• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PELAKSANAAN

A. Internal

Beberapa hal yang dapat diidentifikasikan sebagai hambatan internal yaitu : 1. Sarana dan prasarana yang sangat minim,

2. Sumber daya manusia yang rendah,

3. Kurangnya dana yang diperuntukkan bagi pembinaan narapidana, sehingga program pembinaan yang dilakukan sifatnya hanya sementara sajabahkan terkesan seadanya. 132

Tulisan di atas adalah gambaran lembaga pemasyarakatan di Indonesia secara umum, sedangkan khusus untuk Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku tidak jauh beda, perbedaannya hanya bersifat kasuistis saja, adapun hambatan-hambatannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan, sering terkendala oleh karena kurangnya sarana rumah ibadah.

___________________________

132

Narapidana yang ada di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku sebahagian besar penganut agama Islam (85 % dari jumlah narapidana yang ada). Mesjid yang ada berukuran 7 X 18 M, selayaknya dengan ukuran demikian hanya mampu dipergunakan untuk Shalat berjamaah sebanyak 80 sampai dengan 90 orang. Untuk mengatasi hal demikian narapidana terpaksa harus bergantian melaksanakan

Buletin Lentera Pengayoman, Pemenuhan Hak Untuk Mengembangkan Diri, (Medan : Edisi Triwulan I tahun 2012), hal. 78.

Shalat, jika Shalat Jum’at, Shalat bergantian tidak mungkin dapat dilaksanakan, karena mereka harus Shalat bersama-sama dengan cara berjamaah, oleh sebab itu sebahagian dari narapidana tidak dapat menjalankan ibadah Shalat Jum’at.

Narapidana yang beragama Budha, Hindu dan Konghucu sama sekali tidak mempunyai sarana rumah ibadah, sedangkan narapidananya ada yang beragama konghucu (sat ini berjumlah 1 orang), bahkan sebelum penulis melakukan

penelitian ini, disini juga pernah ada narapidana yang beragama Budha dan Hindu, sehingga narapidana yang beragama Budha, Hindu dan Konghucu tidak pernah melakukan ibadah dirumah ibadahnya.

2. Guna untuk mendapatkan haknya berupa perawatan :

134

a. Jasmani, sering terhambat dikarenakan kamar hunian yang sempit.

Kamar hunian yang berukuran 5 X 6 M2 dihuni oleh rata-rata 15 orang,

____________________________

133

Wawancara dengan Sofian Rinaldi Hasibuan selaku narapidana yang dipercayakan sebagai pemuka kerja di Mesjid At-taubah pada Lembaga Pemayarakatan Labuhan Ruku, pada tanggal 16 April 2012.

134

yang seharusnya dihuni oleh 6 orang, karena ukuran yang telah ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI adalah 5,4 M

Wawancara dengan salah seorang narapidana pada Lembaga Pemayarakatan Labuhan Ruku, pada tanggal 16 April 2012.

2

b. Rohani, sering terhambat dikarenakan kurangnya tenaga rohaniawan.

untuk satu orang narapidana, ketentuan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor. M.01.PL.01.01.2003 tentang Pola Bangunan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan.

Di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku hanya ada 1 (satu) orang petugas yang bertugas memberikan bimbingan rohani agama Islam, sedangkan

pembimbing rohani untuk agama Keristen, Budha, Hindu dan Konghucu tidak ada.

3. Untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran sering terhambat karena kurangnya petugas yang dilatar belakangi pendidikan sebagai tenaga pendidik, 4. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, kendala yang ditemui adalah :

a. kurangnya tenaga medis, bahkan di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku tidak mempunyai tenaga Dokter, hanya ada seorang perawat kesehatan,

b. tidak adanya kendaraan dinas (ambulans) untuk membawa narapidana yang sakit yang harus dibawa ke rumah sakit umum pemerintah manakala petugas medis yang ada tidak mampu untuk menanganinya.

5. Hak narapidana untuk menyampaikan keluhan, sering terhambat oleh karena masih adanya rasa enggan berhadapan dengan petugas, hal demikian timbul karena kurangnya sosialisasi tentang hak-hak narapidana.

6. Hak narapidana untuk menerima kunjungan keluarga sering terhambat oleh karena kurangnya jumlah petugas yang bertugas melayani dan sarana tempat kunjungan yang kurang mampu untuk menampung para tamu yang ingin mengunjungi keluarganya yang sedang menjalani hukuman.

7. Benturan kepentingan sering kali menimbulkan tindakan kekerasan, benturan itu bisa terjadi antara narapidana dengan petugas dan bisa juga antara narapidana yang

satu dengan narapidana yang lainnya, hal demikian juga dapat menghambat upaya perlindungan HAM bagi narapidana.

8. Masih adanya tindakan kekerasan yang menyalahi aturan guna menciptakan keamanan dan ketertiban di lembaga pemasyarakatan yang dilakukan oleh petugas, hal demikian dapat menimbulkan rasa tidak aman yang menyebabkan upaya perlindungan HAM bagi narapidana dapat terhambat yaitu haknya untuk mendapatkan rasa aman.

.

B. Eksternal

135

Selain adanya hambatan internal (dari dalam) ada juga hambatan itu datangnya dari luar (eksternal), seperti :

1. Untuk mendapatkan remisi, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan bersyarat, sering terhambat oleh karena terlambatnya surat eksekusi Jaksa terhadap ponis (ekstrak vonis) yang dijatuhkan Hakim disampaikan kepada pihak lembaga pemasyarakatan. Tidak adanya surat tersebut membuat petugas lembaga ____________________________

135

pemasyarakatan tidak dapat memberikan hak-hak narapidana tersebut meskipun

Wawancara dengan 5 (lima) orang narapidana pada Lembaga Pemayarakatan Labuhan Ruku, pada tanggal 17 April 2012.

telah sampai waktunya untuk diusulkan, karena ekstrak vonis adalah merupakan salah satu syarat administrasi yang harus dilengkapi.

2. Hambatan terhadap pemenuhan hak-hak narapidana untuk mendapatkan asimilasi kerja pada pihak ketiga adalah seringnya masyarakat ataupun perusahaan kurang

dapat menerima narapidana untuk dipekerjakan padanya, berhubung masih adanya anggapan bahwa narapidana itu adalah orang jahat yang patut dicurigai akan tetap jahat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, maka dapat dinyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang menjadi hambatan bagi pelaksanaan perlindungan HAM di lembaga pemasyarakatan adalah wujud nyata HAM dalam pelaksanaan tugas pemasyarakatan disusun hanya bersifat sederhana dan patut disadari juga bahwa kualitas dan kemampuan petugas dalam bidang HAM serta sarana dan prasarana yang kurang memadai, ditambah lagi kurangnya penerimaan oleh masyarakat terhadap narapidana sehubungan dengan adanya anggapan bahwa mereka orang-orang jahat yang patut tetap dicurigai.

137

____________________________

136

Wawancara dengan Parlindungan Siregar selaku Kepala Sub Seksi Registrasi pada Lembaga Pemayarakatan Labuhan Ruku, pada tanggal 17 April 2012.

137

Pemayarakatan Labuhan Ruku, pada tanggal 18 April 2012.

Wawancara dengan Jipen Purba selaku Kepala Seksi Seksi Kegiatan Kerja pada Lembaga

B. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan

Guna untuk mengatasi hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan pemberian hak-hak narapidana yang mengarah kepada perlindangan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, yang bersifat yuridis maka lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku meminta petunjuk yuridis maupun teknis dari atasan, seperti Kepala Divisi, Kepala Kantor Wilayah, Direktur Jenderal. Petunjuk dan arahan dari atasan tersebut akan menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas di lapangan guna menghadapi hambatan-hambatan dalam tugas sehari-hari.

2. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan Non Yuridis

A.Internal

Guna untuk mengatasi hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan pemberian hak-hak narapidana yang mengarah kepada perlindangan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, Non Yuridis yang datangnya dari dalam (internal), yaitu dengan mengambil langkah-langkah kebijakan yang tidak melanggar atau sesuai dengan aturan yang berlaku seperti :

1. Untuk mengatasi hambatan dalam pemberian hak narapidana untuk menjalankan ibadah yang disebabkan oleh karena kurang memadainya sarana rumah ibadah (mesjid), maka lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku memaksimalkan dana yang telah dialokasikan untuk itu, guna perawatan, dan juga menerima bantuan dari masyarakat sekitar dan juga instansi pemerintah lainnya untuk

penambahan kapasitas gedung.138

Batu Bara untuk mendatangkan rohaniawan guna untuk mendapatkan tambahan tenaga dalam memberikan siraman rohani bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku dalam rangka mewujudkan peran serta masyarakat dan instansi pemerintah lainnya dalam proses pembinaan terhadap narapidana di lembaga pemasyarakatan.

Selain itu lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku berupaya mengadakan kerjasama dengan instansi pemerintah lainnya (Departemen Agama) dan juga organisasi keagamaan yang ada di Kabupaten

2. Untuk mengatasi kelebihan isi (over kapasitas) yang dapat menghambat bagi pelaksanaan hak narapidana berupa perawatan jasmani, maka lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku mengambil langkah-langkah sebagai berikut : a. menggalakkan kegiatan program pembinaan berupa pemberian remisi cuti

menjelang bebas, cuti bersyarat, pembebasan bersyarat dan lainnya yang dapat mempercepat pembebasan narapidana dari lembaga pemasyarakatan.

b. memindahkan narapidana ke lembaga pemasyarakatan yang lain yang memungkinkan menerima narapidana dikarenakan belum over kapasitas. Hanya saja lembaga pemasyarakatan yang ada hampir semuanya mengalami over kapasitas dan pemindahan tersebut bukanlah solusi terbaik, karena dapat menjauhkan jarak antara narapidana dengan keluarganya.139

_______________________________________

138

Wawancara dengan Nurmansyah, selaku staf sub seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan pada lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, pada tanggal 19 April 2012.

139

pada tanggal 20 April 2012.

Wawancara dengan Zaherman selaku Kepala Lembaga Pemayarakatan Labuhan Ruku,

3. Dalam hal mengatasi hambatan bagi pemberian hak narapidana berupa pendidikan, lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku membuat suatu terobosan yaitu dengan mengajak kerja sama dinas Pendidikan setempat agar dapat memberikan pendidikan dan pengajaran bagi narapidana dengan alokasi dana yang tersedia.

4. Untuk mengatasi hambatan pemberian hak narapidana guna mendapatkan pelayanan kesehatan, lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku mengadakan kerja sama dengan Rumah Sakit Pemerintah terdekat dengan cara mendatangkan petugas medis untuk memeriksa kesehatan narapidana secara rutin. Untuk mengatasi tidak adanya sarana pengangkutan (ambulans) guna membawa narapidana yang sakit yang harus dibawa kerumah sakit oleh karena keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, petugas harus mencari kendaraan alternatif berupa angkutan umum. Lebih bermasalah jika terjadi pada malam hari. Malam hari di Labuhan Ruku tidak ada kenderaan umum yang beroperasi.

5. Mengatasi hambatan bagi pemenuhan hak narapidana untuk menyampaikan keluhan, lembaga pemasyarakatn Labuhan Ruku melalui pejabat yang berwenang

selalu memberikan arahan kepada petugas tentang sikap dan prilaku dalam melayani dan menghadapi narapidana dan memberitahukan kepada narapidana apa yang menjadi hak-hak dan apa pula yang menjadi kewajiban bagi mereka ___________________________

140

secara berkesinambungan.

Wawancara dengan Sutopo Berutu selaku Kepala Kesatuan Pengamanan pada Lembaga Pemayarakatan Labuhan Ruku, pada tanggal 21 April 2012.

6. Guna mengatasi hambatan terhadap pelayanan narapidana berupa kunjungan, lembaga pemasyarakatan harus mengeluarkan kebijakan dengan membatasi jumlah kunjungan, dan juga berhubungan dengan sistim keamanan yang membatasi waktu berkunjung demi untuk menjaga keamanan dan ketertiban. 7. Untuk mengatasi hambatan berupa benturan kepentingan yang menyebabkan

timbulnya tindakan kekerasan yang dilakukan sesama narapidana, maka petugas akan mengambil langkah-langkah mediasi untuk menyelesaikan perselisihan yang menyebabkan tindakan kekerasan tersebut, dan memeriksa pelaku kekerasan, jika terbukti bersalah maka narapidana tersebut akan diberi sangsi sesuai peraturan.

8. Untuk mengatasi hambatan yang datang akibat dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh petugas dalam rangka menciptakan keamanan dan ketertiban, kepala lembaga pemasyarakaan Labuhan Ruku senantiasa memberikan arahan dan petunjuk dalam bertugas sesuai prosudur tetap yang

menjadi salah satu acuan atau petunjuk dalam menjalankan tugas. Jika masih terjadi tindakan kekerasan, maka atasan langsung dari petugas yang melakukan tindakan kekerasan tersebut akan melakukan pemeriksaan, dan jika dalam pemeriksaan terbukti bersalah akan diusulkan untuk diberikan hukuman disiplin, dari yang ringan, sedang sampai pada hukuman berat.

Selain dari usaha-usaha tersebut diatas yang dilakukan guna mengatasi hambatan-hambatan terhadap pemberian hak-hak narapidana sehubungan dengan perlindungan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, adalah telah diikut sertakannya petugas-petugas dalam program pendidikan dan pelatihan yang diadakan, baik ditingkat Kantor wilayah maupun di tingkat pusat, sesuai dengan tugas dan fungsinya/bidang kerjanya masing-masing.

B.Eksternal

Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang datang dari luar atau eksternal, terhadap pemberian hak-hak narapidana sehubungan dengan perlindungan HAM bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku, maka lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku mengambil langkah-langkah yang telah ditetapkan, baik oleh undang-undang maupun prosedur tetap tentang pelaksanaan tugas pemasyarakatan seperti :

1. Untuk mengatasi keterlambatan ekstrak vonis yang disampaikan oleh pihak kejaksaan kepada pihak lembaga pemasyarakatan, yang menyebabkan

terlambatnya pemberian hak narapidana berupa pemberian remisi, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan bersyarat, maka lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku mengadakan kordinasi dengan pihak kejaksaan.

2. Untuk mengatasi kurang diterimanya narapidana oleh masyarakat ataupun perusahaan untuk mempekerjakan narapidana tersebut, lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku senantiasa mengadakan pembauran antara narapidana dengan masyarakat sekitar dengan mengadakan gotong royong bersama secara rutin maupun pada saat-saat tertentu untuk membersihkan maupun membangun suatu bangunan untuk keperluan sosial masyarakat setempat, sebelumnya tentu dengan membekali narapidana dengan keterampilan dan kesiapan mental narapidana untuk menghadapi masyarakat yang ada di luar lembaga pemasyarakatan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan penelitian di atas, sebagai berikut :

1. Perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan telah diatur dalam berbagai instrumen hukum, baik instrumen hukum internasional maupun instrumen hukum nasional.

a. Secara internasional diatur dalam : Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

(Universal Decleration Of Human Rights), Peraturan-Peraturan Standart

Minimum Bagi Perlakuan Terhadap Narapidana (Standart Minimum Rules For the Treatment of Prisoners), Prinsip-Prinsip Utama Untuk Perlindungan Semua Orang dari Segala Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan (Body Of Principles For The Protektion Of All Persons Under Any Form Of Detention Or

Imprisonment), Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik

(International Covenant On Civil And Political Rights)

b. Secara nasional diatur dalam : Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan

peraturan-peraturan lain yang terkait dan berpengaruh terhadap perlindungan hak asasi manusia bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan.

2. Pelaksanaan perlindungan Hak Asasi Manusia bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku telah berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlindungan hak asasi manusia bagi narapidan di lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku pada dasarnya telah dilaksanakan, namun penerapannya belum sepenuhnya sempurna. Ada beberapa hak narapidana yang belum diterapkan sesuai aturan, antara lain: hak untuk mendapatkan perawatan jasmani, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, hak untuk mendapatkan

remisi, hak untuk berasimilasi terutama asimilasi kerja pada pihak ketiga.

3. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perlindungan Hak Asasi Manusia bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Labuhan Ruku, diantaranya adalah : a. Hambatan Yuridis,

Hukum nasional (UU No 12 tahun 1995) pasal 14 ayat (1) yang mengatur tentang hak-hak narapidana, tanpa pengecualian sedangkan pada Peraturan Pelaksananya yaitu PP No 28 tahun 2006 yang telah memberikan syarat tambahan kepada narapidana kasus-kasus tertentu, hal demikian telah menjadikan kesenjangan antara UU dengan PP, meskipun tujuan yang diinginkan adalah baik, yaitu memberikan penekanan dan efek jera terhadap kejahatan tertentu tersebut, seperti teroris, korupsi, narkotika (bagi pengedar

dan produsen), wujud nyata HAM dalam pelaksanaan tugas pemasyarakatan masih disusun secara sederhana.

b. Hambatan Non Yuridis

1. Dari dalam (internal) yaitu :

Kurangnya pemahaman petugas pemasyarakatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan terutama tentang HAM, kurangnya pengawasan secara berjenjang terhadap petugas dalam tugasnya memberikan perlindungan HAM terhadap narapidana, kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia pada lembaga pemasyarakatan, masih adanya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh petugas dalam hal menciptakan keamanan dan ketertiban, masih adanya kepentingan perorangan atau kelompok yang dapat menimbulkan kekerasan yang dilakukan oleh petugas maupun sesama narapidana.

2. Dari luar (ekternal)

Hambatan yang datang dari luar berupa keterlambatan ekstrak vonis yang disampaikan kepada lembaga pemasyarakatan sehingga hak-hak narapidana tidak dapat diberikan, kurang diterimanya narapidana di masyarakat dan perusahaan, dikarenakan adanya anggapan masyarakat bahwa narapidana adalah orang jahat dan patut tetap dicurigai.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia bagi narapidana :

Lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku meminta petunjuk yuridis maupun teknis dari atasan, seperti Kepala Divisi, Kepala Kantor Wilayah, Direktur Jenderal, mengenai perbedaan maksud UU dengan keinginan PP.

b. Yang bersifat Non Yuridis 1. Internal

Lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku telah mengambil sikaf atas segala hal yang menyimpang dari aturan, seperti dengan memberi sangsi atas pelanggaran yang dilakukan baik oleh narapidana maupun petugas, mengadakan terobosan-terobosan berupa kerjasama dengan masyarakat dan institusi pemerintah terdekat dalam membina narapidana, mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak menyimpang atau sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.

2. Eksternal.

Lembaga pemasyarakatan Labuhan Ruku melakukan kordinasi dengan institusi penegak hukum lainnya, seperti kejaksaan dan pengadilan, membaurkan narapidana dengan masyarakat di luar lembaga pemasyarakatan sesuai dengan aturan yang berlaku.

B. Saran

1. Perlu pengembangan aturan teknis yang lebih detail tentang wujud nyata HAM sesuai sistem pemasyarakatan.

2. Perlu adanya perubahan aturan nasional yang menyangkut pemberian hak-hak narapidana agar disesuaikan dengan perkembangan saat ini yang menginginkan penekanan dan pemberian efek jera terhadap pelaku tindak pidana tertentu seperti, teroris, korupsi, narkotika (bagi pengedar dan produsen).

3. Perlu dilakukan pemberian pemahaman mengenai HAM yang terdapat dalam berbagai aturan secara signifikan dan berkesinambungan baik kepada petugas pemasyarakatan maupun kepada narapidana, agar masing-masing pihak dapat mengetahui hak dan kewajibannya, dapat terhindar dari segala yang menyebabkan kegagalan dalam melindungi HAM terhadap narapidana, terhindar dari terjadinya gejolak sosial yang pada akhirnya tercipta suasana yang aman dan tertib di lembaga pemasyarakatan.

4. Perlu pengawasan secara berjenjang terhadap petugas pemasyarakatan, agar terjaminnya pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia terhadap narapidana yang efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Kadir, Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum Suatu Tinjauan Singkat,

Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004.

Departemen Kehakiman dan HAM RI, Panduan Penerapan HAM Bagi Petugas Pemasyarakatan, Jakarta: 2003.

Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI,

Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, Jakarta :

2009.

El-Mutaj, Majda, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia,Jakarta : Kencana 2009.

Ibrahim, Jhonny, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayu Media Publishing, 2005.

Jimmy P, dan M. Marwan, Kamus Hukum, Surabaya : Reality Publisher, 2009.

Kaligis, OC, Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana, Bandung : PT. Alumni 2006.

Kamello, Tan, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan,

Bandung : Alumni, 2004.

Kansil, C.S.T Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1986.

Kelsen, Hans, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Hukum Normatif, diterjemahkan oleh : Raisul Muttaqien dari buku Hans Kelsen, Pure Theority Of Low,(Berkely University of California Press, 1978), Bandung : Nusa Media, 2004.

Kemalasari, Rani Purwanti, Instrumen-Instrumen Internasional Hak-Hak Asasi

Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM, 2012.

Lubis, M. Solly, Kebijakan Publik, Bandung : Mandar Maju, 2007. ---, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994.

Marzuki, Piter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006.

Melander, Goran. Gudmundur, Alfredsson dan Leif Holmstrom (ed), alih bahasa : Madayuti Petiwi, Achmad Gusman Catur Siswandi dan Irawati Handayani, edisi revisi, Kompilasi Instrumen Hak Asasi Manusia Raoul Wallenbrrg Institute, (Brill Academic Publishers 2004)

Muladi, Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Bandung : PT. Reflika Aditama, 2000.

Peter Bachr dkk, (ed), Instrumen Internasional Pokok-pokok Hak Asasi Manusia,

Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1997

Rahardjo, Satcipto, Biarkan Hukum Mengalir, Jakarta : Kompas, 2008.

Sabuan, Ansori, Pettanasse Syarifuddin, Ruben Ahmad, Hukum Acara Pidana,

Bandung : Angkasa 1990.

Salman, H.R. Otje S dan Susanto, Anton F, Teori Hukum Mengingat, Mengumpul

dan Membuka Kembali, Bandung : PT. Refika Aditama, 2004.

Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004.

Sudirman, Didin, Reposisi dan Revitalisasi Pemasyarakatan Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,Jakarta : Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2007.

Sujatno, Adi, Sistem Pemasyarakatan Indonesia, Jakarta : Montasad 2004.

Sumantri, Jujun S. Suria, Filsafat Ilmu Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Sunggono, Bambang, Methode Penelitian Hukum Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Tunggal, Hadi Setiadi, Undang-Undang Pemasyarakatan Beserta Peraturan Pelaksanaannya, Jakarta : Harvarindo, 2000.

Waluya, Vini Hygyani. Kartikawati, Dede Erni (ed), Instrumen Nasional Hak Asasi

Manusia, Jakarta : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM, 2012.

B. Majalah, Makalah, Jurnal

Biro Humas dan HLN Departemen Hukum dan HAM, Majalah Hukum dan HAM, No. 24, May-juni 2007.

Buletin Pengayoman, Lentera Pengayoman, Medan : Edisi Triwulan I tahun 2012. Direktorat Jenderal Perlindungan HAM, Training Of Trainer HAM, Jakarta : 2008. ---, Pemenuhan HAM Bagi Tahanan Dan Narapidan, Jakarta : 2006.

Harman, Benny, Teori Hukum Murni Hans Kelsen dan Pelaksanaannya di Indonesia,

Jakarta : FH UI, 2002.

Hutabarat, Ramli, Persamaan Dihadapan Hukum Sebagai Antithese terhadap

Diskriminasi Hukum, disampaikan pada Seminar Sehari yang diadakan oleh

staf ahli Kementerian Hukum dan HAM RI, Medan : 1 Desember 2011. Sanwani, HAM dan Sitem Hukum Indonesia, Bahan kuliah sekolah Pasca Sarjana Fak

Hukum USU, Medan : 2011.

Surur, Utsman. , Dasar-Dasar HAM, Bahan Kuliah Diklat HAM, Jakarta : Direktorat Jenderal HAM, 2008.

Susilawati, Susi, Penyimpangan Beberapa Norma Kehidupan Ditinjau Dari Sudut Sosiologi Hukum Dalam Pelaksanaan Pengamanan/Pembinaan Warga

Binaan Pemasyarakatan, Warta Pemasyarakatan No.II-TH III-Nopember 2002.

Warta Pemasyarakatan, No 16 TH V-April 2004. C. Peraturan perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kitap Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang Tatacara Pelaksanaan Pidana Mati yang Dijatuhkan oleh Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Tentang Remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyrat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), dan Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK)

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Pemasyarakatan, Buku 6 (Bidang

Dokumen terkait