.

1.

2

____________________________

1

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor39 Tahun 1999 tentang HAM.

2

(21)

Pada umumnya pakar hukum Eropa berpendapat bahwa Piagam Magna Charta di Inggris tahun 1215, sebagai proses awal lahirnya HAM. Piagam ini menegaskan bahwa kekuasaan absolut raja Inggris mulai dibatasi. Raja tidak lagi “ kebal hukum” dan harus mempertanggung jawabkan kehidupannya kepada rakyat melalui parlemen. Raja Inggris dapat mendengarkan hati nurani rakyat yang dipimpinnya. Pesan moral dari Piagam Magna Charta adalah jangan ada kesewenang-wenangan dari penguasa karena hal itu berarti merendahkan martabat manusia.

Setelah terjadi Perang Dunia II, pemimpin dan tokoh dunia menyaksikan dampak peperangan yang amat dahsyat dimana yang menjadi korban adalah sebagian besar rakyat yang tidak mengerti apa-apa. Kenyataan ini mendorong PBB untuk mencegah terjadinya perang serta berusaha untuk menciptakan perdamaian dunia. Inspirasi ini melatar belakangi terwujudnya Deklarasi Umum PBB, tentang Hak Asasi Manusia yang ditanda tangani pada tanggal 10 Desember 1948.

3

Pesan moral dari deklarasi ini adalah “ jangan ada perang, jangan ada kesewenang-wenangan dari yang punya kekuatan “, karena itu harus ada usaha yang sungguh-sungguh untuk menjunjung tinggi martabat manusia (human dignity) agar tetap menjadi makhluk mulia.

4

5.

____________________________

3

H Utsman Surur. Dasar-Dasar HAM, Bahan kuliah diklat HAM, (Jakarta : Direktorat Jenderal HAM, 2008), hal. 3.

4

Ibid, hal. 4.

5

(22)

Sejak kemunculannya sampai hari ini HAM telah mengalami perkembangan dan perubahan yang dikenal dengan sebutan generasi HAM, generasi pertama meliputi hak-hak sipil dan politik, generasi kedua meliputi hak-hak sosial, ekonomi dan budaya, akhirnya generasi ketiga memuat sejumlah hak-hak kolektif, seperti: hak atas perkembangan/kemajuan (development) hak atas kedamaian, hak atas lingkungan yang bersih, hak atas kekayaan alam dan hak atas warisan budaya.6

Pemerintah, masyarakat dengan berlandaskan undang-undang wajib melindungi dan menjunjung tinggi HAM, sehingga prinsip-prinsip, manfaat dan kesederajatan yang melekat pada semua umat manusia terlaksana dengan baik, sehingga tidak ada lagi diskriminasi.

Yang ingin dijelaskan bahwa masyarakat dan bangsa-bangsa di dunia ada beraneka ragam, beraneka ragam dalam habitat fisiknya, tradisi kulturalnya, nilai-nilainya, kosmologinya serta pandangannya tentang manusia dan dunia.

Pernyataan yang tertuang dalam Mukaddimah Deklerasi Universal HAM yang diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi Nomor 217 (III). Salah satu kalimat yang menyatakan “ menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan, perdamaian dunia. Menimbang bahwa hak-hak manusia perlu dilindungi dengan peraturan hukum, supaya orang tidak terpaksa memilih jalan pemberontakan sebagai usaha terakhir guna menentang kelaliman dan penjajahan.”7.

____________________________

6

Satjipto Raharjo, Hak Asasi Manusia Dalam Masyarakatnya, dalam Muladi (ed), Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, (Bandung : PT Reflika Aditama, 2009), Hal. 219.

7

(23)

Kalimat-kalimat tersebut adalah pedoman bagi peraturan mengenai HAM yang disesuaikan juga dengan kebutuhan hukum masyarakat dan pembangunan Hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dijelmakan dalam Undang-Undang RI Nomor. 39 Tahun1999 yaitu tentang HAM.

Undang-Undang HAM secara rinci mengatur mengenai hak untuk hidup dan hak untuk tidak dihilangkan paksa dan tidak dihilangkan nyawanya, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintah, hak wanita, hak anak, hak atas kebebasan beragama.

Berbicara tentang HAM maka akan selalu terfokus kepada masalah hak-hak saja, sedangkan disamping itu, tiap-tiap individu juga mempunyai kewajiban, dan tiap-tiap manusia tersebut dituntut untuk melaksanakan kewajiban tersebut, (yakni kewajiban dasar), kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan akan terlaksananya dan tegaknya Hak Asasi Manusia,

8

9

Hak -hak setiap orang harus dilindungi dengan undang-undang, tidak seorangpun boleh dirampas kehidupannya secara sengaja, kecuali dalam pelaksanaan

jadi antara hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia harus berjalan seiring, dengan demikian maka akan dapat tercapai kehidupan yang harmonis antara masyarakat dan pemerintah maupun sesama masyarakat.

____________________________

8

Penjelasan atas Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. 9

(24)

hukum oleh pengadilan setelah ia diadili untuk suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman berdasarkan undang-undang.

Perlunya implementasi akan kedudukan HAM dalam setiap insan adalah sebuah pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya kerjasama, yang melibatkan aparat yang berhubungan dengan penegakan HAM dan rentan dengan pelanggaran HAM.

10

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Penelitian ini khusus membahas mengenai HAM terhadap narapidana sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), yang dalam kesehariannya harus dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum (dalam hal ini Undang-Undang Pemasyarakatan agar dapat sejalan dengan Undang-Undang HAM), pemerintah melalui aparaturnya yaitu petugas pemasyarakatan dan juga sesama narapidana. Narapidana dalam keseharian sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan dan kehidupan yang bersinggungan dengan pelanggaran HAM.

11.

______________________________________ 10

Goran Melander, dkk., (ed), alih bahasa : Madayuti Petiwi (dkk), edisi revisi, Kompilasi Instrumen Hak Asasi Manusia Raoul Wallenberg Institute, (Brill Academic Publishers 2004), hal. 66.

11

(25)

Dalam UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, disebutkan warga binaan pemasyarakatan meliputi: narapidana, anak didik pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan.

Cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana, sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

12

Pembinaan kepribadian yang diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat, sedangkan pembinaan kemandirian diarahkan pada bakat dan keterampilan agar warga binaan pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.

13.

Dikaitkan dengan pelaksanaan dari tugas pemasyarakatan, maka peranan HAM sangat diperhatikan dan dapat menjadi salah satu dasar didalam mencapai tujuan pemasyarakatan itu sendiri.

Narapidana bukan saja obyek, melainkankan juga subyek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan ____________________________

12

Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 13

(26)

yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas, yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan narapidana dapat berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana.

Kelebihan kapasitas di lembaga pemasyarakatan, rutan dan cabang rutan menyebabkan tidak layaknya kehidupan yang normal bagi warga binaan pemasyarakatan yang sedang dibina agar menjadi manusia yang sadar akan kesalahan, tidak mengulangi lagi, dan dipersiapkan menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan orang lain, turut serta dalam pembangunan guna kemajuan bangsa dan negara, adalah merupakan suatu hambatan bagi perlindungan HAM terhadap narapidana, seperti kamar hunian yang sesak dan padat karena dihuni oleh jumlah yang diluar kapasitas, yang menyebabkan kurangnya sirkulasi udara, bahkan tidak cukupnya tempat untuk merebahkan badan, layaknya manusia untuk tidur.

14.

Kenyataan menunjukkan bahwa sesungguhnya lembaga pemasyarakatan atau balai pemasyarakatan sangat potensial untuk mendorong terjadinya pelanggaran HAM. Hal ini diakibatkan oleh kewenangan petugas pemasyarakatan yang melaksanakan “ upaya paksa“ dalam penegakan hukum, yang mana hal tersebut pada hakekatnya meniadakan atau mengurangi hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh seseorang. Permasalahan ini jika ditelusuri lebih jauh, faktor pencetusnya dapat dari petugas, tetapi tidak menutup kemungkinan juga sumber lain berasal dari warga ____________________________

14

(27)

binaan itu sendiri.

Pelanggaran peraturan oleh narapidana di lembaga pemasyarakatan seperti terjadinya perkelahian, pelarian dan pemberontakan, menyebabkan petugas harus meniadakan waktu istirahatnya yang seharusnya waktu istirahat, meniadakan waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga, bahkan petugas dapat cidera akibat perlakuan narapidana , yang kesemuanya itu juga adalah merupakan kendala bagi upaya perlindungan HAM.

15.

Secara umum tujuan sistem pemasyarakatan adalah pemulihan hubungan hidup kehidupan dan penghidupan antara warga bianaan pemasyarakatan dengan masyarakat (re-integrasi hidup-kehidupan-penghidupan).

Direktur Jenderal HAM dan Direktur Jenderal Pemasyarkatan Kementerian Hukum dan HAM RI, mengarahkan agar lebih memfokuskan pada pekerjaan yang berkaitan dengan cara memastikan agar aparaturnya dapat melaksanakan penegakan HAM, mengerti akan bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk HAM.16

Menyadari hal tersebut , tugas yang diemban petugas pemasyarakatan sangat Hal ini menjadi salah satu sumber rujukan untuk menjadi pedoman bagi petugas pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berhubungan dengan HAM, baik yang bersentuhan dengan pribadinya sebagai aparatur (petugas) di lembaga pemasyarakatan maupun terhadap warga binaan pemasyarakatan.

____________________________

15

Dep Kehakiman dan HAM RI, Panduan Penerapan HAM Bagi Petugas Pemasyarakatan, (Jakarta: 2003), hal. 2.

16

(28)

erat dengan nilai kemanusiaan. Tugas dan fungsi petugas lembaga pemasyaraktan lainnya adalah melaksanakan tindakan dan pengamanan terhadap narapidana.

Sehubungan dengan lokasi studi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Labuhan Ruku, maka akan dipaparkan sekilas gambaran tentang keadaan fisik lembaga pemasyarakatan tersebut sebagai berikut: Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku terletak di wilayah Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Batu Bara, Kecamatan Talawi. Pada awalnya status Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku adalah Klas IIB, dan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M. 16. PR. 07. 03 Tahun 2003 tentang Peningkatan Lembaga Pemasyarakatan dari Klas IIA menjadi Klas I, dan Lembaga Pemasayarakatan Klas IIB menjadi Klas IIA.

Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku dibangun pada tahun 1978 di atas tanah seluas 2 Ha, luas bangunan 10.742 m

17

2

Melihat dari kapasitas dan dibandingkan dengan jumlah WBP yang ada, maka hal demikian sangat tidak layak bagi kehidupan seseorang, dimana kamar yang , daya tampung 235 orang, sekarang dihuni oleh 665 orang (data 28 April 2012) yang ditempatkan pada Blok hunian yaitu : blok A (khusus narapidana), blok B (khusus tahanan), blok C (khusus narapidana yang sudah dikaryakan), blok Wanita (khusus wanita), blok Karantina (khusus warga binaan pemasyarakatan yang sakit), blok Mapenaling (masa pengenalan lingkungan), dan blok Anak (khusus anak-anak).

____________________________

17

(29)

seharusnya diisi 6 orang, ditempatkan menjadi 15 sampai 20 orang, bahkan lebih. Hal ini jika dikaji dapat menjadi hambatan terhadap upaya perlindungan HAM bagi narapidana.

Perkembangan situasi yang menunjukkan kecenderungan meningkatnya berbagai benturan kepentingan berbagai pihak, seringkali berkembang menjadi tindakan kekerasan yang berkesinambungan.

Menggunakan tindakan kekerasan dalam rangka menciptakan ketertiban dan keamanan dalam lembaga pemasyarakatan juga berpotensi terjadinya pelanggaran HAM. Gangguan ketertiban dan keamanan, seperti perkelahian, pembakaran, dan gangguan lainnya, sehingga petugas berkewajiban melakukan tindakan preventif

maupun represif, dengan tetap berpegang pada ketentuan yang berlaku.

Belakang ini keluar kebijakan Menteri Hukum dan HAM tentang moratorium

remisi melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor Pas-HM.01.02-42 tertanggal 31 Oktober 2001 prihal Moratorium Pemberian Hak Napi Tindak Pidana Korupsi dan Teroris. Menurut hemat peneliti, hal ini juga dapat menjadi hambatan terhadap perlindungan HAM bagi narapidana, karena dalam UU Nomor 12 tahun 1995 mengenai hak-hak narapidana tidak mengenal pengecualian, dan juga telah mengenyampingkan asas persamaan di hadapan hukum (equality before the law).

(30)

perlu untuk melakukan pengkajian terhadap masalah tersebut melalui penelitian Tesis berjudul :

” PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP NARAPIDANA SEBAGAI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN ”.

B.Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan tentang perlindungan Hak Asasi Manusia bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan ?

2. Bagaimana pelaksanaan perlindungan Hak Asasi Manusia bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku ?

(31)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis kaidah-kaidah hukum dalam peraturan perundang-undangan berkenaan dengan perlindungan Hak Asasi Manusia bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan.

2. Untuk menganalisis tentang pelaksanaa perlindungan Hak Asasi Manusia bagi narpidana di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku.

3. Untuk menemukan dan menganalisis hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan perlindungan Hak Asasi Manusia bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku dan upaya-upaya mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Bertitik tolak dari tujuan penulisan yang didasarkan pada tujuan penelitian yaitu; untuk menemukan jawaban dari pertanyaan melalui prosedur secara ilmiah,.

1. Secara Teoritis ;

maka penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :

(32)

sebagai warga binaan pemasyarakatan berkembang sesuai dengan kondisi kekinian. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi penelitian lebih lanjut.

2. Secara Praktis ;

Manfaat penelitian ini secara praktis dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam pembaharuan sistem pemasyarakatan yang dapat menjamin tegaknya HAM bagi narapidana sebagai warga binaan pemasyarakatan dengan tetap memperhatikan hak-hak petugas pemasyarakatan sebagai seorang manusia yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dan juga kelebihan.

b. Bagi petugas pemasyarakatan, agar dapat memahami tentang makna HAM, dan juga dapat memberikan pengenalan HAM bagi warga binaan pemasyarakatan, sehingga masing-masing dapat menghindari perbuatan yang memungkinkan terjadinya pelanggaran HAM.

(33)

E. Keaslian Penelitian

(34)

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka Teori

Hak asasi manusia menjadi bahasan penting setelah Perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah HAM menggantikan istilah natural rights. Hal ini karena konsep-konsep hukum alam yang berkaitan dengan hak-hak alam menjadi suatu kontroversial. HAM yang dipahami sebagai natural rights merupakan suatu kebutuhan dari relitas sosial yang bersifat universal. Dalam perkembangannya telah mengalami perubahan-perubahan mendasar sejalan dengan keyakinan dan praktek-praktek sosial di lingkungan kehidupan masyarakat luas.

Semula HAM berada di negara-negara maju, namun sesuai dengan perkembangan, maka negara-negara berkembang seperti Indonesia mau tidak mau sebagai anggota PBB, harus menerimanya untuk melakukan ratifikasi instrumen HAM internasional sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta kebudayaan bangsa Indonesia.

18

UUD 1945 belum mencantumkan HAM secara transparan akan tetapi setelah Amandemen I sampai IV UUD 1945, ketentuan tentang HAM dijelaskan pada pasal 28 A sampai 28 J.19

____________________________

Perkembangan selanjutnya pemerintah Indonesia meratifikasi instrumen HAM Internasional dan menetapkan peraturan perundang- undangan

18

Slamat Marta Wardaya, Hakekat, Konsepsi dan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM), dalam Muladi (ed), Op. cit, hal. 3.

19

(35)

mengenai HAM, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Hak Asasi Manusia adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta yaitu hak-hak yang bersifat kodrati. Oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun di dunia ini yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan berarti dengan hak-haknya itu dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Melindungi, menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi hak asasi manusia harus dilaksanakan oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia itu sendiri.

20

Pada saat ini setiap negara yang modern selalu memasukkan nilai-nilai HAM dalam pembuatan konstitusinya, yaitu berupa pembatasan kekuasaan oleh penguasa. Salah satu ciri khas konstitusi negara modern adalah : konstitusinya berfungsi untuk membatasi kekuasaan dari penguasa dan menjamin hak-hak dari yang dikuasainya.

Di Indonesia dalam proses pembuatan dan perumusan sebuah undang-undang, legislatif acap kali dipengaruhi oleh 2 faktor yang berperan, yaitu antara kepentingan politik dan kepentingan berlakunya hukum yang saling bergumulan dalam berebu t

21

____________________________

20

Harkristuti Harkrisnowo, Perlu Kerjasama Untuk Implementasikan HAM, Majalah Hukum dan HAM, Op. cit, hal. 7.

21

(36)

peran.

Padahal hukum menghendaki lahir dan berdiri dengan sendirinya, dalam arti tanpa dipengaruhi oleh politik, jika hukum dipengaruhi politik, maka hukum dapat menjadi alat penguasa, hukum akan berpihak kepada yang kuat dan yang berkuasa.

22

Hukum yang membawa panji-panji keteraturan dan ketertiban, misalnya ternyata dapat menimbulkan suasana yang sebaliknya, ia tidak hanya bersifat ordegenik, melainkan juga kriminologi. Produk legislasi yang memiliki maksud dan ideal tertentu, sebagai mana dapat dibaca pada bagian konsiderans pada waktu dilaksanakan dapat menimbulkan distorsi struktur lokal yang telah mapan.23

Meskipun undang-undang telah mengatur hal-hal yang berkenaan dengan hak asasi manusia dan bagai mana aparatur pemerintahan, negara, hukum dan masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan dan juga tidak akan menyinggung hak asasi seseorang, demi perlindungan harkat dan martabat manusia itu sendiri, namun kenyataannya dengan lahirnya undang-undang tersebut tidak serta merta dapat tegaknya perlindungan hak

Sebagai contoh yang sesuai dengan pembahasan yang dibahas dalam penelitian ini yakni tentang perlindungan hak asasi manusia terhadap narapidana sebagai warga binaan pemayarakatan di lembaga pemasyarakatan. Dalam proses pelaksanaannya tidak terlepas dari koridor yang telah diamanatkan dalam undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasayarakatan.

____________________________

22

M. Solly Lubis, Kebijakan Publik, (Bandung : Mandar Maju, 2007), hal. 57. 23

(37)

asasi manusia disemua lini kehidupan bermasyarakat.

Mencermati fakta aktual yang terjadi dalam upaya pemberantasan pelanggaran HAM dan tindak pidana pelanggaran HAM yang terjadi, belumlah optimal. Kiranya perlu dikaji banyak hal tentang sebab-sebab yang dapat mendatangkan kegagalan daripada tujuan tersebut.

Perbuatan pelangaran hak asasi manuasia dapat menimbulkan kehidupan yang tidak harmonis didalam pergaulan hidup, baik hubungan bermasyarakat dalam wilayah kecil maupun hubungan bernegara dalam wilayah yang besar. Untuk itu perlu ditingkatkan secara terus menerus usaha-uasaha pemahaman tentang HAM sehingga dapat mencegah dan memberantas pelanggaran HAM disemua aspek kehidupan.

(38)

Tidak dapat dipungkiri bahwa teori-teori perlindungan HAM dari para pemikir HAM terkemuka yang berkembang di dunia Barat terutama Eropa sejak abad pertengahan sampai sekarang berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan sitem perlindungan HAM di Indonesia. Tentu saja teori-teori tersebut tidak diadopsi dan digunakan secara penuh seratus persen seperti aslinya. Dalam banyak aspek telah diubah untuk disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi.

Teori ataupun pemikiran Hans Kelsen tentang hukum dan negara serta implementasinya terhadap perlindungan hak asasi manusia, bahwa pada hakekatnya negara sebagai personifikasi tata hukum nasional, sehingga tertib hukum tidak ada bedanya dengan tertib negara.24

Penyangkalan Hans Kelsen terhadap keterkaitan negara dengan hukum tidak bersifat absolut, karena organ-organ negara (dalam arti sempit/materiil) tetap terkait perbuatannya dengan norma-norma hukum. Mengenai pertanggung jawaban dari aparatur/organ negara tidaklah bersifat serta merta, artinya terhadap perbuatan melanggar hukum yang dilakukan menurut ketentuan perundang-undangan yang telah ditetapkan bukanlah menjadi kewajiban negara bersangkutan. Pertanggung jawaban akan muncul bila mana tindakan pemerintah yang diduga telah menimbulkan kerugian dan pelanggaran hak-hak rakyat dilakukannya dengan melanggar hukum atau tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

Beliau mengemukakan “sebenarnya tidak ada kewajiban dan hak negara”. Kewajiban dan hak selalu merupakan kewajiban dan hak para individu, namun beliau tidak menyangkal keterikatan pemerintah atau orang-orang yang mewakili negara terhadap norma-norma hukum dalam hal berhubungan dengan warga negara.

25

____________________________

24

Lilik Mulyadi, Pemikiran Hans Kelsen Tentang Hukum dan Negara Serta Implementasinya Terhadap Perlindungan Hak Asasi Manusia (Kajian Dari Perspektif Teori Hukum), WWW.PN Kepanjen.go.id, diakses tgl 7 Desember 2011.

(39)

Melihat pendapat tersebut, sangat sesuai dengan petugas pemasyarakatan, jika dikaitkan dengan pelaksanaan tugas aparatur pemasyarakatan dalam tugasnya, seolah- olah telah terjadi pelanggaran HAM disana, karena telah melaksanakan pengekangan terhadap hak seseorang untuk bebas, namun disebabkan oleh karena pelaksanaan penahanan dan pengekangan tehadap kebebasan warga binaan tersebut berdasarkan undang-undang yang sah maka tindakan tersebut sah dan tidak dapat dikatakan pelanggaran HAM dan dapat dipertanggung jawabkan. Sebagai contoh lain, yaitu UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, BAB III Hak Asasi dan Kebebasan Dasar Manusia, bagian kesatu Hak Untuk Hidup, Pasal 9 ayat (1) “Setiap orang berhak untuk hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya”, mengacu kepada bunyi dari pasal tersebut diatas, seolah olah hukuman mati adalah merupakan pelanggaran hak asasi manusia, namun oleh karena pelaksanaan hukuman mati yang berdasarkan ketentuan dan undang-undang yang sah berlaku, maka hukumam mati tersebut tidak dapat dikatakan pelanggaran HAM.

Berbicara tentang hak asai manusia sering kali pikiran terpokus kepada hak saja, seyogyanya sebelum hak diberikan terlebih dahulu melaksanakan kewajiban, sebagai mana tercantum dalam UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa’’ Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia’’.

____________________________

26

26

(40)

Sudah lazim bila melawankan konsep “kewajiban” dengan konsep “hak” dan memberikan prioritas peringkat kepada hak. Dalam lingkup hukum, kita berbicara tentang “hak dan kewajiban”, dan bukan “kewajiban dan hak”, seperti halnya dalam lingkup moral, dimana penekanan yang lebih besar diberikan kepada kewajiban, dan kita berbicara tentang hak sebagai sesuatu yang berbeda dari hukum.

Adanya kewajiban pertanggung jawaban pemerintah ini secara contrario

merupakan wujud perlindungan hukum dari negara melalui aparatnya terhadap warga negara atau rakyatnya. Dengan kata lain pendapat Hans Kelsen secara tersirat pada hakekatnya mengakui keberadaan dari konsep negara hukum, yang menurut Sri Soemantri Martosoewignjo memiliki ciri sebagai berikut:

27

a. bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-undangan;

28

b. adanya jaminan hak-hak asasi manusia (warga negara); c. adanya pengawasan dari badan-badan peradilan.

Menyimak berbagai pemikiran Hans Kelsen yang telah dikemukakan diatas, dalam perspektif hak asasi manusia ada beberapa hal yang menarik dicermati. Beberapa hal yang dimaksudkan dalam konteks wilayah kedaulatan negara adalah terkait dengan kewajiban negara beserta pemerintahannya untuk melindungi hak asasi manusia, dapat dipertanggung jawabkannya aparat pemerintah atas dugaan atau adanya pelanggaran hak-hak asasi manusia, adanya kewajiban negara untuk

____________________________

27

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Hukum Normatif, diterjemahkan oleh : Raisul Muttaqien dari buku Hans Kelsen, Pure Theority of Low, (Berkely University of California Press, 1978), (Bandung : Nusa Media, 2010), hal.143.

28

(41)

memperbaiki dan menyempurnakan tata hukum nasional yang terbukti menjadi sebab tindakan aparat pemerintah yang menurut hukum telah melanggar hak asasi manusia. Sedangkan dalam konteks hubungan internasional, salah satu masalah yang menarik adalah tidak dapat dipertanggung jawabkannya suatu negara oleh negara lain terhadap pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang berlangsung dinegaranya.

Kaitannya dengan negara Indonesia sebagai negara hukum, hal ini tentunya merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan. Perlindungan terhadap hak asasi manusia merupakan salah satu syarat negara hukum. Pengakuan dan perlindungan hak-hak dasar manusia dalam konstitusi suatu negara sejalan dengan hasil penelitian K.C Wheare yang menunjukkan bahwa dari sebagian besar konstitusi negara-negara di dunia, hampir semua memuat tentang perlindungan hak asasi manusia.

Kewajiban perlindungan terhadap hak asasi manusia tidak terbatas melalui penormaan melalui UUD 1945. Penormaannya lebih lanjut melalui peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dari UUD 1945 untuk mengatur mengenai mekanisme penerapan ataupun penegakannya menjadi sangat penting agar ada acuan yang jelas dan tegas bagi aparat (organ) negara. Dengan demikian, secara asas dan kaidah, maka hak-hak dasar manusia sebaiknya diatur pada UUD 1945, sedangkan pengaturan lebih lanjut mengenai lembaga dan proses penegakan hak-hak dasar manusia perlu didelegasikan kepada perudang-undangan yang lebih rendah, seperti

29

____________________________

(42)

Ketetapan MPR, undang-undang dan peraturan pemerintah. Kewajiban penormaan seperti diatas sejalan dengan amanat ayat (5) Pasal 28 UUD 1945 amandemen kedua yang menetapkan “Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan”.30

Adanya penormaan yang jelas serta tegas merupakan instrumen yuridis yang sangat penting bagi pihak yudikatif maupun warga negara dalam menilai dan meminta pertanggung jawaban aparat pemerintah bila mana diduga atau terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Hal ini telah diimplementasikan dengan lahirnya UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM.

Dilain pihak penormaan seperti itu menjadi alat bagi aparat/organ pemerintah dalam bertindak menurut hukum sehingga sulit diminta pertanggung jawaban secara individu meskipun tindakan yang dilakukannya diduga melanggar hak asasi manusia.

Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia merupakan wujud implementasi dari prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah. Terdapat beberapa sarana yang dapat dipergunakan untuk ditempuh rakyat didalam memperjuangkan hak asasinya, baik melalui jalur Yuridis maupun non Yuridis. Jalur Yuridis antara lain dilakukan melalui pengajuan gugatan ke pengadilan HAM yang saat itu telah dibentuk oleh Pemerintah Indonesia dengan Perpu Nomor 1 Tahun 1999 tertanggal 8 Oktober 1999, sebelum lahirnya UU RI _________________________

30

(43)

Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Jalur non Yuridis dapat ditempuh, antara lain melalui pengaduan kepada Komisi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia yang telah dibentuk di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993, pemberitaan melalui media massa sebagai sarana penekan (pressure) kepada Pemerintah, maupun pengaduan kepada lembaga-lembaga internasional yang mempunyai akses menekan kepada Pemerintah Indonesia untuk melindungi hak asasi manusia, seperti IMF, Bank Dunia, PBB dan lain sebagainya.

Latar belakang terbentuknya lembaga Pengadilan HAM di Indonesia adalah karena adanya dugaan telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang berat di berbagai tempat di Indonesia. Pelangaran yang diduga terjadi sering kali cenderung berupa tindakan bersifat pembunuhan massal (genocide), pembunuhan sewenang-wenang atau diluar putusan pengadilan (arbitrary/extra judicialkilling), penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, atau diskriminasi yang dilakuakan secara sistematis

(systematic discrimination), yang menimbulkan kerugian baik meteriil maupun

inmateriil serta mengakibatkan perasaan tidak aman baik terhadap perorangan maupun masyarakat.31

Kondisi seperti itu mempunyai dampak yang sangat luas baik nasional maupun internasional, antara lain mengakibatkan menurunnya kepercayaan terhadap Pemerintah Republik Indonesia. Disamping itu, juga menjawab tuntutan reformasi yakni terciptanya suasana yang kondusif berupa ketertiban, ketenteraman dan

____________________________

31

(44)

keamanan dengan memperhatikan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang diakui oleh bangsa yang beradab.

Teori positivis (positivist theory), yang berpandangan bahwa hak harus dituliskan dalam hukum yang riil, misalnya melalui konstitusi. Konsepsi HAM yang berkembang mempunyai hakikat untuk melindungi kepentingan perseorangan individu.32

Persamaan dihadapan hukum merupakan salah satu hak asasi manusia yang dilindungi oleh konstitusi. Oleh karena itu, setiap warga negara selalu mendapat tempat yang sama dihadapan hukum. Secara teoritis, persamaan merupakan prinsip atau asas yang melekat pada hakekat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada saat ini telah ada beberapa instrumen yuridis untuk melindungi HAM, seperti yang telah dituliskan diatas.

Menurut International Encyclopedia of The Social Scienes, apabila dikatakan manusia sama, namun dalam kenyataannya terdapat ketidak samaannya karena karakteristik manusia yang memiliki perbedaan, seperti : perbedaan seks, warna kulit, karakter watak dan sebagainya juga didasarkan pada berbagai institusi manusia yang berbeda seperti perbedaan kewarganegaraan, agama tingkat sosial dan sebagainya.

Ramli Hutabarat, Persamaan Dihadapan Hukum Sebagai Antithese Terhadap Diskriminasi Hukum, Makalah, disampaikan pada Seminar Sehari yang diadakan oleh staf ahli Kementerian Hukum dan HAM RI pada tanggal 1 Desember 2011 di Aula Pengayoman Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara, hal. 3.

34

(45)

Substansi yang mengemuka dalam International Encyclopedia of The Social

Scienes itu adalah bahwa manusia itu sama, hanya berdasarkan karakteristiknya

manusia memiliki perbedaan. Untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam pergaulan hidup manusia mestilah mencari penyelesaiannya berdasarkan persamaan bukan perbedaan.

Dalam upaya penegakan HAM, lembaga pemasyarakatan juga mempunyai peran yang sangat strategis, yaitu melindungi hak-hak narapidana, dimana sistem pemasyarakatan yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 telah menggariskan hak-hak yang dimiliki oleh warga binaan, tanpa kecuali.

35

Pada awalnya konsep pemasyarakatan di Indonesia diperkenalkan secara formal oleh Saharjo, dan perumusan lebih lanjut dilakukan melalui Konferensi Nasional Kepenjaraan di Lembang, Bandung, tanggal 27 April hingga 7 Mai 1964.

36

Perkembangan selanjutnya yang penting nilainya berhubungan dengan penelitian ini adalah : difungsikannya unit-unit pelaksana teknis pemasyarakatan sebagai pelindung hak asasi manusia.

Kehidupan di lembaga pemasyarakatan adalah merupakan miniatur dari kehidupan di masyarakat umumnya, dimana permasalahan di dalam lembaga pemasyarakatan dapat dijadikan gambaran dari kehidupan di luar lembaga pemasyarakatan.

____________________________

35 Ibid. 36

(46)

David J Ruthman mengatakan bahwa keberadaan penjara adalah sebuah tuntutan masyarakat agar masyarakat luar bisa bebas dari kejahatan.37 Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem pemidanaan dalam tata peradailan pidana.

Petugas pemasyarakatan adalah abdi Negara dan abdi masyarakat, yang dalam pelaksanaan tugasnya wajib menghayati dan mengamalkan tugas-tugas pembinaan pemasyarakatan dengan penuh tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pemasyarakatan yang berdaya guna, tepat guna dan berhasil guna. Petugas harus memiliki kemampuan profesional dan moral.

38

39

Dalam melaksanakan kewajiban mereka, para petugas penegak hukum harus menghormati dan melindungi martabat manusia, menjaga dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia semua orang.

Untuk membangun kondisi lembaga pemasyarakatan yang ideal maka seharusnya berpedoman pada peraturan yang telah ada yaitu Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 maupun intsrumen internasional tentang Peraturan Minimum Untuk Perlakuan Terhadap Narapidana, meskipun Indonesia belum meratifikasinya yaitu : Standart Minimum Rules for The Treatmen of Prisoners (SMR).

40

____________________________

41

37

Susi susilawati, Penyimpangan Beberapa Norma Kehidupan Ditinjau dari Sudut Sosiologi Hukum dalam Pelaksanaan Pengamanan/Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatn, WartaPemasyarakatan Nomor II- TH III- Nopember 2002.

38

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 39

Adi sujatno, Sistem Pemasyarakatan Indonesia, (Jakarta : Montasad, 2004), hal. 14.

40

.

Lihat Pasal 2 Aturan Tingkah Laku Bagi Petugas penegak Hukum ( Code of Conduct for Law Enforcemen Officialis).

41

(47)

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 12 tahun 1995, dimana hak - hak terpidana telah dicantumkan secara tegas, mengisyaratkan adanya suatu kepastian hukum bahwa setiap petugas pemasyarakatan “wajib” memberikan pelayanan seoptimal mungkin agar salah satu tujuan dari penegakan hukum yakni dalam rangka “memanusiakan manusia” dapat tercapai.

Namun yang masih menjadi kendala yang dihadapi oleh pemasyarakatan untuk melayani hak-hak warga binaan pemasyarakatan adalah menyangkut sarana dan prasarana termasuk biaya, yang masih sangat terbatas sehingga upaya tersebut masih dirasakan kurang efektif.

42

Perlindungan HAM di lembaga pemasyarakatan dapat dilaksanakan dengan baik apabila sarana dan prasarana yang menjadi tanggung jawab Negara terpenuhi sesuai kebutuhan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Meskipun sarana dan prasarana telah memadai, akan tetapi para petugas pemasyarakatan tidak mengenal/memahami hak para narapidana dalam proses pemasyarakatan, maka cenderung perlindungan HAM terhadap narapidana tidak akan tercapai.

43

Wujud nyata HAM dalam pelaksanaan tugas pemasyarakatan disusun hanya bersifat sederhana, sebab itu masih memerlukan pengembangan teknis yang lebih detail sesuai dengan sistem pemasyarakatan. Patut disadari, bahwa kualitas dan

____________________________

42

Didin Sudirman, Loc.cit. 43

(48)

kemampuan petugas serta sarana dan prasarana adalah merupakan suatu tuntutan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan wujud nyata HAM dalam tugas pemasyarakatan.

Dapat dirasakan, setahap demi setahap telah tercapai kemajuan dalam memenuhi sarana dan prasarana tersebut, akan tetapi kualitas dan kemampuan petugas dalam bidang HAM masih perlu peningkatan, oleh karena itu penerapan wujud nyata HAM dalam tugas pemasyarakatan diperlukan suatu pertimbangan kongkrit agar terhindar dari kemungkinan terjadi gejolak sosial di dalam lembaga pemasyarakatan yang cenderung kearah gangguan keamanan dan ketertiban.

44

Pelatihan HAM secara signifikan bagi petugas pemasyarakatan perlu diprogramkan dan dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa pada lembaga pemasyarakatan sangat rentan terjadi pelanggaran HAM.

2. Kerangka Konseptual

45

Konsep adalah sebuah rencana, ide, pemikiran, pola atau model. Konseptual adalah merupakan defenisi dari operasional dari berbagai istilah yang dipergunakan dalam tulisan ini. Kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal pada pembaca yang mendapat stimulasi dan dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan pustaka.46

____________________________

44

Diktat Pelatihan HAM, Pemenuhan HAM Bagi Tahanan dan Narapidana, Op. cit, hal. 17. 45

Ibid. 46

(49)

Konsepsi adalah suatu bagian yang terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstrak dan realitas.47

Oleh karena itu untuk mencegah perbedaan penafsiran (interpretatie)48

a. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah dari-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

terhadap terminologi yang dipakai dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan defenisi operasional dari beberapa terminologi sebagai berikut :

b. Perlindungan HAM adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

49

c. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang - undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan __________________________

47

Tan Kamello Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, ( Bandung Alumni, 2004), hal.58.

48

Interpretatie disebut juga interpretasi/ penafsiran ; memberikan pendapat atau pandangan secara teoritis terhadap sesuatu. M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum, (Surabaya : Reality Publisher, 2009), hal. 294.

49

(50)

memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

d. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.

50

e. Petugas Pemasyarakatan adalah merupakan Pejabat Fungsinal Penegak Hukum yang melaksanakan tugas dibidang pembinaan, pengamanan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.

51

f. Warga Binaan Pemasyarakatan adalah Narapidana, Anak didik Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan.

52

g. Narapidana adalah Terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan.

53

h. Sistem Pemasyarakatan adalah sebuah sistem yang diselengarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

54

____________________________

50

Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 51

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

52

Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 53

Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan. 54

(51)

yang baik dan bertanggung jawab.

i. Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.

55

G. Metode Penelitian

56

Setiap penelitian pada hakekatnya mempunyai metode, dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.57

pencarian dan tidak sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu objek.

Penelitian merupakan suatu usaha

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian mengenai aspek hukum Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Narapidana sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan didukung oleh penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif dilakukan dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui asas-asas hukum serta mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, seperti peraturan perundang-undangan tentang Hak Asasi Manusia, peraturan perundang-undangan tentang Pemasyarakatan dan bahan-bahan

hukum lainnya. Jadi bahwa metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran logika keilmuan hukum

________________________

55

Pasal 2 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 56

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 57

(52)

dari sisi normatifnya.58

Logika keilmuan yang ajeg dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.

Penelitian hukum empiris dipergunakan untuk melihat kenyataan hukum dalam praktek penyelenggaraan pembinaan warga binaan pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku.

59

Berdasarkan dari rumusan permasalahan dan tujuan penelitian dari tesis ini, maka penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu menggambarkan, menelaah dan menjelaskan serta menganalisa permasalahan yang dikemukakan, dengan tujuan untuk membatasi kerangka studi kepada suatu pemberian, suatu analisis atau suatu klasifikasi tanpa secara langsung bertujuan untuk menguji hipotesis-hipotesis atau teori-teori.

2. Sumber Data

Pada penelitian hukum normatif, bahan perpustakaan merupakan data dasar yang digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, sampai pada

____________________________

58

Soejono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hal.14.

59

Gambar

Tabel 1
Tabel 2  Jumlah Tahanan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Jenis Tahanan  di Lembaga
Tabel 3  Jumlah Narapidana Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Masa Pidana  di Lembaga
Tabel 4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari ekuitas merek terhadap keputusan pembelian produk kartu SimPATI Telkomsel di kalangan mahasiswa Ilmu komunikasi angkatan

Dari hasil pemodelan yang dilakukan diperoleh besarnya jumlah kanal yang dapat dialoaksikan sebesar 124 kanal dengan nilai call demand tertinggi 26 panggilan yang terletak pada

Oleh karena itu dilaksanakan penelitian tentang analisis waste yang terjadi di PT IGASAR dengan pendekatan Lean Manufacturing untuk mengidentifikasi dan meminimasi

Dalam beberapa kejadian gempa bumi di kota besar di Indonesia, seperti di Aceh, Jogja dan Padang, telah dijumpai bahwa kerusakan bangunan dan besarnya korban jiwa yang terjadi

Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas

Atribut-atribut yang memberikan kontribusi terbesar pada setiap dimensi adalah atribut yang perlu ditangani dengan baik untuk keberhasilan pengelolaan terum- bu

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan menegaskan bahwa sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas, serta cara pembinaan warga

Metode penelitian non eksperimental menurut Kusnendi (2007:37) adalah “penelitian yang dilakukan dengan cara di mana peneliti tidak dapat secara langsung mengontrol