• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Penilaian Kinerja Vendor Material Joint Plate Pada PT. Wijaya Karya Beton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Sistem Penilaian Kinerja Vendor Material Joint Plate Pada PT. Wijaya Karya Beton"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH

YUDI PRASETIA SIREGAR

097025012/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

YUDI PRASETIA SIREGAR

097025012/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)
(5)

Dr. Ir. Nazaruddin, MT

Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT Ir. Rosnani Ginting, MT

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA VENDOR MATERIAL

JOINT PLATE PADA PT. WIJAYA KARYA BETON

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2012

Yang Membuat Pernyataan,

Yudi Prasetia Siregar

(6)

Abstrak

PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan

baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split,

admixture dan baku tulangan yang terdiri dari PC. Bar, PC Wire, PC. Strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat

menentukan kepada supplier mana material harus dipesan, sehingga di satu sisi

kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat memenuhi setiap pesanan yang datang. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian kinerja supplier

dengan menggunakan pendekatan metode SMART (Strategic Management Analysis

and Reporting Technique) System untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan

plat sambung. Sedangkan Analityc Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat

pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung berdasarkan kriteria perusahaan.

Dasar penetapan sistem baku penilaian kinerja supplier berupa

Faktor/variabel dominan yang merupakan sistem yang dinilai untuk memenuhi plat

sambung yang dipesan (order) oleh Wika Beton kepada Supplier. Faktor dominan ini

didasarkan atas perhitungan dengan menggunakan metode SMART System untuk

mencari Key Performance Indicator sehingga diperoleh urutan faktor/variabel

dominan yaitu Quality (42,26%), Delivery (19,71%), Cost (16,70%), Responsiveness

(12,53%), dan Flexibility (8,81%). Data historis 3 bulan terakhir dari supplier akan

mengetahui sejauh mana supplier mampu melaksanakan order dari Wika Beton

sesuai dengan keterlambatan dan produk yang tidak sesuai (cacat). Jumlah

keterlabatan pengiriman plat sambung paling sedikit (kecil) adalah supplier Sinar

Maju Perkasa (13,81%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (26,36%). Selain itu jumlah ketidaksesuaian (cacat) produksi plat sambung paling sedikit (kecil) adalah Sinar Maju Perkasa (11,63%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (29,07%).

(7)

industry whose production is based on job order. Its main raw materials consist of concrete materials comprising, cement, sand, rock split, concrete iron, admixture and rock reinforcement which consists of PC Bar, PC Wire, PC Strand, spiral wire, concrete iron, and connecting plate. Accuracy of delivery and precision of material quality are the factors determining the smoothness of production and sales because if it cannot

achieved, it will result in customers’ complaint and increasing cost of production,

therefore, the supplier must be precisely determined. In this case, the company must be able to determine to which suppliers the materials must be ordered that, on one hand, the continuity of production can be maintained, and on the other hand, the company can make profit because the company can meet every order that comes. The purpose of this

study was to find out the design of supplier’s performance evaluation system using the approach method of SMART (Strategic Management Analysis and reporting Technique) System to minimize the delay and defects of connecting plates. The Analytical Hierarchy Process (AHP) was used as a tool of decision making for the management in material procurement and can be implemented and become a standard system of a company. This study also aimed at developing alternative solution in the procurement of connecting plate materials based on the criteria of the company.

The basic of the decision of evaluation standard system for the performance of suppliers are in the forms of dominant factor/variable in the form of the system valued to meet the criteria of the connecting plates ordered by Wika Beton to the supplier. This dominant factor is based on the calculation using SMART System method to find the Key Performance Indicator that the sequence of dominant factor/variable are Quality (42.26%), Delivery (19.71%), Cost (16.70%), Responsiveness (12.53%) and Flexibility (8.81%). The historical data of the supplier for the past 3 (three) months shows to what extent the supplier can do the order from Wika Beton in accordant with the delays and defective products. The supplier with the least delays of connecting plate delivery is Sinar Maju Perkasa (13.81%) while the one with the biggest delay is Bohlindo (26.36%). In addition, the supplier with the least number of defective connecting plates produced is Sinar Maju Perkasa (11.63%) while the one with the biggest number of defective connecting plates produced is Bohlindo (29.07%).

(8)

Universitas Sumatera Utara Medan dengan mengambil program studi Teknik Manajemen Pabrik dan tamat pada tahun 2006. Pada Pebruari 2010 peneliti melanjutkan pendidikan program Magister Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara.

Pada saat ini peneliti bekerja di PT. Wijaya karya Beton, Pabrik Produk Beton Sumatera Utara sebagai Staff Perencanaan & Evaluasi produksi dari Tahun 2007 sampai dengan saat ini.

Medan, 15 Agustus 2012

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya atas berkat rahmatnya

Tesis ini dapat diselesaikan dengan segala upaya yang cukup berarti bagi peneliti.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program

Magister Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan penulisan Tesis ini, peneliti banyak mendapat dukungan

moril dan usulan perbaikan serta penyempurnaan dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada komisi

pembimbing yaitu Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Ketua Program

Studi sekaligus pembimbing utama dan Aulia Ishak, ST, MT selaku pembimbing

kedua dalam penulisan Tesis ini.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada semua staff pengajar atas

semua pengetahuan yang diberikan serta dukungan motivasi selama peneliti

mengikuti pendidikan. Peneliti menyadari bahwa kelancaran proses pendidikan juga

tidak terlepas dari bantuan seluruh staff sekretariat Program Studi.

Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada team

manajemen PT. Wijaya Karya Beton yang telah memberikan kesempatan

pelaksanaan penelitian.

Ucapan terima kasih juga kepada rekan-rekan mahasiswa angkatan XI,

angkatan XII dan angkatan XIII yang dengan semangat memberikan masukan dan

saran penulisan Tesis ini.

Akhirnya peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua

yaitu Mahmud Siregar dan Mariana serta kedua adikku Loanda Atmanegara Siregar,

(10)

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu sangat diharapkan saran dan masukannya sehingga berguna bagi pembaca.

(11)

v

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Batasan Masalah ... 7

1.6. Asumsi-asumsi ... 7

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Sistem ... 8

2.2. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) ... 8

2.3. Pengukuran Kinerja ... 9

2.3.1. Quality (Kualitas) ... 10

2.3.2. Cost (Biaya) ... 11

2.3.3. Delivery (Penyerahan) ... 12

(12)

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAAN

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 20

3.2. Deskripsi Perusahaan... 24

3.2.1. Wilayah Kerja ... 24

3.2.2. Produk dan Layanan Utama ... 24

3.2.3. Struktur Organisasi ... 26

3.2.4. Pelanggan dan Pasar ... 26

3.2.5. Hubungan Kemitraan dan Komunikasi ... 27

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian ... 29

4.2. Lokasi Penelitian ... 31

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.4. Sumber Data ... 31

4.5. Kerangka Konseptual ... 32

BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data... 34

5.1.1. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison) ... 36

5.1.2. Data Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 43

5.2. Pengolahan Data ... 43

(13)

vii

Masing-masing Elemen dan Unsur ... 47

5.2.5. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks .... 50

5.2.6. Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif ... 61

5.2.7. Perhitungan Bobot Parsial dan Prioritas Level 1 dan 2 ... 61

5.2.8. Perhitungan Total Bobot ... 62

5.2.9. Perhitungan Konsisitensi Hierarki Level 2: Kriteria Kinerja Supplier ... 63

5.2.10. Perhitungan Konsistensi Hierarki Level 1: Kriteria ... 75

5.2.11. Perhitungan Peringkat untuk variabel Commitment dari Masing-masing Supplier ... 80

BAB 6 ANALISIS DAN PERANCANGAN 6.1. Analisis ... 81

6.1.1. Analsis Key Performance Indicator ... 82

6.1.2. Analisis Peningkatan Startegi Ojektif pada Pemilihan Supplier ... 82

6.1.3. Analisis Peringkat untuk Commitment dari Masing-masing Supplier ... 85

6.2. Perancangan ... 86

6.2.1. Perancangan Daftar Peringkat Supplier ... 86

6.2.2. Perancangan Daftar Persentase Pemberian Order ... 87

(14)

DAFTAR PUSTAKA... 93

(15)

ix

No Judul Hal

1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung ... 2

1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung ... 3

1.3. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung ... 4

2.1. Struktur Hirarki ... 18

4.1. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian ... 30

4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... 33

5.1. Struktur Hirarki untuk Penilaian Kinerja Supplier ... 45

5.2. Bobot Prioritas Key Performance Indicator Pemilihan Supplier ... 63

6.1. Sistem Baku Penilaian Kinerja Supplier ... 81

6.2. Persentase Keterlambatan Pengiriman Plat Sambung ... 83

6.3. Persentase Plat Sambung yang Tidak Sesuai ... 84

(16)

1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung ... 2

1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung (Kali).. 3

1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai (Unit) ... 4

5.1. Matriks Banding Berpasangan antar Elemen pada Pemilihan Supplier ... 36

5.2. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Quality ... 37

5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price ... 38

5.4. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Delivery ... 39

5.5. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Flexibility ... 40

5.6. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Responsivenes ... 41

5.7. Data Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 43

5.8. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 1 ... 47

5.9. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Quality Level 2 .. 48

5.10. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Cost Level 2 ... 48

5.11. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Delivery Level 2 ... 49

5.12. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Flexibility Level 2 ... 49

5.13. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Responsiveness Level 2... 49

5.14. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 1 ... 51

(17)

xi

Elemen Quality Level 2 ... 53

5.18. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen .... Cost Level 2 ... 54

5.19. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen Cost . Level 2 ... 55

5.20. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Delivery Level 2 ... 56

5.21. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen Delivery Level 2 ... 56

5.22. Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Flexibility Level 2 ... 57

5.23. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen ... Flexibility Level 2 ... 58

5.24. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Responsiveness Level 2 ... 59

5.25. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen ... Responsiveness Level 2... 59

5.26. Rekapitulasi Bobot Parsial ... 60

5.27. Perhitungan Bobot Parsial dan Prioritas Level 1 dan 2 ... 62

5.28. Perhitungan Total Bobot ... 62

5.29. Persentase Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 80

6.1. Perhitungan Total Bobot ... 82

6.2. Pertanyaan-Pertanyaan dan Standard dari Variabel Commitment ... 85

(18)
(19)

xiii

No Judul Hal

L-1. Kusioner Penilaian Kriteria Pemilihan Supplier untuk

Pemesanan Plat Sambung Di PT. Wika Beton ... 98

L-2. Kuesioner Penilaian Komitmen Supplier Plat Sambung untuk

(20)

Abstrak

PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan

baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split,

admixture dan baku tulangan yang terdiri dari PC. Bar, PC Wire, PC. Strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat

menentukan kepada supplier mana material harus dipesan, sehingga di satu sisi

kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat memenuhi setiap pesanan yang datang. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian kinerja supplier

dengan menggunakan pendekatan metode SMART (Strategic Management Analysis

and Reporting Technique) System untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan

plat sambung. Sedangkan Analityc Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat

pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung berdasarkan kriteria perusahaan.

Dasar penetapan sistem baku penilaian kinerja supplier berupa

Faktor/variabel dominan yang merupakan sistem yang dinilai untuk memenuhi plat

sambung yang dipesan (order) oleh Wika Beton kepada Supplier. Faktor dominan ini

didasarkan atas perhitungan dengan menggunakan metode SMART System untuk

mencari Key Performance Indicator sehingga diperoleh urutan faktor/variabel

dominan yaitu Quality (42,26%), Delivery (19,71%), Cost (16,70%), Responsiveness

(12,53%), dan Flexibility (8,81%). Data historis 3 bulan terakhir dari supplier akan

mengetahui sejauh mana supplier mampu melaksanakan order dari Wika Beton

sesuai dengan keterlambatan dan produk yang tidak sesuai (cacat). Jumlah

keterlabatan pengiriman plat sambung paling sedikit (kecil) adalah supplier Sinar

Maju Perkasa (13,81%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (26,36%). Selain itu jumlah ketidaksesuaian (cacat) produksi plat sambung paling sedikit (kecil) adalah Sinar Maju Perkasa (11,63%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (29,07%).

(21)

industry whose production is based on job order. Its main raw materials consist of concrete materials comprising, cement, sand, rock split, concrete iron, admixture and rock reinforcement which consists of PC Bar, PC Wire, PC Strand, spiral wire, concrete iron, and connecting plate. Accuracy of delivery and precision of material quality are the factors determining the smoothness of production and sales because if it cannot

achieved, it will result in customers’ complaint and increasing cost of production,

therefore, the supplier must be precisely determined. In this case, the company must be able to determine to which suppliers the materials must be ordered that, on one hand, the continuity of production can be maintained, and on the other hand, the company can make profit because the company can meet every order that comes. The purpose of this

study was to find out the design of supplier’s performance evaluation system using the approach method of SMART (Strategic Management Analysis and reporting Technique) System to minimize the delay and defects of connecting plates. The Analytical Hierarchy Process (AHP) was used as a tool of decision making for the management in material procurement and can be implemented and become a standard system of a company. This study also aimed at developing alternative solution in the procurement of connecting plate materials based on the criteria of the company.

The basic of the decision of evaluation standard system for the performance of suppliers are in the forms of dominant factor/variable in the form of the system valued to meet the criteria of the connecting plates ordered by Wika Beton to the supplier. This dominant factor is based on the calculation using SMART System method to find the Key Performance Indicator that the sequence of dominant factor/variable are Quality (42.26%), Delivery (19.71%), Cost (16.70%), Responsiveness (12.53%) and Flexibility (8.81%). The historical data of the supplier for the past 3 (three) months shows to what extent the supplier can do the order from Wika Beton in accordant with the delays and defective products. The supplier with the least delays of connecting plate delivery is Sinar Maju Perkasa (13.81%) while the one with the biggest delay is Bohlindo (26.36%). In addition, the supplier with the least number of defective connecting plates produced is Sinar Maju Perkasa (11.63%) while the one with the biggest number of defective connecting plates produced is Bohlindo (29.07%).

(22)

1.1. Latar Belakang Masalah

Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang

menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak

tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga

akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara

tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat menentukan kepada supplier mana

material harus dipesan, sehingga di satu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga dan

pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat

memenuhi setiap pesanan yang datang.

PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan

baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split,

admixture dan baku tulangan yang terdiri dari pc bar, pc wire, pc strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Bahan baku tersebut akan diolah untuk menghasilkan

berbagai jenis produk yang siap dipasarkan. Plat sambung merupakan salah satu

bahan baku yang pemakaiannya terus meningkat setiap tahun, volume pemakaian

material plat sambung pada periode 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1.1 dan

(23)

Tabel 1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung

No Material Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Plat Sambung

(Unit) 51,851 53,763 28,168 62,557 70,601

Gambar 1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung

PT. Wijaya Karya Beton Pabrik Produk Beton Sumatera Utara (PPB Sumut)

merupakan salah satu dari 7 pabrik PT Wijaya Karya Beton di Indonesia, terletak di

Jalan Raya Medan-Binjai km 15,5 Diski, Deliserdang, menghasilkan beraneka

macam produk beton pracetak mutu tinggi mulai dari produk beton sentrifugal dan

produk beton non sentrifugal. Bersama-sama dengan Wilayah Penjualan I Medan,

(24)

macamkebutuhan produk beton untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),

Sumatera Utara, Riau, Kepualauan Riau dan Sumatera Barat.

Kenyataan bahwa untuk material plat sambung pendatanganannya sering

mengalami keterlambatan serta tidak tepat mutu. Pada periode bulan Juli s.d.

Desember 2011 dari 26 pemesanan plat sambung kesalah satu bengkel, terjadi 13 kali

keterlambatan pengiriman. Hal ini mengakibatkan terganggunya proses operasional

perusahaan dilantai produksi. Berikut tabel 1.2 dan gambar 1.2 menunjukkan jumlah

keterlambatan kedatangan material plat sambung pada periode Juli 2011 s.d.

Desember 2011.

Tabel 1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung (Kali)

No Nama

Bengkel

Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember

1 BL 8 10 20 2 6 6

2 BT 15 8 18 10 9 3

3 MT 11 6 10 3 4 6

4 MW 11 11 4 10 10 5

5 SMP 11 1 5 6 7 3

(25)

Berikut tabel 1.3 dan gambar 1.3 menunjukkan volume plat sambung dari

supplier yang mutunya tidak sesuai pada periode Juli 2011 s.d. Desember 2011. Tabel 1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai (Unit) Nama

Bengkel

Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember

BL 7 38 23 37 17 21

BT 29 27 42 42 15 20

MT 35 35 18 27 11 15

MW 4 29 5 14 16 5

SMP 12 15 13 12 12 6

Gambar 1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai

Keadaan yang menunjukkan bahwa keterlambatan dan mutu yang tidak sesuai

diakibatkan tidak adanya sistem baku penilaian kinerja supplier yang baku di PT.

Wika Beton. Hal ini mengakibatkan tidak adanya jaminan kualitas yang baik serta

sesuai dengan standard kepada PT. Wika Beton terhadap plat sambung yang dikirim

(26)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan di atas, permasalahan yang

akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah penilaian kinerja supplier

yang tepat sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh PT. Wika Beton

sehingga dapat mengurangi terjadinya keterlambatan kedatangan material serta mutu

yang tidak sesuai dari supplier berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan

dengan melihat kriteria dari quality¸ cost, delivery, responsiveness, flexibility, dan

commitment. Selain itu bagaimana mencari solusi alternatif yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah keterlambatan dengan membuat sistem baku penilaian

kinerja supplier yang baku di PT. Wika Beton.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian

kinerja supplier yang baik dan dapat distandardkan dengan menggunakan pendekatan

metode SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) System

untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan plat sambung. Sedangkan Analityc

Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi

sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk

mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung

(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa manfaat yang diperoleh

antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan

dan masukan serta sebagai bahan informasi dan rekomendasi untuk

selanjutnya menjadi referensi bagi perusahaan dalam mengambil

keputusan yang berkaitan dengan sistem penilaian kinerja dan

penentuan supplier serta rencana pembentukan divisi produksi plat

sambung.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan sebagai bahan kajian

penelitian selanjutnya dan memberikan referensi serta saran, khususnya

masalah sistem penilaian kinerja supplier serta langkah-langkah

pendirian unit produksi baru pada suatu perusahaan.

3. Bagi Mahasiswa

Manfaat penelitian bagi mahasiswa sebagai pengalaman dibidang

akademis dalam pemecahan masalah sistem penilaian kinerja supplier

dan rencana pendirian unit divisi produksi. Selain itu sebagai bahan

wacana keilmuan dalam penerapan teori yang diterima pada saat kuliah

sejauh mana dapat diimplementasikan dalam masalah sistem penilaian

(28)

1.5. Batasan Masalah

Untuk dapat melihat keakuratan sistem yang akan dirancang maka penulis

membuat batasan-batasan sebagai berikut:

1. Data yang digunakan adalah data pembelian bulan Juli s.d. Desember

2011 berdasarkan keputusan pihak manajemen perusahaan.

2. Material yang diteliti adalah plat sambung.

1.6. Asumsi-asumsi

Agar penyelesaian masalah dapat dilakukan sesuai dengan teori yang

dilakukan maka perlu diadakan asumsi yang digunakan antara lain:

1. Tidak ada penambahan supplier plat sambung pada saat penelitian

sedang berlangsung.

2. Tidak ada perubahan proses produksi serta prosedur selama penelitian

(29)

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Perancangan Sistem

Menurut Sinulingga, S (2008), sistem adalah separangkat elemen atau

komponen saling bergantung atau berinteraksi satu dengan yang lain menurut pola

tertentu dan membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan

mendesain atau merancang sistem adalah suatu proses mengenai pemilihan dan

pengaturan komponen-komponen sistem untuk menjalankan fungsi khusus

masing-masing komponen tersebut agar tetap bersinergi secara optimal mencapai tujuan

sistem.

2.2. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)

Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)

System merupakan sistem yang dibuat oleh Wang Laboratory, Inc. Lowell, yang

mampu mengintegrasikan aspek finansial dan non-finansial yang dibutuhkan manajer

(terutama manajer operasi). Model ini dibuat untuk merespon keberhasilan

perusahaan menerapkan Just in Time, sehingga fokusnya lebih mengarah ke

operasional setiap departemen dan fungsi di perusahaan. Tanpa adanya strategi yang

jelaspun, kerangka kerja ini dapat digunakan, akan tetapi akan lebih baik didasarkan

(30)

Strategi objektif perusahaan diperoleh dari penjabaran visi dan fungsi bisnis

unit yang utama yaitu finansial (financial) dan pasar (market). Keberhasilan kinerja

finansial dan pasar perlu didukung kemampuan perusahaan untuk dapat memuaskan

konsumennya (customer satisfaction), fleksibilitas produknya (flexibility),dan

kemampuan memproduksi yang efektif dan efisien (productivity). Level terakhir yang

perlu dilakukan oleh masing-masing departemen dan stasiun kerja adalah bagaimana

agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik (quality), kecepatan proses

produksi dan pengiriman produk (delivery), waktu proses yang semakin pendek

(process time), dan biaya yang murah (cost). Keempat perspektif ini diyakini akan

dapat menunjang kemampuan perusahaan untuk memuaskan konsumen, memiliki

produk yang fleksibel, dan kemampuan produksi dan karyawan yang produktif.

2.3. Pengukuran Kinerja

Menurut Gazperz (2002), pengukuran kinerja merupakan suatu cara

memantau dan menelusuri kemajuan tujuan-tujuan strategis. Hasil pengukuran dapat

berupa indikator awal menuju akhir atau indikator hasil akhir.

Menurut Yuwono (2006), pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran

yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada

perusahaan.

Untuk memilih supplier diperlukan suatu sistem evaluasi dan seleksi

supplier dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu quality, cost, delivery,

(31)

2.3.1. Quality (Kualitas)

Adapun definisi quality menurut beberpa ahli, antara lain:

1. Menurut Juran (1962) "kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau

manfaatnya”.

2. Menurut Crosby (1979) "kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan

yang meliputi availability, delivery, realibility, maintainability,

dancost effectiveness”.

3. Menurut Feigenbaum (1991) "kualitas merupakan keseluruhan

karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering,

manufacture, dan maintenance, yang mana produk dan jasa tersebut

dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan

harapan pelanggan yang baik dan sesuai dengan standard yang ada”.

4. Menurut Elliot (1993) "kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk

orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau

dikatakan sesuai dengan tujuan".

5. Menurut Deming (1986) “kualitas adalah menterjemahkan untuk

mengubah kebutuhan yang akan datang dari pengguna kedalam suatu

karakteristik yang diperlukan agar sebuah produk dapat di desain dan

dibuat untuk memberikan kepuasan dengan harga yang dibayar oleh

(32)

6. Menurut Goestch dan david (1994) “kualitas merupakan suatu kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.

2.3.2. Cost (Biaya)

Adapun definisi cost menurut beberpa ahli, antara lain:

1. Mulyadi (2000), mengemukakan bahwa definisi biaya dibagi atas dua,

yaitu biaya dalam arti sempit dan biaya dalam arti luas. Dalam arti luas

biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pengertian biaya dalam

arti sempit adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk

memperoleh aktiva.

Dari definisi biaya tersebut terdapat empat unsur pokok, yaitu:

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

b. Diukur dalam satuan uang.

c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi.

d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

2. Mas’ud Machfoeds (1996), mengemukakan biaya adalah beban

terhadap penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya

(33)

2.3.3. Delivery (Penyerahan)

Berikut ini adalah pengertian penyerahan (delivery) menurut para ahli

dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:

1. Menurut Suyono (2003)

“Delivery adalah penyerahan muatan yang merupakan kegiatan

menyerahkan barang dari dan ke wilayah pelabuhan”.

2. Menurut Sutiyar (1994)

“Delivery adalah penyerahan muatan kepada yang berhak di pelabuhan

tujuan”.

3. Menurut Asad (1992)

“Delivery adalah tindakan penyerahan barang-barang yang dimiliki

berdasarkan nota kepada pihak lain”.

4. Menurut Diklat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia Jakarta (2001)

“Delivery adalah suatu kegiatan penyerahan barang yang berlangsung

di sisi lambung kapal atau di lapangan penumpukan dan dapat juga

dilaksanakan di area lapangan tertutup (gudang)”.

5. Menurut Djoko (2003)

“Delivery adalah kegiatan pengalihan kepemilikan fisik suatu barang,

seperti pengalihan kepemilikan dari pengirim ke perusahaan

pengangkutan, dari perusahaan pengangkutan yang satu ke perusahaan

pengangkutan yang lain, atau dari perusahaan pengangkutan ke

(34)

6. Menurut Gouzali (1996)

“Delivery adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam

pemasaran, yaitu penyerahan setiap produk yang sudah dibeli oleh

pelanggan. Penyerahan ini bisa dilakukan di tempat pembelian, atau

diantar sampai ke rumah pelanggan tergantung pada perjanjian antara

kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.”

2.3.4. Flexibility (Fleksibilitas)

Definisi fleksibilitas adalah: “Fleksibilitas merupakan karakteristik dari

proses yang mengukur berapa lama (waktu) perubahan proses untuk menghasilkan

output yang berbeda atau dengan menggunakan sekumpulan input yang berbeda

(Gazperz, 1997)”.

2.3.5. Responsiveness (Daya Tanggap)

Berikut ini adalah pengertian responsiveness (daya tanggap) menurut para

ahli dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:

1. Menurut Rambat Lupiyoadi (2001) “daya tanggap adalah "suatu

kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat

(responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian

informasi yang jelas”.

(35)

dengan tanggap. Daya tanggap dapat berarti respon atau kesigapan

karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan

yang cepat dan, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani

pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan

penanganan”.

2.4. Sistem Penilaian Vendor Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Metoda Analytical Hierrchy Procces (AHP) dikembangkan oleh Prof.

Thomas Lorie Saatie dari Wharton Business School diawal tahun 1970, yang

digunakan untuk mencari ranking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam

pemecahan suatu permasalahan. Pada proses pengambilan keputusan dengan AHP,

ada permasalahan/goal dengan beberapa level kriteria dan alternatif. Masing-masing

alternatif dalam satu kriteria memiliki skor. Skor diperoleh dari eigen vektor matriks

yang diperoleh dari perbandingan berpasangan dengan alternatif yang lain. Skor yang

dimaksud ini adalah bobot masing-masing alternatif terhadap satu kriteria.

Masing-masing kriteriapun memiliki bobot tertentu (didapat dengan cara yang sama).

Selanjutnya perkalian matriks alternatif dan kriteria dilakukan di tiap level hingga

naik ke puncak level. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan

untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan

prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam

(36)

melainkan multifaktor dan mencakup berbagai macam jenjang maupun kepentingan

yang ada.

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang

digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang

diskrit maupun kontinu. Perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala

besar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relative. Metode ini adalah

sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan

menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan

memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau

variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan

subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini

untuk menetapkan variabel yang mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak

unutk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang

kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dengan menarik berbagai pertimbangan

guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan

kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu

mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan

perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan

yang telah dibuat. Selain itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang

penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan didalam dan diluar

(37)

Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang

terdiri dari:

1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks

perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.

Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah

1/k kali lebih penting dari A.

2. Homogenity, yaitu menngandung arti kesamaan dalam melakukan

perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan untuk membandingkan

jeruk dengan bola tennis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika

membandingkan dalam hal berat.

3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete

hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak

sempurna (incomplete hierarchy).

4. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat

ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat

merupakan data kuantitaf maupun yang bersifat kualitatif sesuai

dengan kasus yang diamati.

Secara umum pengambilan keputusan dengan metoda AHP didasarkan

pada langkah-langkah berikut yang akan dijalankan sesuai dengan

fungsinya:

a. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang

(38)

b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum,

dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif

pilihan yang ingin dirangking.

c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang

menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen

terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat

diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau

judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat

kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

2.5. Decomposition

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang

utuh menjadi unsur-unsurnya kebentuk hirarki proses pengambilan keputusan,

dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang

akurat pemecahan dilakukan terhadap unusr-unsur sampai tidak mungkin dilakukan

pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang

hendak dipecahkan, struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai

complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua

elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada

tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki

yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai

(39)
[image:39.792.124.701.179.328.2]

9

(40)

2.6. Kuesioner

Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format

pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom dimana responden akan

menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya. Dibandingkan

dengan dua instrumen pengumpulan data lainnya, kuesioner adalah instrumen yang

memiliki mekanisme yang efisien jika si peneliti mengetahui secara baik apa yang

dibutuhkannya dan bagaimana mengukur variabel yang diinginkan.

Dalam merancang kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsiip yang

terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of questions), cara-cara

pengukuran yaitu mengategorikan, membuat skala dan mengkodekan (categorized,

scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general apperance)

(41)

20

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Wijaya Karya Beton yang disingkat dan lebih dikenal dengan Wika

Beton dilahirkan dari induknya PT. Wijaya Karya (WIKA) pada tanggal 11 Maret

1997 di Jakarta dihadapan Notaris Imas Fatimah, S.H dengan akta pendirian Nomor

44. Perjalanan cikal bakal Wika Beton dengan bidang usaha sebagai produsen beton

ini cukup panjang. Diilhami oleh perkembangan kemajuan teknologi khususnya di

industri konstruksi, disusul oleh kemampuan dibidang komunikasi dan transportasi,

para ahli WIKA melihat peluang yang sangat baik untuk mencoba membuat produk

beton yang dapat menguraikan produk lain dengan mutu yang lebih baik, usia yang

lebih panjang karena bebas korosi dan harganya kompetitif.

Pada tahun 1978 berawal dari rekayasa panel beton di bawah pengelolaan

Divisi Perdagangan (DPD) WIKA mulai mendapat peluang pada proyek Rumah

Sederhana Perumnas. Dengan demikian DPD bertambah bidang usaha baru yaitu

bidang industri sehingga namanyapun berubah menjadi Perdagangan dan Industri

(DPI). Produk beton berikutnya adalah percobaan pembuatan secara konvensional

Tiang Listrik Beton dengan bentuk “T”-reinforced untuk Provinsi Jawa Barat yang

dipasang di Bandung dan Cilegon. Sejalan dengan berkembangnya pembangunan

(42)

diadakan percobaan pembuatan komponen beton pracetak untuk Rumah Susun

Perumnas seperti yang dapat dilihat di Tanah Abang, Klender, Palembang, Makassar

dan Jabotabek.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat, DPI merintis

rekayasa Tiang Listrik Beton sentrifugal menghasilkan bentuk tiang bulat berongga

dan tirus; saat itu suatu terobosan yang luar biasa karena DPI berhasil mengubah

‘selera’ PLN dari kebiasaan menggunakan Tiang Listrik Besi dan kayu menjadi Tiang

Listrik Beton.

Untuk memenuhi pesanan tersebut dan mengantisipasi pesanan berikutnya.

Pada tahun 1980 mulai dibangun pabrik yang pertama di Cileungsi, Bogor. Kemudian

setahun berikutnya dibangun 3 pabrik baru di Pasuruan, Boyolai dan Purwokerto.

Pada tahun 1982 seiring meningkatnya kebutuhan Tiang Listrik Beton dibangun

pabrik baru di Jatiwangi, Majalengka. Pada tahun ini dirintis rekayasa Tiang Pancang

Prategang Bulat Berongga yang sistem produksinya sama dengan Tiang Listrik Beton

sentrifugal.

Di sektor Perhubungan terdapat peluang menembus PJKA yang berubah

menjadi Perumka dan terakhir PT. KAI dengan membuat rekayasa bantalan kereta api

beton prategang pada tahun 1982. Tahun 1987 WIKA memperoleh tender Power

XVIII dari Asian Development Bank (ADB) untuk lokasi di Sumatera Utara sekitar

Padang Sidempuan dan Sibolga dengan volume cukup besar saat itu, sehingga pada

tahun itu pula dibangun Pabrik Tiang Listrik Beton di Padang Sidempuan yang

(43)

pertimbangan, pada tahun 1989, pabrik di Padang Sidempuan dipindahkan ke Binjai

dan hingga saat ini dikenal sebagai PPB Sumut.

Berbekal motto “Prestasi Melalui Inovasi dan Teknologi”, selalu ingin terus

berkreasi dan berkembang, pada tahun 1988 dimulailah rekayasa Beam/Balok

Segmental dan pertama kali dicoba dan diproduksi di Pabrik Produk Beton Boyolali.

Saat itu yang mengelola industri beton WIKA adalah Divisi Konstruksi dan untuk

efektifitas pada tahun 1991 nama DKK dirubah menjadi Divisi Produk Beton (DPB)

yang menangani produksi dan pemasaran produk beton.

Tahun 1991 dibuat rekayasa Sheet Pile Beton dan berhasil dipasarkan mulai

tahun itu juga. Guna memperkuat jaringan pemasaran pada tahun 1993 manajemen

DPB membangun pabrik baru di Kawasan Industri Makassar untuk mengakomadasi

permintaan produk beton dari kawasan timur Indonesia. Peta persaingan saat itu

membuat WIKA mengambil keputusan membagi dua wilayah pemasaran untuk

produksi dan pemasaran beton, wilayah barat yaitu Indonesia bagian barat oleh

DPB-I dan DPB-Indonesia bagian timur oleh DPB-DPB-IDPB-I.

Awal tahun 1994 ada peluang kebutuhan pipa beton diameter besar

bertekanan tinggi sehingga tahun 1995 WIKA membangun pabrik baru khusus Pipa

Beton di PPB Sulawesi Selatan dan mulai tahun itu langsung memproduksi pipa

beton diameter 1,5 meter bertekanan tinggi, diproduksi dengan sistem vibro

centrifugal, produk pertama di Indonesia saat itu.

Menyadari bahwa usaha produk beton merupakan bidang usaha semakin

(44)

organisasi yang dikelola DPB-I dan DPB-II, maka dileburlah keduanya menjadi satu

badan hukum sesuai Surat Keputusan Direksi PT. Wijaya Karya No.

Sk.01.01/A.DIR.0950/96 tanggal 24 Desember 1996. Dan pada tanggal 11 Maret

1997 secara resmi lahirlah Perusahaan Anak yang pertama dari WIKA yaitu PT.

Wijaya Karya beton dihadapan Notaris Imas Fatimah, S.H dengan akte pendirian

Nomor 44.

Dengan perkembangan teknologi dan inovasi produk, sebagai upaya dalam

diferensiasi produk, mendorong perusahaan mengembangkan kualitas atau mutu

beton bersinergi dengan kebutuhan saat ini. Dari hasil research and development

menunjukkan bahwa proses produksi yang berjalan saat ini di Wika Beton telah

setara dengan industri beton dinegara maju lainnya.

Melihat potensi pasar yang ada dan kondisi persaingan usaha, dengan motto

“Innovation and Trust”, Wika Beton terus berupaya meningkatkan kinerjanya

melalui program Operational Excellence terutama di bidang Sumber Daya

Manusia/Human Capital dan Sistem Manajemen.

Untuk menjangkau seluruh daerah operasinya, saat ini Wika Beton

mempunyai jaringan wilayah penjualan dan pabrik produk beton di seluruh Indonesia

yaitu Wilayah Penjualan I di Medan; Wilayah Penjualan II di Palembang, Wilayah

Penjualan III (Jakarta); Wilayah Penjualan IV (Semarang); Wilayah Penjualan V

(Surabaya) dan Wilayah Penjualan VI (Makassar). Sedangkan untuk pabrik terdiri

dari Pabrik Produk Beton (PPB) Sumut (Diski-Deliserdang); PPB Lampung

(45)

(Jatiwangi-Majalengka); PPB Boyolali (Mojosongo-Boyolali); PPB Pasuruan

(Kejapanan-Pasuruan) dan PPB Sulawesi Selatan (Makassar). Satu lagi pabrik terbaru

baru selesai dibangun tahun 2008 yang lalu adalah Jalur VIII PPB Bogor, merupakan

pabrik termodern Wika Beton saat ini karena mampu menghasilkan produk-produk

beton khususnya Tiang Pancang Bulat dengan diameter 1000 mm dan panjang

sampai dengan 24 meter dengan produktivitas hingga 300 m3 per hari.

3.2. Deskripsi Perusahaan

3.2.1. Wilayah Kerja

PT Wijaya Karya Beton Pabrik Produk Beton Sumatera Utara (PPB Sumut)

merupakan salah satu dari 7 pabrik PT. Wijaya Karya Beton di Indonesia, terletak di

Jalan Raya Medan-Binjai KM 15,5 Diski, Deliserdang, menghasilkan beraneka

macam produk beton pracetak mutu tinggi mulai dari produk beton sentrifugal dan

produk beton non sentrifugal. Bersama-sama dengan Wilayah Penjualan I Medan,

PPB Sumut merupakan pasangan unit kerja yang menyediakan berbagai macam

kebutuhan produk beton untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),

Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat.

3.2.2. Produk dan Layanan Utama

Produk utama PPB Sumut pada prinsipnya sama dengan seluruh produk

pabrik-pabrik lain PT. Wijaya Karya Beton lainnya terdiri dari produk beton

(46)

Poles) ditambah produk terbaru Tiang Pancang Kotak Sentrifugal (PC Spun Square Piles). Sedangkan produk beton non sentrifugal adalah semua produk beton pra

tegang (Precast concrete) dan non prategang (Non precast concrete) seperti Tiang

Pancang Kotak (PC Square Piles), Turap Beton (Retaining Wall Conctrete Product)

terdiri dari Flat Sheet Pile dan Corrugated Concrete Sheet Pile, Balok Jembatan

Beton (Bridge Concrete Products) terdiri dari PC-I Girders dan PC-U Girders;

Bantalan Kereta Api (Railway Concrete Products) dan produk-produk beton lainnya

yang bersifat non standar (bukan standar WIKA) seperti panel pagar, panel bangunan

gedung, slab jetty untuk dermaga dan sebagainya.

Secara pengukuran untuk produk produk beton ini dinyatakan dalam satuan

meter kubik (m3) dan pada tahun 2008 realisasi produksi secara total semua produk

beton tersebut adalah 54.659,350 m3 atau 134,82% terhadap rencana (RKAP). Secara

prosentase, pada tahun 2008 produk beton terbesar volumenya adalah Tiang Pancang

(baik putar maupun non putar) yaitu 63% atau 34.435.390 m3 disusul oleh Bantalan

Kereta Api sebesar 16% atau sebesar 8.745,5 m3. Dan produk beton yang paling

dominan mengeluarkan cost of poor quality karena produk gagal adalah Bantalan

Kereta Api (0,04%) dan Tiang Pancang (0,02%).

Adapun proses awal hingga hingga penyerahan produk kepada pelanggan

(Quality Planing) dapat dijelaskan sebagai berikut: PPB Sumut menerima Surat Perintah Produksi Produk Beton (SPPrB) dari Wilayah Penjualan I Medan,

berdasarkan itu Manajer Pabrik memerintahkan Kepala Unit Produksi (KUP) untuk

(47)

Perencanaan dan Evaluasi Produksi (PEP) sebagai pengendali Harga Pokok Produksi

(HPP) atau Kepala Seksi teknik dan Mutu (TM) jika produk tersebut bukan standar

WIKA Beton. Jika produksi sudah dimulai maka pengawasan mutu dan keselamatan

kerja menjadi tanggung jawab Kepala Seksi TM (QC Process) dan setelah produk

selesaipun sebelum sampai ke pelanggan dilakukan QC Outgoing untuk memastikan

persyaratan mutu telah sesuai standar WIKA Beton.

3.2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dimiliki WIKA Beton adalah organisasi matriks,

hal ini dimaksudkan agar roda organisasi berjalan effisien dan fleksibel

mengantisipasi perubahan lingkungan usaha.

3.2.4. Pelanggan dan Pasar

Pelanggan utama Wilayah Penjualan I Medan dengan mitra kerjanya PPB

Sumut adalah terbagi dalam 2 segmen utama yaitu pelanggan BUMN/Pemerintah

dan pelanggan swasta. Pelanggan BUMN utamanya adalah kontraktor-kontraktor

nasional BUMN Karya seperti PT. Wijaya Karya (WIKA) sendiri, PT. Adhi Karya

(AK), PT. Pembangunan Perumahan (PP), PT. Waskita Karya (WK), PT. Hutama

Karya (HK) dan jajaran BUMN karya lainnya. Selain BUMN Kontraktor juga ada

PT. Pelindo I, PT. Angkasa Pura I, T Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT. PLN.

(48)

PU di daerah seputar Sumbagut dan satuan kerja proyek (satker) di

daerah-daerah.

Adapun pelanggan swasta sangat banyak dan beragam mulai dari volume

sangat kecil (1-2 batang Tiang Listrik) hingga pelanggan dengan ribuan pesanan

Tiang Pancang diameter besar. Termasuk contoh dalam kelompok ini adalah seperti

PT. Wilmar Bioenergi Indonesia, PT Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP), PT. Saipem

Indonesia, PT. Total Bangun Persada, PT. Bangun Cipta Kontraktor, PT. Truba

Manunggal, dsb. Perbandingan omzet pelanggan BUMN dan swasta 5 tahun terakhir

menunjukkan perubahan dimana dominasi pelanggan BUMN mulai sedikit tergerus

pelanggan swasta, walaupun secara keseluruhan pasar BUMN/sektor pemerintah

masih tetap dominan hingga saat ini.

Untuk cakupan pasar, sebaran produk PPB Sumut digunakan untuk

proyek-proyek pemerintah dan swasta mulai dari propinsi NAD, Sumatera Utara, Riau,

Sumatera Barat dan Propinsi Kepulauan Riau. Data 5 tahun terakhir menunjukkan

propinsi terbesar yang proyek-proyeknya menggunakan produk beton PPB Sumut

adalah propinsi Sumut.

3.2.5. Hubungan Kemitraan dan Komunikasi

Hubungan kemitraan dengan pemasok (vendor) dan pelanggan dilaksanakan

dalam batas-batas peraturan/kontrak yang berlaku. Dalam hal PPB Sumut, hubungan

kemitraannya adalah dengan para pemasok/vendor sedangkan Wilayah Penjualan I

(49)

Koordinasi PPB Sumut dengan para mitra kerjanya dilakukan melalui user meeting serta technical and quality meeting. Komunikasi dilakukan melalui media elektronik terutama telepon, faksimil, surat elektronik dan surat menyurat lainnya

serta informal meeting yang dilaksanakan insidensial. Hubungan PPB Sumut dengan

pemasok/vendor dibagi dalam 2 bentuk yaitu pemasok material pokok dan pemasok

(50)

Metodologi ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk

menentukan berhasil atau tidaknya penelitian ini, demikian juga tinggi rendahnya

kualitas hasil penelitiannya sangat ditentukan oleh ketetapan penulis dalam

memilih metodologi penelitiannya.

Dalam bagian metodologi ini penulis akan menyebutkan sekali lagi

dengan jelas apa yang menjadi fokus penelitian. Penyebutan fokus ini

dimaksudkan agar peneliti ini sendiri mantap dengan variabel yang akan diteliti

sehingga pandangan dan pikiran tertuju kearah yang telah difokuskan.

4.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan action

research, yaitu suatu metode yang menyelesaikan suatu indikasi keadaan, gejala pada kondisi yang sudah ada dan sedang berjalan, yang dilakukan dengan

pengumpulan data, mentabulasi dan mengklarifikasi serta menginterpretasikan

sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi dan

pada akhirnya usulan pengembangan yang dilakukan agar menjadi lebih efisien

dan efektif.

Diagram alir atau tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian ini

sehingga menjadi suatu prosedur atau langkah-langkah yang jelas dapat

(51)

- Observasi Langsung - Studi Literatur - Wawancara - Jurnal Internet

1. Data Kriteria Penilaian Kinerja Supplier 1. Sejarah Perusahaan 2. Data harga Satuan Material, Upah & Energi 2. Daftar Supplier

3. Data Volume Pemakaian Material, Upah & Energi 3. Data Realisasi Jadwal Pendatangan Material 4. Data Realisasi Mutu Material

1. Identifikasi strategi obkjektif 2. Key Performance Indicator (KPI)

3. Penstrukturan Key Performance Indicator (KPI) 4. Pembobotan Key Performance Indicator

5. Penilaian Kinerja

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DAN PERANCANGAN

KESIMPULAN DAN SARAN

3. Perancangan Harga Pokok Produksi Plat Sambung

1. Perancangan sistem penilaian kinerja supplier dengan menggunakan metode SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) System dengan pendekatan metode Analityc Hierarchy Process (AHP)

2. Perbaikan dan peningkatan strategi objektif pada pemilihan supplier

1. Perancangan daftar peringkat supplier

PENETAPAN TUJUAN

2. Pengembangan solusi alternatif yaitu pendirian divisi produksi plat sambung

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

Sering terjadinya keterlambatan kedatangan material serta mutu yang tidak sesuai dari supplier. Beberapa pertanyaan yang perlu dicari solusinya :

1. Supplier manakah yang paling siap menerima pesanan material?

2. Solusi alternatif apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

[image:51.595.119.509.96.744.2]

PERUMUSAN MASALAH

(52)

4.2.Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PT. Wijaya Karya Beton Pabrik produk

Beton Sumatera Utara, Jl. Medan-Binjai Km. 15,5 No. 1 Deli Serdang, Sumatera

Utara.

4.3.Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan berbagai

cara, sebagai berikut:

1. Melakukan observasi langsung, yaitu mencatat sendiri data yang

diperlukan yang diperoleh terhadap pengamatan dilapangan.

2. Melakukan Tanya jawab secara langsung kepada pihak yang terkait

dalam pengadaan material.

3. Melakukan penelusuran berbagai dokumen yang terkait dengan

pengadaan material.

4.4.Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari

dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder yang dapat dijelaskan sebagai

beriut:

1. Data primer meliputi data kriteria penilaian kinerja supplier, data

harga satuan material upah energi, data volume pemakaian material,

upah dan energi dan lain-lain yang diperoleh berdasarkan

(53)

2. Data sekunder meliputi sejarah perusahaan, daftar supplier, data realisasi jadwal pendatangan material serta data realisasi mutu

material.

4.5.Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual di dalam penelitian dibuat untuk mempermudah

peneliti dalam pengambilan dan pengolahan data. Kemudian merencanakan cara

atau prosedur beserta tahapan-tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis

dalam proses penelitian. Tiap tahapan merupakan bagian yang menentukan

tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan cermat. Langkah awal dalam

pengukuran kinerja supplier ini adalah menganalisa unsur input, proses dan

output. Unsur input terdiri dari quality, cost, delivery, flexibility, dan

responsiveness.

Unsur proses penilaian kinerja supplier ini diharapkan dapat menjadi

bahan pengambilan keputusan bagi manajemen mengenai:

a. Menentukan ke supplier mana pesanan material akan diberikan

berdasarkan peringkat.

b. Perbaikan dan peningkatan strategi objektif dalam pemilihan

supplier.

c. Solusi alternatif, yaitu pendirian divisi plat sambung.

Unsur output dalam penenlitian ini adalah perancangan daftar peringkat

(54)

Quality

Cost

Delivery

Flexibility

Responsiveness

Penilaian Kinerja Supplier

Perbaikan dan Peningkatan Strategi Objektif pada

[image:54.595.117.500.110.341.2]

Pemilihan Supplier Commitment

Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

NO. KEGIATAN BLN JAN FEB MAR

MG. KE - 4 1 2 3 4 1 2

1 Pengumpulan Data

2 Analisa Data

3 Pembuatan Laporan

4 Kolokium

5 Seminar Hasil

(55)

34

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data mengenai supplier didapatkan dari bagian logistik, data

delivery didapat dari bagian gudang serta data quality didapat dari bagian teknik dan mutu. Adapun data-data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dari data tersebut maka dapat diperoleh indikator/kriteria dalam

mengevaluasi performance supplier plat sambung di PT. Wijaya Karya Beton.

Indikator/kriteria tersebut adalah:

1. Quality

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari quality

adalah:

a. Kekuatan tekan dengan standard yang ada

b. Kekuatan tarik material dengan dengan standard yang ada

c. Ketebalan material dengan standard yang ada

2. Cost

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari cost

adalah:

a. Harga

b. Periode pembayaran atau cara pembayaran

(56)

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari delivery

adalah:

a. Ketepatan kuantitas atau jumlah plat sambung yang dikirim.

b. Ketepatan waktu pengiriman plat sambung.

c. Ketepatan prosedur pengiriman.

4. Flexibility

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari

flexibility adalah:

a. Persentase dipenuhinya permintaan perubahan jumlah plat sambung

yang dipesan.

b. Persentase dipenuhinya perubahan waktu pengiriman plat sambung.

c. Persentase dipenuhinya perubahan cara atau teknik pengiriman plat

sambung.

5. Responsiveness

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari

responsiveness adalah:

a. Kecepatan supplier merespon problem.

b. Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan kuantitas plat

sambung.

c. Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan jadwal

(57)

5.1.1. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison) 5.1.1.1. Level 1

Matriks banding berpasangan (pairwise comparison) pada level 1 adalah

matriks banding berpasangan antar elemen pada pemilihan supplier yang dapat dilihat

[image:57.612.116.532.240.683.2]

pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Matriks Banding Berpasangan antar Elemen pada Pemilihan

Supplier

Elemen RESPONDEN 1

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 1/5 1/3 3 3

Cost 5 1 3 3 3

Delivery 3 1/3 1 3 3

Flexibility 1/3 1/3 1/3 1 1

Responsiveness 1/3 1/3 1/3 1 1

Elemen RESPONDEN 2

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 5 5 7 5

Cost 1/5 1 1/3 3 1

Delivery 1/5 3 1 9 1/3

Flexibility 1/7 1/3 1/9 1 1/5

Responsiveness 1/5 1 3 5 1

Elemen RESPONDEN 3

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 1 1 3 3

Cost 1 1 1 3 3

Delivery 1 1 1 3 3

Flexibility 1/3 1/3 1/3 1 1

Responsiveness 1/3 1/3 1/3 1 1

Elemen RESPONDEN 4

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 1 3 5 1/3

Cost 1 1 1/3 1/3 1/5

Delivery 1/3 3 1 1/5 1

Flexibility 1/5 3 5 1 1

(58)

(Lanjutan)

Elemen RESPONDEN 5

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 9 9 9 9

Cost 1/9 1 1/7 1/5 1

Delivery 1/9 7 1 7 1/3

Flexibility 1/9 5 1/7 1 5

Responsiveness 1/9 1 3 1/5 1

Elemen RESPONDEN 6

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 7 7 9 9

Cost 1/7 1 5 5 5

Delivery 1/7 1/5 1 7 5

Flexibility 1/9 1/5 1/7 1 1/5

Responsiveness 1/9 1/5 1/5 5 1

5.1.1.2. Level 2

Level 2 merupakan pembagian dari masing-masing elemen yang terdapat

pada level 1. Adapun matriks banding berpasangan (pairwise comparation) pada

level 2, yaitu matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen

quality, cost, delivery, flexibility, dan responsiveness.

1. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen

Quality, dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Quality

Unsur RESPONDEN 1

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 3 1/3

Kuat tarik 1/3 1 1

[image:58.612.117.527.114.337.2]
(59)

Tabel 5.2. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Quality (Lanjutan) Unsur

RESPONDEN 2

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 1/9 1/7

Kuat tarik 9 1 3

Ketebalan material 7 1/3 1

Unsur RESPONDEN 3

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 1 1

Kuat tarik 1 1 1

Ketebalan material 1 1 1

Unsur RESPONDEN 4

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 1/7 1/5

Kuat tarik 7 1 1

Ketebalan material 5 1 1

Unsur RESPONDEN 5

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 1/9 1/9

Kuat tarik 9 1 9

Ketebalan material 9 1/9 1

Unsur RESPONDEN 6

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 5 5

Kuat tarik 1/5 1 1

Ketebalan material 1/5 1 1

2. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen

Price, dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price

Unsur RESPONDEN 1

Harga Periode

Harga 1 1

(60)

Tabel 5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price (Lanjutan)

Unsur RESPONDEN 2

Harga Periode

Harga 1 1

Periode 1 1

Unsur RESPONDEN 3

Harga Periode

Harga 1 5

Periode 1/5 1

Unsur RESPONDEN 4

Harga Periode

Harga 1 1/5

Periode 5 1

Unsur RESPONDEN 5

Harga Periode

Harga 1 1/5

Periode 5 1

Unsur RESPONDEN 6

Harga Periode

Harga 1 1/3

Periode 3 1

3. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen

Delivery, dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Delivery

Unsur RESPONDEN 1

Ketepatan quantity ketepatan waktu

Ketepatan quantity 1 1

ketepatan waktu 1 1

Unsur RESPONDEN

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Hirarki
Gambar. 4.1. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian
Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 5.1. Matriks Banding Berpasangan antar Elemen pada Pemilihan Supplier
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 Ayu Melati Widiarti 2014 Analisis Desain Formulir Ringkasan Keluar (Resume / RM 12) di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Kota Semarang Tahun 2014 Metode

Fluks CO2 yang tinggi di perairan Selat Nasik ditemukan pada Stasiun 1 yang berada di sekitar ekosistem mangrove yang disebabkan oleh tingginya tekanan parsial CO2 dalam

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan secara teori terbukti dimana suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) memberikan dampak terhadap kewajiban jangka pendek

1) Kemiskinan (Proper) Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan pokok.

Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang ( money ), barang ( goods ), atau jasa ( service ) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan haraan dari

IPMG continues to advocate with relevant stakeholders such as Ministry of Health, Bappenas, and the BPOM by providing recommendations in an attempt have no limitation of

[r]

Once the process validation studies are completed (this can take up to 18-24 months), manufacturers can submit the variation(s) to all the national regulatory authorities where