• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kepuasan Dan Stres Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Meidiatama Indokonsult Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kepuasan Dan Stres Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Meidiatama Indokonsult Banda Aceh"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN DAN STRES KERJA

TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PADA

PT. MEIDIATAMA INDOKONSULT

BANDA ACEH

TESIS

Oleh

NUR FALIZA 077019092/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

(2)

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN DAN STRES KERJA

TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PADA

PT. MEIDIATAMA INDOKONSULT

BANDA ACEH

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUR FALIZA 077019092/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH KEPUASAN DAN STRES KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PADA PT. MEIDIATAMA INDOKONSULT BANDA ACEH

Nama Mahasiswa : Nur Faliza Nomor Pokok : 077019092

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si.) (Dr. Elisabeth Siahaan, SE, M.Ec.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)

(4)

Telah diuji pada:

Tanggal 8 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Kepuasan dan Stres Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan pada PT. Meidiatama Indokonsult Banda Aceh”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Juli 2010 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Karyawan mengalami kejenuhan dalam bekerja, yang mengakibatkan penurunan terhadap semangat kerja, dampaknya dapat menganggu kerja tim dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga karyawan menjadi kurang disiplin dalam bekerja. Karyawan menjadi tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga perusahaan harus meminta penambahan waktu kerja kepada konsumennya. Karyawan merasa tidak puas terhadap hasil kerja karena produk yang dihasilkan berdasrkan dengan keinginan konsumen, dan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dengan batas waktu yang telah ditentukan menjadikan karyawan memiliki beban kerja yang membuat karyawan mengalami stres kerja .

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berhubungan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi, yang berkaitan dengan teori tentang Produktivitas, teori tentang Kepuasan dan teori tentang Stres Kerja.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sensus dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat deskriptif eksplanatori. Pada penelitian populasi karyawan PT. Meidiatama Indokonsult yang berjumlah 38 orang di jadikan sampel atau sering disebut sampel jenuh. Pengujian hipotesis menggunakan analisis linear berganda dengan uji secara serempak (uji F) dan secara parsial (uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kepuasan dan stres kerja secara serempak berpengaruh terhadap produktivitas karyawan dengan tingkat signifikasi 0,000.

Koefisien determinasi (R2) variabel independen terhadap variabel dependen sebesar

0,528 yang berarti kemampuan kepuasan dan stres kerja dalam menjelaskan produktivitas karyawan sebesar 52,8% dan sisanya 47,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hasil uji secara parsial (uji t) yaitu kepuasan dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kepuasan dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan, namun kepuasan kerja lebih dominan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja dibandingkan stres kerja.

(7)

ABSTRACT

The employees are experiencing saturation in the work, which resulted in a decrease of morale, its impact can disrupt teamwork in carrying out the work, as a result of employees to be less disciplined in their work. The employees to be not timely in finishing the work and the company must ask for additional work time to their customers. The employees are not satisfied with their work because the products are produced in accordance with the consumers wishes, and much work to be completed by the deadline that has been determined and to make the workload, the employees have made their experience of job stress.

Theory used in this research is the theories that relate to Human Resources Management and Organisational Behaviour, which is concerned with theories about Productivity, Satisfaction and job Stress.

The medthods of this study covering the cencus approach by means of quantitive descriptive research and charactered by the expalanatory descriptive research. The sample consideration approach of that is applied on this study is the population of employees PT. Meiditama Indokonsult engaging the number of thirty-eight (38) respondens.The hypotesis tested by using linear multiple regression analysis with simultaneous test (F test) and partially test (t test) which aims to identifying the impact of independent variables toward dependent variable.

The analysis result shows that satisfaction and job stress in simultaneously influence employee produktivity with a significance level of 0,000. The coefficient of determination of the independent variables toward dependent variable of the hypotesis similar to 0,528 indicating that the capability of satisfaction and job stress in explaining the employees produktivity is equal to 52,8 % and the rest of 47,2% is explained by supplementary factors out of this study. The partial test result (t test), that are satisfaction and job stress significanly influenced toemployee productivity.

The conclution of this study is the satisfaction and job stress have significant influenced to employee produktivity, but the job stress have greater contribution of influence the productivity of employees than to job stress.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta selawat dan

salam kepada Nabi Muhammad SAW karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah

produktivitas karyawan dengan judul ”Analisis Pengaruh Kepuasan dan Stres Kerja

Terhadap Produktivitas Karyawan pada PT. Meidiatama Indokonsult Banda Aceh”.

Selama menyelesaikan tesis ini maupun selama mengikuti proses perkuliahan,

penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA (K)., selaku Rektor

Universitas Sumetera Utara.

2 Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumetera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam

(9)

4. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, SE, M.Ec., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS., Selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana USU dan juga selaku Anggota Komisi Pembanding yang

telah banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana USU dan juga selaku Anggota Komisi Pembanding yang

telah banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembanding yang

telah banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

bermanfaat bagi penulis.

9. Ibu Syukriah, SH, M.Hum, selaku Direktur III PT. Meidiatama Indokonsult

Banda Aceh yang telah memberikan izin serta bersedia memberikan data yang

diperlukan untuk melakukan penelitian di PT. Meidiatama Indokonsult.

10.Seluruh sahabat Angkatan XIII Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan seluruh pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi dan memberi semangat

(10)

11.Khususnya kepada Orang tua saya tersayang Ayahanda Masruddin dan Ibunda

Nurmalawati serta adik-adik saya Muhammad Nazar, SH dan Nurwahyuni.

Terimakasih atas doa dan motivasi serta dukungan baik secara moril dan materil

sehingga penulis dapat melanjutkan dan meyelesaikan jenjang pendidikan Strata

dua.

12.Teristimewa kepada suami Effan Fahrizal, ST.Ars. Terimakasih atas doa dan

motivasi serta dukungan baik moril dan materil kepada penulis, serta anak-anak

saya yang tercinta Raisul Akram dan Izzia Zanjabila, terimakasih sayang atas

kesabaran dan pengorbanannya.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmad dan karunia-Nya kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada penulis baik

ketika masa kuliah maupun saat penulisan tesis ini. Penulis menyadari tesis ini belum

sempurna, namun demikian diharapkan nantinya dapat berguna bagi banyak pihak,

khususnya di bidang sumber daya manusia.

Medan, Juli 2010 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nur Faliza, lahir pada tanggal 01 Desember 1979 di Indrapuri Kabupaten

Aceh Besar, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Masruddin dan

Ibu Nurmalawati. Menikah 16 Juni 2005 dengan Effan Fahrizal, ST.Ars, serta

memiliki seorang putra dan seorang putri yang bernama Raisul Akram dan Izzia

Zanjabila.

Pendidikan di mulai pada tahun1987 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kota

Jantho Kabupaten Aceh Besar lulus dan tamat pada tahun 1993. Tahun 1993 di

Sekolah Menengah Pertama Negeri I (SMPN) Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar,

lulus dan tamat tahun1995. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum

Negeri I (SMUN) Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar dan lulus dan tamat tahun

1997. Selanjutnya tahun 1997 meneruskan pendidikan ke Strata Satu (S1) Ekonomi

Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) Jurusan Manajemen, lulus tahun 2002. Tahun

2007 melanjutkan ke strata-2 Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mulai bekerja tahun 2002 sampai sekarang sebagai staf pengajar pada

Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Nanggroe Aceh

Darussalam.

Medan, Juli 2010

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Perumusan Masalah... 4

I.3. Tujuan Penelitian... 5

I.4. Manfaat Penelitian... 5

I.5. Kerangka Berpikir... 6

I.6. Hipotesis... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

II.1. Teori tentang Kepuasan Kerja... 10

II.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja... 10

(13)

II.1.3. Keterkaitan Kepuasan Kerja dengan Produktivitas

Karyawan... 15

II.2. Teori tentang Stres Kerja ... 16

II.2.1. Pengertian Stres Kerja... 16

II.2.2. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja... 17

II.2.3. Reaksi Karyawan dalam Mengahadapi Stres... 21

II.2.4. Strategi dan Manajemen Stres... 25

II.2.5. Keterkaitan Stres Kerja dengan Produktivitas Karyawan... 32

II.3. Teori tentang Produktivitas ... 34

II.3.1. Pengertian Produktivitas ... 34

II.3.2. Faktor-faktor Produktivitas ... 36

II.3.3. Pengukuran Produktivitas ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 40

III.2. Metode Penelitian... 40

III.3. Populasi dan Sampel... 41

III.4. Metode Pengumpulan Data... 41

III.5. Jenis dan Sumber Data... 42

III.6. Identifikasi Variabel Penelitian... 42

(14)

III.8. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 43

III.8.1. Uji Validitas... 44

III.8.2. Uji Reliabilitas... 46

III.9. Metode Analisis Data... 47

III.10.Pengujian Asumsi Klasik... 49

III.10.1. Uji Normalitas... 49

III.10.2. Uji Multikolinieritas... 50

III.10.3. Uji Heteroskedastisitas... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 53

IV.1. Hasil Penelitian... 53

IV.1.1. Gambaran Umum PT. Meidiatama Indokonsult Banda Aceh... 53

IV.1.2. Karakteristik Responden ... 58

IV.1.2.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin... 58

IV.1.2.2. Karakteristik responden berdasarkan jabatan... 59

IV.1.2.3. Karakteristik responden berdasarkan usia... 60

IV.1.2.4. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja... 61

IV.1.2.5. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan... 62

(15)

IV.1.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian... 63

IV.1.3.1. Penjelasan responden atas variabel kepuasan kerja... 63

IV.1.3.2. Penjelasan responden atas variabel stres kerja... 68

IV.1.3.3. Penjelasan responden atas variabel produktivitas karyawan... 72

IV.2. Pembahasan... 77

IV.2.1. Hasil Uji Asumsi Klasik... 77

IV.2.2. Hasil Regresi ... 80

IV.2.2.1. Koefisien determinasi (R-Square)... 83

IV.2.2.2. Hasil uji serempak (Uji F)... 83

IV.2.2.3. Hasil uji parsial (Uji t)... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 90

V.1. Kesimpulan... 90

V.2. Saran... 90

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

III.1. Definisi Operasional Variabel... 43

III.2. Hasil Uji Validitas ... 45

III.3. Hasil Uji Reliabilitas ... 46

IV.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 58

IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan... 59

IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 60

IV.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 61

IV.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan... 62

IV.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 62

IV.7. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov... 77

IV.8. Hasil Uji Multikolinieritas... 78

IV.9. Hasil Uji Glejser... 80

IV.10. Hasil Regresi Linier Berganda... 81

IV.11. Nilai Koefisien Determinasi ... ... 83

IV.12. Hasil Uji Serempak... 84

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

I.1 Kerangka Berpikir... 9

II.1. Kaitan Usaha dan Kemampuan dengan Produktivitas... 35

IV.1. Struktur Organisasi PT. Meidiatama Indokonsult BandaAceh... 57

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Uji Validitas dan Reliabilitas... 95

2. Karakteristik Responden... 98

3. Hasil Jawaban Responden... 101

4. Hasil Uji Asumsi Klasik... 112

(19)

ABSTRAK

Karyawan mengalami kejenuhan dalam bekerja, yang mengakibatkan penurunan terhadap semangat kerja, dampaknya dapat menganggu kerja tim dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga karyawan menjadi kurang disiplin dalam bekerja. Karyawan menjadi tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga perusahaan harus meminta penambahan waktu kerja kepada konsumennya. Karyawan merasa tidak puas terhadap hasil kerja karena produk yang dihasilkan berdasrkan dengan keinginan konsumen, dan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dengan batas waktu yang telah ditentukan menjadikan karyawan memiliki beban kerja yang membuat karyawan mengalami stres kerja .

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berhubungan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi, yang berkaitan dengan teori tentang Produktivitas, teori tentang Kepuasan dan teori tentang Stres Kerja.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sensus dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan bersifat deskriptif eksplanatori. Pada penelitian populasi karyawan PT. Meidiatama Indokonsult yang berjumlah 38 orang di jadikan sampel atau sering disebut sampel jenuh. Pengujian hipotesis menggunakan analisis linear berganda dengan uji secara serempak (uji F) dan secara parsial (uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kepuasan dan stres kerja secara serempak berpengaruh terhadap produktivitas karyawan dengan tingkat signifikasi 0,000.

Koefisien determinasi (R2) variabel independen terhadap variabel dependen sebesar

0,528 yang berarti kemampuan kepuasan dan stres kerja dalam menjelaskan produktivitas karyawan sebesar 52,8% dan sisanya 47,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hasil uji secara parsial (uji t) yaitu kepuasan dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kepuasan dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan, namun kepuasan kerja lebih dominan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja dibandingkan stres kerja.

(20)

ABSTRACT

The employees are experiencing saturation in the work, which resulted in a decrease of morale, its impact can disrupt teamwork in carrying out the work, as a result of employees to be less disciplined in their work. The employees to be not timely in finishing the work and the company must ask for additional work time to their customers. The employees are not satisfied with their work because the products are produced in accordance with the consumers wishes, and much work to be completed by the deadline that has been determined and to make the workload, the employees have made their experience of job stress.

Theory used in this research is the theories that relate to Human Resources Management and Organisational Behaviour, which is concerned with theories about Productivity, Satisfaction and job Stress.

The medthods of this study covering the cencus approach by means of quantitive descriptive research and charactered by the expalanatory descriptive research. The sample consideration approach of that is applied on this study is the population of employees PT. Meiditama Indokonsult engaging the number of thirty-eight (38) respondens.The hypotesis tested by using linear multiple regression analysis with simultaneous test (F test) and partially test (t test) which aims to identifying the impact of independent variables toward dependent variable.

The analysis result shows that satisfaction and job stress in simultaneously influence employee produktivity with a significance level of 0,000. The coefficient of determination of the independent variables toward dependent variable of the hypotesis similar to 0,528 indicating that the capability of satisfaction and job stress in explaining the employees produktivity is equal to 52,8 % and the rest of 47,2% is explained by supplementary factors out of this study. The partial test result (t test), that are satisfaction and job stress significanly influenced toemployee productivity.

The conclution of this study is the satisfaction and job stress have significant influenced to employee produktivity, but the job stress have greater contribution of influence the productivity of employees than to job stress.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

membawa pengaruh yang signifikan kepada para karyawan, keahlian, pengetahuan

dan kemampuan merupakan hal utama yang harus dimiliki dalam bersaing di dunia

kerja yang sangat kompetitif dan selalu menuntut kualitas kerja bukan hanya

kuantitasnya saja. Dari sisi organisasi atau perusahaan adanya fasilitas kerja dan

sistem-sistem atau prosedur-prosedur yang mendukung para karyawan didalam

mewujudkan tujuan perusahaan terutama yang berkaitan dengan produktivitas kerja.

Untuk mencapai hasil yang maksimal atau ouput yang berkualitas, perusahaan perlu

memperhatikan karyawan dengna segala kebutuhannnya dan juga masalah-masalah

yang dihadapi baik secara internal maupun eksternal,karena hal ini akan

mempengaruhi cara mereka bekerja terutama yang sangat berkaitan dengan hasil

kerja atau produktivitas kerja.

Produktivitas kerja merupakan hasil kerja atau outcomes dari karyawan atas

kontribusinya kepada perusahaan melalui pengetahuan, keahlian dan kemampuan

yang dimilikinya yaitu sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Karyawan PT.

Mediatama Konsultan merupakan karyawan yang ahli dalam bidangnya

masing-masing, karyawan yang memiliki kemampuan teknikal yaitu kemampuan yang

(22)

kemampuan untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain, kemampuan

ini diperlukan dalam melobi paket pekerjaan dan juga untuk mempresentasikan dan

meyakinkan produknya kepada konsumennya. Kemampuan konseptual juga harus

bisa dimiliki oleh karyawan untuk memahami kompleksitas organisasi dan

penyesuaian bidang gerak unit kerja masing-masing ke dalam bidang operasi secara

menyeluruh. Kemampuan ini memungkinkan karyawan bertindak selaras dengan

tujuan organisasi secara menyeluruh dari pada hanya atas dasar tujuan pribadi.

Sehingga dengan kemampuan atau keahlian yang dimiliki, karyawan akan mampu

menghadapi pekerjaan dan masalah-masalah yang akan timbul didalamnya.

Karyawan PT. Meidiatama Indokonsult tidak terlepas dari masalah-masalah

yang berhubungan dengan sumber daya manusia, terutama yang berhubungan dengan

produktivitas kerja, hal ini dilihat dari semangat kerja karyawan yang menurun akibat

dari rasa jenuh terhadap pekerjaan yang dilakukan sehingga mengganggu kerja tim

dalam melakukan pekerjaan. Kemudian tenaga dan pikiran tidak sepenuhnya terfokus

pada pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sehingga sikap karyawan menjadi

kurang peduli terhadap pekerjaannya dan mereka menjadi kurang disiplin dalam

bekerja. Hal ini berakibat pada tidak tepatnya waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

sehingga perusahaan harus meminta penambahan waktu kerja kepada konsumennya.

Perusahaan perlu memperhatikan dan menciptakan kondisi yang seimbang

antara pencapaian tujuan perusahaan dengan pencapaian tujuan individual

(23)

mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh karyawan dalam meningkatkan

kontribusinya untuk perusahaan. Karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang

tinggi akan menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya dan karyawan

yang tidak puas akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya.

Karyawan PT. Meidiatama Indokonsult dalam menghasilkan produknya

harus berdasarkan atau disesuaikan dengan keinginan konsumennya, sehingga

karyawan kurang bisa mengembangkan kreatifitasnya dalam bekerja. Karyawan

memiliki batas waktu dalam bekerja, yang telah ditentukan oleh perusahaan, sehingga

karyawan merasa tidak maksimal dalam menghasilkan produknya, karena kadangkala

batas waktu kerja tidaksesuai dengan tingkat kesulitan dalam bekerja. Kondisi kerja

dilapangan yang sulit tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh karyawan, membuat

karyawan kurang puas akan pekerjaan mereka serta kompensasi yang diberikan tidak

sesuai dengan beban kerja, sehingga ada karyawan yang bekerja di luar perusahaan

untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

Perusahaan juga perlu memperhatikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan

oleh karyawan yang dapat memberikan tekanan atau stres kerja pada karyawan. Stres

kerja ini juga dapat mempengaruhi karyawan dalam melakukan aktivitas kerjanya.

Stres kerja tidak hanya berpengaruh terhadap karyawan tetapi juga organisasi atau

perusahaan. Tidak semua stres kerja memberikan dampak buruk bagi karyawan

terhadap pekerjaannya (dalam konteks negatif). Walaupun stres sering dipandang

oleh sebagian individu sebagai hal yang berdampak buruk atau negatif terhadap

(24)

menggunakan stres tersebut secara positif untuk dapat berproduktivitas lebih baik lagi

walaupun dalam tekanan stres sesuai dengan kemampuan mereka dalam

mengendalikan atau menekan tingkat stres.

Karyawan pada PT. Mediatama Konsultan ini memiliki tingkat kesulitan

dalam bekerja yang tinggi, terutama pada pekerjaan yang mengharuskan untuk

melakukan survey lapangan atau melakukan pengawasan pekerjaan. Selain itu

banyaknya paket pekerjaan (perencanaan dan pengawasan) yang harus dikerjakan dan

diselesaikan pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga karyawan merasa

terbebani dengan situasi yang demikian. Serta pembuatan laporan kerja yang harus

dibuat atau selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, namun sering progres

kerja dilapangan tidak selesai pada waktu yang telah ditentukan sehingga laporan

kerja tidak sesuai dengan yang diharapkan. Yang pada akhirnya perusahaan meminta

penambahan waktu pada konsumen agar hasil pekerjaan dapat maksimal. Hal ini

menimbulkan beban kerja bagi para karyawan dan waktu kerja yang terbatas sehingga

sering terjadinya stres kerja pada karyawan.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: Bagaimana kepuasan kerja dan stres kerja berpengaruh terhadap produktivitas

(25)

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

kepuasan kerja dan stres kerja terhadap produktivitas karyawan pada PT. Meidiatama

Indokonsult di Banda Aceh.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi perusahaan sebagai bahan masukan agar lebih memperhatikan lagi

kebutuhan karyawan dalam bekerja terutama yang berhubungan dengan kepuasan

kerja karyawan dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres kerja bagi

karyawan PT. Meidiatama Indokonsult, yang dapat memberi dampak pada

produktivitas.

2. Bagi program Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU sebagai bahan kajian

ilmu dan menambah referensi dalam dunia ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan manajemen sumber daya manusia umumnya dan khususnya tentang

perilaku organisasi dalam kaitannya dengan kepuasan kerja dan stress kerja dalam

hubungannya dengan produktivitas karyawan.

3. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti

bagi penelitian-penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan

(26)

4. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan teori kepuasan kerja, dan stres kerja, dalam perilaku

organisasi.

I.5. Kerangka Berpikir

Karyawan merupakan asset bagi perusahaan, sehingga keberadaan karyawan

dalam perusahaan harus dijaga dengan baik dengan memperhatikan kebutuhan akan

karyawan terutama yang berhubungan dengan kepuasan kerja. Karyawan yang

memiliki kepuasan kerja memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaannya,

dengan demikian mereka akan berusaha dengan keras untuk dapat meningkatkan

produktivitas kerjanya.

Menurut Hamid, dkk (2003), karyawan akan memberikan semua kemampuan

yang dimilikinya baik itu sikap perjuangan, pengabdian, disiplin, dan kemampuan

profesional yang memungkinkan untuk berprestasi dalam melaksanakan tugas

sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna. Karyawan yang profesional dapat

diartikan sebagai pandangan untuk selalu berpikir, bekerja keras, bekerja sepenuh

waktu dan disiplin serta jujur, memiliki loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi demi

untuk keberhasilan pekerjaannya.

Karyawan membutuhkan adanya pembinaan, penyadaran dan kemauan kerja

yang tinggi untuk mencapai produktivitas kerja yang diharapkan, sehingga karyawan

(27)

perjuangan dan pengabdian, disiplin kerja serta kemampuan profesional melalui

serangkaian pembinaan dan tindakan nyata agar upaya peningkatan loyalitas

karyawan dan produktivitas kerja dapat menjadi kenyataan. Salah satu faktor yang

mempengaruhinya adalah kepuasan kerja karyawan.

Menurut Yuli (2006) menyatakan bahwa karyawan yang merasa puas secara

alamiah akan berusaha untuk meningkatkan hasil kerja mereka (ouput) atau

produktivitas karyawan. Jika output yang dihasilkan tidak sebanding dengan

semangat yang diberikan maka kepuasan kerja akan ikut menurun sehingga

produktivitas pun juga akan menurun. Adanya hubungan yang kuat antara kepuasan

kerja dan produktivitas kerja, dimana hubungan keduanya adalah searah.

Kepuasan kerja dapat mempengaruhi produktivitas karyawan dan stres kerja

yang dialami oleh karyawan juga dapat mempengaruhi produktivitas, namun

pengaruh stres kerja ini bisa membawa dampak negatif dan juga bisa memberi

dampak positif bagi karyawan. Hal ini tergantung kepada karyawan dalam melihat

dan mempersepsikan stres kerja itu sendiri.

Menurut Hager dalam Jacinta (2002), stres sangat bersifat individual dan pada

dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental

individu dengan beban yang dirasakannya. Berhadapan dengan suatu stressor

(sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun

fisiologis. Individu merasa terganggu atau tidak, tergantung pada persepsinya

terhadap peristiwa yang dialami. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang

(28)

manfaat dari situasi yang dihadapi. Reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh pikiran

dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa.

Quick dan Quick (1990) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu

dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,

kemampuan adaptasi, dan tingkat produktivitas yang tinggi.

2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,

dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan

juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran

(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan,

dan kematian.

Menurut Ardana dkk (2009) menyatakan bahwa ”Salah satu alasan mengapa

stres perlu untuk dipahami adalah stres berhubungan erat dengan produktvitas.

Karyawan yang mengalami stres kerja tidak dapat bekerja secara optimal sehingga

akan memberi dampak yang negatif pada hasil kerjanya atau dengan kata lain

(29)

Gambar I.1. Kerangka Berpikir

I.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dihipotesiskan bahwa

kepuasan dan stres kerja berpengaruh terhadap produktivitas karyawan PT.

Meidiatama Indokonsult di Banda Aceh.

Produktivitas karyawan Kepuasan Kerja

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori tentang Kepuasan Kerja II.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Suatu organisasi dikatakan sukses sangat tergantung dari kualitas sumber daya

manusia yang dimiliki karena sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber

daya manusia yang mampu berprestasi maksimal. Kepuasan kerja mempunyai

peranan yang sangat penting terhadap prestasi kerja karyawan, dengan kepuasan kerja

tersebut diharapkan organisasi mampu mencapai tujuannya dengan lebih baik dan

akurat.

Malthis dan Jackson (2006) mendefinisikan kepuasan adalah “ a positive

emotional state resulting from evaluating one’s job experience”. (Artinya emosi

yang positif sebagai hasil dari evaluasi pengalaman kerja).

Menurut Siagian (2002) kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang

seorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif mengenai pekerjaannya.

Gibson dalam Wibisono (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap yang

dimiliki pekerja tentang pekerjaan.

(31)

Luthans (2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi

karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan karyawan memberikan hal yang dinilai

penting.

Koesmono dalam Brahmasari dan Suprayetno (2008) mengemukakan bahwa

kepuasan kerja merupakan penilaian, perasaan atau sikap seseorang atau karyawan

terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan lingkungan kerja, jenis

pekerjan,kompensasi dan hubungan antar teman kerja serta hubungan sosial ditempat

kerja dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja adalah

dipenuhinya beberapa keinginan dan kebutuhannya melalui kegiatan kerja atau

bekerja.

Fathoni (2006) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaan. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa karyawan yang memiliki kepuasan terhadap pekerjaannya adalah

karyawan yang memandang pekerjaannya sebagai hal yang penting dan

menyenangkan.

II.1.2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja

Mangkunegara dalam Brahmasari dan Suprayetno (2008) mengemukakan

bahwa ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu faktor yang ada

pada diri pegawai dan faktor pekerjaan. Faktor yang ada pada diri pegawai yaitu

(32)

pendidikan dan pengalaman kerja, masa kerja, serta kepribadian, emosi dan cara

berpikir, persepsi dan sikap kerja. Sedangkan faktor pekerjaan yaitu jenis pekerjan,

struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan

keuangan, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.

Beberapa pendapat pakar tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap

karyawan:

Yuli (2006) menyatakan bahwa ada 6 (enam) faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan yaitu:

1. Komponen upah atau gaji yaitu imbalan keuangan yang diterima

karyawan seperti upah, premi bonus, atau tunjangan-tunjangan keuangan lainnya.

2. Pekerjaan, dimana komponen pekerjaan sangat berperan dalam menentukan kepuasan kerja. Ada dua aspek penting yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu variasi pekerjaan dan kontrol atas metode dan langkah-langkah kerja. Secara umum, pekerjaan dengan jumlah variasi yang moderat akan menghasilkan kepuasan kerja yang relative besar.

3. Pengawasan, tugas pengawasan tidak dapat dipisahkan dari tugas kepemimpinan, yaitu usaha untuk mempengaruhi kegiatan pengikut melalui proses komunikasi untuk tujuan tertentu. Supervisor secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja dan prestasi melalui kecermatannya dalam mendisiplinkan dan menerapkan peraturan-peraturan.

4. Promosi karir, yaitu perencanaan karir seseorang pada pekerjaan yang lebih baik dalam bentuk tanggung jawab yang lebih besar dan meningkatnya upah atau gaji. Promosi ini berfungsi sebagai stimulus bagi karyawan yang memiliki ambisi dan prestasi kerja yang tinggi. Dengan demikian, usaha-usaha menciptakan kepuasan kerja atas komponen kerja dapat mendorong mereka untuk berprestasi lebih baik.

(33)

kelompok tersebut. Kepuasan itu timbul terutama karena kurangnya ketegangan, kecemasan dalam kelompok dan mereka lebih mampun menyesuaikan diri dengan tekanan pekerjaan.

6. Kondisi Kerja. Yaitu segala sesuatu yang ada dilingkungan kerja

karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas, seperti temperature, kelembaban, ventilasi, penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat kerja, kondisi alat-alat kerja dan ketidakjelasan tugas dan tanggung jawab.

Menurut Gillmer dalam As’ad (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja:

1. Kesempatan untuk maju, yaitu ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh

pengalamandan peningkatan kemampuan selama kerja.

2. Keamanan kerja, sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja baik bagi

pegawai pria maupun wanita.

3. Gaji/upah lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan kerja jarang orang

mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.

4. Pengawasan atau supervisi. Supervisi yang buruk dapat mengakibatkan

kemangkiran.

5. Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan mengisyaratkan

keterampilan tertentu. Sukar mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan

meningkatkan atau mengurangi kepuasan.

6. Kondisi kerja, termasuk kondisi tempat, ventilasi, kantin.

7. Aspek sosial dalam pekerjaan, merupakan salah satu sikap yang sulit

(34)

8. Komunikasi antara pegawai dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan

untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk

mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat atau prestasi kerja para

pegawai sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.

9. Fasilitas lainnya, seperti rumah sakit, cuti, dana pensiun atau perumahan

merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan

kepuasan kerja.

As’ad (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah :

1. Faktor psikologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan pegawai yang meliputi minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, minat dan keterampilan.

2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial, baik antara sesama pegawai, atasannya, maupun pegawai yang berbeda jenis pekerjaannya.

3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik pegawai, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruang, suhu, penerangan, ventilasi, kondisi kesehatan pegawai, umur dan sebagainya.

4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan pegawai meliputi : sistem dan besarnya pemberian gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, bonus, promosi dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat dari keempat pakar diatas maka kepuasan kerja sangat

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal lingkungan kerja dan karywan

(35)

II.1.3. Keterkaitan Kepuasan Kerja dengan Produktivitas Karyawan

Kepuasan kerja merupakan hasil yang diinginkan oleh setiap karyawan dalam

melakukan pekerjaannya, begitu juga dengan organisasi. Yuli (2006) menyatakan

bahwa karyawan yang merasa puas secara alamiah akan berusaha untuk

meningkatkan hasil kerja mereka (ouput) atau produktivitas karyawan. Dan jika

output yang dihasilkan tidak sebanding dengan semangat yang diberikan maka

kepuasan kerja akan ikut menurun sehingga produktivitas pun juga akan menurun.

Dari pernyataan diatas dapat kita amabil kesimpulan bahwa adanya hubungan yang

kuat antara kepuasan kerja dan produktivitas kerja, dimana hubungan keduanya

adalah searah.

Luthans (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang pasti didalam

kepuasan dan produktivitas karyawan, tetapi tidak sebesar kebijakan konvensional

yang mengasumsikan karyawan yang merasa senang sebagai karyawan yang

produktif. Meskipun terdapat bukti penelitian terbaru yang mendukung adanya

hubungan sebab akibat dimana kepuasan lebih mempengaruhi produktivitas

(36)

II.2. Teori tentang Stres Kerja II.2.1. Pengertian Stres Kerja

Stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang

terjadi dilingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang karyawan

dengan elemen-elemen pekerjaannya. Didalam membicarakan stres kerja ini perlu

terlebih dahulu memahami definisi stres secara umum.

Robbins dan Judge (2008) menyatakan bahwa, “stress is a dynamic condition

in which an individual is confronted with an opportunity, demand, or resources related to what individual desires and for which the outcome is perceived to be both uncertainty and important.

(Stres adalah suatu kondisi dinamik, seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu

peluang, tuntutan (demands) atau sumber-sumber yang dikaitkan dengan apa yang

sangat diinginkannya dan hasilrnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting).

Robbins dan Judge juga menyatakan bahwa stres tidak selalu dipersepsikan negatif

atau buruk. Walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, namun stres

juga mempunyai nilai positif.

Djanaid dalam Ardana dkk (2009) mengemukakan bahwa stres kerja adalah respon seseorang baik yang berupa emosi fisik, kognitif (konseptual) terhadap situasi yang meminta tuntutan tertentu pada individu.

Ivancevich dan matteson dalam Luthans (2006) mendefinisikan stres kerja

sebagai respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan atau proses

psikologi yang merupakan tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan pada

(37)

Rivai (2004) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seorang karyawan. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan karyawan untuk menghadapi lingkungan.

Berdasarkan keempat pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa stres kerja

timbul dari adanya tuntutan yang berlebihan dari lingkungan kerja yang tidak sesuai

dengan keinginan atau kemampuan karyawan, dan tanggapan setiap individu yang

menghadapinya bisa berbeda. Stres kerja merupakan reaksi atas ketidakseimbangan

karakteristik karyawan dengan karakteristik elemen-elemen pekerjaan dan hal ini

dapat terjadi pada kondisi tertentu terhadap situasi pekerjaan yang mempengaruhi

emosi, proses berfikir dan kondisi fisik karyawan dalam melakukan pekerjaannya.

Karyawan yang mengalami stres biasanya menjadi nervous dan merasakan

kekhatiwaran yang kronis, Karyawan sering mudah marah dan tidak dapat tenang

atau menunjukkan sikap yang tidak bisa bekerjasama terutama dalam bekerja.

II.2.2. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Sumber-sumber stres atau biasa dikenal dengan faktor-faktor stres kerja

merupakan kondisi-kondisi yang menyebabkan stres dan stres dapat disebabkan oleh

satu faktor saja. Namun pada karyawan, stres dapat disebabkan oleh berbagai macam

stressor.

Menurut Robbins dan Judge (2008) ada tiga kategori sumber-sumber stres potensial yaitu :

(38)

dapat berupa ketidakpastian dalam ekonomi, ketidakpastian politis dan ketidakpastian teknologis.

2. Faktor-faktor organisasi. Banyak faktor didalam organisasi yang dapat menimbulkan stres diantaranya: (1) Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan dengan pekerjaan seseorang. Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi), kondisi dan tata letak kerja fisik. Kemudian semakin banyaknya kesalingketergantungan antara tugas seseorang dengan tugas orang lain, makin potensial stres. Tetapi otonomi cenderung mengurangi stres. (2) Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu dalam organisasi. Konflik peran menciptakan harapan-harapan hampir tidak bias dirujuk atau diharapkan untuk melakukan lebih dari pada yang dimungkinkan oleh waktu. Kedwi-artian peran diciptakan bila harapan peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti dengan apa yang dikerjakan. (3) Tuntutan antar pribadi yaitu tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk stres yang cukup besar, terlebih lagi bagi karyawan dengan kebutuhan sosial yang tinggi.

3. Faktor-faktor individual/pribadi merupakan faktor-faktor dalam kehidupan pribadi karyawan, terutama faktor keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakterisktik kepribadian yang inheren.

Rivai (2004) menyatakan bahwa off the job dapat menimbulkan stres seperti:

1. Kekuatiran finansial;

2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak; 3. Masalah-masalah perkawinan (misalnya perceraian); 4. Perubahan-perubahan yang terjadi ditempat tinggal;

5. Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara.

Davis dan Newstrom dalam Margiati (1999) menyatakan bahwa

penyebab-penyebab stres kerja adalah sebagai berikut:

1. Beban kerja yang terlalu banyak (overload). Banyaknya tugas tidak selalu

menjadi penyebab stres namun akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas

tidak sebanding dengan kemampuan fisik maupun keahlian dan waktu yang

(39)

2. Supervisor yang kurang pandai. Karyawan dalam menjalankan tugas

sehari-harinya biasanya dibawah bimbingan sekaligus mempertanggungjawabkannya

kepada supervisor. Jika seorang supervisor pandai dan menguasai tugas bawahan,

ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan

benar.

3. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya

mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor/perusahaan yang

dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan

waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan

tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, karyawan dikejar waktu untuk

menyelesaikan tugas sesuai tepat waktu yang ditetapkan atasan.

4. Kurang mendapat tanggungjawab yang memadai. Faktor ini berkaitan dengan hak

dan kewajiban karyawan. Atasan sering memberikan tugas kepada bawahannya

tanpa diikuti kewenangan (hak) yang memdai. Sehingga, jika harus mengambil

keputusan harus berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan.

5. Ambiguitas peran. Karyawan perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan,

pengharapan dalam bekerja serta scope dan tanggung jawab dari pekerjaan

mereka, agar menghasilkan performan yang baik. Saat tidak ada kepastian tentang

definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas

(40)

6. Perbedaan nilai dengan perusahaan. Situasi ini biasanya terjadi pada para

karyawan atau manajer yang mempunyai prinsip yang berkaitan dengan profesi

yang digeluti maupun prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi.

7. Frustasi. Dalam lingkungan kerja, perasaan frustasi biasanya disebabkan oleh

banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustasi kerja adalah

terhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan wewenang serta

penilaian/evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang diterima.

8. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum. Situasi ini bisa

timbul akibat mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dan jenjang karir yang

dilalui atau mutasi pada perusahaan lian, meskipun dalam satu grup namun

lokasinya dan status jabatan serta status perusahaannya berada dibawah

perusahaan pertama.

9. Konflik peran. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) konflik peran

intersender, dimana pegawai berhadapan dengan harapan organisasi terhadapnya

yang tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) konflik peran intersender, konflik peran

ini sering terjadi pada karyawan atau manajer yang menduduki jabatan di dua

struktur. Akibatnya, jika masing-masing struktur memprioritaskan pekerjaan

yang tidak sama, akan berdampak pada karyawan atau manajer yang berada pada

(41)

Griffin (2002) menyatakan bahwa penyebab-penyebab stres yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori yaitu:

1. Tuntutan tugas, terkait dengan tugas itu sendiri. Sejumlah pekerjaan secara alami lebih cenderung menimbulkan stres dibanding pekerjaan-pekerjaan lain. Keharusan membuat keputusan cepat, keharusan membuat keputusan tanpa informasi yang lengkap, dan keharusan membuat keputusan dengan konsekuensi yang serius adalah sejumlah situasi yang bisa menimbulkan stres.

2. Tuntutan fisik adalah penyebab-penyebab stres yang terkait dengan

lingkungan kerja. Bekerja diluar kantor dengan suhu yang sangat dingin atau panas, atau bahkan di dalam kantor yang tidak ber-AC, bisa menimbulkan stres. Desain kantor yang buruk yang membuat karyawan kurang memiliki privasi atau menghambat interaksi sosial juga bisa menimbulkan stres, begitu juga cahaya yang buruk dan ruang kerja yang sempit.

3. Tuntutan peran, juga dapat menimbulkan stres. Peran adalah sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu jabatan dalam kelompok organisasi. Stres dapat ditimbulkan baik oleh ambiguitas peran atau konflik peran yang dialami individu dalam kelompok. Ambiguitas peran adalah ketidakpastian tentang perilaku apa yang diharapkan dari seseorang pada peran tertentu, dan konflik peran adalah tuntutan yang tidak sesuai dengan peran yang berbeda.

4. Tuntutan interpersonal, merupakan penyebab stres yang terkait dengan hubungan antara pribadi dalam organisasi. Sebagai contoh tekanan kelompok menyangkut restriksi out-put dan kepatuhan terhadap norma bisa menimbulkan stres. Gaya kepemimpinan juga bisa menyebabkan stres. Seseorang yang merasa sangat ingin berpartisipasi dalam pembuatan keputusan akan merasa stres jika atasannya menolak untuk menyediakan ruang partisipasi. Dan individu-individu yang memiliki konflik kepribadian bisa mengalami stres jika diminta bekerjasama.

II.2.3. Reaksi Karyawan dalam Menghadapi Stres

Ada individu yang tumbuh dan sukses dibawah situasi yang penuh dengan

stres. Namun ada juga individu yang terpuruk oleh situasi tersebut. Jadi reaksi

(42)

Berdasarkan reaksi terhadap stres, Handoko (2001) membagi karyawan

menjadi dua tipe yaitu karyawan tipe A dan tipe B. Karyawan tipe A adalah

orang-orang yang agresif dan kompetitif, menetapkan standar yang tinggi-tinggi dan

meletakkan diri mereka dibawah tekanan waktu yang ajeg (konstan). Mereka bahkan

masih giat dalam kegiatan olah raga yang bersifat rekreatif dan kegiatan-kegiatan

sosial kemasyarakatan. Karyawan menyadari bahwa banyak tekanan yang mereka

rasakan salah lebih disebabkan oleh perbuatannya sendiri daripada lingkungan

mereka. Karena merasakan tingkat stres yang ajeg, mereka lebih cenderung

mengalami gangguan fisik akibat stres, seperti sakit jantung, penyakit lever dan

lain-lain.

Karyawan tipe B lebih relaks dan tidak suka menghadapi masalah. Karyawan

menerima situasi-situasi yang ada dan bekerja didalamnya serta tidak suka bersaing.

Karyawan merasa relaks, walaupun bekerja dibawah tekanan waktu sehingga lebih

kecil kemungkinan untuk terkena stres.

Menurut Hager dalam Jacinta (2002), stres sangat bersifat individual dan

pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental

individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor

(sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun

fisiologis. Individu merasa terganggu atau tidak, tergantung pada persepsinya

terhadap peristiwa yang dialami. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang

(43)

manfaat dari situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres

dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa.

Stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai

peristiwa yang positif dan tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya

dan mengancam. Penilaian kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat

menentukan stressor itu dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif

tersebut sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Selye dalam Jacinta,

2002).

Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda

pada masing-masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor yang

membuat penilaian kognitif itu bisa mengubah cara pandang terhadap stres. Stres

diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam

menghadapi situasi yang stressful, sehingga respon terhadap stressor bisa

menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.

Quick dan Quick (1990) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu

dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,

kemampuan adaptasi, dan tingkat produktivitas yang tinggi.

2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,

dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan

(44)

(absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan,

dan kematian.

Selanjutnya Robbins dan Judge (2008) membagi reaksi karyawan dalam menghadapi stres ke dalam lima variabel atau yang biasa disebut dengan persepsi individu, yaitu :

1. Persepsi. Yaitu suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Yang mana karyawan bereaksi untuk menanggapi persepsi mereka terhadap realitas bukannya realitas itu sendiri. Oleh karena itu persepsi akan memperlunak hubungan antara suatu kondisi stress potensial dan reaksi seorang karyawan terhadap kondisi itu.

2. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja juga dapat menjadi aspek

pengurangan stress yang sangat baik. Pengalaman pada pekerjaan cenderung berkaitan secara negatif dengan stres kerja. Karyawan yang lebih lama bekerja dalam organisasi adalah mereka dengan ciri-ciri yang leih tahan stress atau yang lebih tahan terhadap karakteristik stres dari organisasi mereka.

3. Dukungan sosial. Yaitu hubungan kolegial dengan rekan sekerja atau penyelia dapat mengurangi dampak stres. Dimana dukungan sosial sebagai pereda, yang mengurangi efek negatif dari pekerjaan-pekerjaan yang tingkat stresnya tinggi. Selain dukungan sosial dapat ditemukan diluar pekerjaan seperti keluarga, teman dan komunitas yang dapat memberikan dukungan terlebih lagi bagi mereka yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi yang tidak terdapat ditempat kerja dan hal ini dapat membuat stressor pekerjaan lebih dapat ditolerir.

4. Keyakinan akan tempat kedudukan kendali. Sumber kendali atau “locus of

control” merupakan sampai sejauhmana orang yakin bahwa mereka

menguasai nasib mereka sendiri. Mereka dengan tempat kedudukan kendali internal yakin bahwa bahwa mereka mengendalikan tujuan akhir mereka sendiri. Sedangkan mereka yang tempat kedudukan kendali eksternal yakin bahwa kehidupan mereka dikendalikan oleh kekuatan luar. Hal ini menunjukkan bahwa kaum internal mempersepsikan pekerjaan mereka sebagai kurang mengandung stres dan mereka dapat aktif serta berpengaruh besar pada hasil pekerjaan mereka walaupun mereka menghadapi situasi penuh stres dalam pekerjaan mereka. Sedangkan kaum eksternal lebih besar kemungkinan untuk terkena stres.

(45)

Variabel-variabel yang tersebut diatas dapat menekan ataupun mengurangi

tingkat stres yang dialami oleh karyawan sehingga mampu bekerja dengan baik.

II.2.4. Strategi dan Manajemen Stres

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa ada

dampak yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni

belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk

mengetahui hal yang tidak boleh dilakukan dan hal yang harus dicoba. Sebagian para

karyawan yang stres ditempat kerja dikarenakan persaingan, dan sering

melampiaskannya dengan bekerja lebih keras dan berlebihan. Ini bukanlah cara

efektif dan bahkan tidak menghasilkan dalam memecahkan penyebab dari stres,

sebaliknya akan menambah masalah lebih jauh lagi. Sebelum masuk ke cara-cara

yang lebih spesifik dalam mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa

pedoman umum untuk memacu perubahan dan penanggulangan.

Karyawan harus mampu memahami prinsip dasar yang menjadi bagian

terpenting dalam merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama berkaitan

dengan penyebab stress dilingkungan kerja. Stres yang disebabkan oleh lingkungan

kerja seperti ketidakmampuan karyawan bekerja dengan baik, kesalahpahaman antara

atasan atau bawahan, atau tidak adanya keterampilan (keterampilan manajemen)

sehingga karyawan tidak menyukai orang lain atau patner kerjanya.

Suprihanto dkk (2003) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi,

(46)

Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena

hal ini akan mendesak karyawan untuk melakukan tugas lebih baik. Pada tingkat

stres tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya

produktivitas kerja atau kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan

keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan

merupakan hal yang diinginkan. Manajemen mungkin akan berpikir untuk

memberikan tugas yang menyertakan stres ringan untuk memberikan dorongan bagi

karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh karyawan.

Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua

pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan organisasional.

1. Pendekatan Individual

Karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang

bersifat individual yang cukup efektif dapat mengurangi stres yaitu: pengelolaan

waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan

waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik,

tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat

meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi

tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stress yang dihadapi

pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir

untuk mengurangi stres adalah berkumpul dengan sahabat, kolega, keluarga yang

(47)

2. Pendekatan Organisasional

Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur

organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor

itu dapat diubah. Strategi yang dapat digunakan oleh manajemen untuk

mengurangi stres karyawan adalah melalui seleksi, penempatan, penetapan tujuan

dan redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif serta komunikasi

organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan

menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan

dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan

interpersonal yang sehat serta perawatan kondisi fisik dan mental.

Margiati (1999) menyatakan bahwa secara umum strategi manajemen stres

kerja dapat dikelompokkan menjadi strategi penanganan individual, organisasional

dan dukungan sosial:

1. Strategi Penanganan Individual

Strategi ini dapat dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual

ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: a) Melakukan perubahan

reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif. Artinya, jika seorang karyawan

merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya

istirahat terlebih dahulu. Cara istirahat ini bisa macam-macam, seperti istirahat

sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ruangan istirahat (jika

menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin

(48)

meditasi. Kegiatan relaksasi dan meditasi ini bisa dilakukan dirumah pada malam

hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan relaksasi, karyawan dapat

membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Karyawan yang melakukan relaksasi

diharapkan dapat mentransfer kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks

kedalam perusahaan dimana mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara

meditasi yang biasa dilakukan adalah dengan menutup atau memejamkan mata,

menghilangkan pikiran yang mengganggu. c) Melakukan diet dan fitnes.

Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah mengurangi masukan atau konsumsi

garam dan makanan mengandung lemak, memperbanyak konsumsi makanan yang

bervitamin seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan

olahraga, seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya.

2. Strategi-strategi Penangangan Organisasional.

Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau mengontrol

tekanan pada tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurani stress kerja

untuk pekerja individual. Manajemen stress melalui organisasi dapat dilakukan

dengan:

a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung. Banyak organisasi yang

besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi dengan

menyertakan infleksibel, iklim impersonal. Ini dapat membawa pada stres

kerja yang sungguh-sungguh. Sebuah strategi pengaturan mungkin membuat

(49)

struktural mungkin menciptakan iklim yang lebih mendukung bagi karyawan,

memberikan karyawan lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan karyawan,

dan mungkin mencegah atau mengurani stres kerja mereka.

b. Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik dengan

meningkatkan faktor isi pekerjaan (seperti tanggung jawab, pengakuan dan

kesempatan untuk pencapaian, peningkatan dan pertumbuhan) atau dengan

meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat seperti variasi keahlian, identitas

tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa pada

pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung jawab,

pengetahuan hasil-hasil.

c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional. Konflik peran

dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih awal sebagai sebuah penekanan

individual utama. Ini mengacu pada manajemen untuk mengurangi konflik

dan mengklarifikasi peran organisasional sehingga penyebab stres ini dapat

dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi

yang jelas dan penting atau sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang

dia kerjakan. Sebuah strategi klarifikasi peran yang spesifik memungkinkan

seseorang dari masing-masing pengirim pesan. Catatan ini kemudian akan

dibandingkan dengan ekspektansi fokal seseorang, dan banyak perbedaan

akan secara terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan

(50)

d. Rencana dan pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling. Secara

tradisional, organisasi telah hanya menunjukkan melalui kepentingan dalam

perencanaan karir dan pengembangan pekerja mereka. Individu dibiarkan

untuk memutuskan gerakan dan strategi karir sendiri.

3. Strategi Dukungan Sosial.

Mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial terutama orang yang

terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau orang lain.

Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa dalam mendeteksi penyebab stres

dan bentuk reaksinya, maka ada tiga pola dalam mengatasi stres, yaitu pola sehat,

pola harmonis, dan pola psikologis:

1. Pola sehat

Pola sehat adalah kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya

stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan

berkembang. Karyawan yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola

waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu

merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan

cukup banyak.

2. Pola harmonis

Pola harmonis adalah kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis

dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dengan pola ini, individu mampu

(51)

secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau

perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan

memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisn dan

keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan.

Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.

3. Pola patologis

Pola patologis adalah pola mengadapi stres dengan berdampak pada berbagai

gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan

menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki

kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat

menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai

masalah-masalah yang buruk.

Menghadapi stres kerja dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak hal

yang dapat dikaji, dapat dilakukan dengan tiga strategi yaitu, (a) memperkecil dan

mengendalikan sumber-sumber stres kerja, (b) menetralkan dampak yang ditimbulkan

oleh stres kerja, dan (c) meningkatkan daya tahan pribadi.

Pada strategi pertama, perlu dilakukan penilaian terhadap situasi

sumber-sumber stres kerja, mengembangkan alternatif tindakan, mengambil tindakan yang

dipandang paling cepat, mengambil tindakan yang lebih positif. Strategi kedua,

dilakukan dengan mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun

(52)

Karyawan dapat membentuk mekanisme pertahanan diri dengan berbagai

cara. Misalnya menangis, menceritakan masalah kepada orang lain, humor (melucu),

istirahat dan sebagainya. Sedangkan dalam menghadapi reaksi emosional, adalah

dengan mengendalikan emosi secara sadar, dan mendapatkan dukungan sosial dengan

lebih memahami diri, memahami orang lain, mengembangkan keterampilan pribadi,

berolahraga secara teratur, beribadah, pola-pola kerja yang teratur dan disiplin,

mengembangkan tujuan dan nilai-nilai yang lebih realistik.

II.2.5. Keterkaitan Stres Kerja dengan Produktivitas Karyawan

Menurut Ardana dkk (2009) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa

stres perlu untuk dipahami adalah stres berhubungan erat dengan produktvitas.

Karyawan yang mengalami stres kerja tidak dapat bekerja secara optimal sehingga

akan memberi dampak yang negatif pada hasil kerjanya atau dengan kata lain

karyawan tidak dapat mengoptimalkan hasil kerjanya.

Rendal Shculer dalam Jacinta (2002) mengemukakan bahwa stres kerja oleh

karyawan berhubungan dengan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta

tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang

ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa:

1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional

kerja.

(53)

4. Menurunkan pemasukan dan keuntumgan perusahaan. Kerugian Finansial yang

dialami perusahaan karena tidak imbangnya produktivitas dengan biaya yang

dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya.

Munandar dalam Koesmono (2007) menyatakan bahwa pada umumnya

karyawan merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang mengarah timbulnya

penyakit fisik maupun mental, atau mengarah ke perilaku yang tidak wajar. Demikian

pula ada stres yang dapat bersifat positif, semakin tinggi dorongannya untuk

berprestasi, semakin tinggi tingkat stresnya dan makin tinggi juga produktivitas dan

effisiesinya. Stres dalam jumlah tertentu dapat mengarah ke gagasan yang inovatif

dan keluaran yang konstruktif.

II.3. Teori tentang Produktivitas II.3.1. Pengertian Produktivitas

Wibisono (2007) mengemukakan bahwa produktivitas adalah rasio keluaran terhadap masukan; merupakan ukuran efisiensi dalam menggunakan sumber daya organisasi yang terbatas untuk menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar angka rasio semakin besar efisiensi.

Sinungan (1995) mengemukakan bahwa produktivitas pada dasarnya adalah

suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini

lebih baik dari hari kemarin dari hari esok lebih dari hari ini. Lebih lanjut Sinungan

(1995) mengatakan bahwa secara umum produktivitas itu sendiri diartikan sebagai

“hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang) atau jasa dengan

masukan yang sebenarnya”. Untuk selanjutnya produktivitas merupakan tingkat

Gambar

Gambar I.1. Kerangka Berpikir
Gambar II.1. Kaitan Usaha dan Kemampuan dengan Produktivitas
Tabel III.1. Definisi Operasional Variabel
Tabel III.2. Hasil Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

masalah pendidikan menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak; 3) Human Development Index (HDI) adalah merupakan salah satu indikator dalam pembangunan yang

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini

Limbah cair kelapa sawit memilik kandungan yang sangat tinggi bahan organik degradable, karena pada saat proses pengolahan ekstraksi minyak kelapa sawit tidak

Regresi kuantil merupakan teknik statistika yang digunakan untuk menduga hubungan antara variabel respon dengan variabel penjelas pada fungsi kuantil bersyarat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai konsentrasi pestisida golongan karbamat dengan jenis karbofuran dan metomil di perairan Pantai Mlonggo, Kabupaten

Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian koperasi hasil peleburan (koperasi baru) dan Keputusan Pembubaran Koperasi yang melaksanakan peleburan diumumkan dalam Berita Negara RI

Berdasarkan data penelitian, sebelum direkomendasikan untuk mengikuti proses diklat untuk menjadi assessor, guru produktif/ bengkel harus lulus uji kompetensi keahlian. Uji

Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 diteliti dalam hal bagaimana model pendidikan Islam anti radikalisme yang dilakukan, yang meliputi kegiatan pesantren, kurikulum,