TESIS
OLEH
YUDI PRASETIA SIREGAR
097025012/TI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik
dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
YUDI PRASETIA SIREGAR
097025012/TI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dr. Ir. Nazaruddin, MT
Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT Ir. Rosnani Ginting, MT
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA VENDOR MATERIAL
JOINT PLATE PADA PT. WIJAYA KARYA BETON
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Agustus 2012
Yang Membuat Pernyataan,
Yudi Prasetia Siregar
Abstrak
PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan
baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split,
admixture dan baku tulangan yang terdiri dari PC. Bar, PC Wire, PC. Strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat
menentukan kepada supplier mana material harus dipesan, sehingga di satu sisi
kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat memenuhi setiap pesanan yang datang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian kinerja supplier
dengan menggunakan pendekatan metode SMART (Strategic Management Analysis
and Reporting Technique) System untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan
plat sambung. Sedangkan Analityc Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat
pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung berdasarkan kriteria perusahaan.
Dasar penetapan sistem baku penilaian kinerja supplier berupa
Faktor/variabel dominan yang merupakan sistem yang dinilai untuk memenuhi plat
sambung yang dipesan (order) oleh Wika Beton kepada Supplier. Faktor dominan ini
didasarkan atas perhitungan dengan menggunakan metode SMART System untuk
mencari Key Performance Indicator sehingga diperoleh urutan faktor/variabel
dominan yaitu Quality (42,26%), Delivery (19,71%), Cost (16,70%), Responsiveness
(12,53%), dan Flexibility (8,81%). Data historis 3 bulan terakhir dari supplier akan
mengetahui sejauh mana supplier mampu melaksanakan order dari Wika Beton
sesuai dengan keterlambatan dan produk yang tidak sesuai (cacat). Jumlah
keterlabatan pengiriman plat sambung paling sedikit (kecil) adalah supplier Sinar
Maju Perkasa (13,81%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (26,36%). Selain itu jumlah ketidaksesuaian (cacat) produksi plat sambung paling sedikit (kecil) adalah Sinar Maju Perkasa (11,63%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (29,07%).
industry whose production is based on job order. Its main raw materials consist of concrete materials comprising, cement, sand, rock split, concrete iron, admixture and rock reinforcement which consists of PC Bar, PC Wire, PC Strand, spiral wire, concrete iron, and connecting plate. Accuracy of delivery and precision of material quality are the factors determining the smoothness of production and sales because if it cannot
achieved, it will result in customers’ complaint and increasing cost of production,
therefore, the supplier must be precisely determined. In this case, the company must be able to determine to which suppliers the materials must be ordered that, on one hand, the continuity of production can be maintained, and on the other hand, the company can make profit because the company can meet every order that comes. The purpose of this
study was to find out the design of supplier’s performance evaluation system using the approach method of SMART (Strategic Management Analysis and reporting Technique) System to minimize the delay and defects of connecting plates. The Analytical Hierarchy Process (AHP) was used as a tool of decision making for the management in material procurement and can be implemented and become a standard system of a company. This study also aimed at developing alternative solution in the procurement of connecting plate materials based on the criteria of the company.
The basic of the decision of evaluation standard system for the performance of suppliers are in the forms of dominant factor/variable in the form of the system valued to meet the criteria of the connecting plates ordered by Wika Beton to the supplier. This dominant factor is based on the calculation using SMART System method to find the Key Performance Indicator that the sequence of dominant factor/variable are Quality (42.26%), Delivery (19.71%), Cost (16.70%), Responsiveness (12.53%) and Flexibility (8.81%). The historical data of the supplier for the past 3 (three) months shows to what extent the supplier can do the order from Wika Beton in accordant with the delays and defective products. The supplier with the least delays of connecting plate delivery is Sinar Maju Perkasa (13.81%) while the one with the biggest delay is Bohlindo (26.36%). In addition, the supplier with the least number of defective connecting plates produced is Sinar Maju Perkasa (11.63%) while the one with the biggest number of defective connecting plates produced is Bohlindo (29.07%).
Universitas Sumatera Utara Medan dengan mengambil program studi Teknik Manajemen Pabrik dan tamat pada tahun 2006. Pada Pebruari 2010 peneliti melanjutkan pendidikan program Magister Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara.
Pada saat ini peneliti bekerja di PT. Wijaya karya Beton, Pabrik Produk Beton Sumatera Utara sebagai Staff Perencanaan & Evaluasi produksi dari Tahun 2007 sampai dengan saat ini.
Medan, 15 Agustus 2012
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya atas berkat rahmatnya
Tesis ini dapat diselesaikan dengan segala upaya yang cukup berarti bagi peneliti.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program
Magister Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan penulisan Tesis ini, peneliti banyak mendapat dukungan
moril dan usulan perbaikan serta penyempurnaan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada komisi
pembimbing yaitu Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Ketua Program
Studi sekaligus pembimbing utama dan Aulia Ishak, ST, MT selaku pembimbing
kedua dalam penulisan Tesis ini.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada semua staff pengajar atas
semua pengetahuan yang diberikan serta dukungan motivasi selama peneliti
mengikuti pendidikan. Peneliti menyadari bahwa kelancaran proses pendidikan juga
tidak terlepas dari bantuan seluruh staff sekretariat Program Studi.
Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada team
manajemen PT. Wijaya Karya Beton yang telah memberikan kesempatan
pelaksanaan penelitian.
Ucapan terima kasih juga kepada rekan-rekan mahasiswa angkatan XI,
angkatan XII dan angkatan XIII yang dengan semangat memberikan masukan dan
saran penulisan Tesis ini.
Akhirnya peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua
yaitu Mahmud Siregar dan Mariana serta kedua adikku Loanda Atmanegara Siregar,
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu sangat diharapkan saran dan masukannya sehingga berguna bagi pembaca.
v
Hal
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Batasan Masalah ... 7
1.6. Asumsi-asumsi ... 7
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Sistem ... 8
2.2. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) ... 8
2.3. Pengukuran Kinerja ... 9
2.3.1. Quality (Kualitas) ... 10
2.3.2. Cost (Biaya) ... 11
2.3.3. Delivery (Penyerahan) ... 12
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAAN
3.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 20
3.2. Deskripsi Perusahaan... 24
3.2.1. Wilayah Kerja ... 24
3.2.2. Produk dan Layanan Utama ... 24
3.2.3. Struktur Organisasi ... 26
3.2.4. Pelanggan dan Pasar ... 26
3.2.5. Hubungan Kemitraan dan Komunikasi ... 27
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian ... 29
4.2. Lokasi Penelitian ... 31
4.3. Metode Pengumpulan Data ... 31
4.4. Sumber Data ... 31
4.5. Kerangka Konseptual ... 32
BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data... 34
5.1.1. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison) ... 36
5.1.2. Data Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 43
5.2. Pengolahan Data ... 43
vii
Masing-masing Elemen dan Unsur ... 47
5.2.5. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks .... 50
5.2.6. Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif ... 61
5.2.7. Perhitungan Bobot Parsial dan Prioritas Level 1 dan 2 ... 61
5.2.8. Perhitungan Total Bobot ... 62
5.2.9. Perhitungan Konsisitensi Hierarki Level 2: Kriteria Kinerja Supplier ... 63
5.2.10. Perhitungan Konsistensi Hierarki Level 1: Kriteria ... 75
5.2.11. Perhitungan Peringkat untuk variabel Commitment dari Masing-masing Supplier ... 80
BAB 6 ANALISIS DAN PERANCANGAN 6.1. Analisis ... 81
6.1.1. Analsis Key Performance Indicator ... 82
6.1.2. Analisis Peningkatan Startegi Ojektif pada Pemilihan Supplier ... 82
6.1.3. Analisis Peringkat untuk Commitment dari Masing-masing Supplier ... 85
6.2. Perancangan ... 86
6.2.1. Perancangan Daftar Peringkat Supplier ... 86
6.2.2. Perancangan Daftar Persentase Pemberian Order ... 87
DAFTAR PUSTAKA... 93
ix
No Judul Hal
1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung ... 2
1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung ... 3
1.3. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung ... 4
2.1. Struktur Hirarki ... 18
4.1. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian ... 30
4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... 33
5.1. Struktur Hirarki untuk Penilaian Kinerja Supplier ... 45
5.2. Bobot Prioritas Key Performance Indicator Pemilihan Supplier ... 63
6.1. Sistem Baku Penilaian Kinerja Supplier ... 81
6.2. Persentase Keterlambatan Pengiriman Plat Sambung ... 83
6.3. Persentase Plat Sambung yang Tidak Sesuai ... 84
1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung ... 2
1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung (Kali).. 3
1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai (Unit) ... 4
5.1. Matriks Banding Berpasangan antar Elemen pada Pemilihan Supplier ... 36
5.2. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Quality ... 37
5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price ... 38
5.4. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Delivery ... 39
5.5. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Flexibility ... 40
5.6. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Responsivenes ... 41
5.7. Data Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 43
5.8. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 1 ... 47
5.9. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Quality Level 2 .. 48
5.10. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Cost Level 2 ... 48
5.11. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Delivery Level 2 ... 49
5.12. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Flexibility Level 2 ... 49
5.13. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Responsiveness Level 2... 49
5.14. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 1 ... 51
xi
Elemen Quality Level 2 ... 53
5.18. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen .... Cost Level 2 ... 54
5.19. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen Cost . Level 2 ... 55
5.20. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Delivery Level 2 ... 56
5.21. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen Delivery Level 2 ... 56
5.22. Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Flexibility Level 2 ... 57
5.23. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen ... Flexibility Level 2 ... 58
5.24. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Responsiveness Level 2 ... 59
5.25. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen ... Responsiveness Level 2... 59
5.26. Rekapitulasi Bobot Parsial ... 60
5.27. Perhitungan Bobot Parsial dan Prioritas Level 1 dan 2 ... 62
5.28. Perhitungan Total Bobot ... 62
5.29. Persentase Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 80
6.1. Perhitungan Total Bobot ... 82
6.2. Pertanyaan-Pertanyaan dan Standard dari Variabel Commitment ... 85
xiii
No Judul Hal
L-1. Kusioner Penilaian Kriteria Pemilihan Supplier untuk
Pemesanan Plat Sambung Di PT. Wika Beton ... 98
L-2. Kuesioner Penilaian Komitmen Supplier Plat Sambung untuk
Abstrak
PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan
baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split,
admixture dan baku tulangan yang terdiri dari PC. Bar, PC Wire, PC. Strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat
menentukan kepada supplier mana material harus dipesan, sehingga di satu sisi
kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat memenuhi setiap pesanan yang datang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian kinerja supplier
dengan menggunakan pendekatan metode SMART (Strategic Management Analysis
and Reporting Technique) System untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan
plat sambung. Sedangkan Analityc Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat
pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung berdasarkan kriteria perusahaan.
Dasar penetapan sistem baku penilaian kinerja supplier berupa
Faktor/variabel dominan yang merupakan sistem yang dinilai untuk memenuhi plat
sambung yang dipesan (order) oleh Wika Beton kepada Supplier. Faktor dominan ini
didasarkan atas perhitungan dengan menggunakan metode SMART System untuk
mencari Key Performance Indicator sehingga diperoleh urutan faktor/variabel
dominan yaitu Quality (42,26%), Delivery (19,71%), Cost (16,70%), Responsiveness
(12,53%), dan Flexibility (8,81%). Data historis 3 bulan terakhir dari supplier akan
mengetahui sejauh mana supplier mampu melaksanakan order dari Wika Beton
sesuai dengan keterlambatan dan produk yang tidak sesuai (cacat). Jumlah
keterlabatan pengiriman plat sambung paling sedikit (kecil) adalah supplier Sinar
Maju Perkasa (13,81%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (26,36%). Selain itu jumlah ketidaksesuaian (cacat) produksi plat sambung paling sedikit (kecil) adalah Sinar Maju Perkasa (11,63%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (29,07%).
industry whose production is based on job order. Its main raw materials consist of concrete materials comprising, cement, sand, rock split, concrete iron, admixture and rock reinforcement which consists of PC Bar, PC Wire, PC Strand, spiral wire, concrete iron, and connecting plate. Accuracy of delivery and precision of material quality are the factors determining the smoothness of production and sales because if it cannot
achieved, it will result in customers’ complaint and increasing cost of production,
therefore, the supplier must be precisely determined. In this case, the company must be able to determine to which suppliers the materials must be ordered that, on one hand, the continuity of production can be maintained, and on the other hand, the company can make profit because the company can meet every order that comes. The purpose of this
study was to find out the design of supplier’s performance evaluation system using the approach method of SMART (Strategic Management Analysis and reporting Technique) System to minimize the delay and defects of connecting plates. The Analytical Hierarchy Process (AHP) was used as a tool of decision making for the management in material procurement and can be implemented and become a standard system of a company. This study also aimed at developing alternative solution in the procurement of connecting plate materials based on the criteria of the company.
The basic of the decision of evaluation standard system for the performance of suppliers are in the forms of dominant factor/variable in the form of the system valued to meet the criteria of the connecting plates ordered by Wika Beton to the supplier. This dominant factor is based on the calculation using SMART System method to find the Key Performance Indicator that the sequence of dominant factor/variable are Quality (42.26%), Delivery (19.71%), Cost (16.70%), Responsiveness (12.53%) and Flexibility (8.81%). The historical data of the supplier for the past 3 (three) months shows to what extent the supplier can do the order from Wika Beton in accordant with the delays and defective products. The supplier with the least delays of connecting plate delivery is Sinar Maju Perkasa (13.81%) while the one with the biggest delay is Bohlindo (26.36%). In addition, the supplier with the least number of defective connecting plates produced is Sinar Maju Perkasa (11.63%) while the one with the biggest number of defective connecting plates produced is Bohlindo (29.07%).
1.1. Latar Belakang Masalah
Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang
menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak
tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga
akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara
tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat menentukan kepada supplier mana
material harus dipesan, sehingga di satu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga dan
pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat
memenuhi setiap pesanan yang datang.
PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan
baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split,
admixture dan baku tulangan yang terdiri dari pc bar, pc wire, pc strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Bahan baku tersebut akan diolah untuk menghasilkan
berbagai jenis produk yang siap dipasarkan. Plat sambung merupakan salah satu
bahan baku yang pemakaiannya terus meningkat setiap tahun, volume pemakaian
material plat sambung pada periode 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1.1 dan
Tabel 1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung
No Material Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 Plat Sambung
(Unit) 51,851 53,763 28,168 62,557 70,601
Gambar 1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung
PT. Wijaya Karya Beton Pabrik Produk Beton Sumatera Utara (PPB Sumut)
merupakan salah satu dari 7 pabrik PT Wijaya Karya Beton di Indonesia, terletak di
Jalan Raya Medan-Binjai km 15,5 Diski, Deliserdang, menghasilkan beraneka
macam produk beton pracetak mutu tinggi mulai dari produk beton sentrifugal dan
produk beton non sentrifugal. Bersama-sama dengan Wilayah Penjualan I Medan,
macamkebutuhan produk beton untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),
Sumatera Utara, Riau, Kepualauan Riau dan Sumatera Barat.
Kenyataan bahwa untuk material plat sambung pendatanganannya sering
mengalami keterlambatan serta tidak tepat mutu. Pada periode bulan Juli s.d.
Desember 2011 dari 26 pemesanan plat sambung kesalah satu bengkel, terjadi 13 kali
keterlambatan pengiriman. Hal ini mengakibatkan terganggunya proses operasional
perusahaan dilantai produksi. Berikut tabel 1.2 dan gambar 1.2 menunjukkan jumlah
keterlambatan kedatangan material plat sambung pada periode Juli 2011 s.d.
Desember 2011.
Tabel 1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung (Kali)
No Nama
Bengkel
Bulan
Juli Agustus September Oktober November Desember
1 BL 8 10 20 2 6 6
2 BT 15 8 18 10 9 3
3 MT 11 6 10 3 4 6
4 MW 11 11 4 10 10 5
5 SMP 11 1 5 6 7 3
Berikut tabel 1.3 dan gambar 1.3 menunjukkan volume plat sambung dari
supplier yang mutunya tidak sesuai pada periode Juli 2011 s.d. Desember 2011. Tabel 1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai (Unit) Nama
Bengkel
Bulan
Juli Agustus September Oktober November Desember
BL 7 38 23 37 17 21
BT 29 27 42 42 15 20
MT 35 35 18 27 11 15
MW 4 29 5 14 16 5
SMP 12 15 13 12 12 6
Gambar 1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai
Keadaan yang menunjukkan bahwa keterlambatan dan mutu yang tidak sesuai
diakibatkan tidak adanya sistem baku penilaian kinerja supplier yang baku di PT.
Wika Beton. Hal ini mengakibatkan tidak adanya jaminan kualitas yang baik serta
sesuai dengan standard kepada PT. Wika Beton terhadap plat sambung yang dikirim
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan di atas, permasalahan yang
akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah penilaian kinerja supplier
yang tepat sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh PT. Wika Beton
sehingga dapat mengurangi terjadinya keterlambatan kedatangan material serta mutu
yang tidak sesuai dari supplier berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan
dengan melihat kriteria dari quality¸ cost, delivery, responsiveness, flexibility, dan
commitment. Selain itu bagaimana mencari solusi alternatif yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah keterlambatan dengan membuat sistem baku penilaian
kinerja supplier yang baku di PT. Wika Beton.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian
kinerja supplier yang baik dan dapat distandardkan dengan menggunakan pendekatan
metode SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) System
untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan plat sambung. Sedangkan Analityc
Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi
sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung
1.4. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa manfaat yang diperoleh
antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan
dan masukan serta sebagai bahan informasi dan rekomendasi untuk
selanjutnya menjadi referensi bagi perusahaan dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan sistem penilaian kinerja dan
penentuan supplier serta rencana pembentukan divisi produksi plat
sambung.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan sebagai bahan kajian
penelitian selanjutnya dan memberikan referensi serta saran, khususnya
masalah sistem penilaian kinerja supplier serta langkah-langkah
pendirian unit produksi baru pada suatu perusahaan.
3. Bagi Mahasiswa
Manfaat penelitian bagi mahasiswa sebagai pengalaman dibidang
akademis dalam pemecahan masalah sistem penilaian kinerja supplier
dan rencana pendirian unit divisi produksi. Selain itu sebagai bahan
wacana keilmuan dalam penerapan teori yang diterima pada saat kuliah
sejauh mana dapat diimplementasikan dalam masalah sistem penilaian
1.5. Batasan Masalah
Untuk dapat melihat keakuratan sistem yang akan dirancang maka penulis
membuat batasan-batasan sebagai berikut:
1. Data yang digunakan adalah data pembelian bulan Juli s.d. Desember
2011 berdasarkan keputusan pihak manajemen perusahaan.
2. Material yang diteliti adalah plat sambung.
1.6. Asumsi-asumsi
Agar penyelesaian masalah dapat dilakukan sesuai dengan teori yang
dilakukan maka perlu diadakan asumsi yang digunakan antara lain:
1. Tidak ada penambahan supplier plat sambung pada saat penelitian
sedang berlangsung.
2. Tidak ada perubahan proses produksi serta prosedur selama penelitian
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Perancangan Sistem
Menurut Sinulingga, S (2008), sistem adalah separangkat elemen atau
komponen saling bergantung atau berinteraksi satu dengan yang lain menurut pola
tertentu dan membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
mendesain atau merancang sistem adalah suatu proses mengenai pemilihan dan
pengaturan komponen-komponen sistem untuk menjalankan fungsi khusus
masing-masing komponen tersebut agar tetap bersinergi secara optimal mencapai tujuan
sistem.
2.2. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)
Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)
System merupakan sistem yang dibuat oleh Wang Laboratory, Inc. Lowell, yang
mampu mengintegrasikan aspek finansial dan non-finansial yang dibutuhkan manajer
(terutama manajer operasi). Model ini dibuat untuk merespon keberhasilan
perusahaan menerapkan Just in Time, sehingga fokusnya lebih mengarah ke
operasional setiap departemen dan fungsi di perusahaan. Tanpa adanya strategi yang
jelaspun, kerangka kerja ini dapat digunakan, akan tetapi akan lebih baik didasarkan
Strategi objektif perusahaan diperoleh dari penjabaran visi dan fungsi bisnis
unit yang utama yaitu finansial (financial) dan pasar (market). Keberhasilan kinerja
finansial dan pasar perlu didukung kemampuan perusahaan untuk dapat memuaskan
konsumennya (customer satisfaction), fleksibilitas produknya (flexibility),dan
kemampuan memproduksi yang efektif dan efisien (productivity). Level terakhir yang
perlu dilakukan oleh masing-masing departemen dan stasiun kerja adalah bagaimana
agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik (quality), kecepatan proses
produksi dan pengiriman produk (delivery), waktu proses yang semakin pendek
(process time), dan biaya yang murah (cost). Keempat perspektif ini diyakini akan
dapat menunjang kemampuan perusahaan untuk memuaskan konsumen, memiliki
produk yang fleksibel, dan kemampuan produksi dan karyawan yang produktif.
2.3. Pengukuran Kinerja
Menurut Gazperz (2002), pengukuran kinerja merupakan suatu cara
memantau dan menelusuri kemajuan tujuan-tujuan strategis. Hasil pengukuran dapat
berupa indikator awal menuju akhir atau indikator hasil akhir.
Menurut Yuwono (2006), pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran
yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada
perusahaan.
Untuk memilih supplier diperlukan suatu sistem evaluasi dan seleksi
supplier dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu quality, cost, delivery,
2.3.1. Quality (Kualitas)
Adapun definisi quality menurut beberpa ahli, antara lain:
1. Menurut Juran (1962) "kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau
manfaatnya”.
2. Menurut Crosby (1979) "kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan
yang meliputi availability, delivery, realibility, maintainability,
dancost effectiveness”.
3. Menurut Feigenbaum (1991) "kualitas merupakan keseluruhan
karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering,
manufacture, dan maintenance, yang mana produk dan jasa tersebut
dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan
harapan pelanggan yang baik dan sesuai dengan standard yang ada”.
4. Menurut Elliot (1993) "kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk
orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau
dikatakan sesuai dengan tujuan".
5. Menurut Deming (1986) “kualitas adalah menterjemahkan untuk
mengubah kebutuhan yang akan datang dari pengguna kedalam suatu
karakteristik yang diperlukan agar sebuah produk dapat di desain dan
dibuat untuk memberikan kepuasan dengan harga yang dibayar oleh
6. Menurut Goestch dan david (1994) “kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.
2.3.2. Cost (Biaya)
Adapun definisi cost menurut beberpa ahli, antara lain:
1. Mulyadi (2000), mengemukakan bahwa definisi biaya dibagi atas dua,
yaitu biaya dalam arti sempit dan biaya dalam arti luas. Dalam arti luas
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pengertian biaya dalam
arti sempit adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva.
Dari definisi biaya tersebut terdapat empat unsur pokok, yaitu:
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
b. Diukur dalam satuan uang.
c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi.
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
2. Mas’ud Machfoeds (1996), mengemukakan biaya adalah beban
terhadap penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya
2.3.3. Delivery (Penyerahan)
Berikut ini adalah pengertian penyerahan (delivery) menurut para ahli
dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:
1. Menurut Suyono (2003)
“Delivery adalah penyerahan muatan yang merupakan kegiatan
menyerahkan barang dari dan ke wilayah pelabuhan”.
2. Menurut Sutiyar (1994)
“Delivery adalah penyerahan muatan kepada yang berhak di pelabuhan
tujuan”.
3. Menurut Asad (1992)
“Delivery adalah tindakan penyerahan barang-barang yang dimiliki
berdasarkan nota kepada pihak lain”.
4. Menurut Diklat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia Jakarta (2001)
“Delivery adalah suatu kegiatan penyerahan barang yang berlangsung
di sisi lambung kapal atau di lapangan penumpukan dan dapat juga
dilaksanakan di area lapangan tertutup (gudang)”.
5. Menurut Djoko (2003)
“Delivery adalah kegiatan pengalihan kepemilikan fisik suatu barang,
seperti pengalihan kepemilikan dari pengirim ke perusahaan
pengangkutan, dari perusahaan pengangkutan yang satu ke perusahaan
pengangkutan yang lain, atau dari perusahaan pengangkutan ke
6. Menurut Gouzali (1996)
“Delivery adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam
pemasaran, yaitu penyerahan setiap produk yang sudah dibeli oleh
pelanggan. Penyerahan ini bisa dilakukan di tempat pembelian, atau
diantar sampai ke rumah pelanggan tergantung pada perjanjian antara
kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.”
2.3.4. Flexibility (Fleksibilitas)
Definisi fleksibilitas adalah: “Fleksibilitas merupakan karakteristik dari
proses yang mengukur berapa lama (waktu) perubahan proses untuk menghasilkan
output yang berbeda atau dengan menggunakan sekumpulan input yang berbeda
(Gazperz, 1997)”.
2.3.5. Responsiveness (Daya Tanggap)
Berikut ini adalah pengertian responsiveness (daya tanggap) menurut para
ahli dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:
1. Menurut Rambat Lupiyoadi (2001) “daya tanggap adalah "suatu
kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat
(responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian
informasi yang jelas”.
dengan tanggap. Daya tanggap dapat berarti respon atau kesigapan
karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan
yang cepat dan, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani
pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan
penanganan”.
2.4. Sistem Penilaian Vendor Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Metoda Analytical Hierrchy Procces (AHP) dikembangkan oleh Prof.
Thomas Lorie Saatie dari Wharton Business School diawal tahun 1970, yang
digunakan untuk mencari ranking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam
pemecahan suatu permasalahan. Pada proses pengambilan keputusan dengan AHP,
ada permasalahan/goal dengan beberapa level kriteria dan alternatif. Masing-masing
alternatif dalam satu kriteria memiliki skor. Skor diperoleh dari eigen vektor matriks
yang diperoleh dari perbandingan berpasangan dengan alternatif yang lain. Skor yang
dimaksud ini adalah bobot masing-masing alternatif terhadap satu kriteria.
Masing-masing kriteriapun memiliki bobot tertentu (didapat dengan cara yang sama).
Selanjutnya perkalian matriks alternatif dan kriteria dilakukan di tiap level hingga
naik ke puncak level. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan
untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan
prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam
melainkan multifaktor dan mencakup berbagai macam jenjang maupun kepentingan
yang ada.
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang
digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang
diskrit maupun kontinu. Perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala
besar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relative. Metode ini adalah
sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan
memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel yang mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
unutk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang
kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dengan menarik berbagai pertimbangan
guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu
mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan
yang telah dibuat. Selain itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang
penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan didalam dan diluar
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang
terdiri dari:
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks
perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.
Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah
1/k kali lebih penting dari A.
2. Homogenity, yaitu menngandung arti kesamaan dalam melakukan
perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan untuk membandingkan
jeruk dengan bola tennis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika
membandingkan dalam hal berat.
3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete
hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak
sempurna (incomplete hierarchy).
4. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat
ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat
merupakan data kuantitaf maupun yang bersifat kualitatif sesuai
dengan kasus yang diamati.
Secara umum pengambilan keputusan dengan metoda AHP didasarkan
pada langkah-langkah berikut yang akan dijalankan sesuai dengan
fungsinya:
a. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum,
dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif
pilihan yang ingin dirangking.
c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang
menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen
terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau
judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
2.5. Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang
utuh menjadi unsur-unsurnya kebentuk hirarki proses pengambilan keputusan,
dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat pemecahan dilakukan terhadap unusr-unsur sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang
hendak dipecahkan, struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua
elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada
tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki
yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai
9
2.6. Kuesioner
Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format
pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom dimana responden akan
menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya. Dibandingkan
dengan dua instrumen pengumpulan data lainnya, kuesioner adalah instrumen yang
memiliki mekanisme yang efisien jika si peneliti mengetahui secara baik apa yang
dibutuhkannya dan bagaimana mengukur variabel yang diinginkan.
Dalam merancang kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsiip yang
terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of questions), cara-cara
pengukuran yaitu mengategorikan, membuat skala dan mengkodekan (categorized,
scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general apperance)
20
3.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Wijaya Karya Beton yang disingkat dan lebih dikenal dengan Wika
Beton dilahirkan dari induknya PT. Wijaya Karya (WIKA) pada tanggal 11 Maret
1997 di Jakarta dihadapan Notaris Imas Fatimah, S.H dengan akta pendirian Nomor
44. Perjalanan cikal bakal Wika Beton dengan bidang usaha sebagai produsen beton
ini cukup panjang. Diilhami oleh perkembangan kemajuan teknologi khususnya di
industri konstruksi, disusul oleh kemampuan dibidang komunikasi dan transportasi,
para ahli WIKA melihat peluang yang sangat baik untuk mencoba membuat produk
beton yang dapat menguraikan produk lain dengan mutu yang lebih baik, usia yang
lebih panjang karena bebas korosi dan harganya kompetitif.
Pada tahun 1978 berawal dari rekayasa panel beton di bawah pengelolaan
Divisi Perdagangan (DPD) WIKA mulai mendapat peluang pada proyek Rumah
Sederhana Perumnas. Dengan demikian DPD bertambah bidang usaha baru yaitu
bidang industri sehingga namanyapun berubah menjadi Perdagangan dan Industri
(DPI). Produk beton berikutnya adalah percobaan pembuatan secara konvensional
Tiang Listrik Beton dengan bentuk “T”-reinforced untuk Provinsi Jawa Barat yang
dipasang di Bandung dan Cilegon. Sejalan dengan berkembangnya pembangunan
diadakan percobaan pembuatan komponen beton pracetak untuk Rumah Susun
Perumnas seperti yang dapat dilihat di Tanah Abang, Klender, Palembang, Makassar
dan Jabotabek.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat, DPI merintis
rekayasa Tiang Listrik Beton sentrifugal menghasilkan bentuk tiang bulat berongga
dan tirus; saat itu suatu terobosan yang luar biasa karena DPI berhasil mengubah
‘selera’ PLN dari kebiasaan menggunakan Tiang Listrik Besi dan kayu menjadi Tiang
Listrik Beton.
Untuk memenuhi pesanan tersebut dan mengantisipasi pesanan berikutnya.
Pada tahun 1980 mulai dibangun pabrik yang pertama di Cileungsi, Bogor. Kemudian
setahun berikutnya dibangun 3 pabrik baru di Pasuruan, Boyolai dan Purwokerto.
Pada tahun 1982 seiring meningkatnya kebutuhan Tiang Listrik Beton dibangun
pabrik baru di Jatiwangi, Majalengka. Pada tahun ini dirintis rekayasa Tiang Pancang
Prategang Bulat Berongga yang sistem produksinya sama dengan Tiang Listrik Beton
sentrifugal.
Di sektor Perhubungan terdapat peluang menembus PJKA yang berubah
menjadi Perumka dan terakhir PT. KAI dengan membuat rekayasa bantalan kereta api
beton prategang pada tahun 1982. Tahun 1987 WIKA memperoleh tender Power
XVIII dari Asian Development Bank (ADB) untuk lokasi di Sumatera Utara sekitar
Padang Sidempuan dan Sibolga dengan volume cukup besar saat itu, sehingga pada
tahun itu pula dibangun Pabrik Tiang Listrik Beton di Padang Sidempuan yang
pertimbangan, pada tahun 1989, pabrik di Padang Sidempuan dipindahkan ke Binjai
dan hingga saat ini dikenal sebagai PPB Sumut.
Berbekal motto “Prestasi Melalui Inovasi dan Teknologi”, selalu ingin terus
berkreasi dan berkembang, pada tahun 1988 dimulailah rekayasa Beam/Balok
Segmental dan pertama kali dicoba dan diproduksi di Pabrik Produk Beton Boyolali.
Saat itu yang mengelola industri beton WIKA adalah Divisi Konstruksi dan untuk
efektifitas pada tahun 1991 nama DKK dirubah menjadi Divisi Produk Beton (DPB)
yang menangani produksi dan pemasaran produk beton.
Tahun 1991 dibuat rekayasa Sheet Pile Beton dan berhasil dipasarkan mulai
tahun itu juga. Guna memperkuat jaringan pemasaran pada tahun 1993 manajemen
DPB membangun pabrik baru di Kawasan Industri Makassar untuk mengakomadasi
permintaan produk beton dari kawasan timur Indonesia. Peta persaingan saat itu
membuat WIKA mengambil keputusan membagi dua wilayah pemasaran untuk
produksi dan pemasaran beton, wilayah barat yaitu Indonesia bagian barat oleh
DPB-I dan DPB-Indonesia bagian timur oleh DPB-DPB-IDPB-I.
Awal tahun 1994 ada peluang kebutuhan pipa beton diameter besar
bertekanan tinggi sehingga tahun 1995 WIKA membangun pabrik baru khusus Pipa
Beton di PPB Sulawesi Selatan dan mulai tahun itu langsung memproduksi pipa
beton diameter 1,5 meter bertekanan tinggi, diproduksi dengan sistem vibro
centrifugal, produk pertama di Indonesia saat itu.
Menyadari bahwa usaha produk beton merupakan bidang usaha semakin
organisasi yang dikelola DPB-I dan DPB-II, maka dileburlah keduanya menjadi satu
badan hukum sesuai Surat Keputusan Direksi PT. Wijaya Karya No.
Sk.01.01/A.DIR.0950/96 tanggal 24 Desember 1996. Dan pada tanggal 11 Maret
1997 secara resmi lahirlah Perusahaan Anak yang pertama dari WIKA yaitu PT.
Wijaya Karya beton dihadapan Notaris Imas Fatimah, S.H dengan akte pendirian
Nomor 44.
Dengan perkembangan teknologi dan inovasi produk, sebagai upaya dalam
diferensiasi produk, mendorong perusahaan mengembangkan kualitas atau mutu
beton bersinergi dengan kebutuhan saat ini. Dari hasil research and development
menunjukkan bahwa proses produksi yang berjalan saat ini di Wika Beton telah
setara dengan industri beton dinegara maju lainnya.
Melihat potensi pasar yang ada dan kondisi persaingan usaha, dengan motto
“Innovation and Trust”, Wika Beton terus berupaya meningkatkan kinerjanya
melalui program Operational Excellence terutama di bidang Sumber Daya
Manusia/Human Capital dan Sistem Manajemen.
Untuk menjangkau seluruh daerah operasinya, saat ini Wika Beton
mempunyai jaringan wilayah penjualan dan pabrik produk beton di seluruh Indonesia
yaitu Wilayah Penjualan I di Medan; Wilayah Penjualan II di Palembang, Wilayah
Penjualan III (Jakarta); Wilayah Penjualan IV (Semarang); Wilayah Penjualan V
(Surabaya) dan Wilayah Penjualan VI (Makassar). Sedangkan untuk pabrik terdiri
dari Pabrik Produk Beton (PPB) Sumut (Diski-Deliserdang); PPB Lampung
(Jatiwangi-Majalengka); PPB Boyolali (Mojosongo-Boyolali); PPB Pasuruan
(Kejapanan-Pasuruan) dan PPB Sulawesi Selatan (Makassar). Satu lagi pabrik terbaru
baru selesai dibangun tahun 2008 yang lalu adalah Jalur VIII PPB Bogor, merupakan
pabrik termodern Wika Beton saat ini karena mampu menghasilkan produk-produk
beton khususnya Tiang Pancang Bulat dengan diameter 1000 mm dan panjang
sampai dengan 24 meter dengan produktivitas hingga 300 m3 per hari.
3.2. Deskripsi Perusahaan
3.2.1. Wilayah Kerja
PT Wijaya Karya Beton Pabrik Produk Beton Sumatera Utara (PPB Sumut)
merupakan salah satu dari 7 pabrik PT. Wijaya Karya Beton di Indonesia, terletak di
Jalan Raya Medan-Binjai KM 15,5 Diski, Deliserdang, menghasilkan beraneka
macam produk beton pracetak mutu tinggi mulai dari produk beton sentrifugal dan
produk beton non sentrifugal. Bersama-sama dengan Wilayah Penjualan I Medan,
PPB Sumut merupakan pasangan unit kerja yang menyediakan berbagai macam
kebutuhan produk beton untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD),
Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat.
3.2.2. Produk dan Layanan Utama
Produk utama PPB Sumut pada prinsipnya sama dengan seluruh produk
pabrik-pabrik lain PT. Wijaya Karya Beton lainnya terdiri dari produk beton
Poles) ditambah produk terbaru Tiang Pancang Kotak Sentrifugal (PC Spun Square Piles). Sedangkan produk beton non sentrifugal adalah semua produk beton pra
tegang (Precast concrete) dan non prategang (Non precast concrete) seperti Tiang
Pancang Kotak (PC Square Piles), Turap Beton (Retaining Wall Conctrete Product)
terdiri dari Flat Sheet Pile dan Corrugated Concrete Sheet Pile, Balok Jembatan
Beton (Bridge Concrete Products) terdiri dari PC-I Girders dan PC-U Girders;
Bantalan Kereta Api (Railway Concrete Products) dan produk-produk beton lainnya
yang bersifat non standar (bukan standar WIKA) seperti panel pagar, panel bangunan
gedung, slab jetty untuk dermaga dan sebagainya.
Secara pengukuran untuk produk produk beton ini dinyatakan dalam satuan
meter kubik (m3) dan pada tahun 2008 realisasi produksi secara total semua produk
beton tersebut adalah 54.659,350 m3 atau 134,82% terhadap rencana (RKAP). Secara
prosentase, pada tahun 2008 produk beton terbesar volumenya adalah Tiang Pancang
(baik putar maupun non putar) yaitu 63% atau 34.435.390 m3 disusul oleh Bantalan
Kereta Api sebesar 16% atau sebesar 8.745,5 m3. Dan produk beton yang paling
dominan mengeluarkan cost of poor quality karena produk gagal adalah Bantalan
Kereta Api (0,04%) dan Tiang Pancang (0,02%).
Adapun proses awal hingga hingga penyerahan produk kepada pelanggan
(Quality Planing) dapat dijelaskan sebagai berikut: PPB Sumut menerima Surat Perintah Produksi Produk Beton (SPPrB) dari Wilayah Penjualan I Medan,
berdasarkan itu Manajer Pabrik memerintahkan Kepala Unit Produksi (KUP) untuk
Perencanaan dan Evaluasi Produksi (PEP) sebagai pengendali Harga Pokok Produksi
(HPP) atau Kepala Seksi teknik dan Mutu (TM) jika produk tersebut bukan standar
WIKA Beton. Jika produksi sudah dimulai maka pengawasan mutu dan keselamatan
kerja menjadi tanggung jawab Kepala Seksi TM (QC Process) dan setelah produk
selesaipun sebelum sampai ke pelanggan dilakukan QC Outgoing untuk memastikan
persyaratan mutu telah sesuai standar WIKA Beton.
3.2.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang dimiliki WIKA Beton adalah organisasi matriks,
hal ini dimaksudkan agar roda organisasi berjalan effisien dan fleksibel
mengantisipasi perubahan lingkungan usaha.
3.2.4. Pelanggan dan Pasar
Pelanggan utama Wilayah Penjualan I Medan dengan mitra kerjanya PPB
Sumut adalah terbagi dalam 2 segmen utama yaitu pelanggan BUMN/Pemerintah
dan pelanggan swasta. Pelanggan BUMN utamanya adalah kontraktor-kontraktor
nasional BUMN Karya seperti PT. Wijaya Karya (WIKA) sendiri, PT. Adhi Karya
(AK), PT. Pembangunan Perumahan (PP), PT. Waskita Karya (WK), PT. Hutama
Karya (HK) dan jajaran BUMN karya lainnya. Selain BUMN Kontraktor juga ada
PT. Pelindo I, PT. Angkasa Pura I, T Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT. PLN.
PU di daerah seputar Sumbagut dan satuan kerja proyek (satker) di
daerah-daerah.
Adapun pelanggan swasta sangat banyak dan beragam mulai dari volume
sangat kecil (1-2 batang Tiang Listrik) hingga pelanggan dengan ribuan pesanan
Tiang Pancang diameter besar. Termasuk contoh dalam kelompok ini adalah seperti
PT. Wilmar Bioenergi Indonesia, PT Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP), PT. Saipem
Indonesia, PT. Total Bangun Persada, PT. Bangun Cipta Kontraktor, PT. Truba
Manunggal, dsb. Perbandingan omzet pelanggan BUMN dan swasta 5 tahun terakhir
menunjukkan perubahan dimana dominasi pelanggan BUMN mulai sedikit tergerus
pelanggan swasta, walaupun secara keseluruhan pasar BUMN/sektor pemerintah
masih tetap dominan hingga saat ini.
Untuk cakupan pasar, sebaran produk PPB Sumut digunakan untuk
proyek-proyek pemerintah dan swasta mulai dari propinsi NAD, Sumatera Utara, Riau,
Sumatera Barat dan Propinsi Kepulauan Riau. Data 5 tahun terakhir menunjukkan
propinsi terbesar yang proyek-proyeknya menggunakan produk beton PPB Sumut
adalah propinsi Sumut.
3.2.5. Hubungan Kemitraan dan Komunikasi
Hubungan kemitraan dengan pemasok (vendor) dan pelanggan dilaksanakan
dalam batas-batas peraturan/kontrak yang berlaku. Dalam hal PPB Sumut, hubungan
kemitraannya adalah dengan para pemasok/vendor sedangkan Wilayah Penjualan I
Koordinasi PPB Sumut dengan para mitra kerjanya dilakukan melalui user meeting serta technical and quality meeting. Komunikasi dilakukan melalui media elektronik terutama telepon, faksimil, surat elektronik dan surat menyurat lainnya
serta informal meeting yang dilaksanakan insidensial. Hubungan PPB Sumut dengan
pemasok/vendor dibagi dalam 2 bentuk yaitu pemasok material pokok dan pemasok
Metodologi ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
menentukan berhasil atau tidaknya penelitian ini, demikian juga tinggi rendahnya
kualitas hasil penelitiannya sangat ditentukan oleh ketetapan penulis dalam
memilih metodologi penelitiannya.
Dalam bagian metodologi ini penulis akan menyebutkan sekali lagi
dengan jelas apa yang menjadi fokus penelitian. Penyebutan fokus ini
dimaksudkan agar peneliti ini sendiri mantap dengan variabel yang akan diteliti
sehingga pandangan dan pikiran tertuju kearah yang telah difokuskan.
4.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan action
research, yaitu suatu metode yang menyelesaikan suatu indikasi keadaan, gejala pada kondisi yang sudah ada dan sedang berjalan, yang dilakukan dengan
pengumpulan data, mentabulasi dan mengklarifikasi serta menginterpretasikan
sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi dan
pada akhirnya usulan pengembangan yang dilakukan agar menjadi lebih efisien
dan efektif.
Diagram alir atau tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian ini
sehingga menjadi suatu prosedur atau langkah-langkah yang jelas dapat
- Observasi Langsung - Studi Literatur - Wawancara - Jurnal Internet
1. Data Kriteria Penilaian Kinerja Supplier 1. Sejarah Perusahaan 2. Data harga Satuan Material, Upah & Energi 2. Daftar Supplier
3. Data Volume Pemakaian Material, Upah & Energi 3. Data Realisasi Jadwal Pendatangan Material 4. Data Realisasi Mutu Material
1. Identifikasi strategi obkjektif 2. Key Performance Indicator (KPI)
3. Penstrukturan Key Performance Indicator (KPI) 4. Pembobotan Key Performance Indicator
5. Penilaian Kinerja
PENGOLAHAN DATA
ANALISIS DAN PERANCANGAN
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Perancangan Harga Pokok Produksi Plat Sambung
1. Perancangan sistem penilaian kinerja supplier dengan menggunakan metode SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) System dengan pendekatan metode Analityc Hierarchy Process (AHP)
2. Perbaikan dan peningkatan strategi objektif pada pemilihan supplier
1. Perancangan daftar peringkat supplier
PENETAPAN TUJUAN
2. Pengembangan solusi alternatif yaitu pendirian divisi produksi plat sambung
PENGUMPULAN DATA
DATA PRIMER DATA SEKUNDER
Sering terjadinya keterlambatan kedatangan material serta mutu yang tidak sesuai dari supplier. Beberapa pertanyaan yang perlu dicari solusinya :
1. Supplier manakah yang paling siap menerima pesanan material?
2. Solusi alternatif apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?
[image:51.595.119.509.96.744.2]PERUMUSAN MASALAH
4.2.Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada PT. Wijaya Karya Beton Pabrik produk
Beton Sumatera Utara, Jl. Medan-Binjai Km. 15,5 No. 1 Deli Serdang, Sumatera
Utara.
4.3.Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan berbagai
cara, sebagai berikut:
1. Melakukan observasi langsung, yaitu mencatat sendiri data yang
diperlukan yang diperoleh terhadap pengamatan dilapangan.
2. Melakukan Tanya jawab secara langsung kepada pihak yang terkait
dalam pengadaan material.
3. Melakukan penelusuran berbagai dokumen yang terkait dengan
pengadaan material.
4.4.Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari
dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder yang dapat dijelaskan sebagai
beriut:
1. Data primer meliputi data kriteria penilaian kinerja supplier, data
harga satuan material upah energi, data volume pemakaian material,
upah dan energi dan lain-lain yang diperoleh berdasarkan
2. Data sekunder meliputi sejarah perusahaan, daftar supplier, data realisasi jadwal pendatangan material serta data realisasi mutu
material.
4.5.Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual di dalam penelitian dibuat untuk mempermudah
peneliti dalam pengambilan dan pengolahan data. Kemudian merencanakan cara
atau prosedur beserta tahapan-tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis
dalam proses penelitian. Tiap tahapan merupakan bagian yang menentukan
tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan cermat. Langkah awal dalam
pengukuran kinerja supplier ini adalah menganalisa unsur input, proses dan
output. Unsur input terdiri dari quality, cost, delivery, flexibility, dan
responsiveness.
Unsur proses penilaian kinerja supplier ini diharapkan dapat menjadi
bahan pengambilan keputusan bagi manajemen mengenai:
a. Menentukan ke supplier mana pesanan material akan diberikan
berdasarkan peringkat.
b. Perbaikan dan peningkatan strategi objektif dalam pemilihan
supplier.
c. Solusi alternatif, yaitu pendirian divisi plat sambung.
Unsur output dalam penenlitian ini adalah perancangan daftar peringkat
Quality
Cost
Delivery
Flexibility
Responsiveness
Penilaian Kinerja Supplier
Perbaikan dan Peningkatan Strategi Objektif pada
[image:54.595.117.500.110.341.2]Pemilihan Supplier Commitment
Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian
4.6. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
NO. KEGIATAN BLN JAN FEB MAR
MG. KE - 4 1 2 3 4 1 2
1 Pengumpulan Data
2 Analisa Data
3 Pembuatan Laporan
4 Kolokium
5 Seminar Hasil
34
5.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data mengenai supplier didapatkan dari bagian logistik, data
delivery didapat dari bagian gudang serta data quality didapat dari bagian teknik dan mutu. Adapun data-data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.
Dari data tersebut maka dapat diperoleh indikator/kriteria dalam
mengevaluasi performance supplier plat sambung di PT. Wijaya Karya Beton.
Indikator/kriteria tersebut adalah:
1. Quality
Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari quality
adalah:
a. Kekuatan tekan dengan standard yang ada
b. Kekuatan tarik material dengan dengan standard yang ada
c. Ketebalan material dengan standard yang ada
2. Cost
Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari cost
adalah:
a. Harga
b. Periode pembayaran atau cara pembayaran
Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari delivery
adalah:
a. Ketepatan kuantitas atau jumlah plat sambung yang dikirim.
b. Ketepatan waktu pengiriman plat sambung.
c. Ketepatan prosedur pengiriman.
4. Flexibility
Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari
flexibility adalah:
a. Persentase dipenuhinya permintaan perubahan jumlah plat sambung
yang dipesan.
b. Persentase dipenuhinya perubahan waktu pengiriman plat sambung.
c. Persentase dipenuhinya perubahan cara atau teknik pengiriman plat
sambung.
5. Responsiveness
Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari
responsiveness adalah:
a. Kecepatan supplier merespon problem.
b. Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan kuantitas plat
sambung.
c. Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan jadwal
5.1.1. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison) 5.1.1.1. Level 1
Matriks banding berpasangan (pairwise comparison) pada level 1 adalah
matriks banding berpasangan antar elemen pada pemilihan supplier yang dapat dilihat
[image:57.612.116.532.240.683.2]pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Matriks Banding Berpasangan antar Elemen pada Pemilihan
Supplier
Elemen RESPONDEN 1
Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness
Quality 1 1/5 1/3 3 3
Cost 5 1 3 3 3
Delivery 3 1/3 1 3 3
Flexibility 1/3 1/3 1/3 1 1
Responsiveness 1/3 1/3 1/3 1 1
Elemen RESPONDEN 2
Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness
Quality 1 5 5 7 5
Cost 1/5 1 1/3 3 1
Delivery 1/5 3 1 9 1/3
Flexibility 1/7 1/3 1/9 1 1/5
Responsiveness 1/5 1 3 5 1
Elemen RESPONDEN 3
Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness
Quality 1 1 1 3 3
Cost 1 1 1 3 3
Delivery 1 1 1 3 3
Flexibility 1/3 1/3 1/3 1 1
Responsiveness 1/3 1/3 1/3 1 1
Elemen RESPONDEN 4
Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness
Quality 1 1 3 5 1/3
Cost 1 1 1/3 1/3 1/5
Delivery 1/3 3 1 1/5 1
Flexibility 1/5 3 5 1 1
(Lanjutan)
Elemen RESPONDEN 5
Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness
Quality 1 9 9 9 9
Cost 1/9 1 1/7 1/5 1
Delivery 1/9 7 1 7 1/3
Flexibility 1/9 5 1/7 1 5
Responsiveness 1/9 1 3 1/5 1
Elemen RESPONDEN 6
Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness
Quality 1 7 7 9 9
Cost 1/7 1 5 5 5
Delivery 1/7 1/5 1 7 5
Flexibility 1/9 1/5 1/7 1 1/5
Responsiveness 1/9 1/5 1/5 5 1
5.1.1.2. Level 2
Level 2 merupakan pembagian dari masing-masing elemen yang terdapat
pada level 1. Adapun matriks banding berpasangan (pairwise comparation) pada
level 2, yaitu matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen
quality, cost, delivery, flexibility, dan responsiveness.
1. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen
Quality, dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Quality
Unsur RESPONDEN 1
Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material
Kuat tekan 1 3 1/3
Kuat tarik 1/3 1 1
[image:58.612.117.527.114.337.2]Tabel 5.2. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Quality (Lanjutan) Unsur
RESPONDEN 2
Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material
Kuat tekan 1 1/9 1/7
Kuat tarik 9 1 3
Ketebalan material 7 1/3 1
Unsur RESPONDEN 3
Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material
Kuat tekan 1 1 1
Kuat tarik 1 1 1
Ketebalan material 1 1 1
Unsur RESPONDEN 4
Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material
Kuat tekan 1 1/7 1/5
Kuat tarik 7 1 1
Ketebalan material 5 1 1
Unsur RESPONDEN 5
Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material
Kuat tekan 1 1/9 1/9
Kuat tarik 9 1 9
Ketebalan material 9 1/9 1
Unsur RESPONDEN 6
Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material
Kuat tekan 1 5 5
Kuat tarik 1/5 1 1
Ketebalan material 1/5 1 1
2. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen
Price, dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price
Unsur RESPONDEN 1
Harga Periode
Harga 1 1
Tabel 5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price (Lanjutan)
Unsur RESPONDEN 2
Harga Periode
Harga 1 1
Periode 1 1
Unsur RESPONDEN 3
Harga Periode
Harga 1 5
Periode 1/5 1
Unsur RESPONDEN 4
Harga Periode
Harga 1 1/5
Periode 5 1
Unsur RESPONDEN 5
Harga Periode
Harga 1 1/5
Periode 5 1
Unsur RESPONDEN 6
Harga Periode
Harga 1 1/3
Periode 3 1
3. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen
Delivery, dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Delivery
Unsur RESPONDEN 1
Ketepatan quantity ketepatan waktu
Ketepatan quantity 1 1
ketepatan waktu 1 1
Unsur RESPONDEN