• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Persediaan Deterministik Multi Item Dengan Potongan Harga Dan Biaya Pesan Gabungan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Persediaan Deterministik Multi Item Dengan Potongan Harga Dan Biaya Pesan Gabungan."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK MULTI ITEM DENGAN

POTONGAN HARGA DAN BIAYA PESAN GABUNGAN

SKRIPSI

RIRIS SIANTURI

070803048

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK MULTI ITEM DENGAN POTONGAN HARGA DAN BIAYA PESAN GABUNGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RIRIS SIANTURI

070803048

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK MULTI ITEM

DENGAN POTONGAN HARGA DAN BIAYA PESAN GABUNGAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : RIRIS SIANTURI

Nomor Induk Mahasiswa : 070803048

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, September 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Djakaria Sebayang, M.Si Drs. Faigiziduhu Bu’ul , M.Si

NIP 19511227 198503 1 002 NIP 19531218 198003 1 003

Diketahui/ Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Tulus, M.Si

(4)

PERNYATAAN

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK MULTI ITEM DENGAN POTONGAN HARGA DAN BIAYA PESAN GABUNGAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

(5)

PENGHARGAAN

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, kekuatan, dan perlindunganNya, yang memampukan penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo, M.Si dan Drs. Djakaria Sebayang, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan panduan ilmu pengetahuan serta atas nasehat, motivasi, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dra. Esther Sorta M. Nababan, M.Sc dan Drs. Marihat Situmorang, M.Kom sebagai dosen pembanding yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kepada Prof.Dr.Tulus, M.Si dan Dra. Mardiningsih, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU, Dr. Sutarman, M.Sc sebagi Dekan FMIPA USU, Bapak dan Ibu Dosen di Departemen Matematika FMIPA USU, dan Staf administrasi Departemen Matematika FMIPA USU. Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa matematika stambuk 2007, buat persahabatan, kebersamaan, dukungan, dan motivasinya bagi penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini, terkhusus buat Jojor, Siska, Melva, Magda, Zetty, Enrico, Leo, Falen dll buat doa, motivasi dan teguran kepada penulis dalam mengerjakan skripsi. Penulis juga berterimakasih untuk Florence (K’Tiur, Rolina, Dewi, Anita, Desri) untuk doa dan dukungannya selama ini. Buat teman seperjuangan di kos dipa 21 untuk kebersamaannya.

Akhirnya, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai dan mencintai saya Ayahanda H. Sianturi dan Alm. Ibunda D. br. Simbolon atas doa, kepercayaan, nasehat dan dukungan moril dan materil, yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk tetap semangat dalam perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Kak Anna dan Bang Ramses serta adik Agus dan adik Eko buat doa, nasehat, masukan dan dukungannya selama perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan yang sudah diberikan dan biarlah kasih dan kemurahan Tuhan yang senantiasa menyertai kita.

(6)

ABSTRAK

Persediaan merupakan satu hal yang penting bagi sebuah perusahaan, karena keberadaannya menyangkut asset yang sangat diperlukan untuk kelancaran permintaan. Pemesanan yang terdiri dari beberapa item sekaligus dikenal dengan joint replenishment. Pada tulisan ini, kasus yang dibahas adalah bahwa perusahaan memesan beberapa jenis barang dari satu supplier dan supplier tersebut memberikan potongan harga berdasarkan jumlah yang dipesan untuk setiap itemnya. Model EOQ dasar tidak membahas adanya permintaan multi item dan adanya potongan harga yang diberikan oleh supplier. Jadi pada tulisan ini, akan dicoba untuk memodifikasi model dasar EOQ untuk membentuk model persediaan deterministik multi item dengan potongan harga dan biaya pesan gabungan. Untuk frekuensi pemesanan sebanyak 2,5 kali dalam satu periodenya diperolehlah jumlah pesanan ekonomis untuk setiap itemnya untuk setiap kali pesan masing-masing adalah QA = 400 ; QB = 2.000 ; QC = 1.200 ; QD = 4.000 , dengan total biaya

(7)

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tinjauan Pustaka 4

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Kontribusi Penelitian 7

1.7 Metodologi Penelitian 8

Bab 2 Landasan Teori 9

2.1 Inventory (Persediaan) 9

2.1.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan 10

2.1.2 Fungsi Persediaan 12

(9)

2.1.4 Biaya-Biaya dalam Persediaan 15

2.1.5 Model-Model Sistem Persediaan 19

2.2 Model Persediaan Determinstik EOQ Sederhana 22

2.3 Potongan Harga (Quantity Discount) 24

2.3.1 All-Units Discount 25

2.3.2 Incremental Discount 27

2.4 Proses Pengadaan Persediaan 28

2.5 Pengadaan Persediaan Multi Item Gabungan 29

Bab 3 Pembahasan 31

3.1 Model Persediaan Deterministik Multi Item dengan Laju

Pemakaian Tetap 31

3.2 Biaya Pesan Gabungan dalam Persediaan Determinstik Multi Item 33

3.3 Potongan Harga Pada Kasus Persediaan Item Tunggal 35

3.4 Pengendaliaan Persediaan Deterministik Multi Item dengan

Potongan Harga dan Biaya Pesan Gabungan 36

3.5 Pembahasan Contoh Numerik 37

Bab 4 Kesimpulan dan Saran 55

4.1 Kesimpulan 55

4.2 Saran 55

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Contoh struktur all units discount 27

Tabel 2.2 Contoh struktur incremental quantity discount 27

Tabel 3.1 Struktur potongan harga dari Supplier 38

Tabel 3.2 Struktur kisaran baru jumlah pesanan untuk item A, B, C, dan D 40

Tabel 3.3 Hasil perhitungan jumlah pesanan ekonomis 49

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Hubungan Tingkat Persediaan dan Jumlah Biaya 5

Gambar 2.1 Klasifikasi Permintaan dalam Model Persediaan 19

Gambar 2.2 Model Persediaan EOQ Sederhana 23

Gambar 3.1 Profil Biaya Total Pengadaan Persediaan

(12)

ABSTRAK

Persediaan merupakan satu hal yang penting bagi sebuah perusahaan, karena keberadaannya menyangkut asset yang sangat diperlukan untuk kelancaran permintaan. Pemesanan yang terdiri dari beberapa item sekaligus dikenal dengan joint replenishment. Pada tulisan ini, kasus yang dibahas adalah bahwa perusahaan memesan beberapa jenis barang dari satu supplier dan supplier tersebut memberikan potongan harga berdasarkan jumlah yang dipesan untuk setiap itemnya. Model EOQ dasar tidak membahas adanya permintaan multi item dan adanya potongan harga yang diberikan oleh supplier. Jadi pada tulisan ini, akan dicoba untuk memodifikasi model dasar EOQ untuk membentuk model persediaan deterministik multi item dengan potongan harga dan biaya pesan gabungan. Untuk frekuensi pemesanan sebanyak 2,5 kali dalam satu periodenya diperolehlah jumlah pesanan ekonomis untuk setiap itemnya untuk setiap kali pesan masing-masing adalah QA = 400 ; QB = 2.000 ; QC = 1.200 ; QD = 4.000 , dengan total biaya

(13)

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persediaan merupakan suatu hal yang cukup penting dari suatu organisasi perusahaan. Terlebih

pada perusahaan manufaktur, persediaan ada dimana-mana dan memiliki bentuk, nilai, dan

tingkat kepentingan yang berbeda-beda. Di samping membutuhkan tempat penyimpanan yang

luas, persediaan yang banyak juga berakibat terjadinya biaya-biaya penyimpanan yang tinggi.

Padahal di sisi lain, perusahaan senantiasa membutuhkan persediaan dalam mengoperasikan

bisnis mereka (Arman Hakim, 2008).

Dalam aktivitas kehidupan, persediaan hampir selalu diperlukan terutama dalam aktivitas

produksi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan baik dalam kegiatan produksi maupun

dalam kegiatan distribusinya. Dalam pengendaliannya, perlu dilakukan secara cermat dan tepat

guna meminimalkan biaya pengadaan persediaan dan memaksimalkan kepuasan pelanggan. Oleh

karena itu, masalah efisiensi di semua lini selalu mendapat perhatian agar dihasilkan barang yang

unggul di pasaran. Salah satu faktor efisiensi yang harus diperhatikan adalah besar kecilnya

jumlah persediaan bahan/barang tersebut. Kekurangan persediaan barang dapat menyebabkan

permintaan tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan kerugian, maupun kekurangan kepuasaan

pelanggan yang mengakibatkan berpindahnya pelanggan ke pihak lain. Persediaan yang sedikit

mengakibatkan hilangnya kesempatan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jika

permintaan nyatanya lebih besar dari permintaan yang diperkirakan. Di sisi lain, kelebihan

(15)

menjalankan kegiatan usaha, sehingga modal tersebut menjadi tertimbun sebagai persediaan yang

tidak produktif.

Oleh karena persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang memiliki peranan penting

dalam operasi bisnis, maka perusahaan perlu melakukan manajemen persediaan proaktif, artinya

perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang ada dalam manajemen

persediaan untuk mencapai sasaran akhir dalam manajemen persediaan, yaitu untuk meminimasi

total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan (Yamit, 2002).

Usaha untuk meminimasi biaya persediaan dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah

satu caranya adalah meminimasi biaya pembeliannya. Untuk mendapat biaya pembeliaan yang

serendah-rendahnya atau seminimal mungkin, maka faktor diskon harus diperhatikan dengan

sebaik-baiknya, karena belum tentu dengan mendapatkan diskon yang kelihatannya

menguntungkan dapat benar-benar menguntungkan bagi pembeli. Bisa saja kebutuhan persediaan

yang sebenarnya jauh di bawah jumlah pembelian minimal untuk mendapatkan diskon, sehingga

menyebabkan biaya simpan menjadi tinggi dan usaha untuk mengejar diskon menjadi tidak

efisien. Maka diperlukan perhitungan cermat untuk mengejar diskon yang tepat dalam rangka

mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya.

Potongan harga sering dijumpai dalam sistim penjualan, baik penjualan produk maupun

jasa. Ada 2 jenis potongan harga yang biasa digunakan yaitu potongan harga kumulatif (all units

discount) dan potongan harga bertahap (incremental discount). Potongan harga bertahap

dimaksudkan untuk mendorong pembeli untuk meningkatkan jumlah pembeliannya. Potongan

harga dapat ditinjau dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu pembeli dan penjual. Ditinjau

dari sudut pandang pembeli, adanya potongan harga yang ditawarkan penjual mengakibatkan

perlunya modifikasi pada sistim persediaan, yaitu dalam menentukan ukuran pemesanan

ekonomis. Pada dasarnya pembeli lebih tertarik untuk melakukan pembelian jika potongan harga

yang ditawarkan lebih besar. Begitu pun pihak perusahan, tentunya akan mempertimbangkan

(16)

Teori-teori yang berkaitan dengan masalah pengendalian persediaan ini telah banyak

dikembangkan. Dari pengendalian persediaan dengan model-model deterministik maupun dengan

model stokastik (probability Models), permasalahan back order dan stock out, adanya potongan

harga berdasarkan jumlah, mempertimbangkan ketidakpastian permintaan, leadtime, dan

sebagainya. Dalam tulisan ini penulis akan membahas suatu kasus mengenai pengendalian

persediaan deterministik dengan jenis item yang banyak (multi item), di mana ada

pengelompokan barang yang dipesan dari supplier, sehingga biaya pesan dapat diminimalkan dan

ada potongan harga pada setiap pembelian masing-masing jenis barang dalam jumlah yang

berbeda setiap itemnya. Dari struktur kisaran potongan harga yang disediakan oleh supplier

dibentuklah struktur potongan kisaran baru yang mewakili potongan harga yang sebelumnya.

Pada struktur kisaran baru akan ditentukan jumlah pesanan ekonomis yang valid, yaitu jumlah

pesan ekonomis yang berada pada kisaran yang sesuai dan menghasilkan total biaya persediaan

yang paling minimum. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan juga mengenai perumusan model

pengadaan persediaan untuk kasus yang sudah dijelaskan di atas serta tahapan penentuan

frekuensi pemesanan dalam suatu periode sehingga didapat jumlah pesanan ekonomis setiap kali

pesan untuk meminimumkan total biaya pengadaan persedian dalam satu periode pemesanan.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah menentukan jumlah pesanan ekonomis dari kisaran

potongan harga yang disediakan, sehingga didapat biaya pengadaan persediaan yang optimal

(17)

1.3 Batasan Masalah

Tulisan ini dibatasi pada model persediaan deterministik multi item saja sehingga tidak berlaku

untuk model persediaan probabilistik seperti trend permintaan musiman.

1.4 Tinjauan Pustaka

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan

phisik perusahaan melibatkan banyak investasi rupiah dalam melancarkan aktivitas perusahaan.

Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “opportunity cost” (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan). Demikian pula, bila perusahaan tidak

mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya baru dari kekurangan

bahan (T.Hani Handoko, 2000). Barang yang terlalu sedikit akan menimbulkan kekecewaan bagi

para pelanggan dan menimbulkan rasa kurang percaya yang akhirnya merugikan perusahaan itu

sendiri.

Istilah persediaan (inventory cost) adalah suatu aktiva yang meliputi barang–barang milik

perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau

barang-barang yang masih dalam proses produksi atau persediaan bahan baku yang masih menunggu

untuk digunakan dalam suatu proses produksi (Mohamad Syamsul, 2003)

Kejadian deterministik, yang dipakai sebagai asumsi untuk pembentukan model-model

pengendalian deterministik, digunakan untuk mendekati kejadian yang tingkat kepastiannya

cukup rendah. Model pengendalian probabilistik, yang lebih kompleks dari model deterministik,

akan tidak menjadi ekonomis untuk diterapkan bila dipakai untuk memodelkan kejadian yang

(18)

Dalam model persediaan deterministik parameter–parameternya seperti perkiraan

kebutuhan, biaya-biaya persediaan, lead time yang berpengaruh terhadap sistim persediaan dapat

diketahui dengan pasti. Karena semua parameter bersifat deterministik maka tidak mungkin

terjadi kekurangan persediaan. Dalam dunia nyata, akan sangat jarang ditemukan situasi di mana

seluruh parameter dapat diketahui dengan pasti. Salah satu model yang sangat popular di dalam

sistim deterministik adalah metode Wilson (EOQ). Metode ini merupakan dasar dari berbagai

pengembangan metode-metode persediaan.

Terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pembentukan model persediaan.

Salah satunya adalah faktor biaya yang sangat berpengaruh dalam pembentukan model

persediaan. Pada umumnya terdapat 4 kategori biaya persediaan dalam menentukan jawab

optimal dari masalah persediaan yaitu: biaya pembelian (produksi), set-up (ordering) cost atau

biaya pengadaan, holding (carrying) cost atau biaya penyimpanan, stock-out (shortage) cost.

Sebagai ilustrasi dapat diperlihatkan hubungan antara tingkat persediaan dan jumlah biaya,

seperti terlihat dalam gambar berikut:

Biaya Total cost

Holding Cost

Ordering cost

Titik optimum Tingkat Persediaan

Gambar 1.1 Hubungan Tingkat Persediaan dan Jumlah Biaya

Pada gambar di atas holding cost berbanding lurus dengan tingkat persediaan, sedangkan set-up

(19)

sebagai model Economic Order Quantity (EOQ) (P.Siagian, 2006). Sehingga dalam persoalan

yang dibahas dalam tulisan ini biaya total pengadaan persediaannya (TIC) adalah penjumlahan

dari biaya pesan, biaya simpan, dan biaya pembelian atau:

TIC = biaya pesan + biaya simpan + biaya pembelian.

Tiap faktor dalam model dasar EOQ dapat berubah sesuai dengan kondisi yang dihadapi

oleh perusahan. Kondisi ini dapat mengubah nilai EOQ sebelumnya. Perubahan model dasar

EOQ dapat saja terjadi sebagai akibat:

1. Adanya potongan harga (Quantity discount) yang ditawarkan supplier jika membeli

dalam jumlah banyak.

2. Adanya kondisi kehabisan persediaan (storage cost).

3. Adanya macam-macam biaya simpan, seperti pembebanan biaya proporsional

terhadap luas lantai penyimpanan barang atau volume ruang yang digunakan (Arman

Hakim, 2008).

Model EOQ dengan discount dengan persedian multi item adalah salah satu

pengembangan dari model EOQ statis single item. Model total biaya pengadaan persediaan multi

item telah dikembangkan yang secara umum memiliki persamaan sebagai berikut (Narasimhan

dkk., 1985):

TIC = F (C +  ci) +

2 Q Hi i

+ P

iDi

dengan TIC = Biaya total pengadaan persediaan selama satu periode,

F = Frekuensi pemesanan per periode,

C = Biaya pesan tetap setiap kali pesan,

ci = Biaya pesan untuk pemesanan item i,

Hi = Biaya penyimpanan item i per unit per periode,

(20)

Pi = Harga item i per unit, dan

Di = Kebutuhan unit item i per periode.

Dalam kasus ini, dapat langsung dipastikan bahwa pengadaan persediaan paling ekonomis

adalah apabila frekuensi pemesanan semua item sama. Dengan demikian,

TIC =

k k

Q D

C +

k i i k

D 2

D H Q 

+  PiDi

dengan sebagai variabel independen, diperoleh Q optimal untuk item k:

= 2

2

Jumlah pesanan ekonomis item-item lain dapat dihitung dengan persamaan yang sama.

Pada perusahaan termasuk perusahaan supplier ada kiat-kiat yang dilakukan untuk

mengikat ataupun memikat pelanggannya. Salah satunya adalah menberi potongan harga pada

jumlah pembelian yang relatif besar. Pemberian potongan harganya distrukturkan dalam bentuk

quantity discount, baik all unit discount maupun incremental quantity discount. Pada tulisan ini

yang akan dibahas adalah all unit discount (untuk selanjutnya disebut dengan potongan harga

(21)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari solusi optimal pada persediaan dengan permintaan

yang bersifat deterministik, yaitu:

1. Menentukan jumlah pesanan ekonomis dari kisaran potongan harga yang disediakan.

2. Menentukan total biaya pengadaan persediaan.

1.6 Kontribusi Penelitian

Adapun kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah pesanan ekonomis dan total biaya pengadaan persediaan multi item

dari suatu persediaan barang dengan menggunakan metode quantity discount dan biaya

pesan gabungan.

2. Menambah referensi yang berhubungan dengan masalah persediaan multi item yang

bersifat deterministik yang diharapkan dapat membantu pengambil keputusan dalam

mengatasi permasalahan mengenai persediaan barang.

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat literatur yang disusun berdasarkan rujukan pustaka dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menjelaskan model persediaan deterministik multi item.

2. Menjelaskan biaya pesan gabungan.

3. Menentukan jumlah pesanan ekonomis.

4. Menentukan biaya pengadaan persediaan.

5. Menjelaskan quantity discount (potongan harga) pada kasus item tunggal

(22)

7. Menyelesaikan contoh kasus masalah persediaan untuk mendapatkan jumlah pesanan

ekonomis dan biaya pengadaan persediaan.

(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2. 1 Inventory (Persediaan)

Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu

memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko

bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggannya (Freddy

Rangkuti, 1998, hal 1).

Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tidak akan terlepas dari

masalah persediaan. Persentase persediaan terhadap total harta (assets) keseluruhan dari

perusahaan adalah relatif cukup tinggi. Oleh karena itu, persediaan yang ada di perusahaan perlu

dikelola sebaik-baiknya, persediaan harus direncanakan dan dikendalikan secara efektif dan

efisien.

Pengadaan persediaan harus diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang

harus ditanggung perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang

ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan

mengakibatkan perusahaan menanggung resiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi

disamping biaya investasi yang besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan akan berakibat

terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan terjadi

keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan

(24)

Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menarik minat pelanggan. Salah

satunya adalah dengan memberikan sistim diskon pada pembeli yang juga dapat menurunkan

biaya-biaya persediaan pada perusahaan. Telah banyak dikembangkan penelitian model

persediaan yang mempertimbangkan diskon dan waktu kadaluarsa yang bertujuan untuk

meminimalkan biaya total persediaan yang ada.

2.1.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan

Pengertian mengenai persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi

barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau

persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan

bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan

merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses

yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang

disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu (Freddy

Rangkuti, 1998, hal 1).

Berbagai rumusan tentang definisi persediaan telah banyak dikemukan oleh para ahli,

diantaranya definisi yang dikemukakan oleh Starr dan Miller yang menyatakan bahwa persediaan

adalah suatu sumber daya yang menggangur (idle resources), akan tetapi sumber daya tersebut

mempunyai nilai ekonomis. Nilai ekonomis persediaan timbul karena sumber daya tersebut

diperoleh dengan suatu pengorbanan dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang

akan datang.

Definisi lain menyatakan bahwa pada dasarnya persediaan adalah suatu sumber daya

menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lebih

(25)

pemasaran seperti dijumpai pada sistim distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti dijumpai

pada sistim rumah tangga (Arman Hakim, 2008, hal 1).

Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan sudah tentu

memiliki tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang dijalankan adalah untuk menjaga

persediaan pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk

persediaan tersebut. Dari pengertian tersebut, maka tujuan pengelolaan tersebut adalah (Agus

Ristono, 2008):

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat

(memuaskan konsumen).

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami

kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini

dikarenakan alasan:

a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga

sulit untuk diperoleh.

b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.

3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba

perusahaan .

4. Menjaga agar pembeli yang menbeli dalam jumlah yang kecil dapat dihindari, karena

dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.

5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak menumpuk, karena akan

mengakibatkan biaya menjadi lebih besar.

Dari beberapa tujuan pengendalian di atas maka dapat dipahami bahwa tujuan

pengendalian persediaan adalah untuk menjamin terdapatnya persediaan sesuai kebutuhan. Ada

dua macam kelompok bahan baku yaitu:

a. Bahan baku langsung (direct material), yaitu bahan yang membentuk dan merupakan

(26)

jadi tersebut. Jumlah bahan baku langsung bersifat variabel, artinya sangat tergantung

atau dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi atau perubahan output.

b. Bahan baku tak langsung (indirect material), yaitu bahan baku yang dipakai dalam

proses produksi, tetapi sulit menelusuri biayanya pada setiap barang jadi.

2.1.2 Fungsi Persediaan

Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan

distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga

terhadap fluktuasi permintaan. Lebih spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan

fungsinya sebagai berikut :

a. Persediaan dalam Lot Size.

Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replishment)

kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari

permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya

setup, biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transportasi.

b. Persediaan cadangan.

Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Peramalan permintaan

konsumen biasanya disertai kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time)

mungkin lebih dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak (reject) hanya

bisa diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai

permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.

c. Persediaan antisipasi

Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan (supply) dan

(27)

pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahan dapat memelihara persediaan dalam

rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.

d. Persediaan pipeline

Sistim persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock point) dengan

aliran diantara tempat persediaan tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari

pengendalian aliran persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi di tempat

persediaan. Jika aliran melibatkan perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau

perakitan beberapa komponen, persediaan dalam aliran tersebut persediaan setengah jadi

(work in process). Jika suatu produk tidak dapat berubah secara fisik tetapi dipindahkan

dari suatu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lain, persediaan disebut

persediaan transportasi. Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi

disebut persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan

harus dikendalikan.

e. Persediaan Lebih .

Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan fisik yang

terjadi.

Terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan yaitu (Zulian

Yamit, 2005):

a. Faktor waktu

Menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai ke

tangan konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat jadwal produksi, memotong bahan

baku, pengiriman bahan baku, dan pengiriman barang jadi ke pedagang besar konsumen.

(28)

b. Faktor ketidakpastian waktu

Datang dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak

menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman terhadap konsumen.

Persediaan bahan baku terikat pada supplier, persedian barang dalam proses terikat pada

departemen produksi, dan persediaan barang jadi terikat pada konsumen. Ketidakpastian

waktu datang mengharuskan perusahaan membuat jadwal operasi lebih teliti pada setiap level.

c. Faktor ketidakpastiaan pengguna

Faktor ketidakpastiaan pengguna dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam

peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai

kondisi lain. Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidaktepatan peramalan akibat

lainya tersebut.

d. Faktor Ekonomis

Terjadi karena adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah

dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling

ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan

potongan harga. Selain itu pengiriman dalam jumlah besar menyebabkan biaya

transportasi lebih rendah sehingga menurunkan biaya. Persedian diperlukan untuk

menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis.

2.1.3 Jenis-Jenis Persediaan

Pembagian jenis persediaan dapat berdasarkan proses manufaktur yang dijalani dan berdasarkan

tujuan. Berdasarkan proses manufaktur, maka persediaan dibagi dalam tiga kategori, yaitu (Agus

Ristono, 2009):

1. Persediaan bahan baku dan penolong.

(29)

3. Persediaan barang jadi.

Pembagian jenis persediaan berdasarkan tujuannya, terdiri dari

1. Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman (safety stock) adalah persedian yang dilakukan untuk

mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan

pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan

persediaan (stock out).

Faktor-faktor yang menentukan safety stock:

a. Penggunaan bahan baku rata-rata

Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode

tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan

baku pada masa sebelumnya.

b. Faktor waktu atau lead time (procurement time)

Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan

sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang

persedian. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan pesanan

yang lain, tetapi bervariasi.

2. Persediaan antisipasi

Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan persediaan yang

dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan

sebelumnya.

3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock)

Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih

dalam pengiriman, yaitu:

(30)

b. Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau

menunggu sebelum dipindahkan.

2.1.4 Biaya-Biaya dalam Persediaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistim persediaan adalah semua pengeluaran dan

kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistim persediaan terdiri dari biaya

pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan, dan biaya kekurangan persediaan. Berikut ini akan

diuraikan secara singkat masing-masing komponen biaya di atas (Arman Hakim, 2008).

1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = )

Biaya pembelian (purchase cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang.

Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan

barang. Biaya pembelian menjadi faktor yang penting ketika harga barang yang dibeli

tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount

atau price break di mana harga barang per-unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli

meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak

dimasukkan ke dalam total biaya pembelian untuk periode tertentu (misalnya satu tahun)

konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak

barang yang harus dipesan.

2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal–usul barang, yaitu biaya pemesanan

(ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya

pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = )

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang

(31)

pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan sebagainya.

Biaya ini asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

b. Biaya Pembuatan (Setup Cost = )

Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan

memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya

menyusun peralatan produksi, ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan

gambar benda kerja, dan sebagainya.

Karena kedua ongkos tersebut diatas mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan, maka di

dalam sistim persediaan ongkos tersebut sering disebut sebagai ongkos pengadaan (procurement

cost).

3. Biaya Penyimpanan (holding Cost/Carrying Cost = )

Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat penyimpanan barang. Biaya

ini meliputi:

a. Biaya Memiliki Persediaan (biaya modal).

Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, di mana modal perusahaan

mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh

karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan

dalam biaya sistim persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentasi

nilai persediaan untuk periode tertentu.

b. Biaya Gudang

Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya

gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan

biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang

(32)

c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan.

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya

berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan

penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.

d. Biaya Kadaluarsa (absolence).

Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi

dan model seperti barang – barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur

dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.

e. Biaya Asuransi.

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga hal – hal yang tidak diinginkan,

seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung pada jenis barang yang diasuransikan

dan perjanjian yang dilakukan dengan perusahaan asuransi.

f. Biaya Administrasi dan Pemindahan.

Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik

pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk

memindahkan barang dari dan ke dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh

dan peralatan handling.

Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya

simpan per–unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan (misalnya :

Rp/unit/tahun).

4. Biaya Kekurangan Persediaan (shortage cost = )

Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan

kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugiaan karena proses produksi

(33)

kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya

kekurangan persediaan dapat diukur dari:

a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi

Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi

permintaan atau kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan

sebagai biaya penalty (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan

misalnya: Rp/unit.

b. Waktu pemenuhan

Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya

perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menggangur tersebut

dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan

waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan misalnya: Rp/unit.

c. Biaya pengadaan darurat

Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang

biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan

biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan

biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya: Rp/unit.

Kadang-kadang biaya ini disebut juga biaya kesempatan (opportunity cost). Ada perbedaan

pengertian antara biaya persediaan aktual yang dihitung secara akutansi dengan biaya persediaan

yang digunakan dalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Biaya persediaan yang

diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel

(incremental discount), sedangkan biaya-biaya yang bersifat fixed seperti biaya pembelian tidak

(34)

2.1.5 Model-Model Sistim Persediaan

Terdapat 2 keputusan yang penting dalam sebuah model persediaan, yaitu :

1. Berapa (how many) jumlah yang harus dipesan untuk persediaan barang tertentu?

2. Kapan (when) waktu yang optimal untuk memesan barang tersebut kembali sehingga

persediaan dapat mencapai titik optimal kembali?

Setiap keputusan yang diambil mempunyai pengaruh terhadap besar biaya persediaan. Untuk

memudahkan dalam mengambil keputusan, dikembangkan model-model dalam manajemen

persediaan. Model permintaan dibagi menjadi dua macam, yaitu permintaan deterministik dan

[image:34.612.78.496.352.485.2]

permintaan probabilisti (Hamdy A. Taha (1992).

Gambar 2.1 Klasifikasi Permintaan dalam Model Persediaan

1. Permintaan Deterministik

Pada model deterministik permintaan dan periode kedatangan pesanan dapat diketahui

secara pasti sebelumnya. Model ini dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Statis deterministik

Pada model ini tingkat konsumsi tetap dan konstan setiap waktu.

b. Dinamik deterministik

Permintaan

Deterministik

Statis

Dinamis

Probabilistik

Stasioner

(35)

Pada model ini tingkat permintaannya diketahui dengan pasti tetapi sifat

permintaannya bervariasi dari periode ke periode.

Untuk menentukan kebijaksanaan persediaan yang optimum, dibutuhkan informasi

mengenai parameter-parameter berikut: Perkiraan kebutuhan, biaya-biaya persediaan, lead time.

Dalam model persediaan deterministik parameter-parameter yang berpengaruh terhadap sistim

persediaan dapat diketahui dengan pasti. Rata-rata kebutuhan dan biaya-biaya persediaan

diasumsikan diketahui dengan pasti. Lamanya lead time juga diasumsikan selalu tetap. Karena

semua parameter bersifat deterministik maka tidak dimungkinkan adanya kekurangan persediaan.

Dalam dunia nyata, akan sangat jarang ditemukan situasi di mana seluruh parameter dapat

diketahui dengan pasti. Karena itu, akan lebih masuk akal jika digunakan model-model

probabilistik yang mempertimbangkan ketidakpastian pada parameter-parameternya. Namun,

model deterministik terkadang merupakan pendekatan yang sangat baik, atau paling tidak

merupakan langkah awal yang baik untuk menggambarkan fenomena persediaan.

2. Permintaan probabilistik.

Pada model-model persediaan deterministik, diasumsikan bahwa semua parameter

persediaan selalu konstan dan diketahui secara pasti. Pada kenyataan, sering terjadi

parameter-parameter yang ada merupakan nilai-nilai yang tidak pasti dan sifatnya hanya

estimasi atau perkiraan saja. Parameter-parameter seperti permintaan, lead time, biaya

penyimpanan, biaya pemesanan, biaya kekurangan persediaan dan harga kenyataannya

sering bervariasi. Model-model deterministik tidak peka terhadap perubahan-perubahan

parameter tersebut. Untuk menghadapi variasi yang ada, terutama variasi permintaan dan

lead time, model probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman

(safety stock). Model ini dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Stasioner probabilistik

Pada model ini fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak berubah

sepanjang waktu. Akibatnya pengaruh trend musiman permintaan tidak dimasukkan

(36)

b. Non stationer probabilistik

Pada model ini fungsi kepadatan probabilitas permintaanya bervariasi dari waktu ke

waktu dan dipengaruhi trend musiman permintaan.

Walaupun jenis permintaan adalah faktor utama dalam perancangan model persediaan,

faktor-faktor berikut ini dapat juga mempengaruhi cara perumusan model yang bersangkutan

seperti yang dijelaskan Hamdy A. Taha (1992), yaitu:

a. Tenggang waktu pengiriman (lag atau lead time)

Ketika sebuah pesanan diajukan, pesanan itu dapat dikirim dengan segera atau

kemungkinan memerlukan beberapa waktu sebelum pengiriman dilakukan. Tenggang

waktu pengiriman dapat bersifat deterministik atau probabilistik.

b. Pengisian kembali persediaan

Walaupun sistim persediaan dapat beroperasi dengan tenggang waktu pengiriman,

pengisian kembali persediaan dapat terjadi dengan segera atau dengan seragam. Pengisian

kembali yang segera terjadi ketika persediaan dibeli dari sumber-sumber luar. Pengisian

kembali yang seragam terjadi ketika sebuah produk dibuat secara lokal dalam organisasi.

Secara umum, sebuah sistim persediaan dapat beroperasi dengan tenggang waktu positif

dan juga dengan pengisian persediaan yang seragam.

c. Rentang perencanaan

Rentang perencanaan mendefinisikan periode di mana tingkat persediaan dikendalikan.

Rentang perencanaan ini dapat terbatas atau tidak terbatas, bergantung pada periode

waktu mana permintaan dapat diramalkan.

d. Jumlah tingkat penawaran

Sebuah sistim persediaan dapat terdiri dari beberapa titik pengisian persediaan (bukan

(37)

sedemikian rupa sehingga satu titik bertindak sebagai titik penawaran untuk titik-titik

lainnya. Jenis operasi ini dapat berulang di tingkat yang berbeda sehingga satu titik

permintaan dapat sekali lagi menjadi titik penawaran yang baru.

e. Jumlah jenis barang

Sebuah sistim persediaan dapat melibatkan lebih dari satu barang. Kasus ini sangat

menarik terutama jika terdapat sejenis interaksi tertentu di antara barang-barang yang

berbeda.

2.2 Model Persediaan Deterministik EOQ Sederhana

Salah satu model yang sangat populer di dalam sistim deterministik adalah model Wilson. Model

ini dipublikasikan oleh Ford W. Harris tahun 1915 dan masih digunakan banyak organisasi saat

ini. Model Wilson ini merupakan dasar dari berbagai pengembangan metode–metode persediaan.

Model EOQ tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut

(Zulian Yamit, 2005)

1. Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap, dan terus menerus.

2. Tenggang waktu pemesanan dapat dilakukan dan relatif tetap.

3. Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan, artinya setelah kebutuhan dan

tengang waktu dapat ditentukan secara pasti berarti kekurangan persediaan dapat

dihindari.

4. Pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan.

5. Struktur biaya tidak berubah. Biaya pemesanan atau persiapan sama tanpa memperhatikan

jumlah yang dipesan. Biaya simpan adalah berdasarkan fungsi liniar terhadap rata-rata

persediaan, dan harga beli atau biaya pembelian per-unit adalah konstan (tidak ada

potongan).

6. Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan.

(38)

Dari asumsi-asumsi di atas, model ini mungkin diaplikasikan baik pada sistim manufaktur

seperti penentuan persediaan bahan baku dan pada sistim non manufaktur. Tujuan model ini

adalah untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga biaya total

persediaan dapat diminimalkan. Situasi pada model ini dapat disajikan secara grafik sebagai

berikut (P. Siagian, 2006):

Persediaan

Q Q Q

0 1 2 Waktu

[image:38.612.72.457.252.436.2]

t t

Gambar 2.2 Model Persediaan EOQ Sederhana

Ada dua macam biaya yang dipertimbangkan, yaitu:

1. Biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan pertahun merupakan perkalian antara rata-rata persediaan pertahun

dengan biaya simpan perunit pertahun. Jika rata-rata persediaan pertahun =

2, di mana Q

adalah ukuran pemesanan, dan biaya simpan perunit pertahun adalah h, maka: Total biaya

penyimpanan pertahun= = ℎ

(39)

2. Biaya pemesanan dan pembelian

Biaya pembelian pertahun (annual purchase cost) merupakan total harga yang

dikeluarkan untuk membeli suatu barang, yaitu perkalian antara harga barang perunit (C)

dengan banyaknya barang yang dibeli sepanjang tahun, yaitu sebesar demand (D). Total

biaya pembelian pertahun= = DC

Sedangkan total biaya pemesanan pertahun merupakan perkalian antara biaya per

pemesanan (A) dikalikan banyaknya pemesanan dalam satu tahun

�, di mana D adalah banyaknya

kebutuhan selama satu tahun. Total biaya pemesanan pertahun = = �

Sehingga: Total Biaya Per Tahun (TIC) = biaya pembelian per tahun + biaya pemesanan per

tahun + biaya penyimpanan per tahun.

� = +

�+ �

(2.1)

Dengan menurunkan persamaan 2.1 terhadap Q, diperolehlah persamaan untuk mencari Q

optimal sebagai berikut.

( ) =ℎ

2− 2 = 0

2 = 2 2 =2

ℎ = 2

(40)

2.3 Potongan Harga (Quantity Discount)

Untuk mendapatkan, memikat, dan mengikat pelanggan, perusahaan termasuk perusahaan

supplier melakukan berbagai kiat. Salah satu diantaranya yang paling umum adalah pemberian

potongan harga pada jumlah pembelian yang relatif besar. Keuntungan bagi penjual adalah

penjualan dalam jumlah yang banyak akan mengurangi biaya produksi tiap unitnya. Keuntungan

bagi pembeli bila membeli dalam jumlah yang besar adalah turunnya harga beli per-unit, biaya

perpindahan dan pengiriman yang lebih rendah, penurunan biaya pemesanan, dan kemungkinan

kekurangan persediaan sangat kecil. Akan tetapi, disisi lain pembelian dalam jumlah besar

mengakibatkan kerugian di mana biaya investasi (modal) yang tertanam pada persediaan terlalu

besar, biaya penyimpanan dalam gudang membengkak, dan kesempatan barang yang disimpan

menjadi rusak dan susut sangat besar karena penyimpanan yang terlalu lama.

Secara umum ada dua jenis potongan harga karena kuantitas barang pesanan yang

ditawarkan oleh penyalur, yakni potongan harga all-units (absolute quantity discount) dan

potongan incremental. Dengan adanya potongan all-units, pembelian dalam jumlah yang besar

mengakibatkan adanya suatu harga tiap satuan yang lebih rendah untuk keseluruhan paket

pemesanan. Pada potongan incremental menerapkan atau memberlakukan harga per satuan yang

lebih rendah hanya untuk membeli unit di atas suatu kuantitas tertentu saja sesuai yang diterapkan

perusahaan secara berjenjang. Oleh karena itu, all-units mengakibatkan harga per satuan akan

sama per tiap-tiap item di dalam paket pemesanan, sedangkan potongan harga incremental dapat

mengakibatkan berbagai harga per satuan bagi satu item tertentu di dalam paket pemesanan yang

(41)

2.3.1 All-Units Discount

Potongan all-units diberikan pada pembelian dalam jumlah yang besar yang mengakibatkan harga

tiap satuan yang lebih rendah untuk keseluruhan paket pemesanan. Asumsi dasar dalam model

EOQ adalah harga per-unit konstan.

Dengan potongan all-units karena kuantitas, pembeli diperkenalkan oleh penyalur dengan

suatu harga yang terdiri dari j kuantitas mencakup beberapa harga satuan, di mana jika jumlah

pesanan berada dalam satu range antara suatu jumlah tertentu (misalkan 0 sampai titik tertentu

yang lain (misalkan 1), maka harga per unitnya sebesar 0. Akan tetapi, jika jumlah pesanan

mulai dari 1 sampai dengan 2, maka harganya menjadi 1, di mana sudah pasti 0 > 1.

Demikian seterusnya sampai jumlah +1. Penjelasan potongan tersebut di atas dapat di

gambarkan sebagai berikut (Agus Ristono, 2009):

=

0 0 1

1 1 2

. . .

+1

Di mana:

1 < 2 <⋯ < : Urutan bilangan bulat di mana price break terjadi. 0 = kuantitas minimum yang dapat dibeli (pada umumnya satu)

= kuantitas yang maksimum (pada umumnya tak terbatas)

= harga untuk ukuran lot (kelompok) tertentu yang ada di dalam interval ke +1 dengan

(42)

Langkah-langkah berikut ini menunjukkan bagaimana cara memperoleh jumlah

pemesanan dengan biaya minimum apabila terdapat satu atau lebih unit diskon (Zulian Yamit,

2005).

1. Dimulai dengan unit biaya terendah, hitung EOQ setiap unit biaya sehingga diperoleh

EOQ yang benar atau tepat.

2. Hitung total biaya untuk EOQ yang benar, jika total biayanya lebih rendah, maka unit

pembelian dengan harga diskon dapat diterima atau lebih menguntungkan.

3. Pilih jumlah pembelian yang memiliki total biaya yang paling rendah dalam langkah 2 di

atas.

All unit discount adalah potongan harga yang memiliki struktur seperti pada tabel 2.1 di

[image:42.612.89.462.469.617.2]

bawah ini.

Tabel 2.1. Contoh struktur all units discount

Kisaran jumlah

pesanan

Harga per unit Total harga pada pesanan n unit

pada kisaran yang sesuai

1 – (a-1)

a – (b-1)

 b

x

y

z

nx

ny

nz

Potongan harga all units discount adalah potongan harga yang dipakai pada permasalahan dalam

(43)

2.3.2 Incremental Discount

Incremental discount atau potongan harga bertahap dimaksudkan untuk mendorong pembeli

untuk meningkatkan jumlah pembeliannya. Dalam situasi ini penjual menawarkan beberapa harga

dengan interval tertentu. Dalam model potongan harga bertahap ini semua unit harganya tidaklah

sama karena ada penjadwalan potongan harga yang menyebabkan biaya pembelian unit tidak

konstan. Struktur potongan harga bertahap (incremental discount) dapat ditunjukan pada tabel 2.2

[image:43.612.89.491.301.515.2]

di bawah ini.

Tabel 2.2 Contoh struktur incremental quantity discount

Kisaran jumlah

pesanan

Harga per unit Total harga pada pesanan n unit pada

kisaran yang sesuai

1 – (a-1)

a – (b-1)

 b

x

x untuk (a-1) unit, y

untuk sisanya

x untuk (a-1) unit, y

untuk (b-a) unit, z

untuk sisanya

nx

(a-1) x + (n-a+1) y

(a-1) x + (b-a) y + (n-b+1) z

Secara matematik bentuk potongan harga per unit diperlihatkan sebagai berikut (Agus

Ristono, 2009):

=

0 � 0 � � �� 1−1

1 � 1 � � �� 2−1

. . .

(44)

Di mana:

1. 1 < 2 <⋯ < : urutan bilangan bulat jumlah dimana price break terjadi.

2. 0 > 1 >⋯ > .

3. Dengan bentuk potongan tersebut, biaya pembelian unit tidak konstan untuk semua

kuantitas Q yang berada pada interval < Q < +1

Prosedur untuk menentukan pemesanan optimum atau jumlah optimal ukuran lot dengan

incremental discount adalah sebagai berikut:

1. Kalkulasi EOQ untuk pembelian unit masing-masing harga.

2. Tentukan EOQ yang sah.

3. Kalkulasikan total biaya untuk masing-masing EOQ yang sah.

4. Pilih EOQ dengan total biaya yang paling rendah.

2.4 Proses Pengadaan Persediaan

Replenishment atau pengadaan ulang ialah upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan

pemesanan ke penyalur yang bertujuan untuk menyimpan persediaan. Dalam sebuah proses

pengadaan dengan biaya produksi cekung, untuk meningkatkan penjualan, banyak penyalur

menawarkan diskon bagi pelanggannya, yang dikenal dengan quantity discount. Pihak

perusahaan harus memutuskan kapan dan berapa banyak pemesanan yang harus dilakukan.

Dengan adanya diskon, perusahaan mungkin tergoda untuk memesan jumlah produk yang

mendapat diskon terbesar karena biaya produksinya menurun, tetapi biaya penyimpanan akan

meningkat akibat pesanan yang lebih besar. Pada kasus lain perusahaan dapat mengurangi biaya

dengan mengurangi tingkat persediaan, sebaliknya konsumen akan merasa tidak puas bila suatu

produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi

persediaan dan tingkat layanan konsumen. Perusahaan sebaiknya tidak melakukan tindakan

(45)

Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan harus melakukan pengadaan, antara lain:

1. Mengatasi adanya permintaan dari customer yang tidak terduga.

2. Menghadapi adanya kenaikan harga barang persediaan itu sendiri.

3. Memanfaatkan adanya quantity discounts untuk pembelian dalam jumlah tertentu (misal:

perusahaan akan mendapatkan potongan harga 10 % jika pembelian 100 unit, dan akan

bertambah terhadap kelipatan pembeliannya).

2.5 Pengadaan Persediaan Multi Item Gabungan

Joint replenishment atau pengadaan gabungan dapat terjadi apabila sebuah perusahaan membeli

sejumlah barang dari pemasok atau memproduksi sendiri barang tersebut. Sekelompok barang

yang berjenis sama mungkin memerlukan perlengkapan yang sama dan perlakuan yang khusus

untuk setiap itemnya. Maka, dalam beberapa hal akan terjadi kemungkinan jika beberapa jenis

barang tertentu memiliki biaya tetap yang sama sekaligus perlengkapan dan pengadaan yang

sama juga. Misalnya, jika sebuah barang dikemas setelah diproduksi menjadi lebih dari satu

ukuran, penghematan dapat diperkirakan jika barang-barang ini diproduksi bersamaan dan

dikemas masing-masing. Dengan menggabungkan jumlah pemesanan dari beberapa barang,

sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya transportasi, mendapat potongan harga dari

pembelian barang, atau keduanya.

Umumnya, biaya tetap gabungan dari pembelian beberapa barang dari sebuah perusahaan

bergantung pada jumlah barang yang dibeli sesuai pesanan. Dengan mengelompokkan barang

sesuai jenisnya biaya yang mungkin akan dihabiskan untuk beberapa pemesanan yang tidak

penting dapat dihemat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memutuskan berapa banyak barang

(46)

pembelian ataupun produksi barang, variabel keputusan yang harus dibuat adalah sama, yaitu

(Narasimhan dkk., 1985):

1. Nilai atau kuantitas barang tiap item yang diproduksi atau sedang dipesan setiap siklus.

2. Total biaya atau kuantitas barang semua unit yang diproduksi ataupun yang sedang

dipesan setiap siklusnya.

3. Frekuensi terhadap barang yang dipesan ataupun yang diproduksi.

Asumsi yang digunakan sama dengan model EOQ yaitu diasumsikan permintaan, lead

time (waktu tenggang), biaya, dan persentase persediaan untuk semua jenis barang yang diberikan

adalah tetap dan dapat ditentukan. Pertama, tentukan model pengadaan gabungan semua jenis

barang yang dipesan dalam satu siklus pemesanan. Selanjutnya, kembangkan solusi dengan

mengembangkan model pengadaan persediaan setiap jenis barang ke dalam kelompok. Dalam

hal ini, setiap item dapat atau tidak dapat dipesan. Setelah itu, tunjukkan model kuantitas

produksi gabungan untuk menentukan jumlah dari masing-masing item di dalam kelompok

barang yang diproduksi. Notasi-notasi yang digunakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

TIC = biaya total pengadaan persediaan selama satu periode,

F = frekuensi pemesanan per periode,

C = biaya pesan tetap setiap kali pesan,

ci = biaya pesan untuk pemesanan item i,

Hi = biaya penyimpanan item i per unit per periode,

Qi = jumlah unit item i setiap kali pesan,

Pi = harga item i per unit, dan

Di = kebutuhan unit item i per periode.

Dk = kebutuhan unit item k per periode,

Qk = jumlah unit item k setiap kali pesan.

(47)

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Model Persediaan Deterministik Multi Item dengan Laju Pemakaian Tetap

Kejadian deterministik yang dipakai sebagai asumsi untuk pembentukan model-model

pengendalian persediaan deterministik, sebenarnya tidak pernah terjadi. Namun teori ini dapat

digunakan untuk mendekati kejadian yang tingkat ketidakpastiannya cukup rendah. Model

pengendalian persediaan probabilistik, yang lebih kompleks daripada model deterministik, akan

menjadi tidak ekonomis untuk diterapkan bila dipakai untuk memodelkan kejadian yang tingkat

ketidakpastiannya cukup rendah.

Model pengendaliaan persediaan deterministik dikembangkan untuk meminimumkan

biaya total pengadaan persediaan selama satu periode dalam suatu kelompok barang yang

diproduksi ataupun dipesan secara bersamaan. Biaya total pengadaan persediaan adalah

penjumlahan dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembelian.

Pemesanan suatu barang dalam model persediaan deterministik multi item ini meliputi

biaya pesan tetap setiap kali pesan yaitu C dan biaya pesan untuk setiap pemesanan item i yaitu

. Total pemesanan sejumlah jenis barang dalam suatu kelompok barang adalah ( + ). Pembeli melakukan pemesanan suatu produk barang dari supplier dengan frekuensi pemesanan F

kali sesuai dengan kebutuhan pembeli. Maka total biaya pemesanan adalah biaya total sejumlah

jenis barang dalam suatu kelompok dikali dengan frekuensi pemesanan dalam satu periode, yaitu:

(48)

Biaya penyimpanan dalam persediaan multi item adalah rata-rata penjumlahan dari setiap

jenis barang dalam satu kelompok dikalikan dengan jumlah unit item i setiap kali pesan. Biaya

penyimpanan item i per unit per periode adalah dan jumlah unit item i setiap kali pesan adalah

. Maka total biaya penyimpanannya adalah:

Biaya penyimpanan= =

2 (3.2)

Biaya pembelian meliputi penjumlahan semua jenis-jenis barang yang dibeli dalam satu

periode dikalikan dengan harga masing-masing item atau jenis barang tiap unitnya. Harga item i

per unit adalah dan kebutuhan per unit item i adalah . Maka total biaya pembelian adalah:

Biaya pembelian = = (3.3)

Biaya total pengadaan persediaan dalam satu periode didapat dengan menjumlahkan biaya

pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya pembelian. Oleh karena itu, dengan menjumlahkan

persamaan (3.1), (3.2), dan (3.3), diperolehlah biaya total pengadaan persediaan selama satu

periode untuk persediaan deterministik multi item, yaitu:

= � + +

2 + (3.4)

Model di atas disusun dengan asumsi–asumsi dasar pengembangan model persediaan

deterministik sederhana yaitu:

1. Laju pemakaian persediaan tertentu dan tetap (sehingga dapat dipastikan tidak akan terjadi

stock out),

2. Kedatangan pesanan sekaligus,

3. Tidak diijinkan adanya back order.

4. Harga item-item yang terlibat tetap, tidak dipengaruhi jumlah pesanan, dan.

(49)

Apabila jumlah produksi item i atau tingkat persediaan pada awal putaran adalah Qi dan

kebutuhan unit item i per periode adalah Di, maka jumlah frekuensi pemesanan per periode (F)

adalah:

F = (3.5)

Bila setiap jenis barang tidak pernah dipesan secara bersama-sama, maka biaya pesan C

akan melebur ke biaya pesan untuk pemesanan item i yaitu . Oleh karena itu, persamaan (3.4)

di atas akan menjadi:

= � +

2 + (3.6)

Atau

= (

Di

Qi + 2 + ) (3.7)

Sebaliknya bila semua item selalu dipesan bersama-sama, biaya pesan untuk pemesanan

item i yaitu akan melebur ke C yaitu biaya pesan tetap setiap kali pesan dan persamaan (3.4)

diatas akan berubah menjadi:

= � +

2 + (3.8)

3.2 Biaya Pesan Gabungan dalam Persediaan Deterministik Multi Item

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kasus yang dibahas dalam tulisan ini adalah pengembangan

model pengadaan persediaan deterministik multi item barang yang dipesan dari satu supplier,

dengan biaya pesan tidak dipengaruhi oleh jumlah dan jenis item yang dipesan. Biaya total

pengadaan persediaannya dapat dipresentasikan pada persamaan (3.8) yang telah dijelaskan

(50)

Dalam kasus ini, dapat langsung dipastikan bahwa pengadaan persediaan paling ekonomis

adalah apabila frekuensi pemesanan semua item sama, karena :

1. biaya pesan hanya tergantung pada frekuensi, dan

2. tidak akan ada item yang frekuensi pesannya lebih sedikit daripada item-item yang lain,

karena bila ada akan memperbesar jumlah persediaan rata-rata item tersebut yang berarti

memperbesar biaya penyimpanan.

Dengan kebutuhan unit item k per periode adalah Qk dan jumlah unit item k setiap kali

pesan adalah Dk dimana ∈ , maka jumlah frekuensi pemesanan per periode (F) adalah:

=

D

Q

(3.9)

karena persamaan (3.5) dan persamaan (3.9) adalah sama, maka jumlah frekuensi pemesanan per

periode (F) bisa menjadi:

=

D

Q

=

D

Q

(3.10)

maka semua Qidapat dinyatakan dalam Qk dengan persamaan berikut.

=

(3.11)

Dengan mensubstitusikan persamaan (3.9) dan persamaan (3.11) ke dalam F dan pada

persamaan (3.8), maka persamaaan untuk menghitung biaya total pengadaan menjadi:

=

D

Q

+

Qk
(51)

karena adalah variabel independen, dengan menurunkan persamaan (3.12) yaitu persamaan

untuk menghitung biaya total pengadaan terhadap , diperolehlah persamaan untuk mencari

optimal sebagai berikut:

( )

=− −2 +

2 = 0

2 =

−2

2 = 2

2 =2

= 2

=

2

2

(3.13)

Dimana adalah jumlah pesanan ekonomis untuk item k. Jumlah pesanan ekonomis item-item

lain dapat dihitung dengan persamaan yang sama yaitu persamaan (3.13).

3.3 Potongan Harga Pada Kasus Persediaan Item Tunggal

Pada kasus pengadaan persediaan dengan item tunggal, penyelesaian masalah penentuan

keputusan jumlah pesanan dengan potongan harga adalah dengan:

1. Menentukan formula yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah pesanan ekonomis,

(52)

yang sesuai, mulai dari kisaran jumlah pesanan terkecil, sampai didapatkan jumlah

pesanan ekonomis yang valid (yang berada pada kisaran yang sesuai).

3. Menghitung biaya pengadaan persediaan pada jumlah pesanan ekonomis valid dan pada

semua jumlah pesanan price break di atas jumlah pesanan ekonomis valid, dan

4. Memilih di antara hasil-hasil tersebut yang menghasilkan biaya terendah, sebagai

keputusan jumlah pesanan.

Langkah ke-3 dan ke-4 perlu dilakukan karena ada dua kemungkinan profil biaya

pengadaan persediaan sebagai fungsi jumlah pesanan pada kasus potongan harga ini, seperti

ditunjukkan oleh gambar 3.1 sebagai berikut:

TIC TIC

Q2*

Q1* Q2* Q1*

Q Q

a. keputusan pada jumlah b. keputusan pada jumlah

[image:52.612.90.474.394.638.2]

pesanan price break (Q2*) pesanan ekonomis valid (Q1*)

(53)

Kejadian seperti ditunjukkan oleh gambar 3.1a terjadi bila penurunan harga pada kisaran jumlah

pesanan setelah jumlah pesanan ekonomis valid (pada gambar adalah kisaran ke-4) cukup

signifikan, sedangkan gambar 3.1b menunjukkan kejadian bila penurunan harga dimaksud tidak

signifikan.

3.4 Pengendalian Persediaan Deterministik Multi Item dengan Potongan Harga dan Biaya Pesan Gabungan

Pada kasus pengadaan persediaan multi item, penentuan jumlah pesanan dilakukan dengan cara

yang tidak jauh berbeda dengan kasus item tunggal, hanya sedikit lebih kompleks, tergantung

jumlah item yang terlibat dan struktur potongan harganya. Dengan mengadaptasi tahap penentuan

frekuensi dan jumlah pesanan pada kasus potongan harga untuk item tunggal, tahap penentuan

frekuensi dan jumlah pesanan untuk kasus ini dapat disusun sebagai berikut :

1. Menentukan formula yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah pesanan ekonomis

(untuk kasus ini ditunjukkan oleh persamaan 3.13),

2. Berdasarkan data struktur potongan harga yang ada, dibuat struktur kisaran baru yang dapat

mewakili karakter potongan harga semua item yang terlibat secara bersama-sama,

3. Menghitung jumlah pesanan ekonomis pada semua kisaran jumlah pesanan baru yang

terbentuk dengan harga yang sesuai, mulai dari kisaran jumlah pesanan terkecil, sampai

didapatkan jumlah pesanan ekonomis yang valid (yang berada pada kisaran yang sesuai).

4. Menghitung biaya pengadaan persediaan pada jumlah pesanan ekonomis valid dan pada

(54)

5. Memilih di antara hasil-hasil tersebut yang menghasilkan biaya terendah, sebagai keputusan

jumlah pesanan.

3.5 Pembahasan Contoh Numerik

Contoh:

Sebuah toko mainan anak-anak harus merencanakan persediaan boneka. Empat jenis boneka

dipesan dari satu supplier boneka yaitu boneka Tazmanian, boneka Hello Kitty, boneka Teddy

Bear, dan boneka Lumba-lumba. Supplier boneka memberikan kebijakan tentang harga

Gambar

Gambar 1.1 Hubungan Tingkat Persediaan dan Jumlah Biaya
Gambar 2.1 Klasifikasi Permintaan dalam Model Persediaan
Gambar 2.2 Model Persediaan EOQ Sederhana
Tabel 2.1. Contoh struktur all units discount
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 16 memperlihatkan bahwa dalam satu siklus persediaan perusahaan dapat memesan barang sebesar 32.44 kg secara bertahap selama 2.70 hari dengan persediaan awal sebesar 22.15

• Kebiasaan pihak supplier dalam pengiriman barang yang dipesan, apakah tepat waktu atau sering kali terlambat dari waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meminimalkan total biaya persediaan dengan mengoptimalkan jumlah pemesanan, potongan harga kare- na permintaan tertunda, titik

Model persediaan yang dibahas pada artikel ini adalah pengembangan dari model EOQ sederhana dengan asumsi bahwa permintaan pada kelajuan D konstan,

Pengem- bangan lebih lanjut untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan dalam beberapa aspek antara lain membentuk model persediaan untuk barang-barang yang selalu mengalami

Judul : Pengendalian Persediaan Barang Jadi dengan Menggunakan Metode Deterministik Economic Order Quantity (EOQ) Multi-Item (Studi Kasus : CV. Rosarmi

• Kebiasaan pihak supplier dalam pengiriman barang yang dipesan, apakah tepat waktu atau sering kali terlambat dari waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak

Hal ini berarti total biaya untuk kasus 1 lebih besar dari kasus 2, sehingga keputusan yang harus diambil adalah special order tidak melakukan pada barang 2.. Hal